You are on page 1of 26

MATA KULIAH : TELAAH KURIKULUM

HAKIKAT KURIKULUM
O
L
E
H

KELOMPOK I
ADELYNA OKTAVIA NASUTION / 4123321001
M. FADLI SURIADI / 4123321029

PRODI/KELAS : PENDIDIKAN FISIKA EKS A 2012

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2015

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hakikat Kurikulum”
untuk tugas mata kuliah Telaah Kurikulum.
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas Telaah Kurikulum.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami
sungguh terbatas. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga Tuhan YME memberikan imbalan yang setimpal
pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini
sebagai ibadah.
Februari 2015

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I Pembahasan

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................1
1.3 Tujuan ..............................................................................................................................2

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak definisi kurikulum yang satu dengan yang lain berbeda dikarenakan dasar filsafat
yang dianut oleh para penulis berbeda-beda. Walaupun demikian, ada kesamaan satu fungsi,
yaitu bahwa kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Di Indonesia tujuan
kurikulum tertera pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989 Bab I pasal
1 disebutkan bahwa: kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Bab I pasal 1 ayat 19 berbunyi: Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pada dasarnya kurikulum berisikan tujuan, metode, media evaluasi, bahan ajar dan
berbagai pengalaman belajar. Kurikulum yang disusun di pusat berisikan beberapa mata
pelajaran pokok dengan harapan agar peserta didik diseluruh Indonesia mempunyai standar
kecakapan yang sama.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Bagaimana pengertian kurikulum menurut para ahli?
3. Apa fungsi dari kurikulum?
4. Apa peranan dari kurikulum?
5. Apa saja yang termasuk kedalam komponen kurikulum?
6. Bagaimana model konsep kurikulum?
7. Bagaimana organisasi kurikulum?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui yang dimaksud dengan kurikulum
2. Mengetahui pengertian kurikulum menurut para ahli
3. Mengetahui fungsi dari kurikulum
4. Mengetahui peranan dari kurikulum
5. Mengetahui yang termasuk kedalam komponen kurikulum
6. Mengetahui model konsep kurikulum
7. Mengetahui organisasi kurikulum

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum


2.1.1 Pengertian Kurikulum secara Etimologis
Kurikulum bukan berasal dari bahasa Indonesia tetapi berasal dari bahasa Latin yang
kata dasarnya adalah currere, secara harfiah berarti “lapangan perlombaan lari”. Lapangan
tersebut ada batas start dan batas finish. Dalam lapangan pendidikan pengertian tersebut
dijabarkan bahwa bahan belajar sudah ditentukan secara pasti, dari mana mulai diajarkan dan
kapan diakhiri, dan bagaiman cara untuk menguasai bahan agar dapat mencapai gelar.
2.1.2 Pengertian Kurikulum berdasarkan Istilah
Berawal dari makna “curir” dan “curere” kurikulum berdasarkan istilah diartikan
sebagai “Jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk
memeroleh medali atau penghargaan”. Pengertian tersebut kemudian diadaptasikan ke dalam
dunia pendididikan dan diartikan sebagai “Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh seorang siswa dari awal hingga akhir program demi memeroleh ijazah”
2.1.3 Kurikulum menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Menurut UU no. 20 tahun 2003, kurikulum adalah “Seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”. (Bab I Pasal 1 ayat 19).

2.2 Beberapa definisi Kurikulum


Di bawah ini kami berikan sejumlah definisi kurikulum menurut beberapa ahli
kurikulum:
a. J.Galen Saylor dan William M.Alexander dalam buku Curriculum Planning for Better
Teaching and Learning (1956) menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut: “The
Curriculum is the sum total of school’s efforts to influence learning, whether in the
classroom , on the playground, or out of school”. Jadi segala usaha sekolah untuk
mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau diluar
sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstra-
kurikuler.
b. Harold B. Albertsycs dalam Reorganizing the High School Curriculum (1965)
mengandung kurikulum sebagai “ all of the activities that are provided for students by
3
the shcool”. Seperti halnya dengan definisi Saylor dan Alexander, kurikulum tidak
terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, didalam
dan diluar kelas , yang berada di bawah tanggung jawab sekolah. Definisi melihat
manfaat kegiatan dan pengalaman siswa diluar mata pelajaran tradisional.
c. J.Lloyd Trump dan Delmas F.Miller dalam buku SecondarySchool Improvemant
(1973) juga menganut definisi kurikulum yang luas. Menurut mereka dalam kurikulum
juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh
program, perubahan tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan
administrasi dan hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan
memilih mata pelajaran. Ketiga aspek pokok, program, manusia dan fasilitas sngat erat
hubungannya, sehingga tak mungkin diadakan perbaikan kalau tidak diperhatikan tiga-
tiganya.
d. Smith dan kawan-kawan memandang kurikulum sebagai rangkaian pengalaman yang
secara potensial dapat diberikan kepada anak , jadi dapat disebutkan potential
curriculum. Namun apa yang benar-benar dapat diwujudkan pada anak secara individual
, misalnya bahan yang benar-benar diperolehnya, disebut actual curriculum.

