TEKNIK PENELITIAN
Dari penjelasan di atas dapat kita simak bahwa pengum-
pulan data di lapangan dengan memanfaatkan pengamatan
bisa efektif, tetapi pengamat sendiri harus berhati-hati
memanfaatkannya. Di samping pengamatan masih ada teknik
lainnya, yaitu wawancara. Wawancara adalah salah satu
teknik yang cukup baik pula. Teknik ini dibahas pada uraian
berikut.
D.Wawancara
Pembahasan tentang wawancara akan mempersoalkan bebe-
rapa segi yang mencakup (1) pengertian dan macam-macam
wawancara, (2) bentuk-bentuk pertanyaan, (3) menata-urutan
pertanyaan, (4) perencanaan wawancara, (5) pelaksanaan dan
kegiatan sesudah wawancara, dan (6) wawancara kelompok
fokus.
1. Pengertian dan Macam-macam Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh
Lincoln dan Guba (1985:266), antara lain: mengkonstruksi
mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,
tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi
kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa
lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang
diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang;
memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang
diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan
manusia (triangulasi); dan: memverifikasi, mengubah dan
memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti
sebagai pengecekan anggota\,
186
Dipindai dengan CamScannerMETODOLOG! PENELITIAN KUALITATIF
Ada bermacam-macam cara pembagian jenis wawancara
yang dikemukakan dalam kepustakaan. Dua di antaranya
dikemukakan di sini.
Cara pembagian pertama dikemukekan oleh Patton (1980:197)
sebagai berikut: (a) wawancara pembicaraan informal, (b) pende-
katan menggunakan petunjuk umum wawancara, dan (c) wawan-
cara baku terbuka. Pembagian wawancara yang dilakukan oleh
Patton didasarkan atas perencanaan pertanyaannya. Keti
dijelaskan secara singkat di bawah ini.
a, Wawancara Pembicaraan Informal
Pada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat
bergantung pada pewawancara itu sendiri, jadi bergantung
pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada
terwawancara. Hubungan pewawancara dengan terwawancara
adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan
dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam
kehidupan sehari-hari saja. Sewaktu pembicaraan berjalan,
terwawancara malah barangkali tidak mengetahui atau tidak
menyadari bahwa ia sedang diwawancarai.
b. Pendekatan Menggunakan Petunjuk Umum Wawancara
Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat
kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak.
perlu ditanyakan secara berurutan. Demikian pula
penggunaan dan pemilihan kata-kata untuk wawancara
dalam hal tertentu tidak perlu dilakukan sebelumnya.
Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis
besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar
pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup.
Petunjuk itu mendasarkan diri atas anggapan bahwa ada
jawaban yang secara umum akan sama diberikan oleh para
responden, tetapi yang jelas tidak ada perangkat pertanyaan
baku yang disiapkan terlebih dahulu. Pelaksanaan wawancara
dan pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan
responden dalam konteks wawancara yang sebenarnya.
181
Dipindai dengan CamScannerTEKNIK PENELITIAN
c. Wawancara Baku Terbuka
Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan
seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-
katanya, dan cara penyajiannya pun sama untuk setiap
responden. Keluwesan mengadakan pertanyaan pendalaman
(probing) terbatas, dan hal itu bergantung pada situasi
wawancara dan kecakapan pewawancara. Wawancara demiki-
an digunakan jika dipandang sangat perlu untuk mengurangi
sedapat-dapatnya variasi yang bisa terjadi antara seorang
terwawancara dengan yang lainnya. Maksud pelaksanaan
tidak lain merupakan usaha untuk menghilangkan kemung-
kinan terjadinya kekeliruan. Wawancara jenis ini bermanfaat
pula dilakukan apabila pewawancara ada beberapa orang dan
terwawancara cukup banyak jumlahnya.
Pembagian lain dikemukakan oleh Guba dan Lincoln
(1981: 160-170). Pembagian mereka adalah (a) wawancara
oleh tim atau panel, (b) wawancara tertutup dan wawancara
terbuka, (c) wawancara riwayat secara lisan, dan (d) wawan-
cara terstruktur dan tak terstrukstur. Berturut-turut hal itu
diuraikan berikut ini.
a. Wawancara oleh tim atau panel
Wawancara oleh tim berarti wawancara dilakukan tidak
hanya oleh satu orang, tetapi oleh dua orang atau lebih
terhadap seorang yang diwawancarai. Jika cara ini diguna-
kan, hendaknya pada awalnya sudah dimintakan kesepakatan
dan persetujuan dari terwawancara, apakah ia tidak kebe~
ratan diwawancarai oleh dua orang. Di pihak lain, seorang
pewawancara dapat saja memperhadapkan dua orang atau
lebih yang diwawancarai sekaligus, yang dalam hal ini
dinamakan panel.
Cara pertama baik digunakan dalam latihan dengan
seorang ahli lagipula berpengalaman yang menjadi model
pewawancara. Maksud utamanya ialah untuk melatih cara
bertanya, keterampilan mendengarkan, gaya, cara memper-
dalam pertanyaan, dan sebagainya.
188
Dipindai dengan CamScannerNazir (1989) menjelaskan ada tiga ciri utama dalam pandangan
positivistik yang diterapkan dalam pendekatan kuantitatif ini. Pertama,
penelitian banyak menggunakan metode eksperimen yang variabelnya
dapat dimanipulasi dan diukur secara kuantitatif agar dapat dicari
hubungan di antara berbagai variabel. Kedua, mencari hukum universal
yang dapat dilakukan melalui semua kasus. Dengan pengolahan statistik
penelitian, maka dapat dicapai tingkat probabilitas dengan mementingkan
sampling untuk mencari generalisasi. Ketiga, netralitas pengamatan dapat
dilakukan dengan hanya meneliti gejala-gejala yang dapat diamati secara
langsung dengan mengabaikan apa yang tidak diamati dan diukur dengan
instrumen yang valid dan reliabel. Johnson dan Christensen (2004)
menambahkan bahwa paham positivistik dalam pendekatan kuantitatf
lebih memfokuskan diri pada komponen deduktif dari suatu metode
ilmiah karena fokus itu umumnya berupa pengujian hipotesis dan teori.
Pendekatan kuantitatif kadang-kadang juga dimaksudkan untuk
confirmatory, Karena peneliti bermaksud menguji untuk memperkuat
hipotesis dan teorinya.
Johnson dan Christensen (2004) menyebutkan ciri-cri pendekatan
kuantitatif dengan cara membandingkannya dengan pendekatan kr~™
Ciri-ciri itu diringkaskan penulis sebagaimana tersaji pada Tabel 1.1
‘Tabel 1.1 Ciri Penekanan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
No | AspekPembeda | Pendekatan Kuantitatif | Pendekatan Kw.
1 | Metodeilmiah | - Deduktif atau top-down. | - Induktif atau bottom-up.
- Peneliti menguji - Peneliti menghasilkan
hipotesis dan teori hipotesis baru dan
dengan data. grounded theory dari
data selama di
lapangan.
2 | Pandangan Perilaku adalah tetap Perilaku adalah dinamis,
tethadap (regular) dan dapat situasional, kontekstual,
perilaku diprediksi. dan personal.
manusia
3 | Umumnya Deskriptif, eksplanatif, dan | Deskriptif, eksploratif,
tujuan penelitian | prediktif. dan penemuan.
4 | Fokus penelitian | Dipersempit-sudut lensa | Diperluas—sudut lensa
terbatas, menguji hipotesis’ | yang paling dalam,
yang khusus. mendalami fenomena
untuk belajar lebih jauh
Bab 1 Landasan Penelitian 15
Dipindai dengan CamScannertentang fenomena itu.
5 | Sifat Mempelajari perilaku di Mempelajari perilaku di
pengamatan bawah kondisi yang, dalam lingkungan yang
terkontrol. alamiah dan mempelajari
konteks di dalam perilaku
ang terjadi.
6 | Sifat realitas Obyektif (observer yang | Subyektif, personal, dan
berbeda bisa setuju dikonstruksi secara sosial,
terhadap apa yang,
diamati).
7 | Bentuk ‘Menggunakan alatukur — | Menggunakan indepth-
pengumpulan yang terstruktur dan interview, participant
data instrumen yang valid (test, | observation (field-notes,
rating-scales, questionnaire, | open-ended question),
behavioral responses), peneliti sebagai instramen
engumpul data utama.
3 _| Sifat data Variables. Words, images, categories.
9 | Analisisdata | Identifikasi hubungan ‘Mencari pola, tema,
statistik, gambaran holistic.
10. | Hasil ‘Temuan yang, - Temuan peristiwa
digeneralisasi. Khusus.
~ Representasi sesuatu
yang dianggap penting.
~ Menyajikan berbagai
perspektif.
11 | Bentuklaporan | Laporan statistik (Korelasi, | Laporan naratif dengan
perbandingan rerata, deskripsi yang
signifikansi temuan). kontekstual dan catatan
angsung dari partisipan
dilapangan.
Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif umumnya
paling mudah dikenali dari pengumpulan dan analisis datanya yang
berupa angka-angka. Namun, jika dicermati lebih jauh banyak ditemukan
aspek-aspek penanda yang menjadi ciri penelitian kuantitatif, terutama jika
dibandingkan dengan penelitian kualitatif. Selain yang tersaji pada Tabel
1.1, penanda itu telah dibahas oleh banyak ahli di antaranya adalah Arifin
(1996), Arikunto (2002), Patilima, (2005), Riyanto (2007). Penanda yang
menjadi ciri penelitian kuantitatif yang dibahas oleh banyak ahli tersebut
kemudian diseleksi dan diringkaskan oleh penulis sebagai berikut:
16 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan
Dipindai dengan CamScanneriptif
Dapat dikatakan bahwa semua jenis penelitian kualitatif itu sifatnya
deskriptif, yaitu bertujuan untuk menggambarkan dan atau
mendeskripsikan karakteristik dari fenomena. Salah satu ciri utama
dari deskriptif adalah paparannya yang bersifat naratif (banyak uraian
kata-kata). Umumnya penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk
menjawab masalah penelitian yang menyangkut pertanyaan what,
how, dan why. Apabila semua aspek dari fenomena sudah berhasil
dijelajahi, maka peneliti ingin menggambarkan karakteristik dari
fenomena secara utuh dan menyeluruh dengan uraian kata-kata dan
kalimat yang naratif.
Penelitian Fenomenologi
Seperti halnya deskriptif yang ‘menjadi jenis sekaligus: ciri
dalam penelitian kualitatif, jenis lain yang selalu melekat sebags
dan ciri penelitian kualitatif adalah fenomenologi. Fenom¢
adalah landasan pokok yang digunakan oleh peneliti kualitatif
menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis di
subjek yang diteliti. Penelitian fenomenslogi adalah penelitian
berorientasi pada pengalaman subjektif atau pengalaman yang
menguingkap fenomena khusus. Penelitian fenomenologi menyelidiki
pengalaman dengan*berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-
kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu.
Penelitian Studi Kasus
Jenis penelitian yang paling banyak dipilih oleh peneliti kualitatif
adalah studi kasus: Studi kasus dipandang sebagai salah Sati: metode
dalam penelitian kualitatif. Studi kasus adalah metode penelitian yang
memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci.
Studi kasus dalam perelitian kualitatif umumnya. bertujuan untuk
mempertahankan keutuhan dari objek yang diteliti. Dikatakan studi
kasus karena sasaran dan fokus'kasusnya yang unik. Sasaran studi
kasus dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen. Sasaran
tersebut ditelaah secara mendalam sebagai .suatu totalitas sesuai
dengan konteksnya masing-masing dengan maksud memahami
berbagai kaitan yang ada di antara unsur-unsur yang terkandung di
dalamnya.
Bab 1 Landasan Penelitian 25
Dipindai dengan CamScanner4. Penelitian Etnografi
Dalam sejarah perkembangan metodologi penelitian, jenis penelitian
kualitatif yang terbanyak dilakukan berasal dari bidang antropologi
atau budaya. Karena itu, etnografi dipandang sebagai satu metode
dalam penelitian kualitatif, Penekanan penelitian etnografi_ adalah
pada studi keseluruhan budaya atau aspek-aspek budaya yang ada
dalam suatu komunitas, Budaya dalam hal ini dapat dimaknai sebagai
suatu totalitas kehidupan. Dengan etnografi, peneliti dapat
memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui
fenomena yang teramati dari kehidupan sehari-hari. Jadi, etnografi
lazimmnya bertujuan untuk menguraikan suatu budaya secara
menyeluruh, baik yang bersifat material seperti artefak, alat, pakaian,
bangunan, dan sebagainya, maupun yang bersifat abstrak, seperti
pengalaman, kepercayaan, norma, dan sistem nilai dari kelompok
yang diteliti.
Pendekatan kualitatif memang banyak variannya, satu di antaranya
adalah interaksi simbolik. Interaksi simbolik merupakan salah satu di
antara beberapa perspeldif utama yang dikenal dalam ilmu-iImu sosial
seperti sosiologi, psikologi, antropologi, dan komunikasi. Perspektif
interaksi simbolik merupakan cara pandang terhadap_perilaku
manusia yang dilihat dari interaksinya yang menggunakan simbol-
simbol. Dalam penelitian interaksi simbolik, peneliti berusaha untuk
memahami subjek dari sudut pandang subjek itu sendiri dalam
membuat penafsiran dan membuat skema konseptual. Esensi dari
interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri Khas
manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi
makna. Pandangan interaksi simbolik berusaha memahami perilaku
manusia dari sudut pandang subjek. Perilaku manusia harus dilihat
sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan
mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspertasi
orang lain yang menjadi mitra interaksinya.
