You are on page 1of 19

MAKALAH

MENGAJAR DENGAN
TEKNOLOGI

ARRANGED BY:

MARHANI

NIM: 2205149014

GODEFRIDUS BALI G

RUSLAN

MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM DOKTOR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,dan juga berkat bantuan bapak Prof.Dr.Lambang
Subagiyo,M.Si sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang "MENGAJAR
DENGAN TEKNOLOGI" ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bimbingan dari
dosen pengampu mata kuliah ini, sehingga dapat memperlancar membuat makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi semuanya dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan bagi kami maupun para pembaca. Kami juga
sangat menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan
jauh dari kata sempurna. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan baik
dari segi kata pengejaan maupun materi dan kami mohon kritikan dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini pada waktu yang akan dating,

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 4
2.1 Peran dan Praktek Pendidik dalam Pembelajaran yang Didukung Oleh
Teknologi....................................................................................................... 4
2.2 Mengembangkan guru sebagai pemimpin..................................................... 6
2.3 Pendidik yang Terhubung: Teladan............................................................... 8
2.4 Memikirkan Kembali Persiapan Guru........................................................... 10
2.5 Membina Pembelajaran Profesional Berkelanjutan....................................... 11
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 14
3.2 Saran............................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peranan teknologi dalam dunia pendidikan berkembang pesat, kebutuhan terhadap
teknologi sangat diperlukan di era globalisasi saat ini. Kemajuan suatu lembaga
pendidikan salah satunya dapat dilihat dari bagaimana sekolah tersebut memanfaatkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sesuai kebutuhan dan memanfaatkan
dengan optimal. Menurut Alvin Toffler (1980) yang dikutip oleh Bambang Warsito
(2006: 70), Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah mencapai
gelombang yang ketiga. Gelombang pertama timbul dalam bentuk teknologi pertanian.
Gelombang kedua timbul dalam bentuk teknologi industri. Kini, gelombang ketiga yang
ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi elektronika dan informatika.
Perkembangan teknologi elektronika dan informatika merambah berbagai aspek.
Teknologi informası dan komunikasi terdiri dari teknologi informasi dan teknologi
komunikasi. Teknologi informasi adalah sarana dan prasarana (hardware. software)
sistem dan metode untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan,
menyimpan, mengorganisasikan dan menggunakan data secara bermakna. Sedangkan
teknologi komunikasi adalah sarana dan prasarana struktur kelembagaan dan nilai-nilai
sosial dimana dikumpulkan, disimpan, diolah dan dipertukarkan informasi sehingga
memungkinkan untuk terjadinya persamaan persepsi dan atau tindakan (Bambang
Warsita 73). Dengan demikian bisa dikatakan adanya teknologi informasi dan
komunikasi mampu mempermudah proses mentransfer suatu gagasan dan menyamakan
persepsi.
Dunia pendidikan saat ini mulai mengintegrasikan teknologi pada berbagai aspek
termasuk dalam pembelajaran. Kebijakan pendidikan diarahkan untuk memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi sehingga mampu mempersiapkan sumber daya
manusia yang mampu menghadapi tantangan global. Dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, pendidikan dapat menjangkau
seluruh lapisan masyarakat yang tinggal di berbagai tempat, di kota, desa, bahkan di
daerah terpencil atau pedalaman.
Salah satu lembaga pendidikan adalah sekolah. Sekolah merupakan suatu wadah
untuk menciptakan manusia yang berpendidikan tanpa melihat latar belakang dari
peserta didik tersebut. Sekolah diharapkan mampu menciptakan output yang optimal
yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu bersaing di dunia global. Untuk
mewujudkannya maka dalam pelaksanaan pembelajaran memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi karena di dunia internasional perkembangan teknologi
semakin pesat.
Penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan menjadi salah
satu faktor dalam upaya memecahkan tiga isu strategis pendidikan nasional yaitu:
perluasan dan pemerataan akses peningkatan mutu dan relevansi serta good governance
dan akuntabilitas, mengingat era globalisasi saat ini mengharuskan pendayagunaan

1
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai sarana paling efektif dan efisien
dalam mengejar ketertinggalan pendidikan. Sehingga fokus penanganan obyek
pendidikan dititik beratkan pada peningkatan SDM dan sarana prasarana antara lain
sebagai berikut menunjang Wajar Dikdas 9 tahun dan perintisan Pendidikan Menengah
12 tahun melalui sistem pembelajaran jarak jauh, menunjang peningkatan mutu
pendidikan dasar dan menengah melalui pendayagunaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK), dan menunjang pengayaan pembelajaran melalui operational dan
pemanfaatan ICT dan e-learning (H. Taufiqurokhman: 2011).
Salah satu pemanfaatan teknologi yang dibutuhkan sekolah untuk membantu
kegiatan belajar mengajar adalah e-learning. Menurut Siahaan (2004), sebagaimana
yang dikutip oleh Muzid & Munir (2005), fungsi e-learning adalah sebagai suplemen
(tambahan), berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) atau berfungsi sebagai subsitusi
(pengganti). E-learning perlu diterapkan di sekolah untuk meningkatkan pembelajaran
dan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa, pada sekolah yang mempunyai
sarana prasarana teknologi informasi yang lengkap. Melalui e-learning siswa dapat
melihat materI - materi pelajaran, mengerjakan tugas dan tes, berdiskusi, melihat nilai
tugas maupun tes yang diperoleh.
Saat ini e-learning sudah banyak diterima oleh dunia pendidikan, terbukti dengan
maraknya implementasi e-learning di lembaga pendidikan, banyak sekolah - sekolah
yang sudah menerapkan e-learning untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah
akan tetapi penerapan e-learning tersebut belum dimanfaatkan secara optimal.
Berdasarkan survey e-learning oleh Suhartanto (2009) total jumlah sekolah yang
memiliki situs pembelajaran adalah 187 sekolah yang tersebar di 20 provinsi, dengan
dominasi terdapat di Pulau Jawa. Lima provinsi urutan teratas adalah Jawa Tengah,
Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan DKI. Dari data tersebut secara umum
mutu situs e-learning sekolah di Indonesia masih sangat minim. Kualitas isi situs e-
learning sekolah-sekolah tersebut banyak yang tak terpelihara dengan baik, ada
beberapa situs mengalami error dan tak menghubungkan dengan situs bermateri
pembelajaran. Sebagian besar situs yang mengalami error adalah yang dihosting sendiri
di satu tempat. Sedangkan situs yang relatif lebih baik adalah situs beberapa sekolah
yang bekerja sama dengan institusi yang sudah mapan dalam pengelolaan situs e-
learning.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja tantangan dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam mengajar dengan
teknologi?
2. Bagaimana penggunaan teknologi dalam pengajaran dapat meningkatkan efektivitas
dan efisiensi proses pembelajaran?
3. Bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mengatasi tantangan dan hambatan
dalam mengajar dengan teknologi, seperti keterbatasan sumber daya, infrastruktur,
dan keterampilan teknologi?