2.3 Peranan Kurikulum.


Ada tiga peranan kurikulum yang sangat penting, yakni peranan konservatif, peranan
kritis atau evaluatif, dan peranan kreatif
2.3.1 Peranan Konservatif
Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan menafsirkan
wariswan sosial bagi generasi muda. Dengan demikian, sekolah sebagai suatu lembaga sosial
dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku siswa sesuai dengan berbagai nilai sosial
yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial.
Ini seiring dengan hakikat pendidikan itu sendiri, yang berfungsi sebagai jembatan antara
siswa selaku anak didik dengan orang dewasa, dalam suatu proses pembudayaan yang
semakin berkembang menjadi lebih kompleks. Oleh karenanya, dalam kerangka ini fungsi
kurikulum menjadi teramat penting, karena ikut membantu proses tersebut. Romine
mengatakan bahwa:
“In sense the conservative role provides what may be called’social cement’. It contributes to
like mindedness and provides for behaviour which is consistent with values already accepted.
It deals with what is sometimes known as the core of ‘relevative universals’.

4
Dengan adanya peranan konservatif ini, maka sesungguhnya kurikulum itu berorientasi pada
masa lampau. Meskipun demikian, peranan ini sangat mendasar sifatnya.

2.3.2 Peranan Kritis dan Evaluatif

Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya mewariskan


kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih berbagai unsur kebudayaan yang
akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan
memberi penekanan pada unsur berpikir kritis. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan
keadaan di masa mendatang dihilangkan, serta diadaka modifikasi dan perbaikan. Dengan
demikian, kurikulum harus merupakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.

2.3.3 Peranan Kreatif


Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan konstruktif,
dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan
masyarakat di masa mendatang. Untuk membantu setiap individu dalam mengembangkan
semua yang ada padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir,
kemampuan, dan keterampilan yang baru, yang memberikan manfaat bagi masyarakat.
Ketiaga peran kurikulum tersebut harus berjalan secara seimbang, atau dengan kata lain
terdapat keharmonisan diantara ketiganya. Dengan demikian, kurikulum dapat memenuhi
tuntutan waktu dan keadaan dalam membawa siswa menuju kebudayaan masa depan.

2.4 Fungsi Kurikulum


Disamping memiliki peranan, kurikulum juga mengemban berbagai fungsi tertentu.
Alexander Inglis, dalam bukunya Principle of Secondary Education (1918), mengatakan
bahwa kurikulum berfungsi sebagai fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian , fungsi
diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.
2.4.1 Fungsi Penyesuaian ( The Adjutive of Adaptive Function)
Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Karena lingkungan sendiri senantiasa berubah
dan bersifat dinamis, maka masing-masing individupun harus memiliki kemampuan
menyesuaika diri secara dinamis pula. Di balik itu, lingkungan pun harus disesuaikan dengan

5
kondisi perorangan. Di sinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan, sehingga
individu bersifat well-adjusted.
2.4.2 Fungsi Integrasi (The Integrating Function)
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi –pribadi yang terintegrasi. Oleh karena
individu sendiri merupakan bagian dari masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan
memberikan sumbangan dalam pembentukan atau pengintegrasian masyarkat.

2.4.3 Fungsi Diferensiasi (The Differentiating Function)


Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan diantara setiap orang di
masyarkat. Pada dasarnya, diferensiasi akan mendorong orang-orang berpikir kritis dan
kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat. Akan tetapi, adanya
diferensiasi tidak berarti mengabaikan solidaritas sosial dan integrasi, karena diferensiasi juga
dapat menghindarkan terjadinya stagnasi sosial.

2.4.4 Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)


Kurikulum befungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut
untuk suatu jangkauan yang lebih jau,misalnya melanjutkan studi ke sekolah yang lebih
tinggi atau persiapan belajar di dalam masyarakat.Persiapan kemampuan belajar lebih lanjut
ini sangat diperlukan,mengingat sekolah tidak mungkin memberikan semua yang diperlukan
siswa atau pun yang menarik perhatian mereka.

2.4.5 Fungsi Pemilihan (The Selective Function)


Perbedaan (diferensasi) dan pemilihan (seleksi) adalah dua hal yang saling
berkaitan.Pengakuan atas perbedaan berarti memberikan kesempatan bagi seseorang untuk
memilih apa yang diinginkan dan menarik minatnya.Kedua hal tersebut merupakan
kebutuhan bagi masyarakat yang menganut sistem demokratis.Untuk mengembakanberbagai
kemampuan tersebut,maka kurikulum perlu disusun secara luas dan bersifat fleksibel

2.4.6 Fungsi Diagnostik (The Diagnostic Function )


Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan siswa untuk
mampu memahami dan menerima dirinya, sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi
yang dimilikinya.Hal ini dapat dilakukan jika siswa menyadari semua kelemahan dan
kekuatan yang dimilikinya melalui proses ekspolarasi.Selanjutnya siswa sendiri yang
memperbaiki kelemahan tersebut dan mengembangkan sendiri kekuatan yang ada. Fungsi ini

6
merupakan fungsi diagnostik kurikulum dan akan membimbing siswa untuk dapat
berkembang secara optimal.Berbagai fungsi kurikulum tadi dilaksanakan oleh kurikulum
secara keseluruhan.Fungsi-fungsi tersebut memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan siswa,sejalan dengan arah filsafat pendidika dan tujuan pendidikan yang
diharapkan oleh insitusi pendidikan yang bersangkutan.

