You are on page 1of 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/356789445

Studi Modulus Elastisitas Pada Ruas Jalan Dengan Volume Lalu Lintas Rendah
Menggunakan Alat LWD (Studi Kasus di Ruas Merauke – Bupul – BTS. Kab.
Merauke/Boven Digoel)

Article · December 2021

CITATIONS READS

0 239

2 authors:

Franky E. P. Lapian Miswar Tumpu


Kementerian Pekerjaan Umum danPerumahan Rakyat
132 PUBLICATIONS 373 CITATIONS
13 PUBLICATIONS 44 CITATIONS
SEE PROFILE
SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Miswar Tumpu on 06 December 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN 2407 - 6281
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang terus mencurahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, serta dengan ijin-Nya Seminar Nasional
Keteknikan (SINTEK) 2018 dengan mengusung tema “‘Mitigasi Bencana untuk
Pembangunan Berkelanjutan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, dapat terlaksana
dengan baik dan Prosiding ini dapat diterbitkan. Buku prosiding ini memuat sejumlah artikel
hasil penelitian dari program-program studi dalam lingkup keteknikan yang telah membahas
beberapa bidang kajian yaitu Teknik Sipil, Teknik Elektro, Teknik Mesin, Teknik
Imformatika dan Teknik Pertambangan. Jumlah judul karya ilmiah pada sintek 2018 kali ini
adalah 53 buah judul
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada
1. Rektor Universitas Khairun, Bapak Prof. Dr. Husen Alting, SH., MH yang telah
memfasilitasi semua kegiatan seminar nasional keteknikan ini.
2. Bapak/Ibu segenap panitia seminar nasional keteknikan (SINTEK) 2018 yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pemikirannya demi suksesnya kegiatan ini.
3. Bapak/Ibu dosen dan mahasiswa pemakalah hasil penelitian. Semoga buku prosiding
ini dapat memberi kemanfaatan bagi kita semua, untuk kepentingan pengembangan
ilmu-ilmu keteknikan.Di samping itu, diharapkan juga dapat menjadi referensi bagi
upaya pembangunan bangsa dan negara.Terakhir, tiada gading yang tak retak. Mohon
maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan. Saran dan kritik yang membangun tetap
kami tunggu demi kesempurnaan buku prosiding ini.

Ternate, 10 desember 2018


Ketua,

Dr. Nurmaiyasa Marsaoly, ST, MT


Nip. 197107262002122001
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Alternatif Model Multi Kriteria Untuk Penilaian dan Perankingan Risiko TS-001
Proyek Konsesi Infrastruktur Air Minum
Moch Husnullah Pangeran

Penanganan Longsor Pada Lereng Batu Rapuh di Ruas Jalan Jayapura-Sentani, TS-009
Papua
Rokhmat Hidayat

Dampak Ekonomi dari Kejadian Tanah Longsor (Studi Kasus Longsor Paweden, TS-016
Kec. Karangkobar, Banjarnegara)
Rokhmat Hidayat

Hubungan Biaya Konstruksi Jembatan dengan Parameter Fisik Jembatan TS-024


(STUDI Kasus Jembatan Beton Bertulang)
Edward Rizky Ahadian, Muhammad Rizal

Analisa Pemborosan Pada Proyek Gedung di Kota Ternate TS-029


Pinky Mentari A. Fagman, Edward Rizky Ahadian, Muhammad Rizal

Pengaruh Penggunaan Pasir Apung Terhadap Slab Beton Berlubang Pada Dinding TS-034
Drainase Jalan Raya
Abdul Gaus, M. Taufiq Yuda Saputra, Cintya Maharani Paramita Danta

Upaya Pengolahan Air Limbah dengan Media Tanaman (Fitoremediasi) TS-038


Muhammad Rizal, Mohammad Said

Reklamasi Dan Dampaknya Terhadap Perubahan Kawasan Pesisir TS-042


Pantai Toboko Kota Ternate
Muhammad Rizal, Mohammad Said

Analisis Permintaan Tenaga Kerja Terampil Konstruksi Bersertifikat TS-052


di Provinsi Maluku Utara
Marlina Kamis, Moch Husnullah Pangeran, Yudit Agus Priambodo

Pengaruh Bentuk Sambungan Slab Beton Terhadap Kekuatan TS-058


Sambungan Dinding Drainase
Normila Sari, Abdul Gaus, Chairul Anwar

Evaluasi Kinerja Struktur Baja Tahan Gempa Dengan Analisa Pushover ATC-40 TS-063
Fitra Rahma Sjahrin, Arbain Tata, Imran

Perilaku Kuat Tekan Tanah Laterit Dengan Stabilisasi Kapur dan Semen TS-073
L. Caroles1, Y. T. Todingrara dan M. Tumpu

i
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

Evaluasi Kinerja Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa dengan Analisa Pushover TS-080
Novia Zulfasti Mangoda, Mufti Amir Sultan, Imran

Investigasi dan Desain Penanganan Jalan Pada Daerah Genangan dan Galian TS-088
(Studi Kasus : Bupul-Erambu-Sota 1/2 PN & BTS. Boven Digoel/Merauke-Muting)
Franky EP. Lapian dan M. Tumpu

Studi Modulus Elastisitas Pada Ruas Jalan Dengan Volume Lalu Lintas TS-098
Rendah Menggunakan Alat Lwd (light Weight Deflectometer)
(Studi Kasus : Bupul-Erambu-Sota 1/2 PN & BTS. Boven Digoel/Merauke-Muting)
Franky EP. Lapian dan M. Tumpu

Evaluasi Faktor Penyebab Keruntuhan Konstruksi Benteng TS-107


(kasus: Benteng Oranje Kota Ternate)
Suyuti, Maulana I, Imran, Saddam H

Metode Direct Displacement Based Design Sebagai Alat Mitigasi Bencana Gempa TS-114
Untuk Desain Gedung Bertingkat
Yudit Agus Priambodo, Marlina Kamis

Analisis Aksesibilitas Pergerakan Lalu-Lintas Dari dan Ke Kawasan CBD TS-118


Kota Ternate
Nurmaiyasa marsaoli, Firdawaty Marasabessy

Optimasi Sistem Ventilasi Alami Terhadap Energi Angin (Studi Kasus Pada ARS-01
Bangunan Masjid Sultan Ternate dan Masjid Al-Munawwar)
Firdawaty Marasabessy, Suharto Paputungan, Mustamin Rahim

