You are on page 1of 8

INVENTARISASI DAN PEMETAAN RAWAN LONGSOR

KOTA MANADO – SULAWESI UTARA


The inventorying and mapping of landslide potential
in Manado – Indonesia

Oleh:
Mithel Kumajas
Staf Pengajar Geografi
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Manado
Tondano, Sulawesi Utara
Telp. (0431) 322542, Email: mithelkumajas@yahoo.co.id

ABSTRACT
Landslide constitutes a frequent problem occurs in Manado. It happens for many times from year to year and brings
both material disadvantage and casualty. The way and hilly topography of Manado, unstabel geological condition, high rainfall,
and the improper land use are assumed to be the trigger for the problem. The objective of this study is to inventory and map
landslide potential area as well as to design the preventive plan. Mapping method employs spatial approach by using land unit
as the analysis unit. The technique of analysis applies the assistance of GIS with its ArcView soft ware.
The result of mapping shows that the level landslide potential from potential until very potential category in
Manado is 1.815,72 Ha; potential is 1282,10 ha and very potential category is 533,62 ha. The faktors cause the
landslide comprise of rocky declivity, high rainfall, and the condition of stone as well as the unstabel and porous soil. The
existence of Cesar zone extends to the center of the city and the use of settlement land located in improper zone become
the trigger that quicken the occurrence of landslide.
The strategy implemented to manage the landslide potential area can be carried out through 1) law enforcement
in relation to city lay out, 2) landslide prevention through civil and vegetative technique, 3) the improvement of social
consciousness of the danger of landslide disaster and the attempt for social empowerment, and 4) the provision of the
landslide potential danger map as the ground for policy making in the effort to manage the landslide disaster.

Keywords: Land unit, GIS, Landslide

PENDAHULUAN bahan induk batuan tuva Tondano, karena-


nya tanah yang berkembang di wilayah ini
Longsoran merupakan masalah adalah Latosol. Kondisi batuan sebagai-
serius yang sering terjadi di Kota Manado. mana tersebut pada saat terjadi hujan me-
Kondisi geografi Kota Manado yang nimbulkan bidang aliran pada perbatasan
berbukit, kondisi geologi tidak stabil, tanah dengan tuva sehingga memicu terjadi
penggunaan lahan tidak sesuai peruntukan, langsoran
curah hujan yang tinggi memicu peluang
terjadinya longsor. Kejadiaan longsor ini Melihat kondisi geografis sebagai
telah berulang dan telah menyebabkan mana tersebut di atas maka dapat diprediksi
korban material maupun jiwa. bahwa Wilayah Kota Manado rawan akan
bencana longsor. Untuk itu diperlukan
Secara geologis, jenis batuan wilayah inventarisasi dan pemetaan daerah-daerah
Kota Manado sebagian besar terbentuk dari rawan bencana longsor sebagai bagian dari

190 Forum Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2006: 190 - 197
upaya mitigasi bencana. Mitigasi bencana nakan sebagai unit analisis. Data spasial ter-
yang mencakup serangkaian kegiatan dari sebut dalam penelitian ini adalah peta kemi-
penelitian sampai tindakan-tindakan ke- ringan lereng, peta geologi, peta tanah dan
waspadaan dan pertolongan darurat serta peta penggunaan lahan Secara teknis, pro-
pemulihan kembali, merupakan kegiatan ses analisis spasial untuk penentuan rawan
yang bukan hanya tanggung jawab masya- longsor menggunakan perangkat lunak
rakat tetapi juga pemerintah setempat un- ArcView GIS (Geographic Information System)
tuk menekan jumlah kerugian maupun dengan bantuan ektensi Geoprocessing.
korban jiwa jika terjadi longsor. Itulah
sebabnya informasi mengenai daerah rawan Secara garis besar tahapan dalam
bencana baik dalam bentuk informasi data analisis spasial untuk penyusunan data
maupun peta mutlak diperlukan. spasial (peta) rawan longsor terdiri dari 4
tahap, yaitu (a) tahap tumpangsusun data
Tujuan spasial, (b) tahap editing data atribut, (c)
Kegiatan ini bertujuan mengiven- tahap analisis tabuler, dan (d) presentasi
tarisasi dan memetakan daerah rawan grafis (spasial) hasil analisis.
bencana longsor serta menyusun rencana
pengendaliannya. Metode yang digunakan dalam tahap
analisis tabuler adalah metode scoring.
METODE PENELITIAN Setiap parameter penentu kerawanan
longsor (Tabel 1) diberi skor tertentu, dan
Penelitian ini menggunakan pende- kemudian pada setiap unit analisis skor
katan spasial dengan unit lahan sebagai tersebut dijumlahkan. Hasil penjumlahan
satuan analisisnya. Analisis spasial dilaku- skor selanjutnya dikalsifikasikan untuk
kan dengan menumpangsusunkan (overlay) menentukan tingkat kerawanan longsor.
beberapa data spasial (parameter penentu Klasifikasi tingkat kerawanan longsor
rawan longsor) untuk menghasilkan unit berdasarkan jumlah skor parameter longsor
pemetaan baru (unit lahan) yang akan digu- seperti ditunjukan pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Penentuan Rawan Longsor


