Professional Documents
Culture Documents
Proses Berbangsa Dan Bernegara: Drs. Sumirim, M.PD
Proses Berbangsa Dan Bernegara: Drs. Sumirim, M.PD
Pd
Proses Berbangsa
dan
Bernegara
PENERBIT
Penyelaras Akhir
Tim Editor Aneka Ilmu
Edisi
Tahun 2009
Penerbit
PT. Aneka Ilmu
Jl. Semarang - Demak Km 8,5 Semarang
Telp. 024 6580335
ISBN
978 – 979 – 048 – 303 – 3
Penulis
Penduduk dan
Perkembangannya
A. Mula-mula Manusia Berkembang
Kira-kira duabelas ribu tahun yang lalu, manusia masih
merupakan makhluk yang langka. Jumlah manusia hampir-hampir
tidak bertambah. Pertambahan manusia terhambat oleh penyakit
dan sukarnya mendapatkan makanan.
Dalam banyak hal manusia lebih lemah dibandingkan dengan
hewan, saingan hidupnya di dalam hutan. Binatang berbadan lebih
besar dan kuat. Banteng bertanduk, gajah bertaring, harimau dan
singa bergigi dan berkuku yang kuat dan tajam untuk membunuh
mangsanya atau membela diri. Untunglah manusia mempunyai
senjata yang lebih unggul, yaitu akalnya. Selain itu dia berjalan
tegak. Lengannya dapat digerakkan ke semua arah. Dengan
tangan yang luwes dan akal yang tajam manusia dapat membuat
senjata dan bermacam-macam alat. Dengan senjata buatannya
sendiri manusia dapat membunuh mangsanya atau membela
diri. Karena segala alat dan senjata dibuat dari batu. Zaman ini
disebut zamat batu.
Lambat laun manusia dengan akalnya menemukan cara
yang lebih baik untuk mendapatkan makanan. Dengan anjing
yang telah dijinakkan dia menggiring kambing dan rusa ke dalam
perangkap. Kambing dan rusa yang tertangkap tidak dibunuh
semua sekaligus. Dengan jalan ini dia seolah-olah mempunyai
persediaan makanan dan pakaian. Bukankah pakaiannya dibuat
dari kulit binatang? Inilah permulaan manusia memelihara ternak.
Pada suatu waktu ditemukan, bahwa susu hewan juga baik untuk
manusia. Maka ternak kambing dan biri-biri tidak semata-mata
Masyarakat Desa
A. Masyarakat Beradat
Salah satu ciri masyarakat desa adalah keeratan dan
kepatuhan mereka terhadap adat istiadat masyarakatnya. Mereka
adalah masyarakat yang terikat erat oleh kebiasaan-kebiasaan dan
tradisinya. Oleh sebab itu, siapapun dan bagaimanapun keadaan
mereka biasanya akan menjunjung tinggi adat istiadat mereka.
Keterikatan mereka terhadap tradisi dan adat, menyebabkan
mereka cukup tangguh untuk tetap memegang teguh apa kata
nenek moyang, dan apa yang diterima sebagai kebenaran oleh
masyarakatnya.
Ketangguhan tersebut, pada satu pihak jelas merupakan
modal dan milik masyarakat desa yang tak boleh dipandang
enteng, justru karena mereka memegang teguh adat dan
tradisi, maka mereka tak mudah menyerah dan tak gampang
goyah pendiriannya. ltulah sebabnya mengapa masyarakat desa
B. Masyarakat Bertutur
Ciri lain disamping adat-istiadat yang kokoh dalam
masyarakat desa ialah tradisi bertutur atau tradisi lisannya.
Sebuah masyarakat desa hampir pasti lebih banyak memegang
teguh tradisi lisannya daripada tradisi menulis. ltulah sebabnya
di mana-mana yang namanya desa lebih banyak menggunakan
kebiasaan bertutur, berceritera, dan berkata-kata secara lisan
dalam pengajaran dan pewarisan budayanya.