Rumah Panggung dan Mitigasi Bencana Di Kawasan Pesisir Permukiman ARS-08


Suku Bajo Di Bone
Nurul Nadjmi

Pengaruh Temperatur Tuang Terhadap Mampu Alir dan Sifat Mekanik TM-01
Paduan al (aluminium) Vleg Bekas Yang di Cor dengan Metode Cetakan
Pasir Abu Vulkanik Gamalama
Iwan Mahmud, Ivan Junaidy Abdul Karim, Witono Hardi

Pengujian Perbandingan Konsumsi Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksi TM-06
dan Karburator di Daerah Krasak Indramayu
Yusup Nur Rohmat, Emin Haris, Rachmatullah, Kusnandar

Analisa Panas Kondensor Pada Ac Split Menggunakan Refrigerant R32 TM-10


Kusnandar, Yusup Nur Rohmat, Yudhy Kurniawan

Pengaruh Variasi Temperatur Ruangan Proses Powder Coating Thermosetting TM-13


Material Steel Plate Cold Rolled Coiled (SPCC) Terhadap Kualitas Lapisan
Iman Saefuloh, Didi Mawardi, Haryadi

Penerapan Teknologi Tepat Guna Lahan Kosong dan Rancang Bangun Sistem TM-19

ii
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

Pemotong dan Hopper Pada Mesin Slicer di Desa Tenajar Indramayu


Yusup Nur Rohmat, Emin Haris, Wardika

Rancang Bangun Alat Monitoring Dan Pengarsipan Data Pada Pengisian TE-01
Baterai Untuk Sumber Energi Listrik Terbarukan Berbasis Internet of Things (IoT)
Rida Dahlan Teki, Iis Hamsir Ayub Wahab, Subhan Petrana

Pengukuran dan Prediksi Pembacaan Gelombang Laut Menggunakan Inversi TE-09


Citra Radar X-Band Sebagai Pendeteksi Awal Tsunami
Sulistyaningsih,Yussi Perdana Saputera dan Rintania Elliyati Nuryaningsih

Sistem Akuisisi Data Temperatur Perairan Pada Rov (Remotely Operated Vehicles) TE-14
Siti Nelly Fataha, Iis Hamsir Ayub Wahab, Achmad P. Sardju

Edukasi Mitigasi Bencana dengan Video Game TE-17


Endah Sudarmilah, Wiwien Dinar Pratisti, Irma Yuliana

Rancang Bangun Sistem Pedeteksi Dan Prediksi Kandungan Klorofil Perairan TE-22
Menggunakan Sensor TCS230
Haris Anwar, Iis Hamsir Ayub Wahab, Rintania E Nuryaningsih

Perancangan Pendeteksi Kekeruhan Air Menggunakan Sensor Turbidity TE-27


Mukminati M.Taher Sisway, Iis Hamsir Ayub Wahab, Achmad P. Sardju

Rancang Bangun Sistem Visi Rov (Remotely Operated Vehicle) Terkendali TE-33
Fahri D. Marajabesi, Iis Hamsir Ayub Wahab, Achmad P. Sardju

Perancangan Aplikasi Kriptografi Untuk Meningkatkan Keamanan Data IF-01


Sms Dengan Menggunakan Metode Vigenere Cipher Berbasis Android
Muh Nurhidayat, Salkin Lutfi, Saiful do Abdullah

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Rumah Kost Di Sekitar Kampus II IF-09


Universitas Khairun Menggunakan Metode Weighted Product
Chalid Marasabessy, Abdul Mubarak, Firman Tempola

Clustering Tingkat Penggunaan Internet Pada Siswa Sekolah Dasar IF-14


di Kota Ternate Tengah Dengan Menggunakan Algoritma K-Means
Hesti Sukawati, Abdul Mubarak, Firman Tempola

Mengukur Level Warna Kematangan Pada Buah Cabai Menggunakan Index Pixel IF-23
Nurul Kusuma Delina, Iis Hamsir Ayub Wahab, Amal Khairan

Media Edu-Tourism Berbasis Video Untuk Kawasan Desa Wisata Pesisir IF-28
Eko Aprielliyosa Efendi , Irma Yuliana

Audit Teknologi Informasi Menggunakan Framework Cobit 5 IF-34


(Studi Kasus SIMAK Universitas Khairun)
Sartika M Bodja, Amal Khairan, Salkin Lutfi

iii
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

Adopsi Social Network Analysis (SNA) Dalam Upaya Membangun IF-39


Ketangguhan Bencana Di Masyarakat
Irma Yuliana
Aplikasi Monitoring Distribusi Bantuan Bencana Berbasis Android IF-45
(Studi Kasus : Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Ternate)
Tri Cahyono, Moh.Jamil, Salkin Lutfi, Hairil Kurniadi Siradjuddin

Implementasi Web Service Untuk E-Government Menggunakan SOAP IF-54


(Simple Object Access Protocol)
Abdul Mubarak, Salkin Lutfi

iv
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

STUDI MODULUS ELASTISITAS PADA RUAS JALAN


DENGAN VOLUME LALU LINTAS RENDAH
MENGGUNAKAN ALAT LWD (LIGHT WEIGHT
DEFLECTOMETER) (Studi Kasus : Bupul – Erambu – Sota 1/2 PN
& BTS. Boven Digoel/Merauke – Muting)
Franky EP. Lapian1 dan M. Tumpu2
1
Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) XVIII Papua, Jalan Abepantai – Tanah Hitam Kompleks
Bina Marga Jayapura Email: lapianedwin@gmail.com
2
Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin,
Email: tumpumiswar@gmail.com