2
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui tantangan dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam mengajar
dengan teknologi.
2. Untuk mengetahui penggunaan teknologi dalam pengajaran yang dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.
3. Untuk mengetahui teknologi dapat digunakan untuk mengatasi tantangan dan
hambatan dalam mengajar dengan teknologi, seperti keterbatasan sumber daya,
infrastruktur, dan keterampilan teknologi.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peran dan Praktek Pendidik dalam Pembelajaran yang Didukung Oleh Teknologi
Teknologi dapat memberdayakan pendidik untuk menjadi rekan belajar bersama
siswanya dengan membangun pengalaman baru untuk eksplorasi konten yang lebih
mendalam. Pengalaman belajar yang ditingkatkan ini mewujudkan gagasan John
Dewey untuk menciptakan “pelajar yang lebih matang”. Secara berdampingan, siswa
dan guru dapat menjadi insinyur kolaborasi, perancang pengalaman belajar, pemimpin,
pemandu, dan sebagainya katalis perubahan. Berikut adalah beberapa deskripsi peran
pendidik dan contoh bagaimana teknologi dapat memainkan peran yang tidak
terpisahkan.

1). Pendidik dapat berkolaborasi jauh melampaui tembok sekolah mereka


Melalui teknologi, pendidik tidak lagi dibatasi untuk berkolaborasi hanya dengan
pendidik lain di sekolahnya. Mereka kini dapat terhubung dengan pendidik dan pakar
lain di komunitas mereka atau di seluruh dunia untuk memperluas perspektif mereka
dan menciptakan peluang bagi pembelajaran siswa. Mereka dapat terhubung dengan
organisasi komunitas yang mengkhususkan diri pada permasalahan dunia nyata untuk
merancang pengalaman pembelajaran yang memungkinkan siswa mengeksplorasi
kebutuhan dan prioritas lokal. Semua elemen ini membuat pembelajaran di kelas
menjadi lebih relevan dan relevan autentik. Selain itu, dengan menggunakan alat seperti
konferensi video, obrolan online, dan situs media sosial, para pendidik, dari kota besar
hingga pedesaan kecil, dapat terhubung dan berkolaborasi dengan para ahli dan rekan
dari seluruh dunia untuk membentuk komunitas pembelajaran profesional online.
Membangun komunitas untuk pendidik: jaringan Pendidikan dan sumber daya
internasional (Iearn) membangun pengajaran dan pembelajaran kolaboratif global.
Melalui teknologi, pendidik dapat menciptakan komunitas praktik global yang
memungkinkan siswa berkolaborasi dengan siswa di seluruh dunia. Teknologi
memungkinkan pengajaran kolaboratif terlepas dari lokasi geografis, seperti yang
ditunjukkan oleh Proyek Memasak Tenaga Surya yang bersifat global yang
diselenggarakan oleh guru ilmu bumi dan lingkungan Kathy Bosiak. Bosiak mengajar
di Lincolnton High School di Lincolnton, North Carolina, dan merupakan pendidik
yang berkontribusi menghasilkan, sebuah organisasi nirlaba yang terdiri dari lebih dari
30.000 sekolah dan organisasi pemuda di lebih dari 140 negara. Iearn menawarkan
sumber daya berbasis teknologi dan lokakarya tatap muka bagi para pendidik yang
memungkinkan guru dan siswa di seluruh dunia untuk berkolaborasi dalam proyek
pendidikan. Pada Januari 2017, Iearn telah menjangkau lebih dari 2.000.000 siswa dan
50.000 pendidik yang memperdalam keterlibatan masyarakat global melalui jaringan
virtual internasional. Dengan berpartisipasi dalam komunitas praktik global ini, para
pendidik belajar bersama dengan dunia, bukan hanya tentang dunia.
4
2). Pendidik dapat merancang pengalaman pembelajaran yang sangat menarik dan
relevan melalui teknologi
Pendidikan memiliki peluang yang hampir tak terbatas untuk memilih dan
menerapkan teknologi dengan cara yang sesuai dengan minat siswanya dan mencapai
tujuan pembelajaran mereka. Misalnya, seorang guru kelas yang memulai unit pecahan
baru mungkin memilih untuk meminta siswanya memainkan permainan pembelajaran
seperti Conceptua Math, Factor Samurai, Wuzzit Trouble, atau Sushi Monster sebagai
cara untuk memperkenalkan konsep tersebut. Nantinya, guru mungkin mengarahkan
siswa untuk mempraktikkan konsep tersebut dengan menggunakan alat manipulatif
sehingga mereka dapat mulai mengembangkan beberapa gagasan mendasar tentang
kesetaraan.
Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dan relevan yang mengharuskan
siswa menggunakan pengetahuan konten dan keterampilan berpikir kritis, seorang
pendidik mungkin meminta siswa untuk memecahkan masalah masyarakat dengan
menggunakan teknologi. Siswa dapat membuat forum komunitas online, presentasi
publik, atau ajakan bertindak terkait dengan solusi yang mereka usulkan. Mereka dapat
menggunakan platform jejaring sosial untuk mengumpulkan informasi dan saran
sumber daya dari kontak mereka. Siswa dapat menyusun dan mempresentasikan
karyanya dengan menggunakan perangkat lunak presentasi animasi atau melalui format
multimedia seperti video dan blog. Karya ini dapat dibagikan dalam diskusi virtual
dengan para ahli konten dan disimpan dalam portofolio pembelajaran online.
Sekolah yang tidak memiliki akses ke laboratorium atau peralatan sains dapat
menggunakan simulasi virtual untuk menawarkan kepada pelajar pengalaman yang saat
ini tidak tersedia karena terbatasnya sumber daya. Selain itu, simulasi ini merupakan
tempat yang aman bagi siswa untuk belajar dan mempraktikkan proses yang efektif
sebelum mereka melakukan penelitian di lapangan. Sebagaimana teknologi dapat
meningkatkan pembelajaran sains di sekolah yang kekurangan peralatan, teknologi juga
dapat memungkinkan pembelajaran mendalam ketika siswa berada di lapangan. Siswa
dapat mengumpulkan data untuk digunakan sendiri melalui perangkat seluler dan
penyelidikan serta menyinkronkan temuan mereka dengan temuan kolaborator dan
peneliti di mana pun di dunia untuk membuat kumpulan data autentik dan besar untuk
dipelajari.

