You are on page 1of 30

Calon Indukan Yang Baik

Syarat utama agar perkutut bisa diternak, mereka sudah jinak atau sudah lama
dipelihara.pejantan dipilih dari burung yang suaranya bagus, sehat, rajin berbunyi
dengan irama yang baik karena tujuan menernak perkutut ini adalah mendapatkan
keturunan yang bunyi suaranya setara atau mendekati kebagusan bunyi suara induk
jantannya

Setelah bunyi suaranya diletahui mutunya, barulah ciri-ciri fisik burung


diperhatikan.seberapa jauh hubungan ciri-ciri bentuk anggota badan dan dengan
kemerduan bunyi dan volume suaranya ?

Induk betina bisa dibedakan dari pejantannya dengan meraba atau mengamati supitnya
(tulang yang terletak di antara oaha dan dibawah anus) burung yang supitnya rapat,
biasanya jantan.sedang yang longgar dan lemas biasanya betina. burung betina dahinya
tidak berpupur,sedang yang jantan dahinya tedapat semacam bedak keputih-putihan.

Induk betina dipilih yang badannya sehat, jinak, dan sudah cukup umur. walau umur 6
bulan sudah bisa mulai dijodohkan,paling bagus kalau diternak pada umur sekitar 10
bulan.karena pada usia yang lebih tua, sifat keibuannya lebih menonjol, terutama ketika
merawat anaknya.

Untuk mendapatkan keturunan yang baik, harus diketahui betul sifat-sifat kedua calon
induk perkutut. jangan sembarangan menjodohkan dan bertindak untung-untungan
karena car itu bisa mengecewakan, yaitu keturunan yang diperoleh menyimpang dari
yang diharapkan.

Sepasang induk yang baik, kalau diternak dengan baik, selama satu tahun bisa
diharapkan beranak 4 - 6 kali.

Perkutut tidak terlalu memilih tempat untuk bersarang dimana saja wadah sarang di
taruh,ia akan mengatur sendiri sarangnya untuk bertelur. umumnya ia lebih cepat
bersarang di tempat terbuka dibanding tempat tertutup. di daerah yang banyak hujan,
menaruh sarang di tempat terbuka sering kurang menguntungkan adanya kotak sarang
untuk menaruh wadah dan bahan sarang akan sangat menolong keselamatan induk dan
anaknya dari pengaruh udara dingin dan kelembapanudara basah

Tempat sarang yang wadah sarangnya berupa keranjang, bangunan sarangnya


seringkali berbentuk cekung. dalam sarang ini penetasan telur sering kali gagal, karena
burung yang mengeram tidak merasa santai dan cepat lelah. akan tetapi kalau tempat
sarang berupa wadah yang

kedalamannya dangkal atau datar, maka bentuk sarangnya pun datar.pada sarang datar
ini induk perkutut bisa santai dan mengeram berjam-jam.
Memandikan Burung Perkutut

Seminggu sekali burung perkutut harus dimandikan dengan air bersih yang dicampur
dengan remasan daunsirih dan bunga rampai. bunga rampai terdiri dari campuran
bunga kenanga, cempaka putih, cempaka kuning, melati, mawar merah, putih dan
culan.culan adalah bunga yang aromanya mirip bunga pinang atau kelapa. tempat
memandikan adalah baskom atau wadah lain yang cukup lebar.

Agar tidak berontak sewaktu dimandikan, kedua kaki perkutut dikempit di antara sela-
sela jari telunjuk dan ibu jari. kemudian badan burung dicelupkan dalam air
pemandian,sambilsayapnya dikembangkan.kalau seluruh tubuh telah basa, bulu
kepalanya yang masih kering dibasahi air dengan tangan.

Burung yang selesai mandi kembali ditaruh dalam sangkar yang untuk sementara waktu
digantung di tempat teduh dulu. ia akan mengepak-ngepakkan sayapnya, dan bulu akan
mengering sedikit demi sedikit oleh tiupan angin.baru setelah bulu agak kering, sangkar
dipindah di tiang gantungan yang tidak perlu teduh lagi.

Kalau bakalan masih sangat muda sekali, penjemurannya jangan terlalu lama cukup
samapai bulunya kering betul.

Saat memandikan yang paling baik adalah pada sore hari antara pukul 14.30

Menjodohkan Perkutut

Menjodohkan perkutut gampang-gampang susah. ada yang sekali kenal,langsung lulut


(akrab) dan jodoh. ada yang harus berganti-ganti pasangan dulu berulangkali,baru
saling cocok, bisa jodoh dan mau kawin.

Pasangan yang tidak cocok, biasanya saling mematuk. selama proses penjodohan ini.
perhatian dan pengawasan dari pemilik/peternak sangat diperlukan. jangan sampai
burung yang di jodohkan atau diperkenalkan itu berantem hebat, luka-luka, dan ada
yang menjadi korban. karena burung jantan lebih agresif dari betina, sebaiknya diserit
(di potong bulu sayapnya) agar gerakannya tidak selincah burung betina.dalam
penjodohan ini kedua induk burung dicampur dalam satu kandang yang cukup lebar,
agar burung betina leluasa menghidar kalau tidak menyukai jantannya.

Sepasang burung yang sudah jodoh, akan terlihat akrab danbermesraan. pada waktu
tidur, mereka berdampingan. perkembangan lebih lanjut, mereka akan bercciuman dan
kawin. cara kawinnya unik. tidak sekali naik, lalu kawin.tetapi berkali-kali naik dari
sebelah kiri lalu turun ke sebelah kanan, dan sampai beberapa kali sambil pejantannya
berbunyi "kuk kuk kuk wer". setelah nafsunya terangsang tinggi, baru perkawinan
terjadi.setelah perkawinan terjadi,pasangan itu sibuk membuat sarang

Bagi pasangan yang tidak mengadakan reaksi dan kalau di campur selalu kejar-kejaran
kalau sampai satu dua bulan tak mau cocok, pasangan itu memang bukan
jodohnya.sebaiknya di pisah saja, ganti pasangan lain yang memenuhi selera.
10 Langkah Beternak Perkutut

Kepada teman-teman dan para pembaca terutama penggemar perkutut pemula yang
belum sempat membaca artikel ini dari Mingguan Agrobis, berikut ini disampaikan
ringkasan dengan sedikit modofikasi tentang cara beternak perkutut yang disarankan
yang dibagi dalam 10 langkah beternak Perkutut yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Sekolah perkutut
2. Darah atau blood line
3. Lomba/konkurs atau latber
4. Peternak
5. Calon Indukan
6. Crossing
7. Kandang
8. Menjodohkan
9. Manajemen kandang
10. Pemeliharaan piyik

1. Sekolah perkutut

Sesuatu yang baru yang ingin kita ketahui termasuk beternak, sebaiknya kita belajar
mulai yang paling gampang atau terrendah seperti murid sekolah yang belajar dari TK,
SD, SMP dan seterusnya sampai S1, S2 dan selanjutnya.
Dalam beternak langkah pertama dan utama yang perlu dilakukan adalah mencari dan
memilih Indukan untuk diternakkan. Kalau kita tidak pintar-pintar bagaimana
menghadapi trik untuk ini, salah-salah kita bisa babak belur dan habis duit segudang.
Caranya dengan membeli dahulu perkutut piyik yang murah istilahnya “ cepekan “ dan
memeliharanya, sambil kita belajar dan memahami berbagai aspek suaranya,
makanannya, perawatannya, dan lain-lain. Setelah menjadi dewasa, diharapkan kita
sudah paham betul perubahan kualitas dan irama suaranya yang kita inginkan.
Bila sudah merasa lebih tahu, belilah perkutut piyik yang harganya lebih mahal,
tujuannya sama untuk memantau perkembangan perkutut piyik tersebut sampai
dewasa. Demikian seterusnya kita berusaha untuk meningkatkan kualitas perkutut
dengan kemampuan dana yang tersedia. Dengan demikian kita akan terhindar dari
gorokan para peternak yang tidak bertanggung-jawab dan juga terhindar dari seloroh, “
sekolah perkutut itu biayanya mahal “.

2. Darah atau blood line

Sebagian besar peternak sukses mengatakan bahwa unsur darah keturunan yang
mengalir pada seekor perkutut atau disebut “ Trah “ sangat menentukan kualitasnya.
Walalupun ada sebagian peternak yang percaya bahwa kualitas suara seekor perkutut
dapat diciptakan dengan melakukan “ crossing “. Penulis meyakini bahwa Trah darah
seekor perkutut semula juga hasil dari sebuah kerja lama dan panjang memalu sebuah
penelitian dengan berpedoman pada ilmu crossing dari hukum Mendel.
Karenanya untuk membeli perkutut piyik, selain mengamati suaranya, juga sebaiknya
perkutut piyik tersebut mempunyai aliran darah yang jelas dan bagus.

3. Lomba/konkurs atau Latber

Datang, melihat dan mendengarkan suara perkutut yang dilombakan atau konkurs, juga
pada waktu latihan bersama, sambil bertanya kepada peternak atau penggemar
perkutut yang lebih tahu ( senior ), merupakan tempat belajar yang terbaik. Dengan
cara ini kita akan semakin paham bagaimana suara perkutut yang baik dan benar. Ingat
akan pepatah : “ Malu bertanya, sesat dijalan “.

