You are on page 1of 206

ANALISIS PERSEPSI SISWA TERHADAP HUBUNGAN

INTERPERSONAL GURU-SISWA PADA PEMBELAJARAN


KIMIA DI SMA DI KOTA TANGERANG SELATAN

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh
DESSY MAULIDINA
NIM. 1111016200038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
ii
iii
KEMENTERIAN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FORM (FR) No. Revisi: : 01
FITK
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Dessy Maulidina
Tempat/Tgl.Lahir : Pontianak, 03 Desember 1991
NIM : 1111016200038
Jurusan / Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Kimia
Judul Skripsi : Analisis Persepsi Siswa Terhadap Hubungan Interpersonal
Guru-Siswa pada Pembelajaran Kimia di SMA di Kota
Tangerang Selatan

Dosen Pembimbing : 1. Salamah Agung, S.Si, Apt, M.A, Ph.D.


2. Luki Yunita, M.Pd.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Munaqasah.

Jakarta, 23 November 2016


Mahasiswa Ybs.

Dessy Maulidina
1111016200038

iv
ABSTRAK

Dessy Maulidina (NIM: 1111016200038). Analisis Persepsi Siswa Terhadap


Hubungan Interpersonal Guru-Siswa pada Pembelajaran Kimia di SMA di
Kota Tangerang Selatan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan interpersonal antara guru


kimia dan siswa, mengetahui perilaku interpersonal guru kimia berdasarkan Model
for Interpersonal Teacher Behaviour (MITB), serta mengidentifikasi profil
perilaku interpersonal guru kimia berdasarkan persepsi siswa. Data penelitian
diambil dari 10 Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Tangerang Selatan yang
terdiri atas 472 siswa kelas XI IPA dari 5 SMA Negeri dan 5 SMA Swasta pada
kelas kimia secara random sampling menggunakan angket hubungan interpersonal
guru-siswa hasil adaptasi Questionnaire on Teacher Interaction (QTI) versi
Indonesia yang dikonstruk oleh Maulana, dkk. (2011). Data dianalisis
menggunakan pemodelan Rasch dengan bantuan perangkat lunak Winsteps versi
3.73 for windows. Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan
interpersonal guru kimia dan siswa SMA di Kota Tangerang Selatan terkategori
cukup baik. Guru kimia dianggap cukup mendominasi dan sangat bekerja sama
dengan siswa di dalam kelas. Sementara itu, pada level skala perilaku interpersonal,
guru kimia dipersepsi siswa memiliki skor perilaku kepemimpinan,
membantu/bersahabat, dan pengertian lebih tinggi dibandingkan perilaku yang
berlawanan. Selanjutnya, penyelidikan terhadap profil perilaku interpersonal guru
menunjukkan bahwa guru kimia di Kota Tangerang Selatan teridentifikasi sebagai
guru yang otoritatif.

Kata kunci: hubungan interpersonal guru-siswa, pembelajaran kimia, SMA.

v
ABSTRACT

Dessy Maulidina (NIM: 1111016200038). The Analysis of Students Perception


on Teacher-Student Interpersonal Relationships in Learning Chemistry on
Senior High School of South Tangerang City.

The aims of this study are to analyze the interpersonal relationships between
chemistry teachers and their students, investigate chemistry teacher intepersonal
behaviour using Model for Interpersonal Teacher Behaviour (MITB), and also
identify profile of chemistry teacher interpersonal behaviour according to students
perception. The data were collected from 472 students of science class in 5 Public
Senior High School and 5 Private Senior High School who were randomly sampled
using teacher-student interpersonal relationships questionnaire adapted from
Questionnaire on Teacher Interaction (QTI) constructed by Maulana, et al. (2011).
Data were analyzed using Rasch model in Winsteps version 3.73. Results showed
that in general, it was indicated that the interpersonal relationships of chemistry
teachers and their students is categorized as realtively good. The teachers were
considered to have adequately dominant and very cooperative behaviour with
students in classroom. Meanwhile, in term of interpersonal behaviour scale,
students perceived their teachers as having higher rate on leadership,
helping/friendly, and understanding behaviour than the hostility behaviour. Yet,
according to interpersonal behaviour profile, it showed that chemistry teachers in
South Tangerang City were identified as authoritative.

Keyword: the teacher-student interpersonal relationships, learning chemistry,


Senior High School.

vi
LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

Keluarga tersayang

Ibuku Ermi Suswati


Semoga setiap air mata yang jatuh dari matamu atas segala kepentinganku,
menjadi sungai untukmu di Surga nanti.

Abangku Arief Setiawan


Semoga segala kebaikanmu menjadi pemberat timbangan amal kebaikan di hari
dimana tiada lagi pertolongan selain darinya.

Para Dosen dan Guru-guruku

Rekan-rekan Pendidikan Kimia Angkatan 2011 UIN Jakarta

Almamaterku: Program Studi Pendidikan Kimia


Jurusan Pendidikan IPA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaykum Warahmatullah Wabarakatuh.
Alhamdulillah puja dan puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai harapan dengan judul “Analisis Persepsi
Siswa Terhadap Hubungan Interpersonal Guru-Siswa pada Pembelajaran Kimia di
SMA di Kota Tangerang Selatan”.
Shalawat serta salam kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang
telah berjuang untuk membawa kebenaran dan menyempurnakan akhlak manusia,
kepada keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia hingga
akhir zaman.
Pada dasarnya, banyak kesulitan yang penulis alami selama penyusunan
skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih atas
bimbingan dan dukungan serta bantuan yang diberikan selama penyusunan skripsi
ini. Penulis menyadari bahwa bagaimana pun usaha yang ditempuh tanpa adanya
bimbingan dan bantuan dari pihak-pihak terkait, penulisan skripsi ini tidak akan
terselesaikan dengan baik. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Burhanudin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Salamah Agung, S.Si, Apt, M.A, Ph. D., selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan ilmu, masukan, bimbingan, dan perhatiannya kepada penulis
selama penyusunan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan sebaik-baiknya.

viii
5. Luki Yunita, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan ilmu,
saran, bimbingan dan perhatiannya selama penyusunan skripsi ini, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
6. Kepala sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum di sepuluh SMA
Negeri dan SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk melalukan penelitian di sekolah tersebut.
7. Ibunda tercinta Ermi Suswati dan Abangku Arief Setiawan, terima kasih yang
sebesar-besarnya atas semua kasih sayang, pengorbanan, perhatian, pengertian,
dan dorongan baik moriil serta materiil, semangat, dan do’a yang diberikan
setiap saat.
8. Nely Rahmawati, S.Kom.I. yang selalu menyemangati dan mengingatkan
penulis untuk tak menyerah dalam proses penyusunan skripsi ini. Jazaakillahu
khayran katsiran.
9. Sella Marselyana Abadi, S.Pd. dan Amrina Alhumaira yang telah sedianya
memberikan waktu untuk menyemangati dan memberi masukan serta saran-
saran yang bermanfaat dalam proses pengerjaan penelitian ini. Jazaakunallahu
khayran katsiran.
10. Teman-teman bimbingan Ibu Salamah Agung dan Ibu Luki Yunita dan seluruh
keluarga besar kimia 2011 yang juga sedang berjuang meraih kesuksesannya,
dimanapun kalian berada, terima kasih telah memberikan banyak pelajaran dan
pengalaman berharga kepada penulis, Semoga Allah SWT mengumpulkan kita
dalam kebaikan.
11. Adik-adik Pendidikan Kimia 2012 di sekolah-sekolah tempat peneliti
mengambil data penelitian, yang sedang berjuang dalam pengerjaan skripsi,
namun tetap bersedia memberi semangat serta bantuan dalam proses
penyusunan skripsi ini. Jazaakumullahu khayran katsiran.
12. Teman-teman rumah binaan Tasqif dan Nahdhoh yang telah memberi
semangat dan bantuan kepada peneliti dari awal penelitian ini dimulai hingga
selesai. Jazaakunnallahu khayran katsiran.

ix
13. Teman-teman Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Chapter Kampus Ciputat atas
dorongan semangat dan bantuan selama peneliti menyelesaikan penyusunan
skripsi ini. Jazaakunnallahu khayran katsiran.
14. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
membantu hingga tersusunnya karya ini.
Mudah-mudahan segala bentuk partisipasi dari berbagai pihak terkait dapat
menjadi berkah dan semua kebaikan di balas oleh Allah SWT. Masih banyak cacat
dan cela pada skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diperlukan demi perbaikan. Semoga karya ini dapat bermanfaat, Aamiin.
Wassalamua’alaykum Warahmatullah Wabarakatuh.

Jakarta, November 2016

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................ iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................................... v
ABSTRACT ....................................................................................................... vi
LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................. 9
A. Kajian Teori .................................................................................. 9
1. Persepsi Siswa .......................................................................... 9
a. Pengertian Persepsi .............................................................. 9
b. Proses Pembentukan Persepsi ........................................... 10
c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi .................................. 11
2. Hakikat Kimia dan Pembelajarannya ....................................... 13
3. Konsep Hubungan Interpersonal .............................................. 14
a. Pengertian Hubungan Interpersonal .................................... 14
b. Tahap-tahap Hubungan Intepersonal ................................... 15

xi
c. Faktor-faktor yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal 18
4. Hubungan Interpersonal Guru dan Siswa ................................ 20
a. Model Hubungan Interpersonal Guru-Siswa ....................... 20
b. Profil Perilaku Interpersonal Guru ...................................... 27
B. Penelitian yang Relevan................................................................. 30
C. Kerangka Berpikir.......................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 34
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 34
B. Metode Penelitian ......................................................................... 34
C. Desain Penelitian .......................................................................... 34
D. Populasi dan Sampel ..................................................................... 36
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 37
F. Instrumen Penelitian ..................................................................... 38
G. Uji Coba Instrumen ....................................................................... 41
H. Teknik Analisis Data .................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 49
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 49
B. Pembahasan .................................................................................. 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 86
A. Kesimpulan ..................................................................................... 86
B. Saran ............................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 88
LAMPIRAN ........................................................................................................ 92

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ................................ 12


Gambar 2.2 Dua Sumbu Dimensi Proximity dan Influence dalam Model
Perilaku Interpersonal Guru ........................................................ 22
Gambar 2.3 Model Perilaku Interpersonal Guru (MITB) ................................ 24
Gambar 2.4 Profil Perilaku Interpersonal Guru ............................................... 29
Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................. 33
Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian ............................................................... 35
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Interpersonal Guru-Siswa di SMA di Kota
Tangerang Selatan ....................................................................... 51
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Interpersonal Guru-Siswa di Sepuluh SMA di
Kota Tangerang Selatan ............................................................... 52
Gambar 4.3 Grafik Perilaku Interpersonal Guru Kimia di SMA di Kota
Tangerang Selatan Berdasarkan Sumbu Dimensi ....................... 55
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Perilaku Interpersonal Guru Kimia di SMA
Negeri dan Swasta Berdasarkan Sumbu Dimensi ........................ 56
Gambar 4.5 Grafik Perilaku Interpersonal Guru Kimia SMA di Kota
Tangerang Selatan Berdasarkan Level Skala Perilaku ................. 61
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Perilaku Interpersonal Guru Kimia di SMA
Negeri dan SMA Swasta Berdasarkan Level Skala Perilaku ...... 62
Gambar 4.7 Ilustrasi Peta Konstruk Pengukuran “X” ...................................... 63
Gambar 4.8 Peta Konstruk Hubungan Interpersonal Guru-Siswa ................... 64
Gambar 4.9 Radar Chart dan Representasi Grafis Profil Perilaku Interpersonal
Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan ............................. 78
Gambar 4.10 Radar Chart dan Representasi Grafis Profil Perilaku Interpersonal
Guru Kimia SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan ................. 78
Gambar 4.11 Radar Chart dan Representasi Grafis Profil Perilaku Interpersonal
Guru Kimia SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan ................ 78

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sampel Penelitian Hubungan Interpersonal Guru-Siswa ................. 37


Tabel 3.2 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban ................................. 39
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Hubungan Interpersonal Guru-Siswa .............. 39
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Angket Hubungan Interpersonal Guru-Siswa . 42
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Hubungan Interpersonal Guru-Siswa Setelah
Divalidasi ........................................................................................ 43
Tabel 3.6 Kategori Kecenderungan Variabel Hubungan Interpersonal Guru-
Siswa ............................................................................................... 47
Tabel 4.1 Hasil Analisis Data Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan
Siswa ............................................................................................... 49
Tabel 4.2 Klasifikasi Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa di SMA
di Kota Tangerang Selatan ............................................................. 49
Tabel 4.3 Rata-rata Skor dan Persentase Hubungan Interpersonal Guru Kimia
dan Siswa di SMA di Kota Tangerang Selatan .............................. 51
Tabel 4.4 Hasil Analisis Data Rata-rata Perilaku Interpersonal Guru Kimia
Ditinjau dari Dimensi Pengaruh dan Dimensi Kedekatan .............. 53
Tabel 4.5 Rata-rata dan Persentase Perilaku Interpersonal Guru Kimia SMA
di Kota Tangerang Selatan ............................................................. 56
Tabel 4.6 Persentase Perilaku Interpersonal Guru Kimia ............................... 77

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian Sebelum Diuji Coba ................................... 92


Lampiran 2 Tabulasi Data Untuk Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen .... 97
Lampiran 3 Instrumen Penelitian Setelah Diuji Coba ..................................... 99
Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ................................................ 103
Lampiran 5 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 ................... 104
Lampiran 6 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 3 ................... 105
Lampiran 7 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 4 ................... 107
Lampiran 8 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 8 ................... 108
Lampiran 9 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 10 ................. 109
Lampiran 10 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Darussalam .............. 112
Lampiran 11 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Dua Mei ................... 113
Lampiran 12 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 8 ..... 114
Lampiran 13 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 25 ... 115
Lampiran 14 Tabulasi Data Siswa Kelas XI IPA SMA Triguna Utama ......... 116
Lampiran 15 Tabulasi Data Untuk Analisis Deskriptif dengan Perangkat
Lunak Winsteps 3.73 for Windows............................................ 117
Lampiran 16 Data Hasil Perhitungan Statistik Hubungan Interpersonal Guru-
Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia ............................................ 124
Lampiran 17 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor,
dan Persentase Hubungan Interpersonal Guru-Siswa Pada Mata
Pelajaran Kimia .......................................................................... 125
Lampiran 18 Data Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Dominasi Guru
Kimia ......................................................................................... 126
Lampiran 19 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor,
dan Persentase Dimensi Dominasi Guru Kimia ......................... 127
Lampiran 20 Data Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kepatuhan Guru
Kimia ......................................................................................... 128
Lampiran 21 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor,
dan Persentase Dimensi Kepatuhan Guru Kimia ....................... 129

xv
Lampiran 22 Data Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kerjasama Guru
Kimia ......................................................................................... 130
Lampiran 23 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor,
dan Persentase Dimensi Kerjasama Guru Kimia ....................... 131
Lampiran 24 Data Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Perlawanan Guru
Kimia ......................................................................................... 132
Lampiran 25 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor,
dan Persentase Dimensi Perlawanan Guru Kimia ...................... 133
Lampiran 26 Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Kepemimpinan Guru
Kimia ......................................................................................... 134
Lampiran 27 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor,
dan Persentase Perilaku Kepemimpinan Guru Kimia ................ 135
Lampiran 28 Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Membantu/
Bersahabat Guru Kimia ............................................................. 136
Lampiran 29 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor,
dan Persentase Perilaku Membantu/Bersahabat Guru Kimia .... 137
Lampiran 30 Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Pengertian Guru
Kimia ......................................................................................... 138
Lampiran 31 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor,
dan Persentase Perilaku Pengertian Guru Kimia ....................... 139
Lampiran 32 Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Memberi Kebebasan/
Tanggung Jawab pada Siswa oleh Guru Kimia ........................ 140
Lampiran 33 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor,
dan Persentase Perilaku Memberi Kebebasan/ Tanggung Jawab
pada Siswa oleh Guru Kimia...................................................... 141
Lampiran 34 Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Ragu-ragu Guru
Kimia ......................................................................................... 142
Lampiran 35 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor,
dan Persentase Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia ........................ 143
Lampiran 36 Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Tidak Puas Guru
Kimia ......................................................................................... 144

xvi
Lampiran 37 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor,
dan Persentase Perilaku Tidak Puas Guru Kimia....................... 145
Lampiran 38 Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Menegur Guru
Kimia ......................................................................................... 146
Lampiran 39 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor,
dan Persentase Perilaku Menegur Guru Kimia .......................... 147
Lampiran 40 Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Disiplin Guru
Kimia ......................................................................................... 148
Lampiran 41 Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor,
dan Persentase Perilaku Disiplin Guru Kimia............................ 149
Lampiran 42 Peta Konstruk Perilaku Kepemimpinan (DC) ........................... 150
Lampiran 43 Peta Konstruk Perilaku Membantu/Bersahabat (CD) ................ 151
Lampiran 44 Peta Konstruk Perilaku Pengertian (CS) ................................... 152
Lampiran 45 Peta Konstruk Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan
Siswa (SC) ................................................................................. 153
Lampiran 46 Peta Konstruk Perilaku Ragu-ragu (SO) ................................... 154
Lampiran 47 Peta Konstruk Perilaku Tidak Puas (OS) .................................. 155
Lampiran 48 Peta Konstruk Perilaku Menegur (OD) ..................................... 156
Lampiran 49 Peta Konstruk Perilaku Disiplin (DO) ....................................... 157
Lampiran 50 Representasi Grafis Profil Guru Tiap Sekolah .......................... 158
Lampiran 51 Lembar Uji Referensi ................................................................ 159
Lampiran 52 Surat Ijin Penelitian ................................................................... 160

xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Purwanto, “belajar adalah proses yang menimbulkan terjadinya
perubahan dalam tingkah laku atau kecakapan. Sampai di mana perubahan itu
dapat tercapai, berhasil atau tidaknya belajar, tergantung kepada bermacam-
macam faktor, di antaranya yaitu guru dan cara mengajarnya” (2011, hlm. 102).
Dalam belajar di sekolah, guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang
penting. Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang
dimiliki guru, dan cara guru mengajarkan pengetahuan kepada siswa turut
menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai (Purwanto, 2011, hlm.
104-105).
Bagi guru, mengajar tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran
tapi juga merupakan proses mengatur lingkungan yang memungkinkan siswa
betah dan merasa senang belajar sehingga mereka dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya (Sanjaya,
2008, hlm.102). Hal ini senada dengan pandangan Van Petergem, dkk. (2005,
hlm. 34) yang mengemukakan bahwa pada beberapa kasus terdapat guru yang
lebih menyukai lingkungan disiplin untuk belajar, sedangkan beberapa yang lain
ingin menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, dimana siswa dapat
merasa aman untuk mengambil risiko dan menjadi kreatif.
Di dalam kelas, proses belajar mengajar terdiri atas serangkaian
perbuatan guru dan siswa berdasarkan hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif. Interaksi timbal balik antara guru dan siswa merupakan
syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar (Usman, 2005, hlm.
4). Rencana interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu pada umumnya
didefinisikan sebagai strategi pembelajaran. Salah satu cara untuk dapat
memahami strategi pembelajaran tersebut yaitu melalui pemahaman pada pola
hubungan guru dan siswa (Mulyasa, 2014, hlm. 132).
2

Hubungan guru dan siswa dipahami sebagai interaksi interpersonal yang


terjadi antara guru dengan siswa yang mengikat mereka satu sama lain.
Hubungan ini diasumsikan berasal dari bentuk interaksi tersebut. Pendekatan
terhadap hubungan interpersonal guru dan siswa dikonseptualisasikan melalui
pengaturan kelas berdasarkan level perilaku interpersonal guru (Wubbels, dkk.
2015, hlm. 364-365).
Hubungan guru dan siswa dapat dipelajari melalui dua kerangka teori
yaitu teori interpersonal (Wubbels dkk. 1985) dan kerangka berbasis teori
pelengkap (Pianta, 2001). Teori interpersonal mendeskripsikan persepsi dari
perilaku guru dengan siswa yang berhubungan dan berinteraksi dalam sebuah
sistem. Dalam teori ini, hubungan guru dan siswa dikarakterisasi berdasarkan
kombinasi dari dua dimensi, yaitu dimensi pengaruh (influence) dan kedekatan
(proximity) dalam Model Perilaku Interpersonal Guru atau Model of
Interpersonal Teacher Behaviour (MITB). Sedangkan, pada kerangka berbasis
teori pelengkap yang dipopulerkan oleh Pianta (2001), hubungan guru dan siswa
dapat diketahui dengan menggunakan tiga dimensi, yaitu kedekatan (closeness),
konflik (conflict), dan kepercayaan (dependency) (Wubbels, dkk. 2015, hlm.
366-367).
Dalam MITB yang dikembangkan oleh Wubbels, dkk (1985), yang
merupakan hasil adaptasi dari model Interpersonal Diagnosis of Personality di
dalam kelas yang dikembangkan oleh Leary (1957), perilaku guru dipetakan
menjadi dua dimensi yaitu dimensi pengaruh (influence) dan dimensi kedekatan
(proximity) (Maulana, dkk. 2012, hlm. 254). Dimensi pengaruh (influence)
memiliki dua sumbu yaitu dominance (D) dan submission (S). Dimensi
kedekatan (proximity) memiliki dua sumbu yaitu cooperation (C) dan opposition
(O). Dimensi pengaruh (influence) menggambarkan orang yang mengontrol atau
mengarahkan proses komunikasi dan seberapa sering hal itu terjadi di kelas.
Sedangkan, dimensi kedekatan (proximity) menunjukkan tingkat kerja sama atau
kedekatan di antara guru-siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran di kelas
(Goh, 2004, hlm. 32).
3

Kedua sistem dimensi koordinat tersebut kemudian dibagi menjadi


delapan skala perilaku interpersonal guru, yaitu perilaku kepemimpinan
(leadership behaviour) (DC), perilaku membantu/bersahabat (helping/friendly
behaviour) (CD), perilaku pengertian (understanding behaviour) (CS), perilaku
memberi tanggung jawab/kebebasan siswa (student responsibility/freedom
behaviour) (SC), perilaku ragu-ragu (uncertain behaviour) (SO), perilaku tidak
puas (dissatisfied behaviour) (OS), perilaku menegur (admonishing behaviour)
(OD) dan perilaku disiplin (strict behaviour) (DO) (Maulana, dkk. 2012, hlm.
254).
Setelah menyempurnakan formulasi dari MITB, Wubbels dan rekan-
rekannya merintis alat yang digunakan untuk memetakan hubungan
interpersonal guru dan siswa yang dikenal dengan nama Questionnaire on
Teacher Interaction (QTI). Para peneliti menggunakan QTI untuk memahami
saling keberpengaruhan antara cara guru mengajar dan hasil belajar siswa di
kelas. Instrument ini kemudian digunakan untuk memetakan gaya perilaku
interpersonal guru pada budaya yang berbeda di berbagai negara (Maulana, dkk.
2011, hlm. 34). Perbedaan terhadap gaya perilaku interpersonal guru ini
kemudian menghasilkan pemetaan lanjutan terhadap profil perilaku guru yang
menjelaskan lingkungan pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Guru dapat
dikategorikan ke dalam delapan tipe profil, yaitu direktif (directive), otoritatif
(authoritative), toleran/otoritatif (tolerant/authoritative), toleran (tolerant),
ragu-ragu/toleran (uncertain/tolerant), ragu-ragu/agresif (uncertain/aggressive),
menekan (repressive), dan membosankan (drudging) (Maulana, dkk. 2011, hlm.
35).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh den Brok, Fisher, dan Koul
(2005), menunjukkan bahwa guru sains yang baik dalam mengontrol (tinggi
pada dimensi pengaruh) dan bekerja sama dengan siswa (tinggi pada dimensi
kedekatan) mampu menciptakan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran
yang diajarkan. Pada level skala perilaku interpersonal, penelitian yang
dilakukan oleh Reid dan Fisher (2008) menunjukkan bahwa guru sains yang
memiliki perilaku kepemimpinan, membantu/bersahabat, pengertian serta
4

memberikan tanggung jawab dan kebebasan pada siswa berpengaruh secara


positif terhadap motivasi siswa dalam pencapaian hasil belajar pada mata
pelajaran sains.
Pelajaran sains, salah satunya kimia, merupakan pelajaran yang sulit bagi
kebanyakan siswa, sehingga menuntut guru berusaha lebih keras untuk
memotivasi siswa mempelajari konsep-konsep kimia. Tanpa minat dan motivasi
belajar yang tinggi, maka konsep-konsep kimia sulit untuk dipahami oleh siswa
dengan baik (Suyanti, 2010, 175-176). Oleh karenanya, guru kimia harus
berupaya mendesain pembelajaran kimia yang menarik melalui berbagai strategi
pembelajaran. Guru dituntut untuk mampu menganalisis konsep materi kimia
sehingga dalam proses pembelajaran, guru mengerti dan paham bagaimana
menyampaikan materi yang sulit dipahami dan dimengerti oleh siswa. Guru juga
harus mampu memvisualisasikan konsep yang abstrak agar bisa dipahami siswa
secara menyeluruh dan tidak sepotong-sepotong sekaligus juga memotivasi
siswa untuk mempelajarinya lebih mendalam.
Dalam The National Science Teachers Association (NSTA) Standards
for Science Teacher Preparation (2003) dijelaskan bahwa guru mata pelajaran,
khususnya guru IPA (sains), dituntut untuk tidak hanya mampu dalam
penguasaan konsep dan materi atau memvariasikan metode dan strategi yang
digunakan dalam mengajar, namun juga diharapkan mampu menciptakan dan
menjaga kondisi lingkungan pembelajaran yang nyaman dan mendukung secara
psikologis maupun sosial bagi siswa (National Science Teachers Association,
2003, hlm. 21). Hal ini senada dengan indikator proses pembelajaran dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65
tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, yang
menyatakan:
“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu, setiap
satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
5

proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk


meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan”
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hlm. 1).
Dengan demikian, penting bagi guru IPA, termasuk guru kimia tidak
hanya mampu dalam penguasaan konsep dan materi, namun juga menjaga
kondisi lingkungan pembelajaran yang nyaman dan memotivasi siswa lewat
hubungan interpersonal guru kimia dan siswa yang terbentuk melalui perilaku
interpersonal guru. Hal ini dikarenakan perilaku interpersonal guru memberikan
pengaruh yang besar, baik dalam sikap siswa terhadap mata pelajaran yang
diajarkan, hasil belajar, maupun motivasi belajar siswa yang timbul dari perilaku
tersebut.
Namun, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fisher dan Rickards
(1998), den Brok, Fisher, dan Koul (2005), Reid dan Fisher (2008), Maulana,
dkk. (2012), menunjukkan bahwa studi mengenai hubungan interpersonal guru
dan siswa sering kali hanya dilakukan di dalam kelas Matematika, Bahasa
Inggris, dan Sains pada Pendidikan Menengah Pertama (SMP). Tidak ada
temuan yang menunjukkan penelitian mengenai hubungan interpersonal guru
dan siswa pernah dilakukan pada kelas Kimia di Sekolah Menengah Atas di Kota
Tangerang Selatan. Padahal, memahami hubungan interpersonal guru dan siswa
ketika pembelajaran berlangsung dapat menjadi pertimbangan penting untuk
menunjang kesuksesan siswa di sekolah dan dapat menjadi alat refleksi, baik
bagi guru, siswa, maupun praktisi pendidikan untuk memahami atmosfer
lingkungan pembelajaran yang terjadi di dalam kelas melalui perilaku dan profil
interpersonal guru yang terukur.
Uraian yang telah dipaparkan tentang pentingnya hubungan interpersonal
guru-siswa terhadap pembelajaran kimia di SMA di Kota Tangerang Selatan
menjadi dasar pijakan perlunya pengkajian lebih lanjut mengenai hal ini.
Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Persepsi
Siswa Terhadap Hubungan Interpersonal Guru-Siswa pada Pembelajaran Kimia
di SMA di Kota Tangerang Selatan”.
6

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut:
1. Perilaku interpersonal guru di dalam kelas mempengaruhi sikap dan motivasi
belajar siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
2. Hubungan interpersonal guru-siswa memiliki peran penting dalam
tercapainya tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa, namun penelitian
pada pembelajaran kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota
Tangerang Selatan belum pernah dilakukan.
3. Penting bagi guru kimia untuk mengetahui hubungan interpersonal guru-
siswa yang terbentuk melalui perilaku interpersonal guru dan mengetahui
lingkungan pembelajaran yang teridentifikasi lewat profil interpersonal guru
demi menjaga lingkungan pembelajaran yang nyaman dan mendukung
kondisi psikologis dan sosial bagi siswa.
C. Pembatasan Masalah
Guna memberi ruang lingkup yang jelas dan terarah, mengingat begitu
luas dan kompleksnya permasalahan, maka perlu dibuat suatu pembatasan
masalah sebagai berikut:
1. Hubungan interpersonal guru-siswa yang diukur hanya pada Sekolah
Menengah Atas (SMA) di Kota Tangerang Selatan pada pembelajaran kimia
berdasarkan persepsi siswa SMA Negeri dan SMA Swasta kelas XI IPA
Tahun Ajaran 2015/2016.
2. Hubungan interpersonal guru-siswa diukur berdasarkan Model for
Interpersonal Teacher Behaviour (MITB) pada level dimensi influence
(pengaruh) dan proximity (kedekatan) dan level skala perilaku interpersonal
guru menggunakan angket persepsi siswa terhadap hubungan interpersonal
guru-siswa, hasil adaptasi dari QTI versi Indonesia yang dikembangkan oleh
Maulana, dkk. (2011).
3. Perilaku interpersonal guru dipetakan menggunakan prinsip pemodelan
Rasch untuk menjelaskan profil perilaku interpersonal yang teridentifikasi
pada pembelajaran kimia di Kota Tangerang Selatan.
7

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat penulis rumuskan item
masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan interpersonal guru-siswa pada pembelajaran kimia di
kelas XI IPA Tahun Ajaran 2015/2016 di SMA Negeri dan SMA Swasta di
Kota Tangerang Selatan?
2. Bagaimana perilaku interpersonal guru kimia di dalam kelas berdasarkan
berdasarkan level dimensi influence (pengaruh) dan proximity (kedekatan)
dan level skala perilaku interpersonal guru dalam Model for Interpersonal
Teacher Behaviour (MITB)?
3. Apakah tipe profil perilaku interpersonal guru kimia yang teridentifikasi
berdasarkan persepsi siswa kelas XI IPA Tahun Ajaran 2015/2016 di SMA
Negeri dan SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan dengan pemetaan
perilaku interpersonal guru berdasarkan prinsip pemodelan Rasch?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
menganalisis hubungan interpersonal guru kimia dan siswa, mengetahui perilaku
interpersonal guru kimia di dalam kelas berdasarkan level dimensi influence
(pengaruh) dan proximity (kedekatan) dan level skala perilaku interpersonal guru
dalam Model for Interpersonal Teacher Behaviour (MITB), serta
mengidentifikasi profil perilaku interpersonal guru kimia berdasarkan persepsi
siswa kelas XI IPA Tahun Ajaran 2015/2016 di SMA di Kota Tangerang Selatan.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada sekolah
sehingga dapat dijadikan masukan dan pertimbangan bagi sekolah dalam
mengambil kebijakan-kebijakan terhadap pelaksanaan pembelajaran di
sekolah yang bersangkutan.
8

