You are on page 1of 5

MENGAJAR DI TENGAH PANDEMI COVID 19

OLEH : HAFIDHOTUL ZULAEHAH

Menjadi pendidik adalah sebuah profesi yang menurut saya

membanggakan.Karena apa?Pendidik dituntut untuk bersabar dan selalu

siap menerima segala hal yang sewaktu-waktu terjadi kapan saja.Selalu

siap mental dan hati yang lapang dalam menerima kritikan atau pun

masukan dari orang tua peserta didik atau dari pihak manapun.Sikap dan

perilaku dari seorang pendidik itulah yang menjadi cermin bagi anak

didiknya.Menjadi seorang pendidik berarti menjadi orang tua kedua di

sekolah.Memperlakukan anak didik seperti memperlakukan anak-anaknya

sendiri.

Menjadi seorang pendidik tentu banyak suka ataupun duka yang

datang silih berganti.Saya mengajar di TK Al Maunah,Desa Tridadi

dimulai tahun 2002.Itu artinya saya sudah mengajar di TK Al Maunah

selama 18 tahun.Tentu 18 tahun bukanlah waktu yang singkat.Ibarat

dalam kehidupan berumah tangga,angka 18 tahun sudah banyak makan

asam pahit manisnya kehidupan.Begitupun dengan menjadi seorang

pendidik.Dan selama saya mengajar selama 18 tahun ini,tahun 2020

adalah tahun yang sangat berat bagi saya sebagai pendidik dan mungkin

bagi semua orang.Bagaimana tidak?Di tahun 2020 ini,kita sebagai umat-


Nya sedang diuji oleh-Nya.Sang Khalik sedang menurunkan bala

tentaranya yang tidak kasat mata berupa virus yang menyebar bernama

Corona.Terlepas si Coro adalah virus yang dibuat ataupun tidak,desas

desus konpirasi antara negara A dengan B,itu bukan hal yang perlu kita

kaji atau perdebatkan.Yang menjadi tugas utama bagi seorang pendidik

adalah bagaimana cara menyampaikan materi kepada peserta didik di

tengah pandemic ini.Sedangkan pemerintah meliburkan semua lembaga

yang berhubungan dengan orang banyak.Tentu ini adalah sebuah pukulan

telak bagi kami para pendidik.Dengan tenggang libur yang panjang,sudah

jelas para pengajar dituntut untuk berinovasi dalam cara mengajar para

peserta didiknya.Yaitu dengan pembelajaran jarak jauh atau secara

online.Untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi,belajar secara online

tentu bukan hal yang buruk.Karena bagi mereka (anak-anak

SMP,SMA,kuliahan) menatap layar gadget / laptop dalam kurun berapa

jam mereka betah ,apalagi yang mereka buka adalah social media,dan

aplikasi-aplikasi anak muda jaman sekarang.Sudah tentu mereka asyik

dengan gadgetnya.Tapi tidak memungkiri apabila mereka juga lama-lama

akan merasa bosan,Lantas bagaimana dengan anak-anak yang masih TK ?

Tentu hal ini menjadi tantangan sendiri bagi saya dalam menerapkan

pembelajaran jarak jauh di tengah wabah ini.Di satu sisi pendidikan jadi
sangat mengandalkan teknologi dan akhirnya tidak bisa dipisahkan antara

teknologi dengan pendidikan.

Padahal di sisi lain ,pendidik juga memiliki kewajiban menjauhkan

anak dari teknologi.Melihat saya mengajar anak-anak yang masih sangat

membutuhkan peran orang tua dalam pembelajaran dibanding dengan

teknologi itu sendiri.Anak-anak yang masih dalam usia dini tentu masih

sangat membutuhkan pengawasan orang tua dalam menggunakan

teknologi.Di sisi lain,banyak orang tua peserta didik maupun anak didik

yang tidak siap dengan kondisi ini dan terbatasnya ketersediaan teknologi

yang diperlukan menjadi tantangan juga bagi saya.

Selama ini saya menyampaikan materi lewat jejaring social

facebook atau grup whatsapp orang tua anak didik.Saya mengeshare

video-video pembelajaran,misalnya permainan dengan orang tua,tebak

nama alat transportasi,doa sehari hari dan lain sebagainya yang berkaitan

dengan materi dalam RPPH,yang kemudian para orang tua menyampaikan

ke anak-anaknya.Tentu melakukan pembelajaran dengan anak-anak usia

dini tidaklah mudah seperti anak remaja.Apalagi dilakukan dengan

online.Mereka butuh penjelasan secara mendetail, penjelasan yang masuk

akal,orang tua dituntut lebih aktif berperan dalam hal ini.Tak jarang

banyak anak didik yang sudah bosan belajar dari rumah,mereka selalu
menanyakan kapan masuk sekolah,kapan bermain dengan teman -

temannya kepada orang tuanya.Jangankan anak kecil,yang sudah kuliah

atau yang bekerja dari rumah saja bosan apalagi mereka yang dunianya

masih dunia bermain dan belajar.

Akan tetapi saya merasa sedikit lega dan terbantu dengan adanya

siaran edukasi yang ditayangkan oleh TVRI,beruntung sekali semua anak

peserta didik saya memiliki televisi di rumahnya.Jadi saya di grup

whatsapp meminta kepada orang tua untuk mendampingi dan mengawasi

anak-anak ketika siaran edukasi itu sedang tayang.

Yang menjadi kendala dalam pembelajaran jarak jauh ini adalah

susahnya sinyal di daerah saya.Semua orang tua peserta didik sudah

memilki gadget,hanya saja seringkali sinyal nya tidak

lancar.Misalnya,ketika saya menyampaikan materi di grup whatsaap atau

facebook ,gadget saya harus ditaruh di jendela rumah agar bisa terkirim di

grup atau saya harus turun ke balai desa untuk mendapatkan sinyal yang

lebih lancar.Karena letak balai desa lebih rendah di bandingkan dengan

rumah saya yang berada di kaki lembah pegunungan menoreh.

Dilihat dari letak geografisnya,desa tempat saya mengajar adalah di

antara hutan-hutan yang masih asri dan lembah pegunungan menoreh


yang mengelilingi desa.Sementara rumah-rumah anak didik juga tidak

jauh berbeda dengan rumah saya,rata-rata di antara bukit dan hutan.Hal itu

yang kemudian menjadikan sinyalnya tidak lancar.

Seminggu sekali saya mengajak orang tua anak didik untuk datang

ke sekolah guna menyampaikan perkembangan belajar anak-anak selama

di rumah dan hal-hal lain yang berhubungan dengan anak-anak.Saya

meminta kepada orang tua anak didik untuk ikut berkontribusi dalam

membantu proses edukasi anak,karena pemberian materi bisa dikatakan

berhasil selama ada kolaborasi yang baik antara guru,anak didik,dan orang

tua,apalagi sekolah ini dilakukan dirumah.

Saya berharap pandemi ini segera berakhir dan anak-anak bisa

belajar di sekolah lagi.Sudah dijelaskan tadi di atas,dunia anak adalah

dunia bermain dan belajar.Semangat untuk para pendidik di seluruh

Indonesia!

You might also like