Pada kesempatan itu, kita juga bisa mengetahui secara langsung atau tidak langsung
harga seekor perkutut berdasarkan kualitas suaranya. Tujuannya agar kita tidak jadi
korban dan disembelih oleh peternak nakal ketika kita akan memilih dan membeli calon
Indukan untuk diternakkan.

4. Peternak

Untuk membeli perkutut calon Indukan, mau tidak mau kita harus dating ke Peternak
tertentu untuk memilih dan membeli bibit perkutut. Di Tanah Air kita sekarang ini, sudah
banyak bahkan ribuan Peternak dari yang berskala kecil, sedang sampai besar dengan
beribu-ribu kandang.

Sebelum menentukan pilihan untuk membeli, disarankan untuk mendatangi beberapa


Peternak sebagai bahan perbandingan dan pertimbangan baik kualiats dan harganya.
Dan jangan punya pemikiran yang salah bahwa Peternak kecil atau sedang tidak
memiliki perkutut yang kualitasnya bagus dengan harga yang miring dibandingkan
Peternak besar yang sudah terkenal dan punya nama. Dan nongkronglah beberapa jam
untuk mendengarkan suara perkutut baik piyik hasil ternakan maupun Indukannya juga
trah darahnya. Pada Peternak yang sudah mapan biasanya memiliki ciri khas piyik hasil
ternaknya, misalnya rata-rata suaranya Cowong, atau ujungnya ndelosor atau depannya
menjerit, dan lain-lain. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kesukaan dari Peternaknya, bila
si Peternak kesukaannya yang suaranya cowong, maka hampir dipastikan perkutut hasil
ternakannyapun rata-rata bersuara cowong, dan sebagainya.
Peternak yang sudah mapan rata-rata sudah beternak secara intensif selama 2(dua)
tahun lebih, sehingga beberapa Indukannya sudah memakai anakan sendiri yang pilihan
F2 atau F3 dan hanya sebagian berupa Indukan dari luar sebagai kelengkapan atau
untuk memenuhi permintaan yang sedang trend.
Sedangkan Peternak yang belum mapan antara lain ditandai dengan variatifnya
Indukaannya dan sedang mencari-cari bentuknya. Dan biasanya harga piyiknya relatif
masih murah dibandingkan dengan Peternak mapan dengan kualitas yang sama.

5. Calon Indukan
Agar lebih cepat menghasilkan anakan, yang paling tepat membali calon Indukan yang
sudah berumur sekitar 4(empat) bulan dimana waktunya tepat dan mudah untuk mulai
dijodohkan, sehingga pada umur 5-7 bulan sudah bisa mulai bertelor. Dan sebaiknya
dipilih yang Betina lebih tua kira-kira sebulan dari Jantannya. Berbeda dengan yang
sudah berumur biasanya susah dijodohkan atau yang Betina sering dikejar-kejar oleh si
Jantan yang biasanya lebih agresif/galak.
Calon Indukan yang bagus sebaiknya dipilih yang mempunyai suara sbb. :

* Suara depan, tengah dan ujungnya bagus.

* Irama suaranya dengan ketukan yang agak renggang dan lelah/senggang.

* Latar atau air suaranya cowong dan tembus baik yang bervolume besar atau kecil,
jangan yang suaranya basah dan serak.

* Juga jangan dilupakan aliran trah darahnya dengan silsilah yang jelas.

* Perhatikan juga bentuk tubuhnya apakah serasi dan tidak ada yang cacat.

6. Crossing

Setelah mendapatkan beberapa calon Indukan Jantan dan Betina, langkah selanjutnya
adalah menyilangkan pasangan perkutut berdasarkan dasar suaranya masing-masing
untuk dapat menghasilkan perkutut yang kualitas suaranya lebih bagus. Disini kita
dituntut untuk mempelajari cara ilmu croosing yang benar dan baik dengan cara belajar
dari membaca buku-buku secara teori atau belajar langsung kepada sejumlah Peternak
sukses ynag pada umumnya sudah paham tehnik silang menyilang..
Jalan pintas lain yang lebih mudah, yaitu dengan meniru atau memfotocopy salah satu
kandang yang sudah jelas Indukannya dan hasil anakannya bagus dengan membeli adik
atau saudaranya dengan resiko yang jelas harganya pastilah mahal dan hasil anakannya
tidak dijamin akan sebagus seperti aslinya..

7. Kandang

Setelah kita mendapatkan beberapa pasang calon Indukan yang dinilai cocok dan pas
untuk diternakkan, maka persiapan selanjutnya adalah kandangnya.
Tidak ada ketentuan yang pasti berapa ukuran kandang yang baik, yang penting dan
perlu diperhatikan adalah seberapa luas lahan yang tersedia dan ukuran kandang
disesuaikan dengan lahan yang ada tersebut. Juga untuk effisiensi bahan yang biasanya
dibuat dari bahan kawat, maka biasanya tingginya bisa 45, 90, 135 atau 180 cm sesuai
ukuran lebar kawat, sedangkan lebar dan panjangnya disesuaikan, dan yang ideal yang
disarankan adalah ; lebar : 60 cm, panjang ; 100 – 180 cm. Bahkan dengan ukuran
kandang : 50(L) x 60(P) x 50(T) dapat digunakan untuk beternak dengan syarat tidak
sering dipindah-pindah dari tempatnya, terutama selama dalam masa mengerami
telornya. Dan lantai bisa dibuat dari tanah biasa atau yang berpasir, juga bisa berupa
lantai bersemen. Demikian pula atapnya dapat dari bahan genting, asbes atau apa saja.
Yang sangat perlu diperhatikan antara lain harus mendapat sinar matahari pagi,
kelembaban cukup, jarak atap ketempat sarangnya tidak terlalu dekat agar tidak terlalu
panas. Dan usahakan tikus, kucing dan binatang sejenisnya mbisa masuk kekandang,
termasuk semut dan cicak. Bahannya juga bisa kayu, besi ataupun aluminium
tergantung kemampuan anggaran yang tersedia.
Letak kandang sebaiknya tidak dekat dengan sumber suara yang berisik, tetapi
sebaiknya juga jangan ditempat yang sepi yang jarang dikunjungi manusia/orang,
perkutut akan semakin terbiasa dan merasa nyaman jika sering dikunjungi dan bertatap
muka dengan manusia/orang.

8. Menjodohkan

Tehnik menjodohkan juga perlu diketahui dengan baik, sebab kedua calon Indukan tidak
begitu saja langsung jodoh, tetapi membutuhkan proses untuk saling kenal terlebih
dahulu dengan cara antara lain keduanya ditempatkan pada sangkar terpisah dan setiap
hari selalu disandingkan. Setelah satu atau dua minggu, setelah kelihatan keduanya
sudah saling kenal dengan tanda-tanda saling mengangguk-angguk dan kalau tidur
malam hari selalu ingin berdekatan. Maka keduanya disatukan tetap dalam sangkar kecil
dahulu untuk beberapa hari.

Waktu yang tepat untuk memasukkan ke kandang ternak adalah sore hari dengan
sebelumnya kedua perkutut cvalon Indukan tersebut dilolohi kacang hijau yang sudah
direndam sampai lunak, vitamin-E, minyak ikan, B-kompleks dan sedikit dibasahi
badannya, diharapkan malam harinya akan tidur berdekatan bersama.
Beberapa minggu kemudian keduanya akan melakukan perkawinan dan siap untuk
bertelor, jangan lupa untuk disiapkan sarang dari anyaman rotan yang diberi daun
cemara atau rumput kering untuk meletakan telor-telornya.
Bila ternyata masih belum jodoh atau biasanya yang Jantan galak, maka si Jantan
ditangkap dan dimandikan atau kalau perlu digodi ( sayapnya diikat 5-6 lembar ) dan
kemudian dimasukkan kandang kembali.

9. Manajemen kandang

Setiap kandang sebaiknya diberikan tanda-tanda misalkan dengan Nomor atau Nama
terserah apa saja sesuai kemauan masing-masing. Juga ada baiknya dibuatkan catatan
pasangan Indukan dari BF dengan ring apa, tanggal lahir, dll/
Perhatikan kapan setiap pasangan pada kandang masing-masing sudah mulai
melakukan perkawinan, untuk keperluan disiapkan sarangnya. Buatkan catatan khusus (
kalau perlu dengan komputerisasi ) kapan mulai bertelor, kapan diperkirakan menetas
setelah 14-15 hari mengeram, bagaimana hasilnya ( menetas semua atau tidak hanya
satu atau bhakan tidak menetas semua ), periksa keadaan telor yang tidak menetas
untuk mengetahui penyebabnya, dll.