Tkt.
Tkt Tkt. Tkt.
Kemiringan Jenis Kera- Penggunaan
Kera- Kera- Jenis Batuan Kera-
Lereng (%) Tanah wanan lahan
wanan wanan wanan
Inceptisol Alluvium,
< 15 1 1 1 Hutan 1
Ultisol Endapan sungai
Batuan
15 - 40 3 Alfisol 2 Gunungapi 3 Perkebunan 3
Muda
Tuva Tondao, Pemukiman
> 40 5 Entisol 3 Batuan gamping 5 5
koral Tegal

Inventarisasi dan Pemetaan Rawan Longsor Kota Manado - Sulawesi Utara (Mithel Kumajas) 191
HASIL PENELITIAN oleh lereng yang sangat curam. Penampakan
perlapisan horison batuan sedimen di
1. Karakteristik Lahan Daerah Kajian kompleks Paal Dua, Ranomuut, dan Kairagi
Kota Manado sebagai ibukota pro- merupakan bukti adanya sesar naik
pinsi Sulawesi Utara terletak di kawasan Ti- tersebut.
mur Indonesia, dan secara langsung terletak
di bibir Pasifik, (Pacific rim). Secara Adanya struktur palung Laut Sula-
astronomis terletak antara 124°40’55"- wesi dan Laut Banda (Lempeng Pasifik)
124°55’54" Bujur Timur dan 1°25’43" - turut mempengaruhi kestabilan geologi di
1°38’56" Lintang Utara. Letak tersebut sekitar Kota Manado, karena struktur
menyebabkan daerah ini beriklim tropis. tersebut merupakan penyebab utama
Berdasarkan Schmidt Ferguson daerah ini terjadinya pusat-pusat gempa di sekitar
termasuk iklim A dengan curah hujan wilayah tersebut
tahunan 2697 mm.
Jenis tanah di Kota Manado dibeda-
Secara geologi, litologi Kota Manado kan atas aluvial dan latosol. Jenis tanah
dibedakan atas endapan sungai dan marin aluvial berasosiasi dengan sungai Tondano,
(Resen), Tufa Tondano (Pleistosen) dan Sario, Malalayang dan Bailang. Jenis tanah
batuan gunung api (Resen dan Miosen). Tufa latosol berkembang di daerah berbukit atau
Tondano, endapan sungai dan marin bergelombang dengan batuan induk tufa
mempunyai stabilitas batuan yang rendah Tondano, dan batuan gunung api.
dibandingkan dengan batuan gunungapi.
Batuan hasil endapan sungai dan marin Dilihat dari proses geomorfologinya,
tersusun atas pasir, lanau, konglomerat dan maka bentuklahan (landform) yang terjadi
lempung yang dicirikan dengan silang siur di Kota Manado dibedakan atas bentuk-
yang kebanyakan mendatar. Batuan gunung lahan asal volkanik, asal struktural, asal
api muda terdiri dari lava, bom, lapili dan denudasional, asal fluvial, dan asal marin.
abu, yang agihannya meliputi wilayah Bentuklahan volkanik berkaitan dengan
Malalayang, kompleks Gunung Tumpa dan gunungapi yakni Gunung Lokon, Gunung
Manado Tua. Batuan Tufa Tondano yang Tumpa, dan Gunung Manado Tua. Akibat
dicirikan oleh klastik yang bersifat andesit, bentuklahan tersebut menyebabkan topo-
tersusun atas pecahan batu apung, tufa, grafi Kota Manado tergolong kasar dengan
lapili dan breksi. Tufa Tondano banyak kemiringan lereng > 40 % menempati luas
dijumpai di Kecamatan Wenang, sebagian 13.26% dari luas wilayah. Pada kemiringan
Mapanget dan Molas, sedang batu gamping lereng tersebut sangat berpotensi untuk ter-
terumbu koral terdapat di P. Bunaken, dan jadinya longsor. Lahan yang termasuk datar
P. Siladen. Berdasarkan dari struktur geo- seluas 4192.30 ha (26.66 %) adalah lokasi
loginya, Kota Manado terletak diantara terkonsentrasinya pemukiman dan sangat
geantiklinal Danau Tondano dan G. Mana- berpeluang untuk terkena banjir sebagai
do Tua, G. Tumpa, G. Klabat yang ditandai akibat limpasan air sungai yang bermuara
adanya bidang patahan (sesar Manado- di Teluk Manado. Untuk kawasan pusat
Kema). Sesar tersebut diklasifikasikan Manado sebagian besar tergolong datar
sebagai sesar naik (reverse-fault) dengan hingga berbukit.
ketinggian maksimum 40 m yang ditandai

