Professional Documents
Culture Documents
ProsidingSINTEK M.tumpu2
ProsidingSINTEK M.tumpu2
net/publication/356789445
Studi Modulus Elastisitas Pada Ruas Jalan Dengan Volume Lalu Lintas Rendah
Menggunakan Alat LWD (Studi Kasus di Ruas Merauke – Bupul – BTS. Kab.
Merauke/Boven Digoel)
CITATIONS READS
0 239
2 authors:
All content following this page was uploaded by Miswar Tumpu on 06 December 2021.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang terus mencurahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, serta dengan ijin-Nya Seminar Nasional
Keteknikan (SINTEK) 2018 dengan mengusung tema “‘Mitigasi Bencana untuk
Pembangunan Berkelanjutan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, dapat terlaksana
dengan baik dan Prosiding ini dapat diterbitkan. Buku prosiding ini memuat sejumlah artikel
hasil penelitian dari program-program studi dalam lingkup keteknikan yang telah membahas
beberapa bidang kajian yaitu Teknik Sipil, Teknik Elektro, Teknik Mesin, Teknik
Imformatika dan Teknik Pertambangan. Jumlah judul karya ilmiah pada sintek 2018 kali ini
adalah 53 buah judul
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada
1. Rektor Universitas Khairun, Bapak Prof. Dr. Husen Alting, SH., MH yang telah
memfasilitasi semua kegiatan seminar nasional keteknikan ini.
2. Bapak/Ibu segenap panitia seminar nasional keteknikan (SINTEK) 2018 yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pemikirannya demi suksesnya kegiatan ini.
3. Bapak/Ibu dosen dan mahasiswa pemakalah hasil penelitian. Semoga buku prosiding
ini dapat memberi kemanfaatan bagi kita semua, untuk kepentingan pengembangan
ilmu-ilmu keteknikan.Di samping itu, diharapkan juga dapat menjadi referensi bagi
upaya pembangunan bangsa dan negara.Terakhir, tiada gading yang tak retak. Mohon
maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan. Saran dan kritik yang membangun tetap
kami tunggu demi kesempurnaan buku prosiding ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Alternatif Model Multi Kriteria Untuk Penilaian dan Perankingan Risiko TS-001
Proyek Konsesi Infrastruktur Air Minum
Moch Husnullah Pangeran
Penanganan Longsor Pada Lereng Batu Rapuh di Ruas Jalan Jayapura-Sentani, TS-009
Papua
Rokhmat Hidayat
Dampak Ekonomi dari Kejadian Tanah Longsor (Studi Kasus Longsor Paweden, TS-016
Kec. Karangkobar, Banjarnegara)
Rokhmat Hidayat
Pengaruh Penggunaan Pasir Apung Terhadap Slab Beton Berlubang Pada Dinding TS-034
Drainase Jalan Raya
Abdul Gaus, M. Taufiq Yuda Saputra, Cintya Maharani Paramita Danta
Evaluasi Kinerja Struktur Baja Tahan Gempa Dengan Analisa Pushover ATC-40 TS-063
Fitra Rahma Sjahrin, Arbain Tata, Imran
Perilaku Kuat Tekan Tanah Laterit Dengan Stabilisasi Kapur dan Semen TS-073
L. Caroles1, Y. T. Todingrara dan M. Tumpu
i
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018
Evaluasi Kinerja Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa dengan Analisa Pushover TS-080
Novia Zulfasti Mangoda, Mufti Amir Sultan, Imran
Investigasi dan Desain Penanganan Jalan Pada Daerah Genangan dan Galian TS-088
(Studi Kasus : Bupul-Erambu-Sota 1/2 PN & BTS. Boven Digoel/Merauke-Muting)
Franky EP. Lapian dan M. Tumpu
Studi Modulus Elastisitas Pada Ruas Jalan Dengan Volume Lalu Lintas TS-098
Rendah Menggunakan Alat Lwd (light Weight Deflectometer)
(Studi Kasus : Bupul-Erambu-Sota 1/2 PN & BTS. Boven Digoel/Merauke-Muting)