2.5 Organisasi Kurikulum

Dakir (2004: 33) menyatakan, “Ada tiga pengorganisasian pokok kurikulum’’ yaitu:

2.5.1 Organisasi Separated Subject Curriculum

Bidang studi diajarkan secara terpisah sesuai dengan pembatasan bahan serta waktu
yang telah ditentukan terlebih dahulu.

Ciri-Ciri Organisasi Separated Subject Curriculum

✓ Dilihat dari segi tujuan


No Keuntungan Kekurangan
1 Dapat mencapai pengetahuan secara Pengetahuan yang didapat kurang
mendalam
2 Dapat menstandarkan pengetahuan Sarana pendidikan jadi kaku
peserta didik yang terbesar dibanyak
tempat
3 Dapat menyeragamkan fasilitas yang Kurikulum kurang fleksibel
disediakan

✓ Dilihat dari sumber bahan


No Keuntungan Kekurangan
1 Disediakan dari pusat Buku acuan kurang diperhatikan
2 Luas bahan terbatas Bahan disusun urutannya oleh penulis
buku, kadang-kadang kurang bersifat
psikologi
3 GBPP dari pusat
4 Bahan mudah diatur secara

7
sistematis

✓ Dilihat dari sudut metode mengajar


No Keuntungan Kekurangan
1 Bentuk pengajaran secara progresif Metode yang digunakan bersifat
linear teacher centered
2 Tidak banyak menggunakan metode Banyak metode yang dilakukan besifat
yang bervariasi tradisional
3 Metode dril, ceramah, dan hafalan
kurang dapat membentuk
perkembangan pribadi
4 Kegiatan belajar bersifat ekspositorik

✓ Dilihat dari segi guru


No Keuntungan Kekurangan
1 Persiapan bahan relative mudah Kurang kreatif
2 Bahan sudah siap pakai Kalau ketinggalan buku, guru tidak
dapat mengajar
3 Tidak perlu mengadakan bahan Dibatasi waktu penyampaiannya
banding
4 Tunduk pada aturan yang dibuat,
artinya tidak menyimpang dari
kurikulum

✓ Dilihat dari peserta didik


No Keuntungan Kekurangan
1 Beban tugas tidak terlalu banyak Tidak membedakan perbedaan
individual
2 Dapat belajar secara sistematis Anak dianggap tong kosong yang aka
nada kotak-kotak ilmu pengetahuan
yang perlu diisi

8
3 Tidak berinisiatif
4 CBSA tidak berlaku

2.5.2 Organisasi Correlated Curriculum

Suatu pengaturan/penyusunan mata pelajaran dengan cara menggabungkan dua atau


lebih mata pelajaran baik yang ada dalam bidang studi maupun diluar bidang studi.

Ciri-Ciri Organisasi Correlated Curriculum

No Tinjauan Kelebihan Kelemahan


1 Tujuan pembelajaran Untuk memechkan masalah Kadang-kadang kabur karena
secara bulat, utuh dan luas kompleks
2 Bahan Bahan dapat disusun secara Bahan tidak sistematis
fleksibel
Sumber bahan tidak terbatas Luas bahan tidak ditentukan
batasnya
Penyusunan pokok bahasan Sumber bahan tersebar
tidak terpancang pada satu
bidang pengetahuan
3 Metode mengajar Pendekatannya student Sarana/prasarana kadang-
centered kadang tidak tersedia dan
mahal
CBSA terlaksana secara
wajar
Tidak membosankan
4 Evaluasi Yang dievaluasi tidak hanya Ujian dilakukan secara local
evaluasi produk,tetapi juga
evaluasi proses
Dalam raport tidak
menggambarkan peserta
didik pandai atau tidak
Hanya dapat dilakukan secara
konsekuen oleh sekolah

9
swasta
5 Guru Guru lebih kreatif, inisiatif, Guru kurang biasa
dan tidak terpancang pada melaksanakan, karena di
waktu sekolah guru tidak dilatih
correlates curriculum
Guru akan mempunyai Pembagian tugas pada team
pengetahuan yang luas dan teaching perlu penyelesuaian
dalam
Secara team teaching tidak Tidak semua guru sanggup
melelahkan melaksanakan
6 Peserta didik Peserta didik mempunyai Kurang mempunyai
pengetahuan praktis dan luas pengetahuan yang dalam
Sesuai dengan minatnya Kurang mempunyai
pengetahuan yang seimbang
antar bidang studi untuk setiap
bidang studi pengetahuan
Peserta didik tidak hanya
diasah otaknya saja tetapi
secara keseluruhan.

