You are on page 1of 6

PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT DAN WAKTU

SANDAR KAPAL PELABUHAN TANJUNG EMAS

Denny J. Najoan Deshalena Ayu Rachma Putri Siti Nurhayati


STMT Trisakti STMT Trisakti STMT Trisakti
dennynajoan@gmail.com stmt@indosat.net.id see.tnurhayati@gmail.com

ABSTRACT

The objective of this research is to find out how big the influence of the loading and unloading
productivity and the berthing time in a case study at Tanjung Emas Port, Semarang. The data
analysis method used was simple linear analysis and hypothesis test. This research used
secondary data of loading and unloading productivity (BCH) and berthing time in a year. The
analysis results and discussion show that there is a proportional influence of loading and
unloading productivity and berthing time that is shown in equation of simple linear regression
line of Y = 35,38 - 0,832X. Furthermore, the hypothesis test results show that F count = 11.36
and F table = 4.96 , therefore, F count > F table or 11.36 > 4.
Keywords: productivity; loading and unloading; berthing time.

PENDAHULUAN tunggu kapal (waiting time) di pelabuhan.


Berdasarkan data tahun 2011-2016, Proses sandar kapal di pelabuhan
terjadi peningkatan arus petikemas dan merupakan sebagian proses yang dilakukan
aktifitas bongkar muat petikemas di pelabuhan dalam suatu pelayanan jasa bongkar muat
Tanjung Emas Semarang (Terminal 6). petikemas. Proses ini tentunya juga perlu
Berdasarkan data tahun 2016, kunjungan kapal membutuhkan penanganan dengan sistem yang
di Pelabuhan Tanjung Emas sebanyak 3.057 tidak bisa diabaikan untuk mendapatkan hasil
dalam satu tahun. Sehingga, antrean kapal di yang maksimal karena sistem dan mekanisme
area anchor (area labuh) juga semakin banyak yang digunakan untuk proses sandar kapal
sebelum kapal dilayani jasa pandu dan jasa akan sangat mempengaruhi proses-proses
tunda. Begitu pula jumlah barang yang selanjutnya.
bongkar muat di dermaga cukup signifikan, Sistem yang dimaksud di sini adalah
yaitu sebanyak 2.759.003 (bongkar) dan sebuah mekanisme yang digunakan untuk
408.578 (muat) di atas kapal. Hal tersebut menentukan urutan dan penggunaan dermaga
menimbulkan kekhawatiran bahwa dengan fasilitas yang ada untuk mencapai
pertumbuhan dalam volume, tanpa hasil yang maksimal. Dengan sebuah
peningkatan mutu yang memadai dalam mekanisme atau sistem yang tepat dengan
kapasitas, alat bongkar muat serta pelayanan keadaaan fasilitas yang dimiliki sebuah
bongkar muat barang di dermaga, akan pelabuhan, maka masalah seperti antrian kapal
menyebabkan semakin meningkatnya waktu yang panjang dan waktu tunggu yang lama,

57
Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi Dan Logistik, Vol. 4 No. 1 September 2017

