You are on page 1of 16

PROGRAM STUDI MAGISTER PERENCANAAN

EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS INDONESIA

POLICY BRIEF
MENJAWAB NET ZERO EMISSION 2060 :
POTENSI BIOMASA DI INDONESIA

DOSEN : DR. HERA SUSANTI, SE, M.SC


MATA KULIAH : PERENCANAAN EKONOMI
PEMBANGUNAN

DISUSUN OLEH :
IRFANA FADYA
2306187850
RINGKASAN EKSEKUTIF
Target net zero emission tahun 2060 merupakan suatu tantangan tersendiri bagi
Indonesia. Tren peningkatan emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia, seiring dengan
pertumbuhan populasi, jumlah pabrik, jumlah kendaraan dan industri yang
ditopang oleh energi yang sampai saat ini masih didominasi oleh Batubara,
sehingga membutuhkan implementasi energi baru terbarukan (EBT) untuk
mencapai ketahanan energi nasional.

Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk melaksanakan energi


terbarukan biomassa mengingat kekayaan alam sehingga potensi pemanfaatan
limbah hutan, limbah Perkebunan, optimalisasi hutan tanaman energi (HTE)
merupakan hal yang perlu dikawal untuk optimalisasi penerapan biomassa di
Indonesia.

Energi terbarukan bio massa memiliki keterkaitan dengan pencapaian tujuan


SDGs 7.2 – Bauran energi terbarukan, SDG 7.3 – Intensitas energi primer, SDG
13.2 – Mengintegrasikan Tindakan antisipasi perubahan iklim ke dalam kebijakan,
strategi dan perencanaan nasional dan SDG 15 – Ekosistem Daratan
PENDAHULUAN
Target net zero emission tahun 2060 merupakan suatu tantangan tersendiri bagi
Indonesia. Dengan melihat kondisi saat ini dan berbagai prediksi terkait emisi gas
rumah kaca (GRK) yang terus meningkat, upaya untuk transisi energi tidak dapat
di tawar-tawar lagi. Berdasarkan data PLN yang diperoleh dari data
dataindonesia.id bahwa emisi GRK secara nasional mencapai 259,1 juta ton CO2
pada tahun 2021 dan diproyeksikan terus meningkat sampai 29,31% pada tahun
2030 dengan total emisi GRK sebanyak 334,6 juta ton CO2. Tren peningkatan ini
seiring dengan pertumbuhan populasi, jumlah pabrik, jumlah kendaraan dan
industri yang ditopang oleh energi yang sampai saat ini masih didominasi oleh
batubara. Pada gambar 1 diketahui bahwa penyumbang terbesar emisi GRK adalah
batubara. Sehingga sudah saatnya transformasi dari energi fosil non-renewable
menjadi energi terbarukan secara berkelanjutan.

Gambar 1. Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Indonesia per Jenis Bahan
Bakar
Sumber : PLN (di akses dari dataindonesia.id)
Melihat kondisi Indonesia dengan kekayaan alam dan pemanfaatan sumberdaya
alam yang cukup besar menunjukkan potensi yang dimiliki Indonesia untuk
memanfaatkan biomasa sebagai alternatif energi terbarukan. Hal ini juga sejalan
dengan konsep ekonomi sirkular, dimana pembangunan berkelanjutan diutamakan
menggunakan hasil daur ulang sumber daya alam untuk mengurangi eksternalitas
negatif pada lingkungan. Pemanfaatan biomassa diharapkan dapat mengurangi
ketergantungan masyarakat terhadap energi berbahan baku fosil serta diproyeksikan

Irfana Fadya - 2306187850


dapat berkontribusi pada ketahanan energi.