Abstract—Pada daerah-daerah terpencil kebanyakan jalan dasar menentukan tebal atau tipisnya lapisan
masih menggunakan perkerasan tanah yang sangat rentan perkerasan.
terhadap perubahan cuaca, terutama yang menggunakan
perkerasan tanah dengan plastisitas tinggi atau tanah Secara teknis lapis keras (pavement) didefinisikan
lempung. Selain masalah biaya, kesulitan mendapatkan sebagai semua permukaan yang diperkeras yang
sumber material yang baik menjadi masalah lain yang mampu memikul beban kendaraan (Edwards, 2007).
mengakibatkan melambungnya harga pengadaan material. Lapis keras jalan umumnya didesain dengan
Berkaitan dengan hal tersebut, dilakukan penelitian untuk
mencari nilai modulus elastisitas pada ruas Merauke-Bupul- menggunakan pendekatan berdasarkan sejarah data
BTS. Kab. Merauke/Boven Digoel menggunakan alat LWD kinerja dan “resep” spesifikasi. Pendekatan ini
(Light Weight Deflectometer). Ruas tersebut merupakan ruas memiliki keterbatasan, khususnya karena teknologi
jalan dengan volume lalu lintas yang rendah. Hal ini material yang semakin berkembang dan prosedur
disebabkan karena kepadatan, lendutan dan elastistas dari
setiap lapisan tanah dasar, lapis pondasi (base layer) hingga desain yang ketat. Pendekatan ini juga menjadi
lapisan campuran aspal merupakan parameter yang penting hambatan utama pada pengunaan material daur ulang
untuk mendesain suatu konstruksi jalan. (recycling) dan material sekunder (Reid dan
Chandler, 2001).
Keywords— Modulus elastisitas, Volume lalu lintas, LWD
Penggunaan material daur ulang dan sekunder
I. PENDAHULUAN akan memberikan dampak secara sosial, ekonomi dan
lingkungan (Chittori dkk., 2012; Correia dkk., 2016),
Ketersediaan infrastruktur jalan yang baik dan
seperti diberikan oleh Gambar 1.
berkualitas merupakan hal utama dalam pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Propinsi Papua yang belum
memiliki jaringan jalan yang menghubungkan antar
kota dan distrik membutuhkan jaringan jalan yang
menghubungkan antar kota dan dsitrik. Jaringan jalan
yang terhubung secara luas, akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, sehingga volume lalu lintas
dan beban lalu lintas juga akan meningkat. Oleh
sebab itu kualitas jalan yang dibangun harus mampu
melayani peningkatan lalu lintas dan struktur lapis
keras jalan harus didesain dengan baik dengan
metode konstruksi yang benar secara teknis dan
ekonomi. Lapis keras jalan membutuhkan pondasi
dengan kinerja yang baik dan mampu mendukung Gambar 1. Dampak penggunaan material daur ulang dan sekunder
lapis aus yang berada di atasnya. Lapis pondasi jalan,
baik lapis pondasi atas (base) dan lapis pondasi Perencanaan perkerasan suatu jalan yang
bawah (sub-bases) dapat mempergunakan tanah dan digunakan sekarang tidak lagi berdasarkan pada
material granular. perhitungan tegangan-tegangan serta penentuan
Tanah dasar (subgrade) adalah bagian yang kekuatan bahan secara teliti, tetapi cara-cara yang
terpenting dari konstruksi jalan karena tanah dasar dipakai secara umum adalah cara empiris dan yang
inilah yang mendukung seluruh konstruksi jalan paling terkenal adalah menggunakan cara CBR.
beserta beban lalu lintas diatasnya. Tanah dasar Spesifikasi lapis keras yang didasarkan pada kinerja,
pulalah yang menentukan mahal atau tidaknya dibandingkan dengan spesifikasi yang didasarkan
pembangunan jalan tersebut, karena kekuatan tanah pada persyaratan material yang baku atau 'resep',

TS - 98
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

dianggap 'membuka' penggunaan bahan alternatif, daya berupa material batu sebagai aggregat pada
termasuk sumber materi utama 'lokal'. Namun semua pembangunan jalan, baik untuk jenis lapis keras jalan
tergantung pada kemampuan alat ukur - dengan fleksibel maupun kaku. Penelitian ini bertujuan untuk
pengukuran langsung - untuk mengetahui kinerja mencari nilai lendutan pada lokasi studi yaitu di
produk yang akan digunakan dalam konstruksi Merauke dengan menggunakan alat LWD (Light
(Fleming dkk., 2003). Jenis spesifikasi ini telah Weight Deflectometer).
berhasil digunakan di Inggris pada lapisan aus
(wearing course) lapis keras, untuk aspal inklusi,
yaitu agregat bergradasi yang terikat dengan aspal, II. TINJAUAN PUSTAKA
seperti dalam Spesifikasi untuk Pekerjaan Jalan Raya Tanah
pada British Standard (Specification for Highways Tanah merupakan produk sampingan deposit
Works) sejak tahun 1990-an (Brown, 2004). akibat pelapukan kerak bumi dan atau batuan yang
Pendekatan kinerja bergantung pada pemahaman tersingkap dalam matrik tanah. Menurut Bowles
dasar tentang parameter yang diperlukan dan cara (1989) tanah merupakan campuran partikel-partikel
serta alat ukur yang diperlukan. Nottingham Asphalt yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis seperti
Tester (NAT), yang dikembangkan pada tahun 1980- berangkal (boulders), kerikil (gravel), pasir (sand),
an dan 1990-an, merupakan alat laboratorium utama lanau (silt), lempung (clay) dan koloid (colloids).
yang digunakan untuk menilai campuran terikat aspal Tanah dalam ilmu mekanika tanah adalah semua
pada lapisan aus. endapan alam yang berhubungan dengan teknik sipil,
Pada lapis pondasi perkerasan, spesifikasi lapis kecuali batuan tetap. Batuan tetap menjadi ilmu
keras berdasarkan kinerja kurang dikembangkan tersendiri yaitu mekanika batuan (rock mechanics).
dengan baik. Namun, pentingnya pondasi perkerasan, Endapan alam tersebut mencakup semua bahan dari
dalam hal kemungkinan masa layanan jangka tanah lempung sampai berangkal (Adha, 2009).
panjang, mulai diakui, seperti pembangunan pondasi Perkerasan lentur dan perkerasan kaku dalam
'ditingkatkan' dengan perilaku pondasi yang lebih pelaksanaannya tergantung tanah dasar (subgrade)
baik dibandingkan dengan pondasi 'standar' sekarang yang bersangkutan. Tebal perkerasan dan
mulai diterima dengan keuntungan mendapatkan komponennya tergantung sifat-sifat tanah dasar yang
lapisan aus yang lebih tipis (Frost dkk., 2001). akan ditetapkan sebelum perencanaan dibuat. Untuk
Manual Desain Perkerasan Jalan (MDPJ) 2013, mengetahui kekuatan tanah biasanya digunakan
yang disahkan oleh Direktorat Bina Marga, datadata seperti CBR (California Bearing Ratio),
Departemen PU dengan no 2/B/BM/2013; dalam pemadatan dan daya dukung. Letak dari tanah dasar
kebijakan desain (sub-bab 1.2) pada butir empat (subgrade) dapat ditunjukkan melalui Gambar 2.
menyatakan kebijakan penggunaan material yang
efisien dan pemanfaatan material lokal semaksimal
mungkin. Pemilihan solusi desain perkerasan
didasarkan pada analisis biaya umur pelayanan
(discounted) termurah dan pertimbangan sumber daya
konstruksi. Meski pada MDPJ 2013 struktur lapis
keras jalan yang dikenalkan masih pada lapis keras Gambar 2. Susunan lapis konstruksi perkerasan lentur
jalan fleksibel dan kaku, tetapi pada tahun yang sama,
2013 juga telah ditetapkan Spesifikasi Khusus Interim Karakteristik Tanah
Lapis Pondasi Semen Komposit Tanah. t umur desain Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri
hingga 40 tahun untuk struktur pondasi jalan. dari butiran mineral-mineral padat yang terikat secara
Penetapan ini didasarkan pada life cycle cost kimia satu sama lain dan dari bahan organik yang
minimum. telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Nunez dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang
(2007) desain pondasi dengan stabilisasi tanah dan kosong diantara partikel padat tersebut (Das, 1995).
wearing course dengan hotmix asphalt (HMA) Tanah adalah himpunan mineral, bahan organik dan
memberikan desain yang paling ekonomis endapan-endapan yang relative lepas (loose) yang
dibandingkan dengan struktur lapis keras. Struktur ini terletak di atas batuan dasar (bedrock) (Hardiyatmo,
disebut sebagai composite pavement dengan H.C., 2010).
stabilisasi tanah. Struktur composite pavement ini Menurut Bowles, 1989 tanah adalah campuran
lebih murah 20% dan umur desain bisa mencapai 40 partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau
tahun untuk 100 juta ESAL. Kualitas material yang seluruh yaitu :
memenuhi spesifikasi teknis sebagai lapis keras jalan, 1. Berangkal (boulders), merupakan potongan batu
terkadang sulit terpenuhi, misalanya karena daya yang besar, biasanya lebih besar dari 250 mm
dukung yang rendah dan perubahan volume yang sampai 300 mm. Untuk kisaran antara 150 mm
besar. sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut
Kendala utama yang dihadapi pada Ruas Jalan kerakal (cobbles).
Merauke - Boven Digul adalah keterbatasan sumber

