You are on page 1of 42
TEKNIK PENELITIAN Dari penjelasan di atas dapat kita simak bahwa pengum- pulan data di lapangan dengan memanfaatkan pengamatan bisa efektif, tetapi pengamat sendiri harus berhati-hati memanfaatkannya. Di samping pengamatan masih ada teknik lainnya, yaitu wawancara. Wawancara adalah salah satu teknik yang cukup baik pula. Teknik ini dibahas pada uraian berikut. D.Wawancara Pembahasan tentang wawancara akan mempersoalkan bebe- rapa segi yang mencakup (1) pengertian dan macam-macam wawancara, (2) bentuk-bentuk pertanyaan, (3) menata-urutan pertanyaan, (4) perencanaan wawancara, (5) pelaksanaan dan kegiatan sesudah wawancara, dan (6) wawancara kelompok fokus. 1. Pengertian dan Macam-macam Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985:266), antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan: memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota\, 186 Dipindai dengan CamScanner METODOLOG! PENELITIAN KUALITATIF Ada bermacam-macam cara pembagian jenis wawancara yang dikemukakan dalam kepustakaan. Dua di antaranya dikemukakan di sini. Cara pembagian pertama dikemukekan oleh Patton (1980:197) sebagai berikut: (a) wawancara pembicaraan informal, (b) pende- katan menggunakan petunjuk umum wawancara, dan (c) wawan- cara baku terbuka. Pembagian wawancara yang dilakukan oleh Patton didasarkan atas perencanaan pertanyaannya. Keti dijelaskan secara singkat di bawah ini. a, Wawancara Pembicaraan Informal Pada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat bergantung pada pewawancara itu sendiri, jadi bergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada terwawancara. Hubungan pewawancara dengan terwawancara adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari saja. Sewaktu pembicaraan berjalan, terwawancara malah barangkali tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai. b. Pendekatan Menggunakan Petunjuk Umum Wawancara Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak. perlu ditanyakan secara berurutan. Demikian pula penggunaan dan pemilihan kata-kata untuk wawancara dalam hal tertentu tidak perlu dilakukan sebelumnya. Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup. Petunjuk itu mendasarkan diri atas anggapan bahwa ada jawaban yang secara umum akan sama diberikan oleh para responden, tetapi yang jelas tidak ada perangkat pertanyaan baku yang disiapkan terlebih dahulu. Pelaksanaan wawancara dan pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan responden dalam konteks wawancara yang sebenarnya. 181 Dipindai dengan CamScanner TEKNIK PENELITIAN c. Wawancara Baku Terbuka Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata- katanya, dan cara penyajiannya pun sama untuk setiap responden. Keluwesan mengadakan pertanyaan pendalaman (probing) terbatas, dan hal itu bergantung pada situasi wawancara dan kecakapan pewawancara. Wawancara demiki- an digunakan jika dipandang sangat perlu untuk mengurangi sedapat-dapatnya variasi yang bisa terjadi antara seorang terwawancara dengan yang lainnya. Maksud pelaksanaan tidak lain merupakan usaha untuk menghilangkan kemung- kinan terjadinya kekeliruan. Wawancara jenis ini bermanfaat pula dilakukan apabila pewawancara ada beberapa orang dan terwawancara cukup banyak jumlahnya. Pembagian lain dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (1981: 160-170). Pembagian mereka adalah (a) wawancara oleh tim atau panel, (b) wawancara tertutup dan wawancara terbuka, (c) wawancara riwayat secara lisan, dan (d) wawan- cara terstruktur dan tak terstrukstur. Berturut-turut hal itu diuraikan berikut ini. a. Wawancara oleh tim atau panel Wawancara oleh tim berarti wawancara dilakukan tidak hanya oleh satu orang, tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap seorang yang diwawancarai. Jika cara ini diguna- kan, hendaknya pada awalnya sudah dimintakan kesepakatan dan persetujuan dari terwawancara, apakah ia tidak kebe~ ratan diwawancarai oleh dua orang. Di pihak lain, seorang pewawancara dapat saja memperhadapkan dua orang atau lebih yang diwawancarai sekaligus, yang dalam hal ini dinamakan panel. Cara pertama baik digunakan dalam latihan dengan seorang ahli lagipula berpengalaman yang menjadi model pewawancara. Maksud utamanya ialah untuk melatih cara bertanya, keterampilan mendengarkan, gaya, cara memper- dalam pertanyaan, dan sebagainya. 188 Dipindai dengan CamScanner Nazir (1989) menjelaskan ada tiga ciri utama dalam pandangan positivistik yang diterapkan dalam pendekatan kuantitatif ini. Pertama, penelitian banyak menggunakan metode eksperimen yang variabelnya dapat dimanipulasi dan diukur secara kuantitatif agar dapat dicari hubungan di antara berbagai variabel. Kedua, mencari hukum universal yang dapat dilakukan melalui semua kasus. Dengan pengolahan statistik penelitian, maka dapat dicapai tingkat probabilitas dengan mementingkan sampling untuk mencari generalisasi. Ketiga, netralitas pengamatan dapat dilakukan dengan hanya meneliti gejala-gejala yang dapat diamati secara langsung dengan mengabaikan apa yang tidak diamati dan diukur dengan instrumen yang valid dan reliabel. Johnson dan Christensen (2004) menambahkan bahwa paham positivistik dalam pendekatan kuantitatf lebih memfokuskan diri pada komponen deduktif dari suatu metode ilmiah karena fokus itu umumnya berupa pengujian hipotesis dan teori. Pendekatan kuantitatif kadang-kadang juga dimaksudkan untuk confirmatory, Karena peneliti bermaksud menguji untuk memperkuat hipotesis dan teorinya. Johnson dan Christensen (2004) menyebutkan ciri-cri pendekatan kuantitatif dengan cara membandingkannya dengan pendekatan kr~™ Ciri-ciri itu diringkaskan penulis sebagaimana tersaji pada Tabel 1.1 ‘Tabel 1.1 Ciri Penekanan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif No | AspekPembeda | Pendekatan Kuantitatif | Pendekatan Kw. 1 | Metodeilmiah | - Deduktif atau top-down. | - Induktif atau bottom-up. - Peneliti menguji - Peneliti menghasilkan hipotesis dan teori hipotesis baru dan dengan data. grounded theory dari data selama di lapangan. 2 | Pandangan Perilaku adalah tetap Perilaku adalah dinamis, tethadap (regular) dan dapat situasional, kontekstual, perilaku diprediksi. dan personal. manusia 3 | Umumnya Deskriptif, eksplanatif, dan | Deskriptif, eksploratif, tujuan penelitian | prediktif. dan penemuan. 4 | Fokus penelitian | Dipersempit-sudut lensa | Diperluas—sudut lensa terbatas, menguji hipotesis’ | yang paling dalam, yang khusus. mendalami fenomena untuk belajar lebih jauh Bab 1 Landasan Penelitian 15 Dipindai dengan CamScanner tentang fenomena itu. 5 | Sifat Mempelajari perilaku di Mempelajari perilaku di pengamatan bawah kondisi yang, dalam lingkungan yang terkontrol. alamiah dan mempelajari konteks di dalam perilaku ang terjadi. 6 | Sifat realitas Obyektif (observer yang | Subyektif, personal, dan berbeda bisa setuju dikonstruksi secara sosial, terhadap apa yang, diamati). 7 | Bentuk ‘Menggunakan alatukur — | Menggunakan indepth- pengumpulan yang terstruktur dan interview, participant data instrumen yang valid (test, | observation (field-notes, rating-scales, questionnaire, | open-ended question), behavioral responses), peneliti sebagai instramen engumpul data utama. 3 _| Sifat data Variables. Words, images, categories. 9 | Analisisdata | Identifikasi hubungan ‘Mencari pola, tema, statistik, gambaran holistic. 10. | Hasil ‘Temuan yang, - Temuan peristiwa digeneralisasi. Khusus. ~ Representasi sesuatu yang dianggap penting. ~ Menyajikan berbagai perspektif. 11 | Bentuklaporan | Laporan statistik (Korelasi, | Laporan naratif dengan perbandingan rerata, deskripsi yang signifikansi temuan). kontekstual dan catatan angsung dari partisipan dilapangan. Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif umumnya paling mudah dikenali dari pengumpulan dan analisis datanya yang berupa angka-angka. Namun, jika dicermati lebih jauh banyak ditemukan aspek-aspek penanda yang menjadi ciri penelitian kuantitatif, terutama jika dibandingkan dengan penelitian kualitatif. Selain yang tersaji pada Tabel 1.1, penanda itu telah dibahas oleh banyak ahli di antaranya adalah Arifin (1996), Arikunto (2002), Patilima, (2005), Riyanto (2007). Penanda yang menjadi ciri penelitian kuantitatif yang dibahas oleh banyak ahli tersebut kemudian diseleksi dan diringkaskan oleh penulis sebagai berikut: 16 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan Dipindai dengan CamScanner iptif Dapat dikatakan bahwa semua jenis penelitian kualitatif itu sifatnya deskriptif, yaitu bertujuan untuk menggambarkan dan atau mendeskripsikan karakteristik dari fenomena. Salah satu ciri utama dari deskriptif adalah paparannya yang bersifat naratif (banyak uraian kata-kata). Umumnya penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk menjawab masalah penelitian yang menyangkut pertanyaan what, how, dan why. Apabila semua aspek dari fenomena sudah berhasil dijelajahi, maka peneliti ingin menggambarkan karakteristik dari fenomena secara utuh dan menyeluruh dengan uraian kata-kata dan kalimat yang naratif. Penelitian Fenomenologi Seperti halnya deskriptif yang ‘menjadi jenis sekaligus: ciri dalam penelitian kualitatif, jenis lain yang selalu melekat sebags dan ciri penelitian kualitatif adalah fenomenologi. Fenom¢ adalah landasan pokok yang digunakan oleh peneliti kualitatif menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis di subjek yang diteliti. Penelitian fenomenslogi adalah penelitian berorientasi pada pengalaman subjektif atau pengalaman yang menguingkap fenomena khusus. Penelitian fenomenologi menyelidiki pengalaman dengan*berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan- kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu. Penelitian Studi Kasus Jenis penelitian yang paling banyak dipilih oleh peneliti kualitatif adalah studi kasus: Studi kasus dipandang sebagai salah Sati: metode dalam penelitian kualitatif. Studi kasus adalah metode penelitian yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. Studi kasus dalam perelitian kualitatif umumnya. bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari objek yang diteliti. Dikatakan studi kasus karena sasaran dan fokus'kasusnya yang unik. Sasaran studi kasus dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen. Sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai .suatu totalitas sesuai dengan konteksnya masing-masing dengan maksud memahami berbagai kaitan yang ada di antara unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Bab 1 Landasan Penelitian 25 Dipindai dengan CamScanner 4. Penelitian Etnografi Dalam sejarah perkembangan metodologi penelitian, jenis penelitian kualitatif yang terbanyak dilakukan berasal dari bidang antropologi atau budaya. Karena itu, etnografi dipandang sebagai satu metode dalam penelitian kualitatif, Penekanan penelitian etnografi_ adalah pada studi keseluruhan budaya atau aspek-aspek budaya yang ada dalam suatu komunitas, Budaya dalam hal ini dapat dimaknai sebagai suatu totalitas kehidupan. Dengan etnografi, peneliti dapat memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena yang teramati dari kehidupan sehari-hari. Jadi, etnografi lazimmnya bertujuan untuk menguraikan suatu budaya secara menyeluruh, baik yang bersifat material seperti artefak, alat, pakaian, bangunan, dan sebagainya, maupun yang bersifat abstrak, seperti pengalaman, kepercayaan, norma, dan sistem nilai dari kelompok yang diteliti. Pendekatan kualitatif memang banyak variannya, satu di antaranya adalah interaksi simbolik. Interaksi simbolik merupakan salah satu di antara beberapa perspeldif utama yang dikenal dalam ilmu-iImu sosial seperti sosiologi, psikologi, antropologi, dan komunikasi. Perspektif interaksi simbolik merupakan cara pandang terhadap_perilaku manusia yang dilihat dari interaksinya yang menggunakan simbol- simbol. Dalam penelitian interaksi simbolik, peneliti berusaha untuk memahami subjek dari sudut pandang subjek itu sendiri dalam membuat penafsiran dan membuat skema konseptual. Esensi dari interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri Khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Pandangan interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspertasi orang lain yang menjadi mitra interaksinya. 