BIOMASSA SEBAGAI SALAH SATU JAWABAN RENEWABLE ENERGY


Biomassa merupakan salah satu energi baru terbarukan (EBT) yang memiliki
potensi cuku besar dalam mendorong Indonesia kearah ketahanan energi nasional.
Energi terbarukan biomasa berasal dari pemanfaatan sinar matahari dan karbon yang
berasal dari atmosfer. Sumber energi biomasa sendiri sangat beragam seperti dari
kekayaan alam dan dapat berasal dari limbah aktifitas makhluk hidup seperti seperti
limbah industri kayu, limbah hasil pertanian, limbah hasil perkebunan, kotoran hewan,
sampah organik dan agro industri lainnya.

POTENSI BIOMASSA DI INDONESIA


Merujuk pada Siaran Pers Kementerian ESDM Nomor 470.Pers/04/SJI/2023
tanggal 5 Oktober 2023, Kementerian ESDM menyampaikan bahwa potensi biomassa
diprediksi dapat menghasilkan Listrik 56,97 Giga Watt (GW). Pemanfaatan biomassa
akan digunakan sebagai pembangkit Listrik serta akan dioptimalkan melalui program
biomassa untuk Pembangkit Listrik Tenaga Batubara, hal ini dilakukan untuk
memenuhi keekonomian penyediaan tenaga Listrik, meningkatkan pangsa energi
terbarukan serta diharapkan dapat berkontribusi mengurangi emisi gas rumah kaca.
Pada semester satu tahun 2022, cofiring telah diterapkan di 36 lokasi dan menghasilkan
energi hijau sebesar 325 GWh, yang mengurangi emisi sebesar 321 ktCO2. di
Indonesia mencapai 443 ribu megawatt (MW).
Selain itu melansir https://voi.id/teknologi/, Masyarakat Energi Biomassa
Indonesia (MEBI) mengungkapkan energi biomassa yang masuk pada Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-20230, Pembangkit Listik Tenaga Biomassa
(PLTBM) baru mencapai 5,5 GW. Djoko Winarno, Ketua MEBI, mengtaakan potensi
PLTBM di Indonesia terdapat dalam Hutan Tanaman Energi. Potensi energi ini tersebar
di berbagai daerah di Indonesia, seperti, Aceh, Sumatera, Kalimantan, hingga Indonesia
wilayah timur. Total luas Hutan Tanaman Energi mencapai 10,8 juta hektare. Hasil
energi biomassa bisa berasal dari kelapa sawit, karet, singkong, kayu, kotoran sapi,
sekam, jagung, tebu, dan sejenisnya.
Berdasarkan data-data tersebut diatas bahwa Indonesia memiliki potensi yang
cukup besar untuk melaksanakan energi terbarukan biomassa mengingat kekayaan
alam Indonesia sehingga potensi pemanfaatan limbah hutan, limbah perkebunan,

Irfana Fadya - 2306187850


optimalisasi hutan tanaman energi (HTE) merupakan hal yang perlu dikawal untuk
optimalisasi penerapan biomassa di Indonesia.