2. Bagi guru
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru agar lebih memberikan
perhatian terhadap hubungan interpersonal yang terbentuk dengan siswanya
di dalam kelas. Selain itu, angket persepsi siswa terhadap hubungan
interpersonal guru-siswa yang telah dibuat dapat menjadi alat refleksi diri
guru terhadap kinerja pengajaran yang telah dilakukan sehingga guru dapat
merancang lingkungan pengajaran dan pembelajaran yang lebih tepat untuk
siswa.
3. Bagi siswa
Siswa sebagai peserta didik diharapkan dapat memahami persepsinya
terhadap proses pembelajaran di sekolah dan menjadi salah satu pendorong
bagi siswa untuk lebih tekun dalam mengoptimalkan kualitas prestasi
belajarnya.
4. Bagi peneliti
Manfaat bagi peneliti sendiri adalah sebagai gambaran tentang hubungan
interpersonal yang terbentuk di antara guru dan siswa dalam pengajaran
kimia. Selain itu, penelitian ini sebagai cakrawala ilmu pengetahuan penulis
dalam berkarya dalam khasanah ilmu pengetahuan dan dapat menambah
pengalaman yang dapat berguna di masa mendatang.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. Persepsi Siswa
a. Pengertian Persepsi
Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris “perception”, yang
diambil dari bahasa Latin “perceptio”, yang berarti menerima atau
mengambil. Menurut Leavitt (1978), perception dalam pengertian
sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat
sesuatu; sedangkan dalam arti luas, perception adalah “pandangan”,
yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu
(Desmita, 2010, hlm. 117).
Branca (1964), Woodworth dan Marquis (1957) dalam Walgito
(2003, hlm. 53) mengemukakan bahwa persepsi merupakan suatu proses
yang didahului oleh penginderaan.
“Penginderaan adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat penerima yaitu indera. Pada umumnya
stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat
susunan syaraf dan proses selanjutnya merupakan proses
persepsi. Karena itu proses persepsi tidak lepas dari proses
penginderaan dan proses penginderaan merupakan proses yang
mendahului terjadinya persepsi. Proses penginderaan terjadi
setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang
mengenai dirinya melalui alat indera. Stimulus yang mengenai
individu itu kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan,
sehingga individu menyadari apa yang diinderanya itu”.
Pada tataran yang lebih kompleks, persepsi dapat didefinisikan
sebagai suatu proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan
menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada
lingkungan mereka. Dengan persepsi, individu dapat menyadari dan
mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya dan
keadaan diri individu yang bersangkutan. Dengan demikian, dapat
dikemukakan bahwa persepsi dapat datang dari luar diri individu tetapi
10

juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan (Robbins,
2001, hlm. 88).
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa persepsi
adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah diterima oleh
sistem indera manusia. Persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan
manusia dengan lingkungannya, bagaimana ia mengerti dan
menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungannya dengan
pengetahuan yang dimilikinya. Setelah individu mengindera objek di
lingkungannya, kemudian ia memproses hasil pengindraan itu sehingga
timbullah makna tentang objek tersebut.
Persepsi individu terhadap objek tertentu akan mempengaruhi
pikirannya. Artinya, persepsi seseorang akan memungkinkannya untuk
memberi penilaian terhadap suatu kondisi stimulus. Sebagai contoh,
persepsi siswa terhadap perilaku guru di dalam kelas akan
mempengaruhi pikirannya dan menjadikan siswa memberikan penilaian
kepada perilaku guru tersebut.
b. Proses Pembentukan Persepsi
Persepsi mengikuti suatu interaksi rumit yang melibatkan
setidaknya tiga komponen utama (Desmita, 2010, hlm. 120), yaitu:
1) Seleksi
Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap
stimulus. Dalam proses ini, struktur kognitif yang telah ada dalam
kepala akan menyeleksi, membedakan data yang masuk dan
memilih data mana yang relevan sesuai dengan kepentingan dirinya.
Jadi, seleksi perseptual ini tidak hanya bergantung pada determinan-
determinan utama dari perhatian―seperti: intensitas (intensity),
kualitas (quality), kesegeraan (suddenness), kebaruan (novelty),
gerakan (movement), dan kesesuaian (congruity) dengan muatan
kesadaran yang telah ada―melainkan juga bergantung pada minat,
kebutuhan-kebutuhan dan nilai yang dianut.
11

2) Penyusunan
Penyusunan adalah proses reduksi, mengorganisasikan,
menata atau menyederhanakan informasi yang kompleks ke dalam
suatu pola yang bermakna. Sesuai dengan teori Gestalt, manusia
secara alamiah memiliki kecenderungan tertentu dan melakukan
penyederhanaan struktur di dalam mengorganisasikan objek-objek
perseptual. Sejumlah stimulus dari lingkungan cenderung
diklasifikasikan menjadi pola-pola tertentu dengan cara yang sama.
Berdasarkan pemikiran ini, Gestalt mengajukan beberapa pinsip
tentang kecenderungan-kecenderungan manusia dalam penyusunan
onformasi ini, di antaranya prinsip kemiripan (similarity), prinsip
kedekatan (proximity), prinsip ketertutupan atau kelengkapan
(closure), prinsip searah (direction), dan lain-lain.
3) Penafsiran
Penafsiran adalah proses menerjemahkan atau
menginterpretasikan informasi atau stimulus ke dalam bentuk
tingkah laku sebagai respon. Dalam proses ini, individu membangun
kaitan-kaitan antara stimulus yang datang dengan struktur kognitif
yang lama, dan membedakan stimulus yang datang untuk memberi
makna berdasarkan hasil interpretasi yang dikaitkan dengan
pengalaman sebelumnya, dan kemudian bertindak atau bereaksi.
Tindakan ini dapat berupa tindakan bersembunyi (seperti:
pembentukan pendapat dan sikap) dan dapat pula berupa tindakan
terbuka atau perilaku nyata.
c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Sejumlah faktor beroperasi untuk membentuk dan terkadang
mengubah persepsi. Faktor-faktor ini bisa terletak dalam diri pembentuk
persepsi, dalam diri objek atau target yang diartikan, atau dalam konteks
situasi di mana persepsi tersebut dibuat. Ketika seorang individu melihat
sebuah target dan berusaha untuk mengintepretasikan apa yang ia lihat,
interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh berbagai karakteristik pribadi
12

dari pembuat persepsi individual tersebut. Karakteristik pribadi yang


memengaruhi persepsi meliputi sikap, kepribadian, motif, minat,
pengalaman masa lalu, dan harapan-harapan seseorang. Karakteristik
target yang diobservasi bisa mempengaruhi apa yang diartikan. Individu
yang bersuara keras cenderung diperhatikan dalam sebuah kelompok
dibanding individu yang diam. Begitu pula dengan guru yang
berpenampilan menarik, cenderung mendapatkan perhatian dari para
siswanya di kelas. Faktor yang mempengaruhi persepsi digambarkan
sebagai berikut.

Faktor pada pemersepi


- Sikap
- Motif
- Kepentingan
- Pengalaman
- Pengharapan

Faktor-faktor dalam situasi


- Waktu
- Keadaan/Tempat kerja Persepsi
- Keadaan sosial

Faktor-faktor dalam diri target


- Hal yang baru
- Gerakan
- Bunyi
- Ukuran
- Latar belakang
- Kedekatan

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi


Sumber: (Robbins, 2001, hlm. 92)
David Krech dan Richard S. Crutchfield (1977) dalam Rakhmat
(2011, hlm. 54-57) menyebutkan bahwa persepsi ditentukan oleh
beberapa faktor, yaitu:
1) Faktor Fungsional
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa
lalu, dan hal-hal lain, termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-
13

faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk


stimulus, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada
stimulus tersebut. Dalam hal ini, persepsi dipengaruhi oleh
karakteristik siswa yang menilai guru.
2) Faktor Struktural
Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat
stimulus fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem
saraf individu. Kohler, Wartheimer dan Koffka merumuskan
prinsip-prinsip persepsi yang bersifat struktural, yang kemudian
terkenal dengan teori Gestalt. Menurut teori Gestalt, bila kita
mempersepsi sesuatu, kita memersepsinya sebagai suatu
keseluruhan, melihat bagian-bagiannya lalu menghimpunnya.
Jika kita ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat
meneliti fakta-fakta yang terpisah. Kita harus memandangnya dalam
hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang, kita harus
melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dalam
masalah yang dihadapinya. Dalam hal ini, persepsi dipengaruhi oleh
perilaku guru dan lingkungan dimana dia berada.
2. Hakikat Kimia dan Pembelajarannya
Susiwi (2007, hlm. 5) mengemukakan bahwa hakikat ilmu kimia
mencakup dua hal, yaitu kimia sebagai produk yang meliputi sekumpulan
pengetahuan atas fakta, konsep dan prinsip kimia dan kimia sebagai proses
yang meliputi keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh para
ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan kimia.
Kimia pada awalnya merupakan ilmu yang diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada
perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang
tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang
berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori) temuan ilmuwan dan kimia
sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan
14

penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia


sebagai proses dan produk (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, hlm.
177).
Kimia sebagai ilmu termasuk ke dalam rumpun Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) memiliki karakteristik yang sama dengan IPA dalam proses
pembelajarannya. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa
mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar (Badan Standar Nasional
Pendidikan, 2006, hlm. 177). Pengalaman menunjukkan bahwa
mempelajari ilmu kimia cukup sulit, karena yang dibahas adalah hukum dan
teori tentang atom dan molekul yang tidak dapat dilihat. Yang dapat
ditangkap hanyalah gejala yang ditimbulkan oleh atom dan molekul tersebut
melalui percobaan (eksperimen) di laboratorium. Oleh karena itu, untuk
mempermudah dalam mempelajari kimia dapat dilakukan dengan
menunjukkan kaitan antara hukum dan teori dengan percobaan yang
mendasarinya (Syukri, 1999, hlm. 7a). Dalam hal ini, siswa membutuhkan
peran guru melalui interaksi yang terjadi antara guru dan siswa dalam
strategi pembelajaran yang terencana.
3. Konsep Hubungan Interpersonal
a. Pengertian Hubungan Interpersonal
Menurut Miller & Steinberg (1975) dalam Budyatna & Ganiem
(2012, hlm. 44), hubungan antarpribadi (interpersonal) adalah hubungan
komunikasi timbal balik berdasarkan data psikologis. Pengembangan
hubungan antarpribadi mengacu kepada proses di mana manusia
mengadakan kontak terhadap satu sama lain dan mendasarkan prediksi
tentang perilaku komunikasi satu sama lain terutama pada data
psikologis.
Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat
keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya. Makin cermat
persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, semakin efektif
15

komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi (Hidayat,


2012, hlm. 56).
Komunikasi penting dalam mengembangkan dan memelihara
hubungan-hubungan antarpribadi. Hubungan antarpribadi yang sehat
ditandai oleh keseimbangan pengungkapan diri atau self-disclosure
yang tepat, yaitu saling memberikan data biografis, gagasan-gagasan
pribadi, dan perasaan-perasaan yang tidak diketahui orang lain, serta
umpan balik berupa verbal dan respon-respon fisik kepada orang atau
pesan-pesan mereka di dalam suatu hubungan (Budyatna & Ganiem,
2011, hlm. 44).
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan
interpersonal yang baik. Setiap kali melakukan komunikasi, manusia
tidak hanya menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar
hubungan interpersonal (Rohim, 2009, hlm. 70).
b. Tahap-tahap Hubungan Interpersonal
Menurut Rakhmat (2011, hlm. 122-127), hubungan
interpersonal berlangsung melewati tiga tahap, yaitu pembentukan
hubungan, peneguhan hubungan, dan pemutusan hubungan.
1) Pembentukan Hubungan
Tahap ini sering disebut sebagai tahap perkenalan
(aquaintance process). Menurut Steve Duck (1976), perkenalan
adalah proses komunikasi di mana individu mengirimkan (secara
sadar) atau menyampaikan (kadang-kadang tidak sengaja) informasi
tentang struktur dan isi kepribadiannya dengan menggunakan cara-
cara agak berbeda pada bermacam-macam tahap perkembangan
persahabatan.
Dalam hubungan interpersonal, kesan pertama dibentuk dari
petunjuk proksemik, kinesik, paralinguistik, dan artifaktual, yaitu
dengan mempertahankan jarak, gerak tangan dan lirikan matanya,
intonasi suara, dan pakaian yang dikenakannya. Kesan pertama amat
menentukan apakah hubungan interpersonal harus diakhiri atau
16

diperteguh. Para psikolog sosial menemukan bahwa penampilan


fisik, apa yang diucapkan pertama, apa yang dilakukan pertama
menjadi penentu yang penting terhadap pembentukan citra pertama
tentang orang itu.
2) Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu
berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan
interpersonal, perubahan memerlukan tindakan-tindakan tertentu
untuk mengembalikan keseimbangan (equilibrium). Menurut
Rakhmat (2011, hlm. 124-127), ada empat faktor yang amat penting
dalam memelihara keseimbangan ini: keakraban, kontrol, respons
yang tepat, dan nada emosional yang tepat.
Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua
belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan.
Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan
mengontrol siapa dan bilamana. Konflik terjadi umumnya bila
masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau
mengalah.
Faktor ketiga adalah ketepatan respons. Dalam percakapan,
misalnya, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon
dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan. Respons
ini bukan saja berkenaan dengan pesan-pesan verbal, tetapi juga
pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan serius dijawab dengan
main-main, ungkapan bersungguh-sungguh diterima dengan air
muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, hubungan
interpersonal mengalami keretakan
Faktor keempat yang memelihara hubungan interpersonal
adalah keserasian suasana emosional ketika berlangsungnya
komunikasi. Walaupun mungkin saja terjadi dua orang berinteraksi
dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak
17

akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak mengakhiri


interaksi atau mengubah suasana emosi.
3) Pemutusan Hubungan
R.D. Nye (1973) dalam bukunya Conflict among Humans
menyebutkan lima sumber konflik yang dapat menyebabkan
pemutusan hubungan, yaitu:
a) Kompetisi; adalah di mana salah satu pihak berusaha
memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain.
Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan
merendahkan orang lain.
b) Dominasi; adalah di mana salah satu pihak berusaha
mengendalikan pihak lain sehingga orang itu merasakan hak-
haknya dilanggar.
c) Kegagalan; adalah di mana masing-masing berusaha
menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d) Provokasi; adalah di mana salah satu pihak terus menerus
berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang
lain.
e) Perbedaan nilai; adalah di mana kedua pihak tidak sepakat
tentang nilai-nilai yang mereka anut.

Untuk mempertahankan hubungan dalam jangka waktu lama,


diperlukan kemampuan (kompetensi) untuk menjalin hubungan
interpersonal. Menurut Buhrmeister (1988) terdapat lima domain
kompetensi interpersonal (Dayakisni & Hudaniah, 2009, hlm. 120),
yaitu:

1) Initiative, yakni usaha untuk memulai suatu bentuk interaksi dengan


orang lain atau lingkungan sosial yang lebih besar. Inisiatif selalu
diarahkan baik pada penciptaan suatu hubungan antarpribadi yang
baru dengan seseorang yang belum atau baru dikenal maupun
18

tindakan-tindakan yang dapat membantu mempertahankan


hubungan yang telah dibina.
2) Negative Assertion, yakni kemampuan untuk mempertahankan diri
dari tuduhan yang tidak benar atau tidak adil, kemampuan untuk
mengatakan “tidak” terhadap permintaan yang tidak masuk akal, dan
kemampuan untuk meminta pertolongan atau bantuan saat
diperlukan.
3) Disclosure, yakni pengungkapan bagian dalam diri (innerself) antara
lain berupa pengungkapan ide-ide, pendapat, permintaan,
pengalaman dan perasaan-perasaannya kepada orang lain. Self
disclosure dapat mengubah suatu perkenalan yang tidak mendalam
menjadi suatu hubungan yang lebih serius.
4) Emotional Support, yakni ekspresi perasaan yang memperlihatkan
adanya perhatian, simpati dan penghargaan terhadap orang lain.
Emotional support juga mencakup kemampuan untuk menenangkan
dan memberikan perasaan nyaman kepada orang lain yang sedang
dalam kondisi tertekan dan bermasalah.
5) Conflict Management, yakni cara atau strategi untuk menyelesaikan
adanya pertentangan dengan orang lain yang mungkin terjadi saat
melakukan hubungan interpersonal. Konflik dapat disalurkan dan
dibangun secara konstruktif sehingga meningkatkan kualitas
hubungan antarpribadi. Teknik pengendalian dan kemampuan
verbal individu dapat digunakan sebagai media untuk menangani
konflik dan mengarahkannya menuju akhir yang konstruktif.
c. Faktor-faktor yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal
Tidak benar anggapan orang bahwa makin sering orang
melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain, makin baik
hubungan mereka. Yang menjadi soal bukanlah berapa kali komunikasi
dilakukan. Akan tetapi, bagaimana komunikasi itu dilakukan. Jika di
antara dua orang yang berkomunikasi berkembang sikap curiga, makin
sering mereka berkomunikasi, makin jauh jarak di antara keduanya.
19

Maka perlu dipahami, faktor-faktor yang dapat menumbuhkan


hubungan interpersonal yang baik (Rakhmat, 2011, hlm. 127-134),
yaitu:
1) Percaya (Trust)
Percaya adalah faktor yang paling penting yang
mempengaruhi komunikasi interpersonal. Dengan percaya,
seseorang akan lebih banyak membuka diri kepada orang yang
dipercaya. Hal ini terjadi ketika seseorang yakin bahwa orang yang
dipercaya tidak akan mengkhianati atau merugikannya. Sejak tahap
yang pertama dalam hubungan interpersonal (tahap perkenalan),
sampai pada tahap kedua (tahap peneguhan), percaya menentukan
efektivitas komunikasi.
Terdapat empat faktor yang berhubungan dengan sikap
percaya (Rakhmat, 2011, hlm. 129-130), yaitu:
a) Karakteristik dan maksud orang lain.
Orang akan menaruh kepercayaan kepada seorang yang
dianggap memiliki kemampuan, keterampilan, atau pengalaman
dalam bidang tertentu. Kita akan percaya pada guru kimia dalam
urusan mereaksikan zat-zat tetapi tidak akan percaya padanya
dalam urusan sastra dan sebagainya.
b) Hubungan kekuasaan
Percaya tumbuh apabila orang-orang mempunyai kekuasaan
terhadap orang lain. Bila seseorang mengetahui bahwa orang
lain akan tunduk dan patuh kepadanya, ia akan mempercayainya.
c) Sifat dan kualitas komunikasi
Sikap percaya akan tumbuh ketika komunikasi bersifat terbuka,
maksud dan tujuan jelas, dan ekspektasi sudah dinyatakan.
d) Pengalaman
Sikap percaya berkembang apabila setiap komunikan lainnya
berlaku jujur. Sikap ini dibentuk berdasarkan pengalaman
seseorang dengan komunikan lainnya.
20

2) Sikap Suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif
dalam komunikasi. Dengan sikap defensif, komunikasi interpersonal
akan gagal karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri
dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi
ketimbang memahami pesan orang lain. Komunikasi defensif dapat
terjadi karena faktor-faktor personal seperti ketakutan, kecemasan,
harga diri yang rendah, pengalaman defensif, dan juga faktor
situasional seperti perilaku komunikasi orang lain.
3) Sikap Terbuka
Sikap terbuka (open-mindedness) amat besar pengaruhnya
dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif.
Brooks dan Emmert (1977) menjelaskan karakteristik orang yang
terbuka, yaitu menilai pesan secara objektif dengan menggunakan
data dan keajegan logika; membedakan dengan mudah, melihat
nuansa; berorientasi pada isi; mencari informasi dari berbagai
sumber; lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah
kepercayaannya; dan mencari pengertian pesan yang tidak sesuai
dengan rangkaian kepercayaaannya.
4. Hubungan Interpersonal Guru dan Siswa
a. Model Hubungan Interpersonal Guru-Siswa
Wubbels & Levy (1993) dalam Van Petergem, dkk. (2005, hlm.
34) mengemukakan bahwa mengajar adalah aktivitas yang sangat
kompleks yang dipengaruhi oleh materi pelajaran, waktu yang tersedia,
karakter guru, karakter peserta didik, sumber daya, khususnya
kompetensi pedagogik, perspektif metodologi pengajaran, dan
perspektif antar pribadi yang berfokus pada hubungan interpersonal
guru-siswa.
Hubungan interpersonal guru-siswa merupakan aspek penting
dalam komunikasi yang terjadi di dalam kelas. Pengamatan pada
pengajaran yang sukses pasti bergantung pada interaksi yang baik
21

dengan komunikasi yang efektif (Goh, 1994, hlm. 30). Efektifitas


mengajar secara informal didefinisikan sebagai tingkat keterampilan
pedagogik seorang guru. Misalnya, guru yang baik tahu bagaimana
mengkomunikasikan informasi, memimpin diskusi, memberi
pertanyaan, menunggu jawaban, mempersiapkan rencana pembelajaran,
menulis bahan pelajaran, dan sebagainya. Guru yang baik tahu
kemampuan dirinya. Misalnya, guru bahasa inggris harus ahli dalam
grammar, writing, dan literature; guru matematika harus ahli dalam
bidangnya; guru sains yang baik harus memiliki pola pikir sains
(Tuckman, 1995, hlm. 177).
Mengajar merupakan sebuah bentuk komunikasi yang serius.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa untuk keberlangsungan proses
pembelajaran, siswa harus memahami guru mereka. Selain menjadi ahli
dalam materi pelajaran, setidaknya terdapat tiga karakteristik yang perlu
dikenal siswa untuk guru mereka miliki, yaitu ketegasan, keramahan,
dan keadilan, di samping perhatian dan pengertian. Hal ini dapat
menjadi umpan balik bagi siswa dan pengakuan dari kemungkinan
adanya pengaruh terhadap hubungan interpersonal guru-siswa dalam
proses pembelajaran, sehingga adalah langkah yang tepat untuk
memperkenalkan model perilaku interpersonal guru (Goh, 1994, hlm.
30).
Secara konseptual, model perilaku interpersonal guru
terinspirasi oleh: pertama, teori sistem komunikasi Watzlawick, Beavin,
& Jackson (1967) dan kedua, model perilaku interpersonal Leary
(1957). Teori sistem komunikasi dan model Leary kemudian diadaptasi
oleh sekelompok tim peneliti di Belanda untuk digunakan dalam bidang
pendidikan sejak tahun 1980-an. Model Perilaku Interpersonal Guru
(Model for Interpersonal Teacher Behaviour) (MITB) dan kuesioner
tentang interaksi guru (Questionnaire on Teacher Interaction) (QTI)
merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur persepsi siswa
22

terhadap perilaku guru yang menjadi hasil penelitian jangka panjang di


Universitas Utrecht, Belanda (Goh, 1994, hlm. 30-31).
Model Perilaku Interpersonal Guru didasarkan pada penelitian
Timothy Leary tentang diagnosa kepribadian interpersonal dan
aplikasinya terhadap pengajaran. Dalam model ini, perilaku guru
dipetakan menjadi dua dimensi, yaitu dimensi Influence (Pengaruh) dan
dimensi Proximity (Kedekatan). Dimensi Influence (Pengaruh)
memiliki dua sumbu, yaitu Dominance (D) dan Submission (S). Dimensi
Proximity (Kedekatan) memiliki dua sumbu, yaitu Opposition (O) dan
Cooperation (C) (Wubbels & Brekelmans, 2005, hlm. 8). Dua dimensi
pada model perilaku interpersonal guru digambarkan sebagai berikut.

Dominance (D)
Influence

Proximity
Opposition (O) Cooperation (C)

Submission (S)

Gambar 2.2 Dua Sumbu Dimensi Proximity dan Influence dalam


Model Perilaku Interpersonal Guru (MITB)
Sumber: (Wubbels & Brekelmans, 2005, hlm. 8)

Dimensi Influence (Pengaruh) menggambarkan siapa yang


mengintrol atau mengarahkan proses komunikasi dan seberapa sering
hal itu terjadi. Sedangkan dimensi Proximity (Kedekatan) menunjukkan
tingkat kerjasama atau kedekatan di antara mereka yang terlibat dalam
proses komunikasi. Kedua dimensi Influence (Pengaruh) dan Proximity
(Kedekatan) secara bebas mengingatkan pada perilaku guru yang efektif
23

yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. Masing-


masing dari dua sumbu dimensi DS dan CO mewakili perilaku yang
berlawanan, sumbu DS untuk dominasi (dominance) dan kepatuhan
(submission) dan sumbu CO untuk kerjasama (cooperation) dan oposisi
(opposition) (Goh, 1994, hlm. 32)
Setiap kuadran dari struktur koordinat yang dihasilkan
berdasarkan dua dimensi menampilkan dua segmen dari perilaku guru.
Sektor yang ada didefinisikan bergantung pada derajat dari perilaku
yang ditentukan. Sebagai contoh, kuadran pertama terdiri atas dua
karakter yang berbeda yang disebut Dominance-Cooperation (DC) dan
Cooperation-Dominance (CD). DC menunjukkan perilaku guru yang
terkarakterisasi dengan tingginya tingkat dominasi dan sedikit
kerjasama. Sedangkan CD menampilkan perilaku guru dengan
tingginya tingkat kerjasama dan tingkat dominasi yang lebih sedikit.
Selanjutnya, tiap kuadran dari model ini terdiri atas dua sektor perilaku
yang digambarkan pertama kali dari perilaku yang paling umum dan
kemudian diikuti oleh perilaku kedua dari dimensi yang sama (Maulana,
dkk. 2012, hlm. 254).
Kedua sistem dimensi koordinat tersebut kemudian dibagi
menjadi delapan skala perilaku interpersonal guru-siswa, yaitu perilaku
kepemimpinan (leadership behaviour) (DC), perilaku
membantu/bersahabat (helping/friendly behaviour) (CD), perilaku
pengertian (understanding behaviour) (CS), perilaku memberi tanggung
jawab/kebebasan siswa (student responsibility/freedom behaviour)
(SC), perilaku ragu-ragu (uncertain behaviour) (SO), perilaku tidak
puas (dissatisfied behaviour) (OS), perilaku menegur (admonishing
behaviour) (OD) dan perilaku disiplin (strict behaviour) (DO)
(Maulana, dkk. 2012, hlm. 254). Untuk menjelaskan deskripsi dari
perilaku guru yang dimiliki masing-masing sektor, ditampilkan dalam
gambar berikut.
24

Gambar 2.3 Model Perilaku Interpersonal Guru (MITB)


Sumber: (Wubbels & Brekelmans, 2005, hlm. 9)
Berdasarkan gambar di atas, pada masing-masing pola perilaku
guru dideskripsikan sebagai berikut.
1) Leadership (Kepemimpinan)
“Notice what’s happening, lead, organize, give orders, set
tasks, determine, procedure, structure the classroom situation,
explain, hold the attention”
Perilaku kepemimpinan ditunjukkan dengan:
memperhatikan apa yang terjadi di kelas, memimpin,
mengorganisasikan, memberi perintah, menetapkan tugas,
menentukan prosedur, menyusun situasi kelas, menjelaskan, dan
memegang perhatian.
2) Helping/Friendly (Membantu/Bersahabat)
“Assist, show interest, join, behave in a friendly or
considerate manner, be able to make a joke, inspire confidence and
trust”.
25

Perilaku membantu/bersahabat ditunjukkan dengan:


membantu, menunjukkan minat, bergabung, berperilaku ramah atau
perhatian, bisa membuat lelucon, menginspirasi keyakinan dan
kepercayaan.
3) Understanding (Pengertian)
“Listen with interest, emphatize, show confidence and
understanding, accept apologies, look for ways to settle differences,
be patient, be open”.
Perilaku pengertian ditunjukkan dengan: mendengarkan
siswa dengan penuh minat, berempati, menunjukkan kepercayaan
dan pengertian, menerima permintaan maaf, mencari cara untuk
menyelesaikan perbedaan, bersabar, bersikap terbuka terhadap
siswa.
4) Student Responsibility/Freedom (Memberi Tanggung
jawab/Kebebasan siswa)
“Give opportunity for independent work, wait for class to let
off steam, give freedom and responsibility, approve of something”.
Perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa
ditunjukkan dengan: memberikan kesempatan untuk bekerja
mandiri, menunggu kelas diam, memberikan kebebasan dan
tanggung jawab pada siswa, menyetujui sesuatu.
5) Uncertain (Ragu-ragu)
“Keep a low profile, apologize, wait and see how the wind
blows, admit one is in the wrong”.
Perilaku ragu-ragu ditunjukkan dengan: bersikap merendah,
meminta maaf, menunggu dan melihat bagaimana arah proses
pembelajaran, dan mengakui kesalahan.
6) Dissatified (Tidak puas)
“Wait for the silence, consider pros and cons, keep quiet,
show dissatisfaction, look glum, question, criticize”.
26

Perilaku tidak puas ditunjukkan dengan: menunggu siswa


diam, mempertimbangkan pendapat pro dan kontra, diam,
menunjukkan ketidakpuasan, terlihat murung, bertanya-tanya/ragu,
dan mencela.
7) Admonishing (Menegur)
“Get angry, take pupils to task, express irritation and anger,
forbid, correct, punish”.
Perilaku menegur ditunjukkan dengan: gampang marah,
memberikan siswa tugas, menampilkan ekspresi terganggu dan
kemarahan, melarang siswa, selalu ingin benar, dan suka
menghukum.
8) Strict (Disiplin)
“Keep reins tight, check, judge, get class silent, maintain
silence, be strict, exact norms and set rules”.
Perilaku disiplin ditunjukkan dengan: menjaga kendali yang
ketat, memeriksa, menghakimi, menjaga kelas tetap diam,
mempertahankan keheningan, bersikap tegas/disiplin, menetapkan
aturan dan norma-norma yang tepat.
Untuk mengukur delapan skala perilaku interpersonal guru
dalam Model Perilaku Interpersonal Guru (Model for Interpersonal
Teacher Behaviour/MITB), Questionnaire on Teacher Interaction (QTI)
secara khusus dikembangkan untuk tujuan tersebut. QTI pertama kali
dikembangkan di Belanda di antara tahun 1978 dan 1984, yang terdiri
atas 77 item pertanyaan dengan lima point skala Likert dari “Tidak
pernah/Tidak sama sekali” hingga “Selalu/Sangat”. Tidak berapa lama
sejak konstruksi QTI di Belanda, versi Amerika dikembangkan pada
tahun 1988 dan diujikan sebanyak tiga kali dengan melibatkan guru dan
siswa dan menghasilkan 64 item dengan tingkat validitas dan reliabilitas
baik, yang setara dengan QTI versi Belanda. Kemudian, versi QTI yang
lebih singkat dengan 48 item dikembangkan di Australia. Selanjutnya,
QTI versi Amerika dan Australia menjadi titik permulaan bagi para
27

peneliti di negara-negara lainnya untuk mengembangkan QTI versi


negara mereka. Secara umum, versi QTI yang berbeda-beda
menampilkan hasil yang baik dan sebanding dengan versi asli Belanda
dan Amerika. Pada lintas budaya, den Brok (2006) menemukan
perbedaan kedudukan skala empiris terhadap hipotesis, yang kemudian
mempengaruhi perbedaan pengartian dari sektor dan skala di antara
negara-negara. Alhasil, hasil penelitian dari penggunaan QTI tidak
sebanding di antara beberapa negara pada level skala, namun sebanding
pada level dimensi (Maulana, dkk. 2012, hlm. 254).
Di Indonesia, penggunaan QTI pertama kali dilakukan oleh
Fraser (2010) untuk mengukur persepsi mahasiswa perguruan tinggi
dalam 12 kelas ilmu komputer. Validasi QTI menunjukkan hasil yang
memuaskan dan beberapa skala QTI memiliki korelasi yang cukup
signifikan terhadap sikap belajar mahasiswa. Meskipun penelitian ini
tidak menyediakan informasi persepsi mahasiswa terhadap perilaku
interpersonal guru berdasarkan level dimensi, yang mana membuatnya
sulit untuk dibandingkan dengan hasil penelitian dari negara lain.
Namun, penelitian ini memberikan informasi awal yang menunjukkan
pentingnya hubungan interpersonal guru-siswa di Indonesia (Maulana,
dkk. 2012, hlm. 255).
b. Profil Perilaku Interpersonal Guru
Untuk mendeskripsikan profil perilaku interpersonal guru,
pertama kali yang harus dilakukan adalah beralih ke profil yang telah
ditemukan dengan bantuan Model Perilaku Interpersonal Guru (MITB)
dan Questionnaire on Teacher Interaction (QTI). Profil perilaku
interpersonal guru adalah kombinasi khusus dari delapan skala yang
dihasilkan dari QTI (Wubbels & Brekelmans, 2005, hlm. 11-12).
Berdasarkan Brekelmans, Levy, dan Rodriguez (1993), profil
perilaku interpersonal guru dapat dikategorikan menjadi delapan tipe,
yaitu direktif (directive), otoritatif (authoritative), toleran/otoritatif
(tolerant/authoritative), toleran (tolerant), tak menentu/toleran
28

(uncertain/tolerant), tak menentu/agresif (uncertain/aggressive),


menekan (repressive) dan membosankan (drudging) (Maulana, dkk.
2011, hlm. 35).
Pada level dimensi, profil perilaku guru yang otoritatif,
toleran/otoritatif, dan toleran dipersepsi siswa dengan pola dimensi
kedekatan yang relatif tinggi, dengan tipe profil toleran memiliki
dimensi pengaruh paling rendah. Sedangkan pada tipe profil guru yang
direktif, tak menentu/toleran, dan membosankan memiliki dimensi
kerjasama lebih sedikit daripada tiga tipe sebelumnya, dengan tipe profil
tak menentu/toleran memiliki dimensi dominasi yang lebih rendah.
Guru dengan dimensi kerjasama paling sedikit diindikasikan memiliki
tipe profil guru yang menekan dan tak menentu/agresif. Pada tipe profil
represif, guru memiliki dimensi dominasi paling tinggi dibandingkan
delapan jenis skala lainnya (Wubbels & Brekelmans, 2005, hlm. 12).
Profil guru direktif, otoritatif, dan toleran/otoritatif
menampilkan jumlah yang sama pada dimensi pengaruh. Ketiga tipe ini
dikarakterisasikan dengan perilaku cukup mendominasi, namun berbeda
pada jumlah dimensi kedekatan. Guru direktif memiliki sedikit perilaku
kerja sama yang diindikasikan dengan tingkat yang cukup rendah pada
dimensi kerjasama tapi tinggi pada perilaku disiplin. Sedangkan guru
toleran/otoritatif tinggi pada perilaku kerjasama. Guru toleran sama
bekerjasamanya dengan guru otoritatif, namun berbeda pada tingkat
dominasi, sedangkan tipe guru lainnya menunjukkan tingkat kerjasama
yang lebih rendah dengan tingkat dominasi yang beragam (Maulana,
dkk. 2011, hlm. 35).
29

Gambaran profil perilaku interpersonal guru dapat dilihat pada


gambar di bawah ini.