Franky EP. Lapian dan M. Tumpu
Metode Direct Displacement Based Design Sebagai Alat Mitigasi Bencana Gempa TS-114
Untuk Desain Gedung Bertingkat
Yudit Agus Priambodo, Marlina Kamis
Optimasi Sistem Ventilasi Alami Terhadap Energi Angin (Studi Kasus Pada ARS-01
Bangunan Masjid Sultan Ternate dan Masjid Al-Munawwar)
Firdawaty Marasabessy, Suharto Paputungan, Mustamin Rahim
Pengaruh Temperatur Tuang Terhadap Mampu Alir dan Sifat Mekanik TM-01
Paduan al (aluminium) Vleg Bekas Yang di Cor dengan Metode Cetakan
Pasir Abu Vulkanik Gamalama
Iwan Mahmud, Ivan Junaidy Abdul Karim, Witono Hardi
Pengujian Perbandingan Konsumsi Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksi TM-06
dan Karburator di Daerah Krasak Indramayu
Yusup Nur Rohmat, Emin Haris, Rachmatullah, Kusnandar
Penerapan Teknologi Tepat Guna Lahan Kosong dan Rancang Bangun Sistem TM-19
ii
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018
Rancang Bangun Alat Monitoring Dan Pengarsipan Data Pada Pengisian TE-01
Baterai Untuk Sumber Energi Listrik Terbarukan Berbasis Internet of Things (IoT)
Rida Dahlan Teki, Iis Hamsir Ayub Wahab, Subhan Petrana
Sistem Akuisisi Data Temperatur Perairan Pada Rov (Remotely Operated Vehicles) TE-14
Siti Nelly Fataha, Iis Hamsir Ayub Wahab, Achmad P. Sardju
Rancang Bangun Sistem Pedeteksi Dan Prediksi Kandungan Klorofil Perairan TE-22
Menggunakan Sensor TCS230
Haris Anwar, Iis Hamsir Ayub Wahab, Rintania E Nuryaningsih
Rancang Bangun Sistem Visi Rov (Remotely Operated Vehicle) Terkendali TE-33
Fahri D. Marajabesi, Iis Hamsir Ayub Wahab, Achmad P. Sardju
Mengukur Level Warna Kematangan Pada Buah Cabai Menggunakan Index Pixel IF-23
Nurul Kusuma Delina, Iis Hamsir Ayub Wahab, Amal Khairan
Media Edu-Tourism Berbasis Video Untuk Kawasan Desa Wisata Pesisir IF-28
Eko Aprielliyosa Efendi , Irma Yuliana
iii
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018
iv
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018
Abstract—Pada daerah-daerah terpencil kebanyakan jalan dasar menentukan tebal atau tipisnya lapisan
masih menggunakan perkerasan tanah yang sangat rentan perkerasan.
terhadap perubahan cuaca, terutama yang menggunakan
perkerasan tanah dengan plastisitas tinggi atau tanah Secara teknis lapis keras (pavement) didefinisikan
lempung. Selain masalah biaya, kesulitan mendapatkan sebagai semua permukaan yang diperkeras yang
sumber material yang baik menjadi masalah lain yang mampu memikul beban kendaraan (Edwards, 2007).
mengakibatkan melambungnya harga pengadaan material. Lapis keras jalan umumnya didesain dengan
Berkaitan dengan hal tersebut, dilakukan penelitian untuk
mencari nilai modulus elastisitas pada ruas Merauke-Bupul- menggunakan pendekatan berdasarkan sejarah data
BTS. Kab. Merauke/Boven Digoel menggunakan alat LWD kinerja dan “resep” spesifikasi. Pendekatan ini
(Light Weight Deflectometer). Ruas tersebut merupakan ruas memiliki keterbatasan, khususnya karena teknologi
jalan dengan volume lalu lintas yang rendah. Hal ini material yang semakin berkembang dan prosedur
disebabkan karena kepadatan, lendutan dan elastistas dari
setiap lapisan tanah dasar, lapis pondasi (base layer) hingga desain yang ketat. Pendekatan ini juga menjadi
lapisan campuran aspal merupakan parameter yang penting hambatan utama pada pengunaan material daur ulang
untuk mendesain suatu konstruksi jalan. (recycling) dan material sekunder (Reid dan
Chandler, 2001).