6. Penelitian Tindakan
Jenis penelitiatt ini berorientasi pada manfaat praktis. Untuk itu jenis
penenlitiannya biasa disebut dengan istilah penelitian tindakan (Action
Research). Untuk meningkatkan tanggung jawab kerjanya, para
26 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan
Dipindai dengan CamScannerfesional harus selaluu memperbaiki kinerig
Frat its, maka a harus mnglacdcar Pate ek menperaik
yang ingin mendapatian Perbaikan kinerja secara lansing
praktis, maka jenis penelitian yang banyak disue rene dan
penelitian tindakan. Penelitian tindakan ini mem eis; adalah
khusus yang lebih menekankan pada proses tin dakannya ne yang
elitian tindakan cenderung dekat atau dikelompoltar itu,
penelitian kualitatif karena sifat dan sivicirinya yang sult ee
dimasukkan ke dalam kelompok Ppenelitian kuantitati¢, Ni isa
demikian, ada yang beranggapan bahwa penelitian tindaken rin
menggabungkan antara pendekatan kuantitaif dan kesin Pini
satu proyek penelitian.
Penelitian Pengembangan_
Penelitian pengembangan sebenamya penclitian yang dilakukan
melalui dua tahapan besar, yaitu Penelitian. dan Pengemban;
(research and development—R & D). Pada tahapan research, ee
dapat berangkat dari penelitian kuantitatit atau
Peneliti yang berangkat dengan memilih’ tahapan penelitian kualitatif,
umumnya mengelompokkan. Karyanya ke dalam Penelitian kualitatif,
Begitu juga sebaliknya. Pada tahapan penelitian kualitatif, peneliti
dapat memilih jenis-jenis penelitian kualitatif yang telah ada, misalnya
deskriptif kualitatif, studi kasus, atau yang lainya, Sedangkan pada
tahapan development, peneliti berusaha menindaklanjuti hasil
penelitiannya dengan menghasilkan produk pengembangan. Produk
itu dapat berupa prototipe, model, desain, atau sampai dengan
produk material yang sudah jadi.
Penelitian kualitatif,
Penelitian “Grounded”
Penelitian kualitatif yang paling pokok sesuai tujuannya adalah
penelitian yang menghasilkan teori dari dasar (grounded theory).
Metode yang) menghasilkan teori dari dasar ini umumnya disebut
sebagai penelitian “Grounded” (Grounded Research). Jika penelitian
kuantitatif umumnya berangkat dari teori yang sudah ada, kemudian
dijabarkan menjadi hipotesis-hipotesis yang diuji kebenarannya
melalui penelitian di lapangan, sebaliknya pada penelitian “Grounded!
bertolak dari fakta-fakta di lapangan, kemudian dianalisis untuk
diwujudkan menjadi teori.
Bab 1 Landasan Penelitian | 27
Dipindai dengan CamScannerCIRI-CIRI PENELITIAN KUALITATIF
Selain ciri-ciri penelitian yang menggambarkan perbedaan antara
penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan penelitian yang
menggunakan pendekatan kualitatif sebagaimana tersaji pada Tabel 1.1,
dan dilanjutkan dengan sekilas mempelajarijenis-jenis penelitian kualitatif,
berikut ini dibahas ciri-ciri penelitian kualitatif secara tersendiri dan
mendalam. Ciri-ciri ini diambil dari ae banyak ahli di antaranya
adalah Bogdan dan Biklen (1998), Arifin (1996), Arikunto (2002), Berg
(2004), Patilima, 2005), Riyanto (2007), dan Moleong (2008), yang kemudian
diseleksi oleh penulis dan dibahas penerapannya sebagai berikut.
Manjuvabsnasalah aa apo eee
Berbeda dengan penelitia tatif yang masalahnya diangkat
dari hasil Kajian referensi atau berangkat dari latar belakang adanya
Kesenjangan antara teori dan praktik, maka penelitian kualitatif umumnya
berangkat dari masalah yang diangkat dari hasil penjajakan konteks yang
ada di lapangan. Karena itu, jika pada penelitian kuantitatif digunakan
istilah latar belakang, maka pada penelitian kualitatif digunakan istilah
konteks penelitian. Digunakan istilah konteks penelitian untuk
menunjukkan bahwa persoalan yang menjadi fokus penelitian harus dikaji
secara utuh (holistic) pada latar yang sebenamnya terjadi.
Konteks penelitian yang dimaksud berisi fenomena-fenomena
kasuistik yang ditemukan dari hasil penjajakan awal di lapangan.
Identifikasi fenomena-fenomena tersebut membawa peneliti sampai pada
simpulan bahwa ada persoalan penting yang perlu diteliti, Banyaknya
komponen yang -saling berkaitan dalam persoalan tersebut menuntut
diselidiki (diteliti) secara utuh dan mendalam, serta menyatu pada
latamya. Karena itu, peneliti kualitatif yang akan melakukan penelitian
tidak harus mengkaji referensi yang banyak terlebih dahulu sebagaimana
yang dilakukan oleh peneliti kuantitatif, Misalnya, peneliti kuantitatif
harus mengkaji 80-90% referensi/teori terlebih dahulu, baru kemudian bisa
menetapkan hipotesis atau masalah yang akan diuji/dijawab melalui
penelitian. Sedangkan peneliti kualitatif cukup mengkaji 20-30%
referensi/teori sebagai wawasan, setelah itu sudah bisa memulai penelitian.
Tetapi sebaliknya, sebelum memulai, peneliti kualitatif harus melakukan
penjajakan awal untuk mengenali konteks perelitian terlebih dahulu. Dari
penjajakan awal inilah yang kemudian memunculkan masalah khusus
yang akan diteliti.
28 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan
Dipindai dengan CamScannerMasalah khusus dalam penelitian disebut fokus
Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang umumnya be
untuk menjawab masalah yang sifatnya generalisasi. Penelitian ku:
menghendaki ditetapkannya batas penelitian atas dasar fokus yang ti
sebagai masalah dalam penelitian. Oleh karena itu, “rumusan mas:
yang biasanya digunakan dalam penelitian kuantitatif, dalam penelitian
kualitatif diistilahkan dengan “fokus penelitian’. Artinya, masalah yang
akan dijawab melalui penelitian merupakan masalah yang khusus yang
berada di tengah-tengah latar yang dihubungkan oleh interaksi antara
peneliti dan subjek yang diteliti
Masalah khusus yang disebut fokus menggambarkan satuan-satuan
individu yang utuh dan tidak terpilah dalam variabel-variabel. Penentuan
fokus didahului dengan penjajakan setting atau latar penelitian yang
kemudian didapati fokus yang’ sifatnya unik. Keunikan ini terutama
difokuskan pada bagian Khusus yang lebih, dalam dari satuan individu.
Pembatasan fokus penelitian dimaksudkan untuk menemukan lokasi dan
latar penelitian.
Fokus yang akan diteliti lebih mengarah pada proses daripada hasil
Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang lebih banyak meneliti
tentang hasil. Fokus yang diteliti dalam penelitian kualitatif lebih banyak
mencakup proses. Meneliti tentang proses memerlukan pengamatan yang
‘mendalam dan utuh (holistic). Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-
bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas jika diamati dengan
menekankan, pada segi proses, Oleh karena itu, umumnya dalam
penelitian kualitatif akan menjawab rumusan masalah “bagaimana” (how).
Pertanyaan “bagaimana” ini menggambarkan suatu proses sistem dengan
prosedur atau langkah-langkah tertentu menuju hasil. Di dalam proses itu
terdapat komponen-komponen yang saling berkaitan, dan komponen-
Komponen itu ada yang langsung bisa diamati atau tampak (tangible) dan
ada pula yang tersembunyi atau tidak tampak (hidden) yang memerlukan
pengamatan dan wawancara yang mendalam. Bahkan di dalam
peitanyaan “bagaimana” sebetulnya juga mengandung makna ada
pertanyaan “mengapa” (why). Pertanyaan “mengapa” inilah yang sejatinya
membedakan antara proses yang satu dengan proses yang lainnya. Sebagai
contoh fokus penelitian dirumuskan sebagai berikut: “bagaimana guru di
daerah pedesaan bertindak sebagai agen pembaharuan’, dan mengapa dia
disebut sebagai “agen”. Dengan dua pertanyaan ini sebetulnya penelitian
Bab 1 Landasan Penelitian 29
Dipindai dengan CamScannerdapat menggambarkan adanya proses yang panjang yang melibatkan
banyak komponen yang kompleks dan aspek-aspeknya saling terkait.
Meneliti fokus yang sifatnya unik
Penentuan fokus didahului dengan penjajakan setting atau latar
penelitian yang kemudian mendapati fokus yang sifatnya unik, terutama
bagian yang lebih dalam dari satuan individu. Dalam penelitian kualitatif
digunakan asumsi bahwa setiap subjek memiliki keunikannya sendiri,
Oleh karena itu, hasil dari penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk
digeneralisasikan pada subjek lain, tetapi hanya berlaku pada subjek yang
telah diamati yang sifatnya unik tersebut. Keunikan itu dipilih untuk
diteliti secara kualitatif karena memerlukan penyelidikan yang mendalam
dan tidak bisa disamakan dengan penyelidikan pada sasaran yang lain.
Keunikan itu biasanya menggambarkan fenomena yang sifatnya
eksttim, baik ekstrim positif maupun ekstrim negatif. Misalnya meneliti
kehidupan orang yang disebut “sosialita” di kota-kota besar yang serba
berkecukupan. Atau sebaliknya, meneliti kehidupan “anak alam” yang
tinggal di daerah terpecil dan hanya bisa makan tanaman yang ada di
hutan. Untuk menggambarkan kedua contoh fokus yang berbeda atau
berlawawan secara ekstrim ini hanya bisa dengan penelitian kualitatif,
karena sifatnya yang unik dan tidak bisa digeneralisasikan dengan fokus
yang lain.
Keunikan fokus bisa dilihat dari beberapa sisi, antara lain (1)
substansi konstruk yang terkait dengan urgensi keilmuan, (2) lokasi dan
latar penelitian, dan (3) ide atau gagasan yang akan dilakukan. Sebagai
contoh penelitian Ulfatin, Mukhadis, dan Imron (2010) tentang strategi
penuntasan wajib belajar pada daerah rawan putus sekolah (drop out) dan
angka partisipasi kasar (APK) terendah. Fokus ini dianggap urgen dan
unik sebagai bagian dari perencanaan pendidikan dalam ilmu manajemen
pendidikan. Urgensi dan keunikannya terletak pada: (1) wajib belajar
merupakan persoalan nasional yang penting dan perlu pemecahan, (2)
strategi penuntasan wajib belajar selama ini lebih dilakukan secara umum.
dan merata, yang mungkin sebagai hasil dari survei yang tidak selalu bisa
menggambarkan suasana geografis dari masyarakat sasaran, dan (3)
pemilihan daerah yang rawan putus sekolah dan APK terendah
merupakan lokasi dan latar yang khusus dan sengaja dipilih karena tidak
bisa disamakan dengan daerah lain.
30 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan
Dipindai dengan CamScanner| latar penelitian yang alamiah
Penelitian kualitatif dilakukan pada latar ‘yang alamiah (natural
setting) dan melihat setting atau respon sebagai gejala yang saling mengkait
secara utuh dan menyeluruh (holistic). Oleh karena itu, penelitian kualitatif
juga dapat disebut penelitian naturalistik. Hal ini dilakukan karena hakikat
alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan apa adanya sebagai
keutuhan yang tidak bisa dipahami jika dipisahkan dari konteksnya.
Subjek yang diteliti berlangsung sebagaimana biasa terjadi dalam
konteksnya masing-masing. Peneliti tidak melaktkan kontrol, tidak
membawanya ke suatu laboratorium, tidak melakukan manipulasi, bahkan
tidak mengubah sedikitpun apa yang biasa dilakukan oleh subjek dan
lingkungan yang diteliti.
Untuk memastikan bahwa penelitian dilakukan secara alamiah,
umumunya penelitian kualitatif didahului dengan mendeskripsikan latar
dan lokasi penelitian, serta bagaimana kehidupan subjek yang akan diteliti.
Gambaran tentang latar, lokasi, dan kehidupan subjek yang diteliti cukup
untuk memberikan sinyal bagaimana penelitian harus dilakukan dengan
kehadiran langsung peneliti di latar penelitian yang berperan sebagai
instrumen kunci. Kehadiran peneliti dalam waktu yang relatif lama di
lokasi penelitian juga untuk menunjukkan bagaimana ia menyelami secara
menyeluruh apa yang terjadi pada subjek yang diteliti. ‘
i) sebagai alat atau instrumen kunci dalam |
" Berbeda dengan perelitian kuantitatif yang instrumen pengumpul
datanya dapat digantikan dalam bentuk alat atau perangkat, misalnya tes
atau angket yang sudah disusun diuji validitas dan reabilitas sebelumnya,
sehingga tidak menuntut kehadiran peneliti ketika mengumpulkan data.
