Professional Documents
Culture Documents
Marhani (KLP 2 Makalah Teaching With Technology
Marhani (KLP 2 Makalah Teaching With Technology
MENGAJAR DENGAN
TEKNOLOGI
ARRANGED BY:
MARHANI
NIM: 2205149014
GODEFRIDUS BALI G
RUSLAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,dan juga berkat bantuan bapak Prof.Dr.Lambang
Subagiyo,M.Si sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang "MENGAJAR
DENGAN TEKNOLOGI" ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bimbingan dari
dosen pengampu mata kuliah ini, sehingga dapat memperlancar membuat makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi semuanya dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan bagi kami maupun para pembaca. Kami juga
sangat menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan
jauh dari kata sempurna. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan baik
dari segi kata pengejaan maupun materi dan kami mohon kritikan dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini pada waktu yang akan dating,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 4
2.1 Peran dan Praktek Pendidik dalam Pembelajaran yang Didukung Oleh
Teknologi....................................................................................................... 4
2.2 Mengembangkan guru sebagai pemimpin..................................................... 6
2.3 Pendidik yang Terhubung: Teladan............................................................... 8
2.4 Memikirkan Kembali Persiapan Guru........................................................... 10
2.5 Membina Pembelajaran Profesional Berkelanjutan....................................... 11
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 14
3.2 Saran............................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peranan teknologi dalam dunia pendidikan berkembang pesat, kebutuhan terhadap
teknologi sangat diperlukan di era globalisasi saat ini. Kemajuan suatu lembaga
pendidikan salah satunya dapat dilihat dari bagaimana sekolah tersebut memanfaatkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sesuai kebutuhan dan memanfaatkan
dengan optimal. Menurut Alvin Toffler (1980) yang dikutip oleh Bambang Warsito
(2006: 70), Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah mencapai
gelombang yang ketiga. Gelombang pertama timbul dalam bentuk teknologi pertanian.
Gelombang kedua timbul dalam bentuk teknologi industri. Kini, gelombang ketiga yang
ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi elektronika dan informatika.
Perkembangan teknologi elektronika dan informatika merambah berbagai aspek.
Teknologi informası dan komunikasi terdiri dari teknologi informasi dan teknologi
komunikasi. Teknologi informasi adalah sarana dan prasarana (hardware. software)
sistem dan metode untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan,
menyimpan, mengorganisasikan dan menggunakan data secara bermakna. Sedangkan
teknologi komunikasi adalah sarana dan prasarana struktur kelembagaan dan nilai-nilai
sosial dimana dikumpulkan, disimpan, diolah dan dipertukarkan informasi sehingga
memungkinkan untuk terjadinya persamaan persepsi dan atau tindakan (Bambang
Warsita 73). Dengan demikian bisa dikatakan adanya teknologi informasi dan
komunikasi mampu mempermudah proses mentransfer suatu gagasan dan menyamakan
persepsi.
Dunia pendidikan saat ini mulai mengintegrasikan teknologi pada berbagai aspek
termasuk dalam pembelajaran. Kebijakan pendidikan diarahkan untuk memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi sehingga mampu mempersiapkan sumber daya
manusia yang mampu menghadapi tantangan global. Dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, pendidikan dapat menjangkau
seluruh lapisan masyarakat yang tinggal di berbagai tempat, di kota, desa, bahkan di
daerah terpencil atau pedalaman.
Salah satu lembaga pendidikan adalah sekolah. Sekolah merupakan suatu wadah
untuk menciptakan manusia yang berpendidikan tanpa melihat latar belakang dari
peserta didik tersebut. Sekolah diharapkan mampu menciptakan output yang optimal
yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu bersaing di dunia global. Untuk
mewujudkannya maka dalam pelaksanaan pembelajaran memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi karena di dunia internasional perkembangan teknologi
semakin pesat.
Penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan menjadi salah
satu faktor dalam upaya memecahkan tiga isu strategis pendidikan nasional yaitu:
perluasan dan pemerataan akses peningkatan mutu dan relevansi serta good governance
dan akuntabilitas, mengingat era globalisasi saat ini mengharuskan pendayagunaan
1
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai sarana paling efektif dan efisien
dalam mengejar ketertinggalan pendidikan. Sehingga fokus penanganan obyek
pendidikan dititik beratkan pada peningkatan SDM dan sarana prasarana antara lain
sebagai berikut menunjang Wajar Dikdas 9 tahun dan perintisan Pendidikan Menengah
12 tahun melalui sistem pembelajaran jarak jauh, menunjang peningkatan mutu
pendidikan dasar dan menengah melalui pendayagunaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK), dan menunjang pengayaan pembelajaran melalui operational dan
pemanfaatan ICT dan e-learning (H. Taufiqurokhman: 2011).
Salah satu pemanfaatan teknologi yang dibutuhkan sekolah untuk membantu
kegiatan belajar mengajar adalah e-learning. Menurut Siahaan (2004), sebagaimana
yang dikutip oleh Muzid & Munir (2005), fungsi e-learning adalah sebagai suplemen
(tambahan), berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) atau berfungsi sebagai subsitusi
(pengganti). E-learning perlu diterapkan di sekolah untuk meningkatkan pembelajaran
dan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa, pada sekolah yang mempunyai
sarana prasarana teknologi informasi yang lengkap. Melalui e-learning siswa dapat
melihat materI - materi pelajaran, mengerjakan tugas dan tes, berdiskusi, melihat nilai
tugas maupun tes yang diperoleh.
Saat ini e-learning sudah banyak diterima oleh dunia pendidikan, terbukti dengan
maraknya implementasi e-learning di lembaga pendidikan, banyak sekolah - sekolah
yang sudah menerapkan e-learning untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah
akan tetapi penerapan e-learning tersebut belum dimanfaatkan secara optimal.
Berdasarkan survey e-learning oleh Suhartanto (2009) total jumlah sekolah yang
memiliki situs pembelajaran adalah 187 sekolah yang tersebar di 20 provinsi, dengan
dominasi terdapat di Pulau Jawa. Lima provinsi urutan teratas adalah Jawa Tengah,
Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan DKI. Dari data tersebut secara umum
mutu situs e-learning sekolah di Indonesia masih sangat minim. Kualitas isi situs e-
learning sekolah-sekolah tersebut banyak yang tak terpelihara dengan baik, ada
beberapa situs mengalami error dan tak menghubungkan dengan situs bermateri
pembelajaran. Sebagian besar situs yang mengalami error adalah yang dihosting sendiri
di satu tempat. Sedangkan situs yang relatif lebih baik adalah situs beberapa sekolah
yang bekerja sama dengan institusi yang sudah mapan dalam pengelolaan situs e-
learning.
2
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui tantangan dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam mengajar
dengan teknologi.
2. Untuk mengetahui penggunaan teknologi dalam pengajaran yang dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.
3. Untuk mengetahui teknologi dapat digunakan untuk mengatasi tantangan dan
hambatan dalam mengajar dengan teknologi, seperti keterbatasan sumber daya,
infrastruktur, dan keterampilan teknologi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peran dan Praktek Pendidik dalam Pembelajaran yang Didukung Oleh Teknologi
Teknologi dapat memberdayakan pendidik untuk menjadi rekan belajar bersama
siswanya dengan membangun pengalaman baru untuk eksplorasi konten yang lebih
mendalam. Pengalaman belajar yang ditingkatkan ini mewujudkan gagasan John
Dewey untuk menciptakan “pelajar yang lebih matang”. Secara berdampingan, siswa
dan guru dapat menjadi insinyur kolaborasi, perancang pengalaman belajar, pemimpin,
pemandu, dan sebagainya katalis perubahan. Berikut adalah beberapa deskripsi peran
pendidik dan contoh bagaimana teknologi dapat memainkan peran yang tidak
terpisahkan.