Keywords— Modulus elastisitas, Volume lalu lintas, LWD
Penggunaan material daur ulang dan sekunder
I. PENDAHULUAN akan memberikan dampak secara sosial, ekonomi dan
lingkungan (Chittori dkk., 2012; Correia dkk., 2016),
Ketersediaan infrastruktur jalan yang baik dan
seperti diberikan oleh Gambar 1.
berkualitas merupakan hal utama dalam pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Propinsi Papua yang belum
memiliki jaringan jalan yang menghubungkan antar
kota dan distrik membutuhkan jaringan jalan yang
menghubungkan antar kota dan dsitrik. Jaringan jalan
yang terhubung secara luas, akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, sehingga volume lalu lintas
dan beban lalu lintas juga akan meningkat. Oleh
sebab itu kualitas jalan yang dibangun harus mampu
melayani peningkatan lalu lintas dan struktur lapis
keras jalan harus didesain dengan baik dengan
metode konstruksi yang benar secara teknis dan
ekonomi. Lapis keras jalan membutuhkan pondasi
dengan kinerja yang baik dan mampu mendukung Gambar 1. Dampak penggunaan material daur ulang dan sekunder
lapis aus yang berada di atasnya. Lapis pondasi jalan,
baik lapis pondasi atas (base) dan lapis pondasi Perencanaan perkerasan suatu jalan yang
bawah (sub-bases) dapat mempergunakan tanah dan digunakan sekarang tidak lagi berdasarkan pada
material granular. perhitungan tegangan-tegangan serta penentuan
Tanah dasar (subgrade) adalah bagian yang kekuatan bahan secara teliti, tetapi cara-cara yang
terpenting dari konstruksi jalan karena tanah dasar dipakai secara umum adalah cara empiris dan yang
inilah yang mendukung seluruh konstruksi jalan paling terkenal adalah menggunakan cara CBR.
beserta beban lalu lintas diatasnya. Tanah dasar Spesifikasi lapis keras yang didasarkan pada kinerja,
pulalah yang menentukan mahal atau tidaknya dibandingkan dengan spesifikasi yang didasarkan
pembangunan jalan tersebut, karena kekuatan tanah pada persyaratan material yang baku atau 'resep',
TS - 98
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018
dianggap 'membuka' penggunaan bahan alternatif, daya berupa material batu sebagai aggregat pada
termasuk sumber materi utama 'lokal'. Namun semua pembangunan jalan, baik untuk jenis lapis keras jalan
tergantung pada kemampuan alat ukur - dengan fleksibel maupun kaku. Penelitian ini bertujuan untuk
pengukuran langsung - untuk mengetahui kinerja mencari nilai lendutan pada lokasi studi yaitu di
produk yang akan digunakan dalam konstruksi Merauke dengan menggunakan alat LWD (Light
(Fleming dkk., 2003). Jenis spesifikasi ini telah Weight Deflectometer).
berhasil digunakan di Inggris pada lapisan aus
(wearing course) lapis keras, untuk aspal inklusi,
yaitu agregat bergradasi yang terikat dengan aspal, II. TINJAUAN PUSTAKA
seperti dalam Spesifikasi untuk Pekerjaan Jalan Raya Tanah
pada British Standard (Specification for Highways Tanah merupakan produk sampingan deposit
Works) sejak tahun 1990-an (Brown, 2004). akibat pelapukan kerak bumi dan atau batuan yang
Pendekatan kinerja bergantung pada pemahaman tersingkap dalam matrik tanah. Menurut Bowles
dasar tentang parameter yang diperlukan dan cara (1989) tanah merupakan campuran partikel-partikel
serta alat ukur yang diperlukan. Nottingham Asphalt yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis seperti
Tester (NAT), yang dikembangkan pada tahun 1980- berangkal (boulders), kerikil (gravel), pasir (sand),
an dan 1990-an, merupakan alat laboratorium utama lanau (silt), lempung (clay) dan koloid (colloids).