Pasanganlah Ring di salah satu/kedua kakinya pada umur piyik sekitar 7-9 hari dan
selanjutnya terserah kita apakah piyik tersebut akan tetap dikembalikan untuk diasuh
oleh Induknya atau akan dititipkan Puter sebagai Induk asuh pengganti. Yang perlu
diperhatikan, kalau akan menggunakan jasa Puter haruslah yang sedang mengeram
paling tidak sudah 10 hari dimana Puter sudah menghasilkan susu ditemboloknya. Jasa
indukan pengganti juga bisa dilakukan oleh Diamond Dove yaitu sejenis Perkutut berasal
dari Australia yang tubuhnya lebih kecil.

Pada edisi yang akan datang dengan topik yang lain akan kita bahas bagaimana
menetaskan telor perkutut dengan menggunakan jasa Puter atau Diamond Dove yang
tujuannya untuk membuat Indukan favorit kita bertelor lebih produktif dan
menghasilkan anakan piyik lebih banyak.

10. Pemeliharaan piyik

Piyik-piyik setelah berumur 1-1.5 bulan sebaiknya sudah mulai dipisahkan dari Induknya
baik Perkutut maupun Puter/Diamond Dove, sebab mereka sudah bisa mulai makan
sendiri dan biasanya Indukannya juga sudah enggan meloloh dan sudah mulai
melakukan perkawinan lagi.

Piyik-piyik tersebut ditempatkan didalam sangkar kayu ukuran 50(L) x 70(L) x 50(T) cm
sebanyak 8-10 ekor bersama-sama, kalau perlu diberikan lampu untuk pemanas
terutama pada malam hari atau udara dingin pada musim penghujan.
Sebaiknya tiap-tiap piyik diberikan vitamin tambahan antara lain berupa ; B-komplek,
minyak ikan, kalsium dan obat cacing sebelum dimasukkan ke sangkar kayu tersebut.
Usahakan minimum setiap hari setidaknya dua hari sekali dijemur dari jam 08.00 sampai
jam.11.00, agar mendapat sinar matahari pagi dan ultra violet yang cukup untuk
kesehatan tubuhnya. Dan pada minumannya diberikan Vitamin tambahan dua kali
seminggu untuk menambah daya tahan tubuhnya.

Menginjak umur 3(tiga) bulan, bila dikehendaki piyik-piyik tersebut sudah dapat
dipisahkan dan masing-masing dimasukkan ke sangkar soliter agar dapat lebih mudah
untuk memantau suaranya dan menentukan kualitas suaranya tersebut.
Selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan penilaian apakah
Indukan kandang tertentu sudah benar atau kurang benar, sehingga perlu dilakukan
perombakan pasangan Indukannya dalam usahanya untuk selalu meningkatkan mutu
kualitas suara.

Selamat mencoba dan mudah-mudah berhasil.


Tips Perawatan Perkutut

Merawat perkutut harus dilandasi perasaan kasih sayang, agar burung selalu sehat dan
rajin berbunyi seperti yang diharapkan. perawatan utama berupa pemberian
makan.selain harus betul dan bersih.

Perkutut umumnya menyukai makanan berupa biji-bijian karena sejak kecil sudah bisa
diberi biji-bijian itu.

Kalau burung sudah mulai berbunyi, pemberian makan di kasih berupa millet dan gabah
saja atau dengan makanan olahan. bahannya terdiri dari campuran ketan hitam,millet,
canary seed, jewawut, dengan bumbu berupa kencur, jahe, bawang putih, madu,kuning
telur ayam kampung, lada putih, dan garam dapur beryodium.

Makanan olahan yang telah jadi untuk perkutut bisa di beli di toko makanan burung
akan tetapi kalau ingin membuat sendiri, resepnya sebagai berikut:

1 kg millet

2 sampai 3 butir telur,diambil kuningnya

1 kg gabah

2 siung bawang putih

1/4 kg ketan hitam

3 jari tangan jahe

1/4 kg canary seed

3 jari tangan kencur

1/8 kg jewawut

½ sendok makan garam

5 sendok makan madu

½ sendok teh lada putih

Bumbu berupa kencur, jahe, bawang putih, lada putih, dan garam ditumbuk sampai
hancur kuning telur dikocok sampai mengembang, lalu diberi madu lebah dan dikocok
lagi sampai tercampur betul. setelah madu telur itu tercampur, bumbu yang telah
ditumbuk tadi dicampurkan pada telur dan madu, diaduk-aduk sampai rata.
Ketan hitam, millet, gabah, canary seed, dan jewawut, sebelum dicampurkan dicuci
bersih dulu di buang yang mengambang lalu ditiriskan, digelar dalam tempeh atau
sejenisnya.selanjutnya dijemur sampai kering.biji-bijian yang sudah kering inilah yang
dicampurkan dalam adonan telur madu yang berbumbu tadi

Bahan dicampur aduk samapai rata, kalau perlu diremas-remas dengan tangan.setelah
adonan tercampur betul di gongsong (digoreng tanpa minyak) selama kurang lebih dua
menit. kemudian diangkat dan dituangkan di atas nyiru, untuk diangin-anginkan di
tempat teduh sampai kering dan dingin.

Perkutut Bangkok
“Pada dasarnya, tidak ada istilah perkutut bangkok,“ komentar Harun Tasma, ketua
AP2SI (Asosiasi Penggemar Perkutut Seluruh Indonesia ), tentang perbedaan perkutut
lokal dan perkutut bangkok. Perkutut lokal adalah peliharaan asli Indonesia, dan
bakalannya berasal dari alam ( tangkapan ). Sedang perkutut bangkok adalah perkutut
peliharaan, yang bakalannya berasal dari hasil peternakan di Muangthai.

Asalnya dari Jawa juga

Di Muangthai sendiri sebenarnya tidak ada perkutut liar ( asli ) di hutannya. Perkutut
yang diternak dan dipelihara orang di sana, dulunya berasal dari Jawa juga. Di
Muangthai burung ini justru disebut nukhao chewah yang artinya burung Jawa.

Menurut Purbasasmita dari Yogya, perkutut yang terdapat di Muangthai pertama kalinya
dibawa oleh para romusha dari Jawa. Mereka dikirim oleh pemerintahan Jepang ke sana
untuk kerja paksa, dan perkutut dibawa olehnya untuk dipelihara sebagai sarana
hiburan.

Sekitar tahun 1950, penggemar perkutut di Muangthai mulai mencoba


menternakkannya. mereka tidak segan - segan membeli perkutut yang baik mutunya
dari Jawa dengan harga tinggi. Usahanya itu ternyata tidak sia - sia. Daerah peternakan
perkutut yang terkenal adalah Channa, sekitar 400 km sebelah selatan kota Bangkok.

Keistimewaannya
Sebelum tahun 1980, perkutut Bangkok masih asing di Indonesia, Ia belum punya
nama, sehingga tak dikenal. Dalam lomba pun perkutut itu selalu tersisih, karena irama
manggungnya kalah bagus dibandingkan perkutut lokal, yang waktu itu masih merajai
gelanggang konkurs perkutut Indonesia.

Namun banyak penggemar perkutut mengakui, perkutut bangkok memiliki keunggulan


tersendiri. Keunggulan itu terletak pada suaranya yang baik. Suara bass-nya besar dan
bunyinya “ khoooongng “-nya menghentak rata. Keistimewaan lain, umur delapan bulan
sampai setahun, perkutut hasil ternak itu sudah bisa “ manggung “. Umur tiga tahun
sudah gocor, rajin manggung.

Mulai bulan Mei 1980, ada larangan dari Menteri Negara Urusan KLH, pada waktu itu
Emil Salim, yang intinya tidak mengijinkan adanya kontes burung yang bukan dari hasil
ternak. Perkutut bangkok pun terangkat dan mulai merajai gelanggang kongkrus di
Indonesia, karena pada waktu itu belum banyak perkutut lokal yang diternak.

Ciri - ciri perkutut bangkok

Ciri fisik perkutut bangkok dan lokal sulit dibedakan, terutama ketika masih berupa
bakalan yang belum berbunyi. Sebab kedua burung itu hampir serupa bentuknya, dan
masing - masing memiliki warna bulu yang sama juga.

Ciri utama perkutut bangkok adalah terdapat gelang pengenal yang terbuat dari
aluminium pada kakinya. Gelang itu menunjukkan bahwa burung itu betul - betul hasil
ternak. Gelang pengenal serupa itu sekarang juga dipergunakan pada perkutut blaster
( silangan antara perkutut lokal sebagai induk jantannya dengan perkutut bangkok
sebagai induk betinanya ), yang sekarang sudah mulai banyak diproduksi di tanah air.
Gelang pengenal itu dipasang ketika piyik perkutut berumur 4 - 10 hari.

Gelang pengenal yang baik, sempurna bentuknya, tidak ada sambungan atau bekas
dipateri. Kalau gelang itu sambungan, ada bagian yang rusak atau cacat, burung
perkututnya wajib diragukan keasliannya.

Perkutut bangkok sangat menyukai makanan biji - bijian berupa millet dan kenari seed,
baik ketika ia masih berupa bakalan atau setelah menjadi burung dewasa yang gocor
suaranya. Ketan hitam dan jewawut tidak begitu digemarinya, kecuali kalau terpaksa.
Misalnya kalau millet dan kenari seed dalam tempat makanan habis hingga yang tersiksa
cuma ketan hitam dan jewawut saja, baru makanan itu akan disantapnya.