Dalam penelitian kualitatif, manusialah yang bertindak sebagai instrumen
kunci atau alat pengumpul data utama. Yang bertindak sebagai instrumen
kunci ini umumnya peneliti sendiri. Peneliti sebagai alat atau instrumen
kunci dalam penelitian, sehingga kehadirannya pada latar penelitian
mutlak diperlukan.
Mengapa instrumen kuncinya manusia? Hal ini Karena hanya
manusia dengan sifat-sifat yang melekat pada dirinyalah yang langsung
dapat memahami hal-hal yang mungkin tersembunyi (hidden) di balik
kenyataan yang ditampilkan oleh subjek yang diteliti. Sebagai contoh
meneliti mengapa orang itu menangis. Untuk menafsirkan apakah tangisan
Bab 1 Landasan Penelitian 31
Dipindai dengan CamScanneritu pertanda bahagia atau susah, maka hanya manusia (peneliti) yang, bis,
langsung memaknai. Begitu juga karena penelitian kualitatif menekankan,
sifat alamiah, maka hanya manusia yang dapat menafsirkan dan
menyesuaikan apakah kehadirannya mengganggu ataukah tidak terhadap
subjek yang diteliti. Jika ternyata mengganggu, maka secara cepat penelitj
dapat mengatasinya. Ini berbeda dengan penelitian kuantitatif, di mana
latar subjek yang diteliti dikondisi sebagaimana yang dikehendaki oleh
penelit, sehingga pada saatnya penelitian, kehadiran peneliti bisa
diwakilkan oleh kehadiran perangkat yang sudah disiapkan sebelumnya.
Rancangan penelitian bersifat sementara
Berbeda dengan penelitian kuantitatif bahwa apa yang akan diteliti
sudah dirumuskan secara jelas berdasarkan a priori, sehingga rancangan
penelitiannya juga harus sudah tersusun “baku” sesuai dengan keinginan
peneliti sebelum penelitian berlangsung. Dalam penelitian kualitatif,
rancangan penelitian dapat terus berubah dan berkembang sesuai dengan
kondisi lapangan. Oleh Karena itu, rancangan yang disusun sifatnya
sementara dan sewaktu-waktu atau pada saat penelitian berlangsung
rancangan dapat berubah. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan adanya
kenyataan-kenyataan ganda di lapangan dan adanya perubahan-
perubahan dalam interaksi antara peneliti dengan subjek yang diteliti. Dj
samping itu, juga dimungkinkan karena adanya bermacam-macam sistem
nilai di lapangan yang tidak dapat diramalkan sebelumnya.
Tidak mengaj esi lumny
Umumnya, penelitian (kuantitatif) terfokus pada sebuah masalah
yang dibuat berdasarkan sebuah hipotesis. Setiap hipotesis dibuat dengan
mengacu pada teori yang dijadikan kerangka berpikir. Pada penelitian
kualitatif tidaklah demikian. Penelitian kualitatif tidak mengajukan
hipotesis sebelumnya dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.
Hipotesis kerja secara tentatif dapat muncul selama penelitian berlangsung,
atau hipotesis akan ditemukan sebagai hasil dari penelitian. Hipotesis kerja
yang ditemukan ketika penelitian sudah berlangsung, digunakan peneliti
untuk menjawab pertanyaan “mengapa” yang mengacu pada fakta-fakta
(cosial) yang diajukan, dan jawabannya adalah kebenaran sementara.
Karena itu, dalam pelaksanaanya strategi penelitian dapat di rubah sesuai
dengan hipotesis tentatif yang ditemukan di lapangan. Sedangkan
32 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan
Dipindai dengan CamScannerhipotesis yang ditemukan setelah penelitian disebut sebagai grounded
theory.
Tidak menggunakan konsep sampel
Dalam penelitian kualitatif, tidak ada konsep sampel karena tidak
dimaksudkan untuk menarik generalisasi. Sampel lebih dimaknai sebagai
upaya memilih subjek yang paling tepat untuk diteliti. Jika peneliti tidak
bisa dihindarkan dengan penggunaan istilah sampel, maka sampel yang
dimaksud adalah sampel bertujuan atau sengaja dipilih (purposive
sampling). Sampel bertujuan digunakan untuk menandai bahwa subjek
yang diteliti telah dipilih sebagai setting atau latar penelitian. Pemilihan
Jatar lebih didasarkan atas keunikan kasus yang memiliki ciri-ciri Khusus.
Bisa jadi sebuah kasus mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kasus
Jainnya walaupun berbeda tempat dan waktunya. Hasil penelitian sebuah
Kasus tidak bisa untuk menarik kesimpulan umum (generalisasi) pada
populasi yang lebih luas, tetapi hanya bisa digunakan atau dimanfaatkan
(transfibilitas) untuk menyelesaikan kasus lain yang memiliki kesamaan.
Pemberi informasi disebut informan.
Dalam penelitian kualitatif, pemberi informasi dinamakan atau
disebut informan. Penyebutan informan ini untuk menandai bahwa
informasi yang diberikan kepada peneliti bisa lebih banyak dan tidak
terbatas hanya merespon pertanyaan peneliti, Dengan menggunakan
teknik wawancara mendalam (indepth interview) dan wawancara tidak
terstruktur, sangat memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi
(data) yang lebih dalam (mendetail) dan lebih banyak atau menyeluruh
(holistik) dari informan melebihi dari respon pertanyaan yang diajukan
peneliti. Sebagai contoh jika peneliti bertanya “bagaimana kesehatannya?”,
maka yang diwawancarai tidak hanya sekedar menjawab/merespon “baik
atau buruk’, tetapi ia bebas menceritakan perkembangan kesehatan orang
yang ditanyakan.
Pengamatan, wawancara dan analisis dokumen sebagai teknik utama
dalam pengumpulan data
Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang cenderung menggunakan
angket dan tes sebagai teknik utama dalam pengumpulan data.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam penelitian
kualitatif, manusia sebagai instrumen kunci. Oleh karena itu, dalam
Bab 1 Landasan Penelitian 33
Dipindai dengan CamScannerpengumpulan datanya cenderung menggunaxai venus pengamatan
(observation), wawancara (interview), dan analisis dokumen atau analisis is,
(content analysis), Menurut banyak peneliti Kualitatif, ketiga teknik inj
memang merupakan teknik dasar yang selalu digunakan dalam penelitian
kualitatif, Bahkan dalam banyak penelitian, diperlukan pengamatan
berperan serta (participatory obserontion) dan wawancara mendalam. (indept
interview). Pengamatan berperan serta dan wawancara mendalam_ ini
diperlukan untuk melihat fokus penelitian sampai sedalam-dalamnya.
Data bersifat kualitatif
Berbeda dengan perelitian kuantitatif yang datanya cenderung
berupa angka-angka atau data kuantitatif, Dalam penelitian Kualitatif,
sumber data utamanya adalah kata-kata dan tindakan. Data dalam
penelitian kualitatif ini umumnya bersifat kualitatif yang berbentuk kata-
kata, keterangan-keterangan, uraian-uraian, dan gambar-gambar yang
didapat dari transkrip wawancara, catatan lapangan (fieldnotes), dan
temuan-temuan lain seperti foto-foto, buku harian dan dokumen-dokumen
baik resmi maupun pribadi.
Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang cenderung
menggunakan pendekatan berpikir deduktif dalam analisis data. Dalam
penelitian kualitatif, lebih banyak digunakan pendekatan berpikir induktif
untuk melakukan analisis data. Penggunakan proses induktif dalam
analisis data dalam penelitian kualitatif ini karena data yang dikumpulkan
dalam penelitian dapat berupa kenyataan-kenyataan yang sifatnya ganda.
Di samping itu, dengan cara induktif peneliti lebih dapat menguraikan
latar secara penuh, dan membuat keputusan lebih lanjut. Analisis data
secara induktif ini dilakukan selama dan sesudah pengumpulan data,
Dengan analisis induktif peneliti dapat memperhitungkan nilai-nilai secara
eksplisit sebagai bagian dari struktur analisis data secara keseluruhan.
Kredibilitas, Transferabilitas, auditabilitas dan Konfirmabilitas
untuk melihat keabsahan data
Jika dalam penelitian kuantitatif dikenal dengan istilah uji validitas
dan reliabilitas instrumen untuk melihat keabsahan data, maka dalam
penelitian kualitatif, untuk mengetahui keabsahan data dilakukan dengan
cara khusus yang disebut pengecekan kredibilitas dan auditabilitas data.
34 > Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan
Dipindai dengan CamScannerPenggunaan cara khusus yaitu kredibilitas dan auditabilitas ini disebabkan
oleh cara validitas dan reliabilitas sebagaimana yang dilakukan pada
penelitian kuantitati telah gagal jika diterapkan dalam penelitian kualitatif.
Kegagalan itu lebih disebabkan oleh adanya kenyataan tunggal dimana
data penelitian kualitatif tidak dapat dikonversikan, tidak bisa mentaati
aksioma dasar dari generalisasi, dan tidak bisa dipersyaratkan adanya
stabilitas subjek. Di samping itu, penggunaan cara khusus untuk melihat
keabsahan data juga karena adanya kriteria subjektif pada subjek yang
diteliti akibat adanya interaksi dengan peneliti, dan adanya peranan nilai
pada masing-masing peneliti dan yang diteliti.
Analisis data dan pelaporannya bersifat deskriptif
Berbeda dengan penelitian kuantitatif- yang umumnya data berupa
angka-angka atau data kuantitatif.sehingga dilakukan analisis statistik.
Dalam penelitian kualitatif, datanya berupa kata-kata, keterangan-
keterangan, uraian-uraian, dan gambar-gambar yang didapat dari naskah
wawancara, catatan lapangan, foto dokumen, dan dokumen-dokumen
resmi, maka analisis datanya bersifat deskriptif kualitatif. Begitu juga
dalam penyajian -pelaporannya dilakukan dengan cara deskriptif pula.
Penyajian pelaporan secata deskriptif ini juga sangat dimungkinkan
dengan melakukan. pengutipan-pengutipan sesuai dengan data aslinya.
Analisis data dan pelaporan penelitian kualitatif bersifat deskriptif-naratif
dengan mengikuti pola yang dipilih peneliti sesuai fokus penelitiannya.
Teori dari dasar (grounded theory)
Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang umumnya dimaksudkan
untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan sebelum penelitian
sebagai hasil teori a priori. Dalam penelitian kualitatif lebih menghendaki
adanya penyusunan teori substantif yang langsung berasal dari dasar (data
dari bawah). Hal ini disebabkan oleh tidak adanya teori a priori yang dapat
mencakup kenyataan-kenyataan ganda yang’ mungkin dihadapi. Di
samping itu, teori dari dasar lebih dapat merespon nilai-nilai yang
kontekstual. Teori yang dihasilkan bersifat substantif ini berupa hubungan-
hubungan di antara konsep-konsep atau gejala-gejala yang menjadi fokus
penelitian.
Bab 1 Landasan Penelitian 35
Dipindai dengan CamScannerISTILAH- ISTILAH DALAM PENELITIAN KUALITATIE
‘Ada beberapa istilah (khusus) yang sering digunakan dalam
penelitian kualitatif atau bahkan digunakan untuk menggantikan istilah
kualitatif, Istilah-istilah tersebut merupakan kata atau istilah yé
kajian penelitian sering digunakan sebagai penanda, bahkai
kadang sckaligus dimaksudkan untuk menggantikan makna
kualitatif, Pada bagian awal, istilah-istilah itu perlu dijela
singkat Karena dengan memahami istilah ini akan membant
dalam memahami penelitian kualitatif secara lebih dalam dan
pada bab-bab berikutnya.
‘Naturalistik
Istilah naturalistik (natural) banyak digunakan dalam pendekatan
kualitatif (catatan: penelitian kualitatif bisa disebut dengan penelitian
naturalistik). Digunakan istilah penelitian naturalistik karena dalam
penelitian kualitatif sangat menekankan sifat latar yang alamiah dalam
pengumpulan datanya (natural setting). Makna natural setting berarti
keadaan wajar atau berlatar alamiah, di mana penelitian dilakukan tanpa
mengganggu subjek yang diteliti dan tidak merubah atau memanipulasi
perilaku. Dengan demikian, walaupun sedang ditelit, mereka dapat
melangsungkan kehidupan secara wajar sebagaimana yang biasa mereka
lakukan sehari-hari. Ciri-ciri naturalistik ini antara lain ditunjukkan oleh:
(1) tidak melakukan kerjasama dengan subjek yang diteliti; (2) subjek
melakukan aktivitas sebagaimana yang biasanya terjadi dan ia tidak
menyadari bahwa dirinya sedang diamati atau diselidiki; dan (3) peneliti
tidak merubah sedikitpun gejala yang sedang diamati oleh subjek yang
diteliti, Penelitian naturalistik ini sangat relevan untuk penyelidikan sosial
dan perilaku manusia dalam lingkup kemasyarakatan pada umumnya.
