You are on page 1of 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“ PERTOLONGAN FRAKTUR DENGAN PEMBIDAIAN DAN


PEMBALUTAN”

Nama Kelompok 6 :
Febriansyah Wahyu (1510015)
Fernanda Wike (1510018)
Mahkda Anjani (1510030)
Riska Eldyani (1510046)
Sherley Ajeng (1510051)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Satuan Acara Penyuluhan:


“ Pertolongan Fraktur Dengan Pembidaian dan Pembalutan”

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Keperawatan Gawat


Darurat 1 Tahun ajaran 2018/2019

Disusun Oleh:
Kelompok 6

Surabaya,9 September 2018


Fasilitator

(Merina Widyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep)


NIP. 03.033
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan proposal penyuluhan yang berjudul “Satuan Acara Penyuluhan
Pertolongan Fraktur Dengan Pembidaian dan Pembalutan” ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Kami sangat berharap proposal ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga proposal sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya proposal yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Surabaya, 9 September 2018

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan gawat darurat (emergency nursing) merupakan pelayanan
keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau
sakit yang mengancam kehidupan.Kegiatan pelayanan keperawatan menunjukkan
keahlian dalam pengkajian pasien, setting prioritas, intervensi krisis dan
pendidikan kesehatan masyarakat.
Di Indonesia angka kejadian patah tulang atau insiden fraktur cukup tinggi,
berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2013 didapatkan sekitar
delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda
dan penyebab yang berbeda. Dari hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25%
penderita fraktur yang mengalami kematian, 45% mengalami catat fisik, 15%
mengalami stress spikilogis seperti cemas atau bahkan depresi, dan 10%
mengalami kesembuhan dengan baik (Depkes RI 2013). Sedangkan menurut
World Hearth Oraganization (WHO) tahun 2013 menyebutkan bahwa kecelakaan
lalu lintasmencapai 120.2226 kali atau 72% dalam setahun.
Fraktur merupakan salah satu contoh dari kegawatdaruratan. Fraktur adalah
diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan adanya kekerasan
yang timbul secara mendadak. Fraktur dapat terjadi dengan patahan tulang dimana
tulang tetap berada di dalam atau disebut fraktur tertutup atau di luar dari kulit
yang disebut fraktur terbuka.
Pada kegawatdaruratan fraktur terbuka dan tertutup dapat ditangani dengan
pertolongan pertama yaitu pembidaian dan pembalutan. Pembidaian adalah
memasang alat untuk imobilisasi dengan mempertahankan kedudukan tulang yang
patah. Pembalutan luka merupakan tindakan keperawatan untuk melindungi luka
dengan drainase tertutup, kontaminasi mikroorganisme yang dapat dilakukan
dengan menggunakan kasa steril yang tidak melekat pada jaringan luka.

1.2 Rumusan Masalah


“Bagaimana Pertolongan Fraktur Dengan Pembidaian dan Pembalutan ?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana Pertolongan Fraktur Dengan Pembidaian
dan Pembalutan.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui macam-macam alat untuk membalut
2. Untuk mengetahui tehnik dalam pembalutan
3. Untuk mengetahui macam-macam alat untuk membidai
4. Untuk mengetahui contoh pemakaian bidai

1.4 Manfaat
Diharapkan setelah diberikan pendidikan kesehatan siswa dapat
mengaplikasikannya ketika terjadi kecelakaan sampai terjadinya fraktur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembalutan
2.1.1 Macam-macam Alat untuk Membalut

Kain segitiga (mitella) Pembalut pita biasa Pelester

2.1.2 Tehnik Dalam Pembalutan


1. Putaran Spiral (Spiral Turns)
Digunakan untuk membebat bagian tubuh yang memiliki lingkaran
yang sama, misalnya pada lengan atas, bagian dari kaki. Putaran dibuat
dengan sudut yang kecil, ± 30dan setiap putaran menutup 2/3-lebar
bandage dari putaran sebelumnya.

Gambar 1. Putaran Spiral (Spiral Turns)


2. Putaran Sirkuler (Circular Turns)
Biasanya digunakan untuk mengunci bebat sebelum mulai memutar
bebat, mengakhiri pembebatan, dan untuk menutup bagian tubuh yang
berbentuk silinder/tabung misalnya pada bagian proksimal dari jari
kelima. Biasanya tidak digunakan untuk menutup daerah luka karena
menimbulkan ketidaknyamanan. Bebat ditutupkan pada bagian tubuh
sehingga setiap putaran akan menutup dengan tepat bagian putaran
sebelumnya.

