You are on page 1of 7

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang kaya akan hasil pertanian, perikanan, perkebunan,
peternakan dan kehutan. Kondisi alam tersebut memberikan peluang yang besar untuk
masyarakat Indonesia dalam sector pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan
kehutanan dalam memenuhi kebutuhan pangan. Salah satu hasil Sumber Daya Alam di
Indonesia adalah minyak goreng.
Minyak goreng adalah bahan pangan dengan komposisi utama yang berasal dari
trigliserida tanpa perubahan kimiawi. Minyak Goreng pada umumnya berbentuk cair pada
suhu ruang dan digunakan untuk menggoreng makanan Menurut Haryono et al (2010)
minyak goreng adalah minyak yang telah mengalami proses pemurnian yang meliputi
dari degumming, netralisasi, pemucatan, deodorisasi. Minyak goreng dapat diperoleh dari
tumbuhan seperti kelapa, kelapa sawit, kacang-kacangan, jagung dan kanola.1
Penggunaminyak goreng banyak jumlahnya oleh konsumen, disebabkan ada yang
beranggapan bahwa makanan yang digoreng akan terasa jauh lebih nikmat.Setiap
produsen minyak goreng mempromosikan bahwa produknya adalah produk yang terbaik
dan 9, vitamin A, D dan E, melalui dua kali penyaringan dan tidak mengandung
kolesterol. Di Indonesia, minyak goreng diproduksi dari minyak kelapa sawit dalam skala
besar. Hingga tahun 2010 diperkirakan produksi minyak sawit mencapai lebih dari 3 juta
ton per tahun.2
Permasalahan sering terjadi di Indonesia salah satunnya adalad masalah kelangkaan
dan kekurangan bahan pangan, salah satunya adalah kelangkaan minyak goreng. Hal
tersebut memberikan dampak negatif untuk masyarakat Indonesia karena kebutuhan
pokok mereka semakin berkurang dan semakin susah untuk di dapatkan. Yaitu
disebabkan oleh banyaknya pelaku usaha yang melakukan tindakan penimbunan minyak
goreng dan akan dijual kembali dengan harga yang tinggi untuk mendapatkan keuntungan
yang dimana tindakan penimbunan adalah tindakan yang melawan hukum.
Penimbunan adalah membeli suatu barang lalu menyimpannya sehingga barang
tersebut menjadi langka sehingga harganya semakin mahal dan kemudian orang akan
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya, termasuk pakaian dan
1
“Minyak Goreng.” (http://p2k.unkris.ac.id/id3/3065-2962/Minyak-Goreng_97649_ p2k-unkris.html) diakses
pada 26 Februari 2022 pukul 08.08
2
Noriko et al., “Analisis Penggunaan Dan Syarat Mutu Minyak Goreng Pada Penjaja Makanan Di Food Court
UAI,” hlm. 13.
makanan.. Tindakan Penimbunan adalah tindakan yang dilarang dan melawan hukum
karena tindakan penimbunan adalah perbuatan pidana yang menyebabkan masyarakat
mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan pokoknya .
Tindakan Penimbunan terjadi dengan dua cara, yaitu pertama dengan menimbun
barang dan kemudian menjualnya dengan harga lebih tinggi., Ketika orang-orang
mengalami kesulitan dalam mencari kebutuhan pokok, maka datanglah penimbun yang
menjual minyak goreng dengan harga yang tidak masuk akal dan orang-orang dapat
membayar sesuatu yang lebih mahal hanya dengan jumlah yang mereka minta, padahal
biayanya sangat tinggi dan sama sekali tidak masuk akal. Kedua, dengan
mengesampingkan berbagai kebutuhan pokok dalam jangka waktu yang lama hingga
terjadi suatu peristiwa di mana masyarakat benar-benar membutuhkan bahan-bahan
penting tersebut, dan tindakan tersebut merupakan tindakan ilegal dari sudut pandang
keuangan, dan hal ini mempunyai dampak yang luar biasa besar. yang sangat buruk bagi