6. Penelitian Tindakan Jenis penelitiatt ini berorientasi pada manfaat praktis. Untuk itu jenis penenlitiannya biasa disebut dengan istilah penelitian tindakan (Action Research). Untuk meningkatkan tanggung jawab kerjanya, para 26 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan Dipindai dengan CamScanner fesional harus selaluu memperbaiki kinerig Frat its, maka a harus mnglacdcar Pate ek menperaik yang ingin mendapatian Perbaikan kinerja secara lansing praktis, maka jenis penelitian yang banyak disue rene dan penelitian tindakan. Penelitian tindakan ini mem eis; adalah khusus yang lebih menekankan pada proses tin dakannya ne yang elitian tindakan cenderung dekat atau dikelompoltar itu, penelitian kualitatif karena sifat dan sivicirinya yang sult ee dimasukkan ke dalam kelompok Ppenelitian kuantitati¢, Ni isa demikian, ada yang beranggapan bahwa penelitian tindaken rin menggabungkan antara pendekatan kuantitaif dan kesin Pini satu proyek penelitian. Penelitian Pengembangan_ Penelitian pengembangan sebenamya penclitian yang dilakukan melalui dua tahapan besar, yaitu Penelitian. dan Pengemban; (research and development—R & D). Pada tahapan research, ee dapat berangkat dari penelitian kuantitatit atau Peneliti yang berangkat dengan memilih’ tahapan penelitian kualitatif, umumnya mengelompokkan. Karyanya ke dalam Penelitian kualitatif, Begitu juga sebaliknya. Pada tahapan penelitian kualitatif, peneliti dapat memilih jenis-jenis penelitian kualitatif yang telah ada, misalnya deskriptif kualitatif, studi kasus, atau yang lainya, Sedangkan pada tahapan development, peneliti berusaha menindaklanjuti hasil penelitiannya dengan menghasilkan produk pengembangan. Produk itu dapat berupa prototipe, model, desain, atau sampai dengan produk material yang sudah jadi. Penelitian kualitatif, Penelitian “Grounded” Penelitian kualitatif yang paling pokok sesuai tujuannya adalah penelitian yang menghasilkan teori dari dasar (grounded theory). Metode yang) menghasilkan teori dari dasar ini umumnya disebut sebagai penelitian “Grounded” (Grounded Research). Jika penelitian kuantitatif umumnya berangkat dari teori yang sudah ada, kemudian dijabarkan menjadi hipotesis-hipotesis yang diuji kebenarannya melalui penelitian di lapangan, sebaliknya pada penelitian “Grounded! bertolak dari fakta-fakta di lapangan, kemudian dianalisis untuk diwujudkan menjadi teori. Bab 1 Landasan Penelitian | 27 Dipindai dengan CamScanner CIRI-CIRI PENELITIAN KUALITATIF Selain ciri-ciri penelitian yang menggambarkan perbedaan antara penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif sebagaimana tersaji pada Tabel 1.1, dan dilanjutkan dengan sekilas mempelajarijenis-jenis penelitian kualitatif, berikut ini dibahas ciri-ciri penelitian kualitatif secara tersendiri dan mendalam. Ciri-ciri ini diambil dari ae banyak ahli di antaranya adalah Bogdan dan Biklen (1998), Arifin (1996), Arikunto (2002), Berg (2004), Patilima, 2005), Riyanto (2007), dan Moleong (2008), yang kemudian diseleksi oleh penulis dan dibahas penerapannya sebagai berikut. Manjuvabsnasalah aa apo eee Berbeda dengan penelitia tatif yang masalahnya diangkat dari hasil Kajian referensi atau berangkat dari latar belakang adanya Kesenjangan antara teori dan praktik, maka penelitian kualitatif umumnya berangkat dari masalah yang diangkat dari hasil penjajakan konteks yang ada di lapangan. Karena itu, jika pada penelitian kuantitatif digunakan istilah latar belakang, maka pada penelitian kualitatif digunakan istilah konteks penelitian. Digunakan istilah konteks penelitian untuk menunjukkan bahwa persoalan yang menjadi fokus penelitian harus dikaji secara utuh (holistic) pada latar yang sebenamnya terjadi. Konteks penelitian yang dimaksud berisi fenomena-fenomena kasuistik yang ditemukan dari hasil penjajakan awal di lapangan. Identifikasi fenomena-fenomena tersebut membawa peneliti sampai pada simpulan bahwa ada persoalan penting yang perlu diteliti, Banyaknya komponen yang -saling berkaitan dalam persoalan tersebut menuntut diselidiki (diteliti) secara utuh dan mendalam, serta menyatu pada latamya. Karena itu, peneliti kualitatif yang akan melakukan penelitian tidak harus mengkaji referensi yang banyak terlebih dahulu sebagaimana yang dilakukan oleh peneliti kuantitatif, Misalnya, peneliti kuantitatif harus mengkaji 80-90% referensi/teori terlebih dahulu, baru kemudian bisa menetapkan hipotesis atau masalah yang akan diuji/dijawab melalui penelitian. Sedangkan peneliti kualitatif cukup mengkaji 20-30% referensi/teori sebagai wawasan, setelah itu sudah bisa memulai penelitian. Tetapi sebaliknya, sebelum memulai, peneliti kualitatif harus melakukan penjajakan awal untuk mengenali konteks perelitian terlebih dahulu. Dari penjajakan awal inilah yang kemudian memunculkan masalah khusus yang akan diteliti. 28 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan Dipindai dengan CamScanner Masalah khusus dalam penelitian disebut fokus Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang umumnya be untuk menjawab masalah yang sifatnya generalisasi. Penelitian ku: menghendaki ditetapkannya batas penelitian atas dasar fokus yang ti sebagai masalah dalam penelitian. Oleh karena itu, “rumusan mas: yang biasanya digunakan dalam penelitian kuantitatif, dalam penelitian kualitatif diistilahkan dengan “fokus penelitian’. Artinya, masalah yang akan dijawab melalui penelitian merupakan masalah yang khusus yang berada di tengah-tengah latar yang dihubungkan oleh interaksi antara peneliti dan subjek yang diteliti Masalah khusus yang disebut fokus menggambarkan satuan-satuan individu yang utuh dan tidak terpilah dalam variabel-variabel. Penentuan fokus didahului dengan penjajakan setting atau latar penelitian yang kemudian didapati fokus yang’ sifatnya unik. Keunikan ini terutama difokuskan pada bagian Khusus yang lebih, dalam dari satuan individu. Pembatasan fokus penelitian dimaksudkan untuk menemukan lokasi dan latar penelitian. Fokus yang akan diteliti lebih mengarah pada proses daripada hasil Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang lebih banyak meneliti tentang hasil. Fokus yang diteliti dalam penelitian kualitatif lebih banyak mencakup proses. Meneliti tentang proses memerlukan pengamatan yang ‘mendalam dan utuh (holistic). Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian- bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas jika diamati dengan menekankan, pada segi proses, Oleh karena itu, umumnya dalam penelitian kualitatif akan menjawab rumusan masalah “bagaimana” (how). Pertanyaan “bagaimana” ini menggambarkan suatu proses sistem dengan prosedur atau langkah-langkah tertentu menuju hasil. Di dalam proses itu terdapat komponen-komponen yang saling berkaitan, dan komponen- Komponen itu ada yang langsung bisa diamati atau tampak (tangible) dan ada pula yang tersembunyi atau tidak tampak (hidden) yang memerlukan pengamatan dan wawancara yang mendalam. Bahkan di dalam peitanyaan “bagaimana” sebetulnya juga mengandung makna ada pertanyaan “mengapa” (why). Pertanyaan “mengapa” inilah yang sejatinya membedakan antara proses yang satu dengan proses yang lainnya. Sebagai contoh fokus penelitian dirumuskan sebagai berikut: “bagaimana guru di daerah pedesaan bertindak sebagai agen pembaharuan’, dan mengapa dia disebut sebagai “agen”. Dengan dua pertanyaan ini sebetulnya penelitian Bab 1 Landasan Penelitian 29 Dipindai dengan CamScanner dapat menggambarkan adanya proses yang panjang yang melibatkan banyak komponen yang kompleks dan aspek-aspeknya saling terkait. Meneliti fokus yang sifatnya unik Penentuan fokus didahului dengan penjajakan setting atau latar penelitian yang kemudian mendapati fokus yang sifatnya unik, terutama bagian yang lebih dalam dari satuan individu. Dalam penelitian kualitatif digunakan asumsi bahwa setiap subjek memiliki keunikannya sendiri, Oleh karena itu, hasil dari penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk digeneralisasikan pada subjek lain, tetapi hanya berlaku pada subjek yang telah diamati yang sifatnya unik tersebut. Keunikan itu dipilih untuk diteliti secara kualitatif karena memerlukan penyelidikan yang mendalam dan tidak bisa disamakan dengan penyelidikan pada sasaran yang lain. Keunikan itu biasanya menggambarkan fenomena yang sifatnya eksttim, baik ekstrim positif maupun ekstrim negatif. Misalnya meneliti kehidupan orang yang disebut “sosialita” di kota-kota besar yang serba berkecukupan. Atau sebaliknya, meneliti kehidupan “anak alam” yang tinggal di daerah terpecil dan hanya bisa makan tanaman yang ada di hutan. Untuk menggambarkan kedua contoh fokus yang berbeda atau berlawawan secara ekstrim ini hanya bisa dengan penelitian kualitatif, karena sifatnya yang unik dan tidak bisa digeneralisasikan dengan fokus yang lain. Keunikan fokus bisa dilihat dari beberapa sisi, antara lain (1) substansi konstruk yang terkait dengan urgensi keilmuan, (2) lokasi dan latar penelitian, dan (3) ide atau gagasan yang akan dilakukan. Sebagai contoh penelitian Ulfatin, Mukhadis, dan Imron (2010) tentang strategi penuntasan wajib belajar pada daerah rawan putus sekolah (drop out) dan angka partisipasi kasar (APK) terendah. Fokus ini dianggap urgen dan unik sebagai bagian dari perencanaan pendidikan dalam ilmu manajemen pendidikan. Urgensi dan keunikannya terletak pada: (1) wajib belajar merupakan persoalan nasional yang penting dan perlu pemecahan, (2) strategi penuntasan wajib belajar selama ini lebih dilakukan secara umum. dan merata, yang mungkin sebagai hasil dari survei yang tidak selalu bisa menggambarkan suasana geografis dari masyarakat sasaran, dan (3) pemilihan daerah yang rawan putus sekolah dan APK terendah merupakan lokasi dan latar yang khusus dan sengaja dipilih karena tidak bisa disamakan dengan daerah lain. 30 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan Dipindai dengan CamScanner | latar penelitian yang alamiah Penelitian kualitatif dilakukan pada latar ‘yang alamiah (natural setting) dan melihat setting atau respon sebagai gejala yang saling mengkait secara utuh dan menyeluruh (holistic). Oleh karena itu, penelitian kualitatif juga dapat disebut penelitian naturalistik. Hal ini dilakukan karena hakikat alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan apa adanya sebagai keutuhan yang tidak bisa dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. Subjek yang diteliti berlangsung sebagaimana biasa terjadi dalam konteksnya masing-masing. Peneliti tidak melaktkan kontrol, tidak membawanya ke suatu laboratorium, tidak melakukan manipulasi, bahkan tidak mengubah sedikitpun apa yang biasa dilakukan oleh subjek dan lingkungan yang diteliti. Untuk memastikan bahwa penelitian dilakukan secara alamiah, umumunya penelitian kualitatif didahului dengan mendeskripsikan latar dan lokasi penelitian, serta bagaimana kehidupan subjek yang akan diteliti. Gambaran tentang latar, lokasi, dan kehidupan subjek yang diteliti cukup untuk memberikan sinyal bagaimana penelitian harus dilakukan dengan kehadiran langsung peneliti di latar penelitian yang berperan sebagai instrumen