TS - 99
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

2. Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran


5 mm sampai 150 mm. Dari klasifkasi tanah sistem AASHTO,
3. Pasir (sand), partikel batuan yang berukuran diperlihatkan bahwa untuk tanah yang berukuan
0,074 mm sampai 5 mm, berkisar dari kasar (3-5 dengan diameter kurang dari 0,075 mm pertimbangan
mm) sampai halus (kurang dari 1 mm). klasifikasinya tidak langung berdasarkan pada gradasi
4. Lanau (silt), partikel batuan berukuran dari 0,002 butirannya, tetapi lebih ditekankan pada batas-batas
mm sampai 0,074 mm. Lanau dan lempung atterbergnya. Hal ini disebabkan karena sifat lempung
dalam jumlah besar ditemukan dalam deposit dan lanau lebih bergantung pada komposisi zat
yang 6 disedimentasikan ke dalam danau atau di mineralnya dari pada ukuran butirnya, sehingga
dekat garis pantai pada muara sungai. dalam penentuan klasifikasinya lebih berdasar pada
5. Lempung (clay), partikel mineral yang berukuran batas-batas atterbergnya.
lebih kecil dari 0,002 mm. Partikel-partikel ini Setiap tanah yang mengandung material berbutir
merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah halus didefinisikan lebih lanjut dengan indeks
yang kohesif. kelompok. Semakin tinggi nilai indeks kelompok
6. Koloid (colloids), partikel mineral yang “diam” suatu tanah maka tanah tersebut makin buruk.
yang berukuran lebih kecil dari 0,001 mm. Adapun yang termasuk ke dalam batas-batas
Sistem klasifikasi menurut AASHTO berguna Atterberg antara lain batas cair, batas plastis, batas
untuk menentukan kualitas tanah guna pekerjaan susut, indeks plastisitas dan berat spesifik :
jalan yaitu lapis dasar (subbase) dan tanah dasar 1. Batas cair (Liquid Limit)
(subgrade). Oleh karena sistem ini ditujukan untuk Batas cair (LL) adalah kadar air tanah pada batas
pekerjaan jalan tersebut, maka penggunaan sistem antara keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu
ini dalam praktiknya harus dipertimbangkan batas atas dari daerah plastis.
terhadap maksud aslinya. Sistem ini membagi 2. Batas plastis (Plastic Limit)
tanah ke dalam 7 kelompok utama yaitu A-1 Batas plastis (PL) adalah kadar air pada
sampai dengan A-7. Tanah yang terklasifikasikan kedudukan antara daerah plastis dan semi plastis,
dalam kelompok A-1, A-2, dan A-3 merupakan tanah yaitu persentase kadar air dimana tanah dengan
granuleryang memiliki partikel yang lolos saringan diameter silinder 3 mm mulai retak-retak ketika
No. 200 kurang dari 35%. Tanah yang lolos digulung dan dibuat sebagai benda uji.
saringan No. 200 lebih dari 35% diklasifikasikan 3. Batas susut (Shrinkage Limit)
dalam kelompok A-4, A-5, A-6, dan A-7. Tanah- Batas susut (SL) adalah kadar air yang
tanah dalam kelompok ini biasanya merupakan didefinisikan pada derajat kejenuhan sebesar
jenis tanah lanau dan lempung (Hardiyatmo, H.C., 100%, dimana untuk nilai-nilai di bawahnya
2010). Sistem klasifikasi menurut AASHTO disajikan tidak akan terdapat perubahan volume tanah
yang mana didasarkan pada kriteria yaitu : apabila dikeringkan secara terus menerus. Harus
1. Ukuran partikel diketahui bahwa batas susut makin kecil maka
a. Kerikil: fraksi yang lolos saringan ukuran 75 tanah akan lebih mudah mengalami perubahan
mm (3 in) dan tertahan pada saringan No. 10. volume akibat dikeringkan secara terus menerus.
b. Pasir: fraksi yang lolos saringan No. 10 (2 mm) 4. Indeks plastisitas (Plasticity Index)
dan tertahan pada saringan No. 200 (0,075 mm). Indeks plastisitas (PI) adalah selisih antara batas
c. Lanau dan lempung: fraksi yang lolos saringan cair dan batas plastis. Indeks plastisitas
No. 200. merupakan interval kadar air tanah yang masih
2. Plastisitas : tanah berbutir halus digolongkan bersifat plastis.
lanau bila memiliki indek plastisitas, PI ≤ 10 5. Berat spesifik (Spesific Gravity)
dan dikategorikan sebagai lempung bila Berat spesifik (GS) adalah perbandingan antara
mempunyai indek plastisitas, PI ≥ 11 Gambar 3 berat volume butiran padat (ɣs) dengan berat
memberikan grafik plastisitas untuk klasifikasi volume air (ɣw) pada temperatur t˚C.
tanah kelompok A-2, A-4, A-5, A-6, dan A-7.
Pemadatan Tanah
Teori pemadatan pertama kalinya dikembangkan
oleh R. R. Proctor. Metode yang orisinil dilaporkan
melalui serangkaian artikel dalam Engineering New
Record. Oleh karena itu, prosedur dinamik
laboratorium yang standar biasanya disebut dengan
uji Proctor (Bowles, 1989). Empat variabel
pemadatan tanah yang didefinisikan oleh Proctor,
yaitu usaha pemadatan atau energi pemadatan, jenis
tanah (gradasi, kohesif atau tidak kohesif, ukuran
partikel dan sebagainya), kadar air, dan berat isi
kering. Menurut Craig (1991), pemadatan
Gambar 3. Grafik plastisitas untuk klasifikasi tanah sistem (compaction) adalah proses naiknya kerapatan tanah
AASHTO (Das, 1994) dengan memperkecil jarak antar partikel sehingga