KAITAN BIOMASSA DENGAN SDGS


Merujuk pada https://sdgs.bappenas.go.id/, SDGs (Sustainable Development
Goals) merupakan tujuan Pembangunan berkelanjutan yang telah ditetapkan oleh
perserikatan bangsa-bangsa tahun 2015. Pemerintah Indonesia dalam Upaya
menjalankan 17 tujuan dan 169 target SDGs mengelompokkan dalam empat pilar yang
ditargetkan tercapai pada 2030. Pilar pertama adalah adalah pilar Pembangunan social,
pada pilar ini mencakup lima tujuan SDGs yaitu 1) Tanpa Kemiskinan; 2)Tanpa
Kelaparan; 3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; 4)Pendidikan berkualitas dan 5)
Kesetaraan Gender dimana pada pilar ini berfokuskan pada aspek-aspek pemenuhan
hak dasar manusia seperti kesehatan, pendidikan, ketahanan pangan dan kesetaraan
gender. Pilar kedua adalah pilar Pembangunan ekonomi dimana mencakup enam tujuan
yaitu 7) energi bersih dan terjangkau; 8) pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi; 9)
industri, inovasi dan infrastruktur; 10) berkurangnya kesenjangan dan 17) kemitraan
untuk mencapai tujuan. Pilar kedua merupakan berbagai aktivitas dengan tujuan untuk
ekonomi yang berkelanjutan baik dari sisi keterjangkauan energi bersih, keberlanjutan
peluang usaha, industri inklusif serta didukung infrastruktur yang memadai. Pilar ketiga
adalah pilar Pembangunan lingkungan yang mencakup enam tujuan terkait pengelolaan
sumber daya alam linkungan yang berkelanjutan. Enam tujuan tersebut yaitu dalam
empat pilar Pembangunan yaitu 6) Air Bersih dan sanitasi layak; 11) Kota dan
pemukiman yang berkelanjutan; 12) Konsumsi dan Produksi yang bertanggung jawab;
13) perubahan iklim; 14) ekosistem lautan dan 15) ekosistem daratan. Pilar keempat
yaitu pilar hukum dan tata Kelola mencakup tujuan 16) perdamaian, keadilan dan
kelembagaan yang kuat.
Dalam upaya mencapai beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan terutama
pada penyediaan energi bersih berkelanjutan, energi terbarukan biomasa merupakan
salah satu alternatif yang baik khususnya pada negara dengan konsumsi utama
energinya masih berasal dari energi fosil. Berikut merupakan kaitan energi terbarukan
biomasa dengan beberapa tujuan SDGs di Indonesia:

Irfana Fadya - 2306187850


• SDG 7.2 – Bauran energi terbarukan
Target pada indikator ini adalah pada tahun 2030 terdapat peningkatan secara
substansial pangsa energi terbarukan dalam bauran energi global. Dengan adanya
energi terbarukan biomasa dapat berkontribusi dalam meningkatkan akses energi
bagi masyarakat. Saat ini penggunaan energi biomassa yang sudah
diimplementasikan di Indonesia oleh PLN adalah program cofiring hal ini
dilakukan untuk meraih taget bauran energi pada tahun 2025 sebesar 23 persen
dimana saat ini kontribusi energi terbarukan 11,5 persen. Untuk mencapai
pemerataan bauran energi terbarukan diperlukannya bahan baku yang cukup
seperti ketersediaan wood chip dan pellet.
• SDG 7.3 – Intensitas energi primer
Pada tahun 2030 diharapkan perbaikan efisiensi energi di Tingkat global
sebanyak dua kali lipat. Biomasa yang efisien dapat membantu ketercapaian
target ini.
• SDG 13.2 – Mengintegrasikan Tindakan antisipasi perubahan iklim ke
dalam kebijakan, strategi dan perencanaan nasional
Pada taget ini terdapat beberapa indicator pencapaian SDGs terkait pengurangan
emisi gas rumah kaca. Penggunaan biomassa sebagai sumber energi dapat
membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendukung mitigasi perubahan
iklim, karena sumber energi yang digunakan bersifat bio energi yang didapatkan
dari limbah tanaman, limbah hewan ataupun dari hasil alam Indonesia dalam
bentuk hutan tanaman energi yang bersifat berkelanjutan. Menurut Ketua Umum
Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) menyatakan bahwa area hutan
produksi yang sudah disiapkan sebagai hutan tanaman energi (HTE) di Indonesia
mencapai 1,3 juta hektar. Kondisi ini merupakan modal awal yang cukup
menjanjikan untuk dapat menghasilkan energi biomassa mengingat untuk
menghasilkan biomasa membutuhkan lahan yang cukup besar(Trihusodo, 2022).
• SDG 15 – Ekosistem Daratan
Tujuan dari SDGs 15 adalah melindungi, merestorasi dan meningkatkan
pemanfaatan ekosistem daratan. Biomassa dapat diperoleh dari limbah pertanian
atau hutan yang dikelola secara berkelanjutan untuk menghasilkan energi, hal ini
secara tidak langsung mendukung tujuan konservasi dan pengelolaan kehidupan di
darat.

