You are on page 1of 3

Kasus Penistaan Agama Ferdinand Hutahaean

Mantan politikus Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean, divonis 5 bulan penjara atas kasus
berita bohong dan keonaran. Keputusan itu dibacakan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat, Selasa (19/4/2022). Kasus yang menjerat Ferdinand bermula dari kicauannya di
Twitter yang menyinggung ihwal Tuhan pada awal Januari 2022 lalu. Berikut perjalanan kasus
Ferdinand dari awal hingga akhirnya dijatuhi hukuman 5 bulan penjara.
Berawal dari cuitan
Pada 5 Januari 2022, Ferdinand dilaporkan oleh Ketua DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia
(KNPI) Haris Pertama ke Bareskrim Polri berkaitan dengan konten informasi bermuatan ujaran
kebencian berdasar suku, agama, ras, an antargolongan (SARA). Laporan itu berangkat dari
cuitan Ferdinand terkait Tuhan di akun Twitter pribadinya, @FerdinandHaean3, pada 4 Januari
2022. Ferdinand menuliskan, "Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah harus dibela. Kalau aku
sih Allahku luar biasa, mahasegalanya, DIA lah pembelaku selalu dan Allahku tak perlu dibela."
Kicauan tersebut seketika menuai kecaman. Tak lama, Ferdinand menghapus tulisannya dan
mengunggah video klarifikasi. Dalam video itu ia menjelaskan bahwa kicauannya merupakan
dialog imajiner antara pikiran dan hatinya sendiri. "Sekali lagi, saya tegaskan tidak ada niat saya
untuk menyerang kelompok tertentu, agama tertentu, kaum tertentu, atau orang tertentu. Itu
adalah dialog imajiner antara pikiran dan hati saya yang memang kebetulan kemarin saya sedang
banyak beban," ungkap Ferdinand. Ferdinand dilaporkan atas dugaan penyebaran berita bohong
atau hoaks yang berpotensi menimbulkan keonaran.
Jadi tersangka dan ditahan
Atas laporan tersebut, polisi kemudian melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi dan ahli.
Pada Kamis (6/1/2022), status penanganan perkara Ferdinand naik ke tahap penyidikan.
Selanjutnya, Senin (10/1/2022), Ferdinand diperiksa oleh pihak kepolisian. Selang 11 jam, ia
ditetapkan sebagai tersangka. Sejak saat itu, ia ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Bareskrim
Polri. Dari balik jeruji besi, Ferdinand sempat menuliskan surat permohonan maaf kepada
masyarakat Indonesia. Ia meminta maaf karena cuitannya telah menyinggung banyak orang.
Saya dengan rendah hati memohon dimaafkan karena saya tidak ada niat untuk menyinggung
atau menyerang pihak mana pun. Sebagai seorang muslim saya justru ingin menegaskan bahwa
tiada lain tempat berlindung kecuali Allah SWT," bunyi petikan surat. Melalui suratnya
Ferdinand juga mengaku khilaf. Ia meminta bimbingan agar ke depan dapat menjadi pribadi
yang lebih baik dalam beragama dan bertutur kata. Dia juga memohon doa agar mampu
menjalani proses hukum dengan baik
Tuntutan 7 bulan
Sidang perdana kasus Ferdinand digelar pada 15 Februari 2022. Sejak saat itu, serangkaian
persidangan digelar guna mendengar keterangan sejumlah pihak. Dalam persidangan yang
digelar Selasa (5/4/2022), Ferdinand dituntut 7 bulan penjara oleh jaksa penuntut umum (JPU).
Mulanya Ferdinand didakwa telah menyebarkan berita bohong, menyebabkan keonaran, serta
menimbulkan kebencian SARA. Namun, dalam pembacaan tuntutan, jaksa menyampaikan
bahwa pasal terkait kebencian berbasis SARA tidak terbukti.
Maka, Ferdinand hanya dituntut bersalah sesuai dakwaan primer, yaitu Pasal 14 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana. Menurut jaksa, ada
sejumlah hal yang meringankan tuntutan terhadap Ferdinand yakni terdakwa belum pernah
dihukum, menyesali perbuatannya, dan bersikap sopan selama persidangan. Namun terdapat dua
alasan yang memberatkan. Ferdinand dinilai telah menimbulkan keresahan dan tidak
menunjukkan teladan bagi masyarakat. “Perbuatan terdakwa menimbulkan keresahan yang
meluas bagi masyarakat, dan sebagai tokoh publik tidak memberi contoh atau teladan bagi
masyarakat” ujar jaksa
Vonis
Setelah melalui serangkaian pemeriksaan dan persidangan, Ferdinand akhirnya dijatuhi hukuman
5 bulan penjara. "Menyatakan terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana dengan sengaja menyiarkan berita atau pemberitaan bohong yang
menimbulkan keonaran di kalangan rakyat," kata hakim ketua Suparman Nyompa saat
membacakan vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (19/4/2022). "Menjatuhkan
pidana atas diri terdakwa dengan pidana penjara selama 5 bulan," lanjut hakim.
Ferdinand dinyatakan bersalah melanggar Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1946 tentang Peraturan Hukum Pidana. Atas vonis tersebut, jaksa penuntut umum menyatakan
pikir. Demikian juga dengan Ferdinand. "Untuk sementara ini, Yang Mulia, kami pikir-pikir
dulu, nanti kami simpulkan belakangan. Terima kasih," kata Ferdinand. Oleh majelis hakim, baik
JPU maupun Ferdinand diberi waktu 7 hari sejak putusan dibacakan untuk pikir-pikir.

Editor : Fitria Chusna Farisa


Source : nasional.kompas.com

Analisa Kasus
Dalam kasus Ferdinan Hutahean ini,penggunaan bahasa dan cara berpikir yang bijak akan
membuat seseorang disenangi oleh masyarakat.Karena bahasa adalah salah satu cara seseorang
berkomunikasi dan penggunaannya harus dipikir terlebih dahulu agar statement yang dikeluarkan
tidak memancing kemarahan dari orang banyak.
Mungkib secara tidak sadar kita sering kali mengeluarkan ucapan yang menuurut pemikiran kita
biasa saja atau tidak menimbulkan masalah,tetapi pandangan dan pemikiran setiap manusia
berbeda.Bisa saja kata-kata atau statement yang kita keluarkan dianggap sebuah pencemaran atau
penghinaan bahkan penistaan terhadap suatu golongan maupun individu.Oleh karena itu kita
sebagai manusia yang diberikan akal oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk berfikir harus
memperhatikan setiap perkataan dan perbuatan agar tidak menjadi permasalahan dikemudian
hari karena perkataan dan cara berfikir yang salah.

You might also like