2.5.3 Integrated curriculum

Integrated curriculum adalah kurikulum yang pelaksanaannya disusun secara


menyeluruh untuk membahas suatu pokok masalah tertentu. Pembahasan tersebut dapat cara
menggunakan berbagai mata pelajaran yang relavan dalam satu bidang studi atau antar
bidang studi atau antar bidang studi. Topic pembahasan ditentukan secara demokratis antara
peserta didik dengan guru. Metode yang digunakan dengan pendekatan student
centered,problem solving, dan CBSA. Kalau integrated curriculum dapat dilakukan dengan
baik,harapan dari hasil belajar akan mengakibatkan yang bersangkutan dapat tertanam: learn
to know,learn to do, learn to be,dan learn to leve together. Kesulitan utama dalam
pelaksanaan integrated curriculum karena di lembaga pendidikan guru,sebelum yang
bersangkutan menjadi guru tidak pernah dilatih atau disiapkan untuk melaksanakan

10
kurikulum tersebut. Dengan digalakkannya kurikulum muatan local sebetulnya guru telah
melakukan integrated curriculum.

2.6 Model Konsep Kurikulum

2.6.1 Kurikulum Subjek Akademis

Kurikulum subjek akademis ini adalah model konsep kurikulum yang paling tua, mulai
sekolah pertama berdiri, kurikulum yang dipakai mirip dengan kurikulum tipe ini. Hingga
saat ini, realitas mengatakan bahwa mayoritas Sekolah tidak bisa terlepas dari tepe ini,
walaupun sudah banyak berkembang tipe-tipe lain. Kenapa demikian ? kurikulum ini sangat
praktis, sehingga mudah disusun dan mudah dikabungkan dengan kurikulum tipe yang lain.

Kurikulum subjek akademis ini bersumber dari pendidikan klasik, yaitu : perenialisme
dan esensialisme, yang memiliki orientasi pada masa lalu. menurut kedua teori itu, semua
ilmu pengetahuan dan nilai-nilai sudah ditemukan oleh para pemikir dan yang ahli
dibidangnya, pada masa lalu. Sehingga, fungsi pendidikan adalah memilihara dan
mewariskan hasil-hasil budaya yang sudah temukan pada masa lalu tersebut. Yang
diutamakan dan dinomorsatukan dalam kurikulum tipe ini adalah isi pendidikan. sehingga
menurut tipe ini, belajar adalah berusaha mengusai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang
belajar dikatakan berhasil jika ia sudah mengusai seluruh atau sebagian besar dari isi
pendidikan yang telah diberikan dan disiapkan oleh pendidik (guru).

Dalam perkembangannya kurikulum subjek akademis ini tidak hanya menekankan pada
isi atau materi pendidikan yang disampaikan oleh pendidik, tetapi secara berangsur-angsur
yang juga diperhatikan dan ditekankan adalah proses belajar yang dilakukan oleh para siswa.
Proses belajar yang dipilih sangat bergantung pada segi apa yang dipentingkan dan
diutamakan dalam materi pelajaran tersebut.

Jeromo Bruner dalam The Proces of Education menyarankan bahwa desai kurikulum
hendaknya didasarkan atas struktur disiplin ilmu. selanjutnya, ia menegaskan bahwa
kurikulum suatu mata pelajaran harus didasarkan atas pemahaman yang mendasar yang dapat
diperoleh dari prinsip-prinsip yang mendasarinya dan memberi struktur kepada suatu disiplin
ilmu.

Contoh kurikulum yang berdasarkan atas struktur pengetahuan adalah Man : A Course
of Stud (MACOS) Macos adalah kurikulum yang dipakai untuk sekolah tingkat dasar, yang

11
terdiri atas buku-buku, film, poster, rekaman, permainan, dan perlengkapan kelas lainnya.
kurikulum ini ditujukan untuk mengadakan penyempurnaan tentang pengajaran ilmu sosial
dan humanitas, dengan pengarahan dan bimbingan Bruner.

Ada tiga pendekatan dalam perkembangan kurikulum subjek akademis :

Pertama, melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Para murid belajar bagaimana


memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan sekedar mengingat-ingatnya.

Kedua, studi yang bersifat integratif. pendekatan ini merupakan respons terhadap
perkembangan masyarakat yang menuntuk model-model pengetahuan yang lebih
komprehensif-terpadu. pelajaran disusun atas satuan-satuan pelajaran, dalam satuan-satuan
pelajaran tersebut batas-batas ilmu menjadi hilang. pengorganisasian tema-tema pengajaran
didasarkan pada fenomena-fenomena alam, proses kerja ilmiah dan problema-problema yang
ada. Mereka mengembangkan suatu model kurikulum yang terintegrasi (Integrated
Curriculum). Ada tiga ciri model kurikulum yang dikembangkan.

a. Menentukan tema-tema yang membentuk satu kesatuan yang dapat terdiri atas ide atau
konsep besar yang bisa mencakup semua ilmu atau suatu proses kerja ilmu, fenomena
alam, atau masalah sosial yang membutuhkan pemecahan secara ilmiah.
b. Menyatukan kegiatan belajar dari beberapa disiplin ilmu. Kegiatan belajar melibatkan isi
dan proses dari satu atau beberapa ilmu sosial atau perilaku yang mempunyai hubungan
dengan tema yang dipilih atau dikerjakan.
c. Menyatukan berbagai metode atau cara balajar. kegiatan belajar ditekankan pada
pengalaman konret yang bertolak dari minat dan kebutuhan murid serta disesuaikan
dengan keadaan setempat

Ketiga, adalah pendekatan yang diterapkan di sekolah-sekolah fundamintalis. Mereka


tetap mengajar berdasarkan mata pelajaran yang titik tekannya pada membaca, menulis, dan
memecahkan masalah-masalah matematis. Beberapa pelajaran yang lain seperti ilmu
kealaman , ilmu sosial, dan lain-lain dipelajari tanpa dihubungkan dengan kebutuhan praktis
pemecahan masalah dalam kehidupan nyata.