192 Forum Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2006: 190 - 197
Penggunaan lahan di wilayah Kota gerakan massa. Telah kenyataan bahwa
Manado yang luasnya 15.726 ha dibedakan aktivitas manusia dalam memanfaatkan
atas permukiman, hutan, tegalan, alang- lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup
alang, sawah, bakau dan kebun kelapa. Luas selalu merubah faktor topografi, litologi,
dan penggunaan lahan secara rinci antara stratigrafi dan kemungkinan struktur
lain sebagai berikut Pemukiman (2.510,50 geologinya. Misalnya aktivitas manusia yang
ha), Jasa, Industridan Perdagangan (714,15 banyak menambang batuan untuk bahan
ha), Tegalan (4.856,88 ha), Kolam/Tam- bangunan, jalan dan bangunan lainnya telah
bak/Rawa (213,35 ha), Kebun (3.139,96 menambah beban yang dapat mengakibat-
ha), Hutan (2.613,61 ha). Khusus untuk ka- kan atau memacu terjadinya gerakan massa.
wasan pusat kota peruntukannya dido- Biasanya kejadian gerakan massa itu
minasi oleh pemukiman, pertokoan dan bersamaan dengan musim penghujan yaitu
jasa. pada saat intensitas curah hujan tinggi da-
lam waktu relative lama. Dalam gerakan
2. Daerah Rawan Longsor massa, air pegang peranan, bukan sebagai
Hasil evaluasi daerah yang termasuk tenaga, tetapi merupakan faktor pemacu
rawan longsor 4.709,45 ha. Dengan rincian yaitu menjadi bidang pelicin dan menambah
menurut tingkat bahaya adalah Sangat berat massa hancuran batuan. Selain itu air
Rawan (533.62.ha), Rawan (1.282,10 ha), dapat berfungsi sebagai wahana dalam
Agak Rawan (2.898,73 ha), dan Tidak mempercepat gerakan massa hancuran
Rawan (791,85 ha) Sebaran daerah rawan karena menyebabkan massa tersebut men-
longsor sebagaimana terlihat dalam Peta jadi lebih encer.
Rawan Longsor Kota Manado. Berdasarkan
zona tingkat kerawanannya, ternyata ada Berdasarkan hasil pemetaan dari
sebagian wilayah yang tidak dapat penelitian ini ternyata Kota Manado terma-
diperuntukkan untuk pemukiman. Namun suk daerah rawan longsor, dan faktor penye-
kenyataannya zona tersebut telah babnya dapat diinventarisir sebagai berikut.
berkembang sebagai lahan pemukiman,
bahkan kecenderungan merambah ke arah (1) Kemiringan lereng yang curam hingga
bukit semakin meluas. sangat curam sehingga memudahkan
terjadinya perpindahan massa tanah
Longsor yang terjadi di Kota Manado karena dorongan gaya berat (gravitasi).
merupakan bencana alam yang rutin dalam (2) Curah hujan yang tinggi mengakibatkan
musim hujan, yang banyak menimbulkan kelebihan aliran permukaan dan
kerugian baik berupa rusaknya lahan terjadinya kejenuhan air tanah sebagai
pertanian, sarana bangunan, harta benda akibat dari hujan terus menerus.
maupun korban jiwa. Faktor penyebab (4) Litologi terutama pada tufa Tondano,
longsor yang menyebabkan terjadinya yang telah mengalami pelapukan, selan-
gerakan massa tersebut adalah topografi, jutnya mengakibatkan turunnya keman-
litologi, struktur geologi, iklim dan peng- tapan batuan; dan tanahnya poreus meng-
gunaan lahan. Faktor tersebut saling kait akibatkan turunnya kemantapan tanah.
mengkait dan dalam proses untuk mencapai (5) Adanya bidang pelicin pada permukaan
keseimbangan baru, akan terjadi berbagai batuan, yang menyebabkan terjadinya
proses baik proses erosi maupun proses gerak massa batuan.