yang digunakan untuk menilai campuran terikat aspal Tanah dalam ilmu mekanika tanah adalah semua
pada lapisan aus. endapan alam yang berhubungan dengan teknik sipil,
Pada lapis pondasi perkerasan, spesifikasi lapis kecuali batuan tetap. Batuan tetap menjadi ilmu
keras berdasarkan kinerja kurang dikembangkan tersendiri yaitu mekanika batuan (rock mechanics).
dengan baik. Namun, pentingnya pondasi perkerasan, Endapan alam tersebut mencakup semua bahan dari
dalam hal kemungkinan masa layanan jangka tanah lempung sampai berangkal (Adha, 2009).
panjang, mulai diakui, seperti pembangunan pondasi Perkerasan lentur dan perkerasan kaku dalam
'ditingkatkan' dengan perilaku pondasi yang lebih pelaksanaannya tergantung tanah dasar (subgrade)
baik dibandingkan dengan pondasi 'standar' sekarang yang bersangkutan. Tebal perkerasan dan
mulai diterima dengan keuntungan mendapatkan komponennya tergantung sifat-sifat tanah dasar yang
lapisan aus yang lebih tipis (Frost dkk., 2001). akan ditetapkan sebelum perencanaan dibuat. Untuk
Manual Desain Perkerasan Jalan (MDPJ) 2013, mengetahui kekuatan tanah biasanya digunakan
yang disahkan oleh Direktorat Bina Marga, datadata seperti CBR (California Bearing Ratio),
Departemen PU dengan no 2/B/BM/2013; dalam pemadatan dan daya dukung. Letak dari tanah dasar
kebijakan desain (sub-bab 1.2) pada butir empat (subgrade) dapat ditunjukkan melalui Gambar 2.
menyatakan kebijakan penggunaan material yang
efisien dan pemanfaatan material lokal semaksimal
mungkin. Pemilihan solusi desain perkerasan
didasarkan pada analisis biaya umur pelayanan
(discounted) termurah dan pertimbangan sumber daya
konstruksi. Meski pada MDPJ 2013 struktur lapis
keras jalan yang dikenalkan masih pada lapis keras Gambar 2. Susunan lapis konstruksi perkerasan lentur
jalan fleksibel dan kaku, tetapi pada tahun yang sama,
2013 juga telah ditetapkan Spesifikasi Khusus Interim Karakteristik Tanah
Lapis Pondasi Semen Komposit Tanah. t umur desain Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri
hingga 40 tahun untuk struktur pondasi jalan. dari butiran mineral-mineral padat yang terikat secara
Penetapan ini didasarkan pada life cycle cost kimia satu sama lain dan dari bahan organik yang
minimum. telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Nunez dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang
(2007) desain pondasi dengan stabilisasi tanah dan kosong diantara partikel padat tersebut (Das, 1995).
wearing course dengan hotmix asphalt (HMA) Tanah adalah himpunan mineral, bahan organik dan
memberikan desain yang paling ekonomis endapan-endapan yang relative lepas (loose) yang
dibandingkan dengan struktur lapis keras. Struktur ini terletak di atas batuan dasar (bedrock) (Hardiyatmo,
disebut sebagai composite pavement dengan H.C., 2010).
stabilisasi tanah. Struktur composite pavement ini Menurut Bowles, 1989 tanah adalah campuran
lebih murah 20% dan umur desain bisa mencapai 40 partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau
tahun untuk 100 juta ESAL. Kualitas material yang seluruh yaitu :
memenuhi spesifikasi teknis sebagai lapis keras jalan, 1. Berangkal (boulders), merupakan potongan batu
terkadang sulit terpenuhi, misalanya karena daya yang besar, biasanya lebih besar dari 250 mm
dukung yang rendah dan perubahan volume yang sampai 300 mm. Untuk kisaran antara 150 mm
besar. sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut
Kendala utama yang dihadapi pada Ruas Jalan kerakal (cobbles).
Merauke - Boven Digul adalah keterbatasan sumber
TS - 99
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018
TS - 100
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018
terjadi reduksi volume udara dan tidak terjadi Tabel 3. Dimensi silinder pemadatan dan penumbuk modifikasi
perubahan volume air yang cukup berarti pada tanah
ini. Berat volume kering tanah dapat dituliskan ke
dalam persamaan 1.