Memilh dan Merawat Piyik

Tidak semua piyik perkutut akan mempunyai suara bagus dan bisa menjadi juara pada
setiap lomba pada waktu umurnya sudah dewasa. Termasuk piyik-piyik dari kandang
favorit, bahkan anakan dari perkutut jawara sekalipun.

Sebaliknya, tidak jarang seekor piyik dari kandang pasangan biasa-biasa saja tidak
mempunyai trah juara dan produk dari sebuah peternak kecil, malahan bisa menjadi
juara pada saat setelah dewasa nanti.
Jadi untuk mendapatkan perkutut juara yang dibeli sejak piyik bukanlah pekerjaan
mudah, selain unsur kejelian rupanya keberuntungan juga akan menjadi faktor
penentunya.

Dibawah ini akan disajikan secara garis besar berdasarkan pengalaman pribadi dan juga
dari sumber Majalah Fauna dan Kucica tentang kiat bagaimana membeli piyik yang
berprospek, merawatnya dan menyiapkannya untuk menjadi juara pada setiap lomba
piyik atau dewasa.

Membeli piyik.

Pekerjaan ini tidak mudah dan merupakan suatu seni sekaligus bersifat untung-
untungan yang cukup mengasyikkan kita sebagai pecinta dan penggemar perkutut.

Alasannya kualitas suara seekor piyik berumur kurang dari 4(empat) bulan, belum
menjadi jaminan setelah dewasa suaranya akan sekualitas sewaktu dibeli. Sering terjadi
perubahan seiring bertambahnya umur, bisa menjadi lebih bagus bisa pula menjadi lebih
jelek bahkan amburadul.

Menurut pengalaman seorang pakar perkutut hanya 10% piyik berumur dibawah
4(empat) bulan, apalagi dibawah 3(tiga) bulan, suaranya akan tetap stabil hingga
dewasa nanti. Sebagian besar piyik, suaranya akan mengalami perubahan secara
perlahan/bertahap dan baru mulai stabil setelah dewasa sewaktu kira-kira umurnya
menginjak 7(tujuh) bulan.

Mengingat membeli piyik susah diharapkan kepastiannya, tidak seorangpun dapat


memastikan apakah seekor piyik saat dewasa nanti bisa menjadi juara atau tidak.
Namun demikian beberapa tanda-tanda dan ciri-ciri umum serta seberapa banyak
pengalaman kita, paling tidak dapat dijadikan patokan untuk memilih dan menentukan
seekor piyik nanti setelah dewasa bisa bersuara bagus atau tidak.

Tanda-tanda umum itu antara lain adalah sbb. :

Volume suara ( besar, kecil atau cowong ) dan iramanya ( senggang meliuk-liuk atau
rapet seperti kereta api ).

Sementara jalan (ketukan) dobel, satu setengah atau dobel plus masih susah
diperkirakan akan kemana jadinya pada saat dewasa nanti, meskipun pada saat piyik
sudah terdengar “ jalannya “.
Sedangkan suara depan (angkatan) dan ujung (kung) pada umumnya akan mengalami
perubahan saat menjadi dewasa, bahkan ada yang drastis.

Merawat piyik.

Setelah mendapatkan seekor piyik yang kita anggap suaranya bagus, maka selanjutnya
adalah bagaimana piyik tersebut dirawat dengan benar, sebab perawatan yang salah
atau kurang benar bisa berakibat fatal antara lain kualitas suaranya akan rusak pada
saat dewasa nanti.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut :

Piyik akan mulai mengalami ganti bulu (rontok/ngurak) pertama pada umurnya sekitar
2.5 bulan yang berlangsung selama sebulan penuh. Dan bulu baru akan sempurna
setelah umurnya sekitar 3.5 bulan. Pada saat masa pergantian bulu inilah piyik perlu
mendapat perhatian dan perawatan yang benar.

Saat piyik mulai ganti bulu sebaiknya dimasukkan kedalam kandang umbaran bersama
dengan beberapa perkutut piyik lainnya, selama minimal lebih 2(dua) minggu lamanya
piyik-piyik tersebut dapat bergerak lebih leluasa/bebas, sehingga bulu-bulu barunya
cepat tumbuh dan tubuhnya menjadi kuat serta bagus. Selanjutnya dapat diangkat dari
kandang umbaran untuk dipindahkan ke sangkar soliter baik sangkar mahkota maupun
sangkar piyik biasa setelah dilihat bulu-bulu barunya mulai penuh dan sempurna.
Selama di kandang umbaran perlu setiap sore dikontrol, apakah piyik-piyik tersebut
sudah bisa makan atau tidak. Tidak semua piyik tahu persis letak dari tempat makan di
kandang umbaran yang baru dan asing baginya. Bila temboloknya tidak ada makanan,
maka tidak ada cara lain harus dilolohnya. Bila tidak, maka piyik-piyik tersebut akan
mati kelaparan.
Pada saat piyik berumur kira 3-3.5 bulan suaranya biasanya mulai pecah, ada tanda-
tanda perubahan dari suara piyik ke suara perkutut dewasa. Perhatikan perubahan
volume suaranya apakah dari kecil menjadi besar atau sebaliknya. Demikian jalan
suaranya, apakah tetap stabil seperti saat masih piyik atau ada perubahan misalnya
berkurang dari dobel ke satu setengah atau bertambah dari satu setengah ke dobel, dan
lain-lain. Juga iramanya, apakah dari tadinya empuk meliuk-liuk senggang menjadi rapet
dan kencang bak kereta api atau sebaliknya makin senggang.
Selama di sangkar soliter, piyik tersebut dilatih di hanging atau kerek kira-kira 3x
seminggu agar menjadi lebih jinak dan tidak liar, disamping untuk menempa mentalnya
dengan belajar mendapat terpaan angin keras. Sebaiknya waktu melatih adalah sore
hari antara jam 16.00 sampai matahari terbenam. Latihan ini dilakukan secara bertahap
dari hanging ke kerekan disesuaikan dengan usia piyik tersebut.
Setelah berumur 3.5 bulan piyik-piyik tersebut dapat dimasukkan kandang umbaran
kembali atau tetap dalam sangkar soliter mahkota untuk dipantau suaranya dan sesekali
diikutkan lomba. Bila tidak sebaiknya dimasukkan kembali ke kandang umbaran agar
dapat berinter-aksi dengan lawan jenisnya dan dapat lebih memacu birahinya untuk
semakin rajin berbunyi.

Pada saat piyik berumur 4 bulan akan semakin rajin bunyi atau menjadi gacor setelah
menemui pasangan tetapnya. Saat inilah waktu yang tepat untuk mengangkatnya dari
kandang umbaran ke sangkar soliter.

Pada umur piyik 4 bulan ini, biasanya volume suara yang asli sudah mulai terlihat,
sehingga sudah dapat dijadikan patokan dan perkiraan bagaimana suaranya nanti
selepas umur 7 bulan.

Yang juga sudah mulai tetap tidak berubah adalah irama suara, jalan suara serta suara
depan dan ujungnya.

Irama suara biasanya akan mengalami penurunan dari awal-awalnya mengalun indah
dan nyaman terdengar di telinga saat gacor berubah menjadi rapet dan nyerocos bak
kereta api. Jarak antar ketukan menjadi tidak ada intervalnya dan suaranya menjadi
tidak enak didengarkan.

Yang juga sering terjadi saat gacor adalah “ patah “ atau suara ujung menjadi pendek
dan tidak ndelosor lagi, pada hal saat piyik suara ujungnya istimewa. Memang suara
ujung ( Kung ) ini yang paling sering berubah dari panjang ndelosor menjadi hanya “
Kuk “ atau bahkan “ patah “.

Perlu menjadi perhatian kita saat membeli piyik bagaimana suara ujungnya ini, yang
perlu dipantau apakah ada gejala suaranya kungnya ini “ mandeg seperti di-rem “ atau
tidak. Kalau ada kemungkinan nantinya akan berubah menjadi “ Kuk “ atau Kung
pendek, walalupun mungkin tidak patah. Lainnya kalau Kungnya itu lepas dan habisnya
perlahan-lahan, nantinya diperkirakan akan tetap panjang dan ndelosor indah.
Disamping itu yang perlu diperhatikan adalah kestabilan suaranya, sebab pada saat
bunyi gacor itulah kita akan tahu persis kestabilan suaranya. Apakah suaranya akan
menjadi drop atau malahan semakin bagus saat digantang pagi selama sekitar 3(tiga)
jam. Bisa dilihat antara lain dari jalan suaranya, apakah berubah dari dobel ke dominan
satu setengah bahkan engkel atau malahan sebaliknya dari dobel menjadi dobel plus
atau setidaknya stabil pada suara doble atau satu setengah saja.
Selain jalan suara, yang bisa drop biasanya juga mutu volume suara misalnya dari besar
cowong bisa menjadi sember tak karuan atau mengecil dan tipis, sehingga suara yang
tadinya jelas terdengar menjadi sayup-sayup dan akhirnya tidak terdengar sama sekali.

Melatih untuk lomba.

