Professional Documents
Culture Documents
Kecamuk Revolusi Kemerdekaan DI Kuningan
Kecamuk Revolusi Kemerdekaan DI Kuningan
Pendidikan Sejarah, Pascasarjana, Universitas Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka Jakarta
Timur 13220, DKI Jakarta
Email: rinaldoadi@outlook.com
Abstract: This research aims to find the role of locality in the revolution period. As we
know that revolution period was a period that was quite important for the history of the
nation because many areas are involved in this important event. The research method
used is historical methods that include, heuristics, criticism, interpretation, and
historiography. Based on the research conducted that during the period of Indonesia's
independence revolution, Kuningan had a central role in the struggle to maintain the
sovereignty of the country in the eastern region of West Java, especially the Karesidenan
Cirebon. Kuningan in particular Ciwaru has a stake in the struggle for independence
which is the capital of refugee from the Karesidenan Cirebon government after being
bombarded the center of government in Cirebon by the events of the first Dutch Military
Aggression. In addition there are also wars involving civilians with the formation special
troops in Kuningan. As a place of refuge in the civil administration, the Karesidenan
Cirebon certainly made Kuningan as a battleground that was quite powerful in the
eastern region of West Java.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat peranan daerah atau lokalitas dalam
kancah revolusi kemerdekaan Indonesia. Hal ini dikarenakan masa revolusi
kemerdekaan Indonesia merupakan suatu masa yang cukup penting bagi perjalanan
sejarah bangsa karena suasana revolusi tidak hanya dirasakan di lingkup nasional saja
melainkan banyak pula daerah yang melibatkan diri dalam peristiwa penting ini. Metode
penelitian yang digunakan yaitu metode historis yang mencakup, heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwasanya
selama periode revolusi kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Kuningan memiliki peranan
yang cukup sentral dalam perjuangan mempertahankan kedaulatan negara di wilayah
timur Jawa Barat khususnya Keresidenan Cirebon. Kabupaten Kuningan khususnya
Ciwaru memiliki andil dalam perjuangan kemerdekaan yakni menjadi ibu kota
pengungsian dari pemerintahan Keresidenan Cirebon pasca dibombardirnya pusat
pemerintahan di Cirebon oleh peristiwa Agresi Militer Belanda I. Selain itu pula di
Kuningan terjadi peperangan yang melibatkan rayat sipil dengan dibentuknya laskar dan
kesatuan-kesatuan khusus yang ada di Kuningan. Sebagai tempat pengungsian
pemerintahan sipil Keresidenan Cirebon tentu saja membuat Kuningan sebagai medan
pertempuran yang cukup dahsyat di wilayah timur Jawa Barat
Kata Kunci: Revolusi, Ciwaru, Kuningan, Keresidenan Cirebon
94
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 4 No.2 Tahun 2018
95
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 4 No.2 Tahun 2018
96
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 4 No.2 Tahun 2018
wilayah Jawa Barat. Selain usaha Republik Indonesia dari berbagai arah
melalui jalur konfrontasi dilakukan, baik darat, laut dan udara. Untuk
upaya untuk mempertahankan wilayah Jawa Barat, Serangan Belanda
kemerdekaan melalui jalur diplomatik ke wilayah Keresidenan Cirebon dimulai
pun terus berjalan, jalur diplomasi yang dengan kekuatan 2 batalyon artileri
dilakukan yakni Perundingan Linggajati medan, 1 skuadron tank, 1 skuadron
yang dilaksanakan pada November 1946 panser, 1 kompi zeni lapangan dan
dan ditandatangani 25 Maret 1947 kesatuan bantuan lainnya (Soetanto,
(Hermawan, 2000). 2007). Pasukan yang terus bergerak dari
Meskipun isi perundingan bisa arah barat ini dipimpin oleh Mayor van
dikatakan menguntungkan Belanda, Santen dari KNIL dan dibantu oleh
namun Belanda masih tidak puas pasukan udara dari Divisi 7 Desember
terhadap cakupan wilayah yang ada dan terus memaksa masuk ke wilayah
nampaknya menginginkan seluruh tanah Keresidenan Cirebon khususnya pusat
bekas wilayah Hindia Belanda. militer dan sipil di Kota Cirebon, maka
Sekalipun pada kenyataanya hasil pasca serangan tersebut dikuasailah
perundingan tidak dapat direalisasikan Tomo, Kadipaten, Majalengka dan Kota
sama sekali karena terdapat perbedaan Cirebon.