3). Pendidik dapat memimpin evaluasi dan penerapan teknologi baru untuk
pembelajaran
Harga yang lebih rendah untuk teknologi pembelajaran memudahkan pendidik
untuk menguji coba teknologi dan pendekatan baru sebelum mencoba menerapkannya
di seluruh sekolah. Para pendidik ini juga dapat memimpin dan memberi contoh praktik
dalam mengevaluasi alat-alat baru untuk risiko privasi dan keamanan, serta kepatuhan
terhadap peraturan privasi federal. Pemimpin guru yang memiliki pemahaman luas
mengenai kebutuhan teknologi pendidikannya, serta kebutuhan siswa dan koleganya,
dapat melakukan uji coba teknologi yang dipilih dengan sejumlah kecil siswa untuk

5
menilai penerapan pendekatan dengan cepat dan cermat dan apakah teknologi tersebut
memberikan hasil yang diinginkan. Hasil. Hal ini memungkinkan sekolah untuk
memperoleh pengalaman dan keyakinan terhadap teknologi ini sebelum melibatkan
seluruh sekolah atau distrik untuk membeli dan menggunakannya. Pemimpin guru dan
mereka yang memiliki pengalaman mendukung pembelajaran dengan teknologi dapat
bekerja sama dengan administrator untuk menentukan cara berbagi pembelajaran
mereka dengan guru lain. Mereka juga dapat memberikan dukungan kepada rekan-
rekan mereka dengan menjawab pertanyaan dan memberikan contoh penggunaan
teknologi secara praktis untuk mendukung pembelajaran.
Evaluasi teknologi melalui evaluasi teknologi siklus cepat. Penekanan peran bukti
dalam Every Student Succeeds Act (ESSA) memberikan peluang unik untuk
menggunakan dan menghasilkan bukti guna melakukan investasi pendidikan dengan
lebih baik. Teknologi pendidikan adalah bidang dimana peluang ini sangat kaya karena
alat teknologi ini sering kali memungkinkan pengumpulan data yang diperlukan untuk
memahami cara kerja sesuatu. Informasi yang lebih baik tentang efektivitas berbagai
alat teknologi membantu pendidik dan administrator melakukan investasi yang lebih
baik. Namun, banyak pimpinan sekolah dan daerah menghadapi hambatan dalam
menghasilkan bukti bermakna mengenai alat teknologi dan investasi pendidikan
lainnya. Mereka memerlukan alat dan proses evaluasi untuk melakukan evaluasi yang
berbiaya rendah dan dapat diselesaikan dengan cepat untuk jenis siswa yang mereka
layani.
Departemen Pendidikan AS telah mengontrak Mathematica Policy Research untuk
membantu sekolah, distrik, pengembang, dan peneliti dalam melakukan evaluasi siklus
cepat dan penyelesaian cepat menggunakan Ed Tech Rapid Cycle Evaluation Coach.
Alat ini adalah platform berbasis web gratis dan berlisensi terbuka yang menyediakan
panduan langkah demi langkah dan dasbor analisis untuk melakukan evaluasi cepat
terhadap teknologi pendidikan. Program Evaluasi Berbiaya Rendah dan Durasi Pendek
IES menyediakan pendanaan untuk proyek-proyek yang menghasilkan temuan
penelitian yang dapat digunakan oleh lembaga pendidikan negara bagian dan distrik.

