You are on page 1of 6

BAB 9

Analisis ekuitas membahas tentang investasi pada saham yang tercatat di bursa efek.
Istilah ekuitas adalah modal sendiri yang dalam perseroan terbatas berbentuk saham. Sebagian
besar transaksi di bursa efek terjadi dalam bentuk saham. Perdagangan saham sebagian besar
terjadi dalam bentuk saham biasa (common stock), dan sebagian kecil berupa saham preferen.
Harga sahan selama jam perdagangan bergerak naik atau turun setiap detiknya. Harga dapat
terbentuk hingga puluhan kali dalam satu hari perdagangan untuk satu jenis saham. Bursa efek
meringkaskan harg harga yang terbentuk dalam satu hari perdagangan menjadi 3 kelompok:
harga tertinggi, (bughes price), harga terendah (lowest price) dan harga penutupan (closing
price). Di samping ketiga ha tersebut, bursa juga menerbitkan harga saham dalam bentuk "indeks
harga saham" harian bulanan yang didasarkan pada harga penutupan.

A.Model Pengambilan Keputusan Jual/Beli

Ada beberapa model pengambilan keputusan untuk menjual atau membeli saham, yaitu:

1. Nilai Saham
Pengertian nilai saham berbeda dengan harga saham. Nilai saham adalah harga
yang diperoleh dengan cara penghitungan menggunakan rumus atau dari insting pribadi
tiap investor. Harga saham adalah harga yang terbentuk di pasar yang besarannya
dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Investor akan membeli saham ketika
nilai saham (harga saham estimasi) akan cenderung naik di kemudian hari. Sebaliknya
investor akan menjual saham ketika melihat ada kecenderungan harga saham akan
menurun. Metode analisis yang biasa digunakan untuk mengetahui kecenderungan harga
tersebut adalah: (a) Technical analysis; (b) Event study; (c) Dividend discounted model;
(d) Price earnings ratio; dan (e) Price book value ratio. Setiap kenaikan Rp1 per saham
dianggap saham tersebut layak untuk dibeli.

2. Return Saham
Tolok ukur kenaikan atau penurunan saham adalah persentase return. Kenaikan harga
saham dalam rupiah dianggap kurang berarti jika tidak dibandingkan dengan besaran
modal investasi. Sebagai contoh, harga pasar saham ASII bulan lalu Rp70.000 per unit
saham. Hari ini tawaran harga di pasar menjadi Rp70.500 atau ada kenaikan Rp500-
dalam persentase kenaikan ini hanya 0,07%. Kenaikan 0,07% dianggap terlalu kecil jika
dibandingkan dengan investasi di tempat lain yang menghasilkan 0,10%. Metode ini
tidak mempertimbangkan tingkat risiko dari tiap jenis saham.

3. Dasar Excess Return


Tolok ukur kenaikan atau penurunan saham adalah selisih antara return yang diharapkan
(expected return) dan return minimal. Return yang diharapkan (expected return) dapat
dihitung dengan metode average return, single market model, dan multifactor model.

4. Stock Performance
Tolok ukur kenaikan atau penurunan saham adalah perbandingan antara excess return
dibagi risiko. Dimaksudkan risiko adalah standar deviasi return, beta saham, dan residual.

5. Metode Modilgliani-Modigliani
Hasil penghitungan rasio-rasio diperingkat dari angka tertinggi ke angka terendah. Angka
rasio posinf berarti saham layak dibeli (undervalued stock) dan angka negatif berarti tidak
layak dibeli alias layak dijual (overvalued stock). Makin besar nilai rasio berarti makin
baik. Jika ingin membeli 10 saham terbaik, maka tinggal memilih nomor 1 sampai 10
saham peringkat dan seterusnya.