kunci. Kehadiran peneliti dalam waktu yang relatif lama di lokasi penelitian juga untuk menunjukkan bagaimana ia menyelami secara menyeluruh apa yang terjadi pada subjek yang diteliti. ‘ i) sebagai alat atau instrumen kunci dalam | " Berbeda dengan perelitian kuantitatif yang instrumen pengumpul datanya dapat digantikan dalam bentuk alat atau perangkat, misalnya tes atau angket yang sudah disusun diuji validitas dan reabilitas sebelumnya, sehingga tidak menuntut kehadiran peneliti ketika mengumpulkan data. Dalam penelitian kualitatif, manusialah yang bertindak sebagai instrumen kunci atau alat pengumpul data utama. Yang bertindak sebagai instrumen kunci ini umumnya peneliti sendiri. Peneliti sebagai alat atau instrumen kunci dalam penelitian, sehingga kehadirannya pada latar penelitian mutlak diperlukan. Mengapa instrumen kuncinya manusia? Hal ini Karena hanya manusia dengan sifat-sifat yang melekat pada dirinyalah yang langsung dapat memahami hal-hal yang mungkin tersembunyi (hidden) di balik kenyataan yang ditampilkan oleh subjek yang diteliti. Sebagai contoh meneliti mengapa orang itu menangis. Untuk menafsirkan apakah tangisan Bab 1 Landasan Penelitian 31 Dipindai dengan CamScanner itu pertanda bahagia atau susah, maka hanya manusia (peneliti) yang, bis, langsung memaknai. Begitu juga karena penelitian kualitatif menekankan, sifat alamiah, maka hanya manusia yang dapat menafsirkan dan menyesuaikan apakah kehadirannya mengganggu ataukah tidak terhadap subjek yang diteliti. Jika ternyata mengganggu, maka secara cepat penelitj dapat mengatasinya. Ini berbeda dengan penelitian kuantitatif, di mana latar subjek yang diteliti dikondisi sebagaimana yang dikehendaki oleh penelit, sehingga pada saatnya penelitian, kehadiran peneliti bisa diwakilkan oleh kehadiran perangkat yang sudah disiapkan sebelumnya. Rancangan penelitian bersifat sementara Berbeda dengan penelitian kuantitatif bahwa apa yang akan diteliti sudah dirumuskan secara jelas berdasarkan a priori, sehingga rancangan penelitiannya juga harus sudah tersusun “baku” sesuai dengan keinginan peneliti sebelum penelitian berlangsung. Dalam penelitian kualitatif, rancangan penelitian dapat terus berubah dan berkembang sesuai dengan kondisi lapangan. Oleh Karena itu, rancangan yang disusun sifatnya sementara dan sewaktu-waktu atau pada saat penelitian berlangsung rancangan dapat berubah. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan adanya kenyataan-kenyataan ganda di lapangan dan adanya perubahan- perubahan dalam interaksi antara peneliti dengan subjek yang diteliti. Dj samping itu, juga dimungkinkan karena adanya bermacam-macam sistem nilai di lapangan yang tidak dapat diramalkan sebelumnya. Tidak mengaj esi lumny Umumnya, penelitian (kuantitatif) terfokus pada sebuah masalah yang dibuat berdasarkan sebuah hipotesis. Setiap hipotesis dibuat dengan mengacu pada teori yang dijadikan kerangka berpikir. Pada penelitian kualitatif tidaklah demikian. Penelitian kualitatif tidak mengajukan hipotesis sebelumnya dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis. Hipotesis kerja secara tentatif dapat muncul selama penelitian berlangsung, atau hipotesis akan ditemukan sebagai hasil dari penelitian. Hipotesis kerja yang ditemukan ketika penelitian sudah berlangsung, digunakan peneliti untuk menjawab pertanyaan “mengapa” yang mengacu pada fakta-fakta (cosial) yang diajukan, dan jawabannya adalah kebenaran sementara. Karena itu, dalam pelaksanaanya strategi penelitian dapat di rubah sesuai dengan hipotesis tentatif yang ditemukan di lapangan. Sedangkan 32 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan Dipindai dengan CamScanner hipotesis yang ditemukan setelah penelitian disebut sebagai grounded theory. Tidak menggunakan konsep sampel Dalam penelitian kualitatif, tidak ada konsep sampel karena tidak dimaksudkan untuk menarik generalisasi. Sampel lebih dimaknai sebagai upaya memilih subjek yang paling tepat untuk diteliti. Jika peneliti tidak bisa dihindarkan dengan penggunaan istilah sampel, maka sampel yang dimaksud adalah sampel bertujuan atau sengaja dipilih (purposive sampling). Sampel bertujuan digunakan untuk menandai bahwa subjek yang diteliti telah dipilih sebagai setting atau latar penelitian. Pemilihan Jatar lebih didasarkan atas keunikan kasus yang memiliki ciri-ciri Khusus. Bisa jadi sebuah kasus mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kasus Jainnya walaupun berbeda tempat dan waktunya. Hasil penelitian sebuah Kasus tidak bisa untuk menarik kesimpulan umum (generalisasi) pada populasi yang lebih luas, tetapi hanya bisa digunakan atau dimanfaatkan (transfibilitas) untuk menyelesaikan kasus lain yang memiliki kesamaan. Pemberi informasi disebut informan. Dalam penelitian kualitatif, pemberi informasi dinamakan atau disebut informan. Penyebutan informan ini untuk menandai bahwa informasi yang diberikan kepada peneliti bisa lebih banyak dan tidak terbatas hanya merespon pertanyaan peneliti, Dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (indepth interview) dan wawancara tidak terstruktur, sangat memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi (data) yang lebih dalam (mendetail) dan lebih banyak atau menyeluruh (holistik) dari informan melebihi dari respon pertanyaan yang diajukan peneliti. Sebagai contoh jika peneliti bertanya “bagaimana kesehatannya?”, maka yang diwawancarai tidak hanya sekedar menjawab/merespon “baik atau buruk’, tetapi ia bebas menceritakan perkembangan kesehatan orang yang ditanyakan. Pengamatan, wawancara dan analisis dokumen sebagai teknik utama dalam pengumpulan data Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang cenderung menggunakan angket dan tes sebagai teknik utama dalam pengumpulan data. Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam penelitian kualitatif, manusia sebagai instrumen kunci. Oleh karena itu, dalam Bab 1 Landasan Penelitian 33 Dipindai dengan CamScanner pengumpulan datanya cenderung menggunaxai venus pengamatan (observation), wawancara (interview), dan analisis dokumen atau analisis is, (content analysis), Menurut banyak peneliti Kualitatif, ketiga teknik inj memang merupakan teknik dasar yang selalu digunakan dalam penelitian kualitatif, Bahkan dalam banyak penelitian, diperlukan pengamatan berperan serta (participatory obserontion) dan wawancara mendalam. (indept interview). Pengamatan berperan serta dan wawancara mendalam_ ini diperlukan untuk melihat fokus penelitian sampai sedalam-dalamnya. Data bersifat kualitatif Berbeda dengan perelitian kuantitatif yang datanya cenderung berupa angka-angka atau data kuantitatif, Dalam penelitian Kualitatif, sumber data utamanya adalah kata-kata dan tindakan. Data dalam penelitian kualitatif ini umumnya bersifat kualitatif yang berbentuk kata- kata, keterangan-keterangan, uraian-uraian, dan gambar-gambar yang didapat dari transkrip wawancara, catatan lapangan (fieldnotes), dan temuan-temuan lain seperti foto-foto, buku harian dan dokumen-dokumen baik resmi maupun pribadi. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang cenderung menggunakan pendekatan berpikir deduktif dalam analisis data. Dalam penelitian kualitatif, lebih banyak digunakan pendekatan berpikir induktif untuk melakukan analisis data. Penggunakan proses induktif dalam analisis data dalam penelitian kualitatif ini karena data yang dikumpulkan dalam penelitian dapat berupa kenyataan-kenyataan yang sifatnya ganda. Di samping itu, dengan cara induktif peneliti lebih dapat menguraikan latar secara penuh, dan membuat keputusan lebih lanjut. Analisis data secara induktif ini dilakukan selama dan sesudah pengumpulan data, Dengan analisis induktif peneliti dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analisis data secara keseluruhan. Kredibilitas, Transferabilitas, auditabilitas dan Konfirmabilitas untuk melihat keabsahan data Jika dalam penelitian kuantitatif dikenal dengan istilah uji validitas dan reliabilitas instrumen untuk melihat keabsahan data, maka dalam penelitian kualitatif, untuk mengetahui keabsahan data dilakukan dengan cara khusus yang disebut pengecekan kredibilitas dan auditabilitas data. 34 > Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan Dipindai dengan CamScanner Penggunaan cara khusus yaitu kredibilitas dan auditabilitas ini disebabkan oleh cara validitas dan reliabilitas sebagaimana yang dilakukan pada penelitian kuantitati telah gagal jika diterapkan dalam penelitian kualitatif. Kegagalan itu lebih disebabkan oleh adanya kenyataan tunggal dimana data penelitian kualitatif tidak dapat dikonversikan, tidak bisa mentaati aksioma dasar dari generalisasi, dan tidak bisa dipersyaratkan adanya stabilitas subjek. Di samping itu, penggunaan cara khusus untuk melihat keabsahan data juga karena adanya kriteria subjektif pada subjek yang diteliti akibat adanya interaksi dengan peneliti, dan adanya peranan nilai pada masing-masing peneliti dan yang diteliti. Analisis data dan pelaporannya bersifat deskriptif Berbeda dengan penelitian kuantitatif- yang umumnya data berupa angka-angka atau data kuantitatif.sehingga dilakukan analisis statistik. Dalam penelitian kualitatif, datanya berupa kata-kata, keterangan- keterangan, uraian-uraian, dan gambar-gambar yang didapat dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto dokumen, dan dokumen-dokumen resmi, maka analisis datanya bersifat deskriptif kualitatif. Begitu juga dalam penyajian -pelaporannya dilakukan dengan cara deskriptif pula. Penyajian pelaporan secata deskriptif ini juga sangat dimungkinkan dengan melakukan. pengutipan-pengutipan sesuai dengan data aslinya. Analisis data dan pelaporan penelitian kualitatif bersifat deskriptif-naratif dengan mengikuti pola yang dipilih peneliti sesuai fokus penelitiannya. Teori dari dasar (grounded theory) Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang umumnya dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan sebelum penelitian sebagai hasil teori a priori. Dalam penelitian kualitatif lebih menghendaki adanya penyusunan teori substantif yang langsung berasal dari dasar (data dari bawah). Hal ini disebabkan oleh tidak adanya teori a priori yang dapat mencakup kenyataan-kenyataan ganda yang’ mungkin dihadapi. Di samping itu, teori dari dasar lebih dapat merespon nilai-nilai yang kontekstual. Teori yang dihasilkan bersifat substantif ini berupa hubungan- hubungan di antara konsep-konsep atau gejala-gejala yang menjadi fokus penelitian. Bab 1 Landasan Penelitian 35 Dipindai dengan CamScanner ISTILAH- ISTILAH DALAM PENELITIAN KUALITATIE ‘Ada beberapa istilah (khusus) yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif atau bahkan digunakan untuk menggantikan istilah kualitatif, Istilah-istilah tersebut merupakan kata atau istilah yé kajian penelitian sering digunakan sebagai penanda, bahkai kadang sckaligus dimaksudkan untuk menggantikan makna kualitatif, Pada bagian awal, istilah-istilah itu perlu dijela singkat Karena dengan memahami istilah ini akan membant dalam memahami penelitian kualitatif secara lebih dalam dan pada bab-bab berikutnya. ‘Naturalistik Istilah naturalistik (natural) banyak digunakan dalam pendekatan kualitatif (catatan: penelitian kualitatif bisa disebut dengan penelitian naturalistik). Digunakan istilah penelitian naturalistik karena dalam penelitian kualitatif sangat menekankan sifat latar yang alamiah dalam pengumpulan datanya (natural setting). Makna natural setting berarti keadaan wajar atau berlatar alamiah, di mana penelitian dilakukan tanpa mengganggu subjek yang diteliti dan tidak merubah atau memanipulasi perilaku. Dengan demikian, walaupun sedang ditelit, mereka dapat