3). Pendidik dapat memimpin evaluasi dan penerapan teknologi baru untuk
pembelajaran
Harga yang lebih rendah untuk teknologi pembelajaran memudahkan pendidik
untuk menguji coba teknologi dan pendekatan baru sebelum mencoba menerapkannya
di seluruh sekolah. Para pendidik ini juga dapat memimpin dan memberi contoh praktik
dalam mengevaluasi alat-alat baru untuk risiko privasi dan keamanan, serta kepatuhan
terhadap peraturan privasi federal. Pemimpin guru yang memiliki pemahaman luas
mengenai kebutuhan teknologi pendidikannya, serta kebutuhan siswa dan koleganya,
dapat melakukan uji coba teknologi yang dipilih dengan sejumlah kecil siswa untuk
5
menilai penerapan pendekatan dengan cepat dan cermat dan apakah teknologi tersebut
memberikan hasil yang diinginkan. Hasil. Hal ini memungkinkan sekolah untuk
memperoleh pengalaman dan keyakinan terhadap teknologi ini sebelum melibatkan
seluruh sekolah atau distrik untuk membeli dan menggunakannya. Pemimpin guru dan
mereka yang memiliki pengalaman mendukung pembelajaran dengan teknologi dapat
bekerja sama dengan administrator untuk menentukan cara berbagi pembelajaran
mereka dengan guru lain. Mereka juga dapat memberikan dukungan kepada rekan-
rekan mereka dengan menjawab pertanyaan dan memberikan contoh penggunaan
teknologi secara praktis untuk mendukung pembelajaran.
Evaluasi teknologi melalui evaluasi teknologi siklus cepat. Penekanan peran bukti
dalam Every Student Succeeds Act (ESSA) memberikan peluang unik untuk
menggunakan dan menghasilkan bukti guna melakukan investasi pendidikan dengan
lebih baik. Teknologi pendidikan adalah bidang dimana peluang ini sangat kaya karena
alat teknologi ini sering kali memungkinkan pengumpulan data yang diperlukan untuk
memahami cara kerja sesuatu. Informasi yang lebih baik tentang efektivitas berbagai
alat teknologi membantu pendidik dan administrator melakukan investasi yang lebih
baik. Namun, banyak pimpinan sekolah dan daerah menghadapi hambatan dalam
menghasilkan bukti bermakna mengenai alat teknologi dan investasi pendidikan
lainnya. Mereka memerlukan alat dan proses evaluasi untuk melakukan evaluasi yang
berbiaya rendah dan dapat diselesaikan dengan cepat untuk jenis siswa yang mereka
layani.
Departemen Pendidikan AS telah mengontrak Mathematica Policy Research untuk
membantu sekolah, distrik, pengembang, dan peneliti dalam melakukan evaluasi siklus
cepat dan penyelesaian cepat menggunakan Ed Tech Rapid Cycle Evaluation Coach.
Alat ini adalah platform berbasis web gratis dan berlisensi terbuka yang menyediakan
panduan langkah demi langkah dan dasbor analisis untuk melakukan evaluasi cepat
terhadap teknologi pendidikan. Program Evaluasi Berbiaya Rendah dan Durasi Pendek
IES menyediakan pendanaan untuk proyek-proyek yang menghasilkan temuan
penelitian yang dapat digunakan oleh lembaga pendidikan negara bagian dan distrik.
6
pada bulan Maret 2014, Teach to Lead telah melibatkan lebih dari 3.000 pendidik,
secara langsung dan virtual melalui platform online, dengan lebih dari 850 ide
kepemimpinan guru yang tersebar di 38 negara bagian. Teach to Lead Teacher
Leadership Summits regional mempertemukan tim pemimpin guru dan organisasi
pendukung untuk memperkuat gagasan kepemimpinan guru, berbagi sumber daya, dan
mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mewujudkan proyek mereka.