Gambar 2. Putaran Sirkuler (Circular Turns)

3. Putaran Spiral terbalik (Spiral Reverse Turns)


Digunakan untuk membebat bagian tubuh dengan bentuk silinder yang
panjang kelilingnya tidak sama, misalnya pada tungkai bawah kaki
yang berotot. Bebat diarahkan ke atas dengan sudut 30, kemudian
letakkan ibu jari dari tangan yang bebas di sudut bagian atas dari bebat.
Bebat diputarkan membalik sepanjang 14 cm (6 inch), dan tangan yang
membawa bebat diposisikan pronasi, sehingga bebat menekuk di atas
bebat tersebut dan lanjutkan putaran seperti sebelumnya.

Gambar 3. Putaran Spiral terbalik (Spiral Reverse Turns)


4. Putaran Berulang (Recurrent Turns)
Digunakan untuk menutup bagian bawah dari tubuh misalnya tangan,
jari, atau pada bagian tubuh yang diamputasi. Bebat diputar secara
sirkuler di bagian proksimal, kemudian ditekuk membalik dan dibawa
ke arah sentral menutup semua bagian distal. Kemudian kebagian
inferior, dengan dipegang dengan tangan yang lain dan dibawa kembali
menutupi bagian distal tapi kali ini menuju ke bagian kanan dari
sentral bebat. Putaran kembali dibawa ke arah kiri dari bagian sentral
bebat. Pola ini dilanjutkan bergantian ke arah kanan dan kiri, saling
tumpang-tindih pada putaran awal dengan 2/3 lebar bebat. Bebat
kemudian diakhiri dengan dua putaran sirkuler yang bersatu di sudut
lekukan dari bebat.

Gambar 4. Putaran Berulang (Recurrent Turns)

5. Putaran seperti angka Delapan (Figure-Eight Turns)


Biasanya digunakan untuk membebat siku, lutut, atau tumit. Bebat
diakhiri dengan dua putaran sirkuler menutupi bagian sentral sendi.
Kemudian bebat dibawa menuju ke atas persendian, mengelilinginya,
dan menuju kebawah persendian, membuat putaran seperti angka
delapan. Setiap putaran dilakukan ke atas dan ke bawah dari persendian
dengan menutup putaran sebelumnya dengan 2/3 lebar bebat. Lalu
diakhiri dengan dua putaran sirkuler di atas persendian.
Gambar 5. Putaran seperti angka Delapan (Figure-Eight Turns)
2.2 Pembidaian
2.2.1 Macam-macam Alat untuk Membidai

Mitela Bidai/Spalk Kasa Gulung

2.2.2 Contoh Pemakaian Bidai


1. Fraktur humerus (patah tulang lengan atas).
Pertolongan :
a. Letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menghadap
ke dalam.
b. Pasang bidai dari siku sampai ke atas bahu.
c. Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah.
d. Lengan bawah digendong.
e. Jika siku juga patah dan tangan tak dapat dilipat, pasang spalk ke
lengan bawah dan biarkan tangan tergantung tidak usah digendong.
f. Bawa korban ke rumah sakit.
Gambar 6. Pemasangan bidai pada fraktur humerus, atas : hanya
fraktur humerus, siku bisa dilipat, bawah : siku tidak bisa
dilipat, juga fraktur antebrachii

2. Fraktur Antebrachii (patah tulang lengan bawah)


Pertolongan:
a. Letakkan tangan pada dada.
b. Pasang bidai dari siku sampai punggung tangan.
c. Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah.
d. Lengan digendong.
e. Bawa korban ke rumah sakit.
Gambar 7. Pemasangan bidai pada fraktur antebrachii

Gambar 8. Pemasangan sling untuk menggendong lengan yang cedera

3. Fraktur clavicula (patah tulang selangka)


Pertolongan :
a. Dipasang ransel verban.
b. Bagian yang patah diberi alas lebih dahulu.
c. Pembalut dipasang dari pundak kiri disilangkan melalui punggung
ke ketiak kanan.
d. Dari ketiak kanan ke depan dan atas pundak kanan, dari pundak
kanan disilangkan ke ketiak kiri, lalu ke pundak kanan,akhirnya
diberi peniti/ diikat.
e. Bawa korban ke rumah sakit.
Gambar 9. Kanan atau kiri : Ransel perban

4. Fraktur Femur (patah tulang paha)


Pertolongan :
a. Pasang 2 bidai dari :
1.) Ketiak sampai sedikit melewati mata kaki.
2.) Lipat paha sampai sedikit melewati mata kaki.
b. Beri bantalan kapas atau kain antara bidai dengan tungkai yang
patah.
c. Bila perlu ikat kedua kaki di atas lutut dengan pembalut untuk
mengurangi pergerakan.
d. Bawa korban ke rumah sakit.