Irfana Fadya - 2306187850


REKOMENDASI KEBIJAKAN
Melihat dari konsisi saat ini potensi untuk penyediaan bio massa di Indonesia
cukup menjanjikan, namun sampai saat ini masih sangat kecil kontribusinya terhadap
penyediaan energi total. Berbagai rencana pemerintah bersama dengan lintas sektor
untuk menerapkan energi terbarukan biomasa sudah mulai dilakukan seperti sudah
diterapkannya biomass-cofiring sejak tahun 2020. Namun dalam pelaksanaannya
pemerintah perlu memperhatikan beberapa hal yang dapat mempengaruhi optimalisasi
penggunaan energi terbarukan berkelanjutan ini. Hal pertama adalah kondisi demografi
Indonesia yang merupakan negara kepulauan dimana pusat ekonomi, bisnis dan
pemerintahan lebih banyak terpusat di pulau jawa. Dengan solusi energi terbarukan
seperti biomassa, membutuhkan wilayah lahan yang cukup besar pada penerapannya.
Sehingga dibutuhkan investasi untuk distribusi energi dari pulau yang berpotensi lebih
besar menghasilkan biomassa karena memiliki jumlah lahan dan potensi alam yang
tinggi kepada daerah yang tidak memiliki potensi yang sama. Hal kedua adalah terkait
dengan integrasi yang butuh dilakukan dengan sektor limbah rumah tangga, limbah
rumah tangga juga memiliki potensi yang cukup besar untuk menghasilkan energi
terbarukan biomasa, namun masih kecil sekali potensi pemanfaatannya mengingat
investasi yang diperlukan cukup besar, namun untuk mencapai tujuan net zero emission
2060 berbagai langkah optimal perlu dilakukan. Ketiga, perlunya adanya peraturan
yang berisi petunjuk teknis untuk mengatur secara spesifik penggunaan dan tata cara
energi biomassa baik secara sumber tenaga listrik ataupun cofiring PLTU, hal ini
diperlukan agar tidak adanya potensi penyalahgunaan teknologi ini. Terakhir adalah
peningkatan kualitas sumber daya manusia, dimana sering kali kita terlalu berfokus
pada investasi terhadap kapital atau modal, namun sebagaimana fungsi produksi secara
umum bahwa produksi tidak terlepas dari tenaga kerja dan kapital. Kebutuhan akan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia diperlukan untuk mengoptimalkan
transisi energi ini.

Irfana Fadya - 2306187850


DAFTAR PUSTAKA

Erdiwansyah, E., Mahidin, M., Husin, H., Nasaruddin, N., Khairil, K., Zaki, M., & Jalaluddin, J.
(2021). Investigation of availability, demand, targets, and development of renewable
energy in 2017–2050: a case study in Indonesia. International Journal of Coal Science
and Technology, 8(4), 483–499.
Parinduri, L., & Parinduri, T. (2020). Konversi Biomassa Sebagai Sumber Energi Terbarukan.
Journal of Electrical Technology, 5(2), 88–92.
Pribadi, A. (2023). Potensi Biomassa Menjanjikan, Indonesia Prediksi Hasilkan Listrik Setara
56,97 GW. https://www.esdm.go.id/
Pujoutomo, I. (2018). Potensi Pemanfaatan Biomassa Sekam Padi Untuk Pembangkit Listrik
Melalui Teknologi Gasifikasi. Energi & Kelistrikan, 9(2), 126–135.
Trihusodo, P. (2022). Indonesia Siap Jadi Pusat Energi Biomassa Dunia.
https://www.indonesia.go.id/

1. Daftar pustaka(Erdiwansyah et al., 2021; Parinduri & Parinduri, 2020; Pribadi,


2023; Pujoutomo, 2018; Trihusodo, 2022)

Irfana Fadya - 2306187850


Irfana Fadya - 2306187850
Irfana Fadya - 2306187850
Irfana Fadya - 2306187850
Irfana Fadya - 2306187850
Irfana Fadya - 2306187850
Irfana Fadya - 2306187850
Irfana Fadya - 2306187850
Irfana Fadya - 2306187850

You might also like