Istilah fenomenologis dikenal banyak sebagai pendekatan dalam
penelitian kualitatif (bisa disebut penelitian fenomenologis). Digunakan
istilah penelitian fenomenologis karena dalam penelitian kualitatif
umumnya menekankan segi subjektif untuk memahami arti peristiwa dan
kaitan antara orang-orang dalam situasi tertentu. Untuk memahami
peristiwa dan kaitan orang-orang itu, peneliti berusaha menafsirkan
fenomena-fenomena yang terjadi untuk dapat menemukan fakta atau
penyebabnya. Penggunaan istilah fenomenologis dilakukan karena peneliti
Bab 1 Landasan Penelitian 43
Dipindai dengan CamScannerberusaha masuk ke dalam dunia konseptual yang ada pada subjg
penelitian, Masuknya peneliti pada diri subjek ini dilakukan dengan cay
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada di sekelilingnya, ag,
dapat memahami makna yang terjadi di sekitar kejadian mereka.
Fenomenologis umumnya dijadikan sebagai teori dasar alan,
penelitian kualitatif dibandingkan dengan teori dasar lainnya. Salah saty
landasan teori yang sangat menunjang dan dapat menghubungkan dengay
fakta adalah fenomenologi karena menunjuk pada pengalaman subjekty
dari berbagai jenis dan tipe subjek Moleong (2008) mengartikay
fenomenologi sebagai pengalaman subjektif atau pengalama,
fenomenologikal, sedangkan Hueser (1999) mengartikannya sebagai sua,
studi tentang kesadaran dari perspektif pokok seseorang. Dalam suaty
penelitian, apakah kata fenomenologis dinyatakan secara eksplisit atay
tidak, biasanya tergantung paradigma (orientasi teoretis) peneliti dalan
mengarahkan penelitiannya. Jika peneliti ingin menonjolkan pengalamay
subjektif yang penting untuk diketahui pembaca/orang lain selamz
penelitian, maka disarankan kata fenomenologis secara eksplisit dinyatakan
Hal ini untuk menunjukkan bahwa peneliti telah melakukan kajian yan,
dalam untuk mengetahui makna dan perspektif yang ada pada diri subje
yang diteliti.
Etnografi
Istilah etnografi (ethnography) dikenal dalam penelitian kualitatif (bis
disebut penelitian etnograf). Digunakan istilah etnografi karena dalan
melakukan penelitian kualitatif digunakan kerangka kerja sebagaiman
yang banyak digunakan oleh para ahli antropologi untuk menyelidiki da
mendeskripsikan kebudayaan atau aspek-aspek budaya di suatu bangs
Cara kerja untuk meneliti kebudayaan dan aspek-aspeknya di suatu temnpe
itu disebut etnografi. Para ahli antropologi umumnya mendefinisike
kebudayaan sebagai pengetahuan yang digunakan untuk menafsixke
pengalaman yang menghasilkan perilaku. Para peneliti yang menggunaka
kerangka berpikir antropologi ini melihat tingkah laku orang dengan. car
mendeskripsikan apa yang diketahuinya, sehingga membuat merek
bertingkah laku sesuai dengan komunitasnya.
Tujuan utama etnografi menurut Mantja (2007) adalah unt
memahami pandangan atau cara hidup seseorang atau sekelompok oran
dalam keadaan yang sesungguhnya. Perelitian ini pada mulanya dilakuks
dengan memusatkan perhatian pada lokasi penelitian tunggal yang ‘
44 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan
Dipindai dengan CamScannerdalamnya terdapat aspek-aspek yang saling mengkait dalam proses sosial,
schingga kaitan aspek-aspek itu perlu dikaji secara menyeluruh (holistic).
Etnometodologi
Istilah etnometodologi sering dikenal dalam penelitian kualitatif (bisa
disebut penelitian efnometodologi). Digunakan istilah etnometodologi
karena dalam melakukan penelitian kualitatif, peneliti mengartikan materi
pokok yang diteliti sebagaimana yang dilakukan oleh para warga dalam
suatu kelompok tertentu. Peneliti berusaha memahami bagaimana para
warga menggunakan dan menata lingkungan mereka dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Etnometodologi dapat diartikan sebagai studi tentang
bagaimana individw-individu memahami kehidupan mereka sehari-hari
dan menata tata kehidupan di tempat mereka hidup. Menurut peneliti
etnometodologi, penelitian bukan hanya sekedar usaha untuk mengamati
hal yang unik, melainkan lebih merupakan sebagai penyelesaian yang
praktis dalam kehidupan. Oleh karena itu, penelitian etnometodologi lebih
tepat: sebarai sata pepdciatan (approach).
InteraksiSimbolik =
Istilah interaksi simbolik sering dikenal dalam penelitian kualitatif
(bisa disebut penelitian interaksi simbolik). Digunakan istilah interaksi
simbolik karena dalam melakukan penelitian kualitatif, peneliti berasumsi
bahwa pengalaman manusia diperoleh dengan perantara interpretasi atau
penafsiran. Objek, orang, situasi, dan kejadian-kejadian tidak akan
memiliki makna sendiri tanpa diberikan pemaknaan terhadap hal-hal itu.
Untuk memberikan pemaknaan terhadap hal-hal tersebut harus
memahami definisi dan proses pendefinisiannya. Pendefinisian terhadap
objek, baru bisa dilakukan setelah dilakukan proses yang dalam melalui
pengamatan partisipatif (participation observation) terhadap simbul-simbul
yang tampak. Dalam membentuk suatu pemaknaan, misalnya tentang diri
pribadi, orang melihat dirinya sebagaimana orang lain yang melihat
dirinya dengan menafsirkan gerak isyarat dan perbuatan (simbol-simbol).
Simbol-simbol itu ditunjukkan dengan menempatkan dirinya ke dalam diri
orang lain. Pemaknaan diri pribadi yang demikian ini merupakan hasil
dari mempersepsi diri sendiri dan kemudian dapat diperkuat bahkan
dikembangkan dengan proses interaksi dengan orang lain. Dengan
demikian, interaksi simbolik akan menghasilkan definisi atau perspektif
bersama tetang sesuatu yang senantiasa dapat disepakati.
Bab 1 Landasan Penelitian 45
Dipindai dengan CamScannerkasus juga bisa dikelompokkan berdasarkan tipe, strategi, dan tujua,
pengungkapannya, Dalam hal ini, Yin (2006) membedakan tiga jenis stud;
kasus, yaitu: (1) studi kasus eksploratoris (Exploratory cnse study), (2) stugj
kasus eksplanatoris (Explanatory case study), dan (3) studi kasus deskripty
(Descriptive case study). Ketiga jenis studi kasus ini ditetapkan oleh Yin
berdasarkan pertanyaan yang harus dijawab, yaitu how dan why (mungkin
juga what), Selanjutnya, ketiga jenis studi kasus ini diuraikan lebih lanju,
pada bagian lain dari bab ini, karena menurut penulis sangat penting
untuk dipahami secara lebih rinci terutama berkaitan dengan strategi
pengumpulan data dan pelaporannya.
Di bagian lain, Yin juga memberikan contoh jenis-jenis studi kasus
dilihat dari jumlah dan variasi kasusnya, Pada pengelompokan ini terdapat
jenis studi kasus tunggal (single case study) dan studi multi kasus (multi case
studies), Begitu juga terdapat jenis studi kasus perbandingan (comparative
case studies). Namun, perlu ditekankan bahwa pembagian ini bukan berarti
bahwa setiap penelitian studi kasus harus memilih secara tegas satu di
antaranya, tetapi lebih dimaksudkan untuk menghindarkan salah
penggunaan dalam praktiknya, Secara lebih spesifik yang sependapat
dengan Yin, dapat juga diungkapkan berbagai jenis studi kasus dilihat dari
substansi bidang ilmu dan masalah yang lazimnya menuntut analisis
kasus. Berbagai bidang lapangan yang biasa dilakukan kajian dengan studi
asus menurut penulis antara lain bidang: (1) kebijakan ilmu politik dan
administrasi umum, (2) psikologi masyarakat dan sosiologi, (3) organisasi
dan manajemen, (4) perencanaan tata kota dan regional, seperti studi
program lingkungan, agen-agen dan layanan umum, (5) jurnalistik, dan (6)
program-program layanan pendidikan. Setara dengan cara pengelompokkannya,
Bogdan dan Biklen (1998) membuat pengelompokan sebagai berikut: (1)
studi kasus kesejarahan organisasi, (2) studi kasus observasi, (3) studi kasus
sejarah hidup, (4) studi kasus kemasyarakatan, (5) studi kasus analisis
situasi, dan (6) studi kasus mikroetnografi.
STUDI KASUS BERDASARKAN STRATEGI PENGUNGKAPAN
DAN TUJUAN PELAPORANNYA
Sependapat dengan Yin (2006), di atas telah disebutkan bahwa
berdasarkan strategi pengungkapan dan tujuan pelaporan kasusnya, dapat
dibedakan tiga rancangan penelitian studi kasus, yaitu: (1) studi kasus
eksploratoris (Exploratory case. stuly), (2) studi kasus eksplanatoris
(Explanatory case study), dan (3) studi kasus deskript (Descriptive case study).
58 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan
Dipindai dengan CamScannerSetiap jenis rancangan studi kasus ini dapat digunakan secara
sendiri untuk satu tujuan penelitian, Misalnya rancangan studi,
eksploratoris, sengaja dipilih peneliti sebagai strategi untuk m«
dan melaporkan hasil studi kasusnya. Begitu juga kedua jenis r
yang lainnya, yaitu eksplanatoris dan deskriptif. Nanun demiki
jenis studi kasus tersebut dapat juga digunakan secara bersama-
dalam satu penelitian. Untuk lebih memahami perbedaan ketiga jenis studi
asus tersebut, berikut diuraikan masing-masing jenisnya.
1. Studi Kasus Eksploratoris (Exploratory Case Studies)
Studi kasus eksploratoris umumnya digunakan sebagai pengantar
penelitian atau penelitian pendahuluan (pilot study). Sebagai contoh peneliti
akan merencanakan penelitian yang lebih luas untuk memecahkan
masalah-masalah dalam ilmu sosial kemasyarakatan. Jika pertanyaan
penelitian lebih banyak mengarah pada pertanyaan “apa” (what), berarti
merupakan pertanyaan eksploratoris. Pertanyaan ini lebih banyak
digunakan untuk memberikan rasional guna melaksanakan studi
eksploratoris dalam rangka pengembangan studi berikutnya. Ketika
mengadakan studi kasus eksploratoris, kerja lapangan dan pengumpulan
data mungkin dapat dilakukan sebelum menentukan pertanyaan
penelitian. Tipe studi kasus ini dapat dilihat sebagai pembuka dalam
eseluruhan studinya. Jika penelitiannya merupakan kesatuan yang besar
lingkupnya, misalnya studi pada ilmu-ilmu sosial yang umumnya
merupakan kesatuan yang kompleks, sehingga membutuhkan penjelasan
yang banyak, komprehensif dan menyeluruh, maka studi kasus
eksploratoris dapat dipilih sebagai studi awal.
Dalam praktiknya, studi kasus eksploratoris umumnya dilakukan
sebagai studi pendahuluan untuk melakukan penelitian berikutnya,
misalnya penelitian pengembangan. Merujuk Borg dan Gall (1992),
Ardhana (2002), dan Sugiyono (2005), penelitian dan pengembangan
(Research and Development—R & D) umumnya dilakukan dengan melibatkan
beberapa metode dalam suatu proyek penelitian. Penelitian R & D
memerlukan waktu yang relatif lama (multi years) karena dilakukan
dengan beberapa tahap. Pada tahap pertama peneliti dapat menggunakan
metode studi kasus eksploratoris untuk mengungkap ‘apa yang terjadi’ di
Japangan sebelum ia mengembangkan produk yang diinginkan. Sebagai
contoh adalah penelitian tentang “Pengembangan Model Pembelajaran
Sains Untuk Siswa Taman Kanak-Kanak dengan Pendekatan Bermain
Bab 2 StudiKasus 59
Dipindai dengan CamScannerSambil Belajar” oleh Yulianti (2008). Dalam melakukan penelitian, Yuliang
memerlukan waktu dua tahun. Pada tahun pertama, Yuli melakukan stug;
kasus eksploratoris untuk mengetahui pembelajaran apa yang, terbias,
dilakukan oleh guru, sebelum ia menawarkan alternatif metode yang lebi,
tepat, yaitu dengan mencobakan pendekatan “bermain sambil belajar”.
Dalam praktiknya, tujuan eksploratoris sendiri dapat diterapkay
pada beberapa jenis penelitian, misalnya survei eksploratoris, eksperimen
eksploratoris, dan tentu saja khusus dalam bahasan ini adalah studi kasug
eksploratoris secara tersendiri. Untuk penelitian studi kasus eksploratoris,
‘umummnya peneliti menckankan pertanyaan “apa” (what) yang mengandung
maksud “seberapa banyak”. Pertanyaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui jenis, identifikasi, pengelompokan, dan karaKteristik Jainnya,
Pada studi kasus eksploratoris, peneliti dapat merumuskan proposis{
sebelum melakukan penelitian. Proposisi dibuat dengan berdasar pada
teori yang sudah ada. Setiap proposisi harus memiliki tujuan eksploras|
yang mengarah pada suatu topik bidang yang diteliti. Sebagai contoh,
ketika peneliti memutuskan apakah akan meneliti seseoramg, sekelompok
orang, atau banyak kelompok orang yang ada di masyarakat, maka
proposisi sangat diperlukan untuk membantu dalam mengidentifikasi
informasi atau data apa yang relevan untuk dikumpulkan. Tanpa
proposisi, peneliti bisa mudah tergoda untuk mengumpulkan informasi
yang tidak relevan. jika demikian, maka kerja peneliti tidak akan efektif.