TS - 100
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

terjadi reduksi volume udara dan tidak terjadi Tabel 3. Dimensi silinder pemadatan dan penumbuk modifikasi
perubahan volume air yang cukup berarti pada tanah
ini. Berat volume kering tanah dapat dituliskan ke
dalam persamaan 1.

……………………………………(1)
Dengan ɣ = berat volume butir tanah dan w =
kadar air Uji Modulus Elastisitas
Berat volume kering jenuh tanah dapat dituliskan Alat LWD pertama kali diperkenalkan pada tahun
ke dalam persamaan 2. 1981 di Magderburg, Jerman dan dikembangkan oleh
Highway Research Institute dan HMP Company in
Germany (HMP-LFG) the light drop weight tester.
………………………………(2) Pada pasir silika dengan kepadatan relatif 20-80%
Dengan Gs = berat spesifik butiran tanah padat memiliki ELWD sekitar 12-38 MPa. Hasil pengujian
dan ɣw = berat jenis air lapisan pasir berkapur pada kepadatan relatif dari 20-
80% memiliki modulus ELWD 8-32 MPa.
1. Pemadatan Standar (Standard Compaction) (Magderburg prufgeratebau GmbH, www.hmp-
Pemadatan standar (standard compaction) adalah onlin.com, dalam Elhakim et al 2013.
usaha untuk memadatkan contoh tanah yang Pemakaian Light Weight Deflectometer (LWD)
dilakukan di laboratorium dengan menggunakan alat- semakin meningkat. Dalam melakukan pengujian
alat pemadatan standar. Aturan yang dapat dilakukan dengan alat LWD ini, pada jalan tanpa penutup,
pada pemadatan standar ditunjukkan pada Tabel 1. parameter yang diperoleh adalah modulus elastisitas
dari lapisan yang diuji. Parameter modulus elastisitas
Tabel 1. Aturan-aturan pemadatan standar
ini bisa dikonversikan menjadi parameter CBR
dengan menggunakan korelasi yang diberikan
AASHTO 1993. Korelasi ini tergantung dari jenis
lapisan yang diuji (tanah dasar, base A atau base B).
Untuk penggunaan LWD pada jalan beraspal yang
berlalu lintas rendah, parameter yang didapat berupa
modulus elastisitas tanah dasar dan juga modulus
elastisitas sistem perkerasan menggunakan
Sumber : Adha I, 2009 & Ariyani N., Mekanika
persamaan-persamaan yang diberikan pada AASHTO
Tanah I, 2001
1993. Modulus elastisitas sistem perkerasan ini bisa
2. Pemadatan Modifikasi (Modified Compaction)
digunakan juga untuk menghitung kekuatan struktural
Pemadatan modifikasi (modified compaction) sistem perkerasan eksisting yang pada akhirnya bisa
adalah usaha untuk memadatkan contoh tanah yang untuk menghitung tebal lapis tambah yang
dilakukan di laboratorium dengan menggunakan alat- dibutuhkan selama umur rencana.
alat pemadatan modifikasi (berat). Aturan-aturan cara Dari sisi ini penggunaan alat LWD sangat
yang dapat dilakukan pada pemadatan modifikasi memberikan keuntungan yang lebih besar
ditunjukkan pada Tabel 2. dibandingkan dengan alat-alat konvensional seperti
Tabel 2. Aturan-aturan pemadatan modifikasi
Dynamic Cone Penetration (DCP), CBR langsung,
Plate Bearing Test, dan lain-lain, baik dari sisi waktu
maupun akurasinya. Tabel 4 memperlihatkan
perbandingan antara derajat kepadatan aktual dan
derajat kepadatan dengan LWD pada lapisan pasir
dengan kepadatan 2,67.
Derajat kepadatan aktual dengan derajat
kepadatan dengan LWD yang diperlihatkan oleh
Sumber : Adha I, 2009 & Ariyani N., Mekanika Tabel 5 memiliki nilai yang berkisar 80 - 90%. Pada
Tanah I, 2001 jalan beraspal volume lalu lintas rendah, evaluasi dan
monitoring kekuatan struktural sistem perkerasan
Alat-alat yang paling berperan untuk digunakan biasanya dilakukan dengan alat Benkelman Beam.
pada pemadatan modifikasi adalah silinder Alat ini terdiri dari satu truk standar juga
pemadatan dan penumbuk modifikasi. Dimensi yang menggunakan sekurang-kurangnya 4 (empat) orang
digunakan pada silinder pemadatan dan penumbuk teknisi selai sopir truk sendiri. Selain itu pencatatan
modifikasi dapat ditunjukkan pada Tabel 3. yang dilakukan juga secara manual. Dari sisi ini
penggunaan LWD untuk jalan beraspal yang
mempunyai lalu lintas rendah sampai sedang jelas