Gambar 2.4 Profil Perilaku Interpersonal Guru


Sumber: Brekelmans (1989) dalam (Maulana, dkk. 2012, hlm. 36)
30

B. Penelitian yang Relevan


Penelitian relevan terkait dengan hubungan interpersonal guru-siswa
adalah sebagai berikut.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Darrell Fisher dan Tony Rickards, berjudul
“Associations between Teacher-Student Interpersonal Behaviour and
Student Attitude to Mathematics”, yang dimuat dalam Mathematics
Education Research Journal Vol. 10, No. 1, hal. 3-15, tahun 1998. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam kelas di mana siswa merasakan
perilaku guru yang lebih membantu/bersahabat dan memiliki
kepemimpinan lebih besar, siswa menunjukkan sikap yang lebih baik
terhadap kelas matematika. Hal sebaliknya terjadi ketika guru dirasa
menunjukkan perilaku disiplin atau tidak puas. Pada level dimensi, perilaku
guru yang bekerja sama dan mendominasi tampak berkontribusi pada sikap
siswa yang menyenangkan terhadap mata pelajaran, sedangkan perilaku
perlawanan dan kepatuhan guru yang memiliki efek sebaliknya. Hal ini
menunjukkan bahwa perilaku guru terhadap siswa memiliki dampak yang
besar dalam sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Perry den Brok, Darrell Fisher, dan Rekha
Koul, berjudul “The Importance of Techer Interpersonal Behaviour for
Secondary Science Students’ attitudes in Kashmir”, yang dimuat dalam
Journal of Clasroom Interaction, 2005. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa hubungan interpersonal guru-siswa yang positif, di mana guru
dianggap baik dalam mengontrol (tinggi pada dimensi pengaruh) dan
bekerja sama dengan siswa (tinggi pada dimensi kedekatan) menjadi faktor
penting yang menciptakan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran yang
diajarkan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Perry den Brok, Sibel Telli, dan Jale
Cakiroglu, berjudul “Science Teachers’ Interpersonal Behaviour in Turkey
and the Netherlands: Comparison For the Subjects of Biology, Chemistry
and Physics”, yang dimuat dalam Asian Journal of Educational Research
and Synergy 1(1), hal. 82-98, Mei 2009. Hasil penelitian ini menunjukkan
31

bahwa guru biologi di Turki dipersepsi lebih tinggi pada dimensi pengaruh
daripada guru di Belanda. Guru kimia di Turki dipersepsi lebih
mendominasi ketika di dalam kelas, sedangkan guru Fisika di Turki
dipersepsi memiliki efek pengaruh terhadap siswa meski tidak sebesar guru
biologi dan guru kimia. Sedangkan untuk profil guru yang teridentifikasi,
guru kimia di Turki dipersepsi dengan dengan tiga urutan persentase
terbesar yaitu profil toleran/otoriatif sebesar 41,8%, otoritatif sebesar 38%
dan direktif sebesar 17%. Sedangkan guru kimia di Belanda dipersepsi
dengan profil toleran sebesar 30%, ragu-ragu/toleran sebesar 21%, dan
toleran/otoritatif sebesar 19%.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Ridwan Maulana, Marie-Christine
Opdenakker, Perry den Brok, dan Roel Bosker, berjudul “Teacher-Student
Interpersonal Relationship in Indonesia: Profiles and Importance to
Student Motivation”, yang dimuat dalam Asia Pasific Journal of Education
Vol. 31, No. 1, hal. 33-49, Maret 2011. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa siswa memersepsi guru memiliki perilaku yang kooperatif
(kepemimpinan, membantu/ramah, dan memahami) daripada perilaku
memusuhi (ragu-ragu, tidak puas, menegur). Namun para siswa juga
menilai guru mereka memiliki perilaku yang ketat. Pada level dimensi,
siswa memersepsi guru mereka memiliki perilaku yang cukup tinggi pada
dimensi dominasi dan kerjasama. Terkait motivasi siswa dalam
pembelajaran di kelas, perilaku guru yang tinggi pada dimensi kedekatan
berhubungan positif dengan motivasi intrinsik, sedangkan pada dimensi
pengaruh berhubungan positif dengan motivasi ekstrinsik siswa. Penelitian
ini juga mengidentifikasi profil guru Indonesia yang merupakan kombinasi
dari guru direktif dan guru otoritatif.
5. Penelitian yang dilakukan oleh R. Maulana, M. C. J. L. Opdenakker, P. Den
Brok dan R. J. Bosker, berjudul “Teacher-Student Interpersonal
Relationship in Indonesian Lower Secondary Education: Teacher and
Student Perceptions”, yang dimuat dalam Jurnal Learning Environment
Research yang diterbitkan oleh Springer Science+Business Media B.V.,
32

Vol. 15, hal. 251-271, tahun 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
guru di Indonesia dipersepsi memiliki perilaku pada level dimensi pengaruh
yang sama dengan guru di Amerika Serikat, Australia dan Singapore. Di sisi
lain, hasil pada dimensi kedekatan sama dengan guru di Belanda dan
Amerika Serikat. Sedangkan pada dimensi dominasi yang lebih rendah
dibandingkan guru di Brunei dan lebih rendah pada dimensi kerja sama
dibandingkan guru di Australia, Singapore, Brunei dan Turki.
6. Penelitian yang dilakukan oleh C. Reid dan D. Fisher, berjudul “Teacher
Interpersonal Behaviour: Its Influence on Student Motivation in Science”,
yang dimuat dalam Proceedings of the Fifth International Conference on
Science, Mathematics and Technology Education Udon Thani, Thailand
(pp. 437-445), tahun 2008. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa guru
sains yang memiliki perilaku kepemimpinan, membantu/bersahabat,
pengertian dan memberikan tanggung jawab dan kebebasan pada siswa
memiliki pengaruh yang positif terhadap motivasi siswa dalam pencapaian
hasil belajar pada mata pelajaran sains.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Rini Susanti, berjudul “Hubungan Interaksi
Interpersonal Guru Biologi dan Siswa dengan Motivasi Belajar Siswa
Kelas X SMAN 1 Purwareja Klampok Banjarnegara”, yang disusun sebagai
skripsi di Prodi Pendidikan Biologi, Jurusan Biologi Fakultas MIPA
Universitas Semarang, tahun 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara interaksi interpersonal guru Biologi dan siswa
dengan motivasi belajar siswa. Penelitian ini menyarankan agar guru
mengetahui bagaimana cara pandang siswa terhadap interaksinya dengan
guru dan mengevaluasi serta mengambil sikap supaya dapat memberi
motivasi dengan baik.
33

C. Kerangka Berpikir

Kimia merupakan mata pelajaran yang sulit karena mempelajari


materi yang abstrak. Tanpa motivasi belajar yang tinggi, materi
kimia akan sulit untuk dipahami oleh siswa.

Dalam The National Science Teachers Association (NSTA)


Standards for Science Teacher Preparation (2003) dijelaskan
bahwa guru IPA (sains), dituntut untuk tidak hanya mampu dalam
penguasaan konsep dan variasi metode mengajar, namun
diharapkan mampu menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan
pembelajaran yang nyaman dan mendukung secara psikologis
maupun sosial bagi siswa, sehingga siswa akan lebih termotivasi
dalam mengikuti pembelajaran sains.
Masalah

Penelitian terdahulu tentang lingkungan pembelajaran


menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap hubungan
interpersonal guru dan siswa berpengaruh secara positif terhadap
hasil belajar, sikap, dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
sains.

Tidak ditemukan penelitian mengenai persepsi siswa terhadap


hubungan interpersonal guru dan siswa pada pembelajaran kimia
di SMA di Kota Tangerang Selatan

Perlu adanya pengkajian tentang persepsi siswa terhadap


Solusi hubungan interpersonal guru dan siswa pada pembelajaran kimia
di SMA di Kota Tangerang Selatan

Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berpikir


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lima SMA Negeri dan lima SMA Swasta
di Kota Tangerang Selatan. Tahap pengambilan data terhadap sampel dilakukan
pada pertengahan bulan April hingga pertengahan bulan Mei 2016.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian survei. Metode penelitian survei adalah metode penelitian kuantitatif
dimana peneliti mengelola survei kepada sebuah sampel atau populasi manusia
untuk mendeskripsikan sikap, pendapat, tingkah laku, atau karakteristik dari
populasi tersebut. Pada metode ini, peneliti mengumpulkan data secara
kuantitatif berupa angka dengan menggunakan kuesioner atau wawancara dan
secara statistik menganalisis data untuk mendeskripsikan kecenderungan
respon terhadap pertanyaan dan untuk menguji pertanyaan penelitian atau
hipotesis (Creswell, 2012, hlm. 376).
Metode penelitian survei yang paling terkenal dalam dunia pendidikan
adalah metode cross-sectional survey. Metode ini memiliki keuntungan dalam
mengukur sikap atau praktik yang sedang berlangsung dengan menyediakan
informasi dalam waktu yang cukup singkat. Metode cross-sectional survey juga
digunakan untuk membandingkan dua atau lebih grup pendidikan, dapat
mengukur kebutuhan dari suatu komunitas, dan digunakan pula untuk
mengevaluasi sebuah program (Creswell, 2012, hlm. 377-379). Dalam
penelitian ini aspek yang akan diteliti adalah hubungan interpersonal guru-siswa
yang terjadi di kelas XI IPA SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Tangerang
Selatan melalui perilaku interpersonal guru yang diukur berdasarkan persepsi
siswa.
C. Desain Penelitian
Untuk memberikan pengetahuan mengenai alur penelitian ini, penulis
memberikan gambaran sebuah desain penelitian yang penulis gunakan dalam
penelitian ini.
35

Dalam desain penelitian ini terdapat beberapa tahapan, yaitu seperti


yang ditampilkan pada bagan di bawah ini.

Melakukan Studi Literatur

Mengidentifikasi pertanyaan atau hipotesis


dalam penelitian

Mengidentifikasi populasi dan sampel yang akan


diteliti.
Tahap
Perencanaan
Menentukan jenis metode penelitian dan
pengumpulan data yang digunakan.

Mengembangkan dan menguji coba instrumen


penelitian.

Memperbanyak instrumen untuk digunakan pada


penelitian.

Meminta izin kepada pihak sekolah terkait untuk


melaksanakan penelitian.

Menyebarkan instrumen penelitian kepada


Tahap siswa/i kelas XI IPA di tiap sekolah yang menjadi
Pelaksanaan target sampling dalam penelitian ini.

Mengumpulkan instrumen penelitian yang telah


diisi oleh siswa.

Mengolah data hasil penelitian.

Tahap Menganalisis data untuk menjawab pertanyaan


Penyelesaian atau hipotesis penelitian.

Menarik kesimpulan.

Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian


36

D. Populasi dan Sampel


Dalam melakukan penelitian seorang peneliti memerlukan sumber data
untuk subjek yang akan diteliti, subjek tersebut berupa populasi dan sampel.
1. Populasi
Menurut Sugiyono, “populasi merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya” (2006, hlm. 89). Sedangkan, menurut Arikunto, “populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian” (2002, hlm. 108).
Sejalan dengan kutipan tersebut, maka yang disebut populasi adalah
keseluruhan objek/subjek penelitian yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas XI IPA Tahun Ajaran
2015/2016 di SMA/MA di Kota Tangerang Selatan.
2. Sampel
Menurut Sugiyono, “sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk itu, sampel yang diambil
dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili)” (2006, hlm. 90).
Pada penelitian ini, penentuan sampel dilakukan dengan teknik
simple random sampling karena anggota sampel dari populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu
(Sugiyono, 2006, hlm. 91).
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas XI IPA di 5 SMA
Negeri dan 5 SMA Swasta. Sampel terdiri atas 472 siswa dari 17 kelas
dengan 176 responden laki-laki dan 296 responden perempuan dari 10
Sekolah Menengah Atas Negeri maupun Sekolah Menengah Atas Swasta.
Adapun jumlah sampel pada tiap sekolah disajikan dalam tabel di bawah
ini.
37

Tabel 3.1 Sampel Penelitian Hubungan Interpersonal Guru-Siswa

Banyaknya
No. Nama Sekolah Keterangan
Siswa
SMAN 1 Kota Laki-laki : 9 siswa
1 34 siswa
Tangerang Selatan Perempuan : 25 siswa
SMAN 3 Kota Laki-laki : 38 siswa
2 107 siswa
Tangerang Selatan Perempuan : 69 siswa
SMAN 4 Kota Laki-laki : 21 siswa
3 65 siswa
Tangerang Selatan Perempuan : 44 siswa
SMAN 8 Kota Laki-laki : 26 siswa
4 44 siswa
Tangerang Selatan Perempuan : 18 siswa
SMAN 10 Kota Laki-laki : 33 siswa
5 101 siswa
Tangerang Selatan Perempuan : 68 siswa
SMA
Laki-laki : 11 siswa
6 Muhammadiyah 32 siswa
Perempuan : 21 siswa
25 Pamulang
SMA
Laki-laki : 4 siswa
7 Muhammadiyah 8 17 siswa
Perempuan : 13 siswa
Ciputat
SMA Triguna Laki-laki : 8 siswa
8 24 siswa
Utama Perempuan : 16 siswa
Laki-laki : 16 siswa
9 SMA Darussalam 25 siswa
Perempuan : 9 siswa
Laki-laki : 10 siswa
10 SMA Dua Mei 23 siswa
Perempuan : 13 siswa
Laki-laki : 176 siswa
Jumlah 472 siswa
Perempuan : 296 siswa

E. Teknik Pengumpulan Data


Metode survei berbeda dengan penelitian eksperimen, dimana pada
metode ini peneliti tidak memberikan perlakuan khusus kepada responden
(Creswell, 2012, hlm. 376). Pada umumnya peneliti mengumpulkan data
menggunakan dua bentuk dasar, yaitu kuesioner (questionnaire) dan
wawancara (interview). Beberapa tipe kuesioner dan wawancara yang
dilakukan, yaitu kuesioner terkirim (mailed questionnaire), kuesioner berbasis
web (web-based questionnaire), wawancara satu-satu/individual (one-on-one
interviews), wawancara grup (focus-group interviews), dan wawancara telepon
(telephone interviews) (Creswell, 2012, hlm. 382-384).
38

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


dengan melakukan penyebaran angket (kuesioner) persepsi siswa terhadap
hubungan interpersonal guru-siswa yang telah dikonstruk ulang dengan
mengadaptasi QTI versi Bahasa Indonesia yang terdiri atas 36 item pertanyaan
dengan lima point skala Likert dari “Tidak pernah/Tidak sama sekali” hingga
“Selalu/Sangat”.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
angket persepsi siswa terhadap hubungan interpersonal guru-siswa hasil
adaptasi QTI yang telah dikembangkan oleh Maulana, dkk. (2011) untuk
Pendidikan Menengah (Secondary Education).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket tertutup sebagai alat
pengumpul data. Pada angket tertutup sudah disediakan alternatif jawabannya.
Responden hanya memilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai dengan
pendapatnya masing-masing. Jawaban yang dikemukakan oleh responden
didasarkan pada pendapatnya sendiri atau suatu hal yang dialaminya.
Mengenai alternatif jawaban yang disediakan dalam angket ini, penulis
menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu
fenomena (Sugiyono, 2006, hlm. 104).
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik
tolak menyusun item-item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan
yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan
bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Widoyoko, 2014, hlm. 104).
Berdasarkan uraian di atas, penulis menggunakan pilihan respon skala
lima untuk alternaif jawaban responden dengan kategori untuk setiap item
pernyataan sebagai berikut.
39

Tabel 3.2 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban


Selalu 5
Sering 4
Kadang-kadang 3
Jarang 2
Tidak pernah 1

Pada penelitian ini, penulis mengembangkan 53 item pernyataan


mengenai hubungan interpersonal guru-siswa dari delapan skala perilaku guru
yang dipersepsi oleh siswa. Adapun kisi-kisi instrumen hubungan interpersonal
guru-siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Hubungan Interpersonal Guru-Siswa

Item Jumlah
No. Skala Perilaku Deskripsi
soal soal
1. DC Leadership Sejauh mana guru
(Kepemimpinan) memimpin kelas. 1, 2 2
“... lead, ... mengorganisasikan
organize, 3, 4 2
kelas.
determine ... menentukan prosedur.
procedure, 5, 6 2
structure the ... menyusun situasi kelas
classroom 7, 8, 9 3
situation”.
2. CD Sejauh mana guru
Helpful/Friendly membantu siswa. 10, 11 2
(Membantu/Bers
ahabat) ... bisa membuat lelucon.
12, 13 2
“... assist, be able
to make a joke, ... berperilaku ramah
behave in a terhadap siswa.
14, 15 2
friendly
manner”.
3. CS Sejauh mana guru
Understanding mendengarkan siswa 16, 17 2
(Pengertian) dengan penuh perhatian.
“... listen with ... berempati. 18, 19 2
interest, ... menunjukkan
emphatize, show keyakinan dan 20, 21 2
pengertian.
40

Item Jumlah
No. Skala Perilaku Deskripsi
soal soal
confidence and
understanding”.
4. SC Student Sejauh mana guru
Freedom memberikan kesempatan 22, 23,
(Memberi kepada siswa untuk 3
24
Tanggung bekerja mandiri.
jawab/Kebebasa
n siswa) ... memberikan kebebasan
“... give dan tanggung jawab pada
opportunity for siswa.
25, 26,
independent 3
27
work, give
freedom and
responsibility”.
5. SO Uncertain Sejauh mana guru 28*,
(Ragu-ragu) berperilaku ragu-ragu. 29*, 3
“...Behave in an 30*
uncertain ... mengakui sebagai
manner, admit orang yang bersalah. 31*,
2
one is in the 32*
wrong”.
6. OS Dissatisfied Sejauh mana guru
33*,
(Tidak puas) menunjukkan 2
34*
“... express ketidakpuasan.
dissatisfaction, ... tampak kecewa 35*,
looks 2
terhadap siswa. 36*
dissappointed, ... mencela/mengkritik 37*,
criticize”. 2
38*
7. OD Sejauh mana guru 39*,
2
Admonishing gampang marah. 40*
(Menegur) ... menunjukkan ekspresi
41*,
“... get angry, terganggu dan 2
42*
express irritation kemarahan.
and anger, ... selalu mengkoreksi 43*,
correct, punish”. 2
siswa. 44*
... suka
menghukum/menyiksa 45* 1
siswa.
8. DO Strict Sejauh mana guru 46*,
(Disiplin) menjaga keheningan. 47*, 3
“...maintain 48*
silence, check, ... memeriksa siswa. 49*,
2
judge, exact 50*
41

Item Jumlah
No. Skala Perilaku Deskripsi
soal soal
norms and set ... menilai siswa. 51*,
2
rules”. 52*
... menerapkan norma dan
53* 1
aturan yang tepat.
* Pernyataan negatif

G. Uji Coba Instrumen


Angket yang telah disusun harus diujicobakan untuk mengukur tingkat
validitas dan reliabilitas dari tiap-tiap item pernyataan. Dari uji coba angket
akan diperoleh hasil angket yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai
alat pengumpul data dalam penelitian ini.
Menurut Arikunto, “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen
yang valid mempunyai validitas yang tinggi. sebaliknya, instrumen yang kurang
valid berarti mempunyai kevalidan yang rendah” (2002, hlm. 144).
Uji coba angket ini dilakukan pada 70 orang siswa kelas XI IPA di SMA
Negeri 1 Kota Tangerang Selatan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis
menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment yaitu dengan
mengkorelasikan skor item (X) dengan skor item (Y) dengan bantuan perangkat
lunak komputer SPSS (Statistical Product Service Solutions) versi 20. Rumus
yang digunakan untuk menguji validitas di atas adalah sebagai berikut.

𝑵 𝚺𝒙𝒚 − (𝚺𝒙)(𝚺𝒚)
𝒓𝒙𝒚 =
√{𝑵𝚺𝒙𝟐 − (𝚺𝒙)𝟐 }{𝑵𝚺𝒚𝟐 − (𝚺𝒚)𝟐 }

Keterangan:

rxy : Korelasi produk momen (Product Moment)


N : Jumlah sampel
ΣX : Jumlah skor item
ΣY : Jumlah skor total
ΣXY : Jumlah perkalian skor item dengan skor total
42

ΣX2 : Jumlah kuadrat skor item


ΣY2 : Jumlah kuadrat skor total
(Arikunto, 2002, hlm. 146)

Hasil analisis validitas instrumen hubungan interpersonal guru-siswa


dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Angket Hubungan Interpersonal Guru-


Siswa
No. Tingkat No. Tingkat
Keterangan Keterangan
Soal validitas Soal validitas
1. 0,206 Tidak valid 28. 0,323 Valid
2. 0,115 Tidak valid 29. 0,260 Valid
3. 0,297 Valid 30. 0,259 Valid
4. 0,266 Valid 31. 0,130 Tidak valid
5. 0,039 Tidak valid 32. 0,575 Valid
6. 0,242 Valid 33. 0,394 Valid
7. 0,372 Valid 34. 0,414 Valid
8. 0,292 Valid 35. 0,405 Valid
9. 0,347 Valid 36. 0,458 Valid
10. 0,339 Valid 37. 0,309 Valid
11. 0,216 Tidak valid 38. 0,348 Valid
12. 0,398 Valid 39. 0,234 Tidak valid
13. 0,397 Valid 40. 0,182 Tidak valid
14. 0,268 Valid 41. 0,155 Tidak valid
15. 0,233 Tidak valid 42. 0,145 Tidak valid
16. 0,160 Tidak valid 43. 0,137 Tidak valid
17. 0,064 Tidak valid 44. 0,258 Valid
18. 0,182 Tidak valid 45. 0,387 Valid
19. 0,353 Valid 46. 0,399 Valid
20. 0,343 Valid 47. 0,336 Valid
21. 0,595 Valid 48. 0,484 Valid
22. 0,268 Valid 49. 0,417 Valid
23. 0,514 Valid 50. 0,236 Valid
24. 0,427 Valid 51. 0,004 Tidak valid
25. 0,301 Valid 52. 0,085 Tidak valid
26. 0,236 Valid 53. 0,233 Tidak valid
27. 0,399 Valid

Berdasarkan tabel di atas, instrumen yang berjumlah 53 item pernyataan


setelah diuji validitas dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 20 diketahui
43

terdapat 17 item pernyataan yang tidak valid. Item pernyataan yang tidak valid
adalah yang memiliki r hitung lebih kecil dari r tabel untuk jumlah responden
sebanyak 70 dengan taraf signifikasi 5% (r tabel = 0,235). Item-item pernyataan
yang tidak valid digugurkan dan item pernyataan yang valid masih cukup
mewakili masing-masing indikator yang ingin diungkapkan, sehingga
instrumen penelitian ini masih layak digunakan.

