You are on page 1of 18

BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Masalah Utama


Isolasi Sosial

1.2 Proses Terjadinya Masalah


1.2.1 Definisi
Definisi Isolasi sosial menurut Farida Kusumawati dan Hartono dalam
bukunya antara lain yaitu yang pertama menurut Townsend adalah suatu keadaan
kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang
negatif atau mengancam. Sedangkan yang kedua menurut Pawlin menarik diri
merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain (Farida, 2010).
Kerusakan interaksi sosial menurut Depkes RI dalam Nita Fitria adalah suatu
gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak
fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang
dalam hubungan sosial.
Definisi Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri
dari interaksi, kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan, serta mengalami kesulitan untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap
memisahkan diri, tidak ada perhatian (Nita, 2009).
1.2.2 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial antara lain : kurang spontan,
apatis (acuh tak acuh), ekspresi wajah kurang berseri, tidak merawat diri dan
tidak memperhatikan kebersihan diri, tidak ada atau kurang komunikasi
verbal, mengisolasi diri, tidak sadar terhadap lingkungan sekitar, asupan
makanan dan minuman terganggu, retensi urine dan feses, aktivitas menurun,
kurang energi, rendah diri, dan postur tubuh berubah misalnya sikap
fetus/janin (pada posisi tidur) (Farida, 2010)..

Rentang Respon Isolasi Sosial


1. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata
lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan

1
masalah. Sikap yang termasuk dalam respon adaptif antara lain :
menyendiri/respon dalam merenungkan apa yang telah terjadi di
lingkungan sosialnya, otonomi/kemampuan dalam menentukan dan
menyampaikan ide dan pikiran serta perasaan, bekerja sama/kemampuan
saling membutuhkan, dan interdependen/saling ketergantungan dalam
hubungan interpersonal (Farida, 2010)..
2. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial
dan kehidupan di suatu tempat. Yang termasuk perilaku respon
maladaptif antara lain : Menarik diri (mengalami kesulitan dalam
membina hubungan secara terbuka dengan orang lain), ketergantungan
(gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung dengan
orang lain), manipulasi (mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam), dan
curiga (gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain).
1.2.3 Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi Isolasi Sosial : Menarik Diri menurut Nita Fitria (2009)
adalah sebagai berikut :
a. Faktor tumbuh kembang, dimana setiap individu ada tugas perkembangan
yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Bila tugas perkembangan ini tidak terpenuhi, maka akan menghambat fase
perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga, merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah
dalam berkomunikasi (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang
anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.
c. Faktor sosial budaya, merupakan suatu faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial hal ini disebabkan oleh norma-norma
yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap keluarga yang tidak
produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis, dan cacat diasingkan dari
lingkungan sosialnya.
d. Faktor biologis, merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan
dalam hubungan sosial sebab organ tubuh seperti otak dapat mempengaruhi
terjadinya gangguan hubungan sosial.

2
2. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi Isolasi Sosial : Menarik Diri menurut Nita Fitria terdiri dari
faktor ekstrenal dan faktor internal4 : faktor eksternal yaitu stress yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga sedangkan faktor
internal yaitu stress yang terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan
terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasinya.
1.2.4 Akibat
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal atau perasaan
kesepian yang dialami oleh seseorang karena akibat penolakan dan sikap negatif
serta kepribadian yang tidak fleksibel sehingga muncul perilaku maladaptif
seperti menghindari/kehilangan hubungan dengan orang, tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan, yang
dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian sehingga
fungsi hubungan sosial seseorang terganggu (Farida, 2010)..

1.3 Pohon Masalah

Resiko mencederai
diri dan orang lain Penatalaksana
an regimen
terapeutik
Defisit infektif
perawatan diri
Isolasi Sosial:
Menarik Diri

Kurangnya Perubahan persepsi Kurang


motivasi dalam sensori pengetahuan
perawatan diri keluarga merawat
klien

1.4 Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji


Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji
Isolasi Sosial: Menarik Diri 1 Mengidentifikasi dan mendapatkan data yang
sesuai tentang klien. Oleh karenanya, fokus
utama dari pengumpulan data adalah respon
klien terhadap kekhawatiran, atau masalah
kesehatan yang bersifat biofisik, sosiokultural,
psikologis, dan spiritual.
2 Mengkaji data dari klien dan keluarga tentang
tanda dan gejala serta faktor penyebab,
memvalidasi data dari klien dan keluarga,
mengelompokan data, serta menempatkan