dimana kedua hal tersebut merupakan masalah perhitungan ship output per waktu pelayanan
yang sering terjadi akan dapat diminimalisir. kapal (Lasse, 2014). Dimensi ship’s output
Berdasarkan hal tersebut perlu kiranya dikaji yang digunakan adalah tonase bongkar muat
pengaruh produktivitas bongkar muat per waktu kerja kapal, tonase bongkar muat
petikemas terhadap waktu sandar kapal per waktu kapal di dermaga, dan tonase
(berthing time) di terminal petikemas bongka muat per waktu kapal di pelabuhan; 4)
pelabuhan Tanjung Emas Semarang. alat pengangkut muatan (trucking) merupakan
alat berat yang digunakan untuk kegiatan
KAJIAN PUSTAKA bongkar muat dari kapal langsung keatas truk
Menurut Gurning dan Budiyanto (2007) atau rel yang ditangani khusus oleh tenaga
produktivitas bongkar muat adalah tingkat profesional dengan memperhatikan segi
kemampuan dan kecepatan pelaksanaan keamanan dan keselamatan kapal, barang dan
penanganan kegiatan pembongkaran barang manusia (operator); 5) jumlah, jenis, status
dari atas kapal sampai ke gudang atau dan kondisi muatan yang bermacam seperti
lapangan penumpukan atau sebaliknya untuk jenis muatan yang terdapat di dalam palka
kegiatan pemuatan barang sejak dari (general cargo, muatan curah kering atau
gudang/lapangan penumpukan sampai ke atas basah), jumlah dan kemasan muatan yang
kapal. Tingkat kemampuan tersebut terdapat dalam palka (dalam satuan kubik, ton,
ditunjukkan oleh beberapa indicator, yakni: 1) bundles, bag, drum, cartoon), status muatan
jumlah rata-rata bongkar muat yang dicapai (langsung atau pindahan/’transhipment), dan
per jam dan dilakukan oleh 1 gang buruh ( sifat muatan (berbahaya atau berharga); dan 6)
12 orang) di atas kapal yang diukur dengan faktor alam (cuaca) dapat berubah secara tiba-
satuan ton/gang/jam (T/G/J); 2) jumlah rata- tiba, namun hal tersebut merupakan fenomena
rata bongkar muat barang yang dicapai per jam alam yang tak dapat dicegah dan diatasi oleh
dan dilakukan oleh alat bongkar muat kemampuan manusia.
petikemas diukur dengan satuan Pengertian waktu sandar kapal (ship
box/crane/hour (B/C/H); dan 3) jumlah rata- berthing time) adalah waktu yang dipakai
rata bongkar muat barang yang dicapai per jam selama bertambat di dermaga untuk
dan dilakukan oleh seluruh gang yang ketiga melakukan kegiatan bongkar muat yang
diatas kapal selama kapal berada di dermaga dihitung sejak tali pertama terikat di dermaga
(BWT) yang diukur dengan satuan sampai dengan lepasnya tali tambatan terakhir
ton/kapal/jam (T/K/J) dan lazim disebut dari dermaga (Gurning & Budiyanto, 2007).
dengan ‘ship’s output’. Komponen ‘berthing time’ (BT) terdiri dari ET
Faktor-faktor yang mempengaruhi (effective time), IT (idle time), dan NOT (non
produktivitas bongkar-muat adalah: 1) kerja operation time). Waktu efektif (effective time)
gang buruh (gang output/labour output) adalah waktu yang benar-benar atau efektif
dihitung untuk mengetahui tonase bongkar- digunakan untuk melakukan bongkar muatan
muat yang dikerjakan satu gang dalam satu di dermaga. Waktu terbuang (idle time) adalah
jam kerja (Lasse, 2014). Hasil hitungannya waktu yang terbuang dalam melakukan
menunjukkan kekuatan dan kecepatan tenaga bongkar muat kapal yang disebabkan karena
kerja melaksanakan bongkar-muat didukung beberapa hal seperti menunggu truk yang akan
keterampilan, peralatan bantu, dan menerima muatan dari kapal, kerusakan alat
karakteristik muatan; 2) kesiapan alat bongkar bongkar muatan, serta terlambatnya proses
muat dalam kegiatan bongkar-muat agar penyelesaian dokumen.
berjalan secara efektif dan efisien; 3) Waktu non operation time adalah
kecepatan bongkar muat diukur melalui waktu yang terpakai oleh kapal selama

58
Produktivitas Bongkar Muat Dan Waktu Sandar Kapal Pelabuhan Tanjung Emas

bertambat di dermaga yang berada di luar jam jam. Analisis kenaikan/penurunan


kegiatan bongkar muat misalnya saat istirahat produktivitas bongkar muat per bulan dari
untuk makan siang. Jumlah ET dan NOT data gambar 1 dilakukan dengan
adalah ‘berth working time’ (BWT), sehingga membandingkan nilai BCH bulan tersebut
BT sama dengan jumlah berth working time dengan nilai BCH bulan sebelumnya.
dan idle time. Adapun hipotesis yang Berdasarkan perbandingan tersebut dapat
digunakan adalah terdapat pengaruh yang dilihat bahwa produktivitas bongkar muat
signifikan antara produktivitas bongkar muat mengalami kenaikan pada bulan Februari,
dan waktu sandar kapal (berthing time) di Juli, dan Desember berturut-turut sebesar 2
terminal petikemas pelabuhan Tanjung Emas BCH (8%), 4 BCH (16%), dan 1 BCH
Semarang. (4,34%).
Pada bulan Maret, Mei, Juni, Agustus,
METODE PENELITIAN September, dan November produktivitas
Variabel penelitian ini terdiri dari satu bongkar muat mengalami penurunan sebesar
variabel dependen (Y) yaitu waktu sandar 2 BCH (8,69%), 1 BCH (4,54%), 1 BCH
kapal (berthing time) dan satu variabel (4,76%), 0,02 BCH (0,08%), 1,98 BCH
independen (X) yaitu produktivitas bongkar (8,6%), dan 1 BCH (4,54%). Sedangkan pada
muat . Kedua variabel ini diukur dan dianalisa bulan April dan Oktober produktivitas
dengan menggunakan analisis regresi linier bongkar muat tidak mengalami kenaikan
sederhana. Instrumen yang digunakan adalah maupun penurunan (0).
data sekunder produktivitas bongkar muat Produktivitas bongkar muat per bulan
(BCH) dan waktu sandar kapal dalam setahun. selama setahun berfluktuasi, dengan
Penelitian ini berisi analisis deskriptif data produktivitas bongkar-muat tertinggi terjadi
produktivitas bongkar muat dan waktu sandar pada bulan Februari dan Juli (25 BCH)
kapal serta uji hipotesis. Uji hipotesis sedangkan terendah pada bulan Juni (21
menggunakan analisis regresi linier sederhana. BCH). Perolehan prosentase tertinggi terjadi
Pengolahan data menggunakan SPSS versi pada bulan Juli (16%) dan terendah pada
20.00. bulan April dan Oktober (0%). Standar
kinerja bongkar-muat petikemas (BCH) pada
HASIL DAN PEMBAHASAN Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
A. Analisis Produktivitas BongkarMuat Laut Nomor: HK.103/2/18/DJPL-16 Tentang
Kinerja bongkar muat diukur dalam standar kinerja pelayanan operasional
satuan box/crane/hour merupakan jumlah pelabuhan pada pelabuhan yang diusahakan
petikemas yang dibongkar/dimuat oleh 1 secara komersial yaitu 25 BCH.
(satu) crane dalam periode waktu 1 (satu)