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Hubungan Interpersonal Guru-Siswa


Setelah Divalidasi
Item Jumlah
No. Skala Perilaku Deskripsi
soal soal
1. DC Leadership Sejauh mana guru
(Kepemimpinan) mengorganisasikan 3, 4 2
“...organize, kelas.
determine ... menentukan
procedure, prosedur. 6 1
structure the ... menyusun situasi
classroom kelas 7, 8, 9 3
situation”.
2. CD Sejauh mana guru
Helpful/Friendly membantu siswa. 10 1
(Membantu/Bersah
abat) ... bisa membuat
12, 13 2
“... assist, be able lelucon.
to make a joke, ... berperilaku ramah
behave in a terhadap siswa. 14 1
friendly manner”.
3. CS Understanding Sejauh mana guru
(Pengertian) berempati. 19 1
“...emphatize,
show confidence ... menunjukkan
and keyakinan dan 20, 21 2
understanding”. pengertian.
4. SC Student Sejauh mana guru
Freedom memberikan
(Memberi kesempatan kepada 22, 23,
Tanggung siswa untuk bekerja 3
24
jawab/Kebebasan mandiri.
siswa)
44

Item Jumlah
No. Skala Perilaku Deskripsi
soal soal
“... give ... memberikan
opportunity for kebebasan dan
25, 26,
independent work, tanggung jawab pada 3
27
give freedom and siswa.
responsibility”.
5. SO Uncertain Sejauh mana guru 28*,
(Ragu-ragu) berperilaku ragu-ragu. 29*, 3
“...Behave in an 30*
uncertain manner, ... mengakui sebagai
admit one is in the orang yang bersalah. 32* 1
wrong”.
6. OS Dissatisfied Sejauh mana guru
33*,
(Tidak puas) menunjukkan 2
34*
“... express ketidakpuasan.
dissatisfaction, ... tampak kecewa 35*,
looks terhadap siswa. 2
36*
dissappointed, ... mencela/mengkritik 37*,
criticize”. 38*
2
7. OD Admonishing Sejauh mana guru
(Menegur) selalu mengkoreksi 44* 1
“...correct, siswa.
punish”. ... suka
menghukum/menyiksa 45* 1
siswa.
8. DO Strict Sejauh mana guru 46*,
(Disiplin) menjaga keheningan. 47*, 3
“...maintain 48*
silence, check.’. ... memeriksa siswa. 49*,
2
50*
* Pernyataan negatif

Setelah dilakukan uji validitas, pada item pernyataan yang telah valid
dilakukan uji reliabilitas. Instrumen dikatakan reliabel (dapat dipercaya) jika
memberikan hasil yang tetap atau ajeg (konsisten) apabila diteskan berkali-kali
(Widoyoko, 2014, hlm. 157). Untuk menguji reliabilitas dalam instrumen
penelitian ini digunakan rumus koefisien Alpha (Cronbach’s) dengan bantuan
perangkat lunak SPSS versi 20 for windows. Adapun rumus yang digunakan
untuk mengukur reliabilitas instrumen di atas adalah sebagai berikut.
45

𝒌 𝚺𝑺𝟏
𝒓𝟏𝟏 = ( ) (𝟏 − )
𝒌−𝟏 𝑺𝟏

Keterangan:
r11 = Nilai Reliabilitas
ΣS1 = Jumlah varians skor tiap-tiap item
S1 = Varians total
k = Jumlah item
(Riduwan, 2013, hlm. 115)
Untuk mengetahui apakah instrumen tersebut reliabel atau tidak adalah
dengan mengkonsultasikannya dengan harga kritik atau standar reliabilitas.
Harga kritik indeks reliabilitas instrumen adalah 0,7. Menurut Kaplan (1982)
suatu instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien Alpha
sekurang-kurangnya 0,7 (Widoyoko, 2014, hlm. 165).
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan rumus koefisien Alpha
(Cronbach’s) dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 20 for windows yang
telah dikurangi dengan item pernyataan yang tidak valid, diperoleh nilai Alpha
(Cronbach’s) sebesar r11 = 0,822. Dengan demikian diketahui bahwa instrumen
tersebut reliabel.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat mudah dipahami yang dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain
(Sugiyono, 2006, hlm. 274).
Penelitian ini bermaksud mencari tingkat hubungan interpersonal guru-
siswa pada mata pelajaran kimia di kelas XI IPA di SMA Negeri dan SMA
Swasta di Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2015/2016, menganalisis
perilaku dan profil interpersonal guru kimia yang teridentifikasi berdasarkan
46

dimensi dan skala perilaku menggunakan QTI dengan menggunakan prinsip


pemodelan Rasch.
Untuk mengetahui tingkat hubungan interpersonal guru-siswa,
dilakukan tabulasi terhadap data yang diperoleh dan selanjutnya dianalisis
dengan bantuan perangkat lunak Winsteps 3.73 for windows untuk
dideskripsikan dengan perhitungan statistik deskriptif. Dalam mendeskripsikan
data disajikan mengenai skor tertinggi dan skor terendah dari masing-masing
variabel, rata-rata (mean), dan simpangan baku (standar deviasi) untuk setiap
variabel berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Untuk mengetahui rata-
rata (mean) data yang diperoleh dihitung dengan menggunakan rumus
(Sugiyono, 2007, hlm. 49):
∑ 𝒙𝒊
𝑴𝒆 =
𝒏
Keterangan:
Me : Mean (rata-rata)
Σ : Epsilon (baca jumlah)
xi : Nilai x ke i sampai ke n
n : Jumlah individu
Selanjutnya menghitung standar deviasi. Standar deviasi atau
simpangan baku merupakan akar dari varians, dimana varians merupakan
jumlah kuadrat semua deviasi nilai-nilai individual terhadap rata-rata
kelompok. Data ini digunakan untuk menjelaskan homogenitas kelompok.
Standar deviasi pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus (Sugiyono,
2007, hlm. 56-57):

∑(𝒙𝒊 − 𝒙
̅) 𝟐
𝒔=√
𝒏

Keterangan:
s : Standar deviasi (simpangan baku)
Σ : Epsilon (baca jumlah)
xi : Nilai x ke i sampai ke n
𝑥̅ : Rata-rata
47

n : Jumlah sampel
Untuk mengetahui kecenderungan variabel hubungan interpersonal
guru-siswa digunakan skor rata-rata ideal (Mi) dan simpangan baku ideal (SDi).
1
Untuk menghitung skor rata-rata ideal (Mi) digunakan rumus (skor tertinggi
2
1
+ skor terendah) dan simpangan baku ideal (SDi) digunakan rumus (skor
6

tertinggi – skor terendah) (Sya’ban, 2005, hlm. 15). Kecenderungan skor tiap
variabel dibagi menjadi empat kelompok (Sudijono, 2006, hlm. 174-175) yaitu:
Tabel 3.6 Kategori Kecenderungan Variabel Hubungan Interpersonal
Guru-Siswa
Interval Skor Kategori
> Mi + 1,5 SDi Sangat Baik
Mi s.d Mi + 1,5 SDi Baik
Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi Cukup Baik
< Mi – 1,5 SDi Tidak Baik

Selanjutnya, perilaku interpersonal guru pada penelitian ini dianalisis


dengan pemodelan Rasch menggunakan bantuan perangkat lunak Winsteps
versi 3.73 for windows untuk mengetahui keterkaitan antara responden dengan
item pernyataan. Deskripsi data ini memberikan gambaran yang lebih jelas
tentang apa yang terjadi antara responden dan perilaku guru yang terukur.
Pemodelan Rasch menggunakan data skor per responden (person) dan data skor
per item soal (item) secara bersama-sama. Kedua skor ini menjadi basis yang
menunjukkan tingkat kemampuan individu dalam menjawab soal (pernyataan)
yang diberikan dan tingkat kesulitan item soal.
Dalam pemodelan Rasch, hasil data diinterpretasikan melalui peta
konstruk. Peta konstruk adalah representasi visual yang memberikan konteks
secara menyeluruh dan substantif pada isi konstruk-konstruk yang diukur, yang
di dalamnya terkandung gambaran kontinum yang didapat dari pengukuran
yang terdiri dari dua hal (Sumintono & Widhiarso, 2015, hlm. 21-22), yaitu:
1. Peta konstruk responden, dalam hal ini siswa yang menampilkan skor
hubungan interpersonal dari peringkat terendah ke peringkat tertinggi.
48

2. Peta konstruk item soal, dalam hal ini berupa item pernyataan yang
menunjukkan pola jawaban yang diberikan siswa terhadap masing-masing
skala perilaku interpersonal guru yang terukur dari kategorisasi item
pernyataan yang mudah ke item pernyataan yang sulit untuk dijawab
(dipersepsi) oleh siswa.
Selain menampilkan peta konstruk perilaku interpersonal guru,
penelitian ini juga menyajikan analisis deskriptif perilaku interpersonal guru
berupa data rata-rata (mean) dari tiap variabel yang terukur. Selanjutnya data
yang diperoleh dicari presentasenya dengan menggunakan rumus (Riduwan,
2013, hlm. 89):
𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍
Adapun untuk mendapatkan profil interpersonal guru, dilakukan
pemetaan persentase tiap variabel perilaku ke dalam representasi grafis dengan
menggunakan radar chart dan bantuan perangkat lunak AutoCad 2016. Hasil
yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan delapan profil perilaku
interpersonal guru menurut Wubbels, dkk. (2006).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian berupa analisis deskriptif
tentang perilaku interpersonal guru kimia berdasarkan persepsi siswa dan
pembahasan hasil penelitian.

A. Hasil Penelitian
1. Kecenderungan Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Tangerang Selatan
Data hasil survei 36 item pernyataan hubungan interpersonal guru
kimia dan siswa kepada 472 siswa kelas XI IPA di 5 Sekolah Menengah
Atas (SMA) Negeri dan 5 SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan
dianalisis menggunakan bantuan perangkat lunak Winsteps versi 3.73 for
windows. Hasil analisis data hubungan interpersonal guru-siswa menurut
persepsi siswa dirangkum pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Data Hubungan Interpersonal Guru Kimia
dan Siswa
Hubungan Interpersonal Guru Kimia
Sampel Penelitian dan Siswa
Rata-rata (Mean) Persentase (%)
SMA Negeri dan Swasta 106 58,9
SMA Negeri 104,9 58,3
SMA Swasta 109 60,6

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap hubungan


interpersonal guru kimia dan siswa di SMA di Kota Tangerang Selatan (lihat
pada Lampiran 16 dan 17) disajikan klasifikasi hubungan interpersonal guru
kimia dan siswa dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.2 Klasifikasi Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa
di SMA di Kota Tangerang Selatan
SMA Negeri dan
SMA Negeri SMA Swasta
Interval Swasta
No. Skor Frekuensi Frekuensi Frekuensi Kategori
Ideal Frekuensi Relatif Frekuensi Relatif Frekuensi Relatif
(%) (%) (%)
Sangat
1 > 144 1 0,21 0 0 1 0,83
Baik
108 s.d.
2 220 46,61 155 44,16 65 53,72 Baik
144
50

72 s.d. Cukup
3 251 53,18 196 55,84 55 45,45
< 108 Baik
Tidak
4 < 72 0 0 0 0 0 0
Baik

Data yang tertera pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa


kecenderungan hubungan interpersonal guru-siswa pada pembelajaran
kimia di SMA di Kota Tangerang Selatan terdapat 1 siswa berada dalam
kategori sangat baik, 220 siswa berada dalam kategori baik, 251 siswa
berada pada kondisi cukup baik dan tidak ada siswa yang berada pada
kategori tidak baik. Data yang diperoleh dari angket yang disebarkan pada
472 responden menunjukkan bahwa hubungan interpersonal guru-siswa
diperoleh rata-rata sebesar 106 terletak pada kelas interval skor (72 s.d. <
108) dengan kategori cukup baik, sehingga disimpulkan bahwa hubungan
interpersonal guru-siswa pada pembelajaran kimia di kelas XI IPA Tahun
Ajaran 2015/2016 di SMA di Kota Tangerang Selatan berada pada kategori
cukup baik.
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui pula bahwa kecenderungan
hubungan interpersonal guru-siswa pada pembelajaran kimia di SMA
Negeri tidak terdapat siswa berada dalam kategori sangat baik, 155 siswa
berada dalam kategori baik, 196 siswa berada pada kondisi cukup baik dan
tidak ada siswa yang berada pada kategori tidak baik. Data yang diperoleh
dari angket yang disebarkan pada 351 responden menunjukkan bahwa
hubungan interpersonal guru-siswa diperoleh rata-rata sebesar 104,9
terletak pada kelas interval skor (108 s.d. 144) dengan kategori cukup baik,
sehingga disimpulkan bahwa hubungan interpersonal guru-siswa pada
pembelajaran kimia di kelas XI IPA Tahun Ajaran 2015/2016 di SMA
Negeri di Kota Tangerang Selatan berada pada kategori cukup baik.
Sedangkan pada hasil perhitungan statistik hubungan interpersonal
guru-siswa pada pembelajaran kimia di SMA Swasta diketahui
kecenderungan hubungan interpersonal guru-siswa terdapat 1 siswa berada
dalam kategori sangat baik, 65 siswa berada dalam kategori baik, 55 siswa
berada pada kondisi cukup baik dan tidak ada siswa yang berada pada
51

kategori tidak baik. Data yang diperoleh dari angket yang disebarkan pada
121 responden menunjukkan bahwa hubungan interpersonal guru-siswa
diperoleh rata-rata sebesar 109 terletak pada kelas interval skor (108 s.d.
144) dengan kategori baik, sehingga disimpulkan bahwa hubungan
interpersonal guru-siswa pada pembelajaran kimia kelas XI IPA Tahun
Ajaran 2015/2016 di SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan berada pada
kategori baik.
Persentase hubungan interpersonal guru-siswa di SMA di Kota
Tangerang Selatan disajikan dalam diagram grafik di bawah ini.

Persentase Skor Hubungan Interpersonal di


SMA Negeri dan Swasta Kota Tangerang
Selatan

65 60.6
58.9 58.3
60

55

50
Persentase (%)

SMA Negeri dan Swasta SMA Negeri SMA Swasta

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Interpersonal Guru-Siswa di SMA


di Kota Tangerang Selatan
Selanjutnya, hasil perhitungan hubungan interpersonal guru kimia
dan siswa berdasarkan analisis dengan pemodelan Rasch terhadap sepuluh
SMA di Kota Tangerang Selatan ditampilkan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3 Rata-rata Skor dan Persentase Hubungan Interpersonal
Guru Kimia dan Siswa di SMA di Kota Tangerang Selatan
Rata-rata Persentase
No. Nama Sekolah
(mean) (%)
1 SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan 107,2 59.6
2 SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan 99,8 55.4
3 SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan 113,6 63.1
4 SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan 98,8 54.9
5 SMA Negeri 10 Kota Tangerang Selatan 106,8 59.3
6 SMA Darussalam Ciputat 115,9 64.4
7 SMA Dua Mei 107,3 59.6
8 SMA Muhammadiyah 8 Ciputat 113,6 63.1
52

9 SMA Muhammadiyah 25 Pamulang 107,7 59.8


10 SMA Triguna Utama 102,2 56.8

Persentase hubungan interpersonal guru-siswa di sepuluh SMA di


Kota Tangerang Selatan disajikan dalam diagram grafik di bawah ini.

Persentase Hubungan Interpersonal di SMA Negeri dan Swasta


Kota Tangerang Selatan

64.4
63.1 63.1
65
59.6 59.3 59.6 59.8
60 56.8
55.4 54.9
55

50
Persentase (%)

SMA N 1 SMA N 3 SMA N 4


SMA N 8 SMA N 10 SMA Darussalam
SMA Dua Mei SMA Muhammadiyah 8 SMA Muhammadiyah 25
SMA Triguna Utama

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Interpersonal Guru-Siswa di Sepuluh


SMA di Kota Tangerang Selatan
Berdasarkan data dalam tabel dan grafik hubungan interpersonal
guru-siswa pada mata pelajaran kimia di SMA di Kota Tangerang Selatan
diketahui bahwa persentase tertinggi dimiliki oleh SMA Darussalam
Ciputat sebesar 63,92% dan SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan
memiliki persentase terendah sebesar 56,04%.
2. Perilaku Interpersonal Guru Berdasarkan Model for Interpersonal
Teacher Behaviour (MITB)
Mengenai perilaku interpersonal guru ditinjau dari dimensi
pengaruh (influence) dan kedekatan (proximity) berdasarkan Model for
Interpersonal Teacher Behaviour (MITB), hasil analisis dengan
menggunakan bantuan perangkat lunak Winsteps versi 3.73 for windows
ditampilkan pada tabel di bawah ini.
53

Tabel 4.4 Hasil Analisis Data Rata-rata Perilaku Interpersonal Guru


Kimia Ditinjau dari Dimensi Pengaruh dan Dimensi Kedekatan
Rata-rata (Mean) Persentase (%)
Perilaku Interpersonal SMA SMA
Guru Kimia Negeri SMA SMA Negeri SMA SMA
dan Negeri Swasta dan Negeri Swasta
Swasta Swasta
Dimensi Pengaruh
Dominasi Guru 36,9 36,3 38,6 67,1 66,0 70,1
Kepatuhan Guru 24,8 24,9 24,7 49,6 49,8 49,4
Dimensi Kedekatan
Kerjasama Guru 26,3 25,7 27,9 75,1 73,4 79,7
Perlawanan Guru 18,0 18,0 17,8 45,0 45,0 44,5

a. Dimensi Pengaruh (Influence)


Dimensi pengaruh (influence) menggambarkan siapa yang
mengontrol atau mengarahkan proses komunikasi dan seberapa sering
hal itu terjadi. Dimensi pengaruh (influence) terdiri atas dua sumbu
dimensi yang berlawanan, yaitu dominasi (dominance) dan kepatuhan
(submission). Masing-masing hasil temuan pada sumbu dimensi
pengaruh dijelaskan sebagai berikut.
1) Sumbu Dimensi Dominasi (Dominance)
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 11
item pernyataan dimensi dominasi guru kimia (lihat pada Lampiran
18 dan 19) diketahui bahwa skor tingkat dominasi guru kimia
terhadap siswa SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh rata-rata
sebesar 36,9 terletak pada kelas interval skor (33 s.d. 43.95) dengan
kategori tinggi dan perolehan persentase sebesar 67,1%. Pada guru
kimia di SMA Negeri diperoleh rata-rata sebesar 36,3 terletak pada
kelas interval skor (33 s.d. 43.95) dengan kategori tinggi dan
perolehan persentase sebesar 66,0%. Pada guru kimia di SMA
Swasta diperoleh rata-rata sebesar 38,3 terletak pada kelas interval
skor (33 s.d. 43.95) dengan kategori tinggi dan perolehan persentase
sebesar 70,1%.
54

2) Sumbu Dimensi Kepatuhan (Submission)


Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 10
item pernyataan dimensi kepatuhan guru kimia kimia (lihat pada
Lampiran 20 dan 21) diketahui bahwa skor tingkat kepatuhan guru
kimia terhadap siswa SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh
rata-rata sebesar 24,8 terletak pada kelas interval skor (20,75 s.d. <
30,5) dengan kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar
49,6%. Pada guru kimia di SMA Negeri diperoleh rata-rata sebesar
24,9 terletak pada kelas interval skor (20,75 s.d. < 30,5) dengan
kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar 49,8%. Pada
guru kimia di SMA Swasta diperoleh rata-rata sebesar 24,7 terletak
pada kelas interval skor (20,75 s.d. < 30,5) dengan kategori cukup
tinggi dan perolehan persentase sebesar 49,4%.
b. Dimensi Kedekatan (Proximity)
Dimensi kedekatan (proximity) menunjukkan tingkat kerjasama
atau kedekatan di antara guru dan siswa yang terlibat dalam proses
komunikasi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dimensi
kedekatan (proximity) terdiri atas dua sumbu dimensi yang berlawanan,
yaitu kerjasama (cooperation) dan oposisi/pertentangan (opposition).
Masing-masing sumbu dimensi dijelaskan sebagai berikut.
1) Sumbu Dimensi Kerjasama (Cooperation)
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 7
item pernyataan dimensi kerjasama guru kimia kimia (lihat pada
Lampiran 22 dan 23) diketahui bahwa skor tingkat kerjasama guru
kimia terhadap siswa SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh
rata-rata sebesar 26,3 terletak pada kelas interval skor (21 s.d. 28,05)
dengan kategori tinggi dan perolehan persentase sebesar 75,1%.
Pada guru kimia di SMA Negeri diperoleh rata-rata sebesar 25,7
terletak pada kelas interval skor (21 s.d. 28,05) dengan kategori
tinggi dan perolehan persentase sebesar 73,4%. Pada guru kimia di
SMA Swasta diperoleh rata-rata sebesar 27,9 terletak pada kelas
55

interval skor (21 s.d. 28,05) dengan kategori tinggi dan perolehan
persentase sebesar 79,7%.
2) Sumbu Dimensi Perlawanan (Opposition)
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 8
item pernyataan dimensi perlawanan guru kimia kimia (lihat pada
Lampiran 24 dan 25) diketahui bahwa skor tingkat kerjasama guru
kimia terhadap siswa SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh
rata-rata sebesar 18 terletak pada kelas interval skor (16,05 s.d. < 24)
dengan kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar
45,0%. Pada guru kimia di SMA Negeri diperoleh rata-rata sebesar
18 terletak pada kelas interval skor (16,05 s.d. < 24) dengan kategori
cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar 45,0%. Pada guru
kimia di SMA Swasta diperoleh rata-rata sebesar 17,8 terletak pada
kelas interval skor (16,05 s.d. < 24) dengan kategori cukup tinggi
dan perolehan persentase sebesar 44,5%.
Secara umum, hasil analisis menunjukkan bahwa guru kimia di
SMA di Kota Tangerang Selatan dipersepsi siswa cukup mendominasi
(67,1%) dan sangat bekerja sama (75,1%) dengan siswa di dalam kelas,
sebagaimana yang ditunjukkan pada diagram grafik di bawah ini.

Perilaku Interpersonal Guru Kimia di Kota


Tangerang Selatan Berdasarkan Sumbu Dimensi

75.1
80.0 67.1
49.6 45.0
60.0
40.0
20.0
0.0
Dominasi Kepatuhan Kerjasama Perlawanan
Persentase (%)

Gambar 4.3 Grafik Perilaku Interpersonal Guru Kimia SMA di Kota


Tangerang Selatan Berdasarkan Sumbu Dimensi
56

Pada SMA Swasta, perilaku interpersonal guru kimia memiliki


persentase lebih tinggi pada sumbu dimensi dominasi dan kerjasama dan
lebih rendah pada sumbu dimensi kepatuhan dan perlawanan dibandingkan
guru kimia di SMA Negeri. Persentase dimensi dominasi dan kerjasama
serta kepatuhan dan perlawanan disajikan pada diagram grafik di bawah ini.

Perilaku Interpersonal Guru Kimia Berdasarkan


Sumbu Dimensi
79.7
73.4
80.0 66.0 70.2

60.0 49.8 49.4


45.0 44.5

40.0
20.0
0.0
Dominasi Kepatuhan Kerjasama Perlawanan
Persentase (%)

SMA Negeri SMA Swasta

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Perilaku Interpersonal Guru Kimia


di SMA Negeri dan SMA Swasta Berdasarkan Sumbu Dimensi
Selanjutnya, mengenai hasil analisis terhadap perilaku interpersonal
guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan ditinjau dari segi skala perilaku
interpersonal guru disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5 Rata-rata dan Persentase Perilaku Interpersonal Guru
Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan

Rata-rata (Mean) Persentase (%)


Perilaku Interpersonal SMA SMA
Guru Kimia Negeri SMA SMA Negeri SMA SMA
dan Negeri Swasta dan Negeri Swasta
Swasta Swasta
Kepemimpinan 23,4 22,9 24,8 78,0 7,63 82,7
Membantu/Bersahabat 15,5 15,2 16,2 77,5 76,0 81,0
Pengertian 10,8 10,5 11,7 72,0 70,0 78,0
Memberi Tanggung
Jawab/Kebebasan pada 17,9 18,0 17,7 59,7 60,0 59,0
Siswa
Ragu-ragu 6,9 6,9 6,9 34,5 34,5 34,5
Tidak Puas 14,1 14,0 14,3 47,0 46,7 47,7
Menegur 3,9 4,1 3,6 39,0 41,0 36,0
Disiplin 13,5 13,4 13,8 54,0 53,6 55,2
57

a. Perilaku Kepemimpinan (DC)


Perilaku kepemimpinan (leadership behaviour) dideskripsikan
dengan memperhatikan apa yang terjadi di kelas, memimpin,
mengorganisasikan, memberi perintah, menetapkan tugas, menentukan
prosedur, menyusun situasi kelas, menjelaskan dan memegang
perhatian siswa.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 6 item
pernyataan perilaku kepemimpinan (lihat pada Lampiran 26 dan 27)
diketahui bahwa skor perilaku kepemimpinan guru kimia terhadap siswa
SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh rata-rata sebesar 23,4
terletak pada kelas interval skor (18 s.d. 24) dengan kategori tinggi dan
perolehan persentase sebesar 78,0%. Pada guru kimia di SMA Negeri
diperoleh rata-rata sebesar 22,9 terletak pada kelas interval skor (18 s.d.
24) dengan kategori tinggi dan perolehan persentase sebesar 76,3%.
Pada guru kimia di SMA Swasta diperoleh rata-rata sebesar 24,8 terletak
pada kelas interval skor (> 24) dengan kategori sangat tinggi dan
perolehan persentase sebesar 82,7%.
b. Perilaku Membantu/Bersahabat (CD)
Perilaku membantu/bersahabat (helping/friendly behaviour)
dideskripsikan dengan membantu, menunjukkan minat, bergabung,
berperilaku ramah atau perhatian, bisa membuat lelucon, menginspirasi
keyakinan dan kepercayaan.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 4 item
pernyataan perilaku membantu/bersahabat (lihat pada Lampiran 28 dan
29) diketahui bahwa skor perilaku membantu/bersahabat guru kimia
terhadap siswa SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh rata-rata
sebesar 15,5 terletak pada kelas interval skor (12 s.d. 16,05) dengan
kategori tinggi dan perolehan persentase sebesar 77,5%. Pada guru
kimia di SMA Negeri diperoleh rata-rata sebesar 15,2 terletak pada kelas
interval skor (12 s.d. 16,05) dengan kategori tinggi dan perolehan
58

persentase sebesar 76,0%. Pada guru kimia di SMA Swasta diperoleh


rata-rata sebesar 16,2 terletak pada kelas interval skor (> 16,05) dengan
kategori sangat tinggi dan perolehan persentase sebesar 81,0%.
c. Perilaku Pengertian (CS)
Perilaku pengertian (understanding behaviour) dideskripsikan
dengan mendengarkan siswa dengan penuh minat, berempati,
menunjukkan kepercayaan dan pengertian, menerima permintaan maaf,
mencari cara untuk menyelesaikan perbedaan, bersabar, bersikap
terbuka terhadap siswa.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 3 item
pernyataan perilaku pengertian (lihat pada Lampiran 30 dan 31)
diketahui bahwa skor perilaku pengertian guru kimia terhadap siswa
SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh rata-rata sebesar 10,8
terletak pada kelas interval skor (9 s.d. 12) dengan kategori tinggi dan
perolehan persentase sebesar 72,0%. Pada guru kimia di SMA Negeri
diperoleh rata-rata sebesar 10,5 terletak pada kelas interval skor (9 s.d.
12) dengan kategori tinggi dan perolehan persentase sebesar 70,0%.
Pada guru kimia di SMA Swasta diperoleh rata-rata sebesar 11,7 terletak
pada kelas interval skor (9 s.d. 12) dengan kategori tinggi dan perolehan
persentase sebesar 78,0%.
d. Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan Siswa (SC)
Perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa (student
responsibility/freedom behaviour) dideskripsikan dengan memberikan
siswa kesempatan untuk bekerja mandiri, menunggu kelas diam,
memberikan kebebasan dan tanggung jawab pada siswa, dan menyetujui
sesuatu yang dilakukan siswa.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 6 item
pernyataan perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa (lihat
pada Lampiran 32 dan 33) diketahui bahwa skor perilaku memberi
tanggung jawab/kebebasan siswa oleh guru kimia SMA di Kota
Tangerang Selatan diperoleh rata-rata sebesar 17,9 terletak pada kelas
59

interval skor (12 s.d. < 18) dengan kategori cukup tinggi dan perolehan
persentase sebesar 59,7%. Pada guru kimia di SMA Negeri diperoleh
rata-rata sebesar 18 terletak pada kelas interval skor (18 s.d. 24) dengan
kategori tinggi dan perolehan persentase sebesar 60,0%. Pada guru
kimia di SMA Swasta diperoleh rata-rata sebesar 17,7 terletak pada
kelas interval skor (12 s.d. < 18) dengan kategori cukup tinggi dan
perolehan persentase sebesar 59,0%.
e. Perilaku Ragu-Ragu (SO)
Perilaku ragu-ragu (uncertain behaviour) dideskripsikan dengan
bersikap merendah, meminta maaf, menunggu dan melihat bagaimana
arah proses pembelajaran dan mengakui kesalahan.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 4 item
pernyataan perilaku ragu-ragu (lihat pada Lampiran 34 dan 35)
diketahui bahwa skor perilaku ragu-ragu guru kimia terhadap siswa
SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh rata-rata sebesar 6,9 terletak
pada kelas interval skor (< 7,95) dengan kategori rendah dan perolehan
persentase sebesar 34,5%.
f. Perilaku Tidak Puas (OS)
Perilaku tidak puas (dissatisfied behaviour) dideskripsikan
dengan menunggu siswa diam, mempertimbangkan pendapat pro dan
kontra, diam, menunjukkan ketidakpuasan, terlihat murung, bertanya-
tanya/ragu, dan mencela.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 6 item
pernyataan perilaku tidak puas (lihat pada Lampiran 36 dan 37)
diketahui bahwa skor perilaku tidak puas guru kimia terhadap siswa
SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh rata-rata sebesar 14,1
terletak pada kelas interval skor (12 s.d. < 18) dengan kategori cukup
tinggi dan perolehan persentase sebesar 47,0%. Pada guru kimia di SMA
Negeri diperoleh rata-rata sebesar 14 terletak pada kelas interval skor
(12 s.d. < 18) dengan kategori cukup tinggi dan perolehan persentase
sebesar 46,7%. Pada guru kimia di SMA Swasta diperoleh rata-rata
60

sebesar 14,3 terletak pada kelas interval skor (12 s.d. < 18) dengan
kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar 47,7%.
g. Perilaku Menegur (OD)
Perilaku menegur (admonishing behaviour) dideskripsikan
dengan gampang marah, memberikan siswa tugas, menampilkan
ekspresi terganggu dan kemarahan, melarang siswa, selalu ingin benar,
dan suka menghukum.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 2 item
pernyataan perilaku menegur (lihat pada Lampiran 38 dan 39) diketahui
bahwa skor perilaku menegur guru kimia terhadap siswa SMA di Kota
Tangerang Selatan diperoleh rata-rata sebesar 3,9 terletak pada kelas
interval skor (< 4,05) dengan kategori rendah dan perolehan persentase
sebesar 39,0%. Pada guru kimia di SMA Negeri diperoleh rata-rata
sebesar 4,1 terletak pada kelas interval skor (4,05 s.d. < 6) dengan
kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar 41,0%. Pada
guru kimia di SMA Swasta diperoleh rata-rata sebesar 3,6 terletak pada
kelas interval skor (< 4,05) dengan kategori rendah dan perolehan
persentase sebesar 36,0%.
h. Perilaku Disiplin (DO)
Perilaku disiplin (strict behaviour) dideskripsikan dengan
menjaga kendali yang ketat, memeriksa, menghakimi, menjaga kelas
tetap diam, mempertahankan keheningan, bersikap tegas/disiplin,
menetapkan aturan dan norma-norma yang tepat.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data terhadap 5 item
pernyataan perilaku disiplin (lihat pada Lampiran 40 dan 41) diketahui
bahwa skor perilaku disiplin guru kimia terhadap siswa SMA di Kota
Tangerang Selatan diperoleh rata-rata sebesar 13,5 terletak pada kelas
interval skor (10,05 s.d. < 15) dengan kategori cukup tinggi dan
perolehan persentase sebesar 54,0%. Pada guru kimia di SMA Negeri
diperoleh rata-rata sebesar 13,4 terletak pada kelas interval skor (10,05
s.d. < 15) dengan kategori cukup tinggi dan perolehan persentase
61

sebesar 53,6%. Pada guru kimia di SMA Swasta diperoleh rata-rata


sebesar 13,8 terletak pada kelas interval skor (10,05 s.d. < 15) dengan
kategori cukup tinggi dan perolehan persentase sebesar 55,2%.
Secara umum, hasil analisis terhadap perilaku interpersonal guru
kimia berdasarkan skala perilaku menunjukkan bahwa guru kimia SMA di
Kota Tangerang Selatan dipersepsi siswa memiliki perilaku kepemimpinan,
membantu/bersahabat, pengertian dan memberi tanggung jawab/kebebasan
kepada siswa lebih besar dibanding perilaku ragu-ragu, tidak puas, dan
menegur. Namun, walaupun demikian, guru kimia SMA di Kota Tangerang
tampak memiliki perilaku disiplin yang cukup tinggi. Persentase masing-
masing perilaku interpersonal disajikan pada diagram grafik di bawah ini.

Persentase Perilaku Interpersonal Guru Kimia SMA di


Kota Tangerang Selatan

78 77.5
72
80 59.7
54
60 47
34.5 39
40
20
0
Persentase (%)

Kepemimpinan Membantu/Bersahabat Pengertian


Memberi tanggung jawab Ragu-ragu Tidak Puas
Menegur Disiplin

Gambar 4.5 Grafik Perilaku Interpersonal Guru Kimia SMA di Kota


Tangerang Selatan Berdasarkan Level Skala Perilaku

Perbandingan terhadap hasil temuan pada guru kimia di SMA


Negeri dan SMA Swasta menunjukkan bahwa guru kimia di SMA Swasta
memiliki persentase perilaku kepemimpinan, membantu/bersahabat,
pengertian, dan disiplin lebih besar dibandingkan guru kimia di SMA
Negeri. Guru kimia SMA Swasta juga dipersepsi siswa lebih tinggi pada
perilaku tidak puas dan lebih rendah pada perilaku memberi tanggung
jawab/kebebasan pada siswa dan perilaku menegur daripada guru kimia di
62

SMA Negeri. Sedangkan pada perilaku ragu-ragu, baik guru kimia di SMA
Negeri dan guru kimia SMA Swasta memiliki persentase sama besar,
meskipun masih terkategori rendah. Perbandingan persentase perilaku
interpersonal guru kimia berdasarkan level skala perilaku untuk SMA
Negeri dan SMA Swasta disajikan dalam diagram grafik di bawah ini.