Latihan secara intensif sudah bisa dimulai saat seekor perkutut piyik berumur 4(empat)
bulan dengan cara antara lain sebagai berikut :
· Menggantangnya di tiang gantanga setiap pagi selama 2-3 jam bersama dengan
perkutut-perkutut lainnya. Bisa dilakukan dirumah dan sebaiknya ditempat lapangan
yang tersedia fasilitas gantangan bersama perkutut lain yang disebut dengan Latihan
Bersama ( Latber ) routine.

· Melalui Latihan Bersama ini akan dapat dipantau kemampuan kelebihan dan
kekurangan yang sebenarnya dari perkutut kita ini. Juga dapat dipantau sifat dan
kebiasaan perkutut kita, hal ini penting karena setiap burung memiliki karakteristik yang
berbeda satu dengan lainnya.

· Latber ini penting, selain untuk menambah pengalaman dan jam terbang, juga
melatihnya untuk terbiasa dibawa keluar dengan kendaraan.
· Agar pengalamannya semakin banyak dan jam terbangnya semakin tinggi, sesekali
diikutkan kearena lomba piyik hanging (gantungan) agar terbiasa bercampur dengan
puluhan bahkan ratusan ekor perkutut lainnya.

Mengerami Telur

Bila Indukan maupun kandang sudah siap, burung tersebut bisa langsung kita masukkan
dalam kandang, tidak lupa sarang yang telah disiapkan tertsebut lebih dahulu diberikan
alas dengan daun cemara supaya burungnya merasa nyaman dalam mengerami telor
tersebut.

Setelah burung melakukan perkawinan, maka si jantan akan mencari bahan untuk alas
sarangnya meskipun kita telah menyiapkannya dan si betina yang mengatur daun
cemara dalam sarangnya sampai dia merasa nyaman dan tak lama kemudian akan
bertelor.

Lama mengeram burung perkutut pada umumnya 14 sampai 16 hari telor akan
menetas. dan induknya mulai menyuapi anaknya dengan susu temboloknya. Bila sudah
mulai umur 4 atau 5 hari sebaiknya bisa mulai dipasang ring atau cincin tanda
tangkaran. setelah berumur 5 atau sampai 8 hari, piyik tersebut bisa mulai dipindah ke
burung pengasuh atau puter.

Penangkaran Burung Perkutut

Burung perkutut merupakan jenis unggas yang banyak disukai orang. Burung ini
memiliki keisitimewaan, karena memiliki suara yang merdu. Nilai jual seekor burung
perkutut yang telah memenangkan berbagai kontes sangat tinggi bisa mencapai
puluhan juta bahkan ratusan juta rupiah.

Tasikmalaya dikenal sebagai salah satu kota tempat penangkaran burung perkutut
unggulan. Salah satu lokasinya berada di Jalan Veteran, Kelurahan Yudhanegara,
Cihideung, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Penangkaran burung perkutut ini berawal dari hobi yang kemudian berkembang menjadi
bisnis. Kandang penangkaran dibangun secara permanen dari besi dan alumunium di
pekarangan rumah.

Penangkaran disini dimulai dari mengawinkan induk perkutut unggulan sehingga


menghasilkan telur. Kemudian telur dierami dan akan menetas dalam 15 hari.

Setelah menetas, anak burung perkutut dipisahkan dari induknya, dan disatukan dengan
burung puter, sebagai pengasuhnya. Agar burung bebas dari penyakit kandangnya
harus selalu dibersihkan.

Pemberian pakan harus dilakukan secara rutin dan kualitasnya diawasi secara ketat.
Makanannya berupa pelet. Setiap pagi burung perkutut juga harus dijemur minimal
selama 2 jam.

Burung perkutut diletakkan di kandang khusus. Harga bibit perkutut yang ditangkarkan
disini bervariasi, mulai dari 100 ribu hingga 2 juta rupiah per ekor. Namun untuk burung
perkutut yang telah jadi dan bersuara merdu, serta telah memenangkan berbagai
kontes harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Burung perkutut ini tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, tetapi juga diekspor ke
berbagai negara, seperti Singapura, Thailand, Malaysia dan Filipina. Namun belakangan
ini penjualan burung perkutut menurun karena permintaannya berkurang.(Helmi
Azahari/Ijs) http://www.indosiar.com/news/kisi-kisi/64371/penangkaran-burung-
perkutut

Lilik Lukitowati, Ratu Perkutut Katuranggan

TENTU Anda akan terkecoh ketika bertemu untuk pertama kalinya dengan Lilik
Lukitowati. Dan tidak akan menyangka jika Bu Lilik adalah peternak khusus burung
perkutut katuranggan.

Betapa tidak. Ia selalu tampil menarik dan luwes. Tidak hanya dari wajahnya, tapi juga
cara berpakaian, cara berbicara-mengobrol, sebagian besar menggunakan "krama
inggil" (berbahasa Jawa halus) hingga masalah pengetahuan umum.

Tidak ada satu pun yang menyiratkan sebagai peternak burung, yang biasanya ditekuni
kalangan pria dengan penampilan ala kadarnya.
Namun ketika diajak menengok halaman belakang rumahnya di Jalan Musi 21 kota Blora
(Jawa Tengah), barulah mulai tumbuh rasa percaya bahwa wanita kelahiran 46 tahun
lalu sebagai peternak khusus burung perkutut katuranggan

Di halaman belakang rumahnya sampai dengan Senin (12/5) terdapat 56 kandang


burung perkutut berukuran 13 x 6 meter berisi 74 pasang. Sebagian besar burung
tersebut adalah perkutut katuranggan. "Artinya burung yang berpenampilan menarik,
sejak dari ules (warna bulu), mata, paruh, kaki, hingga kuku. Tentu saja suaranya, dan
yang saat ini paling digemari, dicari pembeli jenis udan mas. Yaitu berciri bulu krem
agak kekuningan, berbintik (batikan) warna hitam, mata merah, cucuk (paruh) dan
kakinya berwarna merah," tuturnya.

Setiap hari ia dan tiga pembantunya turun tangan memberi makan burung-burung
tersebut dengan menu utama ketan hitam, beras merah, dan makanan tambahan hasil
racikan sendiri.

Sedang pembuatan sarang burung diserahkan kepada Toni Hokianto, warga keturunan
yang cukup ahli membuat sarang burung tiruan. Meski hanya sarang tiruan, bahan baku
mengandalkan rumput-rumputan dan serat karung goni sehingga burung betah
mengerami telor hingga menetas.

Di sekeliling kandang dibuat selokan kecil yang selalu dipenuhi air. Kegunaannya, selain
menciptakan suhu di seputar kandang tetap lembab juga sarana kebersihan kandang
serta tidak mengganggu tetangga.

Dengan kondisi kandang seperti itu, tidak hanya nyaman bagi burung perkutut, tapi
keluarga Mbak Lilik juga betah berlama-lama di tempat itu. Apalagi tak hanya kandang
burung yang tampak rapi dan bersih. Namun, dapur, perabotan rumah tangga, dan
rumahnya juga tertata rapi dan bersih.

Meja, kursi, almari, rak buku, terbuat dari kayu jati, dengan corak dan motif lama
sehingga menampilkan kesan tersendiri bagi tamu yang berkunjung.

Dari kandang inilah, Mbak Lilik memperoleh penghasilan bersih rata-rata Rp 5 juta per
bulan. Setelah dikurangi untuk memberi upah pembantu, menggaji Pak Toni, membeli
pakan, dan pengeluaran yang lain.
Penghasilan yang lebih dari lumayan untuk ukuran Blora cukup memungkinkan karena
setiap bulan sekitar 60 burung perkutut usia 1,5 bulan dibeli konsumen dengan harga
Rp 150.000-Rp 10 juta per ekor.

Eloknya lagi, konsumen burung perkutut katuranggan hasil kawin silang maupun
keturunan langsung dari kalangan duta besar, mantan keluarga kerajaan/bangsawan
dan kalangan menengah ke atas. "Mereka yang datang ke sini (Blora), memilih sesuai
selera masing-masing," ujar Mbak Lilik.

USAHA ternak burung perkutut ini diawali dengan tidak sengaja dan agak berbau klenik
atau ilmu kejawen. Yaitu pada bulan Muharam 1992, Mbak Lilik dan keluarga pergi ke
kawasan hutan Katangga, Ngawi, Jawa Timur.

Pada saat tengah bermeditasi tengah malam, tiba-tiba melintas sepasang burung
perkutut di atas kepalanya lalu bertengger di pohon terdekat. Mbak Lilik lalu minta izin
pamannya untuk menangkap sepasang burung itu. Namun, dilarang dan bahkan
dimarahi karena siapa pun tidak boleh membawa sesuatu dari kawasan hutan ini.

Tetapi, ketika rombongan Mbak Lilik hendak meninggalkan hutan tersebut, esok harinya,
sepasang burung perkutut itu melintas lagi di atas kepala rombongan. Sekali lagi wanita
alumnus Akademi Sekretaris Indonesia Jakarta ini minta kepada pamannya menangkap
burung itu. Burung itu ditangkap dan dibawa pulang.

