You are on page 1of 6

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN MAKANAN LUNAK PASIEN RAWAT

INAP DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KOTA PALEMBANG TAHUN 2023

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan


Diploma III (TIGA) Kesehatan Bidang Gizi

OLEH

FERA ANGGINI
Nomor Induk Mahasiswa PO.71.31.1.21.040

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIk INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan merupakan faktor penting yang dapat membentuk kepercayaan
pasien kepada rumah sakit sehingga tercipta loyalitas mereka sebagai konsumen
jasa pelayanan kesehatan. Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRUMAH SAKIT)
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna Rumah Sakit
dengan kegiatan antara lain Pelayanan Gizi Rawat Inap dan Rawat Jalan
(Salamah & Rustiana, 2017). Salah satu kegiatan Pelayanan Gizi Rawat Inap
adalah penyelenggaraan makanan, yang bertujuan untuk menyediakan makanan
yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman dan dapat diterima oleh
konsumen guna mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan dan
meningkatkan status gizi (Diah et al., 2015). Sisa Makanan adalah jumlah
makanan yang tidak dimakan oleh pasien dari yang disajikan oleh rumah sakit
menurut jenis makanannya. Sisa makanan merupakan indikator keberhasilan
pelayanan gizi di Rumah Sakit (RUMAH SAKIT) yang disesuaikan dengan
keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status
metabolisme tubuhnya. (Asosiasi Dietisien Indonesia (2005:18). Makanan lunak
merupakan makanan yang memiliki tekstur yang mudah di kunyah, ditelan, dicerna
dibandingkan makanan biasa. Makanan lunak bertujuan memberikan dalam
bentuk lunak mudah ditelan dan dicerna sesuai kebutuhan gizi dan keadaan
penyakit (Pratama, 2019). Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, ditetapkan
bahwa indikator Standar Pelayanan Gizi meliputi 1) Ketepatan waktu pemberian
makan kepada pasien (100%), 2) Sisa Makanan yang tidak dihabiskan oleh pasien
(<20%), dan 3) Tidak ada kesalahan pemberian diet (100%). Mengingat Ruang
lingkup gizi di rumah sakit yang kompleks meliputi pelayanan rawat jalan,
pelayanan rawat inap, penyelenggaraan makanan, dan penelitian &
pengembangan maka setiap rumah sakit perlu menetapkan dan mengembangkan
indikator mutu pelayanan gizi agar tercapai

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya terima makanan pasien adalah


makanan tambahan diluar diet rumah sakit, citarasa makanan yang kurang enak,
tingkat adaptasi terhadap lingkungan rumah sakit yang berbeda dengan
lingkungan rumah sehingga mempengaruhi motivasi untuk makanan (Kumboyono
& Vina, 2013). Makanan tambahan biasanya dibawa oleh keluarga pasien di luar
dari diet yang diberikan rumah sakit dengan alasan makanan tersebut adalah
makanan kesukaan pasien. Selain itu daya terima pasien terhadap makanan juga
dipengaruhi oleh keadaan fisik/klinis pasien itu sendiri (Nafies & Widyaningsih,
2016). Faktor lain yang penting diperhatikan adalah sosial ekonomi keluarga yang
memungkinkan mempengaruhi motivasi konsumsi atau untuk makan (Al Rahmad
et al., 2020). Faktor-faktor yang mempengaruhi daya terima makanan pasien
adalah makanan tambahan diluar diet rumah sakit, citarasa makanan yang kurang
enak, tingkat adaptasi terhadap lingkungan rumah sakit yang berbeda dengan
lingkungan rumah sehingga mempengaruhi motivasi untuk makanan (Kumboyono
& Vina, 2013). Makanan tambahan biasanya dibawa oleh keluarga pasien di luar
dari diet yang diberikan rumah sakit dengan alasan makanan tersebut adalah
makanan kesukaan pasien. Selain itu daya terima pasien terhadap makanan juga
dipengaruhi oleh keadaan fisik/klinis pasien itu sendiri (Nafies & Widyaningsih,
2016). Faktor lain yang penting diperhatikan adalah sosial ekonomi keluarga yang
memungkinkan mempengaruhi motivasi konsumsi atau untuk makan (Al Rahmad
et al., 2020).

Menurut Kemenkes nomor 129/Menkes /SK/II/2008 tentang indikator sisa


makanan yakni apabila sisa makanan yang kurang atau sama dengan ≤20%
menjadi indikator keberhasilan pelayanan gizi di setiap rumah sakit di
Indonesia(Depkes, 20008:14). Kegagalan suatu penyelenggaraan makanan
melebihi 20% sehingga pencatatan sisa makanan merupakan indikator sederhana
yang dapat dipakai untuk pengevaluasian pelayanan gizi rumah sakit (Depkes
RI,2008:14).