Perbandingan Persentase Perilaku Interpersonal Guru


Kimia di SMA Negeri dan SMA Swasta

100
82.7 81
76.3 76 78
80 70
60 59
53.655.2
60 46.747.7
41
34.534.5 36
40

20

Persentase (%)

SMA Negeri SMA Swasta

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Perilaku Interpersonal Guru Kimia


di SMA Negeri dan SMA Swasta Berdasarkan Level Skala Perilaku
Selain perhitungan statistik, analisis pemodelan Rasch dengan
bantuan perangkat lunak Winsteps versi 3.73 for windows juga
menampilkan peta konstruk berupa interaksi item pernyataan di dalam
angket yang diberikan dengan responden, dalam hal ini siswa/i kelas XI IPA
SMA di Kota Tangerang Selatan. Peta konstruk diilustrasikan sebagai
berikut.
63

Arah Peningkatan “X”

Responden (Siswa) Respons terhadap Item


Siswa dengan nilai “X” Respons pada item yang
yang tinggi menunjukkan tingkatan
“X” paling mudah

Siswa dengan nilai “X”


yang sedang Respons pada item yang
menunjukkan tingkatan
“X” sedang

Siswa dengan nilai “X”


Respons pada item yang
yang rendah
menunjukkan tingkatan
“X” paling sulit

Arah Penurunan “X”


Gambar 4.7 Ilustrasi Peta Konstruk Pengukuran “X”
Pada Gambar 4.7 tentang ilustrasi peta konstruk pengukuran “X”
terlihat dua bagian besar, bagian kiri menjelaskan tingkatan yang terdapat
pada responden, dalam hal ini konstruk yang tampak adalah tingkat skor
hubungan interpersonal guru-siswa yang terukur pada tiap responden. Siswa
dengan skor hubungan interpersonal guru-siswa yang tinggi terletak di
bagian atas, sedangkan siswa dengan skor rendah terdapat di bagian bawah.
Di sisi lain, bagian kanan berisi informasi respons siswa terhadap item
pernyataan hubungan interpersonal guru-siswa. Semakin atas keberadaan
item menunjukkan semakin mudah item dipersepsikan oleh siswa,
sedangkan semakin bawah keberadaaan item menunjukkan semakin sulit
item dipersepsikan oleh siswa.
Berdasarkan hasil pengukuran dari angket hubungan interpersonal
guru-siswa menggunakan analisis pemodelan Rasch, diperoleh peta
konstruk item pernyataan hubungan interpersonal guru-siswa sebagai
berikut.
64

Person - MAP - Item


<more>||<frequ>
2 ++T DC2
||
||
. || CD4
||
||
. || DC3 SC1
1 . ++S CD1 DC5 SC4
. || CS1 DO3
. T|| DC4 DC6
.# || CD2 CD3 CS3
.### || OS6
.##### S|| CS2 DC1 DO2 SC3
.###### ||
0 .########### ++M OS2
.######## M|| DO4
.####### ||
.##### S|| SO4
### || SC2 SC5
.## || OD1 OS1 SC6
.# T|| DO5 OS3
-1 . ++S
. || OD2 OS4
|| DO1 OS5
||
|| SO1 SO2
||
|| SO3
-2 ++T
<less>||<rare>
EACH "#" IS 8. EACH "." IS 1 TO 7

Gambar 4.8 Peta Konstruk Hubungan Interpersonal Guru-Siswa


Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan analisis
pemodelan Rasch, delapan indikator (skala perilaku guru) yang dujikan
dalam lembar angket hubungan interpersonal guru-siswa, yaitu skala
perilaku kepemimpinan dengan kode “DC”, skala perilaku
membantu/bersahabat dengan kode “CD”, skala perilaku pengertian dengan
kode “CS”, skala perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan pada siswa
65

dengan kode “SC”, skala perilaku ragu-ragu dengan kode “SO”, skala
perilaku tidak puas dengan kode “OS”, skala perilaku menegur dengan kode
“OD”, dan skala perilaku disiplin dengan kode “DO”. Kedelapan indikator
tersebut terdapat di sebelah kanan pada peta konstruk, sedangkan pada
sebelah kiri peta konstruk menjelaskan tingkat abilitas skor hubungan
interpersonal guru-siswa yang diurutkan berdasarkan skala logit. Semakin
tinggi posisi siswa yang telah diurutkan berdasarkan nilai logit, maka
semakin besar pula skor hubungan interpersonal yang dipersepsikan.
Sedangkan pada bagian kanan peta konstruk, semakin tinggi posisi item
pernyataan, semakin rendah tingkat kesukaran responden (siswa) untuk
menjawab item pernyataan tersebut, begitupula sebaliknya.
Pada Gambar 4.8, hasil peta konstruk hubungan interpersonal guru-
siswa menunjukkan terdapat beberapa perilaku interpersonal guru kimia
yang mudah dipersepsi oleh siswa SMA di Kota Tangerang Selatan, di
antaranya yaitu perilaku membantu/bersahabat (CD), perilaku pengertian
(CS), dan perilaku kepemimpinan (DC). Hal ini dikarenakan posisi item
pernyataan berada di atas logit 0, yang menandakan bahwa perilaku guru
tersebut memiliki skor yang lebih banyak dibanding perilaku lainnya. Peta
konstruk di atas juga menunjukkan perilaku interpersonal guru yang agak
sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka dan memiliki nilai
logit di bawah 0, yaitu perilaku menegur (OD) dan perilaku ragu-ragu (SO).
Pada sisi bagian kiri dari peta konstruk menunjukkan posisi
responden (siswa) yang disimbolkan dengan tanda ‘#’ dan ‘.’. Posisi siswa
berada di antara logit -2 sampai 2. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan
interpersonal guru-siswa memiliki skor yang bervariasi dari paling rendah
hingga paling tinggi. Pemaparan tiap skala perilaku interpersonal guru akan
dijelaskan lebih rinci sebagai berikut.
a. Perilaku Kepemimpinan (DC)
Perilaku kepemimpinan (leadership behaviour) dideskripsikan
dengan memperhatikan apa yang terjadi di kelas, memimpin,
mengorganisasikan, memberi perintah, menetapkan tugas, menentukan
66

prosedur, menyusun situasi kelas, menjelaskan dan memegang


perhatian siswa. Pada skala perilaku ini terdapat 6 item pernyataan yang
dianalisis dengan bantuan perangkat lunak Winsteps 3.73 for windows.
Secara umum, item pernyataan perilaku kepemimpinan guru
berada pada posisi yang secara keseluruhan berada di atas logit 0. Hal
ini menandakan perilaku kepemimpinan guru memiliki skor yang cukup
tinggi dan dipersepsi dengan mudah oleh siswa (Gambaran peta
konstruk perilaku kepemimpinan dapat dilihat pada lampiran 42).
Adapun penjelasan mengenai tiap item pernyataan dijelaskan sebagai
berikut.
1) Guru tahu semua hal yang terjadi di dalam kelas (DC1)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
antara logit 0 dan 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup
mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia kadang-kadang mengetahui semua hal yang
terjadi di dalam kelas.
2) Ketika guru masuk kelas, siswa harus memberi salam (DC2)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi logit
2, yang menunjukkan bahwa perilaku ini sangat mudah dipersepsi
oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru
kimia selalu mengharuskan siswa memberi salam ketika ia masuk
kelas.
3) Guru memberikan langkah-langkah mengerjakan tugas kepada
siswa (DC3)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di atas
logit 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini mudah dipersepsi
oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru
kimia sering memberikan langkah-langkah mengerjakan tugas
kepada siswa.
67

4) Guru dapat menarik perhatian siswa dalam mengajar (DC4)


Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
antara logit 0 dan 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup
mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia cukup sering dapat menarik perhatian siswa
dalam mengajar.
5) Guru mengajar dengan bersemangat (DC5)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi logit
1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini mudah dipersepsi oleh
siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia
sering mengajar dengan bersemangat.
6) Guru mampu memfokuskan perhatian siswa terhadap materi
pelajaran (DC6)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
antara logit 0 dan 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup
mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia cukup sering untuk mampu memfokuskan
perhatian siswa terhadap materi pelajaran.
b. Perilaku Membantu/Bersahabat (CD)
Perilaku membantu/bersahabat (helping/friendly behaviour)
dideskripsikan dengan membantu, menunjukkan minat, bergabung,
berperilaku ramah atau perhatian, bisa membuat lelucon, menginspirasi
keyakinan dan kepercayaan. Pada skala perilaku ini terdapat 4 item
pernyataan yang dianalisis dengan bantuan perangkat lunak Winsteps
3.73 for windows.
Secara umum, item pernyataan perilaku membantu/bersahabat
guru berada pada posisi yang secara keseluruhan berada di atas logit 0.
Hal ini menandakan perilaku membantu/bersahabat guru memiliki skor
yang cukup tinggi dan dipersepsi dengan mudah oleh siswa (Gambaran
peta konstruk perilaku membantu/bersahabat dapat dilihat pada
68

lampiran 43). Adapun penjelasan mengenai tiap item pernyataan


dijelaskan sebagai berikut.
1) Guru memberikan perhatian ketika siswa tidak mengerti
penjelasannya dengan baik (CD1)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi logit 1,
yang menunjukkan bahwa perilaku ini mudah dipersepsi oleh siswa
terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia sering
memberikan perhatian ketika siswa tidak mengerti penjelasannya
dengan baik.
2) Guru memiliki selera humor ketika sedang mengajar (CD2)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
antara logit 0 dan 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup
mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia cukup sering memiliki selera humor ketika
sedang mengajar.
3) Guru dapat diajak bercanda ketika pembelajaran berlangsung
(CD3)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
antara logit 0 dan 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup
mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia cukup sering mengajak siswa bercanda
ketika pembelajaran berlangsung.
4) Guru bersikap ramah kepada siswa (CD4)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
antara logit 1 dan 2, yang menunjukkan bahwa perilaku ini mudah
dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia sering bersikap ramah terhadap siswa.
c. Perilaku Pengertian (CS)
Perilaku pengertian (understanding behaviour) dideskripsikan
dengan mendengarkan siswa dengan penuh minat, berempati,
menunjukkan kepercayaan dan pengertian, menerima permintaan maaf,
69

mencari cara untuk menyelesaikan perbedaan, bersabar, bersikap


terbuka terhadap siswa. Pada skala perilaku ini terdapat 3 item
pernyataan yang diukur dengan bantuan perangkat lunak Winsteps 3.73
for windows.
Secara umum, item pernyataan perilaku pengertian guru berada
pada posisi yang secara keseluruhan berada di atas logit 0. Hal ini
menandakan perilaku pengertian guru memiliki skor yang cukup tinggi
dan dipersepsi dengan cukup mudah oleh siswa (Gambaran peta
konstruk perilaku pengertian dapat dilihat pada lampiran 44). Adapun
penjelasan mengenai tiap item pernyataan dijelaskan sebagai berikut.
1) Guru mau membantu jika siswa membutuhkan sesuatu (CS1)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi
mendekati logit 1, yang menunjukkan perilaku ini mudah dipersepsi
oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru
kimia sering membantu jika siswa membutuhkan sesuatu saat
pembelajaran berlangsung.
2) Guru tahu jika siswa tidak mengerti apa yang dia jelaskan (CS2)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di atas
logit 0, yang menandakan perilaku ini cukup mudah dipersepsi oleh
siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia
cukup sering mengetahui jika siswa tidak mengerti apa yang dia
jelaskan.
3) Guru memahami kemampuan siswa dalam pelajaran kimia (CS3)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
antara logit 0 dan 1, yang menandakan perilaku ini cukup mudah
dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia cukup sering memunculkan perilaku
memahami kemampuan siswa dalam pelajaran kimia saat
pembelajaran berlangsung.
70

d. Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan Siswa (SC)


Perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa (student
responsibility/freedom behaviour) dideskripsikan dengan memberikan
siswa kesempatan untuk bekerja mandiri, menunggu kelas diam,
memberikan kebebasan dan tanggung jawab pada siswa, dan menyetujui
sesuatu yang dilakukan siswa. Pada skala perilaku ini terdapat 6 item
pernyataan yang diukur dengan bantuan perangkat lunak Winsteps 3.73
for windows.
Secara umum, perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan
siswa oleh guru dipersepsi siswa dengan cukup bervariasi dari tingkatan
mudah hingga sulit. Hal ini tampak pada posisi item pernyataan yang
secara keseluruhan berada di antara logit -1 dan logit 2 (Gambaran peta
konstruk perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa dapat
dilihat pada lampiran 45). Adapun penjelasan mengenai tiap item
pernyataan dijelaskan sebagai berikut.
1) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan (SC1)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di atas
logit 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini mudah dipersepsi
oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru
kimia sering memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
2) Guru memperbolehkan siswa memilih sendiri tugas-tugas yang
menarik baginya (SC2)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
antara logit 0 dan -1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup
sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia jarang memperbolehkan siswa memilih
sendiri tugas-tugas yang menarik baginya saat proses belajar
mengajar berlangsung.
71

3) Guru mempercayai siswa dalam pengerjaan tugas di luar kelas


(SC3)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
antara logit 0 dan 1, yang menunjukkan perilaku ini cukup mudah
dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia cukup sering mempercayai siswa dalam
pengerjaan tugas di luar kelas.
4) Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk berdiskusi dengan
teman dalam mengerjakan tugas (SC4)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi logit
1, yang menunjukkan perilaku ini mudah dipersepsi oleh siswa
terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia sering
memberikan kebebasan kepada siswa untuk berdiskusi dengan
teman dalam mengerjakan tugas.
5) Guru tidak memberikan tugas kepada siswa ketika ia tidak hadir di
kelas (SC5)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
antara logit 0 dan -1, senada dengan kode perilaku SC2, yang
menunjukkan perilaku ini cukup sulit dipersepsi oleh siswa terhadap
guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia jarang tidak
memberikan tugas ketika ia tidak hadir di kelas (guru kimia relatif
sering memberi tugas kepada siswa ketika ia tidak hadir di kelas).
6) Guru memberi siswa banyak kebebasan dalam memilih materi
belajar (SC6)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi
mendekati logit -1, yang menunjukkan perilaku ini cukup sulit
dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru jarang memberi siswa kebebasan dalam memilih
materi belajar.
72

e. Perilaku Ragu-ragu (SO)


Perilaku ragu-ragu (uncertain behaviour) dideskripsikan dengan
bersikap merendah, meminta maaf, menunggu dan melihat bagaimana
arah proses pembelajaran dan mengakui kesalahan. Pada skala perilaku
ini terdapat 4 item pernyataan yang diukur dengan bantuan perangkat
lunak Winsteps 3.73 for windows.
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan pemodelan
Rasch, tampak bahwa perilaku ragu-ragu guru merupakan perilaku yang
memiliki skor paling rendah dibanding perilaku lainnya. Peta konstruk
menunjukkan posisi item pernyataan perilaku ini berada di bawah logit
0 hingga mendekati logit -2 (Gambaran peta konstruk perilaku ragu-ragu
dapat dilihat pada lampiran 46). Adapun penjelasan mengenai tiap item
pernyataan dijelaskan sebagai berikut.
1) Guru ragu-ragu dalam menyampaikan materi pelajaran (SO1)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
antara logit -1 dan -2, yang menunjukkan bahwa perilaku ini sulit
dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia jarang ragu-ragu dalam menyampaikan
materi pelajaran.
2) Guru terlihat tidak yakin ketika ditanya siswa (SO2)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
antara logit -1 dan -2, senada dengan kode perilaku SO1, yang
menunjukkan bahwa perilaku ini sulit dipersepsi oleh siswa terhadap
guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia jarang terlihat
tidak yakin ketika ditanya siswa.
3) Guru terlihat bingung dan kurang siap akan materi yang akan
diajarkan (SO3)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi sangat
mendekati logit -2, yang menunjukkan bahwa perilaku ini sangat
sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
73

menandakan guru kimia hampir tidak pernah terlihat bingung dan


kurang siap akan materi yang akan diajarkan di dalam kelas.
4) Guru merasa khawatir jika siswa tidak mengerjakan tugas/PR
(SO4)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
antara logit 0 dan -1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup
sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia jarang khawatir saat siswa tidak
mengerjakan tugas atau PR.
f. Perilaku Tidak Puas (OS)
Perilaku tidak puas (dissatisfied behaviour) dideskripsikan
dengan menunggu siswa diam, mempertimbangkan pendapat pro dan
kontra, diam, menunjukkan ketidakpuasan, terlihat murung, bertanya-
tanya/ragu, dan mencela. Pada skala perilaku ini terdapat 6 item
pernyataan yang diukur dengan bantuan perangkat lunak Winsteps 3.73
for windows.
Secara umum, perilaku tidak puas guru dipersepsi siswa dengan
cukup bervariasi dari tingkatan mudah hingga sulit. Hal ini tampak pada
posisi item pernyataan yang berada di antara logit 1 dan logit -2
(Gambaran peta konstruk perilaku tidak puas dapat dilihat pada
lampiran 47). Adapun penjelasan mengenai tiap item pernyataan
dijelaskan sebagai berikut.
1) Guru menunjukkan sikap tidak puas terhadap pekerjaan siswa
(OS1)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi
mendekati logit -1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup
sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia jarang menunjukkan sikap tidak puas
terhadap pekerjaan siswa.
74

2) Guru sering merasa curiga bahwa siswa mencontek (OS2)


Dari hasil pengukuran item perilaku ini berada pada posisi logit 0,
yang menunjukkan bahwa perilaku ini agak mudah dipersepsi oleh
siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini menandakan guru kimia
kadang-kadang merasa curiga bahwa siswa mencontek.
3) Menurut guru, siswa tidak tahu apa-apa tentang materi yang
diajarkan (OS3)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi
mendekati logit -1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup
sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia jarang merasa siswa tidak tahu apa-apa
tentang materi yang diajarkan.
4) Guru menganggap siswa tidak mampu mengerjakan tugas dengan
benar (OS4)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
bawah logit -1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini sulit
dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia jarang menganggap siswa tidak mampu
mengerjakan tugas dengan benar.
5) Guru sering mengancam siswa dengan hukuman (OS5)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
bawah logit -1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini sulit
dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia jarang mengancam siswa dengan hukuman.
6) Guru sering menegur siswa yang melanggar aturan (OS6)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
antara logit 0 dan 1, yang menandakan perilaku ini cukup mudah
dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia cukup sering menegur siswa yang
melanggar aturan.
75

g. Perilaku Menegur (OD)


Perilaku menegur (admonishing behaviour) dideskripsikan
dengan gampang marah, memberikan siswa tugas, menampilkan
ekspresi terganggu dan kemarahan, melarang siswa, selalu ingin benar,
dan suka menghukum. Pada skala perilaku ini terdapat 2 item
pernyataan yang diukur dengan bantuan perangkat lunak Winsteps 3.73
for windows.
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan pemodelan
Rasch, peta konstruk perilaku menegur guru menunjukkan posisi item
pernyataan berada di bawah logit -1 dan di atas logit -1 (Gambaran peta
konstruk perilaku menegur dapat dilihat pada lampiran 48). Adapun
penjelasan mengenai tiap item pernyataan dijelaskan sebagai berikut
1) Guru terlalu cepat menegur siswa ketika siswa berbuat salah (OD1)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
bawah logit 0 mendekati logit -1, yang menunjukkan perilaku ini
cukup sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal
ini menandakan guru kimia jarang menegur siswa dengan cepat
ketika mereka berbuat salah.
2) Guru mudah berkomentar sinis terhadap siswa (OD2)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
bawah logit -1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini sulit
dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia hampir tidak pernah dengan mudah
berkomentar sinis terhadap siswa.
h. Perilaku Disiplin (DO)
Perilaku disiplin (strict behaviour) dideskripsikan dengan
menjaga kendali yang ketat, memeriksa, menghakimi, menjaga kelas
tetap diam, mempertahankan keheningan, bersikap tegas/disiplin,
menetapkan aturan dan norma-norma yang tepat. Pada skala perilaku ini
terdapat 5 item pernyataan yang diukur dengan bantuan perangkat lunak
Winsteps 3.73 for windows.
76

Secara umum, perilaku disiplin guru dipersepsi siswa dengan


cukup bervariasi dari tingkatan mudah hingga sulit. Hal ini tampak pada
posisi item pernyataan yang secara keseluruhan berada di antara logit -
2 dan logit 1 (Gambaran peta konstruk perilaku kepemimpinan dapat
dilihat pada lampiran 49). Adapun penjelasan mengenai tiap item
pernyataan dijelaskan sebagai berikut.
1) Guru membuat siswa merasa takut selama kegiatan pembelajaran
berlangsung (DO1)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
antara logit -1 dan -2, yang menunjukkan bahwa perilaku ini sulit
dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia hampir tidak pernah membuat siswa merasa
takut selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
2) Guru suka mengawasi siswa untuk mengikuti pelajaran dengan
serius (DO2)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
antara logit 0 dan 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini cukup
mudah dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia cukup sering mengawasi siswa untuk
mengikuti pelajaran dengan serius.
3) Guru tampak serius dalam mengajar (DO3)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi
mendekati logit 1, yang menunjukkan bahwa perilaku ini mudah
dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
menandakan guru kimia sering tampak serius ketika sedang
mengajar.
4) Guru sangat keras menuntut siswa untuk belajar dan mengerjakan
tugas (DO4)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi
mendekati logit 0, yang menunjukkan perilaku ini agak mudah
dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka. Hal ini
77

menandakan guru kimia kadang-kadang sangat keras menuntut


siswa untuk belajar dan mengerjakan tugas.
5) Guru membuat siswa takut masuk kelas jika belum menyelesaikan
PR (DO5)
Dari hasil pengukuran item pernyataan ini berada pada posisi di
bawah logit 0 mendekati logit -1, yang menunjukkan bahwa perilaku
ini cukup sulit dipersepsi oleh siswa terhadap guru kimia mereka.
Hal ini menandakan guru kimia jarang membuat siswa takut masuk
kelas jika belum menyelesaikan PR.
3. Profil Guru Kimia SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Tangerang
Selatan
Dalam data hasil penyebaran angket hubungan interpersonal guru-
siswa, terdapat delapan perilaku guru yang dianalisis dengan bantuan
perangkat lunak Winsteps versi 3.73 for windows menggunakan prinsip
pemodelan Rasch. Persentase masing-masing perilaku interpersonal guru
kimia SMA di Kota Tangerang Selatan ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.6 Persentase Perilaku Interpersonal Guru Kimia
Perilaku Interpersonal SMA Negeri
SMA Negeri SMA Swasta
Guru dan Swasta
DC Kepemimpinan 78,0 76,3 82,7
CD Membantu/ Bersahabat 77,5 76,0 81,0
CS Pengertian 72,0 70,0 78,0
SC Memberi Tanggung
Jawab/Kebebasan Siswa 59,7 60,0 59,0
SO Ragu-ragu 34,5 34,5 34,5
OS Tidak Puas 47,0 46,7 47,7
OD Menegur 39,0 41,0 36,0
DO Disiplin 54,0 53,6 55,2

Berdasarkan data yang tertera dalam Tabel 4.6, masing-masing skala


perilaku interpersonal guru dapat digambarkan representasi grafis profil
interpersonal guru dalam radar chart dan representasi grafis menggunakan
bantuan perangkat lunak AutoCad 2016 sebagai berikut.
78

D
100
78
O-D 80 D-C
60 77.5
54
40
20
O 39 0 72 C

47 34.5 59.67
S-O C-S

Gambar 4.9 Radar Chart dan Representasi Grafis Profil Perilaku


Interpersonal Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan

D
100.0
O-D 80.076.3 D-C
60.0 76.0
54 40.0
20.0
O 41 0.0 70 C

47 34.5 60.00
S-O C-S

Gambar 4.10 Radar Chart dan Representasi Grafis Profil Perilaku


Interpersonal Guru Kimia SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan

D
100.0
82.7
O-D 80.0 D-C
60.0 81.0
55 40.0
20.0
O 36 0.0 78 C

48 34.5 59.00
S-O C-S

Gambar 4.11 Radar Chart dan Representasi Grafis Profil Perilaku


Interpersonal Guru Kimia SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan
79

Pada grafik radar chart berturut-turut masing-masing sumbu


menerangkan persentase perilaku guru yang teridentifikasi. Sumbu D
menerangkan perilaku kepemimpinan, sumbu D-C menerangkan perilaku
membantu/bersahabat, sumbu C menerangkan perilaku pengertian, sumbu
C-S menerangkan perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan pada siswa,
sumbu S menerangkan perilaku ragu-ragu, sumbu S-O menerangkan
perilaku tidak puas, sumbu O menerangkan perilaku menegur dan sumbu
O-D menerangkan perilaku disiplin. Dengan menggunakan bantuan
perangkat lunak AutoCAD, masing-masing sumbu ditarik ke arah sumbu
lain hingga membentuk daerah arsir seperti yang tampak pada Gambar 4.9,
Gambar 4.10, dan Gambar 4.11. Sumbu D ditarik ke arah sumbu D-C
membentuk daerah arsir perilaku kepemimpinan (DC), sumbu D-C ditarik
ke arah sumbu C membentuk daerah arsir perilaku membantu/bersahabat
(CD), sumbu C ditarik ke arah sumbu C-S membentuk daerah arsir perilaku
pengertian (CS), sumbu C-S ditarik ke arah sumbu S membentuk daerah
arsir perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan pada siswa (SC), sumbu
S ditarik ke arah sumbu S-O membentuk daerah arsir perilaku ragu-ragu
(SO), sumbu S-O ditarik ke arah sumbu O membentuk daerah arsir perilaku
tidak puas (OS), sumbu O ditarik ke arah sumbu O-D membentuk daerah
arsir perilaku menegur (OD), dan sumbu O-D ditarik ke arah sumbu D
membentuk daerah arsir perilaku disiplin (DO).
Profil perilaku interpersonal guru dalam kelas kimia di SMA Negeri
dan SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan dari hasil representasi grafis
menggunakan bantuan perangkat lunak AutoCad 2016 diinterpretasikan ke
dalam profil perilaku interpersonal guru menurut Wubbels, dkk. (2006)
termasuk ke dalam profil guru otoritatif. Pada hasil representasi grafis yang
tampak di SMA Negeri dan Swasta, guru kimia di maing-masing sekolah
ini juga teridentifikasi ke dalam profil guru otoritatif.
Adapun mengenai profil masing-masing guru (lihat pada Lampiran
38), hasil representasi grafis dengan menggunakan perangkat lunak
AutoCAD 2016 menampilkan bahwa delapan dari sepuluh guru kimia
80

memiliki profil guru otoritatif, sedangkan guru kimia lainnya memiliki


profil guru direktif dan profil guru membosankan.
B. Pembahasan
Komunikasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi hubungan
interpersonal guru dan siswa. Komunikasi yang efektif membentuk interaksi
yang baik antara guru dan siswa, yang pada akhirnya akan menyebabkan
suksesnya pengajaran yang terjadi di dalam kelas (Goh, 1994, hlm. 30). Sebagai
bentuk komunikasi yang serius, mengajar menuntut guru untuk tahu bagaimana
mengkomunikasikan informasi, memimpin diskusi, memberi pertanyaan,
menunggu jawaban, mempersiapkan rencana pembelajaran, menulis bahan
pengajaran, dan lain sebagainya (Tuckman, 1995, hlm.177).
Hasil temuan dari berbagai penelitian mengindikasikan bahwa
hubungan interpersonal guru-siswa telah menjadi kekuatan yang cukup
potensial dan berpengaruh dalam proses pembelajaran siswa sehingga penting
sekali bagi guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal guru-siswa
yang positif dan menciptakan hubungan dekat dengan siswa untuk
memfasilitasi proses pembelajaran (Goh, 1994, hlm. 39).
Dalam penelitian ini, hubungan interpersonal dianalisis berdasarkan
persepsi siswa tentang delapan perilaku guru, yaitu perilaku kepemimpinan,
perilaku membantu/bersahabat, perilaku pengertian, perilaku memberi
tanggung jawab/kebebasan pada siswa, perilaku ragu-ragu, perilaku tidak puas,
perilaku menegur, dan perilaku disiplin. Dari persepsi siswa terhadap delapan
perilaku ini akan diketahui bagaimana hubungan interpersonal guru-siswa yang
terjadi di SMA di Kota Tangerang Selatan, perilaku interpersonal guru yang
teridentifikasi selama proses belajar mengajar berlangsung berdasarkan
persepsi siswa dan profil guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan
berdasarkan representasi grafis perilaku interpersonal guru yang terukur dengan
menggunakan bantuan perangkat lunak AutoCAD 2016 yang akan dijelaskan
sebagai berikut.
81

1. Hubungan Interpersonal Guru-Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia di


Kelas XI IPA Tahun Ajaran 2015/2016 di SMA di Kota Tangerang
Secara umum, hasil analisis terhadap data variabel hubungan
interpersonal guru kimia dan siswa di kelas XI IPA SMA di Kota Tangerang
Selatan Tahun Ajaran 2015/2016 diperoleh rata-rata (mean) sebesar 106
yang terletak pada kelas interval skor (72 s.d. < 108) dengan persentase
sebesar 58,89%. Pada SMA Negeri hasil yang ditemukan menunjukkan
hubungan interpersonal memiliki mean sebesar 104,9 terletak pada kelas
interval skor (108 s.d. 144) dengan persentase sebesar 58,28%. Sedangkan
pada SMA Swasta hubungan interpersonal guru kimia dan siswa memiliki
mean sebesar 109 terletak pada kelas interval skor (108 s.d. 144) dengan
persentase sebesar 60,56%. Berdasarkan kriteria interpretasi skor, hubungan
interpersonal guru kimia dan siswa di SMA Negeri terkategori cukup baik,
sedangkan guru kimia di SMA Swasta terkategori baik. Persentase
hubungan interpersonal guru kimia di SMA Swasta lebih tinggi daripada
hubungan interpersonal guru kimia di SMA Negeri. Hal ini menunjukkan
bahwa hubungan interpersonal guru kimia dan siswa di SMA Swasta lebih
baik dibandingkan guru kimia di SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan.
Hubungan interpersonal yang positif ditunjukkan dengan persepsi
siswa terhadap guru yang memiliki dimensi dominasi (pengaruh) tinggi dan
dimensi kerjasama (kedekatan) tinggi, yang menjadi faktor penting dalam
menciptakan sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran yang
diajarkan (den Brok, Fisher, & Koul, 2005, hlm. 15). Pada SMA Swasta
hubungan interpersonal guru kimia dan siswa terkategori baik, sedangkan
guru kimia di SMA Negeri yang hanya terkategori cukup baik. Hal ini
tampaknya disebabkan lebih tingginya tingkat kerjasama dan dominasi pada
guru kimia di SMA Swasta daripada guru kimia di SMA Negeri (lihat pada
Gambar 4.4), sehingga hubungan interpersonal guru-siswa pada mata
pelajaran kimia di SMA Swasta lebih baik dibandingkan guru kimia di SMA
Negeri.
82