2. Studi Kasus Eksplanatoris (Explanatory Case Studies)
Rancangan studi kasus eksplanatoris digunakan jika peneliti
menghadapi studi kasus tunggal, sementara ia tidak semata-mata ingin
mencapai tujuan eksploratoris, tetapi juga menganalisis penjelasan-
penjelasan tandingan dalam rangkaian peristiwa yang sama, sehingga
memungkinkan untuk bisa diterapkan pada situasi-situasi yang lain. Pada
jenis penelitian lain, misalnya eksperimen, tujuan eksplanatoris ingin
menghasilkan kajian-kajian tentang sebab-akibat (causalitas). Gejala-gejala
‘yang dipelajari dipandang sangat kompleks dan di dalamnya mengandung
kasus-kasus yang multivariat yang saling berpengaruh. Dalam rancangan
penelitian, Yin menyarankan agar peneliti menggunakan teknik “pattern-
matching’; yaitu situasi di mana dalam suatu teori, di dalamnya terdapat
beberapa proposisi yang memerlukan sejumlah informasi dari kasus yang
sama,
60 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan
a
Dipindai dengan CamScannermerah” bidang kajian, mulai dari studi pendahuluan, menemukan/
menetapkan masalah, judul, pokok bahasan, sub pokok bahasan, dan sub-
sub pokok bahasan yang lebih spesifik
Berikut diberikan contoh isi peneltian kualitatif yang telah
dilakukan oleh mahasiswa pada program studi doktor ($3), magistr (52),
dan sarjana ($1) Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Malang
dengan mengikuti payung penelitian yang “dimodelkan” oleh penulis
(Ulfatin, 2012).
Tabel 6.1 Payung Penelitian dan Contoh Judul Penelitian Kualitatif oleh
Mahasiswa Prodi Manajemen Pendidikan S1 sd. $3 Universitas
Negeri Malang
Bidang Sub Bidang Mahasiswa
Kajian! Kajian/Sub Contoh Judul Penelitian (enelit) pd
Pokok | Pokok Bahasan Kualitatif Jenjang
Bahasan. Studi
‘Manajemen| ‘Manajemen kedisiplinan siswa$D | Taufiq ($3)
pesertadidik | (Studi multikasus pada sekolah
yang menerapkan modul system
half-day schoo, full-day schoo, dan
boarding school )
Pengembangan organisasisiswa | Rusziati Abfa
intra sekolah (OSIS) pada (2)
madrasah aliyah negeri (Studi
kasus pada MAN 1 dan MAN3
Malang)
Manajemen bimbingan karir Cipto
Substansi altematif Diklat keterampilan Wardoyo (S2)
‘Manajemen akuntansi dasar mahasiswa
Mendidikan jurusan Pendidikan Akuntansi
diSekolah — | Manajemen ‘Peningkatan profesionalisme Djoko
sumberdaya | guruSDmelalui melalui kegiatan | Adriono $3)
‘manusia kelompok kerja guru
Strategi kepala sekolah dalam | Supriyadi
pemberdayaan guru di SMP (2)
‘Negeri 1 dan SMP Bustanul
‘Makmur Genteng Banyuwangi
Prakondisi implementasi Acep
kebijakan peningkatan Supriadi ($3)
Kompetensi guru
‘Manajemen ‘Manajemen kurikulum dalam | Ely
Bab 6 Proposal dan Rancangan Penelitian Kualitatif 129
Dipindai dengan CamScannerTeurikulum dan | mengembangkan sekolah alam | Susilowati
_ pembelajaran | bilingual 2) _
‘Manajemen pendidikan Prihartanti
mmultikultural (studi multikasus di | Agatha (52)
SDK Eksperimen Mangunan
Yogyakarta dan SDK Indrasana
Malang
Manajemen pembelaaran sekolah | Aini Firdaus
unggulan (32)
Implementasi pengembangan | Mukh. fyasin
keurikulum dan pembelajaran | ($3)
sekolag dasar Islam terpadu
(studi multisitus pada tiga sekolah
di propinsi Beruaetam
Manajemen Peran komite sekolah dalam Nila
hhubungan penyusunan dan pelaksanaan | Riananingsih
sekolah dengan | RAPBS di sekolah standar 1)
masyarakat nasional
Manajemen Humas pada sekolah | Anrdeas
inklusi (Studi multikasus pada | Wato (2)
SMPN118 dan SMPK Bhakti
Kepemimpinan | Keterampilan mangjerial kepala | Mustaram
Kepala sekolah | sekolah dalam mengelola RSBI__| ($2)
Kepemimpinan spiritual kyai MEndri
pada pendidikan di pesantren Julianto (S3)
mahasiswa
Kepemimpinan kepala sekolah | Misbakhul
dalam meningkatkan prestasi Arifin (82)
sekolah
Kepemimpinan | Upaya kepemimpinan ‘Athik Dla Q.
organisasi transformasional menujusekolah | ($2)
efektif
Kepemimpinan majeliscabang | Isnaedi Rodi
Tamansiswadalam mengelola | ($2)
organisasi dan lembaga sekolah
(Gtudi kasus di Tamansiswa
Malang)
Kepemimpinan visioner dalam | Isnada W.T.
proses perubahan di sckolah 3)
cfektif (studi mult kasus di tiga
sekolah dasar)
Budaya Budaya mutu pada pada sekolah | Ali Afandit
unggulan studi kasus di D Islam _| ($2)
130 Metode Penelitian Kualitati di Bidang Pendidikan
Dipindai dengan CamScannersabililah malang
Perilaku | Tkim Iklim sekolah dalam
onganisasi ‘meningkatkan motivasi belajar
siswa Studi kasus)
Kebijakan Pola pembuatan kebijakan (Studi | JF. Senduk
multi kasus di tiga Dinas (83)
Pendidikan di Sulawest Utara)
Implementasi sistem manajemen | Astu Widodo
mutu ISO 9001:2000 pada 2)
pendidikan dan pelatihan di
PPPTK/VEDC Malang
Supervisi ‘Supervisi pengajaran berwawasan | Natsir
Pengajaran spiritual di sekolah dasar BKotten ($3)
Supervisi Pembinaan profesionalisme guru | Syaifuddin
Pembinaan Guru | berbasis keagamaan (2)
Pembinaan profesional guruSD | Bambang
melalui gugus sekolah di Gugus 1 | Suhamo (2)
Purworejo Pasuruan
Setelah mahasiswa calon peneliti atau peneliti mengetahui secara
jelas pokok bahasan, sub pokok bahasan, dan sub-sub pokok bahasannya
yang lebih spesifik, ia harus merumuskan masalah penelitiannya. Dalam
penelitian kualitatif, ramusan masalah penelitian disebut dengan fokus
perelitian. Semua masalah atau fokus penelitian itu kemudian disatukan
dalam bentuk judul penelitian, Bagaimana merumuskan masalah atau
fokus penelitian dan judul dapat dicermati pada uraian berikut.
Masalah (Fokus), Judul dan Konteks Penelitian
Masalah atau dalam penelitian kualitatif disebut fokus penelitian,
merupakan roh dari suatu proses penelitian, Tidak akan ada proses
perelitian tanpa didahului dengan adanya masalah atau fokus penelitian.
Dengan kata lain, pada hakikainya suatu kegiatan penelitian dilakukan
untuk menjawab dan memecahkan masalah penelitian. Oleh karena itu,
langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang peneliti atau calon
peneliti adalah merumuskan atau menentukan masalah atau fokus
penelitian.
Dalam kesempatan perkuliahan, sering ditanyakan oleh mahasiswa
kepada penulis, mana yang lebih dahuhi harus dilakukan oleh seorang
peneliti atau calon peneliti, apakah mencari/merumuskan masalah
perelitian ataukah mencari/ merumuskan judul penelitian. Jawaban atas
Bab 6 Proposal dan Rancangan Penelitian Kualitatif 131
Dipindai dengan CamScannerpertanyaan tersebut, tentu tidak bisa dinyatakan secara tegas untuk
memilih salah satu di antara keduanya. Bagi mahasiswa atau penelit)
tertentu, mungkin munculnya gagasan atau ide penelitian bisa dimulai dari
masalah penelitian, telapi bagi mahasiswa alau peneliti yang lain, masalah
penelitian bisa ditemukan setelah ditunjulkkan judul atau pokok bahasan
yang akan dikaji melalui penelitian. Yang perlu ditegaskan (utamanya bagi
mahasiswa calon peneliti) adalah bahwa inti dari suatu kegiatan penelitian
adalah masalah atau fokus penelitian dan bukan judul penelitian. Narnun,
untuk mempresentasikan masalah atau fokus penelitian yang mudah dan
cepat dipahami oleh orang lain atau pembaca harus dinyatakan dalam
Dentuk judul penelitian.
Judul penelitian kualitatif, umumnya ditulis dalam bentuk frase
yang menggambarkan adanya suatu proses dari fokus yang diteliti, subyek
penelitian, dan kaitan konteks antar keduanya. Sejumlah peneliti ada yang
‘memperjelas judul penelitiannya dengan menunjukkan secara eksplisit
metode dan lokasi penelitiannya. Namun, peneliti lain ada yang tidak
menuliskan metode dan Jokasi penelitian pada judul penelitian. Jika
demikian, maka untuk mengetahui metode dan lokasi penelitian, pembaca
harus melihat pada isi naskah proposal atau laporan penelitian yang
biasanya ditulis pada bab atau bagian metode penelitian. Lihat contoh
judul pada Tabel 6.1, penelitian yang dilakukan dan ditulis oleh sejumlah
mahasiswa. Misalnya penelitian Taufiq (mahasiswa program doktor) yang
memberi judul penelitiannya “Manajemen kedisiplinan siswa SD (Studi
multikasus pada sekolah yang menerapkan modul system half-day school,
full-day school, dan boarding school)". Pada judul ini, peneliti secara eksplisit
menuliskan metode yang digunakan sebagai “anak” judul, yaitu
multikasus dengan tiga kasus yang diteliti. Sedangkan lokasi penelitian,
peneliti hanya memberi penanda di sekolah dasar tanpa menunjuk
lokasinya. Berbeda dengan penelitian yang dikerjakan dan ditulis oleh
Rusziati Abfa (mahasiswa program magister) dengan judul “Pengembangan
Boe aN soot (OSIS) pada madrasah aliyah negeri (Studi
{a0 ada MAN 1 dan MAN 3 Malang’. Paa jad in tampak js
Hee Yang diteliti adalah suatu proses pengembangan, metodenya
Gisebutkan studi Kasus (multi kasus yang jamlahnya dt lokasinya
juga dsebutkan secara elas yaitu di MAR en oan ee
Jelas yaitu di MAN 1 d; da
sekali dengan peneiian yar dike, jan MAN 3 Malang, Berbeda
(mahasiswa program doktor) ae dan ditals oleh Acep Supriyed
kebijakan peningkatan ompelensi py judul ‘Prakondisi implementast
* Buu”, Pada judul ini tidak disebutkan
132 Metode Pe
Dipindai dengan CamScannermetode dan lokasinya, namun pembaca dapat menduga bahwa penelitian
ini tergolong penelitian kualitatif dari penanda fokusnya yang secara
impplisit menunjukkan suatu proses, yaitu kata “prakondisi implementasi”.
Berdasarkan contoh-contoh judul penelitian tersebut, dapat dikatakan
bahwa dari judul dapat terbaca dengan cepat gambaran masalah atau
fokus penelitian, dan dugaan metode dan lokasi penelitiannya.
Sebaliknya, jika peneliti belum bisa menentukan judul
tetapi ia bisa mengungkapkan konteks dan permasalahan serta
diminati, maka ia akan bisa dengan cepat membuat judulny
penelitian kualitatif, wujud konkrit masalah atau fokus penelitian adal
adanya kesenjangan (gap) antara harapan dan kenyataan, baik dalam
Konteks teoretik, kebjakan, maupun empirik. Beberapa ali penelitian
mempertegas bahwa masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari
hhubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang
dilematis atau membingungkan. Tingkat kepekaan peneliti dalam
menangkap adanya kesenjangan merupakan pemandu utama ke arah
berpikir pencarian uji prioritas yang terkait dengan hal-hal sebagai berikut:
(1) mengapa masalah itu penting dan mendesak untuk diselesaikan melalui
penelitian, (2) bagaimana identifikasi masalah yang akan dikaji, (3)
bagaimana merumuskan masalah yang akan dikaji, (4) bagaimana
alternatif mekanisme pemecahan yang dapat dilakukan berdasarkan
sumberdaya yang ada, dan (6) seberapa jauh mangaat hasil pemecahan
masalah yang akan dikaji.