B.Model Nilai Saham

1. Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah analisis yang mengutamakan pengamatan harga dan
kuantitas saham yang diperdagangkan dari menit ke menit selama jam perdagangan
berlangsung. Dalam analisis teknikal juga dilakukan pengamatan atas pergerakan harga
saham harian, yang digambarkan dalam kurva dan dianalisis arahnya apakah naik/turun,
dan kemudian menarik kesimpulan mengenai arah lanjutannya. Jika arah lanjutannya
naik, maka dapat disimpulkan bahwa saham tersebut mendapatkan predikat "layak beli"
untuk periode berikutnya. Jika arah lanjutannya turun, dapat disimpulkan bahwa saham
tersebut mendapatkan predikat "layak jual" untuk waktu berikutnya.
Salah satu metode yang digunakan dalam analisis teknikal adalah Dow theory
yang dirumuskan oleh Charles Dow-yang dijuluki sebagai Bapak Technical Analysis.
Tujuan utama dari Dow Theory adalah identifikasi long term trend (arah/tren jangka
panjang). Arah harga lanjutan (trend) dibagi menjadi: (1) Arah jangka pendek (minor
trend); (2) Arah jangka menengah (intermediate trend); dan (3) Arah jangka panjang
(primary trend). Minor trend adalah fluktuasi harga saham per jam, per hari, dan
mingguan. Intermediate trend adalah fluktuasi harga saham bulanan sampai beberapa
bulan. Primary trend adalah fluktuasi harga saham tahunan sampai beberapa tahun.
Metode lain yang banyak dipakai adalah moving average. Pergerakan harga
saham digambarkan dalam bentuk kurva. Moving average atau harga rata-rata bergerak
menggunakan sejumlah data harga saham masa lalu dalam kurun waktu tertentu:
misalnya, moving average 60 hari, 100 hari ataupun 200 hari. Kurva moving average ini
kemudian dibandingkan dengan kurva harga berjalan dalam suatu gambar. Jika garis
kurva harga berjalan memotong kurva moving average maka terdapat dua kemungkinan
arah pergerakan harga saham berikutnya.

2. Event Study
Harga saham akan cenderung naik atau cenderung turun juga dapat diketahui
melalui analisis "event study", yaitu dengan mempelajari atau mengamati sesuatu
peristiwa. Suatu peristiwa dapat terjadi di dalam perusahaan ataupun di luar perusahaan
yang berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan. Peristiwa itu dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu peristiwa dapat diduga dan peristiwa mendadak/ tak
terduga. Tindakan perusahaan melakukan corporate actions sebagai peristiwa dapat
diduga. Kebakaran pabrik sebagai peristiwa tidak dapat diduga (peristiwa mendadak).
Tindakan corporate actions kebanyakan berpengaruh positif terhadap harga saham
di pasar. Akan tetapi tidak berarti bahwa pengaruhnya selalu positif, tergantung tujuan
corporate action itu apakah mendorong kemajuan perusahaan ataukah mengarah ke
kemunduran perusahaan. Misalnya right issue yang hasil dananya digunakan untuk
mengembangkan produksi, akan mendorong harga saham naik. Namun, jika dana right
issue digunakan untuk melunasi utang perusahaan, maka akan mendorong harga saham
jatuh. Jatuhnya harga saham di pasar setelah right issue dilaksanakan tercermin dari harga
pasar yang lebih rendah daripada harga teoretisnya.
Penerbitan saham bonus dan saham dividen, kebanyakan berpengaruh positif
terhadap kenaikan indeks harga saham. Dengan adanya saham bonus dan saham dividen,
maka jumlah saham beredar bertambah banyak dan dapat menurunkan harga saham di
pasar. Akan tetapi indeks harga saham dapat meningkat. Kenaikan indeks harga saham
ini terjadi jika harga pasar setelah penerbitan saham bonus ataupun saham dividen lebih
tinggi daripada harga teoretisnya.
Oleh karena itu menganalisis setiap tindakan corporate action dan pengaruhnya
terhadap harga saham diperlukan dan hasilnya sebagai pedoman bagi investor untuk
mengambil keputusan "membeli" atau "menjual" saham.