2.6.1.1 Ciri-Ciri Kurikulum Subjek Akademis

Kurikulum subjek akademis ini memiliki beberapa ciri yang berkenaan dengan tujuan,
metode, organisasi isi, dan evaluasi. Tujuan dari kurikulum subjek akademis adalah

12
pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses
“penelitian”. Setelah para siswa mempunyai pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu,
diharapkan mereka dapat memiliki konsep-konsep dan cara-cara yang bisa terus
dikembangkan dalam masyarakat yang lebih luas.

Adapun metode yang seringkali digunakan dalam kurikulum subjek akademis adalah
metode ekspositori dan inkuiri. sedankan mengenai organisasi isi (materi pelajaran)
kurikulum subjek akademis. Nana menyebutkan empat pola organisasi isi yang menurutnya
adalah menduduki paling sentral (penting) sebagai berikut :

a. Correlated curriculum adalah pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam
suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran yang lain.
b. Unified atau concentrated curriculum adalah pola organisasi bahan pelajaran tersusun
dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari berbagai pelajaran disiplin
ilmu.
c. Integrated curriculum adalah pola organisasi bahan ajar yang diintegrasikan dalam suatu
persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu. Perbedaan mendasar dari integrated
curriculum dengan unified adalah jika dalam unified masih tampak disiplin ilmunya, maka
dalam pola integrated ini warna disiplin ilmu tersebut sudah melebur sehingga tidak
kelihatan lagi.
d. Problem solving curriculum adalah pola organisasi materi yang berisi topik pemecahan
masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan dengam menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu.

Selanjutnya mengenai kegiatan evaluasi, kurikulum subjek akademis menggunakan


bentuk yang bervariasi disesuaiakan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran. Dalam bidang
studi humaniora lebih banyak menggunakan bentuk uraian (essay test) daripada tes objektif.
Bidang studi tersebut membutuhkan jawaban yang merefleksikan logika, koherensi, dan
integrasi secara menyeluruh. Bidang studi seni yang sifatnya ekspresi membutuhkan
penilaian subjektif yang jujur, disamping keindahan dan cita rasa. beda halnya dengan bidang
studi matematika, nilai tertinggi diberikan kepada mengusai landasan aksioma serta cara
penghitungannya benar. Bidang studi ilmu kealaman penghargaan tertinggi tidak hanya
diberikan kepada jawaban yang benar tetapi juga pada proses berfikir yang digunakan siswa.

13
2.6.1.2 Pemilihan Disiplin Ilmu

Dalam kurikulum subjek akademis ini yang menjadi masalah besar bagi para
pengembang kurikulum ini adalah hal yang berkaitan dengan bagaimana memilih materi
pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Sebab jika inging memiliki pengusaan
materi yang cukup mendalam maka jumlah disiplin ilmu yang dipelajari harus sedikit.
Sedangkan, jika hanya mempelajari sedikit disiplin ilmu maka penguasaan para siswa akan
sangat terbatas, sehingga konskoensinya adalah sulit untuk menerapkannya dalam kehidupan
masyarakat secara luas. dan apabila disiplin ilmu yang dipelajari siswa sangat banyak, maka
penguasaannya pada materi tersebut akan dangkal. mereka akan tahu banyak tetapi
pengetahuannya hanya sedikit-sedikit (tidak memdalam).

Untuk mengatasi masalah tersebut diatas, Nana, memberikan beberapa saran mengenai
hal itu, sebagaimana berikut :

a. Mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh (comprehensiveness) dengan


menekankan pada bagaimana cara menguji kebenaran atau mendapatkan pengetahun.
b. Mengutamakan kebutuhan masyarakat (social utility), memilih dan menentukan aspek-
aspek dari disiplin ilmu yang sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat.
c. Menekankan pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang menjadi dasar bagi
penguasaan disiplin-disiplin ilmu yang lainnya.
2.6.1.3 Penyesuaian Dengan Perkembangan Anak

Para pengembang kurikulum subjek akademis, cendrung lebih mengutamakan


penyusunan materi secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan urutan materi dengan
kemampuan berfikir anak (siswa). Yakni, mayoritas mereka kurang memperhatikan
bagaimana siswa belajar dan yang diutamakan adalah susunan isi atau materi, yaitu apa yang
akan diajarkan. Juga mereka memandang materi yang akan diajarkan bersifat universal,
mereka mengabaikan karakteristik siswa dan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat
setempat.

Dalam perkembangan selanjutnya dilakukanlah beberapa penyempurnaan yang


ditujukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada pada sebelumnya. pertama, untuk
mengimbangi penekannya pada proses berfikir, mereka mulai mendorong penggunaan intuisi
dan tebak-tebakan. kedua, adanya upaya-upaya untuk menyesuaikan pelajaran dengan

14
perbedaan individu dan kebutuhan setempat. ketiga, pemanfaatan fasilitas dan sumber yang
ada pada masyarakat.