Marcia Hudson dan Serena Stock, pemimpin guru di Sekolah Dasar Avondale di
Michigan, mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan profesional yang dipimpin
oleh guru di sekolah mereka dan membuat modul bagi guru untuk mengumpulkan dan
menganalisis data hasil siswa guna mendorong peluang pengembangan profesional
baru. Para guru sekarang mengadakan pertemuan keterlibatan dengan para pemimpin
guru untuk mengembangkan dan mendanai pengembangan profesional dan
pengumpulan data lebih lanjut.
Chris Todd mengajar di Windsor High School di Connecticut dan merupakan
mantan TeacherLeader-in-Residence untuk Departemen Pendidikan Negara Bagian
Connecticut. Tim Chris mengembangkan Connecticut Educator Network, sebuah
database pemimpin guru yang siap memberikan saran mengenai pengembangan
kebijakan. Jaringan ini memberikan peluang bagi para guru untuk mengasah
keterampilan kepemimpinan mereka melalui pelatihan dan pengarahan kebijakan.
Pendidik dapat menjadi pembimbing, fasilitator, dan motivator peserta didik.
Informasi yang tersedia bagi pendidik melalui Internet berkecepatan tinggi berarti
guru tidak harus menjadi ahli konten di semua mata pelajaran. Dengan memahami
cara membantu siswa mengakses informasi online, terlibat dalam simulasi peristiwa
dunia nyata, dan menggunakan teknologi untuk mendokumentasikan dunia mereka,
pendidik dapat membantu siswa memeriksa masalah dan memikirkan pembelajaran
mereka secara mendalam. Dengan menggunakan alat digital, mereka dapat
membantu siswa menciptakan ruang untuk bereksperimen, mengulangi, dan
mengambil risiko intelektual dengan semua informasi yang mereka butuhkan ada di
ujung jari mereka.Guru juga dapat memanfaatkan ruang ini untuk diri mereka
sendiri saat mereka menavigasi pemahaman baru tentang pengajaran yang tidak
hanya fokus pada apa yang mereka ajarkan, tetapi juga ke menu yang lebih luas
tentang bagaimana siswa dapat belajar dan menunjukkan apa yang mereka ketahui.
Pendidik dapat membantu siswa menjalin hubungan antar mata pelajaran dan
memutuskan alat terbaik untuk mengumpulkan dan menampilkan pembelajaran
melalui aktivitas seperti berkontribusi pada forum online, membuat webinar, atau
mempublikasikan temuan mereka ke situs web yang relevan. Guru-guru ini dapat
memberi saran kepada siswa tentang cara membangun portofolio pembelajaran
online untuk menunjukkan kemajuan pembelajaran mereka.
Pendidik dapat menjadi rekan belajar dengan siswa dan teman sebayanya
Ketersediaan perangkat pembelajaran berbasis teknologi memberikan peluang bagi
pendidik untuk menjadi rekan belajar bersama siswa dan teman sebayanya.
Meskipun para pendidik tidak diharapkan untuk mengetahui segala hal yang perlu
7
diketahui dalam disiplin ilmu mereka, mereka harus diharapkan untuk memberikan
contoh bagaimana memanfaatkan alat yang tersedia untuk melibatkan konten
dengan rasa ingin tahu dan pola pikir yang cenderung pada pemecahan masalah dan
bagaimana menjadi pencipta pengetahuan. Singkatnya, guru harus menjadi siswa
yang mereka harapkan dapat menginspirasi di kelasnya.
Pendidik dapat menjadi katalisator untuk melayani masyarakat yang kurang
terlayani.
Teknologi memberikan peluang baru bagi masyarakat yang secara tradisional
kurang terlayani untuk mendapatkan akses yang adil terhadap pengalaman
pendidikan berkualitas tinggi. Ketika konektivitas dan akses tidak merata,
kesenjangan digital dalam pendidikan semakin melebar, sehingga melemahkan
aspek positif pembelajaran dengan teknologi. Semua siswa berhak mendapatkan
akses yang sama terhadap (1) internet, konten berkualitas tinggi, dan perangkat saat
mereka membutuhkannya dan (2) pendidik yang terampil dalam mengajar di
lingkungan pembelajaran yang didukung teknologi. Ketika hal ini terjadi, hal ini
meningkatkan kemungkinan bahwa pelajar memiliki pengalaman belajar yang
dipersonalisasi, pilihan alat dan aktivitas, dan akses terhadap penilaian adaptif yang
mengidentifikasi kemampuan, kebutuhan, dan minat individu mereka.