3
masalah klien1.
3 Data yang di dapatkan bisa dikelompokan
menjadi dua macam, yaitu data subyektif dan
obyektif. Data subyektif adalah data yang
disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga, data ini didapatkan melalui
wawancara oleh perawat kepada klien dan
keluarga. Data obyektif adalah data yang
ditemukan secara nyata, data yang didapat
melalui observasi atau pemeriksaan langsung
oleh perawat. Adapun data yang langsung
didapat oleh perawat disebut sebagai data
primer, sedangkan data yang diambil dari
hasil pengkajian atau catatan tim kesehatan
disebut data sekunder.
4 Data yang perlu dikaji pada klien dengan
isolasi sosial antara lain : data sukjektif seperti
klien mengatakan malas bergaul dengan orang
lain, klien mengatakan dirinya tidak ingin
ditemani perawat dan meminta untuk sendiri,
klien mengatakan tidak mau berbicara dengan
orang lain, tidak mau berkomunikasi, data
tentang klien biasanya didapat dari keluarga
yang mengetahui keterbatasan klien (suami,
istri, anak, ibu, ayah, atau teman dekat) dan
data objektif seperti kurang spontan, apatis
(acuh terhadap lingkungan), ekspresi wajah
kurang berseri, tidak merawat diri dan tidak
memperhatikan kebersihan diri, tidak ada atau
kurang komunikasi verbal, mengisolasi diri,
tidak sadar terhadap lingkungan sekitarnya,
asupan makanan dan minuman terganggu,
retensi urine dan feses, aktivitas menurun dan
kurang energy, rendah diri, da postur tubuh
berubah misalnya sikap fetus/janin (pada
posisi tidur).

1.5 Diagnosa Keperawatan


1. Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya motivasi dalam
perawatan diri

1.6 Rencana Tindakan


Intervensi keperawatan/rencana keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku
spesifik yang diharapkan dari klien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. Intervensi keperawatan harus spesifik, dinyatakan dengan jelas dan dimulai
dengan kata kerja aksi.

4
Rencana/intervensi keperawatan didasarkan pada pengkajian dan diagnosis
dari status kesehatan klien, kekuatan, dan masalah klien. Komponen perencanaan
meliputi menilai prioritas, menentapkan tujuan jangka panjang, menetapkan tujuan
jangka pendek, mengidentifikasi strategi dan mengurai intervensi keperawatan untuk
implementasi.
Konsep rencana keperawatan klien dengan Isolasi Sosial: Menarik Diri adalah
sebagai berikut :
a. Tindakan keperawatan pada klien
1) Tujuan keperawatan
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b) Klien dapat menyadari penyebab isolasi sosial.
c) Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
2) Tindakan keperawatan
a) SP 1 klien : Membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenal
manfaat berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan
mengajarkan klien berkenalan.
(1) Bina hubungan saling percaya.
(a) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien.
(b) Berkenalan dengan klien : perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan
perawat serta tanyakan nama lengkap dan nama panggilan klien.
(c) Tanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.
(d) Buat kontrak asuhan : apa yang perawat akan lakukan bersama klien,
berapa lama akan dikerjakan, dan tempat pelaksanaan kegiatan.
(e) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi.
(f) Tunjukan sikap empati terhadap klien setiap saat.
(g) Penuhi kebutuhan dasar klien jika mungkin.
(2) Bantu klien mengenal penyebab isolasi sosial.
(a) Tanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.
(b) Tanyakan penyebab klien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.
(3) Bantu klien mengenal manfaat berhubungan dengan orang lain dengan cara
mendiskusikan manfaat jika klien memiliki banyak teman.
(4) Bantu klien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dengan
cara :
(a) Diskusikan kerugian jika klien hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain.
(b) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien

5
(5) Bantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
(6) Ajarkan klien berkenalan.
b) SP 2 klien : Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan
orang pertama/perawat).
c) SP 3 klien : Melatih klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan
orang kedua/klien).
b. Tindakan keperawatan pada keluarga
1) Tujuan keperawatan
Setelah tindakan keperawatan, keluarga dapat merawat klien isolasi sosial.
2) Tindakan keperawatan
a) SP 1 keluarga : Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai
masalah isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat klien isolasi
sosial.
(1) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
(2) Jelaskan tentang :
(a) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada klien.
(b) Penyebab isolasi sosial.
(c) Cara-cara merawat klien dengan isolasi sosial, yaitu :
Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara bersikap peduli
dan tidak ingkar janji, berikan semangat dan dorongan kepada klien
untuk dapat melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain (yaitu
dengan tidak mencela kondisi klien dan memberikan pujian yang wajar),
tidak membiarkan klien sendiri di rumah, dan buat rencana atau jadwal
bercakap-cakap dengan klien.
(3) Peragakan cara merawat klien dengan isolasi sosial.
(4) Bantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari,
mendiskusikan masalah yang dihadapi.
(5) Susun perencanaan pulang bersama keluarga.
b) SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien isolasi
sosial langsung di hadapan klien.
c) SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