2.6.2 Kurikulum Humanistik

2.6.2.1 Konsep Dasar

Kurikulum humanistik berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized),


John Dewey (progressive education)dan J.J. Rousseau (ramantic education). Mereka
berasumsi bahwa siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Mereka juga
percaya bahwa siswa atau anak memiliki potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk
berkembang. Para pendidik humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu
atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. pendidikan diarahkan kepada membina
manusia yang utuh tidak hanya segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan afektif
yakni; emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain.

Aliran-aliran pendidikan yang termasuk pada aliran pendidikan humanistik yaitu :

pertama, pendidikan konfluen. Aliran ini lebih menekankan keutuhan pribadi, individu
harus merespons secara utuh baik segi pikiran, perasaan, maupun tindakan, terhadap kesatuan
yang menyeluruh dari lingkungan.

kedua, pendidikan kritisisme radikal. aliran ini bersumber dari aliran naturalisme dan
romantisisme Rousseau. Mereka memandang pendidikan sebagai uapaya untuk membantu
siswa atau anak menemukan dan mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya.

ketiga, pendidikan mistikisme modern. aliran ini menekankan latihan dan


pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti, melalui sesitivity training, yoga,
meditasi, dan sebagainya.

2.6.3 Kurikulum Konfluen

kurikulum konfluen ini dikembangkan oleh para ahli pendidikan konfluen, yang
berkeinginan menyatukan segi-segi afektif yakni; sikap, perasaan, dan nilai dengan segi-segi
kognitif (kemampuan intelektual). pendidikan konfluen kurang menekankan pada
pengetahuan yang mengandung segi afektif. menurut pendapat mereka kurikulum tidak
menyiapkan pendidikan tentang sikap, perasaan, dan nilai yang harus dimiliki para siswa.
kurikulum hendaknya mempersiapkan berbagai alternatif yang dapat dipilih setiap siswa

15
dalam proses bersikap, berperasaan dan memberi pertimbangan nilai. setiap siswa seharusnya
diajak untuk menyatakan pilihan dan mempertanggungjawabkan sikap-sikap, perasaan-
perasaan, dan pertimbangan-pertimbangan nilai yang sudah dipilihnya.

2.6.3.1 Ciri-Ciri Kurikulum Konfluen

Kurikulum ini mempunyai lima ciri utama sebagai berikut :

a. Partisipasi. kurikulum ini menekankan partisipasi anak atau siswa dalam belajar. kegiatan
belajar adalah belajar bersama, melalui berbagai bentuk aktivitas kelompok.
b. Integrasi. melalui partisipasi dalam berbagai bentuk kegiatan kelompok dapat terjadi
interaksi, interpenetrasi, dan integrasi dari pemikiran, perasaan,dan tindakan.
c. Relevansi. isi pendidikan relevan dengan kebutuhan, minat dan kehidupan siswa karena
diambil dari dunia siswa oleh siswa sendiri.
d. Pribadi anak. pendidikan ini memberi tempat utama pada pribadi anak. pendidikan adalah
pengembangan pribadi anak secara utuh.
e. Tujuan. pendidikan ini bertujuan mengembangkan pribadi yang utuh, serasi baik dalam
dirinya maupun dengan lingkungan secara menyeluruh.
2.6.3.2 Metode-Metode Belajar Konfluen

Menurut Nana, dalam bukunya bahwa george issac brown sudah memberikan sekitar 40
macam teknik pengajaran konfluen, di antaranya adalah : dyads yang merupakan latihan
komonikasi afektif antara dua orang, fantasi body trips merupakan pemahaman tentang badan
dan diri individu, ritual yaitu merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kebiasaan,
kegiatan atau ritual baru.

Dalam kegiatan belajar ada beberapa metode atau cara yang bisa dilaksanakan
sebagaimana berikut :

Pertama, mengidentifikasi tema-tema atau topik-topik yang mengandung self judgment.


untuk setiap tema atau topik hendaknya dipilih prosedur atau bentuk kegiatan atau teknik
yang sesuai.

Kedua, materi disajikan dalam bentuk yang belum selesai (open ended), tema atau issue-
issue diharapkan muncul secara sepontan dari prosedur serta perlengkapan pengajaran yang
ada.

16
2.6.3.3 Karakteristik Kurikulum Humanistik

Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan tujuan,


metode, organisasi isi, dan evaluasi. diantaranya adalah :

Kurikulum berfungsi sebagai penyedia pengalaman (baca: pengetahuan) berharga untuk


membantu memperlancar perkembangan pribadi anak atau siswa.

Kurikulum ini menuntuk hubungan emosional yang baik antara guru dan murid, juga guru
harus mampu menjadi sumber.

Kurikulum ini menekankan integrasi, yaitu kesatuan prilaku bukan hanya yang bersifat
intelektual tetapi juga emosional dan tindakan.

Kurikulum humanistik harus mampu memberikan pengetahuan yang menyeluruh, bukan


pengalaman yang terpenggal-penggal.