TS - 101
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

lebih efisien dibandingkan dengan menggunakan alat perancangan tebal perkerasan jalan. Selain itu, nilai
Benkelman Beam. lendutan ini juga digunakan untuk parameter quality
control dan quality assurance serta kekuatan
Tabel 4. Perbandingan antara derajat kepadatan aktual dan derajat struktural lapisan perkerasan seperti yang ditunjukkan
kepadatan dengan LWD pada lapisan pasir dengan pada ASTM D4695.
kepadatan 2,67

Gambar 4. Skema pengujian dengan menggunakan LWD (Ryden


(Sumber : Elhakim et al., 2013. The Use of Light Weight & Mooney, 2009)
Deflectometer for In Situ Evaluation of Sand Degree
of Compaction. HBRC Journal) Untuk pengujian pada lapisan tertentu (aspal, lapis
pondasi, lapis pondasi bawah atau tanah dasar), harus
Sebagai alternatif lain dari penggunaan alat LWD memperhatikan level tegangan yang digunakan pada
khususnya untuk jalan-jalan dengan kategori jalan pengujian. Level tegangan yang harus diperhatikan
bervolume lalu lintas rendah. Tabel 5 adalah : (Pedoman Metoda Uji Lendutan
memperlihatkan perbandingan antara derajat menggunakan LWD), Pd 03-2016-B, Kementerian
kepadatan aktual dengan modulus LWD pada lapisan Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
pasir dengan kepadatan 2,67. Perhitungan yang 1. Bahan tanah dasar dan lapis pondasi bersifat
digunakan adalah berdasarkan teori-teori dasar stress dependent, maka harus hati-hati dalam
seismology serta mekanika tanah khususnya teori melakukan pengujian LWD pada bahan
Boussinesq untuk menghasilkan nilai modulus granural. Sebaiknya nilai σ yang digunakan
elastisitas. Teori dasar seismology digunakan dalam tidak jauh berbeda dengan tegangan aktual rata-
analisis gelombang sampai mendapatkan nilai rata yang terjadi selama umur pelayanan
lendutan yang dihasilkan. Sedangkan teori Boussineq perkerasan tersebut.
adalah untuk menghitung nilai modulus elastisitas 2. Volume bahan tanah dasar dan lapis pondasi
lapisan tanah dengan mempertimbangkan nilai yang dipengaruhi oleh beban merupakan fungsi
lendutan. dari besaran beban itu sendiri
Tabel 6 memperlihatkan spesifikasi beberapa alat
Tabel 5. Perbandingan antara derajat kepadatan aktual dan derajat LWD yang sering digunakan untuk menguji lendutan
kepadatan dengan LWD pada lapisan pasir dengan pada lapisan perkerasan.
kepadatan 2,67
Tabel 6. Spesifikasi beberapa alat LWD

(Sumber : Elhakim et al., 2013. The Use of Light


Weight Deflectometer for In Situ
Evaluation of Sand Degree of
Compaction. HBRC Journal)

Dua teori ini dalam pengujian LWD disandingkan


untuk mendapatkan parameter dari tanah yang begitu
Dengan menggunakan alat ini maka dapat
penting berupa nilai lendutan dan modulus elastisitas.
dihitung rata-rata pengujian (ώ), standar deviasi (σw)
Gambar 4 memperlihatkan skema pengujian alat dan koefisien variasi (COVw) masing-masing
LWD. berdasarkan persamaan 3, 4 dan 5 dari penurunan
Penggunaan alat LWD ini meliputi pengukuran yang terjadi pada bantalan plat setiap 3 kali pukulan
lendutan dari permukaan lapisan akibat beban impak
yang diberikan.
yang dijatuhkan. Selain dari lendutan pada titik
pembebanan, lendutan juga harus bisa diukur pada ώ= ………………………….....(3)
jarak tertentu dari titik pembebanan tersebut.
Lendutan yang didapat bisa digunakan untuk

TS - 102
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

σw = ……………..………….(4) Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan
pengujian modulus elastisitas terhadap setiap lokasi
yang ada pada lokasi studi dengan tujuan membuat
COVw = ……………………...…………....(5) desain yang tepat untuk mengetahui nilai modulus
elastisitas dari setiap perkerasan yang ada pada lokasi
Dimana m = jumlah pukulan palu dan m = 3 studi.
untuk semua STA dan titik uji pada pengujian ini.
Untuk rata-rata dari penurunan yang terjadi pada Kondisi Jalan Pada Lokasi Studi
bantalan plat, modulus deformasi E LWD dari ruas Secara umum, kondisi jalan di lokasi studi
jalan dapat dihitung berdasarkan persamaan 6. merupakan jalan dengan lapis pondasi menggunakan
tanah yang telah diberikan perlakuan stabilisasi baik
ELWD = …………………………(6) dengan menggunakan kapur, semen maupun
menggunakan bahan-bahan lain sesuai dengan
Untuk setiap pengujian, rata-rata, standar deviasi karakteristik tanah yang ada dan diatasnya telah
dan koefisien variasi dari modulus deformasi yang menggunakan perkerasan aspal dengan jenis gradasi
didapatkan (ЁLWD, σE – LWD dan COVE – LWD untuk tiga HRS-WC. Gambar 6 memperlihatkan kondisi jalan
jenis ruas jalan tersebut masing-masing dapat yang dilakukan pengujian modulus elastisitas dengan
dihitung berdasarkan persamaan 7, 8 dan 9. menggunakan alat LWD.
Hasil pengujian LWD ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi mengenai nilai lendutan dari
ЁLWD = ……………………..(7) perkerasan jalan yang ada di lokasi studi yang
dipantulkan melalui geopone dari alat sehingga dapat
diketahui desain penanganan jalan yang tepat dan
cepat.
σE – LWD = …………..(8)

COVE – LWD = ……………………….(9)


Dimana n = jumlah titik uji dari pengujian yang
dilakukan.
Korelasi antara nilai modulus elastisitas dengan
CBR dapat menggunakan rumus yaitu : (Rao et al.,
2008).