Sejak itulah, Mbak Lilik yang bersuamikan Djoko Widodo, karyawan Biro Kerjasama Luar
Negeri dan Penanaman Modal Departemen Kehutanan di Jakarta, mulai menyenangi dan
menyayangi burung perkutut.

Pedoman Penilaian Konkurs

Sistim penilaian atau penjurian konkurs/lomba perkutut diatus dalam AD/ART hasil
Konggres P3SI tahun 1994 di Jakarta. Pada dasarnya sistim ini tidak banyak berubah
dari pakem-pakem ( aturan dasar ) yang telah ada sebelumnya. Hanya ada sedikit
tambahan kriteria penilaian dari yang sebelumya yang dinilai hanya pada suara depan,
tengah dan ujung/belakang sekarang ditambah dasar suara dan irama.

Kelima dasar penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Angkatan ( suara depan ).


Perkutut yang mempunyai suara depan panjang ( klauu, kleoo, klaoo, weoo), mengalun
dan menjerit, termasuk kategori baik dan bernilai tinggi. ( Tarikan pendek seperti huur,
uuu dan hoo, tidak baik dan tidak masuk hitungan ).

2. Suara tengah.

Perkutut yang mempunyai suara tengah ke-tek yang jelas, bukan hanya ke atau tek
saja. Ada beberapa macam Ke-tek , misalnya ; ke-te-te, ke-pe-tek, ke-te-pek atau ke-te-
te-te-te. Suara tengah tidak harus panjang atau banyak, yang penting bunyi suaranya
jelas dan tegas serta tidak kabur. Suara tengah yang bagus adalah 2(dua) langkah yaitu
: ke-te atau ke-tek .

3. Suara ujung/belakang.

Suara ujung/belakang/akhiran kuuuuung yang baik adalah yang menggaung, berat,


panjang dan dengan nada menurun ( yang sekarang terkenal dengan istilahnya
ndlosooorrr ). Makin panjang kung-nya, semakin tinggi nilainya. Suara ujung kung ini
ada beberapa macam misalnya ; kuuuuuung, kooooooong atau koooooo.

4. Dasar suara.

Dasar atau latar suara harus lantang ( bisa keras, nyaring, tebal, bedah karang, dsb.),
jelas terdengar dan nadanya tidak naik turun.

5. Irama.

Irama atau lagu merupakan keserasian antara suara depan, tengah dan ujung. Suara
yang semakin serasi (luwes) dan pembagian ritmenya seimbang, semakin tinggi nilai
yang diberikan oleh Juri.

Suara tengah banyak yang disebut dobel, dobel plus, tripel atau bahkan tripel plus,
bukan jaminan bahwa suara perkutut itu baik. Semakin banyak suara tengahnya,
biasanya semakin lemah suara belakangnya, kung -nya tipis atau bahkan patah.

Burung yang jalan-4 atau suara tengahnya hanya jalan-2 disebut engkel, juga bisa
menjadi juara asalkan nggacor atau rajin bunyi stabil sampai sekitar 8 kali pantauan juri,
koordinator maupun dewan.

Memang suara engkel beberapa tahun terakhir ini kurang mendapat tempat dihati para
Kungmania, orang lebih suka mendengar suara yang jalan-5 (sari), dobel ketek atau
triple. Ada sementara pendapat dan menurut aturan P3SI, justru suara jalan-4 atau
empat ketukan misalnya : kleo ke-te kooooong merupakan kategori ideal.

Yang paling penting alunan iramanya teratur, kalem, tidak terburu-buru dan stabil, baik
tempo maupun vokalnya. Suara yang kalem didengarkan lebih dapat dinikmati dari pada
yang suaranya cepat ( rapet ) dan temponya pendek.

Cara penilaian Juri.

Penilaian juri pada masing-masing unsur tersebut dinyatakan dalam bentuk angka-
angka bulat yaitu : 7 (tujuh) = cukup, 8 (delapan) = baik dan 9 (sembilan) = istimewa
untuk menyataan perbandingan keindahan dari tiap-tiap unsur suara.. Penambahan nilai
0.5 pada nilai 8 dapat dibenarkan sejauh hal itu diperlukan dan telah diputuskan lewat
musyawarah.

Pemberian nilai 7, 8, 8.5 dan 9 tersebut merupakan hasil penilaian untuk tiap unsur
suara dan setiap unsur suara terdiri dari 3(tiga) kriteria sebagai berikut ini :

1. Suara depan : panjang, mengayun/membat dan bersih.

2. Suara tengah : jelas, bertekanan dan lengkap.

3. Suara ujung : bulat, panjang dan mengalun.

4. Irama : senggang/lelah, lenggang dan edi/indah.

5. Dasar/latar suara : tebal, kering dan bening/bersih.

Catatan : tiap-tiap kriteria pada tiap unsur mempunyai nilai max. = 3, sehingga tiap-tiap
unsur akan mempunyai nilai max. = 9, jumlah seluruhnya max. = 45.

Arti Bendera Koncer.


Perkutut baru akan diberikan nilai setelah memperoleh bendera segi-tiga, satu warna
berukuran kecil sebagai tanda bunyi. Apabila dalam perkembangannya, nilainya layak
ditingkatkan, maka juri memberinya bendera satu warna yang lebih besar yang disebut
Bendera Koncer.

Artinya suara setiap perkutut peserta lomba/konkurs, baru mendapatkan nilai setelah
memperoleh bendera tanda bunyi. Untuk membedakan burung yang bunyi di babak
pertama, kedua, ketiga dan keempat ( setiap babak selama 35-40 menit untuk piyik dan
45 menit untu perkutut dewasa dengan diselingi istirahat 15 menit antara babak ke-2
dan ke-3 ).

Warna bendera setiap babaknya biasanya sebagai berikut :

Babak-I : Putih.

Babak-II : Merah

Babak-III : Hijau

Babak-IV : Kuning

Bendera Koncer Satu Warna ( hijau ).

Setelah mendapat bendera tanda bunyi disetiap babaknya, juri terus memantau
perkembangan suara perkutut tersebut. Jika layak ditingkatkan, juri akan memberikan
bendera koncer satu warna (hijau) yang berukuran lebih besar dibandingkan bendera
tanda bunyi dan ini berarti perkutut tersebut sudah mendapatkan nilai = 42.

Bendera Koncer Dua Warna ( hijau + kuning diatasnya ).

Perkutut yang gacor ( bunyi terus menerus ) dan bunyinya semakin bagus, nilainya
harus ditambah, asalkan bunyinya minimal empat kali berturut-turut. Sehingga nilainya
dapat ditingkatkan lagi, bendera koncer satu warna dicabut dan diganti dengan bendera
koncer dua warna ( hijau dibagian bawah dan kuning diatasnya ) dan nilanya menjadi =
42.5.

Bendera Koncer Tiga Warna ( hijau + kuning + merah ).


Untuk merubah bendera dua warna menjadi tiga warna yang berarti nilainya = 43, tidak
boleh diputuskan oleh seorang juri penilai saja. Prosedur penilaiannya sebagai berikut :

1. Perkutut sudah berbunyi sekurang-kurangnya delapan kali berturut-turut dan semua


unsur suara yang masuk dalam kategori penilaian harus terpenuhi.

2. Juri penilai mengusulkan kepada koordinator juri untuk ikut memantau suaranya.

3. Koordinator membubuhkan paraf persetujuan dalam lembar penilaian.

Jika memang perkutut tersebut layak dinaikkan nilainya, maka bendera koncer dua
warna dicabut dan diganti dengan bendera koncer tiga warna ( hijau + kuning +
merah ).

Bendera Koncer Empat Warna ( hijau + kuning + merah + putih ).

Untuk merubah bendera tiga warna menjadi empat warna yang berarti nilainya = 43.5,
tidak boleh diputuskan oleh seorang juri penilai saja. Prosedur penilaiannya sebagai
berikut :

1. Perkutut sudah berbunyi sekurang-kurangnya delapan kali berturut-turut tanpa salah


dan ,e,enuhi syarat keindahan.

2. Juri penilai atau koordinator juri mengusulkan kepada koordiantor juri lainnya atau
langsung kepada ketua ( dewan ) juri.

3. Penilaian harus mendapat persetujuan dari dua orang koordinator juri atau seorang
koordinator juri dan ketua juri.

Jika memang perkutut tersebut layak dinaikkan nilainya, maka bendera koncer tiga
warna dicabut dan diganti dengan bendera koncer empat warna ( hijau + kuning +
merah + putih ) dengan gombyok kecil dibagian atasnya.

Bendera Koncer Lima Warna.


Bendera Koncer Lima Warna merupakan bendera empat warna ( hijau, kuning, merah
dan putih ) ditambah gombyok besar dibagian atasnya yang berarti nilainya = 44.

Perkutut dengan kualitas pas-pasan akan sulit memperoleh bendera lima warna dan
untuk mendapatkannya harus memenuhi syarat yaitu :

1. Gacor 10 kali berturut-turut tanpa salah.

2. Disetujui seorang juri dan dua orang koordinator.

Bendera Koncer Lima Warna Plus.