Aspirasi yang dapat menuntun ke arah kepekaaan peneliti
menangkap adanya masalah atau fokus penelitian, bisa bersumber dari
pengalaman empirik yang dialami atau diamati oleh peneliti atau calon
ppeneliti di sekitar kehidupan sehari-hari, dan dapat pula berasal dari
pemahaman teoretik setelah ia membaca berbagai teferensi/bacaan. Kedua
sumber ini dapat menjadi lahan masalah yang sangat banyak atau tak
terbatas dan potensial untuk memberikan sumbangan yang sangat besar
pada pemecahan masalah tertentu, baik secara praktis maupun teoritis.
Seorang peneliti atau calon peneliti harus cukup memiliki kepekaan untuk
dapat mengidentifikasi aspek-aspek kehidupan sosial dan peristiwa alam
yang memiliki potensi untuk melahirkan masalah penelitian, Dari berbagai
kemungkinan yang muncul, seorang peneliti atau calon peneliti harus
mampu memilih masalah penelitian yang memiliki bobot atau nilai yang
tinggi. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, penanda terpenting dari
masalah penelitian adalah adanya ‘keresahan’ atau ‘kebingungan’ yang
Bab 6 Proposal dan Rancangan Penelitian Kualitatif 133
Dipindai dengan CamScannermungkin timbul sebagai akibat belum terjawabnya suatu masalah
penelitian. Keresahan atau kebingungan yang dimaksud di sini umumnya
berupa dorongan rasa ingin tahu yang kuat (curiousity) dalam diri peneliti
atau calon peneliti
Sumber Masalah dan Konteksnya
Sebagaimana disebutkan di atas, ada dua sumber yang dapat
memunculkan masalah atau fokus penelitian, yaitu pengalaman empirik
dalam kehidupan sehati-hari dan pemahaman teoritik setelah membaca
banyak referensi/bacaan. Seorang, peneliti atau calon peneliti diajurkan
‘untuk mengarahkan perhatiannya dan menggunakan segala kemampuannya
‘untuk mengidentiikasi masalah yang mungkin timbul dari fenomena alam
semesta dan terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi, banyak yang
menyadari bahwa mengangkat permasalahan langsung dari pengalaman
empirik itu bukanlah suatu yang mudah. Mungkin hanya para pengamat
yang berwawasan luas, para ahli, dan para praktisi yang terlatih yang
mampu mengidentifikasi kesenjangan-kesenjangan yang ada dan
mengangkatnya menjadi masalah penelitian. Kekurangmampuan peneliti
dalam hal ini dapat dilihat dari masalah penelitian yang tampak masih
dangkal, parsial, dan kurang penting (kurang signifikan) untuk diteliti.
Misalnya, seorang peneliti yang berangkat dari permasalahan bahwa ia
mengetahui banyak siswa yang tidak nyaman belajar Karena tidak
memiliki fasilitas belajar. Kemudian, ia ingin meneliti untuk mengetahui
perbedaan kenyamanan belajar siswa yang fasilitasnya lengkap dengan
siswa yang tidak memiliki fasilitas. Permasalahan siswa yang tidak
memiliki fasilitas, dianggap kurang penting untuk diteliti jika
penelitiannya dilakukan dengan membandingkan antara siswa yang
memiliki fasilitas dengan siswa yang tidak memiliki fasilitas. Hal ini
dianggap kurang penting diteliti karena tanpa penelitianpun orang bisa
mengatakan bahwa siswa yang memiliki fasilitas tentu lebih nyaman
belajarnya dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki fasilitas.
Menyadari sulitnya menemukan dan mengangkat masalah
penelitian dari pengalaman empirik tersebut, maka banyak peneliti atau
calon peneliti memilih cara lain atau cara yang kedua untuk menemukan
masalah atau fokus penelitian, Cara tersebut adalah membaca berbagai
bacaan/referensi sekunder atau kepustakaan. Sudah barang tentu, nilai
berbagai jenis bahan pustaka sebagai rujukan untuk menemukan masalah
penelitian tidak sama, Salah satu tolok ukur untuk menilai bahan pustaka
134 Metode Pens ka
Dipindai dengan CamScannersebagai sumber munculnya masalah adalah “keaktualan” atau “kekinian”
isi dari sumber pustaka tersebut. Gradasi nilai bahan-bahan pustaka yang
memungkinkan untuk dijadikan sumber munculnya masalah penelitian
dapat ditunjukkan sebagai berikut:
1, Laporan penelitian terdahulu (termasuk di dalamnya skripsi,
disertasi)
Artikel dalam jumal atau majalah ilmiah
Buku teks dan resensi atau tinjauan buku
Hasil diskusi atau pendapat para ahli di bidang yang terkait
Hasil diskusi atau pendapat para praktisi atau ‘pemakai’ hasil
penelitian
Hasil diskusi dengan teman sejawat
7. Media lain dalam arti luas.
grey
cS
Satu bagian dari bahan pustaka, terutama yang berupa tesis atau
disertasi, artikel jurnal ilmiah, laporan penelitian dan atau buku-buku teks
yang sering dijadikan sumber munculnya masalah adalah ‘subbagian
rekomendasi’. Pada umumnya pada bagian akhir dari sumber-sumber
bacaan pustaka tersebut dilengkapi dengan subbagian rekomendasi atau
saran-saran. Salah satu rekomendasi itu umumnya ditujukan kepada para
peneliti lain atau peneliti berikutnya yang ingin mengkaji permasalahan
yang sejenis, Seorang peneliti pada bidang yang sama dapat
mengembangkan masalah penelitian yang bersumber dari masalah yang,
sudah diteliti oleh peneliti lain atau peneliti terdahulu dan dilaporkan
dalam sumber-sumber pustaka tersebut dengan memperhatikan
rekomendasi yang diajukan oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian,
suatu penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berikutnya tidak akan
terjadi tumpang tindih, apalagi sampai menjiplak atau sama persis dengan
penelitian yang terdahulu.
Penggunaan sumber bahan pustaka sebagai rujukan untuk
memunculkan masalah dapat dicontohkan sebagai berikut. Misalnya,
seorang calon peneliti (mahasiswa) akan melakukan penelitian berangkat
dari rekomendasi hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan dan ditulis
oleh peneliti lain. Misalnya ia berangkat dari disertasi yang dibacanya
dengan judul “Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Melalui
Kegiatan Kelompok Kerja Guru: Studi Multikasus pada Tiga Gugus
Sekolah Dasar di Kota Malang” (Adriono, 2011). Dalam salah satu
tekomendasinya dituliskan bahwa peneliti lain dapat melakukan penelitian
Bab 6 Proposal dan Rancangan Penelitian Kualitatif 135
Dipindai dengan CamScannerTahap Pelaksanaan
Jenis dan Sumber Data
Dalam suatu peristiwa, seseorang yang sedang berjalan-j
jam-jam sekolah, kemudian menemukan seorang anak yang menghampiri
dirinya untuk meminta-minta uang, Bila seseorang yang sedang berjalan-
jalan itu adalah pendidik, maka peristiva itu akan dicatat sebagai data
yang penting dan bermalna. Tentu tidak demikian halnya jika seseorang,
yang sedang berjalan-jalan itu adalah seorang arkeolog. Apa yang dicatat
oleh pendidik itu bagi arkeolog tidak memiliki nilai atau bahkan
dianggapnya hanya sebagai sampah. Begitulah yang dilakukan oleh
peneliti terhadap nilai data yang ditemukan saat proses penelitian. Dengan
demikian sebuah peristiwa sederhana bisa menjadi data bila dilihat dari
sebuah sudut pandang—yaitu sudut pandang seorang peneliti. Istilah data
‘merujuk pada bahan mentah yang dikumpulkan peneliti dari bidang yang
diteliti.
Secara umum data adalah segala fakta dan angka yang dapat
dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Sedangkan informasi
adalah hasil olahan data yang dipakai untuk suatu keperluan. Data yang
dapat diungkap dalam penelitian umumnya dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu fakta, pendapat, dan kemampuan. Untuk melihat pendapat biasanya
peneliti menggunakan angket, sedangkan untuk melihat kemampuan,
seringkali peneliti menggunakan tes. Kedua jenis data yang terakhir ini
umumnya digunakan dalam penelitian kuantitatif yang dituangkan dalam
bentuk angka-angka dan kemudian dianalisis dengan alat statistik
Sebaliknya, penelitian kualitatif umumnya menyandarkan diri pada data
kualitatif tentang fakta berupa kata-kata, tindakan dan gambar, dan bukan
data dalam bentuk angka-angka (nonnumerical data).
Data dalam penelitian diperoleh dari subyek yang disebut sumber
data, Dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan teknik angket dalam
pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden. Responden
adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
disediakan peneliti di dalam angket. Sedangkan dalam penelitian kualitatif,
yang pengumpulan datanya banyak menggunakan teknik wawancara,
maka sumber datanya disebut informan. Informan adalah orang yang
memberikan informasi terkait dengan fokus penelitian (—bisa berupa
pertanyaan-pertanyaan dari peneliti).
Apabila peneliti menggunakan teknik observasi atau pengamatan,
maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak, atau proses sesuatu.
Bab 7 Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif 179
Dipindai dengan CamScanner‘aaa dan Tindakan Orang)
alam penelitian kualitatif, jenis data utamanya adalah kata-kata
dan tindakan. Kata-kata dan tindakan orang didapat peneliti melalui
‘wawancara atau pengamatan (dengan kegiatan bertanya, mendengar, dan
melihat). Sebagaimana dikemukakan di atas, orang yang memberikan data
atau informasi dalam penelitian kualitatif, baik dengan cara wawancara
maupun pengamatan disebut informan. Menurut Guba dan Lincoln
(dalam Ulfatin, 2001), yang dijadikan informan dalam penelitian kualitatif
hendaknya seseorang yang memiliki pengetahuan khusus atau informasi,
atau dekat dengan situasi yang menjadi fokus penelitian.
Dilihat dari banyak dan sedikitnya informasi, penting dan tidaknya
informasi, serta relevan dan tidaknya informasi yang diberikan kepada
peneliti terkait dengan fokus penelitian, informan dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu informan kunci dan informan tidak kunci. Informan
kunci adalah orang yang paling tahu dan paling banyak mengetahui
tentang fokus yang dimaksudkan oleh peneliti. Penetapan informan kunci
biasanya menunjuk pada orang yang diasumsikan memiliki banyak
informasi tentang situasi yang terjadi terkait dengan fokus penelitian.
Karena asumsi itulah, informan kunci biasanya banyak diwawancarai, dan
sebagai konsekuensinya ia banyak memberikan informasi. Sedangkan
informan tidak kunci atau informan pendukung/tambahan adalah orang
yang memberikan informasi tambahan kepada peneliti karena dirinya
dianggap mengetahui tentang informasi yang diperlukan, sehingga ia
dirujuk/ditunjuk baik oleh informan kunci maupun informan pendukung
lainnya untuk memberikan keterangan atau informasi. Penunjukkan
informan pendukung karena ia diasumsikan mengetahui peristiwa dan
bisa memberikan informasi tambahan terkait dengan fokus penelitian.
Dalam praktik penelitian kualitatif, biasanya peneliti mengawali
wawancaranya dengan informan kunci (sebagai informan pertama). Begitu
informan kunci pertama diwawancarai secukupnya, ia diminta untuk
menunjukkan satu atau lebih sumber lain yang dianggapnya memiliki
informasi yang dianggap relevan dan memadai, sehingga dapat dijadikan
sebagai informan berikutnya. Dari informan kedua yang ditunjuk oleh
informan pertama, kemudian ia diminta untuk menyebutkan sumber lain
yang dapat dijadikan informan berikutnya lagi. Demikian seterusnya,
sampai peneliti menemukan sumber lain yang informasinya dianggap jauh
relevansinya dengan fokus penelitian, atau informasi yang diberikan oleh
informan berikutnya selalu sama dengan informasi pertama. Dengan cara
Bab 7 Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif 181
Dipindai dengan CamScannerinilah, informasi yang diperoleh peneliti semakin besar dengan melibatkan
beberapa orang yang menurut Bogdan dan Biklen (1998) diibaratkan
seperti bola salju (snowball sampling),
2. Dokumen ™
Sumber dokumen pada era informasi sekarang ini sudah lazim ada
dalam kehidupan masyarakat dan bisa menjadi sumber data pada
penelitian kualitatif, khususnya studi kasus (kecuali untuk penelitian
tentang masyarakat yang belum mengenal baca-tulis). Merriam (1998)
mengartikan dokumen sebagai alat-alat simbolik dalam bentuk tertulis,
tanda-tanda, dan non-simbolik seperti petunjuk dan perkakas lainnya.
Dilihat dari jenisnya, dokumen dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
catatan umum, dokumen pribadi, dan meterial fisik. Dilihat dari sifatnya,
dokumen dapat dikelompokkan dengan cara pengelompokkan lain, yaitu
dokumen tertulis, dokumen foto dan audio, dan dokumen material lainnya
seperti prasasti dan simbol-simbol.
a. Dokumen Tertulis, Photo dan Video/Audio
Jenisjenis dokumen tetulis sebagai sumber data dapat dibedakan
menjadi dua yaitu dokumen resmi dan dokumen pribadi. Dokumen resmi
adalah dokumen yang secara resmi dihasilkan oleh orang atau sekelompok
orang yang mewakili suatu organisasi atau lembaga masyarakat tertentu.