1.7. Evaluasi
Menurut Direja (2011), evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat dibagi
dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil tau sumatif yang dilakukan dengan

6
membandingkan antara respons pasien dan tujuan khusus serta umum yang
telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
SOAP, sebagai berikut:
a. S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dapat di ukur dengan menanyakan kepada pasien
langsung.
b. O : Respon objektif pasien terhadap tinddakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien
pada saat tindakan dilakukan.
c. A : Analisis ulang atas data subjektif data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru
atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada .
d. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada
respon pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan
lanjut oleh perawat.
Rencana tindakan lanjut dapat berupa:

a. Rencana diteruskan jika masalah tidak berubah

b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah


dijalankan tetapi hasil belum memuaskan

c. Rencanakan dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak


belakang dengan masalah yang ad serta diagnosa lama dibatalkan

d. Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang
diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang
baru.
Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi aga dapat
melihat perubahan berusaha mempertahankan dan memelihara.
Pada evaluasi sangat diperlukan reinforment untuk menguatkan
perubahan yang positif. Pasien dan keluarga juga dimotivasi untuk
melakukan self- reinforcement (Prabowo, 2014).

DAFTAR PUSTAKA

7
Kusuma, Farida dan Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Videbeck, S. L.. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Psychiatric Mental
Health Nursing). Jakarata: EGC.
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.
Doenges, M. E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3. Jakarta: EGC.
Townsend, M. C. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri :
Rencana Asuhan dan Medikasi Psikotropik. Terjemahan dari Nursing Diagnosas in
Psychotropic Medications, oleh Devi Yulianti dan Ayura Yosef. 5th ed. Jakarta: EGC.

8
SP PADA PASIEN
ISOLASI SOSIAL (ISOS)

SP 1 KLIEN
Pasien Dina MRS pertama kali, saat ini sedang di ruang inap tulip
1. Fase Orientasi
1.1 Salam: Selamat pagi mbak, saya perawat wahid yang akan merawat mbak
Dina. Nama lengkap mbak Dina siapa ya? usianya mbak Dina berapa
sekarang ya?
1.2 Evaluasi: apa yang mbak Dina rasakan saat ini? apa yang baru saja terjadi di
rumah sehingga mbak Dina di bawa ke Rumah Sakit? Kapan kejadiannya?
Siapa yang mengantar mbak Dina ke sini tadi?
1.3 Validasi: apa yang sudah mbak Dina lakukan dirumah? Ada manfaatnya tidak
mas?
1.4 Kontrak: (Inform consent)
1.4.1 Topik dan tujuan: Baiklah Mbak Dina, kita akan bercakap-cakap
tentang masalah yang dihadapi mbak Dina, agar kita dapat mencari
jalan keluarnya.
1.4.2 Waktu: kita akan bercakap-cakap selama 30 menit ke depan.
1.4.3 Tempat: kita ngobrol disini saja ya mbak Dina (di ruang perawat)

2. Fase Kerja
2.1 Faktor preidisposisi presiptasi: Baiklan kita kan diskusi tentang kejadian-
kejadian yang dialami oleh mbak Dina sehingga akan lebih jelas masalahnya
2.1.1 Biologis: kita akan bicara lebih dahulu tentang kesehatan fisik
 Sejak kapan keluhan ini dirasakan?
 Apakah ada keluarga mbak Dina ada yang mengalami kejadian seperti ini?
 Dulu mas dedi masih ingat lahir ditolong oleh siapa dan dimana?
 Apakah sejak kecil samai sekarang mbak Dina pernah sakit? Kalo iya
dirawat dimana?
 Apakah pernah mengalami kecelakaan atau jatuh tidak mbak Dina?