CBR = 14,0 + 0,66 (ELWD) ………..………….(10)

III. METODOLOGI PENELITIAN


Tempat Penelitian
Untuk penelitian yang dilakukan, melakukan
Gambar 6. Kondisi jalan di lokasi studi
investigasi lapangan pada tanggal pada ruas jalan
Bupul – Erambu – Sota 1 / 2 PN dan Ruas jalan Bts. Pengujian Modulus Elastisitas
Kab. Boven. Digoel/Merauke – Muting/PN. Gambar 5 Pengujian modulus elastisitas dilakukan di
memperlihatkan lokasi penelitian ini. lapangan dengan menghampar pada lokasi campuran
tanah laterit, kapur padam dan semen. Pengujian ini
menggunakan alat LWD (Light Weight
Deflectometer). Pedoman pengujian LWD adalah
pedoman metoda uji lendutan menggunakan Light
Weight Deflectometer Pd–03-2016-B, SE Menteri
PUPR No/19/SE/M/2016. Gambar 7 memperlihatkan
pengoperasian alat LWD yang dilakukan oleh 1
sampai 2 orang teknisi.
Alat LWD digunakan untuk pengukuran lendutan
pada permukaan perkerasan tanpa penutup,
digunakan untuk mengukur kekuatan struktur lapisan
(dalam parameter modulus elastisitas) dan digunakan
untuk jalan yang bervolume lalu lintas rendah.
Gambar 5. Lokasi penelitian

TS - 103
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

Gambar 8 memperlihatkan alat LWD beserta


komponen-komponen.

Gambar 8. Alat dan komponen-komponen LWD


Gambar 7. Pengoperasian alat LWD

Adapun prosedur pengujian lendutan dengan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


menggunakan alat LWD berdasarkan pedoman Hasil Pengujian Modulus Elastisitas
metoda uji lendutan menggunakan Light Weight Pengujian modulus elastisitas dilakukan di STA
Deflectometer Pd–03-2016-B, SE Menteri PUPR Merauke, lokasi Bio dan Kabupaten Bovendigoel.
No/19/SE/M/2016 adalah : Pengujian dilakukan dengan beban sebesar 300 kg dan
a) Meletakkan alat Light Weight Deflectometer jumlah titik uji yaitu 3 titik. Pengujian modulus
pada titik pengujian. Kemiringan permukaan elastisitas menitikberatkan kepadatan, lendutan dan
lapisan yang bisa diuji dengan LWD adalah elastistas dari setiap lapisan tanah dasar, lapis pondasi
maksimum 4%. Untuk lapisan granular (base layer) hingga lapisan campuran aspal
direkomendasikan menggunakan lapisan tipis merupakan parameter yang penting untuk mendisain
pasir pada titik pengujian. Hal ini untuk suatu konstruksi jalan dimana alat LWD (Light-
mendapatkan permukaan kontak yang seragam Weight Deflectometer) untuk menganalisa lendutan
antara pelat pembebanan dan permukaan dan resilient modulus. Tabel 7 memperlihatkan hasil
lapisan. pengujian lapangan dengan menggunakan alat LWD
b) Memeriksa sekali lagi posisi pelat pembebanan pada lokasi studi, dimana ELWD yang diperoleh
dan sensor geophone. berbeda-beda tergantung jenis perkerasan jalan yang
c) Mengangkat beban pada ketinggian tertentu di uji. Selain itu, nilai koefisien variasi yang
sampai mencapai level tegangan yang didapatkan juga berkisar antara 0,5% hingga 0,7%.
diinginkan dan kemudian jatuhkan sehingga Nilai modulus deformasi yang diperoleh sangat
menimbulkan beban impak pada pelat bervariasi pada setiap lokasi pengujian, hal ini
pembebanan. disebabkan karena variasi dalam pemadatan energi.
d) Melakukan pengujian pada titik tersebut COV modulus deformasi yang didapatkan dari
minimum 2 kali. Apabila perbedaan hasil hasil pengujian LWD terjadi karena variabilitas bahan
pengujian 1 dan 2 lebih besar dari 3%, mencatat perkerasan yang diuji misalnya kadar air, kepadatan
perbedaan ini dalam laporan. Pengujian ketiga perkerasan dan ketebalan angkat alat LWD) atau
dibutuhkan apabila hal ini terjadi. variabilitas karena pengujian.
e) Untuk pengujian pada lapisan granular, juga
dicatat besarnya kadar air lapangan.

TS - 104
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

Tabel 7. Hasil pengujian lendutan menggunakan alat LWD


Beban D0 D1 D2 Cuaca EVd0 EVd1 Jarak Geo Jenis Lendutan CBR (%) Lendutan (mm)4
STA Lokasi Kab Titik Keterangan
kg Mikron Mikron Mikron 0° Mpa Mpa M' Perkerasan (cm) lapangan D0 -D200 (>41)
merauke bio boven 1 3000 424.9 227.8 38.1 30 359 147 1.5 Asphalt 1.971 35.9 38.68 kondisi baik √
merauke bio boven 2 3000 377.3 223.5 136.7 30 404 41 1.5 Asphalt 1.538 40.4 24.06 tepi √
merauke bio boven 3 3000 398.8 226.1 113.5 30 382 49 1.5 Asphalt 1.727 38.2 28.53 tepi √

merauke bio boven 1 3000 1782.4 902.8 535.3 30 86 10 1.5 Soils 8.6 124.71 kondisi amblas ×
merauke bio boven 2 3000 1730.2 895.1 440 30 88 13 1.5 Soils 8.8 129.02 as ×
merauke bio boven 3 3000 1759.2 920 470.9 30 87 12 1.5 Soils 8.7 128.83 as ×

merauke bio boven 1 3000 1644.2 1145.9 939.9 30 93 6 1.5 Soils 9.3 70.43 kondisi amblas ×
merauke bio boven 2 3000 1755 1141 932.8 30 87 6 1.5 Soils 8.7 82.22 tepi ×
merauke bio boven 3 3000 1680.4 1199.7 917.4 30 91 6 1.5 Soils 9.1 76.3 tepi ×