……………………………………(1)
Dengan ɣ = berat volume butir tanah dan w =
kadar air Uji Modulus Elastisitas
Berat volume kering jenuh tanah dapat dituliskan Alat LWD pertama kali diperkenalkan pada tahun
ke dalam persamaan 2. 1981 di Magderburg, Jerman dan dikembangkan oleh
Highway Research Institute dan HMP Company in
Germany (HMP-LFG) the light drop weight tester.
………………………………(2) Pada pasir silika dengan kepadatan relatif 20-80%
Dengan Gs = berat spesifik butiran tanah padat memiliki ELWD sekitar 12-38 MPa. Hasil pengujian
dan ɣw = berat jenis air lapisan pasir berkapur pada kepadatan relatif dari 20-
80% memiliki modulus ELWD 8-32 MPa.
1. Pemadatan Standar (Standard Compaction) (Magderburg prufgeratebau GmbH, www.hmp-
Pemadatan standar (standard compaction) adalah onlin.com, dalam Elhakim et al 2013.
usaha untuk memadatkan contoh tanah yang Pemakaian Light Weight Deflectometer (LWD)
dilakukan di laboratorium dengan menggunakan alat- semakin meningkat. Dalam melakukan pengujian
alat pemadatan standar. Aturan yang dapat dilakukan dengan alat LWD ini, pada jalan tanpa penutup,
pada pemadatan standar ditunjukkan pada Tabel 1. parameter yang diperoleh adalah modulus elastisitas
dari lapisan yang diuji. Parameter modulus elastisitas
Tabel 1. Aturan-aturan pemadatan standar
ini bisa dikonversikan menjadi parameter CBR
dengan menggunakan korelasi yang diberikan
AASHTO 1993. Korelasi ini tergantung dari jenis
lapisan yang diuji (tanah dasar, base A atau base B).
Untuk penggunaan LWD pada jalan beraspal yang
berlalu lintas rendah, parameter yang didapat berupa
modulus elastisitas tanah dasar dan juga modulus
elastisitas sistem perkerasan menggunakan
Sumber : Adha I, 2009 & Ariyani N., Mekanika
persamaan-persamaan yang diberikan pada AASHTO
Tanah I, 2001
1993. Modulus elastisitas sistem perkerasan ini bisa
2. Pemadatan Modifikasi (Modified Compaction)
digunakan juga untuk menghitung kekuatan struktural
Pemadatan modifikasi (modified compaction) sistem perkerasan eksisting yang pada akhirnya bisa
adalah usaha untuk memadatkan contoh tanah yang untuk menghitung tebal lapis tambah yang
dilakukan di laboratorium dengan menggunakan alat- dibutuhkan selama umur rencana.
alat pemadatan modifikasi (berat). Aturan-aturan cara Dari sisi ini penggunaan alat LWD sangat
yang dapat dilakukan pada pemadatan modifikasi memberikan keuntungan yang lebih besar
ditunjukkan pada Tabel 2. dibandingkan dengan alat-alat konvensional seperti
Tabel 2. Aturan-aturan pemadatan modifikasi
Dynamic Cone Penetration (DCP), CBR langsung,
Plate Bearing Test, dan lain-lain, baik dari sisi waktu
maupun akurasinya. Tabel 4 memperlihatkan
perbandingan antara derajat kepadatan aktual dan
derajat kepadatan dengan LWD pada lapisan pasir
dengan kepadatan 2,67.