Bendera ini berupa bendera empat warna ditambah gombyok besar dua warna dibagian
atasnya, hanya bisa diraih oleh perkutut yang sudah lolos dengan meraih bendera lima
warna plus ( satu warna gombyok besar ), diberikan jiak jumlah nilainya telah mencapai
= 44.5.

Bendera ini biasanya hanya bisa diraih oleh beberapa perkutut saja, terutama di babak
ke-3 dan ke-4 jika memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Perkutut berbunyi 10 kali berturut-turut tanpa salah.

2. Diusulkan oleh koordinator juri dan ketua dewan juri menyertakan tanda-tangan
sebagai pengesahan/persetujuannya.

Bendera Koncer Lima Warna Ping Pong.

Bendera ini adalah yang paling istimewa dan tertinggi dari semua penilaian, berbentuk
bendera empat warna ditambah dua warna gombyok besar dan satu bola ping pong
dibagian atasnya, diberikan jika jumlah nilainya mencapai = 45.

Pemberian nilai 45 ini sangat jarang bahkan langka, sebab setiap unsur penilaian harus
mendapat nilai = 9 ( nilai maksimal ), paling sering total = 44.5 saja. Dan hanya
perkutut yang sudah mendapatkan nilai 44.5 yang bisa dinaikkan ke = 45, jika betul-
betul layak untuk itu dan harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Kualitas suara, irama dan mental perkutut haruslah istimewa.

2. Disetujui dan disahkan secara bulat oleh seluruh koordinator juri dan ketua dewan
juri yang ada.

Apabila dalam perhitungan terakhir terjadi nilai draw atau sama, misalnya sama-sama =
44, maka tugas para perumus yang berhak menentukan sang Juara. Berdasarkan
peraturan P3SI, pemenangnya adalah perkutut yang memiliki backing nilai tambah
dibandingkan lawannya. Misalnya perkutut A pernah mendapat nilai = 44.5 dibabak ke-
2, sedangkan dibabak lainnya kurang dari angka tersebut. Sedangkan perkutut B tidak
pernah satu babakpun mendapatkan nilai = 44.5, walapun jumlah nilainya sama-sama =
44, maka perkutut A yang berhak menjadi Juaranya.

Perkutut bakalan

Banyak orang memelihara perkutut, asal memelihara saja. bakalan yang dibeli tidak
pernah atau jarang dipilih secara cermat. penggemar yang masih baru umumnya kurang
tahu persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan calon penyanyi yang bermutu.
akibatnya, setelah burung dirawat baik-baik dalam waktu cukup lama, ia menjadi
kecewa. harapan semula akan mendapatkan burung bersuara merdu,ternyata suaranya
kecil, iramanya tidak bagus, anggungannya monoton, sehingga membosankan didengar.

Bagi penggemar yang memiliki cita rasa "seni suara perkutut" yang baik, pengalaman
serupa itu jelas tidak menyenangkan. merawat bakalan sampai menjadi perkutut yang
rajin manggung tidaklah mudah, karena membutuhkan perhatian, waktu, tenaga, dan
biaya yang tidak sedikit. lebih parah lagi kalau bakalan dulu dibeli dengan harga mahal
pula.

Harus Jantan:

Perkutut yang rajin berbunyi dan manggung dengan baik hanyalah yang jantan. di alam
bebas, anggungan burung jantan diperdengarkan untuk memikat calon pasangan
betinanya.

Jadi bakalan yang akan dipilih dan dipelihara sebagai burung penyanyi haruslah yang
jantan. perbedaan kelamin jantan-betina pada perkutut muda, bisa diketahui dengan
meraba supitnya (tulang yang terletak di bawah dubur dan di antara pangkal paha).
caranya,tubuh burung dipegang dengan tangan kiri, lalu diraba tulang supitnya dengan
telunjuk kanan atau ibu jari.kalau bagian supit itu terasa sempit dan keras, tak
diragukan lagi, pasti burung jantan, kalau terasa renggang dan empuk, pasti burung
betina. selain itu bentuk kepala burung jantan umumnya agak besar, lonjong
memanjang, dan betinanya kecil agak membulat.

Mendapatkan burung jantan saja belum cukup. untuk mendapatkan calon penyanyi
yang baik masih diperlukan sejumlah persyaratan, antara lain ciri-ciri berdasarkan
katuranggan dan ciri mathi. umumnya bakalan perkutut yang bisa diharapkan jadi
burung penyanyi, tanda-tandanya sebagai berikut:

Kepala. bentuk agak lonjong memanjang (oval melancip seperti buah pinang muda)
matanya bersinar ceriah, terang (warna biru muda atau coklat muda), titik hitam pada
bola mata besar, bening. paruh tebal, kuku, tidak terlalu panjang. lubang hidungnya
menonjol tinggi ke atas,lubang hidungnya yang lebar tertutup/terlindungi sayap hidung,
bersih

Leher. bentuk leher panjang, bagus, tegak lurus dengan posisi kepala yang terangkat
seperti dongaknya ular kobra. pangkal leher mengembang, yang merupakan kantong
suara.

Badan. dada bidang, punggung agak bungkuk, dan warna lorek-lorek pada bulu badan
lembut kulit ketika lemas, tidak tegang. bulu sayap panjang.bulu sayap yang pertama
besar-besar tiap sayap terdiri dari 21 sampai 25lembar bulu. perkutut yang sudah bunyi
sayapnya nglengsreh. bodi badan singset.

Kaki. sikap berdirinya sangat kokoh, mantap, dengan capit udang (tulang paha)kanan
kiri merapat. jari kaki panjang. sisik kaki kasar, tersusun rapih di bawahdan pada sisik
akhir ditutup dengan sebuah sisik besar. warna sisik agak kemerahan,kehitaman, pada
telapak kaki bertitik putih.

Ekor. bulu ekor panjang dan mengumpul, makin ke ujung makin mengecil.tombol ekor
alias brutu besar, tinggi meruncing dan mendongak ke depan.

Burung bakalan dengan tanda-tanda seperti di atas, besar harapannya menjadi burung
yang rajin manggung nantinya, kalau betul-betul dirawat dengan baik. Lebih bagus lagi
kalau bakalan yang akan dibeli itu adalah burung yang telah cukup lama dipelihara
orang, dan sudah berbunyi. karena yang paling tepat dalam memilih perkutut adalah
dengan mendengarkan bunyi suaranya.

Metode Penangkaran Silang

Suatu keharusan dalam tehnik ini adalah bahwa pasangan awal untuk memulai bukan
merupakan pasangan sedarah ( adik/kakak atau sekandang ).
Pasangan perkutut ini harus merupakan perkutut pilihan yang keduanya mempunyai
suara yang bagus, setidaknya masing-masing jantan dan betinanya mempunyai
kelebihan suara masing-masing. Disamping perlunya kita ketahui silsilah pasangan
tersebut untuk mengetahui dengan pasti bahwa pasangan tersebut memang merupakan
keturunan dari perkutut unggul dimana moyangnya pernah menjadi juara dalam
kelasnya. Dengan cara back cross ini kita ingin mempersatukan secara maksimal gen-
gen dari tetua yang bagus tersebut menjadi satu keturunan yang bagus dan merata.

Penciptaan galur ini memakan waktu cukup lama ( beberapa tahun ), karena
memerlukan penyilangan antara beberapa generasi, menunggu generasi yang dilahirkan
dari persilangan tersebut menjadi dewasa kelamin untuk dapat disilangkan kembali.
Sehingga usaha ini sangat dibutuhkan ketekunan, ketelitian dan kesabaran ( Lihat
penjelasan dibawah berikut ini ).

Tahun Ke-1 :

Bapak/Jantan (A) x Ibu/Betina (B)

Menghasilkan anakan (F1) = Jantan : C dan D, Betina : E, F dan G

Tahun Ke-2 :

Dilakukan perkawinan Silang :

Bapak/Jantan (A) x Anak/Betina (E), (F) atau (G)

Menghasilkan anak (F2) = AE, AF dan AG ( Jantan atau Betina )

Ibu/Betina (B) x Anak/Jantan (C) atau (D)

Menghasilkan anak (F2) = CB dan DB ( Jantan atau Betina )

Tahun Ke-3 :

Dilakukan perkawinan Silang antara anak-anak (F2) :

- AE x CB -> AECB

- AE x DB -> AEDB, dst. sebagai F3.

- CB x AE -> CBAE
- CB x AF -> CBAF

- CB x AG -> CBAG, dst. sebagai F3.

Tahun Ke-4 :

Dilakukan perkawinan Silang antara anak-anak (F3) :

- AEDB x CBAG -> ABCDEG, dst. sebagai F4.

Pada tahun ke-4 diharapkan sifat-sifat Bapak dan Ibunya sudah ada pada anak-anak
(F4) tersebut yang menjadi Galur atau Strain BF kita.