merauke bio boven 1 3000 1169.8 216.2 170.3 30 130 33 1.5 Soils 13 99.95 kondisi amblas ×
merauke bio boven 2 3000 1084 258.2 200.9 30 141 28 1.5 Soils 14.1 88.31 as ×
merauke bio boven 3 3000 863.3 273.1 186.9 30 177 30 1.5 Soils 17.7 67.64 as ×
merauke bio boven 4 3000 648.3 285.5 198 30 235 28 1.5 Soils 23.5 45.03 as ×
merauke bio boven 5 3000 636.4 293.9 183.3 30 240 30 1.5 Soils 24 45.31 as ×
merauke bio boven 6 3000 625.8 299.8 192.3 30 244 29 1.5 Soils 24.4 43.35 as ×
merauke bio boven 7 3000 413 308.3 197.2 30 369 28 1.5 Soils 36.9 21.58 as √

merauke bupul muting 1 3000 941.6 393.1 168.7 30 162 33 1.5 Asphalt 5.485 16.2 77.29 Amblas ×
merauke bupul muting 2 3000 971.9 444.1 148.9 30 157 38 1.5 Asphalt 5.278 15.7 82.3 as ×
merauke bupul muting 3 3000 841.2 428.3 41.5 30 181 135 1.5 Asphalt 4.129 18.1 79.97 as ×

merauke bupul muting 1 3000 162.7 34.6 55.2 30 937 101 1.5 Soils 93.7 10.75 Amblas Cliping
merauke bupul muting 2 3000 172.1 37.2 31 30 886 180 1.5 Soils 88.6 14.11 as Cliping
merauke bupul muting 3 3000 77.1 37.4 26.8 30 1977 209 1.5 Soils 197.7 5.03 as Cliping
merauke bupul muting 1 3000 607.7 598.5 461.9 30 251 12 1.5 Asphalt 0.092 25.1 14.58 as √

merauke simpati muting 2 3000 413.4 207.7 122.4 30 369 46 1.5 Asphalt 36.9 29.1 √
KETERANGAN : Pembacaan (EVd0) ≥ 250 Mpa
× : Overlay
√ : Rekonstruksi

Pondasi Tanah Semen. Jurnal Rekayasa. Vol.


Merujuk pada penelitian yang telah dilakukan 13. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
oleh Amr F. Elhakim, dkk., (2014) memperoleh Amr F. Elhakim, Khaled Elbaz, dan Mohamed I.
nilai ELWD pada pasir yang mengandung silika Amer. 2013. The Use of Light Weight
(siliceous sand) dengan kepadatan relatif yang Deflectometer for In Situ Evaluation of Sand
berkisar antara 20 hingga 80% memiliki nilai ELWD Degree of Compaction, Volume 10 Issue 3, pp
sekitar 12 hingga 38 MPa. Selain itu, hasil : 298-307.
pengujian pada pasir berkapur (calcareous sand) Ariyani, N. 2001. “Potensi Abu Sekam Padi dan
pada kepadatan relatif yang berkisar antara 20 Kapur sebagai Campuran dalam Usaha
sampai 80% menghasilkan nilai ELWD sebesar 8 Peningkatan Karakteristik Mekanis Tanah
sampai 32 MPa. Tras dari Dusun Serapan - Tesis. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada
V. KESIMPULAN DAN SARAN ASTM, Annual Books of ASTM Standards,
Volume 04.08 Soil and Rock (I): D420-D5611,
Kesimpulan
2004.
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk Bowles, J. 1989. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis
mendukung program penanganan ruas jalan Tanah (Mekanika Tanah). Edisi Kedua.
tersebut dimana program penanganan yang Erlangga. Jakarta
dikenal saat ini adalah penanganan rutin jalan, Ch. NageshwarRao, Varghese George, and R.
penanganan rutin jembatan, penanganan Shivashankar, PFWD, CBR and DCP
rehab jalan dan penanganan rekonstruksi Evaluation of Lateritic Subgrades of Dakshina
jalan. Kannada, India, 2008, The 12 th International
2. Pemakaian kapur padam dan bahan tambah Conference of International Association for
untuk stabilisasi tanah di ruas jalan tersebut Computer Methods and Advances in
masih digunakan untuk stabilisasi pada lapis Geomechanics (IACMAG) 1-6 October, Goa,
pondasi perkerasan jalan yang disesuaikan India, pp. 441-4423.
dengan program penanganan berdasarkan Chittoori B.S., Puppala, A.J., Reddy, R.K.,
hasil penelitian ini. Marshall, D., 2012, Sustainable reutilization of
3. Sebagai acuan dalam perencanaan dan excavated trench material. ASCE
pelaksanaan stabilisasi 2 tahap tanah laterit GeoCongress, Oakland, California, March
dengan kapur dan semen perlu dibuat 2012, pp. 4280–4289
spesifikasi khusus. Correia, A.G., Winter, M.G. dan Puppala, A.J.,
VI. DAFTAR PUSTAKA (2016), A review of sustainable approaches in
transport infrastructure, Transportation
Adha, I., 2009. Pengaruh Resapan Air (Water Geotechnics 7, 21–28, Elseiver
Adsorption) Terhadap Daya Dukung Lapis

TS - 105
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

Das, B. M. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-


Prinsip Rekayasa Geoteknik) Jilid I.PT.
Erlangga: Jakarta
Edwards, J.P., 2007, Laboratory characterisation
of pavement foundation materials, Disertasi
Doktor Teknik (Eng.D), Loughborough
University
Hardiyatmo, C. H. (2010). Mekanika Tanah 1.
Gadjah Mada University Press: Jakarta.
Nils Ryden dan Michael A. Mooney, Analysis of
surface waves from the light weight
deflectometer, Soil Dynamics and Earthquake
Engineering 29 (2009), pp. 1134–1142.
Pd 03-2016-B. Pedoman Metoda Uji Lendutan
Menggunakan Light Weight Deflectometer
(LWD), Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
Reid, J.M., and Chandler, J.W.E. (2001).
Recycling in transport infrastructure.
Transport Research Laboratory. Crowthorne
House.

TS - 106

View publication stats

You might also like