9
 Mbak Dina pernah tidak minum obat-obatan terlarang, minum kopi atau
rokok?
Kesimpulan: berarti mbak Dina……………….
Pada pasien yang rawat ulang tanyakan:
 Apakah mbak Dina tahu diagnosa sakit sebelumnya?
 Apakah mbak Dina tahu obat yang diberikan?
 Kapan terakhir obatnya diminum?
 Kapan kontrol terakhir?
 Apakah pernah dirawat dengan kondisi ini?
Kesimpulan: berarti…..

2.1.2 Sosial: sekarang kita akan bicarakan riwayat kehidupan mbak Dina
 Sejak kecil mbak Dina tinggal dengan siapa? Kemudian kalau dirumah
mbak Dina tinggal dengan siapa saja, bisa diceritakan…emmm jadi yang
dekat dengan mbak Dina adiknya yang nomer 1 ya..(lengkapi genogram
secara lengkap)
 Mbak Dina dulu sekolahnya sampai mana? Jadi hanya sampai SMA, apa
alasanya?
 Kemudian setelah sekolah mbak Dina sempat bekerja tidak? Kerja apa
mas? sekarang apa mbak Dina masih bekerja? apa alasanya sampai
berhenti?
 Apakah mbak Dina sudah berkeluarga? tahun berapa? punya anak atau
belum? apakah masih tinggal serumah dengan suami dan anak?
 Kalau di rumah, mbak Dina ikut karang taruna apa tidak mbak.. atau
kegiatan yang lain yang disukai sama mbak Dina?
Kesimpulan: berarti…..

2.1.3 Psikologis:
 Pengalaman yang tidak menyenangkan apa saja yang mbak Dina pernah
alami mulai kecil sampai dengan sekarang?
Kesimpulan: berarti…..

10
11
2.2 Pengkajian Respons terhadap Stressor (Predisposisi & Presipitasi/Tanda dan Gejala)
STRESSOR KOGNITIF AFEKTIF FISIOLOGI PERILAKU SOSIAL DIAGNOSIS
Mbak Dina kan Bagaimana Setelah berhenti Apakah setelah Setelah berhenti Isolasi Sosial
pernah sakit? Apa perasaan Mbak minum obat, berhenti minum minum obat,
yang Mbak Dina Dina terkait apakah menjadi obat, Mbak Dina apakah Mbak Dina
pikirkan masalah putus sulit tidur? menjadi tidak bisa menjadi enggan
tentang penyakit obat tadi? tenang, mondar- bergaul dengan
Mbak Dina? mandir ? orang lain ?

Apa yang Mbak Apakah setelah Apakah menjadi Apakah Mbak Dina Apakah Mbak Dina Isolasi Sosial
Dina pikirkan putus obat, pusing, dada menjadi sulit menjadi malu atau
ketika Mbak Dina berdebar-debar mengontrol minder untuk
menghentikan menjadi mudah perilakunya? berbicara dengan
minum sedih atau orang lain?
obat? mudah marah?

Apa yang Mbak Apakah Mbak Apakah menjadi Apakah lebih suka Apakah setelah Isolasi Sosial
Dina rasakan Dina menjadi kurang nafsu menyendiri daripada berhenti minum
setelah Mbak Dina lebih nyaman makan setelah bergaul dengan obat menjadi malas
tidak minum obat? ketika berhenti berhenti orang lain? ikut kegiatan
minum obat? minum obat? sosial?

Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial


(Pada kolom stressor tuliskan stressor yang sudah disimpulkan pada format sebelumnya mengenai predisposisi dan presipitasi).

12
2.3. Pengkajian personal ability terhadap diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan
UPAYA PENYELESAIAN MASALAH HASIL/REALITAS
2.3.1 SUMBER KOPING: DESTRUKTIF ATAU KONSTRUKTIF
1. PERSONAL ABILITY
 Baiklah Mbak Dina, apa yang ibu lakukan untuk
mengatasi masalah tersebut (Waktu bertanya terkait 1
diagnosa
 Apakah sudah pernah diajarkan cara mengatasi masalah
tersebut?
 Jika sudah apakah pernah di coba, bagaimana hasilnya?
 Bagaimana kesehatan Mbak Dina?, apakah mungkin
untuk memecahkan masalah tersebut?
2. SOSIAL SUPPORT
 Selama Mbak Dina sakit dan dirawat, siapa yang peduli
dengan keberadaan ibu/bapak di sini?
 Siapa yang merawat (care giver) Mbak Dina di rumah?
 Apa yang dapat dilakukan mereka (keluarga/care giver)
ketika merawat Mbak Dina?
 Apakah Mbak Dina punya teman kelompok?
 Apakah yang mereka katakan melihat kondisi Mbak
Dina?
 Apa yang teman-teman lakukan terhadap Mbak Dina?
 Apakah ada kelompok teman senasib yang ada di
masyarakat?
 Apakah ada kader kesehatan jiwa di masyarakat?
3. MATERIAL ASSETS
 Selama Mbak Dina dirawat disini siapa yang
membiayai?
 Apakah bapak/ibu mempunyai jamkesmas/Askes/