2.2 Mengembangkan guru sebagai pemimpin


Ajarkan untuk Memimpin, sebuah program gabungan dari Dewan Nasional untuk
Standar Pengajaran Profesional, ASCD, dan Departemen Pendidikan A.S., yang
bertujuan untuk meningkatkan hasil siswa dengan memperluas peluang kepemimpinan
guru, khususnya peluang yang memungkinkan guru untuk tetap berada di kelas. Dengan
bantuan organisasi pendukung. Teach to Lead menyediakan platform bagi para guru-
pemimpin dan sekutu di seluruh negeri (dan di seluruh dunia) untuk menciptakan dan
memperluas ide-ide mereka.
Peserta Teach to Lead berinvestasi secara pribadi dalam pengembangan rencana
aksi kepemimpinan guru karena idenya adalah milik mereka sendiri. Peserta
mengidentifikasi masalah yang ada di sekolah, distrik, atau komunitas mereka dan
mengembangkan teori tindakan untuk memecahkan masalah tersebut. Sejak didirikan

6
pada bulan Maret 2014, Teach to Lead telah melibatkan lebih dari 3.000 pendidik,
secara langsung dan virtual melalui platform online, dengan lebih dari 850 ide
kepemimpinan guru yang tersebar di 38 negara bagian. Teach to Lead Teacher
Leadership Summits regional mempertemukan tim pemimpin guru dan organisasi
pendukung untuk memperkuat gagasan kepemimpinan guru, berbagi sumber daya, dan
mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mewujudkan proyek mereka.
Marcia Hudson dan Serena Stock, pemimpin guru di Sekolah Dasar Avondale di
Michigan, mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan profesional yang dipimpin
oleh guru di sekolah mereka dan membuat modul bagi guru untuk mengumpulkan dan
menganalisis data hasil siswa guna mendorong peluang pengembangan profesional
baru. Para guru sekarang mengadakan pertemuan keterlibatan dengan para pemimpin
guru untuk mengembangkan dan mendanai pengembangan profesional dan
pengumpulan data lebih lanjut.
Chris Todd mengajar di Windsor High School di Connecticut dan merupakan
mantan TeacherLeader-in-Residence untuk Departemen Pendidikan Negara Bagian
Connecticut. Tim Chris mengembangkan Connecticut Educator Network, sebuah
database pemimpin guru yang siap memberikan saran mengenai pengembangan
kebijakan. Jaringan ini memberikan peluang bagi para guru untuk mengasah
keterampilan kepemimpinan mereka melalui pelatihan dan pengarahan kebijakan.
 Pendidik dapat menjadi pembimbing, fasilitator, dan motivator peserta didik.
Informasi yang tersedia bagi pendidik melalui Internet berkecepatan tinggi berarti
guru tidak harus menjadi ahli konten di semua mata pelajaran. Dengan memahami
cara membantu siswa mengakses informasi online, terlibat dalam simulasi peristiwa
dunia nyata, dan menggunakan teknologi untuk mendokumentasikan dunia mereka,
pendidik dapat membantu siswa memeriksa masalah dan memikirkan pembelajaran
mereka secara mendalam. Dengan menggunakan alat digital, mereka dapat
membantu siswa menciptakan ruang untuk bereksperimen, mengulangi, dan
mengambil risiko intelektual dengan semua informasi yang mereka butuhkan ada di
ujung jari mereka.Guru juga dapat memanfaatkan ruang ini untuk diri mereka
sendiri saat mereka menavigasi pemahaman baru tentang pengajaran yang tidak
hanya fokus pada apa yang mereka ajarkan, tetapi juga ke menu yang lebih luas
tentang bagaimana siswa dapat belajar dan menunjukkan apa yang mereka ketahui.
Pendidik dapat membantu siswa menjalin hubungan antar mata pelajaran dan
memutuskan alat terbaik untuk mengumpulkan dan menampilkan pembelajaran
melalui aktivitas seperti berkontribusi pada forum online, membuat webinar, atau
mempublikasikan temuan mereka ke situs web yang relevan. Guru-guru ini dapat
memberi saran kepada siswa tentang cara membangun portofolio pembelajaran
online untuk menunjukkan kemajuan pembelajaran mereka.
 Pendidik dapat menjadi rekan belajar dengan siswa dan teman sebayanya
Ketersediaan perangkat pembelajaran berbasis teknologi memberikan peluang bagi
pendidik untuk menjadi rekan belajar bersama siswa dan teman sebayanya.
Meskipun para pendidik tidak diharapkan untuk mengetahui segala hal yang perlu

7
diketahui dalam disiplin ilmu mereka, mereka harus diharapkan untuk memberikan
contoh bagaimana memanfaatkan alat yang tersedia untuk melibatkan konten
dengan rasa ingin tahu dan pola pikir yang cenderung pada pemecahan masalah dan
bagaimana menjadi pencipta pengetahuan. Singkatnya, guru harus menjadi siswa
yang mereka harapkan dapat menginspirasi di kelasnya.
 Pendidik dapat menjadi katalisator untuk melayani masyarakat yang kurang
terlayani.
Teknologi memberikan peluang baru bagi masyarakat yang secara tradisional
kurang terlayani untuk mendapatkan akses yang adil terhadap pengalaman
pendidikan berkualitas tinggi. Ketika konektivitas dan akses tidak merata,
kesenjangan digital dalam pendidikan semakin melebar, sehingga melemahkan
aspek positif pembelajaran dengan teknologi. Semua siswa berhak mendapatkan
akses yang sama terhadap (1) internet, konten berkualitas tinggi, dan perangkat saat
mereka membutuhkannya dan (2) pendidik yang terampil dalam mengajar di
lingkungan pembelajaran yang didukung teknologi. Ketika hal ini terjadi, hal ini
meningkatkan kemungkinan bahwa pelajar memiliki pengalaman belajar yang
dipersonalisasi, pilihan alat dan aktivitas, dan akses terhadap penilaian adaptif yang
mengidentifikasi kemampuan, kebutuhan, dan minat individu mereka.