Kurikulum ini kurang menekankan sekuens, karena dengan sekuens para siswa kurang
mempunyai kesempatan untuk memperluas dan memperdalam aspek-aspek
perkembangannya.

Kurikulum ini lebih mengutamakan proses daripada hasil.

2.6.4 Kurikulum Rekontruksi Sosial

Kurikulum rekontruksi sosial lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang


terjadi dan dihadapinya dalam kehidupan masyarakat. kurikulum ini tentu berbeda dengan
model-model kurukulum yang lainnya. kurikulum ini juga bersumber dari aliran pendidikan
interaksional. Yang menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melaikan merupakan
kegiatan bersama, interaksi, kerja sama. interaksi dan kerja sama tersebut tidak hanya terjadi
antara siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang
di lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya. melalui interaksi dan kerja sama ini
siswa berusaha memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam masyarakat menuju
pembentukan masyarakat yang lebih baik.

Theodore Brameld, seperti yang dikutip oleh Sukmadinata, menyampaikan gagasannya


tentang rekontruksi sosial, yang terjadi pada tahun 1950-an. Dalam masyarakat demokratis,
seluruh warga masyarakat harus turut serta dalam perkembangan dana pembaharuan
masyarakat. untuk melaksanakan hal tersebut sekolah mempunyai posisi yang sangat penting.

17
sekolah bukan saja dapat membantu individu memperkembangkan kemampuan sosialnya,
tetapi juga dapat membantu bagaimana berpartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial.

2.6.4.1 Desain kurikulum Rekontruksi Sosial

Ada beberapa ciri dari desain kurikulum ini;

1. Asumsi. Tujuan utama kurikulum rekontruksi sosial adalah menghadapkan para siswa
pada tangtangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi
manusia.
2. Masalah-masalah sosial yang mendesak. kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-
masalah sosial yang mendesak. masalah-masalah tersebut dirumuskan dalam pertanyaan,
seperti: dapatkah kehidupan seperti sekarang ini memberikan kekuatan untuk
menghadapi ancaman-ancaman yang akan mengganagu integrasi kemanusiaan?.
3. Pola-pola organisasi. pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi kurikuluum disusun
seperti sebuah roda. di tengah-tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah yang
menjadi tema utama dan dibahas secara pleno. dari tema utama dijabarkan sejumlah topik
yang dibahas dalam diskusi-diskusi kelompok, latihan-latihan, kunjungan dan lain-lain.
topik-topik dengan berbagai kegiatan kelompok ini merupakan jari-jari.
4. Komponen-Komponen Kurikulum Rekontruksi Sosial
5. Tujuan dan isi kurikulum.
6. Metode.
7. Evaluasi.

2.6.4.2 Pelaksanaan Pengajaran Rekontruksi Sosial

Pengajaran rekontruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong


belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. pelaksanaan pengajaran diarahkan
untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka. sesuai dengan potensi yang ada dalam
masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan bantuan biaya dari
pemerintah, sekolah berusaha mengembangkan potensi tersebut. Di daerah pertanian
misalnya sekolah mengembangkan bidang pertanian dan peternakan, di daerah industri
mengembangkan bidang-bidang industri.

Salah satu badan yang banyak mengembangkan baik teori maupun prakti pengajaran
rekontruksi sosial adalah Paulo Freize. Mereka banyak membantuk pengembangan daerah-
daerah di Amirika latin. dalam memerangi kebodohan dan keterbelakangan mereka

18
menggalakkan gerakan budaya budi (conscientization). Conscientization adalah suatu proses
pendidikan atau pengajaran memperlakukan siswa tidak sebagai penerima melainkan pelajar
yang aktif.

2.6.5 Teknologi dan Kurikulum

Abad dua puluh ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.
perkembangan teknologi mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang
pendidikan. sejak dahulu teknologi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi teknologi
sederhana. misalnya penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta, dan lain-lain. Dewasa
ini yang digunakan dalam pendidikan adalah teknologi maju, seperti audio dan video
cassette, overhead projector, film slide, dan motion film, mesin pengajar, komputer, CD-rom
dan internit.

Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua
bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) yang dikenal dengan teknologi alat (tools
technology) dan perangkat keras (hardware) yang dikenal dengan sebutan teknologi sistem
(system technology).

Teknologi pendidikan dalam bentuk teknologi alat, lebih menekankan pada penggunaan
alat-alat teknologis untuk menunjang efiensi dan efektivitas pendidikan. kurikulumnya berisi
rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media, juga model-model yang banyak
melibatkan penggunaan alat. contoh model pengajaran tersebut adalah : pengajaran dengan
bantuan film dan video, pengajaran berprogram, masin pengajaran dan lain-lain.

Dalam bentuk teknologi sistem, teknologi pendidikan menekankan kepada penyusunan


program pengajaran atau rencana pelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem.

2.6.5.1 Ciri-Ciri Kurikulum Teknologis

Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan memiliki beberapa ciri
khusus sebagai berikut :

1. Tujuan. tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk
perilaku. tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan
khusus, yang disebut objektif atau tujuan intruksional. Objektif ini menggambarkan
prilaku, perbuatan atau kecakapan-keterampilan yang dapat diamati atau diukur.