13
SKTM/jaminan yang lain?
 Apakah ada asset pribadi seperti tabungan, tanah,
piaraaa atau sawah?
 Kemana biasanya keluarga membawa /mengobati
ketika ada anggota keluarga yang sakit?
 Apakah ada PKM,. RSJ terdekat?
4. POSITIVE BELIEF
 Apakah Mbak Dina yakin bisa sembuh?
 Apakah Mbak Dina yakin bahwa masalah yang
dialami dapat diatasi?

2.3.2 MEKANISME KOPING: DESTRUKTIF ATAU KONSTRUKTIF


(Sudah dikaji saat mengkaji personal ability, tinggal memilah
mana yang konstruktif mana yang dekstruktif)
1. PROBLEM-FOCUSED
2. COGNITIVELY- FOCUSED
3. EMOTION- FOCUSED
Tindakan Keperawatan Pada Klien : …………..

14
2.4. Pengkajian Sosial Support terhadap Diagnosis
2.4.1 Kemampuan Generalis: Apa yang dilakukan keluarga?
Simpulkan: Keluarga dapat merawat pasien
2.4.2 Kemampuan Spesialis: Apa yang dilakukan care giver?
Simpulkan: Care Giver dapat merawat pasien
Tindakan keperawatan pada Care giver, kelompok dan KKJ

2.5 Pengkajian Positif Belief:


2.5.1 Keyakinan pada diri sendiri untuk sembuh
Apakah Mbak Dina yakin bisa sembuh?
2.5.2 Keyakinan pada pelayanan kesehatan untuk dapat menolong
Apakah Mbak Dina yakin bahwa pelayanan kesehatan untuk dapat
menolong?
(Memberikan pujian untuk hal yang positif)

2.6 Pengkajian Material Asset:


2.6.1 Finansial: penghasilan, tabungan, ansuransi, BPJS
 Selama Mbak Dina dirawat disini siapa yang membiayai?
 Apakah bapak/ibu mempunyai jamkesmas/Askes/
 SKTM/jaminan yang lain?
 Apakah ada asset pribadi seperti tabungan, tanah, piaraaa atau sawah?
2.6.2 Pelayanan kesehatan: pelayanan kesehatan yang biasa digunakan dan
hambatannya
 Kemana biasanya keluarga membawa /mengobati ketika ada anggota
keluarga yang sakit?
 Apakah ada PKM,. RSJ terdekat?
Memberikan Edukasi (jika diperlukan)

2 Fase Terminasi
2.5 Evaluasi
Setelah kita berdiskusi tadi, bagaimana perasaaan mbak Dina? bagus..
2.6 Rencana Tindak Lanjut
Besok kita kan bertemu lagi, kita akan berlatih cara bercakap-cakap. Kita
berlatihnya di ruang perawat ya..jam 10 ya mbak Dina. Baik bercakap-cakap kita
sudah selesai, mbak Dina boleh kembali ke kamarnya dan jangan lupa untuk
waktunya besok

15
“SEMOGA LEKAS SEMBUH”
SP 2 KLIEN

1. Fase Orientasi
1.1 Salam: Selamat pagi mbak wahid, saya perawat rizka yang akan merawat
mbak wahid di ruangan ini.
1.2 Evaluasi: Apa yang mbak wahid rasakan saat ini?
1.3 Validasi: Apa saja aktivitas yang sudah mbak lakukan di ruangan ini? Apakah
mbak wahid sudah mencoba berkenalan dengan teman-teman yang ada
diruangan sini? Bolehkah saya melihat buku resep yang perawat beri kemarin
dan jadwal kegiatan mba wahid? Ada tidak manfaat yang mbak wahid
dapatkah setelah berkenalan dengan orang lain? Wah, bagus sekali yaa mbak
wahid sudah berkenalan dengan teman-teman di ruangan ini.
1.4 Kontrak: (Inform consent)
1.4.1 Topik dan tujuan: Baiklah mbak wahid, hari ini kita akan berdiskusi
mengenai cara bercakap-cakap dengan orang lain ya sehingga nanti
mbak wahid tidak merasa sendirian lagi diruangan ini. Selain itu, kita
nanti akan belajar mengenai cara bercakap saat melakukan kegiatan
seperti cara meminta sesuatu dan menjawab pertanyaan.
1.4.2 Waktu: Kita akan bercakap-cakap selama 30 menit ke depan ya mbak
1.4.3 Tempat: Mari mb, kita berdiskusinya di ruangan perawat ya.