2.3 Pendidik yang Terhubung: Teladan


Teknologi dapat mengubah pembelajaran bila digunakan oleh guru yang
mengetahui cara menciptakan pengalaman belajar yang menarik dan efektif bagi
siswanya. Pada tahun 2014, sekelompok pendidik berkolaborasi dalam sebuah laporan
berjudul, Mengajar di Kelas Pembelajaran terhubung . Panduan ini bukan merupakan
panduan atau seperangkat alat tersendiri, melainkan mengumpulkan narasi dari
sekelompok pendidik dalam Proyek Penulisan Nasional yang berupaya menerapkan dan
menyempurnakan praktik seputar pembelajaran berbasis teknologi. Tujuannya adalah
untuk memikirkan kembali, mengulangi, dan menilai bagaimana pendidikan dapat
dibuat lebih relevan bagi generasi muda saat ini.

1) Memproduksi film siswa dengan audiensi online: Katie McKay: lampu, kamera, aksi
sosial
Di kelas bilingual transisi kelas empat Katie McKay, mendorong siswanya untuk
bekerja sama dalam sebuah proyek membantu mereka membangun keterampilan
literasi sekaligus memberi mereka kesempatan untuk mengajukan pertanyaan yang
relevan secara budaya terkait dengan kesetaraan.
McKay menyadari bahwa murid-muridnya sedang mencari bahasa untuk
membicarakan isu-isu rumit mengenai ras, gender, kekuasaan, dan kesetaraan. Untuk
mengatasi persaingan prioritas dalam mempersiapkan siswanya menghadapi ujian
negara dan memberi mereka peluang otentik untuk berkembang sebagai pembaca dan
penulis, McKay memulai unit berbasis proyek tentang sejarah diskriminasi di Amerika
Serikat.

8
Siswa bekerja dalam kelompok campuran heterogen untuk mengembangkan komik
strip yang akhirnya diubah menjadi dua video, satu menunjukkan mikro-agresi yang
biasa dilihat siswa saat ini dan satu lagi tentang sejarah diskriminasi di Amerika Serikat
Film tentang agresi mikro menggambarkan skenario masa kini yang mencakup
karakter-karakter yang bertindak sebagai agen perubahan, dengan berani dan penuh
hormat membela hak-hak orang lain. Menurut McKay, siswa yang sebelumnya tidak
terlibat mendapati diri mereka tertarik ke dalam komunitas kelas dengan cara yang
bermakna dan menarik.

2) Just in-time learning: Janelle Bence: How Do I Teach


What I Do Not Know?
Guru di Texas, Janelle Bence, sedang mencari cara baru untuk melibatkan dan
menantang siswanya, yang sebagian besar adalah pembelajar bahasa Inggris dari
keluarga berpenghasilan rendah. Setelah mengamati motivasi siswanya untuk bertahan
melalui tantangan permainan, dia bertanya-tanya apakah permainan memegang kunci
untuk membuat mereka terlibat dalam tugas kelas. Setelah menghadiri sesi permainan
di Pertemuan Tahunan Proyek Penulisan Nasional, Bence terinspirasi untuk
memasukkan permainan ke dalam kelasnya. Dia tidak tahu apa-apa tentang game, jadi,
seperti halnya banyak guru yang berupaya menjembatani kesenjangan antara minat
sosial siswa dan mata pelajaran akademis, dia harus memikirkan cara mengajarkan apa
yang tidak dia ketahui.
Bence memulai dengan membaca buku tentang penggunaan video game untuk
mengajarkan literasi. Saat dia membaca, dia membagikan ide dan pertanyaannya di
blognya dan berbicara dengan pendidik, desainer game, dan pemikir sistem lainnya.
Melalui kolaborasi tersebut, ia memutuskan bahwa dengan membuat game, siswanya
dituntut untuk menjadi ahli di bidangnya konten permainan serta menjadi pendongeng
yang kuat.

3) Membangun badan siswa: penjual Jason: video games berbasis teks:


Sadar akan popularitas video game di kalangan murid-muridnya, dan sebagai
penggemar lama video game, guru Jason Sellers memutuskan untuk menggunakan
game untuk mengembangkan kemampuan siswa kelas 10-nya dalam menggunakan
gambaran deskriptif dalam tulisan mereka. Secara khusus, Sellers memperkenalkan
siswanya pada video game berbasis teks. Berbeda dengan game berbasis grafis di mana
pengguna dapat melihat grafik dan melakukan manuver melalui game dengan
menggunakan tombol pengontrol, game berbasis teks mengharuskan pemainnya untuk
membaca deskripsi dan manuver dengan mengetikkan perintah seperti pergi ke utara
atau membuka kunci pintu dengan kunci.
Sellers memutuskan murid-muridnya dapat berlatih menggunakan gambaran
deskriptif dengan mengembangkan permainan berbasis teks mereka sendiri.
Menggunakan tutorial dan sumber daya lain yang ditemukan diPlayfic, interaktif
komunitas fiksi online, Penjual menciptakan pelajaran yang memungkinkan siswa

9
bermain dan akhirnya membuat permainan fiksi interaktif. Sebelum pembuatan
permainan, kelas Sellers menganalisis beberapa esai yang dengan terampil
menggunakan gambaran deskriptif, seperti karya David Foster Wallace.Tiket ke
Pameran, dan menyusun tulisan deskriptif pendek tentang lokasi favorit mereka di San
Francisco.