interpretasi oleh kedua belah pihak Sebagai akibat dari Agresi Militer
terhadap isi perundingan, dimana dalam Belanda I, akhirnya membuat
hal ini Belanda mencoba melakukan pertahanan dari pasukan Siliwangi di
kehendaknya sendiri (Agung, 1983). Keresidenan Cirebon tidak karuan dan
Perbedaan pendapat tersebut makin tercerai berai (Soetanto, 2007). Hal ini
meningkat sampai akhirnya secara telah memaksa seluruh unsur baik sipil
sepihak seolah-olah Belanda ingin maupun militer untuk melakukan
menghilangkan adanya Perundingan evakuasi ke daerah yang dirasa aman
Linggajati tersebut dengan jalan dan jauh dari jangkauan pasukan
mengkhianati isi Perundingan Belanda sebagai akibat dari lumpuhnya
Linggajati. Pernyataan ini diperkuat oleh aktivitas di Cirebon karena digempur
Sewaka bahwa, selama dua hari berturut-turut oleh
...Perdjandjian Linggardjati sebagai Belanda.
satu perdjandjian jang tidak akan Akibat kondisi dan situasi yang tidak
membawa kepada tudjuan jang di menentu pada pertengahan tahun 1947
tjita-tjitakan oleh bangsa Indonesia. yang mengakibatkan roda pemerintahan
Bahkan beberapa dari mereka terganggu, maka Dewan Pertahanan
berkata, bahwa perdjandjian Daerah (DPD) Keresidenan Cirebon dan
Linggardjati adalah hanja pimpinan Brigade V/SGD Divisi
merupakan satu djalan bagi Belanda Siliwangi melakukan rapat untuk
untuk mendjadjah Indonesia kembali. menentukan wilayah pengungsian. Dari
Memang didalamnja nampak benar beberapa wilayah di Keresidenan
politik Belanda jang telah berabad- Cirebon seperti Majalengka, Indramayu
abad dilakukan di Indonesia, ialah dan Kuningan, hasil rapat memutuskan
siasat “memetjah-belah” (Sewaka, bahwasanya wilayah pedalaman
1955). Kuningan yang masih aman dapat
dijadikan daerah pengungsian sekaligus
Ketegangan akibat perbedaan menjalankan kegiatan pemerintahan
penafsiran tentang isi Perundingan darurat. Pertimbangan ini didasarkan
Linggajati semakin memuncak, sampai karena wilayah Indramayu dan
pada akhirnya Perundingan Linggajati Majalengka sudah dikuasai oleh Belanda
dilanggar dengan melakukan aksi militer terlebih dahulu dan akses dari Cirebon
pertama pada tanggal 21 juli 1947 yang merupakan basis Belanda terlalu
(Lubis, 2003). Agresi Militer Belanda I dekat (Wawancara dengan E.
bertujuan untuk menyerang wilayah Madrochim, 2014). Alasan lain tidak
97
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 4 No.2 Tahun 2018
98
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 4 No.2 Tahun 2018
99
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 4 No.2 Tahun 2018
100
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 4 No.2 Tahun 2018
101
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 4 No.2 Tahun 2018
102
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 4 No.2 Tahun 2018
103
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 4 No.2 Tahun 2018
diduduki oleh militer Belanda dan menuju daerah Jawa Barat (Soetanto,
berdirilah pemerintahan recomba. 2007). Pada awal tahun 1949 pasukan
Kehadiran militer Belanda ini telah Siliwangi mulai berdatangan kembali ke
mempersempit ruang gerak dari para daerah Jawa Barat dan Ciwaru menjadi
pejuang yang ada di Ciwaru. Namun jalan utama dan tempat beristirahat
walaupun gerak-gerik dan aktivitas sebagian TNI dari Yogjakarta yang akan
rakyat tidak luput dari pengawasan menyebar ke daerah Jawa Barat lainnya.