Dokumen resmi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu dokumen
tertulis resmi internal dan dokumen tertulis resmi eksternal.
Dokumen tertulis resmi internal adalah dokumen yang ditulis secara
resmi dan diperuntukkan bagi kalangan di dalam organisasi sendiri. Yang,
termasuk dokumen tertulis resmi internal antara lain: surat, memorandum,
pengumuman, agenda dan notulen rapat, proposal dan laporan kegiatan,
dokumen administratif, penilaian dan evaluasi kegiatan, peraturan disiplin,
dan sebagainya.
Dokumen tertulis resmi eksternal adalah dokumen yang ditulis
secara resmi dan diperuntukkan bagi kalangan atau masyarakat umum.
Yang termasuk dokumen tertulis resmi eksternal antara lain: buku,
majalah/buletin, berita atau artikel yang muncul di media massa, dan
sebagainya. Dokumen-dokumen tertulis yang dihasilkan oleh individu
atau tim yang mewakili organisasi untuk pengembangan profesional
seperti dokumen tes dan pengukuran, program pelatihan, dan laporan
Dipindai dengan CamScannerkegiatan juga termasuk dokumen resmi yang penggunaannya ditujukan
untuk kepentingan internal dan eksternal.
Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara
tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya, Merriam
(1998) mencatat bahwa termasuk dokumen pribadi adalah data yang
terkait dengan sikap, kepercayaan, dan pandangan pribadi terhadap
berbagai hal di dunia. Maksud mengumpulkan dokumen pribadi
umumnya untuk merekam keadian nyata tentang, pikiran, situasi sosial
dan berbgai faktor di sekitar subjek. Namun, Merriam mengingatkan
karena dokumen pribadi umumnya mengandung subjektivitas yang
sangat tinggi, maka penggunaannya dalam penelitian harus sangat hati-
hati. Data yang termasuk dokumen tertulis pribadi antara lain surat
pribadi, riwayat hidup, buku harian, lagu-lagu yang diciptakan, agenda
kegiatan, dan catatan-catatan pribadi lainnya, Semua dokumen tertulis
tersebut umumnya dalam bentuk print-out (tertulis dan tersimpan di atas
kertas).
Dalam perkembangan teknologi akhir-akhir ini, untuk kepentingan
efisiensi, semua dokumen yang seharusnya tertulis sebagaimana tersebut
di atas bisa jadi tersimpan dalam bentuk file di hard disk komputer atau flash
disk. Untuk mendapatkan data yang tersimpan dalam file, peneliti
membacanya dengan alat bantu komputer atau dengan mencetak (print-
out) sehingga menjadi bentuk sumber tertulis di atas kertas.
Jenis Jain dari dokumen tertulis adalah bersumber dari rekaman
arsip, baik yang ditulis secara resmi maupun secara pribadi. Rekaman arsip
resmi atau catatan untuk umum ini antara lain: dokumen pemerintahan
seperti rekaman data-based, rekaman keorganisasian seperti struktur
organisasi, jabaran tugas, peta geografis, data sensus, media masa, dan
laindain. Begitu juga dokumen untuk arsip pribadi antara lain: kartu
penduduk, surat kelahiran, surat pernikahan/penceraian, dan berbagai
jenis data diri lainnya.
Dokumen arsip tertulis sebagai sumber data akan bervariasi
penggunaan dan manfaatnya dalam suatu penelitian yang menggunakan
metode studi kasus, Pada penelitian tertentu, rekapan arsip sangat penting
sebagai sumber data, tetapi pada penelitian lain mungkin sangat kecil
relevansinya. Suatu sumber rekaman arsip atau dokumen tertulis bisa
menggambarkan dan mengintegrasikan informasi untuk bukti kuantitatif
dan kualitatif. Untuk itu peneliti harus berhati-hati dalam menggunakannya,
Bab 7 Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif 183
Dipindai dengan CamScannersehingga arsip atau dokumen yang bersangkutan dapat diinterpretasikan
secara tepat dalam penelitian,
Dokumen-dokumen tertulis sebagaimana diuraikan di atas, selain
direkam atau disimpan dalam bentuk tertulis, sebagian juga bisa
diwajudkan dalam bentuk rekaman photo dan audio. Sajian rekaman
photo tersebut bisa ditampilkan tersendiri dan bisa secara terintegrasi ke
dalam berbagai macam dokumen secara tertulis di atas. Yang termasuk
dokumen photo dan audio ini antara lain: photo albums, home videos, cassette
audios, dan hasil-hasil karya photograph lainnya.
b. Dokusmen Perangkat Fisik \
Jenis dokumen lain yang bisa digunakan sebagai data atau sumber
data dalam penelitian kualitatif adalah perangkat fisik. Dokumen
perangkat fisik adalah peralatan atau benda-benda hasil buatan manusia
atau teknologi (artifacts) seperti arca, alat perang (senjata), alat-alat
pemmainan, alat penunjuk (misalnya Komputer perpustakaan), dan
perangkat fisik lainnya. Perangkat fisik (termasuk perangkat bekas)
merupakan sumber yang sangat tepat untuk melacak jejak suatu informasi.
Rathje pada tahun 1979 (dalam Merriam, 1998) telah banyak
memberikan contoh penggunaan perangkat fisik dalam penelitiannya yang
terkait dengan tindakan manusia dalam perubahan lingkungan. Dalam
penelitian Ratje tersebut, dicontohkan bahwa moseum yang memajang
benda dalam bentuk perangkat “pakaian basah bekas terkena air mata
tangis” dapat ditelusuri sebagai tanda adanya minat masyarakat terhadap
adanya perubahan lingkungan.
Dokumen memainkan peran yang sangat penting dalam
pengumpulan data penelitian kualitatif, khususnya studi kasus. Oleh
arena itu, penelusuran yang sistematis terhadap dokumen yang relevan
sangat diperlukan dalam rencana pengumpulan data. Penggunaan
dokumen yang paling penting adalah: (1) mendukung dan menambah
bukti dari sumber-sumber lainnya, dan (2) menambah rincian spesiifik
untuk mendukung informasi yang ditemukan dari _sumber-sumber
Jainnya. Umumnya peneliti menggunakan sumber dokumen untuk
memverifikasi data yang berasal dari wawancara. Sebagai contoh ketika
wawancara tersebutlah nama seseorang. Dalam percakapan wawancara
biasa digunakan nama panggilan. Untuk memverifikasi ejaan nama atau
nama lengkap, penelit perlu melihatnya pada data dokumen. Contoh lain
adalah ketika wawancara terungkap bahwa informan ikut terlibat dalam
184 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan
Dipindai dengan CamScanneran surat penugasan kepad:
penyusun re bawahannya,
sean menanyakan bulti fisik arsip surat eal maka _peneliti
tersebul 8 telah disusun
Dokumen dapat menjadi sumber dai
walt ka penelit ingin melakukan iad ee
analysis). Penggunaan data atau informasi dari sumber d ae
ferhatat. Hal ini Karena ada kemungkinan dokumen ae ee
untuk beberapa tujuan, dan sasaran audiens yang khusus, wanna oe
gerubahan dari waktu ke waktu. Misalnya obyek —- rt —
proyek kegiatan yang dibiayai oleh pemerintah. Untuk mendapatkan na
iim obyek yang diteliti membuat proposal. Proposal yang dat eon
kali mengalami perubahan, namun karena pengarsipannya kurang tenth,
ia hanya menyimpan satu proposal saja. Untuk hal yang demikian, maka
peneliti harus melakukan pengecekan dengan sumber data yang, lain.
Peran Peneliti dalam Pengumpulan Data
Dalam setiap Kegiatan penelitian kualitatif, peneliti berkedudukan
sebagai perencana dalam merancang penelitian, pelaksana dalam
pengumpulan data, analis data yang dikumpulkan, dan akhimya pelapor
apa yang diketahuinya terkait hasil penelitian. Dengan kata Jain, peneliti
berperan segalanya dalam keseluruhan proses penelitian. Dari keseluruhan
itu, peran yang sangat penting (yang tidak dimiliki dalam penelitian
‘cuantitatif) adalah perannya sebagai instrumen ata alat pengumpul data.
Jika dalam penelitian uantitatif instrumen atau alat pengumpul data itu
bisa digantikan dengan tes atau angket yang bisa diwakilkan oleh petuge®
pengumpul data, tidak demikian halnya dengan penelitian kualitatif.
Bahkan peran peneliti dalam pengumpulan data ini disebut sebagai
instrumen kunci (key instrument).
Keuntungan peneliti sebagai instrumen kunci dikarenakan sifainya
yang secara Jangsung dapat meny' diri untuk merespon interaksi
yang terjadi pada iri subyek. Menurut Guba dan Lincoln (1981), dalam
kaitan ini peneliti dapat mem] keutuhan, mengembangkan
roses informasi dengan Seger (mengklarifikasi
anfaatkan Kesepatan untuk menyelidiki
ikhas, Berikut disajikan aktivitas peneliti
ketika berperan sebagai instrumen kunci.
.gumpulan Data Penelitian Kualitati 185
Bab 7 Pens
Dipindai dengan CamScanner1. Peneliti Sebagai Instrumen
a. Merespon
Merespon, baik terhadap pribadi maupun lingkungan pada
prinsipnya merupakan naluri manusia dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Manusia diberi sifat interaktif dengan orang dan
lingkungannya. Dengan sifat itu, peneliti merespon terhadap kata,
tindakan, bahkan tanda-tanda yang diberikan oleh orang lain. Termasuk
juga respon-respon aneh yang diberikan oleh informan. Peneliti melakukan
respon atau respon ulang dari respon yang diberikan oleh informan,
karena dirinya menyadari perlunya merasakan dimensi konteks dan
berusaha agar dimensi ita menjadi lebih eksplisit. Ia tidak mengontrol
konteks, tetapi justru menjaga agar konteks bisa terjaga secara alamiah.
uaikan Dirt
Naluri orang untuk bisa menyesuaikan diri dengan orang dan
lingkungannya dimanfaatkan oleh peneliti Kualitatif sebagai instramen
kunci. Dalam pengumpulan data, penyesuaian diri ini diperlukan untuk
mendapatkan data secara utuh melalui perannya yang ganda. Misalnya
sambil melakukan wawancara, peneliti dapat melihat secara langsung
suasana tempat/lokasi, dan saat itu juga ia dapat merekam informasi yang,
didapat, baik dari wawancara maupun pengamatannya. Jika informasi.
yang ditanglap salah, maka peneliti bisa langsung menanyakannya.
Men)
Manusia Hs nsramen, ia menyadari bahwa dengan imajinasi
dan kreativitasnya ia memandang segala sesuatu harus utuh. Seperti
halnya dirinya yang memiliki suatu kehidupan yang utuh, ia menyadari
bahwa pada diri subyek juga ada kehidupan yang utuh dan saling
berkesinambungan, Untuk merasakan adanya keutuhan itu, peneliti perlu
mempelajari Konteks, mengamati beberapa tingkatan data sekaligus, dan
membenamkan dirinya secara utuh dalam keseluruhan kehidupan subyek
yang diteliti.
4. Secepatnya
lain dari manusia sebagai instrumen kunci dalam
pengumpulan data adalah kemampuan untuk memproses data secepatnya
setelah data diperoleh. Pada waktu mengumpulkan data, segera setelah itu
peneliti dapat sekaligus melakukan analisis data, bahkan menghasilkan
186 Metode Penelitian Kualitatifdi Bidang Pendidikan
Dipindai dengan CamScannerhipotesis kerja, dan sekaligus menguji langsung hipotesis kerja yang
ditemukan itu. Berdasarkan data yang diberikan, peneliti langsung dapat
memutuskan apakah data sudah dianggap cukup atau perlu menambahnya
dengan melakukan pengamatan dan wawancara yang lebih mendalam.
e. Mengandalkan Perluasan Pengetahuan
Dalam hal tertentu, manusia sebagai instrumen kunci memiliki
kemampuan untuk memperluas dan meningkatkan pengetahuan
berdasarkan pengalaman praktisnya. Bagi peneliti yang sudah terlatih,
misalnya mengumpulkan data dengan menggunakan beberapa metode, ia
dapat menggunakan bekal latihannya sebagai modal untuk masuk sampai
pada situasi dalam mewujudkan keinginan-keinginan yang melebihi
pengetahuan yang ada pada dirinya.
Peneliti sebagai instrurnen penelitian ini memiliki konsekuensi
psikologis bagi peneliti untuk memasuki latar yang memiliki norma,
aturan, dan budaya yang harus dipelajari dan dipahami oleh peneliti.
Interaksi antara peneliti dengan subjek penelitian memiliki peluang
timbulnya konflik kepentingan yang tidak diharapkan sebelumnya. Untuk
menghindari munculnya efek yang kurang dikehendaki selama penelitian,
maka disusunlah prinsip-prinsip etik penelitian sebagaimana yang telah
dipraktekkan oleh para peneliti dalam penelitian kualitatif.