Inventarisasi dan Pemetaan Rawan Longsor Kota Manado - Sulawesi Utara (Mithel Kumajas) 193
194
Forum Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2006: 190 - 197
Gambar 1. Peta Tingkat Kerawanan Longsor Kota Manado - Sulawesi Utara
(6) Terletak pada zona tektonik aktif yang a. Civil Teknis
mempengaruhi kestabilan batuan. Penentuan arahan penanggulangan
(7) Zone sesar yang memanjang tepat di longsor dengan upaya civil teknis, seperti
pusat kota, dengan perlapisannya hori- pembangunan talud, pembuatan saluran
zon, sangat mempengaruhi ketidak- drainase, dan pengolahan tanah, dapat
stabilan batuan/perlapisan batuan. dilakukan dengan mempertimbangkan hal-
(8) Penggunaan lahan terutama pemu- hal sebagai berikut :
kiman yang berada pada zona tidak - karakteristik lahan : kemiringan lereng,
layak huni mengakibatkan percepatan litologi, struktur perlapisan batuan,
longsor. kedalaman tanah, tata air
- tipe longsor ;
3. Upaya Penanggulangan Rawan - penggunaan lahan in situ
Longsor
Setelah daerah rawan longsor dike- b. Cara Vegetatif
tahui lokasinya melalui hasil pemetaan serta Dalam kaitan dengan upaya pe-
telah teridentifikasi dan terinventarisasi nanggulangan dan penataan kawasan rawan
tingkat kerawanannya maupun faktor bencana secara vegetatif yang perlu dilaku-
penyebabnya maka akan menjadi lebih kan adalah kegiatan penghijauan kota.
mudah dalam upaya pengelolaannya. Untuk itu dalam memilih jenis pohon yang
akan ditanam harus memenuhi syarat anta-
Secara garis besar upaya memperkecil ra lain : memiliki perakaran yang dalam,
bahaya longsor Kota Manado dapat dilaku- tumbuh cepat dan tahan terhadap pemang-
kan dengan menggunakan dua pendekatan, kasan, tahan terhadap kekurangan air, sela-
yaitu pendekatan hukum dan pendekatan lu hijau dan sering berbunga, mampu hidup
fisik pada berbagai kondisi tanah, tajuk tumbuh
melebar, tidak mudah menggugurkan ca-
1. Penegakan peraturan (pendekatan bang, memiliki manfaat ganda baik aspek
hukum) yang berkaitan dengan tata ekologis maupun ekonomis
ruang; pada pendekatan ini upaya yang
dapat dilakukan adalah penetapan pe- Pada dasarnya sangat sulit memilih
runtukan termasuk penataan pemu- jenis pohon yang dapat memenuhi syarat-
kiman dan penetapan daerah kawasan syarat seperti di atas. Adanya faktor obyek-
lindung yang tidak dapat digunakan tif dalam pemilihan jenis dapat menghin-
termasuk pemukiman. darkan dari kegagalan dan hambatan dalam
2. Pencegahan longsor dapat dilakukan penanaman seperti : ketersediaan biji dalam
melalui pemberdayaan masyarakat dan jumlah besar, aspek ekologis khususnya dae-
teknis berupa civil teknis dan upaya rah sebaran berdasarkan ketinggian tempat.
Vegetatif (pendekatan fisik). Untuk menjamin perakaran yang dalam dari
suatu jenis pohon yang ditanam adalah
Secara lebih rinci pendekatan yang ke sedapat mungkin pohon tersebut dikem-
dua dan dimungkinkan dapat diimplemen- bangkan secara generatif (menggunakan
tasikan dalam menanggulangi rawan biji bukan stek). Berdasarkan kajian dari
longsor di Manado dapat dijelaskan sebagai berbagai literature terdapat berbagai jenis
berikut : tanaman yang dapat ditanam di daerah