pembeli untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka. Tindakan penimbunan barang,
termasuk penimbunan kebutuhan pokok untuk disimpan kemudian menaikkan harga
secara tidak wajar, tidak dapat dibenarkan dari sudut manapun, baik secara moral, etika,
agama, ekonomi nasional, maupun hukum. Penimbunan juga melanggar hukum.3
Penimbunan barang kebutuhan pokok/barang dagangan dapat merugikan komponen
biaya pasar. Memegang atau menyimpan barang dagangan pembeli yang penting dapat
merepotkan pembeli dan produktif bagi si penimbun sehingga ia akan memperoleh
banyak keuntungan dengan melakukan penimbunan, dimana penimbunan merupakan
suatu perbuatan curang yang haram. Menyimpan dapat menyebabkan kekurangan barang-
barang yang tersedia, misalnya saja sumber makanan pokok, yang dapat membuat
masyarakat kelaparan karena tidak tersedianya bekal kebutuhan pokok dan tentunya akan
mengganggu kelancaran berbagai acara. Harga yang seharusnya masuk akal kini meroket
karena stok yang terbatas dan banyak pelaku bisnis yang mengumpulkannya lalu
menjualnya dengan harga yang tidak masuk akal.4
Tindakan Penimbunan ini sangat meresahkan masyarakat Indonesia, ketika
masyarakat mengalami kesulitan dalam mendapatkan minyak goreng, tidak sedikit orang
jahat yang memanfaatkan keadaan seperti ini untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Penimbunan yang dilakukan oleh orang-orang tersebut menyebabkan masyarakat umum
atau pembeli mengalami kerugian karena permainan biaya. Banyak konsumen yang
3
Ibid
4
Hafidhuddin, Agar Harta Berkah Dan Bertambah. hlm 58-59.
kebebasannya diabaikan karena dampak dari menyimpan kebutuhan akan produk-produk
pokok adalah pembeli mempunyai hak istimewa untuk memilih produk atau mungkin
mendapatkan keuntungan dan memperoleh produk tersebut dan juga mendapatkan
keuntungan dengan harga eceran tertinggi. Penimbunan terjadi pada konsumen yang
dihadapkan pada pilihan sulit dimana ketersediaan barang dagangan yang mereka
perlukan, terutama kebutuhan pokok, yang tersedia ternyata sangat terbatas dan jika
konsumen mempunyai keinginan untuk memiliki produk tersebut, konsumen harus
membelinya dengan harga yang mahal.
Dalam hal ini, hak-hak konsumen di lindungi oleh Peraturan Undang - Undang nomor
8 Tahun 1999 Tentang Keamanan Konsumen .
Pertimbangan dibuatnya UU Keamanan Konsumen
a. bahwa pembangunan diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur, materil dalam masa pemerintahan dalam masa demonstrasi berdasarkan
Pancasila dan Undang – Undang Dasar Tahun 1945;
b. bahwa kemajuan perekonomian masyarakat dalam masa globalisasi harus mempunyai
kemampuan untuk membantu perkembangan dunia usaha sehingga dapat
menghasilkan berbagai produk atau potensi manfaat yang mempunyai substansi
mekanis yang dapat bekerja atas bantuan pemerintah dari banyak pihak dan sekaligus
memperoleh keuntungan. kepastian terhadap barang dagangan dan juga manfaat yang
diperoleh dari pertukaran tanpa menimbulkan kerugian bagi pelanggan;
c. bahwa semakin terbukanya pasar nasional sebagai akibat dari proses globalisasi
ekonomi harus tetap menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat serta kepastian
atas mutu, jumlah dan keamanan barang dan/atau jasa yang diperolehnya di pasar;5
d. bahwa untuk meningkatkan harkat dan martabat pembeli, penting untuk membangun
kesadaran, informasi, kepedulian, kapasitas dan kebebasan pelanggan untuk menjaga
diri dan menumbuhkan mentalitas pelaku bisnis yang dapat diandalkan;