59
Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi Dan Logistik, Vol. 4 No. 1 September 2017

3
0
2
5
2
0
1
5
1
0
5

0
Jan Feb Mar Apr May June July Aug Sept Oct
Produktifitas B/M Nov
2 Des 23
25 23 22 21 25 24.98 23 23
(BCH) 3 15.62 15.45
17.47 22 15.36
23 17.04 19.38 13.73 15.63 15.24 15.15 16.67
Berthing Time (Jam) 16.43
Gambar 1 Produktivitas Bongkar-Muat dan Waktu Sandar Kapal

B. Analisis Waktu Sandar Kapal (Berthing B. Pengaruh Produktivitas Bongkar Muat (X)
Time) Terhadap Waktu Sandar Kapal (Y)
Waktu sandar kapal adalah waktu yang Teknik analisis yang digunakan untuk
dipakai selama bertambat di dermaga untuk uji hipotesis pengaruh produktivitas bongkar
melakukan kegiatan bongkar-muat yang muat (X) terhadap waktu sandar kapal (Y)
dihitung sejak tali pertama terikat di dermaga adalah regresi linier sederhana dengan alat
sampai dengan lepasnya tali tambatan terakhir bantu SPSS 20.0. Hipotesanya adalah terdapat
dari dermaga. Berdasarkan data berthing time pengaruh yang signifikan antara
pada Gambar 1 analisis kenaikan/penurunan produktivitas bongkar muat dan waktu sandar
waktu sandar kapal per bulan dari data kapal (berthing time) di terminal petikemas
Gambar 1 dilakukan dengan membandingkan pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
nilai berthing time bulan tersebut dengan nilai Persamaan regresi linier sederhananya
berthing time bulan sebelumnya. adalah Y = 35,38 – 0,832X. Makna persamaan
Berdasarkan perbandingan tersebut ini adalah jika produktivitas bongkar muat (X)
dapat dilihat bahwa berthing time mengalami nilainya adalah 0, maka waktu sandar kapal
kenaikan pada bulan Mei, Juni, Agustus, dan (berthing time) yaitu sebesar 35,38 jam. Selain
November berturut-turut sebesar 1,68 jam itu, setiap pengurangan 1 nilai produktivitas
(9,86%), 2,34 jam (12,07%), 1,9 jam B/M, maka nilai berthing time berkurang
(12,15%), dan 1,52 jam (9,11%). Pada bulan sebesar 0,832 satuan dengan manggunakan
Februari, Maret, April, Juli, September, tingkat keyakinan 95%. Perhitungan jumlah
Oktober, dan Desember berthing time kuadrat regresi (JKreg [a]), (JKreg [b|a]), dan
mengalami penurunan sebesar 1,85 jam residu (JKres) diperoleh 3109,55, 12,05, dan
(11,84%), 0.17 jam (1,11%), 0,09 jam 10,6. Sedangkan perhitungan rata-rata jumlah
(0,58%), 5,65 jam (41,15%), 0,39 jam kuadrat regresi (RJKreg [a]), (RJKreg [b|a],
(2.55%), 0.09 jam (0.59%), dan 0,24 jam dan residu (RJKres) adalah 3109,55, 12,05,
(1,46%). dan 1,06.
Nilai signifikan pengaruh produktivitas