3. Devidend Discounted Model


Dividend discounted model disebut juga Gordon model. Pengertian istilah "harga
saham" adalah harga yang terbentuk di pasar (bursa efek). Harga saham terbentuk dari
proses tawar-menawar harga oleh para investor di bursa. Istilah "nilai saham" adalah
harga teoretis yang terbentuk dari formula (rumus) atau dari penghitungan investor. Suatu
saham mempunyai "nilai saham" berbeda-beda tergantung investor masing-masing. Nilai
saham disebut juga harga teoretis ataupun value of stock atau intrinsic value.
Apabila perusahaan masih membutuhkan pengembangan produksi dan penjualan,
maka dividen tunai (cash dividend) yang dibagikan kepada pemegang saham hanya
sebagian dari laba yang diperoleh. Ada sisa laba ditahan (retained earnings) dan hal itu
akan meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan itu akan meningkatkan
dividen tunai di masa depan dan meningkatkan harga saham di pasar. Semakin besar
dividen tunai, semakin kecil sisa laba ditahan dan semakin kecil pula pertumbuhan
perusahaan. Demikian pula sebaliknya.
Proporsi dividen tunai yang dibagikan disebut dividend payout ratio. Jika
dikatakan dividend payout ratio 40%, berarti dividen tunai perusahaan adalah 40% dari
laba tahun berjalan. Dimaksud dengan laba di sini adalah laba akuntansi setelah laporan
keuangan diaudit oleh kantor akuntan. Sisa laba yang tidak dibagikan disebut sebagai
laba ditahan sebesar 60%, angka 60% ini disebut juga dengan plowback ratio.

C. Model-Model Lainnya

1. Model Expected Return


Investor akan melakukan investasi saham sepanjang ada return yang positif
walaupun kecil. Investor ini tidak memasukkan unsur risk free rate di dalam kalkulasi
return yang diharapkan. Besaran return yang diharapkan di bawah risk free rate juga
dapat diterima, sepanjang harga teoretis dari metode expected return investasi itu tidak
merugikan, walaupun return kecil dapat diterima.

2. Model Excess Return


Keputusan investor untuk melakukan investasi saham atau tidak tergantung pada
return yang diharapkan (expected return) dibandingkan dengan return minimum. Dalam
hal ini return minimum adalah risk free rate, yaitu tingkat bunga yang diterima
seandainya dana disimpan di bank dan tidak diinvestasikan. Kalau bunga deposito 8%
setahun, sedangkan investasi saham memberi retum yang diharapkan di atas 8%, maka
investor akan berinvestasi di saham. Investor yang mematok minimum return sebesar risk
free rate saja, berarti tidak memasukkan unsur adanya risiko di dalam investasi saham.

3. Model Alpha
Investor akan melakukan investasi saham atau tidak melakukan investasi tergantung pada
return yang diharapkan (expected return) dibandingkan dengan return minimum. Dalam
hal ini return minimum adalah risk free rate plus market premium. Investor berpedoman
bahwa investasi saham mengandung risiko terjadinya gejolak harga saham. Setiap saham
memiliki tingkat risiko yang berbeda. Oleh karena itu, return yang diharapkan minimum
untuk setiap jenis saham tidak sama. Tolok ukur risiko saham disebut beta saham. Makin
tinggi besaran beta saham berarti makin tinggi risiko saham tersebut. Penghitungan
minimum return yang mempertimbangkan tingkat risiko tiap jenis saham disebut capital
asset pricing model-CAPM.

4. Model Appraisal Ratio


Model appraisal ratio ini adalah lanjutan dari proses model alpha. Dalam appraisal ratio
dimasukkan unsur risiko. Ada dua macam risiko, yaitu deviasi standar atas risiko
spesifik, o(e) dan variance atas risiko spesifik, o(e).

5. Model Modigliani dan Modigliani (M²)


Model ini berpedoman bahwa minimum return adalah market return. Market return
dianggap investasi vang paling aman (passive investment). Jika market return dan deviasi
standarnya diketahui, maka setiap jenis saham dapat dihitung kembali return dan deviasi
standar mengacu pada kinerja pasar.

You might also like