2.4 Memikirkan Kembali Persiapan Guru


Guru perlu meninggalkan program persiapan guru mereka dengan pemahaman yang
kuat tentang bagaimana menggunakan teknologi untuk mendukung pembelajaran.
Penggunaan teknologi yang efektif bukanlah suatu keterampilan tambahan atau
keterampilan yang dapat kita harapkan dari para guru untuk dipelajari begitu mereka
masuk ke dalam kelas. Guru perlu mengetahui cara menggunakan teknologi untuk
mewujudkan standar pembelajaran di setiap negara bagian sejak hari pertama. Sebagian
besar negara bagian telah mengadopsi dan menerapkan standar kesiapan perguruan
tinggi dan karir untuk memastikan bahwa siswa mereka lulus sekolah menengah atas
dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berhasil.
Standar perguruan tinggi dan kesiapan karier yang baru mencakup banyak
penyebutan ekspektasi teknologi. Para pemimpin federal, negara bagian, dan distrik di
seluruh negeri telah melakukan investasi besar dalam menyediakan infrastruktur dan
peralatan untuk sekolah. Tanpa tenaga pengajar yang dipersiapkan dengan baik, negara
ini tidak akan merasakan manfaat penuh dari investasi pembelajaran transformatif
tersebut.
Berdasarkan rekomendasi dari lapangan, inovator persiapan guru berkolaborasi
dengan Kantor Teknologi Pendidikan (OET) dan mengembangkan empat prinsip
panduan penggunaan teknologi dalam program persiapan guru prajabatan yang dapat
ditemukan dalam kebijakan Memajukan Teknologi Pendidikan dalam Persiapan Guru
singkat. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
Advancing educational technology in teacher preparation: empat prinsip panduan
1) Fokus pada penggunaan teknologi secara aktif untuk memungkinkan pembelajaran dan
pengajaran melalui penciptaan, produksi, dan pemecahan masalah.
2) Membangun sistem pembelajaran dan pengajaran profesional yang berkelanjutan dan
mencakup seluruh program.
3) Pastikan pengalaman guru pra-jabatan dengan teknologi pendidikan bersifat mendalam
dan mencakup seluruh program, bukan kursus satu kali yang terpisah dari kursus
metode mereka.
4) Menyelaraskan upaya dengan standar, kerangka kerja, dan kredensial berbasis
penelitian yang diakui di seluruh bidang.
Program persiapan guru di seluruh negeri telah berkomitmen secara terbuka untuk
berupaya mencapai empat prinsip dan mempersiapkan siswanya dengan lebih baik
dengan memberi mereka keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan teknologi
secara bermakna di ruang kelas mereka di masa depan.

10
Sekolah harus dapat mengandalkan program persiapan guru untuk memastikan
bahwa guru baru datang dan siap menggunakan teknologi dengan cara yang bermakna.
Tidak ada guru baru yang keluar dari program persiapan yang memerlukan remediasi
oleh sekolah atau distrik yang mempekerjakannya. Sebaliknya, setiap pengajar baru
harus siap memberikan contoh bagaimana memilih dan menggunakan aplikasi dan alat
yang paling tepat untuk mendukung pembelajaran dan mengevaluasi alat tersebut
berdasarkan standar privasi dan keamanan dasar. Tidaklah tepat untuk berasumsi
bahwa karena calon guru sudah paham teknologi dalam kehidupan pribadinya, mereka
akan memahami cara menggunakan teknologi secara efektif untuk mendukung
pembelajaran tanpa pelatihan dan praktik khusus. Keahlian ini tidak datang melalui
penyelesaian satu mata kuliah teknologi pendidikan yang terpisah dari mata kuliah
metode lainnya tetapi melalui penyertaan pengalaman dengan teknologi pendidikan di
semua mata kuliah yang dimodelkan oleh fakultas dalam program persiapan guru.

2.5 Membina Pembelajaran Profesional Berkelanjutan


Keharusan yang sama bagi persiapan guru juga berlaku pada pembelajaran
profesional berkelanjutan. Program pembelajaran dan pengembangan profesional harus
bertransisi untuk mendukung dan mengembangkan identitas pendidik sebagai pengguna
teknologi yang fasih; pemecah masalah yang kreatif dan kolaboratif; dan para ahli yang
adaptif dan sadar sosial sepanjang karier mereka. Program juga harus mengatasi
tantangan dalam penggunaan pembelajaran teknologi: pengembangan profesional
berkelanjutan harus tertanam dalam pekerjaan dan tersedia tepat pada waktunya.
1) Meningkatkan kolaborasi profesional online: bulan pendidikan terhubung
membangun kolaborasi di seluruh nrgara
Connected Educator Month, awalnya diluncurkan sebagai bagian dari proyek
Connected Educators dari Departemen Pendidikan A.S., dimulai dengan konferensi
online selama sebulan yang mencakup struktur panduan terpusat, acara pembukaan
dan penutupan, sumber daya keterlibatan, dan kalender terbuka yang dapat
digunakan oleh semua jenis organisasi menyampaikan acara dan kegiatan
pembelajaran profesional. Pendidik menggunakan sumber daya dan kalender ini
untuk membuat rencana pengembangan profesional mereka sendiri untuk bulan
tersebut. Kegiatan yang tersedia meliputi webinar, obrolan Twitter, diskusi forum,
dan diskusi blog yang dimoderatori secara aktif berdasarkan kebutuhan dan minat
pembelajaran pribadi.
Pada tahun pertama, lebih dari 170 organisasi menyelenggarakan lebih dari 450
acara dan aktivitas, dengan para pendidik menyelesaikan sekitar 90.000 jam
pembelajaran profesional sepanjang bulan. Lebih dari 4 juta orang mengikuti
hashtag #ce12 di Twitter, menghasilkan 1,4 juta tayangan per hari.
Kini dipimpin oleh organisasi mitra dari proyek Connected Educators yang asli
American Institutes for Research (AIR), Grunwald Associates LLC, dan Powerful
Learning Practice Connected Educator Month menghadirkan lebih dari 150
organisasi dan telah menyelenggarakan lebih dari 1.000 acara dan aktivitas.