Makanan yang Rumah Sakitisa masih sering dijumpai di berbagai rumah


sakit di Indonesia. Beberapa penelitian di rumah sakit (RUMAH SAKIT) di
Indonesia menunjukkan bahwa rata-rata sisa makanan sangat bervariasi antara
17%-67%. (Zakiyah, 2005 dalam Wirasamadi et al, 2015). Penelitian yang
dilakukan Mas’ud et al (2015), menunjukkan sisa makanan yang dilakukan pada
Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid dan RUMAH SAKITUD Kota Makassar
didapatkan hasil bahwa sisa makanan pasien di kedua rumah sakit Rumah
Sakitebut termasuk tinggi (≥25%) dengan propoRumah Sakiti terbesar pada
makan pagi sebesar 30,9%. Dalam Penelitian Ronitawati el al (2017). Begitu juga
pada penelitian Rizani (2013) terhadap 42 pasien kelas II di rumah sakit
Bhayangkara Kota Palembang Palembang didapat sisa makanan sebesar 51,9%
dengan kondisi nafsu makan baik namun pasien lebih suka mengkonsumsi
makanan dari luar rumah sakit sehingga menyebabkan adanya sisa makanan.

Pentingnya pelayanan gizi di rumah sakit besar pengaruhnya terhadap


kepuasan dan Rumah Sakitepsi pasien terhadap rumah sakit. Kepuasan
merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan. Apabila kinerja layanan
kesehatan yang diperoleh sama atau melebihi harapan, maka akan menimbulkan
kepuasan terhadap pasien. Ketidakpuasan pasien akan muncul apabila kinerja
layanan kesehatan yang diperoleh tidak sesuai dengan harapannya. Kualitas
pelayanan yang baik akan memengaruhi kepuasan pasien dan pasien akan
cenderung kembali datang untuk menggunakan jasa pelayanan teRumah
Sakitebut (Arifiyanti et al., 2017). Kepuasan dan peRumah Sakitepsi pasien bukan
suatu hal yang sepele bagi rumah sakit, karena berkaitan dengan citra rumah sakit
di masyarakat dan penilaian rumah sakit baik saat akreditasi maupun kegiatan
sejenis lainnnya. Terkadang peRumah Sakitepsi awal yang muncul pada pasien
rawat inap adalah tentang bagaimana makanan yang nantinya diberikan, tak
jarang yang beranggapan bahwa makanan rumah sakit tidak enak dan tidak sedikit
pasien yang nakal dengan mengonsumsi makanan yang dibeli dari luar rumah
sakit tentu jika tidak hati–hati kejadian Rumah Sakitebut dapat membahayakan
kondisi pasien.

Mengingat data dan masalah dari uraian diatas terkait sisa makanan
dengan citarasa dan penampilan makanan membuat peneliti ingin meneliti lebih
lanjut tentang gambaran tingkat kepuasan makanan lunak pasien rawat inap di
rumah sakit bhayangkara kota palembang

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana “Gambaran tingkat


kepuasan makanan lunak pasien rawat inap di rumah sakit bhayangkara kota
palembang tahun 2023”.
C. Tujuan Penelitin

1. Tujuan Umum

Diketahui gambaran tingkat kepuasan makanan lunak pasien


rawat inap di rumah sakit bhayangkara kota palembang.
2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran tingkat kepuasan pasien berdasarkan rasa


(aroma, suhu, tingkat kematangan) makanan di euang rawat inap
Ruma Sakit bhayangkara kota palembang tahun 2023

b. Diketahui gambaran tingkat kepuasan pasien berdasarkan


penampilan (warna, teksur, besar porsi) makanan di Rumah Sakit
Bhayangkara Kota Palembang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat menambah pengetahuan mengenai gambaran tingkat


kepuasan makanan lunak pasien rawat inap di rumah sakit
bhayangkara kota palembang.

2. Bagi Institusi

Peneliti di harapkan bisa memberikan masukan data dan usulan untuk


memperbaiki kualitas pelayayan gizi di ruang rawat inap dengan
melihat gambaran tingkat kepuasan pasien terhadap makanan lunak.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan memberikan informasi kepada


Masyarakat mengenai gambaran tingkat kepuasan makanan lunak
pasien rawat inap di rumah sakit bhayangkara kota palembang

You might also like