60
Produktivitas Bongkar Muat Dan Waktu Sandar Kapal Pelabuhan Tanjung Emas

bongkar-muat terhadap waktu sandar kapal muat) terhadap variabel terikat (berthing time).
dengan menggunakan uji-F adalah 0,006 Demikian pula nilai Fhitung (11,36) lebih besar
(Tabel 1). Dengan menggunakan tingkat dari pada F tabel (4,96) yang berarti ada
signifikan 5% (0,006 < 0,05) maka hipotesa pengaruh yang signifikan antara variabel
diterima bahwa ada pengaruh yang signifikan produktivitas bongkar muat dengan variabel
dari variabel bebas (produktivitas bongkar waktu sandar kapal.
Tabel 1 ANOVAa
Model Sum of df Mean Square F Sig.
Regression Squares
12.240 1 12.240 11.777 .006
b
1 Residual 10.393 10 1.039
Total 22.633 11
a. Dependent Variable: Berthing Time (Jam)
b. Predictors: (Constant), Produktifitas B/M (B/C/H)

SIMPULAN tertinggi terjadi pada bulan Agustus (12,15 %)


Simpulan seberapa besar pengaruh dan waktu sandar kapal di terminal petikemas
produktivitas bongkar muat terhadap waktu Tanjung Emas mencapai nilai terendah pada
sandar kapal di terminal petikemas pelabuhan bulan Juli (-41,15%). Ketiga, hasil perhitungan
Tanjung Emas Semarang ada beberapa hal. mendapatkan persamaan garis linier Y = 35,38
pertama, produktivitas bongkar muat yang – 0,832X.
tertinggi terdapat pada bulan Februari dan Juli Jumlah kuadrat regresi atau JKreg[a]
sebesar 25 BCH dan prosentase tertinggi yaitu 3109.55. Jumlah kuadrat regresi atau
adalah bulan Juli sebesar 16%. Berdasarkan JKreg[b|a] yaitu 12.05. Jumlah kuadrat
perhitungan tersebut, maka produktivitas residual atau JKres yaitu jumlah kuadrat
bongkar muat mengalami kenaikan tertinggi. regresi atau JKreg[a] yaitu 3109.55. Jumlah
Penurunan yang terjadi pada bulan Juni kuadrat regresi atau JKreg[b|a] yaitu 12.05.
merupakan penurunan produktivitas bongkar Jumlah kuadrat residual atau JKres yaitu
muat yang tertinggi, yaitu sebesar 21 BCH dan 10.6. Rata-rata jumlah kuadrat regresi atau
prosentase terendah yaitu bulan April dan RJKreg [a] yaitu 3109.55. Dan rata-rata
Oktober sebesar 0% karena tidak mengalami jumlah kuadrat regresi [b|a] adalah 12.05.
kenaikan dari bulan sebelumnya. Naik Dengan menggunakan uji-F yang
turunnya produktivitas bongkar dan muat per menghasilkan fakta bahwa Fhitung sebesar
bulannya selama setahun menandakan bahwa 11.36 dan Ftabel sebesar 4.96, maka Fhitung
target dari produktivitas bongkar muat yang > Ftabel atau 11.36 > 4.96, maka Ho ditolak,
ditetapkan oleh PT Pelabuhan Indonesia III artinya ada hubungan yang signifikan antara
cabang Tanjung Emas Semarang belum produktivitas bongkar muat (variabel X)
sepenuhnya tercapai disebabkan oleh faktor terhadap waktu sandar kapal (berthing time)
kerja gang buruh, kesiapan alat bongkar muat, (variabel Y).
kecepatan bongkar muat, trucking (alat
pengangkut muatan), jumlah, jenis, status dan DAFTAR PUSTAKA
kondisi muatan, dan faktor alam (cuaca).
Kedua, waktu sandar kapal di terminal Gurning, R.O. S., & Budiyanto, E.H. 2007.
petikemas Tanjung Emas mencapai persentase Manajemen Bisnis Pelabuhan,

61
Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi Dan Logistik, Vol. 4 No. 1 September 2017

Jakarta: APE Publishing.

Lasse, D.A. 2014. Manajemen Muatan


Aktivitas Rantai Pasok di Area
Pelabuhan, Jakarta: Rajagrafindo
Persada.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis.


Bandung: Alfabeta.
------. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

[DPR RI] DewanPerwakilan Rakyat Republik


Indonesia. 2008. Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2008 Tentang
Pelayaran, Jakarta : DPR RI

62

You might also like