11
Australia, Selandia Baru, dan Norwegia menjadi tuan rumah penyelenggaraan
Connected Educator Month yang diselenggarakan di negara mereka masing-masing,
dan pendidik di lebih dari 125 negara-negara berpartisipasi dalam beberapa cara.

2) Menempatkan belajar di tangan guru: sekolah umum denver mempersonalisasi


pengembangan profesional
Pada tahun 2014, 80 guru dari 45 sekolah terlibat dalam tahun percontohan
Project Cam Opener, sebuah inisiatif dari tim Personalized Professional Learning di
Denver Public Schools. Pada tahun kedua dengan 425 guru dan pemimpin, Project
Cam Opener memungkinkan para pendidik merekam pengajaran mereka dengan
perangkat video yang disesuaikan dan membagikan video tersebut untuk refleksi
diri dan umpan balik dalam komunitas praktik online.
Pada tahun percontohan program ini, 80 guru pertama merekam ratusan video
menggunakan alat seperti Swivls, iPad, webcam definisi tinggi, dan mikrofon.
Video tersebut diunggah ke saluran YouTube pribadi dan dibagikan melalui
komunitas Google+ untuk mendapatkan masukan. Bagi banyak dari guru-guru ini,
ini adalah pertama kalinya mereka melihat praktik mengajar guru-guru lain di
distrik mereka. Video-video tersebut memicu percakapan sehari-hari dan berbagi
ide.
Tiga ukuran digunakan untuk menentukan efektivitas Project Cam Opener:
keterlibatan, retensi, dan observasi. Dalam survei akhir tahun pertama, 90 persen
responden mengatakan bahwa ikut serta dalam Project Cam Opener membuat
mereka lebih terlibat dalam pembelajaran dan pertumbuhan profesional mereka
sendiri. Selain itu, tidak ada satu pun guru dari kelompok percontohan yang
meninggalkan Denver Public Schools setelah mengikuti Project Cam Opener
(tingkat pergantian distrik secara keseluruhan adalah 20 persen). Meskipun skor
observasi guru lebih sulit untuk dikaitkan.

3) Kompetensi guru kredensial mikro: Kettle Moraine memperkenalkan pembelajaran


profesional yang dipimpin guru
Kettle Moraine School District di Wisconsin menciptakan lingkungan
pembelajaran profesional di mana guru yang berpraktik dapat menjadi ahli dan
arsitek pembelajaran mereka sendiri. Dengan menggunakan kerangka kerja
kredensial mikro pendidik Digital Promise sebagai panduan para guru di distrik
tersebut melakukan penilaian mandiri kemahiran teknologi, yang mereka gunakan
sebagai dasar untuk pertumbuhan profesional pribadi mereka. Para guru kemudian
bekerja sendiri dan dalam tim kolaboratif untuk mengembangkan tujuan
pembelajaran profesional tertentu yang selaras dengan tujuan strategis daerah, yang
kemudian mereka serahkan kepada pimpinan daerah untuk disetujui.
Setelah tujuan-tujuan ini disetujui, para guru menetapkan tolok ukur terukur
yang dapat digunakan untuk menilai kemajuan mereka. Tujuan dan tolok ukur
tersebut dipetakan ke kompetensi tertentu, yang kemudian dikaitkan dengan