Prinsip-prinsip etik penelitian tersebut antara lain (1) memperhatikan,
menghargai, dan menjunjung tinggi hak azasi informan; (2)
mengkomunikasikan maksud penelitian kepada informan; (3) tidak
melanggar kebebasan dan tetap menjaga rahasia pribadi informan; (4)
tidak mengeksploitasi informan; (5). memperhatikan dan menghargai
pandangan informan; (6) menyamarkan ‘nama informan jika tidak
diizinkan oleh yang bersangkutan untuk penggunaannya dalam penelitian;
dan (7) mengumpulkan data secara cermat dan terencana schingga tidak
mengganggu aktivitas penting dari informan.
Kehadiran Peneliti
Penelitian kualitatif berusaha untuk memahami makna peristiwa
dan interaksi orang-orang dalam situasi tertentu. Untuk dapat memahami
makna peristiwa dan interaksi orang-orang tersebut, maka diperlukan
keterlibatan dan penghayatan langsung peneliti tethadap ‘subjek di
lapangan. Untuk itu diperlukan adanya kehadiran peneliti, Kehadiran
peneliti itulah dalam hal ini bertindak sebagai instrumen kunci.
Bab 7 Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif 187
Dipindai dengan CamScannerKehadiran peneliti dalam! pengumpulan data sangat penting sebagai
pengamat berperanserta, Hal iti terutama untuk penelitian yang bercirikan
interaksi sosial dengan pengumpulan data yang telatif cukup lama.
Pengamatan berperanserta/ inj dimaksudkan agar peneliti dapat
memahami kehidupan schari-hari pada diri subyek. Dalam melakukan
pengamatan berperanserta, Peneliti dapat memasuki dunia subyek dengan
beberapa cara dan sekaligts sebagai alasan mengapa dirinya harus hadir
dalam pengumpulan data itu. Berikut diberikan cara/tips dan alasan
peneliti hadir dalam pengumpulan data,
1. Perilaku tetap pada diri subyek. Jika peneliti ingin memastikan apakah
perilaku subyek akan berubah dengan kehadiran peneliti jika
dibandingkan dengan’ tanpa kehadiran peneliti. Sebagai contoh
peneliti yang tertarik meneliti anakanak berkelainan mental
(hiperaktif, Jika peneliti secara tibatiba mendatangi dan
menginterogasi mereka, maka bisa dipastikan perilakunya berubah.
(Oleh karena itu, peneliti harus melakukan pendekatan terlebih dahulu
sebagaimana yang dilakukan oleh seorang psikolog yang biasa
menangani mereka.
2. “Menjadi\ anggota kelompok subyek yang diteliti. Jika peneliti menjadi
anggota kelompok subyek diasumsikan subyek tidak menganggap
peneliti sebagai “orang asing”. Peneliti dianggap oleh subyek sebagai
teman, sehingga interaksi antara keduanya tidak canggung. Jika
demikian, peneliti akan mendapatkan informasi langsung dari tangan
pertama.
3. Menghilangkan perasaan “‘etnosentrisme. Etnosentrisme adalah perasaan.
dalam melihat segala sesuatu dari segi dirinya (bukan dari segi diri
subyel). Kebudayaan, moral, etika, kebiasaan, kepercayaan, dan
sebagainya harus dipisahkan antara dirinya sebagai peneliti dan diri
subyek. Caranya adalah dengan mengembangkan sikap dan faham
“yelativisme budaya”, yaitu memahami setiap sifat dan sikap dalam
rangka keseluruhan kebudayaan. Hal ini termasuk pemahaman
bahwa kebudayaan orang-orang yang diteliti merupakan kebudayaan
yang sesuai dengan aturan lainnya.
MEMILIH TEKNIK PENGUMPULAN DATA,
Ada tiga teknik utama yang digunakan dalam pengumpulan data
penelitian kualitatif, yaitu: (1) wawancara; (2) observasi; dan (3) studi
dokumentasi. Menurut beberapa abi, ketiga teknik ini merupakan teknik
188 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan
Dipindai dengan CamScanner6. Perilaku peneliti sendiri (your own behavior), yaitu jika peneliti sebagai
partisipan, bagaimana perannya, termasuk jika sebagai pengamat, apa
pengaruhnya terhadap rangkaian pengamatan, termasuk juga
perlukan pengamat memberi komentar.
Untuk memperluas wawasan tentang obyek yang diamati, Sugiyono
(008) memperluas dengan sembilan komponen, yaitu:
Place, yaitu tempat kegiatan itu berlangsung, atau bisa dimaknai
ruang dalam aspek fisiknya;
2 ‘Actor, yaitu pelaku atau orang yang memainkan peran, atau bisa
dimaknai orang yang terlibat dalam kegiatan itu;
3. Activity, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh aktor, atau bisa dimaknai
seperangkat kegiatan yang dilakukan orang;
4, t yaitu obyek atau benda-benda yang ada di tempat itu;
5 yaitu tindakan atau perbuatan tertentu yang dilakukan oleh
orang;
6. Event, yaitu kejadian atau peristiwa, atau bisa dimaknai rangkaian
aktivitas yang dkerjakan oleh orang-orang;
7. Time, yaitu waktu atau urutan waktu kejadian;
8. Goal, yaitu tujuan atau sesuatu yang ingin dicapai oleh orang-orang;
9. Feeling, yaitu perasaan atau emosi yang dirasakan dan diekspresikan
oleh orang-orang.
Guna melengkapi apa yang seharusnya dapat diamati, Patton
Moleong, 2008) menyatakan bahwa hal itu bergantung pada jenis
i pendekatan pengamatan yang diperankan oleh pengamat itu
i, Ada lima dimensi pada suatu kontinum, yaitu:
1. Berkenaan dengan peranan pengamat yang diamati. Peranan
pengamat itu ialah pada latar pengamatan sebagian, atau pengamatan
oleh orang luar.
2. Berkenaan dengan gambaran peranan peneliti terhadap yang lainnya.
Pada pengamatan terbuka, subjek mengetahui persis bahwa
pengamatan sedang dilakukan oleh seorang pengamat. Pada situasi
lainnya; pengamat hanya diketahui oleh sebagian, sedangkan sebagian
lainnya tidak mengetahuinya. Situasi lain lagi, yaitu pada pengamatan
tertutup, subjek sama sekali tidak mengetahui kehadiran pengamat
tidak mengetahui bahwa sedang diadakan pengamatan.
216 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan
Dipindai dengan CamScanner3, Berkenaan dengan gambaran maksud pengamat terhadap Jainnya,
Pada sisi yang satu, kepada seluruh subjek diberitahukan maksud
tujuan pengamatan. Penjelasan tentang maksud barangkali hanya
diberitahukan kepada sebagian subjek, yang lainnya tidak diberitahu.
Pada pengamatan tertutup maksud itu tidak diberitahukan sama
sekali. Masih ada lagi yang lainnya, yaitu dengan sengaja peneliti
memberitahukan maksudnya, tetapi secara tersamar atau
disembunyikan atau barangkali maksudnya dibuat terbalik.
4, Berkenaan dengan lamanya pengamatan dilakukan. Pengamatan
dilakukan hanya pada saat yang singkat, misalnya satu jam,
barangkali secara berulang. Di pihak lain pengamatan dilakukan
untuk jangka waktu yang lama, barangkali berbulan-bulan atau
menahun, seperti pengamatan berganda.
5. Berkenaan dengan fokus suatu pengamatan. Di satu sisi fokus studi
untuk keperluan pengamatan sangat sempit. Di pihak lain fokus studi
itu secara meluas, yaitu dari segi pandangan keutuhan (holistik), jadi
mencakup seluruh latar dengan unsur-unsumya.
Persoalan Pengamat Sebagai yang Diamati
Ada dua macam kemungkinan situasi ketika pengamat sebagai
orang yang diamati. Pertama, peranan pengamat pasif, diam, ia hanya
mencatat, tidak memperlihatkan ekspresi apa-apa. Namun, perlu
diperhatikan bahwa biasanya peranan pasif demikian tidak akan efektif
dalam penjaringan data. Kedua, sebaliknya _pengamat bertindak aktif
tidak hanya mengamati, tetapi dalam keadaan tertentu berbicara,
berkelakar, sebagainya. Jika kehadirannya aktif, ia sendiri sebagai
pengamat diamati juga oleh para subjek, sehingga keaktifannya akan
mempengaruhi pengamatannya. Peranan aktif demikian sangat diharapkan,
tetapi sebaliknya bisa mempengaruhi subjek sehingga informasi yang
diperolehnya terkotori oleh kehadiran keaktifannya.
Persoalan yang muncul sehubungan dengan hal itu ialah apabila ia
aktif, ia akan diamati sehingga menimbulkan perubahan; tetapi sebaliknya,
kehadirannya secara pasif tanpa melakukan sesuatu akan dapat
menimbulkan perubahan juga. Bagaimanakah hal itu dapat diatasi? Dalam
hal demikian peneliti perlu berasumsi bahwa perubahan seperti itu tanpa
kehadirannya pun akan terjadi schingga pengumpulan datanya dapat
terus dilakukan. Dalam menghadapi persoalan demikian hendaknya
peneliti bertindak wajar, manusiawi, tidak berkelebihan (over acting).
Dipindai dengan CamScannerpeneliti untuk mendengar, melihat, merasakan, menghayati, kemampuan
mencatat yang diperlukan. Latihan itu hendaknya dibimbing olehahli yang
sudah banyak berpengalaman, hasilnya dibahas, kelemahan-kelemahart
diungkapkan, dicontohkan bagaimana mengatasinya, dan sebagainya.
Latihan demikian hendaknya pada awalnya dilakukan pada latar buatan.
berakhir pada latar sebenarnya. Dengan demikian kiranya kemampuan
mengadakan pengamatan yang baik akan terpenuhi,
tan
Spratley (dalam Sugiyono, 2008) mengemukakan tiga tahapan
pengamatan, yang kemudian dapat digambarkan sebagaimana Gambar
77.
Tahap Deskripsi Tahap Reduksi Tahap Seleksi
‘Memasukisituasi yang | Menentukan fokus: Mengurai fokus:
jamati: menemukan ‘memilih di antara yang menjadikan komponen
telah dideskripsikan lebih rinci
Simpulan 2 ‘Simpulan 3
Gambar 77 Tahapan Pengamatan
Sebagaimana Gambar 77, tahapan pengamatan dapat dilalui sebagai
Derikut
1. Tahap pengamatan deskripsi. Pada saat ini peneliti memasuki situasi
tertentu sebagai obyek penelitian. Tahap ini bisa disebut sebagai grand
tour observation, yaitu melakukan penjelajahan secara umum dan
menyeluruh, dan mendeskripsikan semua apa yang dilihat, didengar,
dan dirasakan. Semua data direkam dan kemudian ditata untuk
dianalisis domainnya, schingga menghasilkan simpulan sementara
(simpulan 1).
2. Tahap pengamatan reduksi. Pada tahap ini peneliti sudah melakukan
mini tour observation, yaitu pengamatan yang lebih menyempit, yang
difokuskan pada aspek tertentu. Tahap ini bisa disebut sebagai
220 Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan
Dipindai dengan CamScannerpengamatan terfokus, karena peneliti melakukan pengamatan hanya
pada fokus yang ditelit., Pada tahap ini peneliti melakukan analisis
taksonomi schingga dapat menemukan simpulan yang lebih khusus
dari sebelumnya (simpulan 2).
3. Tahap pengamatan seleksi. Pada tahap ini peneliti mengamati secara
ebih dalam terhadap fokus yang sudah ditemukan. Peneliti
menemukan karakteristik, perbedaan-perbedaan dan kesamaan-
kesamaan antar kategori. Dengan demikian peneliti dapat menemuikan
pemahaman yang lebih rinci tethadap fokus yang ditemukan,
sehingga dapat membuat simpulan akhir (simpulan 3).
Panduan dan Latihan Pengamatan
Seperti halnya wawancara, agar peneliti (terutama untuk peneliti
pemula) dapat menangkap dan merekam secara baik apa yang diamati,
maka diperlukan latihan mengamati. Latihan ini lebih ditekankan pada
bagaimana memahami apa yang harus diamati dan bagaimana cara
membuat catatan lapangan. Pada latihan ini dibuatlah panduan
pengamatan dengan urutan sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan. Hendaknya saat akan melaksanakan observasi,
pengamat mengetahui tujuan dari pengamatan yang dilaksanakan
tersebut. Hal itu bertujuan agar pengamatan dapat berjalan lebih
efdektif dan efisien serta sesuai dengan harapan pengamat.
2. Menentukan sasaran. Sasaran yang ditetapkan tentunya harus
berdasarkan dengan tujuan yang akan dicapai.
3. Menentukan ruang lingkup. Penentuan ruang lingkup pengamatan
diperuntukkan membatasi latar pengamatan agar tidak terlalu melebar-
atau bahkan kurang sempit.
4, Menentukan tempat dan waktu, Sebelum pengamatan harus disusun
jadwal untuk membagi sub-sub yang akan diamati agar lebih
5. Mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, misalnya alat bantu
perekam (camera, atau handycam) dan format catatan lapangan.
6. Mulai mengadakan pengamatan sesuai dengan tingkat peran
pengamat dalam pengamatan.
7. Mengadakan pencatatan data yang diamati. Dengan alat pencatat yang
berbeda, tentunya pengamat memiliki cara yang berbeda dalam
mencatat hasil dari pengamatan.
Bab 7 Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif 221
Dipindai dengan CamScanner