Tujuan dibentuknya UU No 8 tahun 1999 tentang keamanan konsumen Adalah


a. Meningkatkan kesadaran, kapasitas, dan otonomi pembeli untuk melindungi diri
mereka dari demonstrasi representasi keliru yang dilakukan oleh pelaku bisnis
yang menipu
b. Meningkatkan keluhuran pelanggan dengan menjauhkannya dari penerimaan
negatif terhadap pemanfaatan produk yang dikonsumsi pembeli

5
Konsiderans huruf a, huruf b, hurufc Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
c. Memperluas penguatan pembeli dalam memilih, memutuskan dan meminta hak
mereka sebagai pembeli sehubungan dengan produk yang dikonsumsi oleh
pelanggan itu sendiri.
d. Pengembangan sistem perlindungan konsumen dengan unsur kepastian hukum,
keterbukaan informasi, dan akses informasi produk yang dibeli konsumen
e. Mengungkap permasalahan di kalangan pelaku usaha tentang betapa pentingnya
keamanan konsumen sehingga disposisi yang tulus dan cakap dalam usaha bisnis
yang berkembang
f. Menggarap suatu kualitas barang dagangan yang menjamin keselarasan
penciptaan usaha yang layak, kesejahteraan, kenyamanan, keamanan dan
kesejahteraan pembeli

Namun tujuan tersebut belum terwujud secara penuh, Buktinya dapat dilihat pada
kasus penimbunan yang terjadi di Indonesia
Namun kenyataan yang terjadi di lapangan untuk mendapatkan minyak goreng
dengan harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah secara umum tidak terpenuhi karena
banyak oknum pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab melakukan suatu tindakan
kecurangan dalam usaha khususnya dalam kejahatan penimbunan minyak goreng yang di
mana banyak oknum nakal yang menjual minyak goreng dengan harga yang tidak wajar
dan tidak sesuai dengan harga yang sudah di tetapkan oleh pemerintah yang di mana hal
ini merugikan pihak konsumen yang di mana Konsumen mempunyai Hak berdasarkan
UU nomor 8 Tahun 1999 Tentang Keamanan Konsumen yaitu :
A. Kebebasan dan kenyamanan, standar keamanan dan standar kesejahteraan dalam
memberikan pemanfaatan barang dagangan yang dibeli oleh pembeli
B. Hak dalam melakukan pemilihan barang/jasa sehingga dapat memperoleh suatu
nilai/nominal tukar yang sesuai dengan keadaan dan adanya jaminan yang telah
menjanjikan.
C. Hak untuk memilih barang yang ingin di beli oleh konsumen sehingga dapat memperoleh
barang yang di beli oleh konsumen sesuai dengan nominal tukar yang telah diberikan
sesuai jaminan yang telah di janjikan oleh produsen.
D. Hak adanya suatu informasi yang telah dibenarkan, valid, dan akurat mengenai suatu
keadaan karena adanya jaminan suatu barang/jasa.
E. Hak untuk mendengarkan sebuah pendapat karena adanya keluhan barang/jasa yang telah
digunakan.
F. Hak untuk memperoleh suatu advokasi sehingga dapat membentuk sebuah perlindungan
dan segala upaya untuk menyelesaikan adanya sengketa pada perlindungan konsumen.
G. Hak yang digunakan untuk mendapatkan pembinaan dan pelatihan bagi pelanggan.
H. Hak untuk diperlakukan secara adil dan baik agar tidak dianggap melakukan diskriminasi.
I. Hak memperoleh suatu kompensasi karena telah memperoleh ganti rugi sehingga barang
tersebut dapat diterima dengan baik yang sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
J. Hak yang akan mengatur sebuah ketentuan peraturan yang ada pada suatu perundang-
undangan.6
Dari banyaknya kasus penimbunan minyak goreng yang terjadi di Indonesia
belakangan ini, salah satu contoh kasus penimbunan minyak goreng ialah kasus
penimbunan minyak goreng di Jakarta,. Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan
menemukan adanya 555 ribu liter atau 500 ton Minyakita yang ditiimbun di gudang milik
PT Bina Karya Prima (PT BKP) di Marunda,Cilincing dalam sidaknya, Selasa (7/2/2023).
Dari temuannya itu, Zulhas mengatakan, ratusan ribu liter Minyakita itu sudah diproduksi
sejak Desember 2022, tetapi sengaja tidak disalurkan oleh perusahaan 7. Padahal Pelaku
Usaha mempunyai kewajiban berdasrakan UU no 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen yaitu
a. Memiliki itikad baik dalam melakukan segala hal kegiatan usaha.
b. Memberi penjelasan dengan benar, valid, dan akurat mengenai keadaan/situasi pada suatu
barang/jasa yang menggunakan suatu perbaikan dengan dilakukan suatu pemeliharaan.
c. Memberikan perlakukan dengan memberikan pelayanan yang baik terhadap konsumen
secara adil agar tidak terjadinya diskriminatif
d. Memastikan bahwa sebuah kualitas barang yang di produksi sudah melakukan
perdagangan sesuai dengan ketentuan dari standar kualitas yang telah berlaku.
e. Memberikan sebuah kesempatan terhadap para konsumen yang dapat dilakukan sebuah
pengujian/hipotesis dalam melakukan suatu percobaan pada barang/jasa yang akan
memberikan suatu perjanjian yang akan di perdagangkan.
f. Memberikan sebuah kompensasi berupa sebuah biaya untuk penggantian rugi karena
telah memakai dan menggunakan barang/jasa sehingga memanfaatkan adanya barang/jasa
tersebut.