1) Memproduksi film siswa dengan audiensi online: Katie McKay: lampu, kamera, aksi
sosial
Di kelas bilingual transisi kelas empat Katie McKay, mendorong siswanya untuk
bekerja sama dalam sebuah proyek membantu mereka membangun keterampilan
literasi sekaligus memberi mereka kesempatan untuk mengajukan pertanyaan yang
relevan secara budaya terkait dengan kesetaraan.
McKay menyadari bahwa murid-muridnya sedang mencari bahasa untuk
membicarakan isu-isu rumit mengenai ras, gender, kekuasaan, dan kesetaraan. Untuk
mengatasi persaingan prioritas dalam mempersiapkan siswanya menghadapi ujian
negara dan memberi mereka peluang otentik untuk berkembang sebagai pembaca dan
penulis, McKay memulai unit berbasis proyek tentang sejarah diskriminasi di Amerika
Serikat.
8
Siswa bekerja dalam kelompok campuran heterogen untuk mengembangkan komik
strip yang akhirnya diubah menjadi dua video, satu menunjukkan mikro-agresi yang
biasa dilihat siswa saat ini dan satu lagi tentang sejarah diskriminasi di Amerika Serikat
Film tentang agresi mikro menggambarkan skenario masa kini yang mencakup
karakter-karakter yang bertindak sebagai agen perubahan, dengan berani dan penuh
hormat membela hak-hak orang lain. Menurut McKay, siswa yang sebelumnya tidak
terlibat mendapati diri mereka tertarik ke dalam komunitas kelas dengan cara yang
bermakna dan menarik.
9
bermain dan akhirnya membuat permainan fiksi interaktif. Sebelum pembuatan
permainan, kelas Sellers menganalisis beberapa esai yang dengan terampil
menggunakan gambaran deskriptif, seperti karya David Foster Wallace.Tiket ke
Pameran, dan menyusun tulisan deskriptif pendek tentang lokasi favorit mereka di San
Francisco.
10
Sekolah harus dapat mengandalkan program persiapan guru untuk memastikan
bahwa guru baru datang dan siap menggunakan teknologi dengan cara yang bermakna.
Tidak ada guru baru yang keluar dari program persiapan yang memerlukan remediasi
oleh sekolah atau distrik yang mempekerjakannya. Sebaliknya, setiap pengajar baru
harus siap memberikan contoh bagaimana memilih dan menggunakan aplikasi dan alat
yang paling tepat untuk mendukung pembelajaran dan mengevaluasi alat tersebut
berdasarkan standar privasi dan keamanan dasar. Tidaklah tepat untuk berasumsi
bahwa karena calon guru sudah paham teknologi dalam kehidupan pribadinya, mereka
akan memahami cara menggunakan teknologi secara efektif untuk mendukung
pembelajaran tanpa pelatihan dan praktik khusus. Keahlian ini tidak datang melalui
penyelesaian satu mata kuliah teknologi pendidikan yang terpisah dari mata kuliah
metode lainnya tetapi melalui penyertaan pengalaman dengan teknologi pendidikan di
semua mata kuliah yang dimodelkan oleh fakultas dalam program persiapan guru.
11
Australia, Selandia Baru, dan Norwegia menjadi tuan rumah penyelenggaraan
Connected Educator Month yang diselenggarakan di negara mereka masing-masing,
dan pendidik di lebih dari 125 negara-negara berpartisipasi dalam beberapa cara.
12
kredensial mikro yang dapat diperoleh setelah guru menunjukkan penguasaannya.