melangsungkan kehidupan secara wajar sebagaimana yang biasa mereka lakukan sehari-hari. Ciri-ciri naturalistik ini antara lain ditunjukkan oleh: (1) tidak melakukan kerjasama dengan subjek yang diteliti; (2) subjek melakukan aktivitas sebagaimana yang biasanya terjadi dan ia tidak menyadari bahwa dirinya sedang diamati atau diselidiki; dan (3) peneliti tidak merubah sedikitpun gejala yang sedang diamati oleh subjek yang diteliti, Penelitian naturalistik ini sangat relevan untuk penyelidikan sosial dan perilaku manusia dalam lingkup kemasyarakatan pada umumnya. Istilah fenomenologis dikenal banyak sebagai pendekatan dalam penelitian kualitatif (bisa disebut penelitian fenomenologis). Digunakan istilah penelitian fenomenologis karena dalam penelitian kualitatif umumnya menekankan segi subjektif untuk memahami arti peristiwa dan kaitan antara orang-orang dalam situasi tertentu. Untuk memahami peristiwa dan kaitan orang-orang itu, peneliti berusaha menafsirkan fenomena-fenomena yang terjadi untuk dapat menemukan fakta atau penyebabnya. Penggunaan istilah fenomenologis dilakukan karena peneliti Bab 1 Landasan Penelitian 43 Dipindai dengan CamScanner berusaha masuk ke dalam dunia konseptual yang ada pada subjg penelitian, Masuknya peneliti pada diri subjek ini dilakukan dengan cay mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada di sekelilingnya, ag, dapat memahami makna yang terjadi di sekitar kejadian mereka. Fenomenologis umumnya dijadikan sebagai teori dasar alan, penelitian kualitatif dibandingkan dengan teori dasar lainnya. Salah saty landasan teori yang sangat menunjang dan dapat menghubungkan dengay fakta adalah fenomenologi karena menunjuk pada pengalaman subjekty dari berbagai jenis dan tipe subjek Moleong (2008) mengartikay fenomenologi sebagai pengalaman subjektif atau pengalama, fenomenologikal, sedangkan Hueser (1999) mengartikannya sebagai sua, studi tentang kesadaran dari perspektif pokok seseorang. Dalam suaty penelitian, apakah kata fenomenologis dinyatakan secara eksplisit atay tidak, biasanya tergantung paradigma (orientasi teoretis) peneliti dalan mengarahkan penelitiannya. Jika peneliti ingin menonjolkan pengalamay subjektif yang penting untuk diketahui pembaca/orang lain selamz penelitian, maka disarankan kata fenomenologis secara eksplisit dinyatakan Hal ini untuk menunjukkan bahwa peneliti telah melakukan kajian yan, dalam untuk mengetahui makna dan perspektif yang ada pada diri subje yang diteliti. Etnografi Istilah etnografi (ethnography) dikenal dalam penelitian kualitatif (bis disebut penelitian etnograf). Digunakan istilah etnografi karena dalan melakukan penelitian kualitatif digunakan kerangka kerja sebagaiman yang banyak digunakan oleh para ahli antropologi untuk menyelidiki da mendeskripsikan kebudayaan atau aspek-aspek budaya di suatu bangs Cara kerja untuk meneliti kebudayaan dan aspek-aspeknya di suatu temnpe itu disebut etnografi. Para ahli antropologi umumnya mendefinisike kebudayaan sebagai pengetahuan yang digunakan untuk menafsixke pengalaman yang menghasilkan perilaku. Para peneliti yang menggunaka kerangka berpikir antropologi ini melihat tingkah laku orang dengan. car mendeskripsikan apa yang diketahuinya, sehingga membuat merek bertingkah laku sesuai dengan komunitasnya. Tujuan utama etnografi menurut Mantja (2007) adalah unt memahami pandangan atau cara hidup seseorang atau sekelompok oran dalam keadaan yang sesungguhnya. Perelitian ini pada mulanya dilakuks dengan memusatkan perhatian pada lokasi penelitian tunggal yang ‘ 44 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan Dipindai dengan CamScanner dalamnya terdapat aspek-aspek yang saling mengkait dalam proses sosial, schingga kaitan aspek-aspek itu perlu dikaji secara menyeluruh (holistic). Etnometodologi Istilah etnometodologi sering dikenal dalam penelitian kualitatif (bisa disebut penelitian efnometodologi). Digunakan istilah etnometodologi karena dalam melakukan penelitian kualitatif, peneliti mengartikan materi pokok yang diteliti sebagaimana yang dilakukan oleh para warga dalam suatu kelompok tertentu. Peneliti berusaha memahami bagaimana para warga menggunakan dan menata lingkungan mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari. Etnometodologi dapat diartikan sebagai studi tentang bagaimana individw-individu memahami kehidupan mereka sehari-hari dan menata tata kehidupan di tempat mereka hidup. Menurut peneliti etnometodologi, penelitian bukan hanya sekedar usaha untuk mengamati hal yang unik, melainkan lebih merupakan sebagai penyelesaian yang praktis dalam kehidupan. Oleh karena itu, penelitian etnometodologi lebih tepat: sebarai sata pepdciatan (approach). InteraksiSimbolik = Istilah interaksi simbolik sering dikenal dalam penelitian kualitatif (bisa disebut penelitian interaksi simbolik). Digunakan istilah interaksi simbolik karena dalam melakukan penelitian kualitatif, peneliti berasumsi bahwa pengalaman manusia diperoleh dengan perantara interpretasi atau penafsiran. Objek, orang, situasi, dan kejadian-kejadian tidak akan memiliki makna sendiri tanpa diberikan pemaknaan terhadap hal-hal itu. Untuk memberikan pemaknaan terhadap hal-hal tersebut harus memahami definisi dan proses pendefinisiannya. Pendefinisian terhadap objek, baru bisa dilakukan setelah dilakukan proses yang dalam melalui pengamatan partisipatif (participation observation) terhadap simbul-simbul yang tampak. Dalam membentuk suatu pemaknaan, misalnya tentang diri pribadi, orang melihat dirinya sebagaimana orang lain yang melihat dirinya dengan menafsirkan gerak isyarat dan perbuatan (simbol-simbol). Simbol-simbol itu ditunjukkan dengan menempatkan dirinya ke dalam diri orang lain. Pemaknaan diri pribadi yang demikian ini merupakan hasil dari mempersepsi diri sendiri dan kemudian dapat diperkuat bahkan dikembangkan dengan proses interaksi dengan orang lain. Dengan demikian, interaksi simbolik akan menghasilkan definisi atau perspektif bersama tetang sesuatu yang senantiasa dapat disepakati. Bab 1 Landasan Penelitian 45 Dipindai dengan CamScanner kasus juga bisa dikelompokkan berdasarkan tipe, strategi, dan tujua, pengungkapannya, Dalam hal ini, Yin (2006) membedakan tiga jenis stud; kasus, yaitu: (1) studi kasus eksploratoris (Exploratory cnse study), (2) stugj kasus eksplanatoris (Explanatory case study), dan (3) studi kasus deskripty (Descriptive case study). Ketiga jenis studi kasus ini ditetapkan oleh Yin berdasarkan pertanyaan yang harus dijawab, yaitu how dan why (mungkin juga what), Selanjutnya, ketiga jenis studi kasus ini diuraikan lebih lanju, pada bagian lain dari bab ini, karena menurut penulis sangat penting untuk dipahami secara lebih rinci terutama berkaitan dengan strategi pengumpulan data dan pelaporannya. Di bagian lain, Yin juga memberikan contoh jenis-jenis studi kasus dilihat dari jumlah dan variasi kasusnya, Pada pengelompokan ini terdapat jenis studi kasus tunggal (single case study) dan studi multi kasus (multi case studies), Begitu juga terdapat jenis studi kasus perbandingan (comparative case studies). Namun, perlu ditekankan bahwa pembagian ini bukan berarti bahwa setiap penelitian studi kasus harus memilih secara tegas satu di antaranya, tetapi lebih dimaksudkan untuk menghindarkan salah penggunaan dalam praktiknya, Secara lebih spesifik yang sependapat dengan Yin, dapat juga diungkapkan berbagai jenis studi kasus dilihat dari substansi bidang ilmu dan masalah yang lazimnya menuntut analisis kasus. Berbagai bidang lapangan yang biasa dilakukan kajian dengan studi asus menurut penulis antara lain bidang: (1) kebijakan ilmu politik dan administrasi umum, (2) psikologi masyarakat dan sosiologi, (3) organisasi dan manajemen, (4) perencanaan tata kota dan regional, seperti studi program lingkungan, agen-agen dan layanan umum, (5) jurnalistik, dan (6) program-program layanan pendidikan. Setara dengan cara pengelompokkannya, Bogdan dan Biklen (1998) membuat pengelompokan sebagai berikut: (1) studi kasus kesejarahan organisasi, (2) studi kasus observasi, (3) studi kasus sejarah hidup, (4) studi kasus kemasyarakatan, (5) studi kasus analisis situasi, dan (6) studi kasus mikroetnografi. STUDI KASUS BERDASARKAN STRATEGI PENGUNGKAPAN DAN TUJUAN PELAPORANNYA Sependapat dengan Yin (2006), di atas telah disebutkan bahwa berdasarkan strategi pengungkapan dan tujuan pelaporan kasusnya, dapat dibedakan tiga rancangan penelitian studi kasus, yaitu: (1) studi kasus eksploratoris (Exploratory case. stuly), (2) studi kasus eksplanatoris (Explanatory case study), dan (3) studi kasus deskript (Descriptive case study). 58 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan Dipindai dengan CamScanner Setiap jenis rancangan studi kasus ini dapat digunakan secara sendiri untuk satu tujuan penelitian, Misalnya rancangan studi, eksploratoris, sengaja dipilih peneliti sebagai strategi untuk m« dan melaporkan hasil studi kasusnya. Begitu juga kedua jenis r yang lainnya, yaitu eksplanatoris dan deskriptif. Nanun demiki jenis studi kasus tersebut dapat juga digunakan secara bersama- dalam satu penelitian. Untuk lebih memahami perbedaan ketiga jenis studi asus tersebut, berikut diuraikan masing-masing jenisnya. 1. Studi Kasus Eksploratoris (Exploratory Case Studies) Studi kasus eksploratoris umumnya digunakan sebagai pengantar penelitian atau penelitian pendahuluan (pilot study). Sebagai contoh peneliti akan merencanakan penelitian yang lebih luas untuk memecahkan masalah-masalah dalam ilmu sosial kemasyarakatan. Jika pertanyaan penelitian lebih banyak mengarah pada pertanyaan “apa” (what), berarti merupakan pertanyaan eksploratoris. Pertanyaan ini lebih banyak digunakan untuk memberikan rasional guna melaksanakan studi eksploratoris dalam rangka pengembangan studi berikutnya. Ketika mengadakan studi kasus eksploratoris, kerja lapangan dan pengumpulan data mungkin dapat dilakukan sebelum menentukan pertanyaan penelitian. Tipe studi kasus ini dapat dilihat sebagai pembuka dalam eseluruhan studinya. Jika penelitiannya merupakan kesatuan yang besar lingkupnya, misalnya studi pada ilmu-ilmu sosial yang umumnya merupakan kesatuan yang kompleks, sehingga membutuhkan penjelasan yang banyak, komprehensif dan menyeluruh, maka studi kasus eksploratoris dapat dipilih sebagai studi awal. Dalam praktiknya, studi kasus eksploratoris umumnya dilakukan sebagai studi pendahuluan untuk melakukan penelitian berikutnya, misalnya penelitian pengembangan. Merujuk Borg dan Gall (1992), Ardhana (2002), dan Sugiyono (2005), penelitian dan pengembangan (Research and Development—R & D) umumnya dilakukan dengan melibatkan beberapa metode dalam suatu proyek penelitian. Penelitian R & D memerlukan waktu yang relatif lama (multi years) karena dilakukan dengan beberapa tahap. Pada tahap pertama peneliti dapat menggunakan metode studi kasus eksploratoris untuk mengungkap ‘apa yang terjadi’ di Japangan sebelum ia mengembangkan produk yang diinginkan. Sebagai contoh adalah penelitian tentang “Pengembangan Model Pembelajaran Sains Untuk Siswa Taman Kanak-Kanak dengan Pendekatan Bermain Bab 2 StudiKasus 59 Dipindai dengan CamScanner Sambil Belajar” oleh Yulianti (2008). Dalam melakukan penelitian, Yuliang memerlukan waktu dua tahun. Pada tahun pertama, Yuli melakukan stug; kasus eksploratoris untuk mengetahui pembelajaran apa yang, terbias, dilakukan oleh guru, sebelum ia menawarkan alternatif metode yang lebi, tepat, yaitu dengan mencobakan pendekatan “bermain sambil belajar”. Dalam praktiknya, tujuan eksploratoris sendiri dapat diterapkay pada beberapa jenis penelitian, misalnya survei eksploratoris, eksperimen eksploratoris, dan tentu saja khusus dalam bahasan ini adalah studi kasug eksploratoris secara tersendiri. Untuk penelitian studi kasus eksploratoris, ‘umummnya peneliti menckankan pertanyaan “apa” (what) yang mengandung maksud “seberapa banyak”. Pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis, identifikasi, pengelompokan, dan karaKteristik Jainnya, Pada studi kasus eksploratoris, peneliti dapat merumuskan proposis{ sebelum melakukan penelitian. Proposisi dibuat dengan berdasar pada teori yang sudah ada. Setiap proposisi harus memiliki tujuan eksploras| yang mengarah pada suatu topik bidang yang diteliti. Sebagai contoh, ketika peneliti memutuskan apakah akan meneliti seseoramg, sekelompok orang, atau banyak kelompok orang yang ada di masyarakat, maka proposisi sangat diperlukan untuk membantu dalam mengidentifikasi informasi atau data apa yang relevan untuk dikumpulkan. Tanpa proposisi, peneliti bisa mudah tergoda untuk mengumpulkan informasi yang tidak relevan. jika demikian, maka kerja peneliti tidak akan efektif. 