6
Hamid, Abdul Haris. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, CV Sah Media, Makasar, 2017, hlm
1-268
7
Channel 9,” Kegep Timbun 500 Ton Migor, Ini Penjelasan PT BKP.”
(https://channel9.id/kegep-timbun-500-ton-migor-ini-penjelasan-pt-bkp/) di akses pada
tanggal 8 maret 2023 pukul 17.00
Memberikan beberapa kompensasi, atas kerugian atau pergantian jika suatu
barang/jasa dengan menerima dengan memanfaatkan suatu perjanjianBerdasarkan uraian
diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang bagaimanakah
perlindungan konsumen terhadap penimbun minyak goreng berdasarkan peraturan
undang - undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen (studi kasus
penimbun minyak goreng minyak kita oleh pt. bina karya prima.

B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana Perlindungan Konsumen Atas Penimbun Minyak Goreng
Sebagai Bahan Kebutuhan Pokok Masyarakat oleh PT. BINA KARYA PRIMA ?
2. Apa Akibat Hukum Terhadap Pelaku Penimbun Minyak Goreng Sebagai
Bahan Kebutuhan Pokok Masyarakat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari kasus ini, dirumuskan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana berjaannya perlindungan konsumen minyak
goreng rakyat (minyakita) terhadap undang - undang nomor 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen.
2. Untuk mengetahui efektifitas peraturan hukum perlindungan konsumen serta
sanksi-sanksi apa saja yang diakibatkan dari kelangkaan minyak goreng sebagai
bahan kebutuhan pokok masyarakat.

2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1. Manfaat secara teoritis.
Hasil penelitian ini merupakan sumbangsih kepada ilmu pengetahuan terutama
ilmu hukum khususnya hukum perlindungan konsumen. Menambah pengetahuan
dan wawasan bagi pembaca mengenai tanggung jawab hukum sebagai pelaku
usaha atau produsen dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
2. Manfaat secara praktis.
Temuan penelitian ini dapat menjadi landasan, landasan, dan referensi untuk
penelitian selanjutnya, mengedukasi masyarakat umum tentang perlindungan
hukum terhadap hak-hak konsumennya

You might also like