12
kredensial mikro yang dapat diperoleh setelah guru menunjukkan penguasaannya.
Demonstrasi penguasaan mencakup contoh spesifik pekerjaan mereka, refleksi
pribadi, artefak kelas, serta pekerjaan dan refleksi siswa, yang diserahkan melalui
Google Formulir kepada komite yang terdiri dari 7 hingga 10 guru yang
meninjaunya dan memberikan kredensial mikro.
Setelah uji coba awal yang sukses dengan 49 guru, 151 anggota fakultas
tambahan memilih untuk mendapatkan kredensial mikro pada pembelajaran yang
dipersonalisasi, yang mengharuskan mereka melakukan penelitian latar belakang
mereka sendiri dan terlibat dalam obrolan Twitter yang dijadwalkan secara rutin
serta blogging, jaringan, dan lainnya bentuk pembelajaran mandiri dengan
menggunakan teknologi. Banyak di antara mereka yang telah terlibat dengan para
guru di seluruh negeri, sehingga memungkinkan mereka memberi dan menerima
ide, sumber daya, dan dukungan.
4) Menyediakan unconference: menuju edcamp
Seorang pendidik menghadiri anKamp Ed acara terlibat dalam pengalaman
pembelajaran profesional yang sangat berbeda dari pengembangan profesional
tradisional. Sesi dibangun berdasarkan minat dan kebutuhan orang-orang yang hadir
dan dibuat pada hari itu dengan menggunakan aplikasi kolaboratif berbasis cloud
yang terbuka untuk semua orang (termasuk mereka yang tidak dapat berpartisipasi
secara langsung). Setiap guru memilih sesi mana yang akan dihadiri berdasarkan
minat atau kebutuhan individu.
Karena penggunaan teknologi dalam pembelajaran secara efektif merupakan
salah satu tantangan yang dihadapi guru, sesi-sesi sering kali diselenggarakan
seputar berbagi praktik dan mengatasi tantangan umum ketika meningkatkan
praktik seputar penggunaan teknologi. Guru berkolaborasi untuk mengatasi
tantangan bersama, sering kali membuat hubungan yang mengarah lebih dari satu
sesi atau hari, karena kemitraan dibentuk untuk melibatkan siswa satu sama lain.
Dokumen bersama yang dibuat pada acara ini menjadi arsip dan sumber daya bagi
siapa pun yang hadir, baik secara langsung maupun virtual.
Edcamp pertama diselenggarakan di Philadelphia oleh sekelompok pendidik
lokal yang tertarik pada pendekatan baru yang tidak bersifat konferensi
(pengorganisasian mandiri) terhadap konferensi untuk pembelajaran profesional.
Model ini mulai berkembang, dan hingga Januari 2016, terdapat lebih dari 1000
Edcamp yang semuanya diselenggarakan oleh pendidik lokal. Popularitas format ini
yang sangat besar telah mendorong terbentuknya Edcamp Foundation, sebuah
organisasi nirlaba yang akan meresmikan sebagian besar dukungan ad hoc yang
telah diberikan kepada penyelenggara Edcamp hingga saat ini.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teknologi adalah sarana, alat maupun cara yang digunakan dalam
menyampaikan pesan dan memecahkan suatu masalah melalui pengetahuan untuk
suatu mencapai tujuan tertentu dan menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri.
Pendidikan adalah proses interaksi yang bertujuan. Interaksi terjadi antara guru
dengan siswa, yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga
menajadi mandiri dan utuh. Secara umum dapat dikatakan bahwa Pendidikan
merupakan suatu tindakan yang memungkinkan terjadinya belajar dan
perkembangan. Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya
belajar. Teknologi pendidikan adalah pengembangan, penerapan dan penilaian
sistem-sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses
belajar manusia. Di sini diutamakan proses belajar itu sendiri di samping alat-alat
yang dapat membantu proses belajar itu. Jadi teknologi pendidikan itu mengenai
software dan harware-nya. Software antara lain menganalisis dan mendesain urutan
atau langkah-langkah belajar berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan metode
penyajian yang serasi serta penilaian keberhasilannya.
Teknologi pembelajaran ialah teori dan praktek dalam desain pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi proses dan sumber untuk belajar. Istilah
teknologi berasal dari kata textere (bahasa latin) yang artinya “to weave
orconstruct”, menenun atau membangun. Teknologi tidak selamanya harus
menggunakan mesin sebagaimana terbayangkan dalam pikiran selama ini, akan
tetapi merujuk pada setiap kegaiatan praktis yang menggunakan ilmu atau
pengetahuan tertentu. Bahkan disebutkan bahwa teknologi itu merupakan usaha
untuk memecahkan masalah manusia.
Media pembelajaran meliputi alat yang secara spesifik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pembelajaran. Media pembelajaran merupakan
komponen sumber belajar yang mengandung materi instruksional di lingkungan
siswa yang memotivasi siswa untuk belajar. Sumber belajar terdiri dari atas sumber-
sumber yang mendukung proses pembelajaran siswa termasuk egati penunjang,
materi, dan lingkungan pembelajaran. Sumber belajar mencakup segala yang
tersedia untuk membantu individu belajar dan menunjukkan kemampuan
dan kompetensinya. Berdasarkan klarifikasinya, setiap media pembelajaran

14
memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik tersebut dapat dilihat melalui
tampilan media yang disajikan. Dalam memilih suatu media pembelajaran yang
akan digunakan, guru dapat menggunakan suatu media pembelajaran menyesuaikan
dengan situasi pembelajaran. Media pembelajaran dapat mempertinggi proses
belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat
mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.
3.2 Saran
1) Sekolah sebagai penyedia fasilitas teknologi informasi untuk pembelajaran
hendaknya memperhatikan ketersediaan fasilitas teknologi informasi. Ketersediaan
proyektor yang masih terbatas bisa menjadi kendala dalam pemanfaatnya untuk
kegiatan pembelajaran.
2) Sekolah hendaknya memperhatikan kondisi jaringan internet sekolah mengingat
semakin bertambahnya pengguna hotspot sekolah.
3) Guru sebagai pendidik hendaknya lebih mengoptimalkan pemanfaatan teknologi
dalam proses pembelajaran.
4) Siswa harus bisa memanfaatkan teknologi informasi dengan bijak. Tersedianya
fasilitas hotspot disekolah harus dimanfaatkan dengan baik untuk keperluan
pembelajaran bukan untuk hal-hal negative yang justru akan menjerumuskan siswa.
5) Bagi peneliti selanjutnya hendaknya ada penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan
teknologi informasi sebagai sumber belajar karena teknologi informasi akan terus
mengalami perkembangan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. (2016). Revitalisasi Penilaian Pembelajaran dalam Konteks Pendidikan
Multiliterasi Abad ke-21. Bandung: Refika Aditama.
Asmani, Jamal. (2011). Tips Efektif Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
dalam Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press.
Daniel J. (2012). ICT dan Pembelajaran (Kurikulum untuk Sekolah dan Program
Pengembangan Guru). Jakarta: Bumi Aksara.
H Annafin, MJ, & Land, SM (1997). Fondasi dan asumsi lingkungan pembelajaran
yang berpusat pada siswa yang ditingkatkan teknologi.Ilmu Instruksional, 25
(3), 167–202.
Kumiawan, Deni. (2013). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Rowan, B., Correnti, R., & Miller, R. (2002). Apa yang diungkapkan oleh penelitian survei
skala besar mengenai pengaruh guru terhadap guru Prestasi Siswa: Wawasan Kajian
Prospek Sekolah Dasar.Catatan Perguruan Tinggi Guru, 104(8), 1525–1567
Rusman. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
Mengembangkan Profesionalitas Guru: Rajawali Press.
Sandholtz, JH, Ringstaff, C., & Dwyer, DC (1997). Mengajar dengan teknologi:
Menciptakan ruang kelas yang berpusat pada siswa. New York, NY: Pers
Perguruan Tinggi Guru.

16

You might also like