Gambar 10. Pemasangan bidai pada fraktur femur


5. Fraktur Cruris (patah tulang tungkai bawah)
Pertolongan :
a. Pasang 2 bidai sebelah dalam dan sebelah luar tungkai kaki yang
patah.
b. Di antara bidai dan tungkai beri kapas atau kain sebagai alas.
c. Bidai dipasang di antara mata kaki sampai beberapa cm di atas
lutut.
d. Bawa korban ke rumah sakit.

Gambar 11. Pemasangan bidai pada fraktur cruris


BAB 3
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Pertolongan Fraktur Dengan Pembidaian Dan Pembalutan


Sasaran : Siswa SMA 1 Bendul Merisi
Metode : Ceramah
Diskusi
Media : Poster
Leaflet
Waktu : 35 menit
Tempat : Ruang serba guna SMA 1 Bendul Merisi
Hari dan tanggal : Senin, 19 November 2018
Pukul : 08.00-08.35

I. SASARAN
Siswa SMA 1 Bendul Merisi

II. MATERI (TERLAMPIR)

III. METODE
a. Ceramah
b. Diskusi

IV. MEDIA
a. Poster
b. Leaflet

V. KRITERIA EVALUASI
b. Kriteria Struktur :
1. Peserta hadir minimal 15 orang.
2. Penyelenggara penyuluhan dilakukan di ruang serba guna SMA 1 Bendul
Merisi
3. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan
saat penyuluhan
c. Kriteria Proses:
1. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2. Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan
3. Paserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
d. Kriteria Hasil:
1. Peserta mengetahui macam-macam alat untuk membalut
2. Peserta mengetahui tehnik dalam pembalutan
3. Peserta mengetahui macam-macam alat untuk membidai
4. Peserta mengetahui contoh pemakaian bidai

VI. KEGIATAN PENYULUHAN


No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan Audience
Pembukaan
1. Penyuluh memulai penyuluhan 1. Menjawab salam
dengan mengucapkan salam 2. Memperhatikan
1 5 Menit 2. Memperkenalkan diri 3. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan 4. Memperhatikan
4. Menyebutkan materi yang akan
diberikan
Pelaksanaan
1. Menjelaskan macam-macam 1. Memperhatikan
alat untuk membalut 2. Memperhatikan
2. Menjelaskan tehnik dalam 3. Memperhatikan
2 15 Menit pembalutan 4. Memperhatikan
3. Menjelaskan macam-macam 5. Memperhatikan
alat untuk membidai 6. Memperhatikan
4. Menjelaskan contoh pemakaian
bidai
Evaluasi:
3 10 Menit
1. Diskusi atau tanya jawab 1. Bertanya dan
2. Meminta audience menjelaskan mendengarkan
macam-macam alat untuk jawaban
membalut 2. Menjelaskan
3. Meminta udience menjelaskan macam-macam
dan memperagakan ulang alat untuk
tehnik dalam pembalutan membalut
3. Menjelaskan dan
memperagakan
ulang tehnik dalam
pembalutan
Terminasi
1. Mengucapkan terima kasih atas 1. Memperhatikan
4 5 Menit
perhatian yang diberikan
2. Mengucapkan salam penutup 2. Membalas salam
VII. SETTING TEMPAT

Keterangan :
: Pembawa acara dan moderator

: Penyaji : Audience

: Fasilitator dan dokumentasi : Notulen dan observer

VIII. PENGORGANISASIAN
a. Pembawa acara dan moderator : Ferbiansyah Wahyu
b. Penyaji : Fernanda Wike, Riska Eldyani
c. Fasilitator : Mahkda Anjani
d. Notulen : Sherley Ajeng
DAFTAR HADIR KEGIATAN PENYULUHAN PADA SISWA SMA 1
BENDUL MERISI

No Nama Tanda Tangan


1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
15. 15.
16. 16.
17. 17.
18. 18.
19. 19.
20. 20.
21. 21.
22. 22.
23. 23.
24. 24.
25. 25.
DAFTAR PUSTAKA

Junaidi, Iskandar. 2011. Pendoman Pertolongan Pertama yang Harus Dilakukan


saat Gawat & Darurat Medis. Yogyakarta: Andi.

Sjamsuhidajat, R. dan De Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Tim Bantuan Medis Panacea. 2013. Basic Life Support Buku Panduan Edisi 13.
Jakarta: EGC.

You might also like