Demonstrasi penguasaan mencakup contoh spesifik pekerjaan mereka, refleksi
pribadi, artefak kelas, serta pekerjaan dan refleksi siswa, yang diserahkan melalui
Google Formulir kepada komite yang terdiri dari 7 hingga 10 guru yang
meninjaunya dan memberikan kredensial mikro.
Setelah uji coba awal yang sukses dengan 49 guru, 151 anggota fakultas
tambahan memilih untuk mendapatkan kredensial mikro pada pembelajaran yang
dipersonalisasi, yang mengharuskan mereka melakukan penelitian latar belakang
mereka sendiri dan terlibat dalam obrolan Twitter yang dijadwalkan secara rutin
serta blogging, jaringan, dan lainnya bentuk pembelajaran mandiri dengan
menggunakan teknologi. Banyak di antara mereka yang telah terlibat dengan para
guru di seluruh negeri, sehingga memungkinkan mereka memberi dan menerima
ide, sumber daya, dan dukungan.
4) Menyediakan unconference: menuju edcamp
Seorang pendidik menghadiri anKamp Ed acara terlibat dalam pengalaman
pembelajaran profesional yang sangat berbeda dari pengembangan profesional
tradisional. Sesi dibangun berdasarkan minat dan kebutuhan orang-orang yang hadir
dan dibuat pada hari itu dengan menggunakan aplikasi kolaboratif berbasis cloud
yang terbuka untuk semua orang (termasuk mereka yang tidak dapat berpartisipasi
secara langsung). Setiap guru memilih sesi mana yang akan dihadiri berdasarkan
minat atau kebutuhan individu.
Karena penggunaan teknologi dalam pembelajaran secara efektif merupakan
salah satu tantangan yang dihadapi guru, sesi-sesi sering kali diselenggarakan
seputar berbagi praktik dan mengatasi tantangan umum ketika meningkatkan
praktik seputar penggunaan teknologi. Guru berkolaborasi untuk mengatasi
tantangan bersama, sering kali membuat hubungan yang mengarah lebih dari satu
sesi atau hari, karena kemitraan dibentuk untuk melibatkan siswa satu sama lain.
Dokumen bersama yang dibuat pada acara ini menjadi arsip dan sumber daya bagi
siapa pun yang hadir, baik secara langsung maupun virtual.
Edcamp pertama diselenggarakan di Philadelphia oleh sekelompok pendidik
lokal yang tertarik pada pendekatan baru yang tidak bersifat konferensi
(pengorganisasian mandiri) terhadap konferensi untuk pembelajaran profesional.
Model ini mulai berkembang, dan hingga Januari 2016, terdapat lebih dari 1000
Edcamp yang semuanya diselenggarakan oleh pendidik lokal. Popularitas format ini
yang sangat besar telah mendorong terbentuknya Edcamp Foundation, sebuah
organisasi nirlaba yang akan meresmikan sebagian besar dukungan ad hoc yang
telah diberikan kepada penyelenggara Edcamp hingga saat ini.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teknologi adalah sarana, alat maupun cara yang digunakan dalam
menyampaikan pesan dan memecahkan suatu masalah melalui pengetahuan untuk
suatu mencapai tujuan tertentu dan menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri.
Pendidikan adalah proses interaksi yang bertujuan. Interaksi terjadi antara guru
dengan siswa, yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga
menajadi mandiri dan utuh. Secara umum dapat dikatakan bahwa Pendidikan
merupakan suatu tindakan yang memungkinkan terjadinya belajar dan
perkembangan. Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya
belajar. Teknologi pendidikan adalah pengembangan, penerapan dan penilaian
sistem-sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses
belajar manusia. Di sini diutamakan proses belajar itu sendiri di samping alat-alat
yang dapat membantu proses belajar itu. Jadi teknologi pendidikan itu mengenai
software dan harware-nya. Software antara lain menganalisis dan mendesain urutan
atau langkah-langkah belajar berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan metode
penyajian yang serasi serta penilaian keberhasilannya.