2. Studi Kasus Eksplanatoris (Explanatory Case Studies) Rancangan studi kasus eksplanatoris digunakan jika peneliti menghadapi studi kasus tunggal, sementara ia tidak semata-mata ingin mencapai tujuan eksploratoris, tetapi juga menganalisis penjelasan- penjelasan tandingan dalam rangkaian peristiwa yang sama, sehingga memungkinkan untuk bisa diterapkan pada situasi-situasi yang lain. Pada jenis penelitian lain, misalnya eksperimen, tujuan eksplanatoris ingin menghasilkan kajian-kajian tentang sebab-akibat (causalitas). Gejala-gejala ‘yang dipelajari dipandang sangat kompleks dan di dalamnya mengandung kasus-kasus yang multivariat yang saling berpengaruh. Dalam rancangan penelitian, Yin menyarankan agar peneliti menggunakan teknik “pattern- matching’; yaitu situasi di mana dalam suatu teori, di dalamnya terdapat beberapa proposisi yang memerlukan sejumlah informasi dari kasus yang sama, 60 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan a Dipindai dengan CamScanner merah” bidang kajian, mulai dari studi pendahuluan, menemukan/ menetapkan masalah, judul, pokok bahasan, sub pokok bahasan, dan sub- sub pokok bahasan yang lebih spesifik Berikut diberikan contoh isi peneltian kualitatif yang telah dilakukan oleh mahasiswa pada program studi doktor ($3), magistr (52), dan sarjana ($1) Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Malang dengan mengikuti payung penelitian yang “dimodelkan” oleh penulis (Ulfatin, 2012). Tabel 6.1 Payung Penelitian dan Contoh Judul Penelitian Kualitatif oleh Mahasiswa Prodi Manajemen Pendidikan S1 sd. $3 Universitas Negeri Malang Bidang Sub Bidang Mahasiswa Kajian! Kajian/Sub Contoh Judul Penelitian (enelit) pd Pokok | Pokok Bahasan Kualitatif Jenjang Bahasan. Studi ‘Manajemen| ‘Manajemen kedisiplinan siswa$D | Taufiq ($3) pesertadidik | (Studi multikasus pada sekolah yang menerapkan modul system half-day schoo, full-day schoo, dan boarding school ) Pengembangan organisasisiswa | Rusziati Abfa intra sekolah (OSIS) pada (2) madrasah aliyah negeri (Studi kasus pada MAN 1 dan MAN3 Malang) Manajemen bimbingan karir Cipto Substansi altematif Diklat keterampilan Wardoyo (S2) ‘Manajemen akuntansi dasar mahasiswa Mendidikan jurusan Pendidikan Akuntansi diSekolah — | Manajemen ‘Peningkatan profesionalisme Djoko sumberdaya | guruSDmelalui melalui kegiatan | Adriono $3) ‘manusia kelompok kerja guru Strategi kepala sekolah dalam | Supriyadi pemberdayaan guru di SMP (2) ‘Negeri 1 dan SMP Bustanul ‘Makmur Genteng Banyuwangi Prakondisi implementasi Acep kebijakan peningkatan Supriadi ($3) Kompetensi guru ‘Manajemen ‘Manajemen kurikulum dalam | Ely Bab 6 Proposal dan Rancangan Penelitian Kualitatif 129 Dipindai dengan CamScanner Teurikulum dan | mengembangkan sekolah alam | Susilowati _ pembelajaran | bilingual 2) _ ‘Manajemen pendidikan Prihartanti mmultikultural (studi multikasus di | Agatha (52) SDK Eksperimen Mangunan Yogyakarta dan SDK Indrasana Malang Manajemen pembelaaran sekolah | Aini Firdaus unggulan (32) Implementasi pengembangan | Mukh. fyasin keurikulum dan pembelajaran | ($3) sekolag dasar Islam terpadu (studi multisitus pada tiga sekolah di propinsi Beruaetam Manajemen Peran komite sekolah dalam Nila hhubungan penyusunan dan pelaksanaan | Riananingsih sekolah dengan | RAPBS di sekolah standar 1) masyarakat nasional Manajemen Humas pada sekolah | Anrdeas inklusi (Studi multikasus pada | Wato (2) SMPN118 dan SMPK Bhakti Kepemimpinan | Keterampilan mangjerial kepala | Mustaram Kepala sekolah | sekolah dalam mengelola RSBI__| ($2) Kepemimpinan spiritual kyai MEndri pada pendidikan di pesantren Julianto (S3) mahasiswa Kepemimpinan kepala sekolah | Misbakhul dalam meningkatkan prestasi Arifin (82) sekolah Kepemimpinan | Upaya kepemimpinan ‘Athik Dla Q. organisasi transformasional menujusekolah | ($2) efektif Kepemimpinan majeliscabang | Isnaedi Rodi Tamansiswadalam mengelola | ($2) organisasi dan lembaga sekolah (Gtudi kasus di Tamansiswa Malang) Kepemimpinan visioner dalam | Isnada W.T. proses perubahan di sckolah 3) cfektif (studi mult kasus di tiga sekolah dasar) Budaya Budaya mutu pada pada sekolah | Ali Afandit unggulan studi kasus di D Islam _| ($2) 130 Metode Penelitian Kualitati di Bidang Pendidikan Dipindai dengan CamScanner sabililah malang Perilaku | Tkim Iklim sekolah dalam onganisasi ‘meningkatkan motivasi belajar siswa Studi kasus) Kebijakan Pola pembuatan kebijakan (Studi | JF. Senduk multi kasus di tiga Dinas (83) Pendidikan di Sulawest Utara) Implementasi sistem manajemen | Astu Widodo mutu ISO 9001:2000 pada 2) pendidikan dan pelatihan di PPPTK/VEDC Malang Supervisi ‘Supervisi pengajaran berwawasan | Natsir Pengajaran spiritual di sekolah dasar BKotten ($3) Supervisi Pembinaan profesionalisme guru | Syaifuddin Pembinaan Guru | berbasis keagamaan (2) Pembinaan profesional guruSD | Bambang melalui gugus sekolah di Gugus 1 | Suhamo (2) Purworejo Pasuruan Setelah mahasiswa calon peneliti atau peneliti mengetahui secara jelas pokok bahasan, sub pokok bahasan, dan sub-sub pokok bahasannya yang lebih spesifik, ia harus merumuskan masalah penelitiannya. Dalam penelitian kualitatif, ramusan masalah penelitian disebut dengan fokus perelitian. Semua masalah atau fokus penelitian itu kemudian disatukan dalam bentuk judul penelitian, Bagaimana merumuskan masalah atau fokus penelitian dan judul dapat dicermati pada uraian berikut. Masalah (Fokus), Judul dan Konteks Penelitian Masalah atau dalam penelitian kualitatif disebut fokus penelitian, merupakan roh dari suatu proses penelitian, Tidak akan ada proses perelitian tanpa didahului dengan adanya masalah atau fokus penelitian. Dengan kata lain, pada hakikainya suatu kegiatan penelitian dilakukan untuk menjawab dan memecahkan masalah penelitian. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang peneliti atau calon peneliti adalah merumuskan atau menentukan masalah atau fokus penelitian. Dalam kesempatan perkuliahan, sering ditanyakan oleh mahasiswa kepada penulis, mana yang lebih dahuhi harus dilakukan oleh seorang peneliti atau calon peneliti, apakah mencari/merumuskan masalah perelitian ataukah mencari/ merumuskan judul penelitian. Jawaban atas Bab 6 Proposal dan Rancangan Penelitian Kualitatif 131 Dipindai dengan CamScanner pertanyaan tersebut, tentu tidak bisa dinyatakan secara tegas untuk memilih salah satu di antara keduanya. Bagi mahasiswa atau penelit) tertentu, mungkin munculnya gagasan atau ide penelitian bisa dimulai dari masalah penelitian, telapi bagi mahasiswa alau peneliti yang lain, masalah penelitian bisa ditemukan setelah ditunjulkkan judul atau pokok bahasan yang akan dikaji melalui penelitian. Yang perlu ditegaskan (utamanya bagi mahasiswa calon peneliti) adalah bahwa inti dari suatu kegiatan penelitian adalah masalah atau fokus penelitian dan bukan judul penelitian. Narnun, untuk mempresentasikan masalah atau fokus penelitian yang mudah dan cepat dipahami oleh orang lain atau pembaca harus dinyatakan dalam Dentuk judul penelitian. Judul penelitian kualitatif, umumnya ditulis dalam bentuk frase yang menggambarkan adanya suatu proses dari fokus yang diteliti, subyek penelitian, dan kaitan konteks antar keduanya. Sejumlah peneliti ada yang ‘memperjelas judul penelitiannya dengan menunjukkan secara eksplisit metode dan lokasi penelitiannya. Namun, peneliti lain ada yang tidak menuliskan metode dan Jokasi penelitian pada judul penelitian. Jika demikian, maka untuk mengetahui metode dan lokasi penelitian, pembaca harus melihat pada isi naskah proposal atau laporan penelitian yang biasanya ditulis pada bab atau bagian metode penelitian. Lihat contoh judul pada Tabel 6.1, penelitian yang dilakukan dan ditulis oleh sejumlah mahasiswa. Misalnya penelitian Taufiq (mahasiswa program doktor) yang memberi judul penelitiannya “Manajemen kedisiplinan siswa SD (Studi multikasus pada sekolah yang menerapkan modul system half-day school, full-day school, dan boarding school)". Pada judul ini, peneliti secara eksplisit menuliskan metode yang digunakan sebagai “anak” judul, yaitu multikasus dengan tiga kasus yang diteliti. Sedangkan lokasi penelitian, peneliti hanya memberi penanda di sekolah dasar tanpa menunjuk lokasinya. Berbeda dengan penelitian yang dikerjakan dan ditulis oleh Rusziati Abfa (mahasiswa program magister) dengan judul “Pengembangan Boe aN soot (OSIS) pada madrasah aliyah negeri (Studi {a0 ada MAN 1 dan MAN 3 Malang’. Paa jad in tampak js Hee Yang diteliti adalah suatu proses pengembangan, metodenya Gisebutkan studi Kasus (multi kasus yang jamlahnya dt lokasinya juga dsebutkan secara elas yaitu di MAR en oan ee Jelas yaitu di MAN 1 d; da sekali dengan peneiian yar dike, jan MAN 3 Malang, Berbeda (mahasiswa program doktor) ae dan ditals oleh Acep Supriyed kebijakan peningkatan ompelensi py judul ‘Prakondisi implementast * Buu”, Pada judul ini tidak disebutkan 132 Metode Pe Dipindai dengan CamScanner metode dan lokasinya, namun pembaca dapat menduga bahwa penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dari penanda fokusnya yang secara impplisit menunjukkan suatu proses, yaitu kata “prakondisi implementasi”. Berdasarkan contoh-contoh judul penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa dari judul dapat terbaca dengan cepat gambaran masalah atau fokus penelitian, dan dugaan metode dan lokasi penelitiannya. Sebaliknya, jika peneliti belum bisa menentukan judul tetapi ia bisa mengungkapkan konteks dan permasalahan serta diminati, maka ia akan bisa dengan cepat membuat judulny penelitian kualitatif, wujud konkrit masalah atau fokus penelitian adal adanya kesenjangan (gap) antara harapan dan kenyataan, baik dalam Konteks teoretik, kebjakan, maupun empirik. Beberapa ali penelitian mempertegas bahwa masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hhubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang dilematis atau membingungkan. Tingkat kepekaan peneliti dalam menangkap adanya kesenjangan merupakan pemandu utama ke arah berpikir pencarian uji prioritas yang terkait dengan hal-hal sebagai berikut: (1) mengapa masalah itu penting dan mendesak untuk diselesaikan melalui penelitian, (2) bagaimana identifikasi masalah yang akan dikaji, (3) bagaimana merumuskan masalah yang akan dikaji, (4) bagaimana alternatif mekanisme pemecahan yang dapat dilakukan berdasarkan sumberdaya yang ada, dan (6) seberapa jauh mangaat hasil pemecahan masalah yang akan dikaji. Aspirasi yang dapat menuntun ke arah kepekaaan peneliti menangkap adanya masalah atau fokus penelitian, bisa bersumber dari pengalaman empirik yang dialami atau diamati oleh peneliti atau calon ppeneliti di sekitar kehidupan sehari-hari, dan dapat pula berasal dari pemahaman teoretik setelah ia membaca berbagai teferensi/bacaan. Kedua sumber ini dapat menjadi lahan masalah yang sangat banyak atau tak terbatas dan potensial untuk memberikan sumbangan yang sangat besar pada pemecahan masalah tertentu, baik secara praktis maupun teoritis. Seorang peneliti atau calon peneliti harus cukup memiliki kepekaan untuk dapat mengidentifikasi aspek-aspek kehidupan sosial dan peristiwa alam yang memiliki potensi untuk melahirkan masalah penelitian, Dari berbagai kemungkinan yang muncul, seorang peneliti atau calon peneliti harus mampu memilih masalah penelitian yang memiliki bobot atau nilai yang tinggi. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, penanda terpenting dari masalah penelitian adalah adanya ‘keresahan’ atau ‘kebingungan’ yang Bab 6 Proposal dan Rancangan Penelitian Kualitatif 133 Dipindai dengan CamScanner mungkin timbul sebagai akibat belum terjawabnya suatu masalah penelitian. Keresahan atau kebingungan yang dimaksud di sini umumnya berupa dorongan rasa ingin tahu yang kuat (curiousity) dalam diri peneliti atau calon peneliti Sumber Masalah dan Konteksnya Sebagaimana disebutkan di atas, ada dua sumber yang dapat memunculkan masalah atau fokus penelitian, yaitu pengalaman empirik dalam kehidupan sehati-hari dan pemahaman teoritik setelah membaca banyak referensi/bacaan. Seorang, peneliti atau calon peneliti diajurkan ‘untuk mengarahkan perhatiannya dan menggunakan segala kemampuannya ‘untuk mengidentiikasi masalah yang mungkin timbul dari fenomena alam semesta dan terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi, banyak yang menyadari bahwa mengangkat permasalahan langsung dari pengalaman empirik itu bukanlah suatu yang mudah. Mungkin hanya para pengamat yang berwawasan luas, para ahli, dan para praktisi yang terlatih yang mampu mengidentifikasi kesenjangan-kesenjangan yang ada dan mengangkatnya menjadi masalah penelitian. Kekurangmampuan peneliti dalam hal ini dapat dilihat dari masalah penelitian yang tampak masih dangkal, parsial, dan kurang penting (kurang signifikan) untuk diteliti. Misalnya, seorang peneliti yang berangkat dari permasalahan bahwa ia mengetahui banyak siswa yang tidak nyaman belajar Karena tidak memiliki fasilitas belajar. Kemudian, ia ingin meneliti untuk mengetahui perbedaan kenyamanan belajar siswa yang fasilitasnya lengkap dengan siswa yang tidak memiliki fasilitas. Permasalahan siswa yang tidak memiliki fasilitas, dianggap kurang penting untuk diteliti jika penelitiannya dilakukan dengan membandingkan antara siswa yang memiliki fasilitas dengan siswa yang tidak memiliki fasilitas. Hal ini dianggap kurang penting diteliti karena tanpa penelitianpun orang bisa mengatakan bahwa siswa yang memiliki fasilitas tentu lebih nyaman belajarnya dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki fasilitas. Menyadari sulitnya menemukan dan mengangkat masalah penelitian dari pengalaman empirik tersebut, maka banyak peneliti atau calon peneliti memilih cara lain atau cara yang kedua untuk menemukan masalah atau fokus penelitian, Cara tersebut adalah membaca berbagai bacaan/referensi sekunder atau kepustakaan. Sudah barang tentu, nilai berbagai jenis bahan pustaka sebagai rujukan untuk menemukan masalah penelitian tidak sama, Salah satu tolok ukur untuk menilai bahan pustaka 134 Metode Pens ka Dipindai dengan CamScanner sebagai sumber munculnya masalah adalah “keaktualan” atau “kekinian” isi dari sumber pustaka tersebut. Gradasi nilai bahan-bahan pustaka yang memungkinkan untuk dijadikan sumber munculnya masalah penelitian dapat ditunjukkan sebagai berikut: 1, Laporan penelitian terdahulu (termasuk di dalamnya skripsi, disertasi) Artikel dalam jumal atau majalah ilmiah Buku teks dan resensi atau tinjauan buku Hasil diskusi atau pendapat para ahli di bidang yang terkait Hasil diskusi atau pendapat para praktisi atau ‘pemakai’ hasil penelitian Hasil diskusi dengan teman sejawat 7. Media lain dalam arti luas. grey cS Satu bagian dari bahan pustaka, terutama yang berupa tesis atau disertasi, artikel jurnal ilmiah, laporan penelitian dan atau buku-buku teks yang sering dijadikan sumber munculnya masalah adalah ‘subbagian rekomendasi’. Pada umumnya pada bagian akhir dari sumber-sumber bacaan pustaka tersebut dilengkapi dengan subbagian rekomendasi atau saran-saran. Salah satu rekomendasi itu umumnya ditujukan kepada para peneliti lain atau peneliti berikutnya yang ingin mengkaji permasalahan yang sejenis, Seorang peneliti pada bidang yang sama dapat mengembangkan masalah penelitian yang bersumber dari masalah yang, sudah diteliti oleh peneliti lain atau peneliti terdahulu dan dilaporkan dalam sumber-sumber pustaka tersebut dengan memperhatikan rekomendasi yang diajukan oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian, suatu penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berikutnya tidak akan terjadi tumpang tindih, apalagi sampai menjiplak atau sama persis dengan penelitian yang terdahulu. Penggunaan sumber bahan pustaka sebagai rujukan untuk memunculkan masalah dapat dicontohkan sebagai berikut. Misalnya, seorang calon peneliti (mahasiswa) akan melakukan penelitian berangkat dari rekomendasi hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan dan ditulis oleh peneliti lain. Misalnya ia berangkat dari disertasi yang dibacanya dengan judul “Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Melalui Kegiatan Kelompok Kerja Guru: Studi Multikasus pada Tiga Gugus Sekolah Dasar di Kota Malang” (Adriono, 2011). Dalam salah satu tekomendasinya dituliskan bahwa peneliti lain dapat melakukan penelitian Bab 6 Proposal dan Rancangan Penelitian Kualitatif 135 Dipindai dengan CamScanner Tahap Pelaksanaan Jenis dan Sumber Data Dalam suatu peristiwa, seseorang yang sedang berjalan-j jam-jam sekolah, kemudian menemukan seorang anak yang menghampiri dirinya untuk meminta-minta uang, Bila seseorang yang sedang berjalan- jalan itu adalah pendidik, maka peristiva itu akan dicatat sebagai data yang penting dan bermalna. Tentu tidak demikian halnya jika seseorang, yang sedang berjalan-jalan itu adalah seorang arkeolog. Apa yang dicatat oleh pendidik itu bagi arkeolog tidak memiliki nilai atau bahkan dianggapnya hanya sebagai sampah. Begitulah yang dilakukan oleh peneliti terhadap nilai data yang ditemukan saat proses penelitian. Dengan demikian sebuah peristiwa sederhana bisa menjadi data bila dilihat dari sebuah sudut pandang—yaitu sudut pandang seorang peneliti. Istilah data ‘merujuk pada bahan mentah yang dikumpulkan peneliti dari bidang yang diteliti. Secara umum data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Sedangkan informasi adalah hasil olahan data yang dipakai untuk suatu keperluan. Data yang dapat diungkap dalam penelitian umumnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu fakta, pendapat, dan kemampuan. Untuk melihat pendapat biasanya peneliti menggunakan angket, sedangkan untuk melihat kemampuan, seringkali peneliti menggunakan tes. Kedua jenis data yang terakhir ini umumnya digunakan dalam penelitian kuantitatif yang dituangkan dalam bentuk angka-angka dan kemudian dianalisis dengan alat statistik Sebaliknya, penelitian kualitatif umumnya menyandarkan diri pada data kualitatif tentang fakta berupa kata-kata, tindakan dan gambar, dan bukan data dalam bentuk angka-angka (nonnumerical data). Data dalam penelitian diperoleh dari subyek yang disebut sumber data, Dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan teknik angket dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden. Responden adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disediakan peneliti di dalam angket. Sedangkan dalam penelitian kualitatif, yang pengumpulan datanya banyak menggunakan teknik wawancara, maka sumber datanya disebut informan. Informan adalah orang yang memberikan informasi terkait dengan fokus penelitian (—bisa berupa pertanyaan-pertanyaan dari peneliti). Apabila peneliti menggunakan teknik observasi atau pengamatan, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak, atau proses sesuatu. Bab 7 Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif 179 Dipindai dengan CamScanner ‘aaa dan Tindakan Orang) alam penelitian kualitatif, jenis data utamanya adalah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan orang didapat peneliti melalui ‘wawancara atau pengamatan (dengan kegiatan bertanya, mendengar, dan melihat). Sebagaimana dikemukakan di atas, orang yang memberikan data atau informasi dalam penelitian kualitatif, baik dengan cara wawancara maupun pengamatan disebut informan. Menurut Guba dan Lincoln (dalam Ulfatin, 2001), yang dijadikan informan dalam penelitian kualitatif hendaknya seseorang yang memiliki pengetahuan khusus atau informasi, atau dekat dengan situasi yang menjadi fokus penelitian. Dilihat dari banyak dan sedikitnya informasi, penting dan tidaknya informasi, serta relevan dan tidaknya informasi yang diberikan kepada peneliti terkait dengan fokus penelitian, informan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu informan kunci dan informan tidak kunci. Informan kunci adalah orang yang paling tahu dan paling banyak mengetahui tentang fokus yang dimaksudkan oleh peneliti. Penetapan informan kunci biasanya menunjuk pada orang yang diasumsikan memiliki banyak informasi tentang situasi yang terjadi terkait dengan fokus penelitian. Karena asumsi itulah, informan kunci biasanya banyak diwawancarai, dan sebagai konsekuensinya ia banyak memberikan informasi. Sedangkan informan tidak kunci atau informan pendukung/tambahan adalah orang yang memberikan informasi tambahan kepada peneliti karena dirinya dianggap mengetahui tentang informasi yang diperlukan, sehingga ia dirujuk/ditunjuk baik oleh informan kunci maupun informan pendukung lainnya untuk memberikan keterangan atau informasi. Penunjukkan informan pendukung karena ia diasumsikan mengetahui peristiwa dan bisa memberikan informasi tambahan terkait dengan fokus penelitian. Dalam praktik penelitian kualitatif, biasanya peneliti mengawali wawancaranya dengan informan kunci (sebagai informan pertama). Begitu informan kunci pertama diwawancarai secukupnya, ia diminta untuk menunjukkan satu atau lebih sumber lain yang dianggapnya memiliki informasi yang dianggap relevan dan memadai, sehingga dapat dijadikan sebagai informan berikutnya. Dari informan kedua yang ditunjuk oleh informan pertama, kemudian ia diminta untuk menyebutkan sumber lain yang dapat dijadikan informan berikutnya lagi. Demikian seterusnya, sampai peneliti menemukan sumber lain yang informasinya dianggap jauh relevansinya dengan fokus penelitian, atau informasi yang diberikan oleh informan berikutnya selalu sama dengan informasi pertama. Dengan cara Bab 7 Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif 181 Dipindai dengan CamScanner inilah, informasi yang diperoleh peneliti semakin besar dengan melibatkan beberapa orang yang menurut Bogdan dan Biklen (1998) diibaratkan seperti bola salju (snowball sampling), 2. Dokumen ™ Sumber dokumen pada era informasi sekarang ini sudah lazim ada dalam kehidupan masyarakat dan bisa menjadi sumber data pada penelitian kualitatif, khususnya studi kasus (kecuali untuk penelitian tentang masyarakat yang belum mengenal baca-tulis). Merriam (1998) mengartikan dokumen sebagai alat-alat simbolik dalam bentuk tertulis, tanda-tanda, dan non-simbolik seperti petunjuk dan perkakas lainnya. Dilihat dari jenisnya, dokumen dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: catatan umum, dokumen pribadi, dan meterial fisik. Dilihat dari sifatnya, dokumen dapat dikelompokkan dengan cara pengelompokkan lain, yaitu dokumen tertulis, dokumen foto dan audio, dan dokumen material lainnya seperti prasasti dan simbol-simbol. a. Dokumen Tertulis, Photo dan Video/Audio Jenisjenis dokumen tetulis sebagai sumber data dapat dibedakan menjadi dua yaitu dokumen resmi dan dokumen pribadi. Dokumen resmi adalah dokumen yang secara resmi dihasilkan oleh orang atau sekelompok orang yang mewakili suatu organisasi atau lembaga masyarakat tertentu. Dokumen resmi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu dokumen tertulis resmi internal dan dokumen tertulis resmi eksternal. Dokumen tertulis resmi internal adalah dokumen yang ditulis secara resmi dan diperuntukkan bagi kalangan di dalam organisasi sendiri. Yang, termasuk dokumen tertulis resmi internal antara lain: surat, memorandum, pengumuman, agenda dan notulen rapat, proposal dan laporan kegiatan, dokumen administratif, penilaian dan evaluasi kegiatan, peraturan disiplin, dan sebagainya. Dokumen tertulis resmi eksternal adalah dokumen yang ditulis secara resmi dan diperuntukkan bagi kalangan atau masyarakat umum. Yang termasuk dokumen tertulis resmi eksternal antara lain: buku, majalah/buletin, berita atau artikel yang muncul di media massa, dan sebagainya. Dokumen-dokumen tertulis yang dihasilkan oleh individu atau tim yang mewakili organisasi untuk pengembangan profesional seperti dokumen tes dan pengukuran, program pelatihan, dan laporan Dipindai dengan CamScanner kegiatan juga termasuk dokumen resmi yang penggunaannya ditujukan untuk kepentingan internal dan eksternal. Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya, Merriam (1998) mencatat bahwa termasuk dokumen pribadi adalah data yang terkait dengan sikap, kepercayaan, dan pandangan pribadi terhadap berbagai hal di dunia. Maksud mengumpulkan dokumen pribadi umumnya untuk merekam keadian nyata tentang, pikiran, situasi sosial dan berbgai faktor di sekitar subjek. Namun, Merriam mengingatkan karena dokumen pribadi umumnya mengandung subjektivitas yang sangat tinggi, maka penggunaannya dalam penelitian harus sangat hati- hati. Data yang termasuk dokumen tertulis pribadi antara lain surat pribadi, riwayat hidup, buku harian, lagu-lagu yang diciptakan, agenda kegiatan, dan catatan-catatan pribadi lainnya, Semua dokumen tertulis tersebut umumnya dalam bentuk print-out (tertulis dan tersimpan di atas kertas). Dalam perkembangan teknologi akhir-akhir ini, untuk kepentingan efisiensi, semua dokumen yang seharusnya tertulis sebagaimana tersebut di atas bisa jadi tersimpan dalam bentuk file di hard disk komputer atau flash disk. Untuk mendapatkan data yang tersimpan dalam file, peneliti membacanya dengan alat bantu komputer atau dengan mencetak (print- out) sehingga menjadi bentuk sumber tertulis di atas kertas. Jenis Jain dari dokumen tertulis adalah bersumber dari rekaman arsip, baik yang ditulis secara resmi maupun secara pribadi. Rekaman arsip resmi atau catatan untuk umum ini antara lain: dokumen pemerintahan seperti rekaman data-based, rekaman keorganisasian seperti struktur organisasi, jabaran tugas, peta geografis, data sensus, media masa, dan laindain. Begitu juga dokumen untuk arsip pribadi antara lain: kartu penduduk, surat kelahiran, surat pernikahan/penceraian, dan berbagai jenis data diri lainnya. Dokumen arsip tertulis sebagai sumber data akan bervariasi penggunaan dan manfaatnya dalam suatu penelitian yang menggunakan metode studi kasus, Pada penelitian tertentu, rekapan arsip sangat penting sebagai sumber data, tetapi pada penelitian lain mungkin sangat kecil relevansinya. Suatu sumber rekaman arsip atau dokumen tertulis bisa menggambarkan dan mengintegrasikan informasi untuk bukti kuantitatif dan kualitatif. Untuk itu peneliti harus berhati-hati dalam menggunakannya, Bab 7 Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif 183 Dipindai dengan CamScanner sehingga arsip atau dokumen yang bersangkutan dapat diinterpretasikan secara tepat dalam penelitian, Dokumen-dokumen tertulis sebagaimana diuraikan di atas, selain direkam atau disimpan dalam bentuk tertulis, sebagian juga bisa diwajudkan dalam bentuk rekaman photo dan audio. Sajian rekaman photo tersebut bisa ditampilkan tersendiri dan bisa secara terintegrasi ke dalam berbagai macam dokumen secara tertulis di atas. Yang termasuk dokumen photo dan audio ini antara lain: photo albums, home videos, cassette audios, dan hasil-hasil karya photograph lainnya. b. Dokusmen Perangkat Fisik \ Jenis dokumen lain yang bisa digunakan sebagai data atau sumber data dalam penelitian kualitatif adalah perangkat fisik. Dokumen perangkat fisik adalah peralatan atau benda-benda hasil buatan manusia atau teknologi (artifacts) seperti arca, alat perang (senjata), alat-alat pemmainan, alat penunjuk (misalnya Komputer perpustakaan), dan perangkat fisik lainnya. Perangkat fisik (termasuk perangkat bekas) merupakan sumber yang sangat tepat untuk melacak jejak suatu informasi. Rathje pada tahun 1979 (dalam Merriam, 1998) telah banyak memberikan contoh penggunaan perangkat fisik dalam penelitiannya yang terkait dengan tindakan manusia dalam perubahan lingkungan. Dalam penelitian Ratje tersebut, dicontohkan bahwa moseum yang memajang benda dalam bentuk perangkat “pakaian basah bekas terkena air mata tangis” dapat ditelusuri sebagai tanda adanya minat masyarakat terhadap adanya perubahan lingkungan. Dokumen memainkan peran yang sangat penting dalam pengumpulan data penelitian kualitatif, khususnya studi kasus. Oleh arena itu, penelusuran yang sistematis terhadap dokumen yang relevan sangat diperlukan dalam rencana pengumpulan data. Penggunaan dokumen yang paling penting adalah: (1) mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lainnya, dan (2) menambah rincian spesiifik untuk mendukung informasi yang ditemukan dari _sumber-sumber Jainnya. Umumnya peneliti menggunakan sumber dokumen untuk memverifikasi data yang berasal dari wawancara. Sebagai contoh ketika wawancara tersebutlah nama seseorang. Dalam percakapan wawancara biasa digunakan nama panggilan. Untuk memverifikasi ejaan nama atau nama lengkap, penelit perlu melihatnya pada data dokumen. Contoh lain adalah ketika wawancara terungkap bahwa informan ikut terlibat dalam 184 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan Dipindai dengan CamScanner an surat penugasan kepad: penyusun re bawahannya, sean menanyakan bulti fisik arsip surat eal maka _peneliti tersebul 8 telah disusun Dokumen dapat menjadi sumber dai walt ka penelit ingin melakukan iad ee analysis). Penggunaan data atau informasi dari sumber d ae ferhatat. Hal ini Karena ada kemungkinan dokumen ae ee untuk beberapa tujuan, dan sasaran audiens yang khusus, wanna oe gerubahan dari waktu ke waktu. Misalnya obyek —- rt — proyek kegiatan yang dibiayai oleh pemerintah. Untuk mendapatkan na iim obyek yang diteliti membuat proposal. Proposal yang dat eon kali mengalami perubahan, namun karena pengarsipannya kurang tenth, ia hanya menyimpan satu proposal saja. Untuk hal yang demikian, maka peneliti harus melakukan pengecekan dengan sumber data yang, lain. Peran Peneliti dalam Pengumpulan Data Dalam setiap Kegiatan penelitian kualitatif, peneliti berkedudukan sebagai perencana dalam merancang penelitian, pelaksana dalam pengumpulan data, analis data yang dikumpulkan, dan akhimya pelapor apa yang diketahuinya terkait hasil penelitian. Dengan kata Jain, peneliti berperan segalanya dalam keseluruhan proses penelitian. Dari keseluruhan itu, peran yang sangat penting (yang tidak dimiliki dalam penelitian ‘cuantitatif) adalah perannya sebagai instrumen ata alat pengumpul data. Jika dalam penelitian uantitatif instrumen atau alat pengumpul data itu bisa digantikan dengan tes atau angket yang bisa diwakilkan oleh petuge® pengumpul data, tidak demikian halnya dengan penelitian kualitatif. Bahkan peran peneliti dalam pengumpulan data ini disebut sebagai instrumen kunci (key instrument). Keuntungan peneliti sebagai instrumen kunci dikarenakan sifainya yang secara Jangsung dapat meny' diri untuk merespon interaksi yang terjadi pada iri subyek. Menurut Guba dan Lincoln (1981), dalam kaitan ini peneliti dapat mem] keutuhan, mengembangkan roses informasi dengan Seger (mengklarifikasi anfaatkan Kesepatan untuk menyelidiki ikhas, Berikut disajikan aktivitas peneliti ketika berperan sebagai instrumen kunci. .gumpulan Data Penelitian Kualitati 185 Bab 7 Pens Dipindai dengan CamScanner 1. Peneliti Sebagai Instrumen a. Merespon Merespon, baik terhadap pribadi maupun lingkungan pada prinsipnya merupakan naluri manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia diberi sifat interaktif dengan orang dan lingkungannya. Dengan sifat itu, peneliti merespon terhadap kata, tindakan, bahkan tanda-tanda yang diberikan oleh orang lain. Termasuk juga respon-respon aneh yang diberikan oleh informan. Peneliti melakukan respon atau respon ulang dari respon yang diberikan oleh informan, karena dirinya menyadari perlunya merasakan dimensi konteks dan berusaha agar dimensi ita menjadi lebih eksplisit. Ia tidak mengontrol konteks, tetapi justru menjaga agar konteks bisa terjaga secara alamiah. uaikan Dirt Naluri orang untuk bisa menyesuaikan diri dengan orang dan lingkungannya dimanfaatkan oleh peneliti Kualitatif sebagai instramen kunci. Dalam pengumpulan data, penyesuaian diri ini diperlukan untuk mendapatkan data secara utuh melalui perannya yang ganda. Misalnya sambil melakukan wawancara, peneliti dapat melihat secara langsung suasana tempat/lokasi, dan saat itu juga ia dapat merekam informasi yang, didapat, baik dari wawancara maupun pengamatannya. Jika informasi. yang ditanglap salah, maka peneliti bisa langsung menanyakannya. Men) Manusia Hs nsramen, ia menyadari bahwa dengan imajinasi dan kreativitasnya ia memandang segala sesuatu harus utuh. Seperti halnya dirinya yang memiliki suatu kehidupan yang utuh, ia menyadari bahwa pada diri subyek juga ada kehidupan yang utuh dan saling berkesinambungan, Untuk merasakan adanya keutuhan itu, peneliti perlu mempelajari Konteks, mengamati beberapa tingkatan data sekaligus, dan membenamkan dirinya secara utuh dalam keseluruhan kehidupan subyek yang diteliti. 