Adapun berdasarkan hasil skor rata-rata hubungan interpersonal


guru-siswa di sepuluh sekolah yang menjadi sampel penelitian diketahui
bahwa SMA Darussalam Ciputat memiliki persentase tertinggi di antara
sekolah lain yaitu sebesar 63,92% dan SMA Negeri 8 Kota Tangerang
Selatan menempati posisi terendah sebesar 56,04%. Namun, secara umum,
masing-masing sekolah memiliki hubungan interpersonal cukup baik
dibuktikan dengan persentase yang berada di atas 50%.
2. Perilaku Interpersonal Guru Kimia Berdasarkan Persepsi Siswa Kelas
XI IPA Tahun Ajaran 2015/2016 di SMA di Kota Tangerang
Analisis terhadap perilaku interpersonal guru menunjukkan bahwa
guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan cukup berpengaruh dan cukup
dekat dengan siswa yang diajarnya. Lebih jelasnya, guru kimia SMA di
Kota Tangerang Selatan dipersepsi siswa cukup mendominasi dan sangat
bekerja sama (dominasi = 67,09%, kerjasama = 75,14%). Meskipun sangat
bekerja sama, guru dipersepsi siswa berperilaku cukup disiplin dengan
persentase sebesar 54% (lihat pada Gambar 4.5). Temuan ini
mengindikasikan bahwa meskipun memiliki tingkat kerja sama yang cukup
besar, guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan masih mempertahankan
perilaku dominasi dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Hal ini
senada dengan temuan Maulana, dkk. (2011) pada guru SMP di kelas
Matematika dan Bahasa Inggris. Ukuran kelas yang cukup besar yang ada
di Sekolah Menengah di Indonesia kemungkinan menjadi faktor penyebab
terjadinya hal ini (Maulana, dkk. 2011, hlm. 45).
Pada level dimensi perilaku, guru yang bekerja sama dan
mendominasi tampak berkontribusi pada sikap siswa yang menyenangkan
terhadap mata pelajaran, sedangkan perilaku perlawanan dan kepatuhan
guru yang memiliki efek sebaliknya (Fisher & Rickards, 1995, hlm. 11).
Berdasarkan grafik perilaku interpersonal guru kimia yang ditampilkan
pada Gambar 4.3 dan 4.4 diketahui bahwa baik di SMA Negeri dan SMA
Swasta, guru kimia memiliki dimensi kerjasama dan dominasi yang cukup
tinggi dan sebaliknya rendah pada dimensi perlawanan dan kepatuhan. Hal
83

ini menandakan bahwa guru kimia memiliki kecenderungan cukup besar


untuk mampu membuat siswa senang terhadap mata pelajaran yang
diajarkan.
Hasil analisis pada level skala perilaku interpersonal guru
menunjukkan bahwa guru kimia SMA Negeri dan Swasta di Kota
Tangerang Selatan memiliki perilaku interpersonal positif (perilaku
kepemimpinan, membantu/bersahabat, pengertian, memberi tanggung
jawab dan kebebasan pada siswa) yang lebih besar dibandingkan perilaku
interpersonal negatif (perilaku ragu-ragu, tidak puas, menegur, dan
disiplin). Hal ini mengindikasikan bahwa guru kimia SMA di Kota
Tangerang Selatan memiliki kecenderungan yang cukup besar untuk
membantu siswa termotivasi dalam belajar dan mendapatkan pencapaian
hasil belajar yang baik di sekolah karena guru memiliki perilaku
interpersonal yang mendukung sebagaimana yang dijelaskan dalam hasil
penelitian yang dilakukan oleh Reid & Fisher (2008). Reid & Fisher
mengemukakan bahwa perilaku guru yang menunjukkan kepemimpinan,
membantu/bersahabat, pengertian dan memberikan kebebasan dan
tanggung jawab kepada siswa memberi pengaruh yang positif kepada siswa
untuk termotivasi dan berhasil dalam pelajaran sains serta memberi
pengaruh positif terhadap proses pembelajaran sains di kelas (Reid &
Fisher, 2008, hlm. 442-443).
Analisis yang dilakukan terhadap perilaku interpersonal guru kimia
pada masing-masing jenis sekolah menunjukkan bahwa guru kimia di SMA
Swasta memiliki perilaku kepemimpinan, membantu/bersahabat, dan
pengertian (DC = 82,7%, CD = 81%, CS = 78%) lebih tinggi dibandingkan
guru kimia di SMA Negeri (DC = 76,3%, CD = 76%, CS = 70%). Hal ini
dapat menjadi sebuah indikasi bahwa guru kimia di SMA Swasta memiliki
kecenderungan lebih besar untuk dapat memotivasi siswa berhasil dalam
pelajaran kimia. Meskipun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
mengkonfirmasi hal ini.
84

Secara lebih detail, peta konstruk hasil analisis pemodelan Rasch


menunjukkan bahwa item-item pernyataan perilaku kepemimpinan,
membantu/bersahabat, dan pengertian guru teridentifikasi berada di atas
logit 0 hingga logit 2, menandakan bahwa perilaku-perilaku tersebut
memiliki skor cukup tinggi dan dipersepsi siswa cukup sering atau selalu
tampak pada guru kimia di SMA Negeri dan Swasta di Kota Tangerang
Selatan. Sedangkan pada item-item pernyataan perilaku guru ragu-ragu dan
menegur teridentifikasi berada di bawah logit 0 hingga mendekati logit -2,
menandakan bahwa perilaku-perilaku tersebut memiliki skor rendah dan
dipersepsi siswa jarang atau hampir tidak pernah tampak pada perilaku guru
kimia di SMA Negeri dan Swasta di Kota Tangerang Selatan.
3. Profil Perilaku Interpersonal Guru Kimia SMA di Kota Tangerang
Selatan
Berdasarkan persepsi siswa kelas XI IPA SMA di Kota Tangerang
Selatan, guru kimia teridentifikasi memiliki profil guru otoritatif. Profil guru
otoritatif dikarakterisasikan dengan perilaku guru yang cukup mendominasi
(Maulana, dkk. 2011, hlm. 35) dan memiliki pola dimensi kerjasama
(kedekatan) yang relatif tinggi (Wubbels & Brekelmans, 2005, hlm. 12).
Dari hasil pemetaan peta konstruk item pernyataan mengenai
perilaku interpersonal guru kimia dengan menggunakan prinsip pemodelan
Rasch diketahui bahwa guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan yang
teridentifikasi sebagai guru otoritatif dideskripsikan sebagai guru yang
cukup mampu menarik dan memfokuskan perhatian siswa terhadap materi
pelajaran serta memiliki selera humor ketika ia sedang mengajar. Guru
tampak cukup mengetahui kemampuan siswa dalam pemahaman terhadap
konsep kimia dan mau membantu siswa ketika mereka menemukan
kesulitan dalam proses pembelajaran.
Siswa dalam lingkungan belajar dengan guru kimia yang otoritatif
jarang diberikan kesempatan untuk memilih tugas-tugas yang mereka
inginkan. Guru cukup sering memberikan tugas ketika ia tidak hadir di
dalam kelas dan memperbolehkan siswa untuk saling berdiskusi dalam
85

mengerjakannya. Ketika guru masuk ke dalam kelas, siswa diharuskan


untuk mengucapkan salam. Lingkungan pembelajaran di kelas dengan guru
otoritatif sering kali tampak serius karena adanya pengawasan yang
dilakukan oleh guru terhadap siswa ketika pembelajaran berlangsung. Guru
cukup sering menegur siswa yang melanggar aturan, namun tidak dengan
perkataan yang sinis ataupun mengancam siswa dengan hukuman.
Guru kimia jarang tampak ragu-ragu dan tidak yakin dalam
menyampaikan materi pelajaran ataupun ketika ditanya oleh siswa. Guru
selalu penuh persiapan dalam mengajarkan materi pelajaran. Guru kimia
menganggap siswa mampu untuk mengerjakan tugas dengan benar sehingga
seringkali tidak merasa khawatir apabila siswa tidak mengerjakan pekerjaan
rumah (PR). Meskipun demikian, guru kadang-kadang merasa curiga
terdapat siswa yang mencontek ketika mengerjakan tugas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan interpersonal guru
kimia dan siswa, mengetahui perilaku interpersonal guru kimia di dalam kelas
berdasarkan level dimensi influence (pengaruh) dan proximity (kedekatan) dan
level skala perilaku interpersonal guru dalam Model for Interpersonal Teacher
Behaviour (MITB), serta mengidentifikasi profil perilaku interpersonal guru
kimia berdasarkan persepsi siswa kelas XI IPA Tahun Ajaran 2015/2016 di SMA
di Kota Tangerang Selatan.. Berdasarkan tujuan tersebut, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut.
1. Hubungan interpersonal guru kimia dan siswa di Kelas XI IPA di SMA di
Kota Tangerang Selatan terkategori cukup baik dengan persentase sebesar
58,89%. Hubungan interpersonal guru kimia dan siswa di SMA Negeri
terkategori cukup baik dengan persentase sebesar 58,28%, sedangkan
hubungan interpersonal guru kimia dan siswa di SMA Swasta terkategori
baik dengan persentase sebesar 60,56%.
2. Berdasarkan Model for Interpersonal Teacher Behaviour (MITB), guru
kimia SMA di Kota Tangerang Selatan pada level dimensi pengaruh dan
kedekatan diketahui cukup mendominasi dan sangat bekerja sama ketika
mengajar di dalam kelas. Sedangkan pada level skala perilaku, guru kimia
memiliki perilaku interpersonal positif (kepemimpinan,
membantu/bersahabat, dan pengertian) lebih tinggi dibanding perilaku yang
berlawanan.
3. Berdasarkan pemetaan perilaku ke dalam diagram segi delapan MITB, guru
kimia di Kota Tangerang Selatan teridentifikasi ke dalam profil perilaku
interpersonal guru otoritatif.
87

B. Saran
Sebagai bahan tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka dapat
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.
1. Persepsi siswa kadang tidak menampakan kondisi lingkungan kelas yang
sebenarnya karena faktor-faktor pada diri pemersepsi. Penelitian lanjutan
yang disertai dengan observasi kelas, wawancara atau analisis berdasarkan
persepsi guru perlu dilakukan untuk memvalidasi hasil temuan pada
penelitian ini.
2. Tingginya perilaku kepemimpinan, membantu/bersahabat, dan pengertian
yang diperoleh dalam hasil penelitian ini tidak serta merta dapat
menjelaskan bahwa guru kimia mampu memotivasi dan membuat siswa
menyukai dan berhasil dalam pelajaran kimia, sehingga perlu dilakukan
penelitian lanjutan untuk mengkonfirmasi hal ini.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi).


Jakarta: PT Rineka Cipta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
SMA/MA. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Diakses dari
http://www.bsnp-indonesia.org/../Standar_Isi.pdf pada tanggal 8 September
2016.

Budyatna, M., & Ganiem, L. M. (2011). Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

Creswell, J. W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting, and


Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Boston: Pearson
Education Inc.

Dayakisni, T., & Hudaniah. (2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Den Brok, P., Fisher, D., & Koul, R. (2005). The Importance of Teacher
Interpersonal Behaviour for Secondary Science Students' Attitudes in
Kashmir. Journal of Classroom Interaction Vol. 40, No. 2, 5-19.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Fisher, D., & Rickards, T. (1998). Associations Between Teacher-Student


Interpersonal Behaviour and Student Attitude to Mathematics. Mathematics
Education Research Journal Vol. 10 No. 1, 3-15.

Goh, S. C. (1994). Introducing A Model of Interpersonal Teacher Behaviour.


Journal Teaching and Learning Vol. 15 No.1, 30-40.

Hidayat, D. (2012). Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha


Ilmu.
89

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan


dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud.

Maulana, R. dkk. (2011). Teacher-Student Interpersonal Relationship in Indonesia:


Profiles and Importance to Student Motivation. Asia Pasific Journal of
Education, 33-49.

Maulana, R. dkk. (2012). Teacher-Student Interpersonal Relationships in


Indonesian Lower Secondary Education: Teacher and Student Perceptions.
Learning Environment Research Vol. 15, 251-271.

Mulyasa, E. (2014). Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

National Science Teachers Association. (2003). Standards for Science Teacher


Preparation. Arlington, VA: National Science Teachers Association.
Diakses dari
https://www.nsta.org/preservice/docs/NSTAstandards2003.pdf pada
tanggal 01 Januari 2016.

Purwanto, N. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, J. (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Reid, C., & Fisher, D. (2008). Teacher Interpersonal Behaviour: Its Influence on
Student Motivation in Science. Proceedings of the Fifth International
Conference on Science, Mathematics and Technology Education Udon
Thani, Thailand (pp. 437-45). Perth: Key Centre for School Science and
Mathematics.

Riduwan. (2013). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti


Pemula. Bandung: Alfabeta.

Robbins, S. P. (2001). Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta:


Prenhallindo.
90

Rohim, S. (2009). Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, & Aplikasi. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sya’ban, A. (2005). Teknik Analisis Data Penelitian: Aplikasi Program SPSS dan
Teknik Menghitungnya. Pelatihan Metode Penelitian Universitas Prof.
Dr. Hamka, pp. 1-69.

Sudijono, Anas. (2006). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sumintono, B., & Widhiarso, W. (2014). Aplikasi Model Rasch Untuk Penelitian
Ilmu-Ilmu Sosial Edisi Revisi. Cimahi: Tri Komunikata Publishing House.

Susiwi. (2007). Handout Pendekatan Pembelajaran dalam Pembelajaran Kimia.


Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Syukri. (1999). Kimia Dasar 1. Bandung: Penerbit ITB.

Tuckman, B. W. (1995). The Interpersonal Teacher Model. The Educational Forum


Volume 59, 177-185.

Usman, M. U. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Van Petergem, K. dkk. (2005). Relationship Between Teacher Characteristics,


Interpersonal Teacher Behaviour and Teacher Wellbeing. Journal of
Classroom Interaction, 34-43.

Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Penerbit


ANDI.
91

Widoyoko, E. P. (2014). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Wubbels, T., & Brekelmans, M. (2005). Two Decades of Research on Teacher-


Student Relationship in Class. International Journal of Educational
Research Volume 43, 6-24.

Wubbels, T. dkk. (2006). An Interpersonal Perspective on Classroom Management


in Secondary Classrooms in the Netherlands. In T. Wubbels, M.
Brekelmans, P. d. Brok, & J. Tartwijk, Handbook of Classroom
Management: Research, Practice, and Contemporary Issues (pp. 1161-
1191). Mahawn NJ: Lawrence Erlbaum Associates.

Wubbels, T. dkk. (2015). Teacher-Student Relationships and Classroom


Management. In E. T. Emmer, & E. J. Sabornie, Handbook of Classroom
Management: Second Edition (pp. 363-386). New York: Routledge.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Penelitian Sebelum Diuji Coba
ANGKET TENTANG PERSEPSI SISWA TERHADAP HUBUNGAN
INTERPERSONAL GURU-SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA

Identitas Responden

1. Nama Siswa : ____________________________________________


2. Jenis Kelamin Siswa : Pria/Wanita (coret salah satu)
3. Usia : ________ tahun
4. Nama Sekolah : ____________________________________________
5. Jenis Kelamin Guru : Pria/Wanita (coret salah satu)

PETUNJUK PENGISIAN

Angket ini berisi tentang bagaimana kondisi lingkungan belajar yang kamu alami PADA
SAAT INI serta bagaimana perilaku dan interaksi guru mata pelajaran kimia di kelasmu.
Bacalah semua pertanyaan dengan seksama kemudian jawablah pilihan yang sesuai dengan
kondisimu dengan sejujur-jujurnya. Jawaban yang kamu berikan akan dijaga kerahasiaannya
dan tidak akan dilihat oleh guru atau siapapun juga di sekolahmu.
Lingkarilah angka yang kamu anggap paling sesuai dengan kondisimu. Apabila kamu ingin
mengganti jawaban yang sudah kamu lingkari, berilah tanda garis dua (═) pada jawaban
awalmu itu, lalu lingkarilah pilihan lain.
Contoh:

Menurut saya, bermain bola itu ...

1- Tidak menyenangkan 3- Menyenangkan


2- Agak menyenangkan 4- Sangat menyenangkan

Di bawah ini adalah pernyataan mengenai interaksi antara guru kimia dengan kelasmu. Berikan
untuk setiap pernyataan, mana yang paling sesuai dengan kondisi guru di kelasmu selama
pelajaran berlangsung. Lingkarilah pilihan yang sesuai antara 1 (Tidak pernah) sampai 5
(Selalu) di kolom yang telah disediakan.
Keterangan:
TP = Tidak pernah
JR = Jarang
KK = Kadang-kadang
SR = Sering
SL = Selalu
Skala Interaksi guru
No. Pernyataan
TP JR KK SR SL
Guru ini adalah seorang pemimpin
1. 1 2 3 4 5
yang baik.

2. Guru ini tegas dan berwibawa. 1 2 3 4 5

Guru tahu semua hal yang terjadi di


3. 1 2 3 4 5
dalam kelas.
Ketika guru masuk kelas, siswa
4. 1 2 3 4 5
harus memberi salam.
Guru menjelaskan materi pelajaran
5. 1 2 3 4 5
dengan baik dan runut.
Guru memberikan langkah-langkah
6. 1 2 3 4 5
mengerjakan tugas kepada siswa.
Guru dapat menarik perhatian siswa
7. 1 2 3 4 5
dalam mengajar.
Guru mengajar dengan
8. bersemangat. 1 2 3 4 5
Guru mampu memfokuskan
9. perhatian siswa terhadap materi 1 2 3 4 5
pelajaran.
Guru memberi perhatian ketika
10. siswa tidak mengerti penjelasannya 1 2 3 4 5
dengan baik.
Guru senang membimbing siswa
11. dalam mengerjakan soal latihan 1 2 3 4 5
yang dirasa sulit oleh siswa.
Guru memiliki selera humor ketika
12. sedang mengajar. 1 2 3 4 5

Guru dapat diajak bercanda ketika


13. pembelajaran berlangsung. 1 2 3 4 5

14. Guru bersikap ramah kepada siswa. 1 2 3 4 5

Guru senang bertegur sapa dengan


15. siswa. 1 2 3 4 5

Guru mendengarkan perkataan dan


16. pendapat siswa. 1 2 3 4 5
Guru mau mendengarkan keluhan
17. siswa tentang materi pelajaran yang 1 2 3 4 5
sulit.
Skala Interaksi guru
No. Pernyataan
TP JR KK SR SL
Guru bersedia menjelaskan materi
18. pelajaran kembali bila siswa 1 2 3 4 5
kesulitan memahaminya.
Guru mau membantu jika siswa
19. membutuhkan sesuatu. 1 2 3 4 5

Guru tahu jika siswa tidak mengerti


20. apa yang ia jelaskan. 1 2 3 4 5

Guru memahami kemampuan siswa


21. dalam pelajaran kimia. 1 2 3 4 5
Guru memberi kesempatan kepada
22. siswa untuk bertanggung jawab 1 2 3 4 5
terhadap tugas yang diberikan.
Guru memperbolehkan siswa
23. memilih sendiri tugas-tugas yang 1 2 3 4 5
menarik baginya.
Guru mempercayai siswa dalam
24. pengerjaan tugas di luar kelas. 1 2 3 4 5
Guru memberikan kebebasan
kepada siswa untuk berdiskusi
25. dengan teman dalam mengerjakan 1 2 3 4 5
tugas.
Guru tidak memberikan tugas
26. kepada siswa ketika ia tidak hadir di 1 2 3 4 5
kelas.
Guru memberi siswa banyak
27. kebebasan dalam memilih materi 1 2 3 4 5
belajar.
Guru ragu-ragu dalam
28. menyampaikan materi pelajaran. 1 2 3 4 5

Guru terlihat tidak yakin ketika


29. ditanya siswa. 1 2 3 4 5
Guru terlihat bingung dan kurang
30. siap dengan materi yang akan 1 2 3 4 5
diajarkan.
Guru tidak mampu mengendalikan
31. siswa ketika siswa ramai dalam 1 2 3 4 5
kegiatan pembelajaran di kelas.
Guru merasa khawatir jika siswa
32. tidak mengerjakan tugas/PR. 1 2 3 4 5

Guru menunjukkan sikap tidak puas


33. terhadap pekerjaan siswa. 1 2 3 4 5
Skala Interaksi guru
No. Pernyataan
TP JR KK SR SL
Guru sering merasa curiga bahwa
34. siswa mencontek. 1 2 3 4 5

Menurut guru, siswa tidak tahu apa-


35. apa tentang materi yang diajarkan. 1 2 3 4 5
Guru menganggap siswa tidak
36. mampu mengerjakan tugas dengan 1 2 3 4 5
benar.
Guru sering mengancam siswa
37. dengan hukuman. 1 2 3 4 5

Guru sering menegur siswa yang


38. melanggar aturan. 1 2 3 4 5

Guru sering marah tak terduga


39. (tiba-tiba). 1 2 3 4 5

Guru mudah marah untuk


40. pelanggaran kecil. 1 2 3 4 5

Guru menunjukkan ekspresi tidak


41. senang terhadap siswa. 1 2 3 4 5

Guru tidak sabar dalam menanggapi


42. jawaban dari siswa. 1 2 3 4 5

Guru memandang rendah


43. kemampuan siswa. 1 2 3 4 5

Guru terlalu cepat menegur siswa


44. ketika siswa berbuat salah. 1 2 3 4 5

Guru mudah berkomentar sinis


45. terhadap siswa. 1 2 3 4 5
Guru membuat siswa merasa takut
46. selama kegiatan pembelajaran 1 2 3 4 5
berlangsung.
Guru suka mengawasi siswa untuk
47. mengikuti pelajaran dengan serius. 1 2 3 4 5

Guru tampak serius dalam


48. mengajar. 1 2 3 4 5
Guru sangat keras menuntut siswa
49. untuk belajar dan mengerjakan 1 2 3 4 5
tugas.
Guru membuat siswa takut masuk
50. kelas jika belum menyelesaikan PR. 1 2 3 4 5

Guru memberikan ulangan yang


51. sulit kepada siswa. 1 2 3 4 5
Skala Interaksi guru
No. Pernyataan
TP JR KK SR SL
Guru memiliki standar penilaian
52. tinggi dalam memberi nilai ulangan. 1 2 3 4 5

Guru menutup ruangan kelas


53. sebelum memulai pembelajaran. 1 2 3 4 5

-Terima kasih atas partisipasi kamu dalam mengisi angket ini-


Lampiran 3. Instrumen Penelitian Setelah Diuji Coba
ANGKET TENTANG PERSEPSI SISWA TERHADAP HUBUNGAN
INTERPERSONAL GURU-SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA

Identitas Responden

6. Nama Siswa : ______________________________________________


7. Jenis Kelamin Siswa : Pria/Wanita (coret salah satu)
8. Usia : ________ tahun
9. Nama Sekolah : ______________________________________________
10. Jenis Kelamin Guru : Pria/Wanita (coret salah satu)

PETUNJUK PENGISIAN

Angket ini berisi tentang bagaimana kondisi lingkungan belajar yang kamu alami PADA
SAAT INI serta bagaimana perilaku dan interaksi guru mata pelajaran kimia di kelasmu.
Bacalah semua pertanyaan dengan seksama kemudian jawablah pilihan yang sesuai dengan
kondisimu dengan sejujur-jujurnya. Jawaban yang kamu berikan akan dijaga kerahasiaannya
dan tidak akan dilihat oleh guru atau siapapun juga di sekolahmu.
Lingkarilah angka yang kamu anggap paling sesuai dengan kondisimu. Apabila kamu ingin
mengganti jawaban yang sudah kamu lingkari, berilah tanda garis dua (═) pada jawaban
awalmu itu, lalu lingkarilah pilihan lain.
Contoh:

Menurut saya, bermain bola itu ...

3- Tidak menyenangkan 3- Menyenangkan


4- Agak menyenangkan 4- Sangat menyenangkan

Di bawah ini adalah pernyataan mengenai interaksi antara guru kimia dengan kelasmu. Berikan
untuk setiap pernyataan, mana yang paling sesuai dengan kondisi guru di kelasmu selama
pelajaran berlangsung. Lingkarilah pilihan yang sesuai antara 1 (Tidak pernah) sampai 5
(Selalu) di kolom yang telah disediakan.
Keterangan:
TP = Tidak pernah
JR = Jarang
KK = Kadang-kadang
SR = Sering
SL = Selalu
Skala Interaksi guru
No. Pernyataan
TP JR KK SR SL
Guru tahu semua hal yang terjadi di
1. 1 2 3 4 5
dalam kelas.
Ketika guru masuk kelas, siswa
2. 1 2 3 4 5
harus memberi salam.
Guru memberikan langkah-langkah
3. 1 2 3 4 5
mengerjakan tugas kepada siswa.
Guru dapat menarik perhatian siswa
4. 1 2 3 4 5
dalam mengajar.

5. Guru mengajar dengan bersemangat. 1 2 3 4 5


Guru mampu memfokuskan
6. perhatian siswa terhadap materi 1 2 3 4 5
pelajaran.
Guru memberi perhatian ketika
7. siswa tidak mengerti penjelasannya 1 2 3 4 5
dengan baik.
Guru memiliki selera humor ketika
8. sedang mengajar. 1 2 3 4 5

Guru dapat diajak bercanda ketika


9. pembelajaran berlangsung. 1 2 3 4 5

10. Guru bersikap ramah kepada siswa. 1 2 3 4 5

Guru mau membantu jika siswa


11. membutuhkan sesuatu. 1 2 3 4 5

Guru tahu jika siswa tidak mengerti


12. apa yang ia jelaskan. 1 2 3 4 5

Guru memahami kemampuan siswa


13. dalam pelajaran kimia. 1 2 3 4 5
Guru memberi kesempatan kepada
14. siswa untuk bertanggung jawab 1 2 3 4 5
terhadap tugas yang diberikan.
Guru memperbolehkan siswa
15. memilih sendiri tugas-tugas yang 1 2 3 4 5
menarik baginya.
Guru mempercayai siswa dalam
16. pengerjaan tugas di luar kelas. 1 2 3 4 5
Guru memberikan kebebasan kepada
17. siswa untuk berdiskusi dengan 1 2 3 4 5
teman dalam mengerjakan tugas.
Skala Interaksi guru
No. Pernyataan
TP JR KK SR SL
Guru tidak memberikan tugas
18. kepada siswa ketika ia tidak hadir di 1 2 3 4 5
kelas.
Guru memberi siswa banyak
19. kebebasan dalam memilih materi 1 2 3 4 5
belajar.
Guru ragu-ragu dalam
20. menyampaikan materi pelajaran. 1 2 3 4 5

Guru terlihat tidak yakin ketika


21. ditanya siswa. 1 2 3 4 5
Guru terlihat bingung dan kurang
22. siap dengan materi yang akan 1 2 3 4 5
diajarkan.
Guru merasa khawatir jika siswa
23. tidak mengerjakan tugas/PR. 1 2 3 4 5

Guru menunjukkan sikap tidak puas


24. terhadap pekerjaan siswa. 1 2 3 4 5

Guru sering merasa curiga bahwa


25. siswa mencontek. 1 2 3 4 5

Menurut guru, siswa tidak tahu apa-


26. apa tentang materi yang diajarkan. 1 2 3 4 5
Guru menganggap siswa tidak
27. mampu mengerjakan tugas dengan 1 2 3 4 5
benar.
Guru sering mengancam siswa
28. dengan hukuman. 1 2 3 4 5

Guru sering menegur siswa yang


29. melanggar aturan. 1 2 3 4 5

Guru terlalu cepat menegur siswa


30. ketika siswa berbuat salah. 1 2 3 4 5

Guru mudah berkomentar sinis


31. terhadap siswa. 1 2 3 4 5
Guru membuat siswa merasa takut
32. selama kegiatan pembelajaran 1 2 3 4 5
berlangsung.
Guru suka mengawasi siswa untuk
33. mengikuti pelajaran dengan serius. 1 2 3 4 5

34. Guru tampak serius dalam mengajar. 1 2 3 4 5


Skala Interaksi guru
No. Pernyataan
TP JR KK SR SL
Guru sangat keras menuntut siswa
35. untuk belajar dan mengerjakan 1 2 3 4 5
tugas.
Guru membuat siswa takut masuk
36. kelas jika belum menyelesaikan PR. 1 2 3 4 5

-Terima kasih atas partisipasi kamu dalam mengisi angket ini-


Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Valid 70 100.0

Cases Excludeda 0 .0

Total 70 100.0

a. Listwise deletion based on all


variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.822 36
Lampiran 16. Data Hasil Perhitungan Statistik Hubungan Interpersonal Guru-Siswa Pada Mata
Pelajaran Kimia

Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Hubungan Interpersonal Guru-Siswa Pada Mata Pelajaran
Kimia di SMA di Kota Tangerang Selatan
TABLE 28.3 sekolah negeri atau swasta ZOU501WS.TXT Oct 18 7:57 2016
INPUT: 472 Person 36 Item REPORTED: 472 Person 36 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

TOTAL FOR ALL 472 NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 106.0 36.0 -.09 .18 1.00 -.3 1.07 -.1 |
| S.D. 12.0 .0 .37 .00 .56 2.1 .79 2.2 |
| MAX. 154.0 36.0 1.59 .22 4.69 8.8 8.34 9.9 |
| MIN. 74.0 36.0 -1.12 .17 .22 -5.1 .24 -4.6 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .19 TRUE SD .32 SEPARATION 1.66 Person RELIABILITY .73 |
|MODEL RMSE .18 TRUE SD .33 SEPARATION 1.87 Person RELIABILITY .78 |
| S.E. OF Person MEAN = .02 |
| MEDIAN = -.09 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Hubungan Interpersonal Guru-Siswa Pada Mata Pelajaran
Kimia di SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan
TABLE 28.4 sekolah negeri atau swasta ZOU501WS.TXT Oct 18 7:57 2016
INPUT: 472 Person 36 Item REPORTED: 472 Person 36 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"A" SUBTOTAL FOR 351 NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 104.9 36.0 -.13 .18 1.02 -.2 1.11 .0 |
| S.D. 11.8 .0 .36 .00 .60 2.2 .85 2.3 |
| MAX. 138.0 36.0 .93 .19 4.69 8.8 8.34 9.9 |
| MIN. 74.0 36.0 -1.12 .17 .22 -5.1 .24 -4.6 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .19 TRUE SD .31 SEPARATION 1.59 Person RELIABILITY .72 |
|MODEL RMSE .18 TRUE SD .32 SEPARATION 1.82 Person RELIABILITY .77 |
| S.E. OF Person MEAN = .02 |
| MEDIAN = -.13 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Hubungan Interpersonal Guru-Siswa Pada Mata Pelajaran
Kimia di SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan

TABLE 28.5 sekolah negeri atau swasta ZOU501WS.TXT Oct 18 7:57 2016
INPUT: 472 Person 36 Item REPORTED: 472 Person 36 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"B" SUBTOTAL FOR 121 NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 109.0 36.0 .00 .18 .95 -.4 .98 -.4 |
| S.D. 12.0 .0 .38 .00 .43 1.8 .56 1.9 |
| MAX. 154.0 36.0 1.59 .22 2.86 5.5 4.06 6.8 |
| MIN. 76.0 36.0 -1.05 .17 .32 -4.2 .31 -4.0 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .19 TRUE SD .33 SEPARATION 1.75 Person RELIABILITY .75 |
|MODEL RMSE .18 TRUE SD .34 SEPARATION 1.91 Person RELIABILITY .78 |
| S.E. OF Person MEAN = .03 |
| MEDIAN = -.03 |
-------------------------------------------------------------------------------
Lampiran 17. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Hubungan
Interpersonal Guru Kimia dan Siswa di SMA di Kota Tangerang Selatan
1. Nilai Parameter Ideal Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa
Variabel hubungan interpersonal guru-siswa diukur melalui angket yang berjumlah 36 item
pernyataan menggunakan skala Likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai
parameter idealnya sebagai berikut.
Skor minimum ideal = 36 × 1 = 36
Skor maksimum ideal = 36 × 5 = 180
Nilai rata-rata ideal (Mi) = (180 + 36)/2 = 108
Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (180 - 36)/6 = 24
2. Kecenderungan Skor Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa
Untuk mengetahui kecenderungan skor hubungan interpersonal guru kimia dan siswa dilakukan
dengan hitungan sebagai berikut.
Tabel 1. Kategorisasi Data Skor Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa
No. Kategorisasi Data Interval Skor Kategori
Ideal
1 > Mi + 1,5 SDi > 144 Sangat Baik
2 Mi s.d Mi + 1,5 SDi 108 s.d. 144 Baik
3 Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi 72 s.d. < 108 Cukup Baik
4 < Mi – 1,5 SDi < 72 Tidak Baik

3. Persentase Hubungan Interpersonal Guru Kimia dan Siswa


Persentase hubungan interpersonal guru-siswa di SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh
dengan perhitungan sebagai berikut:
𝑀𝑒𝑎𝑛 106
× 100% = × 100% = 58,9%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 180
Persentase hubungan interpersonal guru-siswa di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan
sebagai berikut:
𝑀𝑒𝑎𝑛 104,9
× 100% = × 100% = 58,3%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 180
Persentase hubungan interpersonal guru-siswa di SMA diperoleh dengan perhitungan sebagai
berikut:
𝑀𝑒𝑎𝑛 109
× 100% = × 100% = 60,6%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 180
Lampiran 18. Data Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Dominasi Guru Kimia

Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Dominasi Guru Kimia SMA di Kota Tangerang
Selatan
TABLE 28.3 dominance 36 ZOU319WS.TXT Oct 20 17:13 2016
INPUT: 472 Person 11 Item REPORTED: 472 Person 11 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

TOTAL FOR ALL 472 NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 36.9 11.0 .41 .35 1.01 -.1 1.10 .0 |
| S.D. 6.1 .0 .74 .03 .68 1.4 1.10 1.5 |
| MAX. 52.0 11.0 3.01 .62 4.61 4.8 9.90 7.3 |
| MIN. 19.0 11.0 -1.74 .33 .10 -3.7 .11 -3.3 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .40 TRUE SD .62 SEPARATION 1.58 Person RELIABILITY .71 |
|MODEL RMSE .35 TRUE SD .65 SEPARATION 1.83 Person RELIABILITY .77 |
| S.E. OF Person MEAN = .03 |
| MEDIAN = .39 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Dominasi Guru Kimia SMA Negeri di Kota Tangerang
Selatan
TABLE 28.4 dominance 36 ZOU319WS.TXT Oct 20 17:13 2016
INPUT: 472 Person 11 Item REPORTED: 472 Person 11 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"A" SUBTOTAL FOR 351 NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 36.3 11.0 .35 .35 1.02 -.1 1.12 .0 |
| S.D. 6.3 .0 .78 .03 .68 1.4 1.15 1.6 |
| MAX. 52.0 11.0 3.01 .62 4.37 4.8 9.90 7.3 |
| MIN. 19.0 11.0 -1.74 .33 .10 -3.7 .11 -3.3 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .40 TRUE SD .67 SEPARATION 1.68 Person RELIABILITY .74 |
|MODEL RMSE .35 TRUE SD .69 SEPARATION 1.95 Person RELIABILITY .79 |
| S.E. OF Person MEAN = .04 |
| MEDIAN = .39 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Dominasi Guru Kimia SMA Swasta di Kota Tangerang
Selatan
TABLE 28.5 dominance 36 ZOU319WS.TXT Oct 20 17:13 2016
INPUT: 472 Person 11 Item REPORTED: 472 Person 11 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"B" SUBTOTAL FOR 121 NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 38.6 11.0 .61 .35 .99 -.2 1.05 -.1 |
| S.D. 4.8 .0 .58 .02 .68 1.3 .95 1.4 |
| MAX. 48.0 11.0 1.95 .45 4.61 4.5 5.64 5.4 |
| MIN. 23.0 11.0 -1.18 .33 .19 -2.9 .18 -2.7 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .39 TRUE SD .42 SEPARATION 1.08 Person RELIABILITY .54 |
|MODEL RMSE .35 TRUE SD .46 SEPARATION 1.29 Person RELIABILITY .62 |
| S.E. OF Person MEAN = .05 |
| MEDIAN = .62 |
-------------------------------------------------------------------------------
Lampiran 19. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Dimensi
Dominasi Guru Kimia
1. Nilai Parameter Ideal Dimensi Dominasi Guru Kimia
Variabel tingkat dominasi guru kimia diukur melalui angket yang berjumlah 11 item pernyataan
menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai parameter
idealnya sebagai berikut.
Skor minimum ideal = 11 × 1 = 11
Skor maksimum ideal = 11 × 5 = 55
Nilai rata-rata ideal (Mi) = (55 + 11)/2 = 33
Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (55 - 11)/6 = 7,3
2. Kecenderungan Skor Tingkat Dominasi Guru Kimia
Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat dominasi guru dilakukan dengan hitungan
sebagai berikut.
Tabel 1. Kategorisasi Data Skor Tingkat Dominasi Guru
No. Kategorisasi Data Interval Skor Kategori
Ideal
1 > Mi + 1,5 SDi > 43,95 Sangat Tinggi
2 Mi s.d Mi + 1,5 SDi 33 s.d. 43.95 Tinggi
3 Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi 22,05 s.d. < 33 Cukup Tinggi
4 < Mi – 1,5 SDi < 22,05 Rendah

3. Persentase Tingkat Dominasi Guru Kimia


Persentase tingkat dominasi guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh dengan
perhitungan sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 36,9
× 100% = × 100% = 67,1%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 55
Persentase tingkat dominasi guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan sebagai
berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 36,3
× 100% = × 100% = 66,0%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 55
Persentase tingkat dominasi guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan perhitungan sebagai
berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 38,6
× 100% = × 100% = 70,1%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 55
Lampiran 20. Data Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kepatuhan Guru Kimia

Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kepatuhan Guru Kimia SMA di Kota Tangerang
Selatan

TABLE 28.3 submission 36 ZOU310WS.TXT Oct 20 17:19 2016


INPUT: 472 Person 10 Item REPORTED: 472 Person 10 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

TOTAL FOR ALL 472 NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 24.8 10.0 -.65 .36 1.00 -.1 1.07 -.1 |
| S.D. 4.2 .0 .55 .02 .68 1.3 1.01 1.4 |
| MAX. 42.0 10.0 1.58 .48 5.34 4.5 9.90 6.9 |
| MIN. 15.0 10.0 -2.23 .34 .06 -3.7 .10 -2.8 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .41 TRUE SD .37 SEPARATION .90 Person RELIABILITY .45 |
|MODEL RMSE .37 TRUE SD .41 SEPARATION 1.12 Person RELIABILITY .55 |
| S.E. OF Person MEAN = .03 |
| MEDIAN = -.60 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kepatuhan Guru Kimia SMA Negeri di Kota
Tangerang Selatan
TABLE 28.4 submission 36 ZOU310WS.TXT Oct 20 17:19 2016
INPUT: 472 Person 10 Item REPORTED: 472 Person 10 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"A" SUBTOTAL FOR 351 NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 24.9 10.0 -.64 .36 1.01 -.2 1.10 -.1 |
| S.D. 4.0 .0 .53 .02 .72 1.4 1.11 1.4 |
| MAX. 40.0 10.0 1.26 .48 5.34 4.5 9.90 6.9 |
| MIN. 15.0 10.0 -2.23 .34 .06 -3.7 .10 -2.8 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .41 TRUE SD .33 SEPARATION .81 Person RELIABILITY .40 |
|MODEL RMSE .36 TRUE SD .38 SEPARATION 1.04 Person RELIABILITY .52 |
| S.E. OF Person MEAN = .03 |
| MEDIAN = -.60 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kepatuhan Guru Kimia SMA Swasta di Kota
Tangerang Selatan

TABLE 28.5 submission 36 ZOU310WS.TXT Oct 20 17:19 2016


INPUT: 472 Person 10 Item REPORTED: 472 Person 10 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"B" SUBTOTAL FOR 121 NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 24.7 10.0 -.68 .37 .98 -.1 .98 -.1 |
| S.D. 4.5 .0 .60 .03 .55 1.2 .67 1.1 |
| MAX. 42.0 10.0 1.58 .48 3.11 3.4 3.89 3.9 |
| MIN. 15.0 10.0 -2.23 .34 .17 -2.9 .19 -2.4 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .40 TRUE SD .45 SEPARATION 1.11 Person RELIABILITY .55 |
|MODEL RMSE .37 TRUE SD .48 SEPARATION 1.29 Person RELIABILITY .63 |
| S.E. OF Person MEAN = .05 |
| MEDIAN = -.60 |
-------------------------------------------------------------------------------
Lampiran 21. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Dimensi
Kepatuhan Guru Kimia
1. Nilai Parameter Ideal Dimensi Kepatuhan Guru Kimia
Variabel tingkat kepatuhan guru diukur melalui angket yang berjumlah 10 item pernyataan
menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai parameter
idealnya sebagai berikut.
Skor minimum ideal = 10 × 1 = 10
Skor maksimum ideal = 10 × 5 = 50
Nilai rata-rata ideal (Mi) = (50 + 11)/2 = 30,5
Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (50 - 11)/6 = 6,5
2. Kecenderungan Skor Tingkat Kepatuhan Guru Kimia
Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat kepatuhan guru dilakukan dengan hitungan
sebagai berikut.
Tabel 2. Kategorisasi Data Skor Tingkat Kepatuhan Guru
No. Kategorisasi Data Interval Skor Kategori
Ideal
1 > Mi + 1,5 SDi > 40,25 Sangat Tinggi
2 Mi s.d Mi + 1,5 SDi 30,5 s.d 40,25 Tinggi
3 Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi 20,75 s.d. < 30,5 Cukup Tinggi
4 < Mi – 1,5 SDi < 20,75 Rendah

3. Persentase Tingkat Kepatuhan Guru Kimia


Persentase tingkat kepatuhan guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh dengan
perhitungan sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 24,8
× 100% = × 100% = 49,6%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 50
Persentase tingkat kepatuhan guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan sebagai
berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 24,9
× 100% = × 100% = 49,8%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 50
Persentase tingkat kepatuhan guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan perhitungan sebagai
berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 24,7
× 100% = × 100% = 49,4%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 50
Lampiran 22. Data Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kerjasama Guru Kimia

Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kerjasama Guru Kimia SMA di Kota Tangerang
Selatan

TABLE 28.3 Dimensi Kerja sama ZOU970WS.TXT Oct 20 17:16 2016


INPUT: 472 Person 7 Item REPORTED: 472 Person 7 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

TOTAL FOR ALL 472 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 26.3 7.0 1.58 .61 |
| S.D. 4.9 .0 1.58 .24 |
| MAX. 35.0 7.0 5.93 1.85 |
| MIN. 9.0 7.0 -3.89 .51 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .71 TRUE SD 1.41 SEPARATION 2.00 Person RELIABILITY .80 |
|MODEL RMSE .65 TRUE SD 1.44 SEPARATION 2.21 Person RELIABILITY .83 |
| S.E. OF Person MEAN = .07 |
| MEDIAN = 1.34 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kerjasama Guru Kimia SMA Negeri di Kota
Tangerang Selatan
TABLE 28.4 Dimensi Kerja sama ZOU970WS.TXT Oct 20 17:16 2016
INPUT: 472 Person 7 Item REPORTED: 472 Person 7 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"A" SUBTOTAL FOR 351 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 25.7 7.0 1.42 .60 |
| S.D. 4.9 .0 1.62 .25 |
| MAX. 35.0 7.0 5.93 1.85 |
| MIN. 9.0 7.0 -3.89 .51 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .71 TRUE SD 1.46 SEPARATION 2.06 Person RELIABILITY .81 |
|MODEL RMSE .66 TRUE SD 1.48 SEPARATION 2.26 Person RELIABILITY .84 |
| S.E. OF Person MEAN = .09 |
| MEDIAN = 1.34 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Kerjasama Guru Kimia SMA Swasta di Kota
Tangerang Selatan
TABLE 28.5 Dimensi Kerja sama ZOU970WS.TXT Oct 20 17:16 2016
INPUT: 472 Person 7 Item REPORTED: 472 Person 7 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"B" SUBTOTAL FOR 121 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 27.9 7.0 2.05 .61 |
| S.D. 4.2 .0 1.36 .20 |
| MAX. 35.0 7.0 5.93 1.85 |
| MIN. 15.0 7.0 -1.59 .51 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .71 TRUE SD 1.16 SEPARATION 1.64 Person RELIABILITY .73 |
|MODEL RMSE .64 TRUE SD 1.20 SEPARATION 1.87 Person RELIABILITY .78 |
| S.E. OF Person MEAN = .12 |
| MEDIAN = 2.20 |
-------------------------------------------------------------------------------
Lampiran 23. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Dimensi
Kerjasama Guru Kimia
1. Nilai Parameter Ideal Dimensi Kerjasama Guru Kimia
Variabel tingkat kerjasama guru diukur melalui angket yang berjumlah 7 item pernyataan
menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai parameter
idealnya sebagai berikut.
Skor minimum ideal =7×1 =7
Skor maksimum ideal =7×5 = 35
Nilai rata-rata ideal (Mi) = (35 + 7)/2 = 21
Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (35 - 7)/6 = 4,7
2. Kecenderungan Skor Tingkat Kerjasama Guru Kimia
Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat kerjasama guru dilakukan dengan hitungan
sebagai berikut.
Tabel 3. Kategorisasi Data Skor Tingkat Kerjasama Guru
No. Kategorisasi Data Interval Skor Kategori
Ideal
1 > Mi + 1,5 SDi > 28,05 Sangat Tinggi
2 Mi s.d Mi + 1,5 SDi 21 s.d. 28,05 Tinggi
3 Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi 13,95 s.d. < 21 Cukup Tinggi
4 < Mi – 1,5 SDi < 13,95 Rendah

3. Persentase Tingkat Kerjasama Guru Kimia


Persentase tingkat kerjasama guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh dengan
perhitungan sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 26,3
× 100% = × 100% = 75,1%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 35
Persentase tingkat kerjasama guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan sebagai
berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 25,7
× 100% = × 100% = 73,4%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 35
Persentase tingkat kerjasama guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan perhitungan sebagai
berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 27,9
× 100% = × 100% = 79,7%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 35
Lampiran 24. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Perlawanan Guru Kimia

Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Perlawanan Guru Kimia SMA di Kota Tangerang
Selatan

TABLE 28.3 opposition 36 ZOU594WS.TXT Oct 20 17:43 2016


INPUT: 472 Person 8 Item REPORTED: 472 Person 8 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

TOTAL FOR ALL 472 NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 18.0 8.0 -1.06 .46 1.01 -.1 .98 -.1 |
| S.D. 5.2 .0 .98 .10 .62 1.2 .67 1.2 |
| MAX. 35.0 8.0 1.96 1.00 3.38 3.2 7.01 5.5 |
| MIN. 9.0 8.0 -3.74 .38 .06 -3.8 .07 -3.8 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .52 TRUE SD .83 SEPARATION 1.60 Person RELIABILITY .72 |
|MODEL RMSE .47 TRUE SD .86 SEPARATION 1.84 Person RELIABILITY .77 |
| S.E. OF Person MEAN = .05 |
| MEDIAN = -1.10 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Perlawanan Guru Kimia SMA Negeri di Kota
Tangerang Selatan

TABLE 28.4 opposition 36 ZOU594WS.TXT Oct 20 17:43 2016


INPUT: 472 Person 8 Item REPORTED: 472 Person 8 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"A" SUBTOTAL FOR 351 NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 18.0 8.0 -1.05 .46 1.00 -.1 .98 -.1 |
| S.D. 5.3 .0 1.00 .10 .63 1.2 .70 1.2 |
| MAX. 35.0 8.0 1.96 1.00 3.38 3.2 7.01 5.5 |
| MIN. 9.0 8.0 -3.74 .38 .06 -3.8 .07 -3.8 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .52 TRUE SD .85 SEPARATION 1.64 Person RELIABILITY .73 |
|MODEL RMSE .47 TRUE SD .88 SEPARATION 1.88 Person RELIABILITY .78 |
| S.E. OF Person MEAN = .05 |
| MEDIAN = -1.10 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Tingkat Perlawanan Guru Kimia SMA Swasta di Kota
Tangerang Selatan

TABLE 28.5 opposition 36 ZOU594WS.TXT Oct 20 17:43 2016


INPUT: 472 Person 8 Item REPORTED: 472 Person 8 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"B" SUBTOTAL FOR 121 NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 17.8 8.0 -1.07 .45 1.03 .0 .99 .0 |
| S.D. 4.9 .0 .93 .09 .58 1.2 .59 1.1 |
| MAX. 34.0 8.0 1.72 1.00 2.60 2.3 2.63 2.2 |
| MIN. 9.0 8.0 -3.74 .38 .09 -3.5 .09 -3.6 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .51 TRUE SD .77 SEPARATION 1.49 Person RELIABILITY .69 |
|MODEL RMSE .46 TRUE SD .80 SEPARATION 1.73 Person RELIABILITY .75 |
| S.E. OF Person MEAN = .08 |
| MEDIAN = -1.10 |
-------------------------------------------------------------------------------
Lampiran 25. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Dimensi
Perlawanan Guru Kimia
1. Nilai Parameter Ideal Dimensi Perlawanan Guru Kimia
Variabel tingkat perlawanan guru diukur melalui angket yang berjumlah 8 item pernyataan
menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai parameter
idealnya sebagai berikut.
Skor minimum ideal =8×1 =8
Skor maksimum ideal =8×5 = 40
Nilai rata-rata ideal (Mi) = (40 + 8)/2 = 24
Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (40 - 8)/6 = 5,3
2. Kecenderungan Skor Tingkat Perlawanan Guru Kimia
Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat perlawanan guru dilakukan dengan hitungan
sebagai berikut.
Tabel 4. Kategorisasi Data Skor Tingkat Perlawanan Guru
No. Kategorisasi Data Interval Skor Kategori
Ideal
1 > Mi + 1,5 SDi > 31,95 Sangat Tinggi
2 Mi s.d Mi + 1,5 SDi 24 s.d. 31,95 Tinggi
3 Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi 16,05 s.d. < 24 Cukup Tinggi
4 < Mi – 1,5 SDi < 16,05 Rendah

3. Persentase Tingkat Perlawanan Guru Kimia


Persentase tingkat perlawanan guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh dengan
perhitungan sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 18
× 100% = × 100% = 45,0%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 40
Persentase tingkat perlawanan guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan
sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 18
× 100% = × 100% = 45,0%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 40
Persentase tingkat perlawanan guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan perhitungan
sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 17,8
× 100% = × 100% = 44,5%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 40
Lampiran 26. Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Kepemimpinan Guru Kimia

Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Kepemimpinan Guru Kimia SMA di Kota Tangerang
Selatan

TABLE 28.3 leadership 36 ZOU575WS.TXT Oct 20 16:34 2016


INPUT: 472 Person 6 Item REPORTED: 472 Person 6 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

TOTAL FOR ALL 472 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 23.4 6.0 1.86 .67 |
| S.D. 4.3 .0 1.57 .27 |
| MAX. 30.0 6.0 5.62 1.86 |
| MIN. 9.0 6.0 -3.07 .53 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .79 TRUE SD 1.35 SEPARATION 1.72 Person RELIABILITY .75 |
|MODEL RMSE .72 TRUE SD 1.39 SEPARATION 1.92 Person RELIABILITY .79 |
| S.E. OF Person MEAN = .07 |
| MEDIAN = 1.83 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Kepemimpinan Guru Kimia SMA Negeri di Kota
Tangerang Selatan

TABLE 28.4 leadership 36 ZOU575WS.TXT Oct 20 16:34 2016


INPUT: 472 Person 6 Item REPORTED: 472 Person 6 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"A" SUBTOTAL FOR 351 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 22.9 6.0 1.70 .66 |
| S.D. 4.4 .0 1.58 .27 |
| MAX. 30.0 6.0 5.62 1.86 |
| MIN. 9.0 6.0 -3.07 .53 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .77 TRUE SD 1.38 SEPARATION 1.78 Person RELIABILITY .76 |
|MODEL RMSE .71 TRUE SD 1.41 SEPARATION 1.99 Person RELIABILITY .80 |
| S.E. OF Person MEAN = .08 |
| MEDIAN = 1.52 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Kepemimpinan Guru Kimia SMA Swasta di Kota
Tangerang Selatan

TABLE 28.5 leadership 36 ZOU575WS.TXT Oct 20 16:34 2016


INPUT: 472 Person 6 Item REPORTED: 472 Person 6 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"B" SUBTOTAL FOR 121 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 24.8 6.0 2.34 .71 |
| S.D. 3.6 .0 1.41 .29 |
| MAX. 30.0 6.0 5.62 1.86 |
| MIN. 13.0 6.0 -1.42 .53 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .82 TRUE SD 1.15 SEPARATION 1.40 Person RELIABILITY .66 |
|MODEL RMSE .77 TRUE SD 1.19 SEPARATION 1.55 Person RELIABILITY .71 |
| S.E. OF Person MEAN = .13 |
| MEDIAN = 2.16 |
-------------------------------------------------------------------------------
Lampiran 27. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku
Kepemimpinan Guru Kimia
1. Nilai Parameter Ideal Perilaku Kepemimpinan Guru Kimia
Variabel tingkat perilaku kepemimpinan guru diukur melalui angket yang berjumlah 6 item
pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai
parameter idealnya sebagai berikut.
Skor minimum ideal =6×1 =6
Skor maksimum ideal =6×5 = 30
Nilai rata-rata ideal (Mi) = (30 + 6)/2 = 18
Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (30 - 6)/6 =4
2. Kecenderungan Skor Perilaku Kepemimpinan Guru Kimia
Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat perilaku kepemimpinan guru dilakukan dengan
hitungan sebagai berikut.
Tabel 5. Kategorisasi Data Skor Perilaku Kepemimpinan Guru
No. Kategorisasi Data Interval Skor Kategori
Ideal
1 > Mi + 1,5 SDi > 24 Sangat Tinggi
2 Mi s.d Mi + 1,5 SDi 18 s.d. 24 Tinggi
3 Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi 12 s.d. < 18 Cukup Tinggi
4 < Mi – 1,5 SDi < 12 Rendah

3. Persentase Perilaku Kepemimpinan Guru Kimia


Persentase perilaku kepemimpinan guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh
dengan perhitungan sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 23,4
× 100% = × 100% = 78,0%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 30
Persentase perilaku kepemimpinan guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan
sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 22,9
× 100% = × 100% = 76,3%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 30
Persentase perilaku kepemimpinan guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan perhitungan
sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 24,8
× 100% = × 100% = 82,7%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 30
Lampiran 28. Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Membantu/Bersahabat Guru Kimia

Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Membantu/Bersahabat Guru Kimia SMA di Kota
Tangerang Selatan

TABLE 28.3 helpful 36 ZOU616WS.TXT Oct 20 16:41 2016


INPUT: 472 Person 4 Item REPORTED: 472 Person 4 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

TOTAL FOR ALL 472 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 15.5 4.0 2.04 .89 |
| S.D. 3.0 .0 1.94 .32 |
| MAX. 20.0 4.0 5.81 1.89 |
| MIN. 5.0 4.0 -4.42 .71 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE 1.04 TRUE SD 1.64 SEPARATION 1.58 Person RELIABILITY .71 |
|MODEL RMSE .95 TRUE SD 1.69 SEPARATION 1.79 Person RELIABILITY .76 |
| S.E. OF Person MEAN = .09 |
| MEDIAN = 2.10 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Membantu/Bersahabat Guru Kimia SMA Negeri di
Kota Tangerang Selatan

TABLE 28.4 helpful 36 ZOU616WS.TXT Oct 20 16:41 2016


INPUT: 472 Person 4 Item REPORTED: 472 Person 4 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"A" SUBTOTAL FOR 351 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 15.2 4.0 1.89 .88 |
| S.D. 3.1 .0 1.97 .32 |
| MAX. 20.0 4.0 5.81 1.89 |
| MIN. 5.0 4.0 -4.42 .71 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE 1.03 TRUE SD 1.68 SEPARATION 1.64 Person RELIABILITY .73 |
|MODEL RMSE .94 TRUE SD 1.74 SEPARATION 1.85 Person RELIABILITY .77 |
| S.E. OF Person MEAN = .11 |
| MEDIAN = 2.10 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Membantu/Bersahabat Guru Kimia SMA Swasta di
Kota Tangerang Selatan
TABLE 28.5 helpful 36 ZOU616WS.TXT Oct 20 16:41 2016
INPUT: 472 Person 4 Item REPORTED: 472 Person 4 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"B" SUBTOTAL FOR 121 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 16.2 4.0 2.49 .92 |
| S.D. 2.7 .0 1.77 .33 |
| MAX. 20.0 4.0 5.81 1.89 |
| MIN. 9.0 4.0 -1.54 .71 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE 1.07 TRUE SD 1.42 SEPARATION 1.33 Person RELIABILITY .64 |
|MODEL RMSE .98 TRUE SD 1.48 SEPARATION 1.51 Person RELIABILITY .70 |
| S.E. OF Person MEAN = .16 |
| MEDIAN = 2.71 |
-------------------------------------------------------------------------------
Lampiran 29. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku
Membantu/Bersahabat Guru Kimia
1. Nilai Parameter Ideal Perilaku Membantu/Bersahabat Guru Kimia
Variabel tingkat perilaku membantu/bersahabat guru diukur melalui angket yang berjumlah 4
item pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-
nilai parameter idealnya sebagai berikut.
Skor minimum ideal =4×1 =4
Skor maksimum ideal =4×5 = 20
Nilai rata-rata ideal (Mi) = (20 + 4)/2 = 12
Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (20 - 4)/6 = 2,7
2. Kecenderungan Skor Perilaku Membantu/Bersahabat Guru Kimia
Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat perilaku membantu/bersahabat guru dilakukan
dengan hitungan sebagai berikut.
Tabel 6. Kategorisasi Data Skor Perilaku Membantu/Bersahabat Guru
No. Kategorisasi Data Interval Skor Kategori
Ideal
1 > Mi + 1,5 SDi > 16,05 Sangat Tinggi
2 Mi s.d Mi + 1,5 SDi 12 s.d. 16,05 Tinggi
3 Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi 7,95 s.d. < 12 Cukup Tinggi
4 < Mi – 1,5 SDi < 7,95 Rendah

3. Persentase Perilaku Membantu/Bersahabat Guru Kimia


Persentase perilaku membantu/bersahabat guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan
diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 15,5
× 100% = × 100% = 77,5%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 20
Persentase perilaku membantu/bersahabat guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan
perhitungan sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 15,2
× 100% = × 100% = 76,0%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 20
Persentase perilaku membantu/bersahabat guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan
perhitungan sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 16,2
× 100% = × 100% = 81,0%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 20
Lampiran 30. Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Pengertian Guru Kimia

Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Pengerian Guru Kimia SMA di Kota Tangerang
Selatan

TABLE 28.3 Understanding 36 ZOU723WS.TXT Oct 20 16:46 2016


INPUT: 472 Person 3 Item REPORTED: 472 Person 3 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

TOTAL FOR ALL 472 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 10.8 3.0 1.88 1.09 |
| S.D. 2.4 .0 2.49 .25 |
| MAX. 15.0 3.0 6.84 1.95 |
| MIN. 4.0 3.0 -5.24 .99 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE 1.28 TRUE SD 2.14 SEPARATION 1.68 Person RELIABILITY .74 |
|MODEL RMSE 1.12 TRUE SD 2.23 SEPARATION 2.00 Person RELIABILITY .80 |
| S.E. OF Person MEAN = .11 |
| MEDIAN = 1.97 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Pengertian Guru Kimia SMA Negeri di Kota
Tangerang Selatan

TABLE 28.4 Understanding 36 ZOU723WS.TXT Oct 20 16:46 2016


INPUT: 472 Person 3 Item REPORTED: 472 Person 3 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"A" SUBTOTAL FOR 351 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 10.5 3.0 1.55 1.08 |
| S.D. 2.4 .0 2.51 .24 |
| MAX. 15.0 3.0 6.84 1.95 |
| MIN. 4.0 3.0 -5.24 .99 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE 1.27 TRUE SD 2.17 SEPARATION 1.71 Person RELIABILITY .75 |
|MODEL RMSE 1.11 TRUE SD 2.26 SEPARATION 2.04 Person RELIABILITY .81 |
| S.E. OF Person MEAN = .13 |
| MEDIAN = .98 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Pengertian Guru Kimia SMA Swasta di Kota
Tangerang Selatan

TABLE 28.5 Understanding 36 ZOU723WS.TXT Oct 20 16:46 2016


INPUT: 472 Person 3 Item REPORTED: 472 Person 3 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"B" SUBTOTAL FOR 121 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 11.7 3.0 2.81 1.11 |
| S.D. 2.0 .0 2.18 .26 |
| MAX. 15.0 3.0 6.84 1.95 |
| MIN. 5.0 3.0 -3.98 .99 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE 1.31 TRUE SD 1.74 SEPARATION 1.33 Person RELIABILITY .64 |
|MODEL RMSE 1.14 TRUE SD 1.86 SEPARATION 1.63 Person RELIABILITY .73 |
| S.E. OF Person MEAN = .20 |
| MEDIAN = 2.95 |
-------------------------------------------------------------------------------
Lampiran 31. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku
Pengertian Guru Kimia
1. Nilai Parameter Ideal Perilaku Pengertian Guru Kimia
Variabel tingkat perilaku pengertian guru diukur melalui angket yang berjumlah 3 item
pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai
parameter idealnya sebagai berikut.
Skor minimum ideal =3×1 =3
Skor maksimum ideal =3×5 = 15
Nilai rata-rata ideal (Mi) = (15 + 3)/2 =9
Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (15 - 3)/6 =2
2. Kecenderungan Skor Perilaku Pengertian Guru Kimia
Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat perilaku pengertian guru dilakukan dengan
hitungan sebagai berikut.
Tabel 7. Kategorisasi Data Skor Perilaku Pengertian Guru
No. Kategorisasi Data Interval Skor Kategori
Ideal
1 > Mi + 1,5 SDi > 12 Sangat Tinggi
2 Mi s.d Mi + 1,5 SDi 9 s.d. 12 Tinggi
3 Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi 6 s.d. < 9 Cukup Tinggi
4 < Mi – 1,5 SDi <6 Rendah

3. Persentase Perilaku Pengertian Guru Kimia


Adapun persentase perilaku pengertian guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh
dengan perhitungan sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 10,8
× 100% = × 100% = 72,0%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 15
Persentase perilaku pengertian guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan
sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 10,5
× 100% = × 100% = 70,0%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 15
Persentase perilaku pengertian guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan perhitungan
sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 11,7
× 100% = × 100% = 78,0%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 15
Lampiran 32. Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan pada
Siswa oleh Guru Kimia

Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Memberi Kebebasan/Tanggung Jawab pada Siswa
oleh Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan

TABLE 28.3 student freedom 53 item ZOU933WS.TXT Oct 20 16:56 2016


INPUT: 472 Person 6 Item REPORTED: 472 Person 6 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

TOTAL FOR ALL 472 NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 17.9 6.0 -.04 .49 .99 -.1 1.02 -.1 |
| S.D. 3.6 .0 .86 .05 .72 1.2 .82 1.2 |
| MAX. 28.0 6.0 2.94 1.00 5.28 4.0 7.67 4.1 |
| MIN. 7.0 6.0 -3.60 .46 .02 -4.1 .02 -4.1 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .55 TRUE SD .66 SEPARATION 1.19 Person RELIABILITY .59 |
|MODEL RMSE .49 TRUE SD .70 SEPARATION 1.43 Person RELIABILITY .67 |
| S.E. OF Person MEAN = .04 |
| MEDIAN = -.02 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Memberi Kebebasan/Tanggung Jawab pada Siswa
oleh Guru Kimia SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan

TABLE 28.4 student freedom 53 item ZOU933WS.TXT Oct 20 16:56 2016


INPUT: 472 Person 6 Item REPORTED: 472 Person 6 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"A" SUBTOTAL FOR 351 NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 18.0 6.0 -.03 .49 .96 -.2 1.01 -.1 |
| S.D. 3.6 .0 .88 .05 .70 1.2 .85 1.2 |
| MAX. 28.0 6.0 2.94 1.00 5.28 4.0 7.67 4.1 |
| MIN. 7.0 6.0 -3.60 .46 .02 -4.1 .02 -4.1 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .55 TRUE SD .69 SEPARATION 1.25 Person RELIABILITY .61 |
|MODEL RMSE .49 TRUE SD .73 SEPARATION 1.49 Person RELIABILITY .69 |
| S.E. OF Person MEAN = .05 |
| MEDIAN = -.02 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Memberi Kebebasan/Tanggung Jawab pada Siswa
oleh Guru Kimia SMA Swasta di Kota Tangerang Selatan

TABLE 28.5 student freedom 53 item ZOU933WS.TXT Oct 20 16:56 2016


INPUT: 472 Person 6 Item REPORTED: 472 Person 6 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"B" SUBTOTAL FOR 121 NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 17.7 6.0 -.08 .48 1.06 .0 1.04 .0 |
| S.D. 3.3 .0 .77 .03 .77 1.3 .76 1.2 |
| MAX. 27.0 6.0 2.43 .66 4.16 3.5 4.11 3.4 |
| MIN. 10.0 6.0 -2.05 .46 .10 -2.9 .10 -3.0 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .55 TRUE SD .54 SEPARATION .97 Person RELIABILITY .48 |
|MODEL RMSE .49 TRUE SD .60 SEPARATION 1.24 Person RELIABILITY .60 |
| S.E. OF Person MEAN = .07 |
| MEDIAN = -.02 |
-------------------------------------------------------------------------------
Lampiran 33. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku
Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan Siswa oleh Guru Kimia
1. Nilai Parameter Ideal Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan Siswa
Variabel tingkat perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa oleh guru diukur melalui
angket yang berjumlah 6 item pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5,
sehingga diketahui nilai-nilai parameter idealnya sebagai berikut.
Skor minimum ideal =6×1 =6
Skor maksimum ideal =6×5 = 30
Nilai rata-rata ideal (Mi) = (30 + 6)/2 = 18
Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (30 - 6)/6 =4
2. Kecenderungan Skor Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan Siswa
Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan
siswa oleh guru dilakukan dengan hitungan sebagai berikut.
Tabel 8. Kategorisasi Data Skor Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan Siswa oleh
Guru Kimia
No. Kategorisasi Data Interval Skor Kategori
Ideal
1 > Mi + 1,5 SDi > 24 Sangat Tinggi
2 Mi s.d Mi + 1,5 SDi 18 s.d. 24 Tinggi
3 Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi 12 s.d. < 18 Cukup Tinggi
4 < Mi – 1,5 SDi < 12 Rendah

3. Persentase Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan Siswa


Persentase perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa oleh guru kimia SMA di Kota
Tangerang Selatan diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 17,9
× 100% = × 100% = 59,7%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 30
Persentase perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa oleh guru kimia di SMA Negeri
diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 18
× 100% = × 100% = 60,0%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 30
Persentase perilaku memberi tanggung jawab/kebebasan siswa oleh guru kimia di SMA Swasta
diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 17,7
× 100% = × 100% = 59,0%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 30
Lampiran 34. Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia

Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia SMA di Kota Tangerang
Selatan

TABLE 28.3 Uncertain 36 ZOU671WS.TXT Oct 20 16:58 2016


INPUT: 472 Person 4 Item REPORTED: 472 Person 4 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

TOTAL FOR ALL 472 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 6.9 4.0 -2.46 .95 |
| S.D. 2.4 .0 1.45 .41 |
| MAX. 17.0 4.0 2.11 1.84 |
| MIN. 4.0 4.0 -4.87 .60 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE 1.10 TRUE SD .94 SEPARATION .85 Person RELIABILITY .42 |
|MODEL RMSE 1.04 TRUE SD 1.01 SEPARATION .98 Person RELIABILITY .49 |
| S.E. OF Person MEAN = .07 |
| MEDIAN = -2.68 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia SMA Negeri di Kota
Tangerang Selatan

TABLE 28.4 Uncertain 36 ZOU671WS.TXT Oct 20 16:58 2016


INPUT: 472 Person 4 Item REPORTED: 472 Person 4 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"A" SUBTOTAL FOR 351 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 6.9 4.0 -2.46 .95 |
| S.D. 2.3 .0 1.45 .42 |
| MAX. 15.0 4.0 1.14 1.84 |
| MIN. 4.0 4.0 -4.87 .60 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE 1.11 TRUE SD .92 SEPARATION .83 Person RELIABILITY .41 |
|MODEL RMSE 1.04 TRUE SD 1.01 SEPARATION .97 Person RELIABILITY .48 |
| S.E. OF Person MEAN = .08 |
| MEDIAN = -2.68 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia SMA Swasta di Kota
Tangerang Selatan

TABLE 28.5 Uncertain 36 ZOU671WS.TXT Oct 20 16:58 2016


INPUT: 472 Person 4 Item REPORTED: 472 Person 4 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"B" SUBTOTAL FOR 121 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 6.9 4.0 -2.45 .94 |
| S.D. 2.5 .0 1.45 .39 |
| MAX. 17.0 4.0 2.11 1.84 |
| MIN. 4.0 4.0 -4.87 .60 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE 1.07 TRUE SD .98 SEPARATION .92 Person RELIABILITY .46 |
|MODEL RMSE 1.02 TRUE SD 1.03 SEPARATION 1.00 Person RELIABILITY .50 |
| S.E. OF Person MEAN = .13 |
| MEDIAN = -2.68 |
-------------------------------------------------------------------------------
Lampiran 35. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku
Ragu-ragu Guru Kimia
1. Nilai Parameter Ideal Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia
Variabel tingkat perilaku ragu-ragu guru diukur melalui angket yang berjumlah 4 item
pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai
parameter idealnya sebagai berikut.
Skor minimum ideal =4×1 =4
Skor maksimum ideal =4×5 = 20
Nilai rata-rata ideal (Mi) = (20 + 4)/2 = 12
Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (20 - 4)/6 = 2,7
2. Kecenderungan Skor Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia
Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat perilaku ragu-ragu guru dilakukan dengan
hitungan sebagai berikut.
Tabel 9. Kategorisasi Data Skor Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia
No. Kategorisasi Data Interval Skor Kategori
Ideal
1 > Mi + 1,5 SDi > 16,05 Sangat Tinggi
2 Mi s.d Mi + 1,5 SDi 12 s.d. 16,05 Tinggi
3 Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi 7,95 s.d. < 12 Cukup Tinggi
4 < Mi – 1,5 SDi < 7,95 Rendah

3. Persentase Perilaku Ragu-ragu Guru Kimia


Persentase perilaku ragu-ragu guru kimia diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 6,9
× 100% = × 100% = 34,5%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 20
Lampiran 36. Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Tidak Puas Guru Kimia

Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Tidak Puas Guru Kimia SMA di Kota Tangerang
Selatan

TABLE 28.3 dissatisfied 36 ZOU130WS.TXT Oct 20 17:01 2016


INPUT: 472 Person 6 Item REPORTED: 472 Person 6 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

TOTAL FOR ALL 472 NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 14.1 6.0 -.97 .53 1.00 -.1 .98 -.1 |
| S.D. 3.9 .0 1.02 .09 .72 1.2 .79 1.2 |
| MAX. 26.0 6.0 2.00 1.01 4.77 3.7 9.78 5.8 |
| MIN. 7.0 6.0 -3.62 .46 .08 -3.1 .08 -3.2 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .60 TRUE SD .82 SEPARATION 1.36 Person RELIABILITY .65 |
|MODEL RMSE .54 TRUE SD .87 SEPARATION 1.62 Person RELIABILITY .72 |
| S.E. OF Person MEAN = .05 |
| MEDIAN = -1.12 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Tidak Puas Guru Kimia SMA Negeri di Kota
Tangerang Selatan

TABLE 28.4 dissatisfied 36 ZOU130WS.TXT Oct 20 17:01 2016


INPUT: 472 Person 6 Item REPORTED: 472 Person 6 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"A" SUBTOTAL FOR 351 NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 14.0 6.0 -1.00 .53 .99 -.1 .97 -.1 |
| S.D. 4.0 .0 1.04 .09 .72 1.2 .82 1.1 |
| MAX. 26.0 6.0 2.00 1.01 4.77 3.7 9.78 5.8 |
| MIN. 7.0 6.0 -3.62 .46 .08 -3.1 .08 -3.2 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .61 TRUE SD .84 SEPARATION 1.39 Person RELIABILITY .66 |
|MODEL RMSE .54 TRUE SD .88 SEPARATION 1.64 Person RELIABILITY .73 |
| S.E. OF Person MEAN = .06 |
| MEDIAN = -1.12 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Tidak Puas Guru Kimia SMA Swasta di Kota
Tangerang Selatan

TABLE 28.5 dissatisfied 36 ZOU130WS.TXT Oct 20 17:01 2016


INPUT: 472 Person 6 Item REPORTED: 472 Person 6 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"B" SUBTOTAL FOR 121 NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 14.3 6.0 -.91 .52 1.04 .0 1.00 .0 |
| S.D. 3.8 .0 .97 .09 .70 1.3 .69 1.2 |
| MAX. 26.0 6.0 2.00 1.01 2.87 2.3 3.07 2.2 |
| MIN. 7.0 6.0 -3.62 .46 .09 -3.1 .09 -3.1 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .60 TRUE SD .76 SEPARATION 1.27 Person RELIABILITY .62 |
|MODEL RMSE .53 TRUE SD .81 SEPARATION 1.54 Person RELIABILITY .70 |
| S.E. OF Person MEAN = .09 |
| MEDIAN = -.88 |
-------------------------------------------------------------------------------
Lampiran 37. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku
Tidak Puas Guru Kimia
1. Nilai Parameter Ideal Perilaku Tidak Puas Guru Kimia
Variabel tingkat perilaku tidak puas guru diukur melalui angket yang berjumlah 6 item
pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai
parameter idealnya sebagai berikut.
Skor minimum ideal =6×1 =6
Skor maksimum ideal =6×5 = 30
Nilai rata-rata ideal (Mi) = (30 + 6)/2 = 18
Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (30 - 6)/6 =4
2. Kecenderungan Skor Perilaku Tidak Puas Guru Kimia
Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat perilaku tidak puas guru dilakukan dengan
hitungan sebagai berikut.
Tabel 10. Kategorisasi Data Skor Perilaku Tidak Puas Guru Kimia
No. Kategorisasi Data Interval Skor Kategori
Ideal
1 > Mi + 1,5 SDi > 24 Sangat Tinggi

2 Mi s.d Mi + 1,5 SDi 18 s.d. 24 Tinggi

3 Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi 12 s.d. < 18 Cukup Tinggi

4 < Mi – 1,5 SDi < 12 Rendah

3. Persentase Perilaku Tidak Puas Guru Kimia


Persentase perilaku tidak puas guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh dengan
perhitungan sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 14,1
× 100% = × 100% = 47,0%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 30
Persentase perilaku tidak puas guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan
sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 14
× 100% = × 100% = 46,7%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 30
Persentase perilaku tidak puas guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan
perhitungan sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 14,3
× 100% = × 100% = 47,7%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 30
Lampiran 38. Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Menegur Guru Kimia

Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Menegur Guru Kimia SMA di Kota Tangerang
Selatan

TABLE 28.3 admonishing 36 ZOU195WS.TXT Oct 20 17:07 2016


INPUT: 472 Person 2 Item REPORTED: 472 Person 2 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

TOTAL FOR ALL 472 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 3.9 2.0 -2.61 1.37 |
| S.D. 1.8 .0 2.34 .37 |
| MAX. 10.0 2.0 5.23 1.96 |
| MIN. 2.0 2.0 -5.27 1.07 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE 1.54 TRUE SD 1.77 SEPARATION 1.15 Person RELIABILITY .57 |
|MODEL RMSE 1.42 TRUE SD 1.87 SEPARATION 1.31 Person RELIABILITY .63 |
| S.E. OF Person MEAN = .11 |
| MEDIAN = -3.67 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Menegur Guru Kimia SMA Negeri di Kota
Tangerang Selatan
TABLE 28.4 admonishing 36 ZOU195WS.TXT Oct 20 17:07 2016
INPUT: 472 Person 2 Item REPORTED: 472 Person 2 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"A" SUBTOTAL FOR 351 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 4.1 2.0 -2.45 1.35 |
| S.D. 1.9 .0 2.38 .36 |
| MAX. 10.0 2.0 5.23 1.96 |
| MIN. 2.0 2.0 -5.27 1.07 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE 1.52 TRUE SD 1.83 SEPARATION 1.21 Person RELIABILITY .59 |
|MODEL RMSE 1.39 TRUE SD 1.93 SEPARATION 1.38 Person RELIABILITY .66 |
| S.E. OF Person MEAN = .13 |
| MEDIAN = -2.31 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Menegur Guru Kimia SMA Swasta di Kota
Tangerang Selatan
TABLE 28.5 admonishing 36 ZOU195WS.TXT Oct 20 17:07 2016
INPUT: 472 Person 2 Item REPORTED: 472 Person 2 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"B" SUBTOTAL FOR 121 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 3.6 2.0 -3.09 1.44 |
| S.D. 1.7 .0 2.17 .39 |
| MAX. 9.0 2.0 3.65 1.96 |
| MIN. 2.0 2.0 -5.27 1.07 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE 1.61 TRUE SD 1.45 SEPARATION .90 Person RELIABILITY .45 |
|MODEL RMSE 1.49 TRUE SD 1.57 SEPARATION 1.06 Person RELIABILITY .53 |
| S.E. OF Person MEAN = .20 |
| MEDIAN = -3.67 |
-------------------------------------------------------------------------------
Lampiran 39. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku
Menegur Guru Kimia
1. Nilai Parameter Ideal Perilaku Menegur Guru Kimia
Variabel tingkat perilaku menegur guru diukur melalui angket yang berjumlah 2 item
pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai
parameter idealnya sebagai berikut.
Skor minimum ideal =2×1 =2
Skor maksimum ideal =2×5 = 10
Nilai rata-rata ideal (Mi) = (10 + 2)/2 =6
Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (10 - 2)/6 = 1,3
2. Kecenderungan Skor Perilaku Menegur Guru Kimia
Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat perilaku menegur guru dilakukan dengan
hitungan sebagai berikut.
Tabel 11. Kategorisasi Data Skor Perilaku Menegur Guru Kimia
No. Kategorisasi Data Interval Skor Kategori
Ideal
1 > Mi + 1,5 SDi > 7,95 Sangat Tinggi
2 Mi s.d Mi + 1,5 SDi 6 s.d. 7,95 Tinggi
3 Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi 4,05 s.d. < 6 Cukup Tinggi
4 < Mi – 1,5 SDi < 4,05 Rendah

3. Persentase Perilaku Menegur Guru Kimia


Persentase perilaku menegur guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh dengan
perhitungan sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 3,9
× 100% = × 100% = 39,0%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 10
Persentase perilaku menegur guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan
sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 4,1
× 100% = × 100% = 41,0%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 10
Persentase perilaku menegur guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan perhitungan
sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 3,6
× 100% = × 100% = 36,0%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 10
Lampiran 40. Data Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Disiplin Guru Kimia

Gambar 1. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Disiplin Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan
TABLE 28.3 strict 36 ZOU857WS.TXT Oct 20 17:11 2016
INPUT: 472 Person 5 Item REPORTED: 472 Person 5 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

TOTAL FOR ALL 472 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 13.5 5.0 -.48 .57 |
| S.D. 3.5 .0 1.11 .14 |
| MAX. 23.0 5.0 2.73 1.80 |
| MIN. 5.0 5.0 -4.62 .51 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .66 TRUE SD .90 SEPARATION 1.37 Person RELIABILITY .65 |
|MODEL RMSE .59 TRUE SD .95 SEPARATION 1.62 Person RELIABILITY .72 |
| S.E. OF Person MEAN = .05 |
| MEDIAN = -.56 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 2. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Disiplin Guru Kimia SMA Negeri di Kota Tangerang
Selatan
TABLE 28.4 strict 36 ZOU857WS.TXT Oct 20 17:11 2016
INPUT: 472 Person 5 Item REPORTED: 472 Person 5 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"A" SUBTOTAL FOR 351 EXTREME AND NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 13.4 5.0 -.52 .58 |
| S.D. 3.7 .0 1.18 .16 |
| MAX. 23.0 5.0 2.73 1.80 |
| MIN. 5.0 5.0 -4.62 .51 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .67 TRUE SD .98 SEPARATION 1.46 Person RELIABILITY .68 |
|MODEL RMSE .60 TRUE SD 1.02 SEPARATION 1.71 Person RELIABILITY .74 |
| S.E. OF Person MEAN = .06 |
| MEDIAN = -.56 |
-------------------------------------------------------------------------------

Gambar 3. Hasil Perhitungan Statistik Perilaku Disiplin Guru Kimia SMA di Kota Tangerang Selatan
TABLE 28.5 strict 36 ZOU857WS.TXT Oct 20 17:11 2016
INPUT: 472 Person 5 Item REPORTED: 472 Person 5 Item 5 CATS WINSTEPS 3.73
--------------------------------------------------------------------------------

"B" SUBTOTAL FOR 121 NON-EXTREME Person


-------------------------------------------------------------------------------
| TOTAL MODEL INFIT OUTFIT |
| SCORE COUNT MEASURE ERROR MNSQ ZSTD MNSQ ZSTD |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| MEAN 13.8 5.0 -.37 .54 1.00 .0 1.01 .0 |
| S.D. 2.9 .0 .86 .06 .72 1.1 .81 1.0 |
| MAX. 22.0 5.0 2.19 1.01 3.81 3.0 4.40 3.4 |
| MIN. 6.0 5.0 -3.43 .51 .15 -2.1 .15 -2.1 |
|-----------------------------------------------------------------------------|
| REAL RMSE .61 TRUE SD .61 SEPARATION .99 Person RELIABILITY .49 |
|MODEL RMSE .54 TRUE SD .67 SEPARATION 1.23 Person RELIABILITY .60 |
| S.E. OF Person MEAN = .08 |
| MEDIAN = -.56 |
-------------------------------------------------------------------------------
Lampiran 41. Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal, Kecenderungan Skor, dan Persentase Perilaku
Disiplin Guru Kimia
1. Nilai Parameter Ideal Perilaku Disiplin Guru Kimia
Variabel tingkat perilaku disiplin guru diukur melalui angket yang berjumlah 5 item pernyataan
menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5, sehingga diketahui nilai-nilai parameter
idealnya sebagai berikut.
Skor minimum ideal =5×1 =5
Skor maksimum ideal =5×5 = 25
Nilai rata-rata ideal (Mi) = (25 + 5)/2 = 15
Nilai standar deviasi ideal (SDi) = (25 - 5)/6 = 3,3
2. Kecenderungan Skor Perilaku Disiplin Guru Kimia
Untuk mengetahui kecenderungan skor tingkat perilaku disiplin guru dilakukan dengan
hitungan sebagai berikut.
Tabel 11. Kategorisasi Data Skor Perilaku Disiplin Guru Kimia
No. Kategorisasi Data Interval Skor Kategori
Ideal
1 > Mi + 1,5 SDi > 19,95 Sangat Tinggi
2 Mi s.d Mi + 1,5 SDi 15 s.d. 19,95 Tinggi
3 Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi 10,05 s.d. < 15 Cukup Tinggi
4 < Mi – 1,5 SDi < 10,05 Rendah

3. Persentase Perilaku Disiplin Guru Kimia


Persentase perilaku disiplin guru kimia SMA di Kota Tangerang Selatan diperoleh dengan
perhitungan sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 13,5
× 100% = × 100% = 54,0%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 25
Persentase perilaku disiplin guru kimia di SMA Negeri diperoleh dengan perhitungan
sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 13,4
× 100% = × 100% = 53,6%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 25
Persentase perilaku disiplin guru kimia di SMA Swasta diperoleh dengan perhitungan
sebagai berikut.
𝑀𝑒𝑎𝑛 13,8
× 100% = × 100% = 55,2%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 25
Lampiran 42. Peta Konstruk Perilaku Kepemimpinan (DC)
Perilaku Kepemimpinan
Siswa
2 ++T DC2 Ket:
||
|| DC1: Guru tahu semua hal
B || yang terjadi di dalam
|| kelas.
||
B || DC3
DC2: Ketika guru masuk
1 A ++S DC5 kelas, siswa harus
B || memberi salam.
AAAA BBB T|| DC4 DC6 DC3: Guru memberikan
AAAAAA BBBB ||
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBB ||
langkah-langkah
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBB S|| DC1 mengerjakan tugas
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBB || kepada siswa.
0 AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB ++M DC4: Guru dapat menarik
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB M||
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBB || perhatian siswa
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBB S|| dalam mengajar.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBB || DC5: Guru mengajar
AAAAAAAAAAAAAAA BBB || dengan bersemangat.
AAAAAAAAAAA BB T||
-1 AAAA B ++S DC6: Guru mampu
AA || memfokuskan
|| perhatian siswa
||
||
terhadap materi
|| pelajaran.
||
-2 ++T
<less>||<rare>
Keterangan:
A = Siswa SMA Negeri
B = Siswa SMA Swasta
Lampiran 43. Peta Konstruk Perilaku Membantu/Bersahabat (CD)
Perilaku
2 Siswa ++T
Membantu/Bersahabat
||
||
B || CD4 Ket:
|| CD1: Guru memberikan
|| perhatian ketika
B ||
1 A ++S CD1
siswa tidak mengerti
B || penjelasannya
AAAA BBB T|| dengan baik.
AAAAAA BBBB || CD2 CD3 CD2: Guru memiliki selera
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBB ||
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBB S|| humor ketika sedang
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBB || mengajar.
0 AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB ++M CD3: Guru dapat diajak
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB M|| bercanda ketika
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBB ||
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBB S|| pembelajaran
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBB || berlangsung.
AAAAAAAAAAAAAAA BBB || CD4: Guru bersikap ramah
AAAAAAAAAAA BB T||
-1 AAAA B ++S
kepada siswa.
AA ||
||
||
||
||
||
-2 ++T
<less>||<rare>
Keterangan:
A = Siswa SMA Negeri
B = Siswa SMA Swasta
Lampiran 44. Peta Konstruk Perilaku Pengertian (CS)

2 Siswa ++T Perilaku Pengertian


||
||
B || Ket:
|| CS1: Guru mau membantu
||
B ||
jika siswa
1 A ++S membutuhkan
B || CS1 sesuatu.
AAAA BBB T|| CS2: Guru tahu jika siswa
AAAAAA BBBB || CS3
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBB ||
tidak mengerti apa
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBB S|| CS2 yang dia jelaskan.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBB || CS3: Guru memahami
0 AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB ++M kemampuan siswa
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB M||
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBB || dalam pelajaran
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBB S|| kimia.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBB ||
AAAAAAAAAAAAAAA BBB ||
AAAAAAAAAAA BB T||
-1 AAAA B ++S
AA ||
||
||
||
||
||
-2 ++T
<less>||<rare>
Keterangan:
A = Siswa SMA Negeri
B = Siswa SMA Swasta
Lampiran 45. Peta Konstruk Perilaku Memberi Tanggung Jawab/Kebebasan Siswa (SC)

Perilaku Memberi Tanggung


2
Siswa ++T
Jawab/Kebebasan Siswa
||
||
B || Ket:
|| SC1: Guru memberikan
||
B || SC1
kesempatan kepada siswa
1 A ++S SC4 untuk bertanggung jawab
B || terhadap tugas yang
AAAA BBB T|| diberikan.
AAAAAA BBBB ||
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBB ||
SC2: Guru memperbolehkan siswa
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBB S|| SC3 memilih sendiri tugas-tugas
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBB || yang menarik baginya.
0 AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB ++M SC3: Guru mempercayai siswa
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB M||
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBB || dalam pengerjaan tugas di
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBB S|| luar kelas.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBB || SC2 SC5 SC4: Guru memberikan kebebasan
AAAAAAAAAAAAAAA BBB || SC6 kepada siswa untuk
AAAAAAAAAAA BB T||
-1 AAAA B ++S berdiskusi dengan teman
AA || dalam mengerjakan tugas.
|| SC5: Guru tidak memberikan
||
||
tugas kepada siswa ketika
|| ia tidak hadir di kelas.
|| SC6: Guru memberi siswa banyak
-2 ++T kebebasan dalam memilih
<less>||<rare>
materi belajar.
Keterangan:
A = Siswa SMA Negeri
B = Siswa SMA Swasta
Lampiran 46. Peta Konstruk Perilaku Ragu-ragu (SO)

2 Siswa ++T Perilaku Ragu-ragu


||
||
Ket:
B ||
|| SO1: Guru ragu-ragu dalam
|| menyampaikan materi
B || pelajaran.
1 A ++S
B ||
SO2: Guru terlihat tidak yakin
AAAA BBB T|| ketika ditanya siswa.
AAAAAA BBBB || SO3: Guru terlihat bingung dan
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBB || kurang siap akan materi
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBB S||
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBB || yang akan diajarkan.
0 AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB ++M SO4: Guru merasa khawatir jika
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB M|| siswa tidak mengerjakan
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBB || tugas/PR.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBB S|| SO4
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBB ||
AAAAAAAAAAAAAAA BBB ||
AAAAAAAAAAA BB T||
-1 AAAA B ++S
AA ||
||
||
|| SO1 SO2
||
|| SO3
-2 ++T
<less>||<rare>
Keterangan:
A = Siswa SMA Negeri
B = Siswa SMA Swasta
Lampiran 47. Peta Konstruk Perilaku Tidak Puas (OS)

2 Siswa ++T Perilaku Tidak Puas


||
|| Ket:
B ||
||
OS1: Guru menunjukkan sikap
|| tidak puas terhadap
B || pekerjaan siswa.
1 A ++S OS2: Guru sering merasa curiga
B ||
AAAA BBB T||
bahwa siswa mencontek.
AAAAAA BBBB || OS3: Menurut guru, siswa tidak
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBB || OS6 tahu apa-apa tentang materi
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBB S|| yang diajarkan.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBB ||
0 AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB ++M OS2 OS4: Guru menganggap siswa
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB M|| tidak mampu mengerjakan
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBB || tugas dengan benar.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBB S|| OS5: Guru sering mengancam
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBB ||
AAAAAAAAAAAAAAA BBB || OS1 siswa dengan hukuman.
AAAAAAAAAAA BB T|| OS3 OS6: Guru sering menegur siswa
-1 AAAA B ++S yang melanggar aturan.
AA || OS4
|| OS5
||
||
||
||
-2 ++T
<less>||<rare>
Keterangan:
A = Siswa SMA Negeri
B = Siswa SMA Swasta
Lampiran 48. Peta Konstruk Perilaku Menegur (OD)

2 Siswa ++T Perilaku Menegur


||
|| Ket:
B ||
||
OD1: Guru terlalu cepat menegur
|| siswa ketika siswa berbuat
B || salah.
1 A ++S OD2: Guru mudah berkomentar
B ||
AAAA BBB T|| sinis terhadap siswa.
AAAAAA BBBB ||
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBB ||
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBB S||
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBB ||
0 AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB ++M
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB M||
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBB ||
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBB S||
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBB ||
AAAAAAAAAAAAAAA BBB || OD1
AAAAAAAAAAA BB T||
-1 AAAA B ++S
AA || OD2
||
||
||
||
||
-2 ++T
<less>||<rare>
Keterangan:
A = Siswa SMA Negeri
B = Siswa SMA Swasta
Lampiran 49. Peta Konstruk Perilaku Disiplin (DO)

2 Siswa ++T
Perilaku Disiplin
||
|| Ket:
B ||
||
DO1: Guru membuat siswa merasa
|| takut selama kegiatan
B || pembelajaran berlangsung.
1 A ++S DO2: Guru suka mengawasi siswa
B || DO3
AAAA BBB T|| untuk mengikuti pelajaran
AAAAAA BBBB || dengan serius.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBB || DO3: Guru tampak serius dalam
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBB S|| DO2 mengajar.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBB ||
0 AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB ++M DO4: Guru sangat keras menuntut
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB M|| DO4 siswa untuk belajar dan
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBBBBB || mengerjakan tugas.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBBBBB S||
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA BBBB ||
DO5: Guru membuat siswa takut
AAAAAAAAAAAAAAA BBB || masuk kelas jika belum
AAAAAAAAAAA BB T|| DO5 menyelesaikan PR.
-1 AAAA B ++S
AA ||
|| DO1
||
||
||
||
-2 ++T
<less>||<rare>
Keterangan:
A = Siswa SMA Negeri
B = Siswa SMA Swasta
Lampiran 50. Representasi Grafis Profil Guru Tiap Sekolah

Profil Guru SMA N 1 Profil Guru SMA N 3

Profil Guru SMA N 4 Profil Guru SMA N 8


Profil Guru SMA N 10 Profil Guru SMA Darussalam

Profil Guru SMA Dua Mei Profil Guru SMA Muhammadiyah 8


Profil Guru SMA Muhammadiyah 25 Profil Guru SMA Triguna Utama

Keterangan:
1. Profil Guru SMA N 1 : Otoritatif
2. Profil Guru SMA N 3 : Otoritatif
3. Profil Guru SMA N 4 : Otoritatif
4. Profil Guru SMA N 8 : Membosankan
5. Profil Guru SMA N 10 : Otoritatif
6. Profil Guru SMA Darussalam : Otoritatif
7. Profil Guru SMA Dua Mei : Otoritatif
8. Profil Guru SMA Muhammadiyah 8 : Otoritatif
9. Profil Guru SMA Muhammadiyah 25 : Otoritatif
10. Profil Guru SMA Triguna Utama : Direktif
Lampiran 52.
Surat Ijin Penelitian

You might also like