Teknologi pembelajaran ialah teori dan praktek dalam desain pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi proses dan sumber untuk belajar. Istilah
teknologi berasal dari kata textere (bahasa latin) yang artinya “to weave
orconstruct”, menenun atau membangun. Teknologi tidak selamanya harus
menggunakan mesin sebagaimana terbayangkan dalam pikiran selama ini, akan
tetapi merujuk pada setiap kegaiatan praktis yang menggunakan ilmu atau
pengetahuan tertentu. Bahkan disebutkan bahwa teknologi itu merupakan usaha
untuk memecahkan masalah manusia.
Media pembelajaran meliputi alat yang secara spesifik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pembelajaran. Media pembelajaran merupakan
komponen sumber belajar yang mengandung materi instruksional di lingkungan
siswa yang memotivasi siswa untuk belajar. Sumber belajar terdiri dari atas sumber-
sumber yang mendukung proses pembelajaran siswa termasuk egati penunjang,
materi, dan lingkungan pembelajaran. Sumber belajar mencakup segala yang
tersedia untuk membantu individu belajar dan menunjukkan kemampuan
dan kompetensinya. Berdasarkan klarifikasinya, setiap media pembelajaran
14
memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik tersebut dapat dilihat melalui
tampilan media yang disajikan. Dalam memilih suatu media pembelajaran yang
akan digunakan, guru dapat menggunakan suatu media pembelajaran menyesuaikan
dengan situasi pembelajaran. Media pembelajaran dapat mempertinggi proses
belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat
mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.
3.2 Saran
1) Sekolah sebagai penyedia fasilitas teknologi informasi untuk pembelajaran
hendaknya memperhatikan ketersediaan fasilitas teknologi informasi. Ketersediaan
proyektor yang masih terbatas bisa menjadi kendala dalam pemanfaatnya untuk
kegiatan pembelajaran.
2) Sekolah hendaknya memperhatikan kondisi jaringan internet sekolah mengingat
semakin bertambahnya pengguna hotspot sekolah.
3) Guru sebagai pendidik hendaknya lebih mengoptimalkan pemanfaatan teknologi
dalam proses pembelajaran.
4) Siswa harus bisa memanfaatkan teknologi informasi dengan bijak. Tersedianya
fasilitas hotspot disekolah harus dimanfaatkan dengan baik untuk keperluan
pembelajaran bukan untuk hal-hal negative yang justru akan menjerumuskan siswa.
5) Bagi peneliti selanjutnya hendaknya ada penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan
teknologi informasi sebagai sumber belajar karena teknologi informasi akan terus
mengalami perkembangan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. (2016). Revitalisasi Penilaian Pembelajaran dalam Konteks Pendidikan
Multiliterasi Abad ke-21. Bandung: Refika Aditama.
Asmani, Jamal. (2011). Tips Efektif Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
dalam Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press.
Daniel J. (2012). ICT dan Pembelajaran (Kurikulum untuk Sekolah dan Program
Pengembangan Guru). Jakarta: Bumi Aksara.
H Annafin, MJ, & Land, SM (1997). Fondasi dan asumsi lingkungan pembelajaran
yang berpusat pada siswa yang ditingkatkan teknologi.Ilmu Instruksional, 25
(3), 167–202.
Kumiawan, Deni. (2013). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Rowan, B., Correnti, R., & Miller, R. (2002). Apa yang diungkapkan oleh penelitian survei
skala besar mengenai pengaruh guru terhadap guru Prestasi Siswa: Wawasan Kajian
Prospek Sekolah Dasar.Catatan Perguruan Tinggi Guru, 104(8), 1525–1567
Rusman. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
Mengembangkan Profesionalitas Guru: Rajawali Press.
Sandholtz, JH, Ringstaff, C., & Dwyer, DC (1997). Mengajar dengan teknologi:
Menciptakan ruang kelas yang berpusat pada siswa. New York, NY: Pers
Perguruan Tinggi Guru.
16