4. Secepatnya lain dari manusia sebagai instrumen kunci dalam pengumpulan data adalah kemampuan untuk memproses data secepatnya setelah data diperoleh. Pada waktu mengumpulkan data, segera setelah itu peneliti dapat sekaligus melakukan analisis data, bahkan menghasilkan 186 Metode Penelitian Kualitatifdi Bidang Pendidikan Dipindai dengan CamScanner hipotesis kerja, dan sekaligus menguji langsung hipotesis kerja yang ditemukan itu. Berdasarkan data yang diberikan, peneliti langsung dapat memutuskan apakah data sudah dianggap cukup atau perlu menambahnya dengan melakukan pengamatan dan wawancara yang lebih mendalam. e. Mengandalkan Perluasan Pengetahuan Dalam hal tertentu, manusia sebagai instrumen kunci memiliki kemampuan untuk memperluas dan meningkatkan pengetahuan berdasarkan pengalaman praktisnya. Bagi peneliti yang sudah terlatih, misalnya mengumpulkan data dengan menggunakan beberapa metode, ia dapat menggunakan bekal latihannya sebagai modal untuk masuk sampai pada situasi dalam mewujudkan keinginan-keinginan yang melebihi pengetahuan yang ada pada dirinya. Peneliti sebagai instrurnen penelitian ini memiliki konsekuensi psikologis bagi peneliti untuk memasuki latar yang memiliki norma, aturan, dan budaya yang harus dipelajari dan dipahami oleh peneliti. Interaksi antara peneliti dengan subjek penelitian memiliki peluang timbulnya konflik kepentingan yang tidak diharapkan sebelumnya. Untuk menghindari munculnya efek yang kurang dikehendaki selama penelitian, maka disusunlah prinsip-prinsip etik penelitian sebagaimana yang telah dipraktekkan oleh para peneliti dalam penelitian kualitatif. Prinsip-prinsip etik penelitian tersebut antara lain (1) memperhatikan, menghargai, dan menjunjung tinggi hak azasi informan; (2) mengkomunikasikan maksud penelitian kepada informan; (3) tidak melanggar kebebasan dan tetap menjaga rahasia pribadi informan; (4) tidak mengeksploitasi informan; (5). memperhatikan dan menghargai pandangan informan; (6) menyamarkan ‘nama informan jika tidak diizinkan oleh yang bersangkutan untuk penggunaannya dalam penelitian; dan (7) mengumpulkan data secara cermat dan terencana schingga tidak mengganggu aktivitas penting dari informan. Kehadiran Peneliti Penelitian kualitatif berusaha untuk memahami makna peristiwa dan interaksi orang-orang dalam situasi tertentu. Untuk dapat memahami makna peristiwa dan interaksi orang-orang tersebut, maka diperlukan keterlibatan dan penghayatan langsung peneliti tethadap ‘subjek di lapangan. Untuk itu diperlukan adanya kehadiran peneliti, Kehadiran peneliti itulah dalam hal ini bertindak sebagai instrumen kunci. Bab 7 Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif 187 Dipindai dengan CamScanner Kehadiran peneliti dalam! pengumpulan data sangat penting sebagai pengamat berperanserta, Hal iti terutama untuk penelitian yang bercirikan interaksi sosial dengan pengumpulan data yang telatif cukup lama. Pengamatan berperanserta/ inj dimaksudkan agar peneliti dapat memahami kehidupan schari-hari pada diri subyek. Dalam melakukan pengamatan berperanserta, Peneliti dapat memasuki dunia subyek dengan beberapa cara dan sekaligts sebagai alasan mengapa dirinya harus hadir dalam pengumpulan data itu. Berikut diberikan cara/tips dan alasan peneliti hadir dalam pengumpulan data, 1. Perilaku tetap pada diri subyek. Jika peneliti ingin memastikan apakah perilaku subyek akan berubah dengan kehadiran peneliti jika dibandingkan dengan’ tanpa kehadiran peneliti. Sebagai contoh peneliti yang tertarik meneliti anakanak berkelainan mental (hiperaktif, Jika peneliti secara tibatiba mendatangi dan menginterogasi mereka, maka bisa dipastikan perilakunya berubah. (Oleh karena itu, peneliti harus melakukan pendekatan terlebih dahulu sebagaimana yang dilakukan oleh seorang psikolog yang biasa menangani mereka. 2. “Menjadi\ anggota kelompok subyek yang diteliti. Jika peneliti menjadi anggota kelompok subyek diasumsikan subyek tidak menganggap peneliti sebagai “orang asing”. Peneliti dianggap oleh subyek sebagai teman, sehingga interaksi antara keduanya tidak canggung. Jika demikian, peneliti akan mendapatkan informasi langsung dari tangan pertama. 3. Menghilangkan perasaan “‘etnosentrisme. Etnosentrisme adalah perasaan. dalam melihat segala sesuatu dari segi dirinya (bukan dari segi diri subyel). Kebudayaan, moral, etika, kebiasaan, kepercayaan, dan sebagainya harus dipisahkan antara dirinya sebagai peneliti dan diri subyek. Caranya adalah dengan mengembangkan sikap dan faham “yelativisme budaya”, yaitu memahami setiap sifat dan sikap dalam rangka keseluruhan kebudayaan. Hal ini termasuk pemahaman bahwa kebudayaan orang-orang yang diteliti merupakan kebudayaan yang sesuai dengan aturan lainnya. MEMILIH TEKNIK PENGUMPULAN DATA, Ada tiga teknik utama yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian kualitatif, yaitu: (1) wawancara; (2) observasi; dan (3) studi dokumentasi. Menurut beberapa abi, ketiga teknik ini merupakan teknik 188 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan Dipindai dengan CamScanner 6. Perilaku peneliti sendiri (your own behavior), yaitu jika peneliti sebagai partisipan, bagaimana perannya, termasuk jika sebagai pengamat, apa pengaruhnya terhadap rangkaian pengamatan, termasuk juga perlukan pengamat memberi komentar. Untuk memperluas wawasan tentang obyek yang diamati, Sugiyono (008) memperluas dengan sembilan komponen, yaitu: Place, yaitu tempat kegiatan itu berlangsung, atau bisa dimaknai ruang dalam aspek fisiknya; 2 ‘Actor, yaitu pelaku atau orang yang memainkan peran, atau bisa dimaknai orang yang terlibat dalam kegiatan itu; 3. Activity, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh aktor, atau bisa dimaknai seperangkat kegiatan yang dilakukan orang; 4, t yaitu obyek atau benda-benda yang ada di tempat itu; 5 yaitu tindakan atau perbuatan tertentu yang dilakukan oleh orang; 6. Event, yaitu kejadian atau peristiwa, atau bisa dimaknai rangkaian aktivitas yang dkerjakan oleh orang-orang; 7. Time, yaitu waktu atau urutan waktu kejadian; 8. Goal, yaitu tujuan atau sesuatu yang ingin dicapai oleh orang-orang; 9. Feeling, yaitu perasaan atau emosi yang dirasakan dan diekspresikan oleh orang-orang. Guna melengkapi apa yang seharusnya dapat diamati, Patton Moleong, 2008) menyatakan bahwa hal itu bergantung pada jenis i pendekatan pengamatan yang diperankan oleh pengamat itu i, Ada lima dimensi pada suatu kontinum, yaitu: 1. Berkenaan dengan peranan pengamat yang diamati. Peranan pengamat itu ialah pada latar pengamatan sebagian, atau pengamatan oleh orang luar. 2. Berkenaan dengan gambaran peranan peneliti terhadap yang lainnya. Pada pengamatan terbuka, subjek mengetahui persis bahwa pengamatan sedang dilakukan oleh seorang pengamat. Pada situasi lainnya; pengamat hanya diketahui oleh sebagian, sedangkan sebagian lainnya tidak mengetahuinya. Situasi lain lagi, yaitu pada pengamatan tertutup, subjek sama sekali tidak mengetahui kehadiran pengamat tidak mengetahui bahwa sedang diadakan pengamatan. 216 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan Dipindai dengan CamScanner 3, Berkenaan dengan gambaran maksud pengamat terhadap Jainnya, Pada sisi yang satu, kepada seluruh subjek diberitahukan maksud tujuan pengamatan. Penjelasan tentang maksud barangkali hanya diberitahukan kepada sebagian subjek, yang lainnya tidak diberitahu. Pada pengamatan tertutup maksud itu tidak diberitahukan sama sekali. Masih ada lagi yang lainnya, yaitu dengan sengaja peneliti memberitahukan maksudnya, tetapi secara tersamar atau disembunyikan atau barangkali maksudnya dibuat terbalik. 4, Berkenaan dengan lamanya pengamatan dilakukan. Pengamatan dilakukan hanya pada saat yang singkat, misalnya satu jam, barangkali secara berulang. Di pihak lain pengamatan dilakukan untuk jangka waktu yang lama, barangkali berbulan-bulan atau menahun, seperti pengamatan berganda. 5. Berkenaan dengan fokus suatu pengamatan. Di satu sisi fokus studi untuk keperluan pengamatan sangat sempit. Di pihak lain fokus studi itu secara meluas, yaitu dari segi pandangan keutuhan (holistik), jadi mencakup seluruh latar dengan unsur-unsumya. Persoalan Pengamat Sebagai yang Diamati Ada dua macam kemungkinan situasi ketika pengamat sebagai orang yang diamati. Pertama, peranan pengamat pasif, diam, ia hanya mencatat, tidak memperlihatkan ekspresi apa-apa. Namun, perlu diperhatikan bahwa biasanya peranan pasif demikian tidak akan efektif dalam penjaringan data. Kedua, sebaliknya _pengamat bertindak aktif tidak hanya mengamati, tetapi dalam keadaan tertentu berbicara, berkelakar, sebagainya. Jika kehadirannya aktif, ia sendiri sebagai pengamat diamati juga oleh para subjek, sehingga keaktifannya akan mempengaruhi pengamatannya. Peranan aktif demikian sangat diharapkan, tetapi sebaliknya bisa mempengaruhi subjek sehingga informasi yang diperolehnya terkotori oleh kehadiran keaktifannya. Persoalan yang muncul sehubungan dengan hal itu ialah apabila ia aktif, ia akan diamati sehingga menimbulkan perubahan; tetapi sebaliknya, kehadirannya secara pasif tanpa melakukan sesuatu akan dapat menimbulkan perubahan juga. Bagaimanakah hal itu dapat diatasi? Dalam hal demikian peneliti perlu berasumsi bahwa perubahan seperti itu tanpa kehadirannya pun akan terjadi schingga pengumpulan datanya dapat terus dilakukan. Dalam menghadapi persoalan demikian hendaknya peneliti bertindak wajar, manusiawi, tidak berkelebihan (over acting). Dipindai dengan CamScanner peneliti untuk mendengar, melihat, merasakan, menghayati, kemampuan mencatat yang diperlukan. Latihan itu hendaknya dibimbing olehahli yang sudah banyak berpengalaman, hasilnya dibahas, kelemahan-kelemahart diungkapkan, dicontohkan bagaimana mengatasinya, dan sebagainya. Latihan demikian hendaknya pada awalnya dilakukan pada latar buatan. berakhir pada latar sebenarnya. Dengan demikian kiranya kemampuan mengadakan pengamatan yang baik akan terpenuhi, tan Spratley (dalam Sugiyono, 2008) mengemukakan tiga tahapan pengamatan, yang kemudian dapat digambarkan sebagaimana Gambar 77. Tahap Deskripsi Tahap Reduksi Tahap Seleksi ‘Memasukisituasi yang | Menentukan fokus: Mengurai fokus: jamati: menemukan ‘memilih di antara yang menjadikan komponen telah dideskripsikan lebih rinci Simpulan 2 ‘Simpulan 3 Gambar 77 Tahapan Pengamatan Sebagaimana Gambar 77, tahapan pengamatan dapat dilalui sebagai Derikut 1. Tahap pengamatan deskripsi. Pada saat ini peneliti memasuki situasi tertentu sebagai obyek penelitian. Tahap ini bisa disebut sebagai grand tour observation, yaitu melakukan penjelajahan secara umum dan menyeluruh, dan mendeskripsikan semua apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Semua data direkam dan kemudian ditata untuk dianalisis domainnya, schingga menghasilkan simpulan sementara (simpulan 1). 2. Tahap pengamatan reduksi. Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu pengamatan yang lebih menyempit, yang difokuskan pada aspek tertentu. Tahap ini bisa disebut sebagai 220 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan Dipindai dengan CamScanner pengamatan terfokus, karena peneliti melakukan pengamatan hanya pada fokus yang ditelit., Pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi schingga dapat menemukan simpulan yang lebih khusus dari sebelumnya (simpulan 2). 3. Tahap pengamatan seleksi. Pada tahap ini peneliti mengamati secara ebih dalam terhadap fokus yang sudah ditemukan. Peneliti menemukan karakteristik, perbedaan-perbedaan dan kesamaan- kesamaan antar kategori. Dengan demikian peneliti dapat menemuikan pemahaman yang lebih rinci tethadap fokus yang ditemukan, sehingga dapat membuat simpulan akhir (simpulan 3). Panduan dan Latihan Pengamatan Seperti halnya wawancara, agar peneliti (terutama untuk peneliti pemula) dapat menangkap dan merekam secara baik apa yang diamati, maka diperlukan latihan mengamati. Latihan ini lebih ditekankan pada bagaimana memahami apa yang harus diamati dan bagaimana cara membuat catatan lapangan. Pada latihan ini dibuatlah panduan pengamatan dengan urutan sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan. Hendaknya saat akan melaksanakan observasi, pengamat mengetahui tujuan dari pengamatan yang dilaksanakan tersebut. Hal itu bertujuan agar pengamatan dapat berjalan lebih efdektif dan efisien serta sesuai dengan harapan pengamat. 2. Menentukan sasaran. Sasaran yang ditetapkan tentunya harus berdasarkan dengan tujuan yang akan dicapai. 3. Menentukan ruang lingkup. Penentuan ruang lingkup pengamatan diperuntukkan membatasi latar pengamatan agar tidak terlalu melebar- atau bahkan kurang sempit. 4, Menentukan tempat dan waktu, Sebelum pengamatan harus disusun jadwal untuk membagi sub-sub yang akan diamati agar lebih 5. Mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, misalnya alat bantu perekam (camera, atau handycam) dan format catatan lapangan. 6. Mulai mengadakan pengamatan sesuai dengan tingkat peran pengamat dalam pengamatan. 7. Mengadakan pencatatan data yang diamati. Dengan alat pencatat yang berbeda, tentunya pengamat memiliki cara yang berbeda dalam mencatat hasil dari pengamatan. Bab 7 Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif 221 Dipindai dengan CamScanner

You might also like