19
2. Metode. Metode yang dipakai adakalanya berupa pengajaran yang bersifat individual, tiap
siswa menghadapi serentetan tugas yang harus dikerjakannya, dan maju sesuai dengan
kecepatan masing-masing. Pada saat tertentu ada tugas-tugas kelompok. Pelaksanaan
pengajaran mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a. Penegasan tujuan, yaitu para siswa diberi penjelasan tentang pentingnya bahan yang
harus dipelajari.
b. Pelaksanaan pengajaran, para siswa belajar secar individual melalui media buku-buku
ataupun media elektronik.
c. Pengetahuan tentang hasil, kemajuan siswa dapat segera diketahui oleh siswa sendiri,
sebab dalam model kurikulum ini umpan balik selalu diberikan.
3. Organisasi bahan ajar. Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu,
tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu
kompetensi.
4. Evalusi. kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu
unit ataupun semester. evaluasi yang digunakan umumnya berentuk tes objektif. Sesuai
dengan landasan pemikiran mereka, bahwa model pengajarannya menekankan sifat
ilmiah, bentuk ini tes dipandang lebih cocok.

2.6.5.2 Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada beberapa kriteria, yaitu : pertama,


prosedur pengembangan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh pengembang kurikulum
yang lain. kedua, hasil pengembangan terutama yang berbentuk model adalah yang bisa diuji
coba ulang, dan hendaknya memberikan hasil yang sama.

Inti dari pengembangan kurikulum teknologi adalah penekanan pada kompetensi.


Pengembangan dan penggunaan alat dan media pengajaran bukan hanya sebagai alat bantu
tetapi bersatu dengan program pengajaran dan ditujukan pada kompetensi tertentu.

2.7 Komponen-Komponen Kurikulum

2.7.1 Komponen Tujuan

Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala
makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut
masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan yang menggambarkan suatu masyarakat yang di cita –
citakan, misalkan, filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah

20
pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya
masyarakat yang pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan misi
dan visi sekolah serta tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan setiap mata pelajaran dan
tujuan proses pembelajaran.

2.7.2 Komponen Isi/ Materi Pelajaran


Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar
yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang
berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi
setiap materi pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi
maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

2.7.3 Komponen Metode/ Strategi


Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum.
Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab
berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan idealnya tujuan yang
harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka maka tujuan itu tidak
mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang
direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat diatas, T. Rajakoni
mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa
dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dari kedua pengertian diatas, ada dua hal yang patut kita cermati. Pertama, strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan
metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti
penyusunan atau strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja, belum sampai
pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. artinya, arah dari
semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian
penyusunan langkah – langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber
belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.

Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan


nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, dinamakan metode. Ini berarti
metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian,
bisa jadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya untuk
melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya
jawab atau bahkan diskusi dengan pemanfaatan sumber daya yang tersedia termasuk

21
menggunakan media pembelajaran. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi
menunjuk pada a plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in
achieving something.

Istilah lain juga yang memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan
(approach). Sebenarnya pendekatan berbeda dengan strategi maupun metode. Pendekatan
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Roy
Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan
yang berpusat pada guru (teacher centered approach) dan pendekatan yang berpusat pada
siswa (student centered approach). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi
pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran
ekspositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan
strategi pembelajaran discovery dan inquiry serta strategi pembelajaran induktif. Dengan
demikian, istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Oleh karena itu, strategi dan metode pembelajaran yang
digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.

2.7.4 Komponen Evaluasi


Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum. Melalui evaluasi,
dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan
apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian – bagian mana yang harus
disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan.
Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang
telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik
dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Kedua fungsi tersebut menurut Scriven (1967)
adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai
alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokkan kedalam dua jenis,
yaitu tes dan nontes.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Kurikulum bukan berasal dari bahasa Indonesia tetapi berasal dari bahasa Latin yang kata
dasarnya adalah currere, secara harfiah berarti “lapangan perlombaan lari”
2. Ada tiga peranan kurikulum yang sangat penting, yakni peranan konservatif, peranan
kritis atau evaluatif, dan peranan kreatif
3. Disamping memiliki peranan, kurikulum juga mengemban berbagai fungsi tertentu.
Alexander Inglis, dalam bukunya Principle of Secondary Education (1918), mengatakan
bahwa kurikulum berfungsi sebagai fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian , fungsi
diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.
4. Dakir (2004: 33) menyatakan, “Ada tiga pengorganisasian pokok kurikulum’’ yaitu:
✓ Organisasi Separated Subject Curriculum
✓ Organisasi Correlated Curriculum
✓ Integrated curriculum
5. Model Konsep Kurikulum, terbagi atas:
✓ Kurikulum Subjek Akademis
✓ Kurikulum Humanistik
✓ Kurikulum Konfluen
✓ Kurikulum Rekontruksi Sosial
✓ Teknologi dan Kurikulum
6. Komponen-Komponen Kurikulum terdiri atas komponen tujuan, isi kurikulum,
komponen metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi.

23

You might also like