Derajat kepadatan aktual dengan derajat
kepadatan dengan LWD yang diperlihatkan oleh
Sumber : Adha I, 2009 & Ariyani N., Mekanika Tabel 5 memiliki nilai yang berkisar 80 - 90%. Pada
Tanah I, 2001 jalan beraspal volume lalu lintas rendah, evaluasi dan
monitoring kekuatan struktural sistem perkerasan
Alat-alat yang paling berperan untuk digunakan biasanya dilakukan dengan alat Benkelman Beam.
pada pemadatan modifikasi adalah silinder Alat ini terdiri dari satu truk standar juga
pemadatan dan penumbuk modifikasi. Dimensi yang menggunakan sekurang-kurangnya 4 (empat) orang
digunakan pada silinder pemadatan dan penumbuk teknisi selai sopir truk sendiri. Selain itu pencatatan
modifikasi dapat ditunjukkan pada Tabel 3. yang dilakukan juga secara manual. Dari sisi ini
penggunaan LWD untuk jalan beraspal yang
mempunyai lalu lintas rendah sampai sedang jelas
TS - 101
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018
lebih efisien dibandingkan dengan menggunakan alat perancangan tebal perkerasan jalan. Selain itu, nilai
Benkelman Beam. lendutan ini juga digunakan untuk parameter quality
control dan quality assurance serta kekuatan
Tabel 4. Perbandingan antara derajat kepadatan aktual dan derajat struktural lapisan perkerasan seperti yang ditunjukkan
kepadatan dengan LWD pada lapisan pasir dengan pada ASTM D4695.
kepadatan 2,67
TS - 102
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018
TS - 103
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018
TS - 104
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018
merauke bio boven 1 3000 1782.4 902.8 535.3 30 86 10 1.5 Soils 8.6 124.71 kondisi amblas ×
merauke bio boven 2 3000 1730.2 895.1 440 30 88 13 1.5 Soils 8.8 129.02 as ×
merauke bio boven 3 3000 1759.2 920 470.9 30 87 12 1.5 Soils 8.7 128.83 as ×
merauke bio boven 1 3000 1644.2 1145.9 939.9 30 93 6 1.5 Soils 9.3 70.43 kondisi amblas ×
merauke bio boven 2 3000 1755 1141 932.8 30 87 6 1.5 Soils 8.7 82.22 tepi ×
merauke bio boven 3 3000 1680.4 1199.7 917.4 30 91 6 1.5 Soils 9.1 76.3 tepi ×
merauke bio boven 1 3000 1169.8 216.2 170.3 30 130 33 1.5 Soils 13 99.95 kondisi amblas ×
merauke bio boven 2 3000 1084 258.2 200.9 30 141 28 1.5 Soils 14.1 88.31 as ×
merauke bio boven 3 3000 863.3 273.1 186.9 30 177 30 1.5 Soils 17.7 67.64 as ×
merauke bio boven 4 3000 648.3 285.5 198 30 235 28 1.5 Soils 23.5 45.03 as ×
merauke bio boven 5 3000 636.4 293.9 183.3 30 240 30 1.5 Soils 24 45.31 as ×
merauke bio boven 6 3000 625.8 299.8 192.3 30 244 29 1.5 Soils 24.4 43.35 as ×
merauke bio boven 7 3000 413 308.3 197.2 30 369 28 1.5 Soils 36.9 21.58 as √
merauke bupul muting 1 3000 941.6 393.1 168.7 30 162 33 1.5 Asphalt 5.485 16.2 77.29 Amblas ×
merauke bupul muting 2 3000 971.9 444.1 148.9 30 157 38 1.5 Asphalt 5.278 15.7 82.3 as ×
merauke bupul muting 3 3000 841.2 428.3 41.5 30 181 135 1.5 Asphalt 4.129 18.1 79.97 as ×
merauke bupul muting 1 3000 162.7 34.6 55.2 30 937 101 1.5 Soils 93.7 10.75 Amblas Cliping
merauke bupul muting 2 3000 172.1 37.2 31 30 886 180 1.5 Soils 88.6 14.11 as Cliping
merauke bupul muting 3 3000 77.1 37.4 26.8 30 1977 209 1.5 Soils 197.7 5.03 as Cliping
merauke bupul muting 1 3000 607.7 598.5 461.9 30 251 12 1.5 Asphalt 0.092 25.1 14.58 as √
merauke simpati muting 2 3000 413.4 207.7 122.4 30 369 46 1.5 Asphalt 36.9 29.1 √
KETERANGAN : Pembacaan (EVd0) ≥ 250 Mpa
× : Overlay
√ : Rekonstruksi
TS - 105
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018
TS - 106