2. Fase Kerja
2.1 Baiklah mbak, tadi perawat rizka melihat kalau mbak wahid sudah
mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain. Sekarang, perawat rizka
ingin mbak wahid untuk memperagakan kembali cara berkenalannya. Wah,
bagus mba. Benar sekali. Sekarang mari kita berkenalan dengan teman mbak
wahid yang ada ditaman ya. Nanti, mbbak wahid terus berlatih cara
berkenalan dengan orang lain ya mbak.
Sekarang, kita akan belajar cara meminta sesuatu dan menjawab pertanyaan
ya mbak. Nanti, semisal mbak wahid menginginkan sesuatu seperti ingin
memakai sisir. Maka mbak wahid berbicara kepada perawat ya, caranya
adalah seperti ini, Maaf perawat Nina, saya mau meminjam sisir untuk
merapika rambut saya. Mbak wahid memintanya harus dengan suara lembut
dan sopan ya. Nah, sekarang coba mbak wahid praktekkan ya. Wah bagus
sekali mbak, sudah benar caranya.

16
Yang terakhir, kita akan belajar cara menjawab sesuatu ya mbak. Nah,
seandainya nanti ada teman mbak wahid yang bertanya kepada mbak wahid,
maka caranya adalah sesperti ini. Seandainya, teman mbak wahid bertanya
mbak, punya sabun mandi? Mbak wahid cara menjawabnya adalah, pertama
mbak wahid melihat teman mbak wahid, kemudian dengan suara pelan dan
sopan mbak wahid bisa menjawab, maaf saya tidak mempunyai sabun, kalau
mbak wahid benar-benar tidak mempunyai sabun mandi ya. Kalau mbak
wahid punya, mbak bisa menjawab iya saya mempunyai sabun mandi. Sambil
memberikan sabun mandinya. Begitu ya mbak caranya

3. Fase Terminasi
3.1 Evaluasi subjektif: Setelah kita berdiskusi hari ini, bagaimana perasaaan mbak
wahid?
3.2 Evaluasi objektif: Tadi kita sudah belajar bersama mengenai cara berkenalan
dengan orang lain, sekarang coba mbak wahid ulangi lagi caranya ya. Wah,
bagus sekali mbak, sudah betul caranya. Sekarang, coba mbak wahid
peragakan cara meminta sesuatu dan menjawab pertanyaan ya. Wah bagus
sekali mbak.
3.3 Rencana Tindak Lanjut: Mari kita buat jadwal kegiatan hariannya ya mbak.
Nanti mbak wahid ingin berlatih cara berkenalan dengan orang lain berapa
kali sehari? pada jam berapa? Nah, selain itu mbak wahid mau berlatih cara
meminta sesuatu dan menjawab pertanyaan berapa kali sehari? pada jam
berapa? Baik perawat rizka tulis di kertas resep ini ya mbak. Jangan lupa
setelah kita latihan hari ini, mbak wahid tetap berlatih ya sehari tiga kali
swaktu mbak merasa sendirian ya sesuai dengan resep yang perawat berikan
ini. Kalau mbak wahid suada berlatih, jangan lupa buku kegiatan hariannya
diberi tanda contreng ya mbak, artinya bahwa mbak wahid sudah melakukan
latihan ya. kerjakan sesuai jadwal yang sudah kita sepakati.
3.4 Kontrak yang akan datang: Besok kita akan bertemu lagi ya, kita akan berlatih
bercakap-cakap dengan teman-teman mbak wahid yang sedang berkumpul di
taman. Selain itu, besok perawat aka melihat juga jadwal kegiatan harian
mbak ya. Besok kita akan bertemu kembali pukul 10 di ruangan perawat ini
ya mbak. Baik lah kalau begitu, terima kasih atas kerja samanya ya mbak
wahid. Perawat silahkan mbak wahid untuk melanjutkan aktifitasnya. Semoga
cepat sembuh mbak wahid.

17
18

You might also like