Belanda, para pejuang di Ciwaru tidak Kedatangan dari pasukan Siliwangi yang
kehabisan akal. Rakyat dan pejuang melewati Ciwaru disambut gembira oleh
mengatur taktik dan strategi baru, masyarakat dan KPRM pada khususnya.
misalnya pengumpulan bahan makanan Pasukan yang pertama kali datang ke
dan obat-obatan yang dikumpulkan oleh wilayah Ciwaru adalah satuan batalyon
para wanita penjual makanan. Para yang dipimpin oleh Mayor Rukman.
penjual makanan ini berpura-pura Masyarakat Ciwaru menyambut gembira
menjual dagangan mereka padahal dan mengelu-elukan kedatangan dari
sebenarnya mereka mengumpulkan Batalyon Rukman. Untuk menjamin
makanan dari pintu ke pintu yang pada pasukan TNI yang datang
akhirnya dijadikan bahan logistik bagi bergelombang, KPRM mengumpulkan
pejuang yang berjuang melawan bahan makanan dari warga dan
Belanda (Wawancara dengan Mulyadi, mengatur penempatan TNI. Yang
2014 ; M. Setiadi, 2014). mengatur semuanya adalah Natadisastra,
Kegiatan lainnya pun banyak dibantu E. Yuhana, A. Hanafi, Wasita, S.
oleh para pelajar di Ciwaru, tentara Barnita, R. Mijralsamsu, Nata Rastam
Belanda tidak menaruh curiga kepada dan lainnya. Dapur umum dipimpin oleh
para pelajar dan penjaja makanan maka Muhati Yuhana dari pimpinan Laskar
dari itu mereka cukup bebas untuk Wanita Indonesia (LASWI) Kecamatan
menjalankan aktivitas dalam membantu Ciwaru. Perlakuan masyarakat Ciwaru
pejuang. (Wawancara dengan M. itulah sebagai bukti kepatuhan dari
Setiadi, 2014). Para pelajar turut rakyat Ciwaru terhadap Republik
membantu mengumpulkan “pelor” atau Indonesia dan TNI ketika ditinggal
amunisi dari markas-markas Belanda, hijrah.
mereka mengumpulkan amunisi tersebut Ketika Batalyon Rukman datang ke
sambil bepura-pura main disekitar Jawa Barat khususnya wilayah Ciwaru
markas Belanda dan setelah berhasil, Kuningan, dia tidak menggunakan
amunisi yang didapatkannya istilah Batalyon Rukman dan tidak
disembunyikan dalam roti yang dibawa mengaku bahwa bagian dari Divisi
oleh para pelajar dan akhirnya Siliwangi (Pustakaningrat, 1987). Hal
dikumpulkan di markas pejuang ini dilakukan kemungkinan untuk
Indonesia. menghindari penangkapan dari pihak
Seperti halnya Perundingan Belanda yang sudah menguasai hampir
Linggajati, Perundingan Renville yang wilayah Kuningan. Maka dari itu Mayor
telah dilakukan antara kedua belah pihak Rukman membentuk Kesatuan Gerakan
harus kandas dengan penghianatan dari Rakyat Merdeka (KGRM). Mayor
pihak Belanda dengan melancarkan aksi Rukman dalam membentuk KGRM
Agresi Militer Belanda II. Pada tanggal tidak mengetahui bahwa di Kuningan
19 Desember 1948, secara mendadak sudah ada badan perjuangan selama
serdadu Belanda melakukan Agresi pasukan Divisi Siliwangi hijrah ke
Militer Belanda II, mereka menyerang Yogjakarta, badan tersebut yakni KPRM
dan menduduki Ibu Kota Yogjakarta pimpinan Iman Hidayat. Laskar yang
yang menjadi Ibu Kota Republik dibentuk pada tanggal 26 September
Indonesia. Ketika terjadi agresi tersebut 1948 di Desa Kedungbungkus
pasukan Siliwangi sudah keluar dari Kuningan. Mayor Rukman kemudian
Yogjakarta melakukan longmarch membentuk daerah operasi dan
104
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 4 No.2 Tahun 2018
105
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 4 No.2 Tahun 2018
106