Inventarisasi dan Pemetaan Rawan Longsor Kota Manado - Sulawesi Utara (Mithel Kumajas) 195
rawan longsor dengan sifat-sifat yang hujan yang tinggi,. litologi terutama pada
mendekati criteria tersebut diatas, antara tufa Tondano yang menjadi bidang luncur,
lain : Kayu Manis ( Cinamoman burmanini ), adanya zona sesar yang memanjang tepat
Linggua ( Pterocarpus indicus ), Kayu Tanjung di pusat kota, dan penggunaan lahan
( Mimusops elengi ), Casuarina / Cemara, terutama pemukiman yang berada pada
Manggis ( Garcia mangostana ), Pohon Asam zona tidak layak huni.
( Tamarindus indicus ), Pala, Kalumpang,
Glirisida, dan Lemon Unit lahan yang memiliki lereng yang
besar dan batuan yang tidak stabil, kurang
c. Pemberdayaan masyarakat vegetatif adalah daerah yang sangat rawan
Pemberdayaan masyarakat pada terjadi longsor. Waktu kejadian longsor
dasarnya adalah upaya memberi peran aktif selalu terjadi pada saat musim penghujan
kepada masarakat sehingga diharapkan dengan intensitas hujan yang tinggi.
dikemudian hari dengan kesadaran sendiri
mampu mengatasi rawan bencana baik Strategi yang dapat dilakukan untuk
sebelum, pada saat terjadi, maupun setelah pengendalian daerah rawan longsor dapat
longsor. Bentuk kegiatan yang dapat dila- diatasi dengan menggunakan model pen-
kukan antara lain melalui kegiatan penyu- dekatan yaitu (1) penegakan peraturan
luhan, sosialisasi, pelatihan maupun kegia- yang berkaitan dengan tata ruang sehingga
tan lain dalam kemasyarakatan dan pendi- menggunakan lahan sesuai peruntukan
dikan baik formal maupun non-formal. termasuk daerak layak huni, (2) Pence-
gahan longsor melalui upaya civil teknis dan
KESIMPULAN upaya vegetatif.(3) Peningkatan kesadaran
untuk mengantisipasi terjadinya bencana
Hasil penyelidikan menunjukkan longsor, dan (4) Penggunaan Peta Rawan
bahwa faktor penyebab terjadinya longsor Bencana Longsor untuk pengambilan kebi-
tersebut adalah kemiringan lereng, curah jakan dalam pengendalian bencana longsor.

DAFTAR PUSTAKA

BPPD. 1999/2000. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Manado Tahun 2000 – 2010. Manado :
Pemerintah Kota Manado.
Fauzi, dkk. 2004. Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Peta Bencana Alam Indonesia.
Et Partiwi, dkk. 200… Inventarisasi daerah Rawan Bencana Alam di NTT dan NTB. Proyek
Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk Inventarisasi Sumberdaya Alam dan
Lingkungan (ISDAL). Jakarta : Kantor Deputi Penginderaan Jauh Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional
Kumajas Mithel, 1997. Analisis Rawan Bencana Kota Manado : Bappeda Manado kerjasama
dengan Jurusan Geografi IKIP Manado
Studio Pengkajian Bencana Alam. 1995. Penelitian Daerah Rawan Bencana Alam Propinsi Jawa
Tengah. Kerjasama antara BAPPEDA Tk. I Propinsi Jawa Tengah dan Fakultas
Geografi UGM Yogakarta : Fakultas Geografi UGM

196 Forum Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2006: 190 - 197
Sutikno, 1987. Aspek-aspek Geomorfologi untuk Perencanaan, Fakultas Geografi UGM,
Yogyakarta.
_______. 1987. Geomorfologi Konsep dan Terapan. Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta.
Verstappen. H.Th. 1968. ITC System of Geomorphological Survey. Delf, The Netherland,
Copyright International Institute for Aerial Survey and Earth Sciences (ITC).
________. 1983. Applied Geomorphology ; Geomorphological Surveyys For Environmental
Developmental. Elsevier Scientific Publishing Company Inc. Amsterdam.

Inventarisasi dan Pemetaan Rawan Longsor Kota Manado - Sulawesi Utara (Mithel Kumajas) 197

You might also like