Lihatlah betapa banyak dan tersebar ceritera rakyat dan
petuah-petuah lisan dalam masyarakat desa, sehingga kita
hampir dibikin pusing untuk mengerti, yang manakah petuah
pokok dan yang mana yang menyekitarinya. Tetapi berbahagialah
mereka yang mampu menelusuri pandangan masyarakat desa
melalui ceritera rakyat yang ada, melalui pepatah dan ungkapan-
ungkapan budaya yang ada. Sebab hanya melalui itu, kita akan
ditolong lebih paham dan lebih tepat dalam mengerti masyarakat
C. Masyarakat Berkerohanian
Di muka telah disinggung bahwa masyarakat desa seringkali
disebut sebagai masyarakat beradat, dan di dalam beradat lekat
dengan antara adat dan agama maupun kepercayaan kerohanian
pada umumnya. Dalam bagian ini hendak diungkapkan secara
singkat kehidupan masyarakat desa dalam kaitannya dengan
masalah kepercayaan kerohanian dan keagamaan.
Masyarakat desa adalah masyarakat berkerohanian,
barangkali ungkapan ini memang tepat dan cukup memberi
bobot. Berkerohanian itu berarti bahwa masyarakat desa pada
umumnya memiliki perhatian yang cukup terhadap masalah
yang berhubungan dengan kerohanian, misalnya kepercayaan,
kebatinan, dan agama. Katakanlah, bahwa masyarakat desa
relatif lebih rohaniah daripada masyarakat yang tinggal jauh dari
pedesaan.
Pemimpin Desa
Perkembangan dan
Perubahan Desa
A. Desa Sederhana
Desa dalam arti yang sebenarnya berkembang dari seke-
lompok manusia yang tinggal dalam sebuah tempat yang sama.
Pada mulanya, setiap orang tidak pernah bermaksud mengumpul
dan menjadi satu, apalagi membentuk sebuah perserikatan dan
perkumpulan yang namanya desa. Tidak! Semula orang memang
berkumpul serta cenderung mengelompok dengan sesamanya,
B. Desa Madya
Desa Madya ialah sebuah atau beberapa desa yang dalam
wujudnya tetap sebuah desa, tetapi penduduknya sudah bersikap
tidak sebagaimana adanya kehendak alam. Desa madya berarti
C. Desa Maju
Desa maju adalah sebuah atau beberapa desa yang dalam
perkembangannya sudah setingkat di atas desa madya. Dalam hal
ini desa maju telah mengenal sistem pemerintahan yang lengkap,
organisasi yang mantap, dan komunikasi yang cukup luas pula.
Desa maju berarti juga sebuah desa yang mampu me-
laksanakan program terencana dan mempunyai organisasi yang
mapan dalam mencapai cita-cita masyarakat dan kesejahteraan
masyarakat. Oleh sebab itu, desa maju dapat digambarkan
sebagai sebuah desa yang sudah setengah kota lebih maju
D. Desa Modern
Desa modern adalah sebuah desa yang sudah terjamah
kemajuan dan teknologi tinggi, terjamah kebudayaan barat dan
kebudayaan dunia pada umumnya. Kadangkala desa semacam
itu merupakan perkembangan dari keadaan kota yang sudah
terlalu padat, lantas dibukalah sebuah atau lebih tepatnya satelit
kota barupa desa atau desa kota, kota desa. Pendek kata desa-
desa seperti itu jelas bukanlah desa lagi melainkan sebuah kota
tambahan, dan andaikata disebut desa adalah desa modern.
Berikut beberapa ciri pokok desa modern.
1. Hubungan individu dengan individu lain
Hubungan individu dengan individu lain, sudah berjalan
secara formal dan hanya atas dasar kepentingan saja. Hu-
bungan antara individu dengan individu lain amat ditentukan
oleh ada dan tidaknya kepentingan di antara mereka. Jadi,
kalau mereka tidak punya kepentingan, maka merekapun
tidak akan mengadakan hubungan. Maka dari itu, sifat
hubungan yang ada menjadi sangat formal dan kalaupun
ada yang bersifat pribadi, harus dengan perjanjian lebih
dahulu.
Etiket dan pergaulan antarindividu sudah ketat sekali.
Oleh sebab itu, apabila memang tidak sungguh-sungguh
Proses Berdirinya
Suatu Negara
Pengendalian Diri
Dalam Pergaulan