You are on page 1of 3

ESSAY BAGIAN RESTU DWIJEAN PADA CERPEN “MAAF” KARYA PUTU

WIJAYA PENDEKATAN EKSPRESIF

Dengan jalan cerita yang begitu rumit dan turun-naik, cerita ini begitu menarik untuk
dikaji dengan memfokuskan pada ekspresi perasaan atau temperamen penulis, dalam
pendekatan ini penilian terhadap karya seni, ekspresi kehidupan pengarang. Sangat menarik
untuk dikaji bukan? Melihat sisi dari si pengarang melalui ekspresi perasaan atau
tempramennya.
Dimulai dari judul cerpen yang sangat sederhana, yaitu “Maaf”, dimana
menggambarkan perdamaian antara pihak yang pernah berselisih. Konflik pada cerpen
tersebut juga sangat sederhana, di mana pada suatu wilayah perkampungan, terdapat pihak
yang berselisih yaitu keluarga Pak Amat dan Pak Bimantoro. Namun pada akhirnya mereka
saling memaafkan dan hidup damai di perkampungan tersebut.
Ekspresi selanjutnya yang ditemukan dalam cerpen tgersebut ekspresi curiga. Perasaan tidak
percaya, menurut KBBI curiga adalah berhati-hati atau berwaswas (karena khawatir, menaruh
syak, dan sebagainya). Ditemukan ekspresi curiga dalam cerpen “Maaf” karya Putu Wijaya
yaitu.
Terpaksa lebih berhati-hati lagi menjawah. Aku mulai ruriga, sehingga
berusaha agar lebih hanyak mendengar daripada bicara. Tapi relakanya
orang itu menganggap aku sangat tertarik dan tekun mendengar
Setelah diberikan pertanyaan yang membuat Pak Amat bingung, Pak Amat lebih
berhati-hati untuk menjawabnya, karena tamunya tersebut kebih duka mendengarkan
daripada bercerita. Ini membuat Pak Amat curiga terhadap tamunya tersebut karena tamu
tersebut lebih suka mendengarkan cerita Pak Amat.
Selanjutnya ekspresi yang ditemukan dalam cerpen tersebut yakni terharu. Terharu
adalah suatu perasaan atau ekspresi diri antara bahagia dan sedih lebur menjadi satu.
Sebagaimana yang terlihat dalam kutipan cerpen “Maaf” karya Putu Wijaya berikut ini:
Orang kaya yang barusan aku maki-maki itu mendekat, langsung menjabat
tanganku erat. Minta maaf atas segala kesalahannya dan memeluk. Istrinya
menyusul. Lalu anak-anaknya satu per satu mencium tanganku dengan
hormat, pasti sudah diberi instruksi orang tuanya.
Setelah apaa yang terjadi dan apa yang mereka rasakan, akhirnya apa yang
ditunggupun datang yaitu permintaan maaf dari seseorang yang sudah memfitnahnya secara
tulus.
Selanjutnya ditemukan ekspresi Bahagia dalam cerpen. Perasaan tenang, tenteram,
dan keadaan terbebas dari masalah yang menyekik kita dulunya adalah pengertian dari
Bahagia. Sebagaimana yang terlihat dalam kutipan cerpen “Maaf” karya Putu Wijaya berikut
ini:
Wajah istriku meledak gembira. Sumpah serapahnya kontan senyap. Apalagi
kemudian para tetangga keluar dari rumahnya, menyaksikan silaturahmi itu
dan sekalian ikut salam-salaman. Taksu diam-diam dengan gesit
mengumpulkan suvenir yang berceceran di mana-mana itu lalu
melenyapkannya ke belakang. Hari itu menjadi hari perdamaian yang tidak
pernah aku bayangkan sebelumnya.

Setelah bermusuhan setahun lamanya, perdamaian yang terjadi membuat seluruh


orang disekitar bersuka cita. Perasaan gembira itu meluap karena apa yang diusahakan
membuahkan hasil di hari raya, yaitu perdamaian dan permintaan maaf dari orang yang telah
berbuat dosa kepadanya dan keluarga.

Seperti itulah analisis dari cerpen “Maaf” karya Putu Wijaya bila dikaji menggunakan
pendekatan ekspresif. Pada pendekatan tersebut dapat dilihat bahwa karya sastra dapat
dianalisis dengan melihat ekspresi atau perasaan pengarang pada cerpen tersebut. Cerpen
tersebut terlihat menggunakan berbagai ekspresi, mulai dari ekspresi kecewa, heran/bingung,
haru, marah, sabar, hingga Bahagia. Masing-masing ekspresi sangat sesuai dengan
peggambaran cerita yang berlangsung.

Seperti disebutkan pada paragraf sebelumnya, bahwa cerpen berjudul “Maaf”


memiliki kelebihan dan kekurangan dalam mengkajinya. Namun apabila kita melihat dari
kekurangannya, kekurangan pada cerpen ini adalah bahasa yang digunakan dalam cerpen
tersebut bukan Bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti namun menggunakana Bahasa
sastra yang tidak mudah dipahami secara langsung. Juga terdapat tokoh yang tidak jelas
identitasnya, seperti tokoh tamu pada cerpen tersebut, tokoh tamu tidak jelas identitasnya.

Seperti itulah, bentuk ekspresi pengarang pada cerpen tersebut beserta kekurangan
dari cerpen “Maaf” karya Wijaya menggunakan pendekatan ekspresif. Banyak sekali
pembelajaran dan manfaat yang dapat dipetik dari cerpen tersebut, misalnya dengan saling
maaf-memaafkan dalam kehidupan sehari-hari, karena seperti yang kita ketahui bahwa
manusia tidak luput dari kesalahan. Serta mengetahui keterikatan cerpen tersebut dengan
melihat ekspresi ataupun perasaan pengarang melalui pendekatan ekspresif.

You might also like