Perkutut Katuranggan

Berbicara mengenai Perkutut Katuranggan biasanya dikaitkan dengan Perkutut Lokal


yang diyakini mempunyai kekuatan gaib atau supranatural/yoni menurut kepercayaan
orang-orang tua kita sejak beratus-ratus tahun terutama pada masyarakat tradisi Jawa
dan bukan Perkutut Silang atau sering dikenal Perkutut Bangkok yang banyak kita lihat
dan pelihara saat ini yang diyakini sudah tidak lagi memiliki kekuatan gaib sesuai
dengan alam pikiran masyarakat modern. Sehingga Perkutut Katuranggan sering disebut
burung alam gaib yang bisa memberikan rezeki, kebahagiaan dan ketenteraman rumah
tangga, pangkat dan jabatan, dll.

Kebiasaan menikmati bunyi suaranya anggungan perkutut yang indah ini dimulai sejak
zaman Majapahit dan memang burung yang satu ini pada waktu itu biasanya hanya
dipelihara oleh kalangan ningrat kerajaan yang semakin dikembangkan pada saat
keraton Ngayogjakarta Hadiningrat dibawah Sri Sultan Hamnegku Buwono VII pada
tahun 1877-1921.

Perkutut juga diyakini sebagai bilangan ke-lima dari kelengkapan seorang Priya sejati
yang sempurna dalam tradisi Jawa yang berlatar kebudayaan keraton yaitu ; Wisma
(rumah), Garwa (Istri), Curiga (Keris), Turangga (Kuda) dan Kukila (Perkutut). Perkutut
merupakan alat pencipta kepuasan atau kenikmatan pribadi. Suara anggungannya dan
keindahan fisiknya dapat memberikan suasana tenang, teduh, santai bahagia dan
seolah-olah manusia dapat berhubungan dengan alam semesta secara langsung.

Sebagaimana yang telah dikemukakan pada awal tulisan ini, perkutut memiliki
keistimewaan luar biasa karena dianggap memiliki kekuatan gaib yang dapat
mempengaruhi pemiliknya berdasarkan " Katuranggan " yang dipercaya memiliki titisan
darah gaib, juga berdasarkan " Ciri mathi " adalah ramalan dalam hubungan bentuk
atau sifat tertentu seekor perkutut, sehingga dipercaya memiliki pengaruh baik
(membawa keberuntungan/rezeki, ketenteraman rumah tangga, pangkat, dlsb.) atau
buruk (membawa sial atau mala petaka) bagi pemilik atau si pemelihara tersebut.

Untuk mengetahui baik tidaknya seekor perkutut, dapat ditilik berdasarkan katuranggan
dan ciri mathi berupa ciri fisik seperti bentuk tubuh, bulu, paruh, kaki dan juga sifat,
perilaku serta pada saat berbunyi/manggung yang dapat dijelaskan sebagai
berikut/seperti dibawah ini.

Perkutut Katuranggan atau Primbon antara lain :

Perkutut Songgo Ratu : perkutut ini dipercaya sebagai titisan seorang putra Raja Bali di
zaman Majapahit yang dikejar-kejar musuhnya dan melarikan diri sampai ke Desa Tutul
di Blambangan, Banyuwangi dan mati terbunuh, kemudian berubah menjadi Perkutut
yang diberi nama Perkutut Songgo Ratu.. Perkutut ini berciri khas di kepalanya ada
jambul semacam mahkota berwarna putih. Sifatnya juga seperti ningrat yang tidak suka
berkeliaran, hidupnya hanya di tempat yang sepi seperti didalam goa atau di pekuburan.
Perkutut ini kuat menahan lapar dan haus sampai beberapa hari, tidurnya selalu
ditempat yang paling tinggi dibanding perkutut lainnya. Mempunyai wibawa yang sangat
besar, shingga perkutut yang berada didekatnya tidak akan berani bersuara/bunyi. Ciri-
ciri fisiknya yang lain adalah, kaki dan paruhnya berwarna hitam. Bulunya agak kehitam-
hitaman. Perkutut yang mempunyai yoni yang besar, biasanya jarang berbunyi dan
suaranya relatif juga kecil, demikian pula perkutut yang satu ini. Perkutut ini bisa untuk
menolak santet/ilmu hitam, melancarkan rezeki dan mempunyai kewibawaan yang tinggi
bagi pemiliknya.

Perkutut Lurah : dilihat dari corak warna perkutut, sepintas dapat dilihat persamaan
tersamar dengan ular, dimana keduanya mempunyai lurik yang hampir sama. Perkutut
mempunyai bulu dada yang warnanya lebih terang, bahkan keputih-putihan, begitu juga
dengan ular. Perkutut Lurah ini tinggal dihutan makannya disuapi atau dibawakan
makanan oleh perkutut yang lain yang menjadi anak buahnya. Biasanya perkutut ini
dipelihara oleh atasan atau pemimpin yang mempunyai kedudukan, karena perkutut ini
mempunyai yoni kewibawaan yang luar biasa dan mendatangkan rezeki yang berlimpah.
Perkutut Putih : perkutut ini merupakan primadona yang banyak dikejar-kejar orang,
sebab selain sangat langka, perkutut putih ini diyakini bisa mendatangkan kekayaan
bagi si pemilik atau si pemeliharanya. Warna bulunya seluruhnya putih, matanya merah,
paruh kelabu kemerahan, kaki merah bergaris-garis hitam dan kuku berwarna putih.
Perkutut ini biasanya dahulu hanya dimiliki oleh para Raja atau pemimpin. Perkutut ini
juga diyakini dari hasil perkawinan In breed yaitu antar saudara sekandung yang
berlangsung beberapa generasi sekitar 5 sampai 10 tahun lamanya. Jadi perkutut putih
belum tentu anak-anaknya adalah putih, tetapi perkutut biasa yang membawa darah
putih pada suatu ketika akan mempunyai keturunan berbulu putih. Konon karena
langkanya biasanya sebelum dimiliki seseorang, perkutut putih datang lewat mimpi
dengan rupa orang yang sudah tua, berambut serta berjenggot putih.
Perkutut Hitam atau Kol Buntet : seluruh bulunya hitam legam yang dianggap rajanya
perkutut, kalau dipelihara akan memberikan keberuntungan.
Disamping itu masih ada beberapa jenis perkutut Katuranggan antara lain ; Perkutut
berekor 15 lembar ( Pendawa Mijil ), Perkutut berwarna tepung tumpeng atau disebut
juga Perkutut Daring Kebak/Tembus, Perkutut Udan Emas, Perkutut bermata merah dan
kuning ( Mercu Jiwa ), Perkutut Rondo Semoyo, dll. yang kesemuanya mempunyai yoni
sendiri-sendiri antara lain untuk nolak santet dan ketenteraman keluarga ( Tepung
Tumpeng ), untuk kewibawaan ( Pendawa Mijil dan Mercu Jiwa yang kewibawaannya
besar ), kelancaran berdagang ( Rondo Semoyo ). Jadi dapat dibayangkan jika kita
mempunyai seekor perkutut berwarna Tepung Tumpeng, matanya merah atau kuning
dan ekornya berjumlah 15 lembar, maka jelas dan pasti perkutut ini adalah perkutut
bagus dan langka serta mahal harganya.

Berbicara mengenai Perkutut Katuranggan biasanya dikaitkan dengan Perkutut Lokal


yang diyakini mempunyai kekuatan gaib atau supranatural/yoni menurut kepercayaan
orang-orang tua kita sejak beratus-ratus tahun terutama pada masyarakat tradisi Jawa
dan bukan Perkutut Silang atau sering dikenal Perkutut Bangkok yang banyak kita lihat
dan pelihara saat ini yang diyakini sudah tidak lagi memiliki kekuatan gaib sesuai
dengan alam pikiran masyarakat modern. Sehingga Perkutut Katuranggan sering disebut
burung alam gaib yang bisa memberikan rezeki, kebahagiaan dan ketenteraman rumah
tangga, pangkat dan jabatan, dll.

Kebiasaan menikmati bunyi suaranya anggungan perkutut yang indah ini dimulai sejak
zaman Majapahit dan memang burung yang satu ini pada waktu itu biasanya hanya
dipelihara oleh kalangan ningrat kerajaan yang semakin dikembangkan pada saat
keraton Ngayogjakarta Hadiningrat dibawah Sri Sultan Hamnegku Buwono VII pada
tahun 1877-1921.

Perkutut juga diyakini sebagai bilangan ke-lima dari kelengkapan seorang Priya sejati
yang sempurna dalam tradisi Jawa yang berlatar kebudayaan keraton yaitu ; Wisma
(rumah), Garwa (Istri), Curiga (Keris), Turangga (Kuda) dan Kukila (Perkutut). Perkutut
merupakan alat pencipta kepuasan atau kenikmatan pribadi. Suara anggungannya dan
keindahan fisiknya dapat memberikan suasana tenang, teduh, santai bahagia dan
seolah-olah manusia dapat berhubungan dengan alam semesta secara langsung.

Sebagaimana yang telah dikemukakan pada awal tulisan ini, perkutut memiliki
keistimewaan luar biasa karena dianggap memiliki kekuatan gaib yang dapat
mempengaruhi pemiliknya berdasarkan " Katuranggan " yang dipercaya memiliki titisan
darah gaib, juga berdasarkan " Ciri mathi " adalah ramalan dalam hubungan bentuk
atau sifat tertentu seekor perkutut, sehingga dipercaya memiliki pengaruh baik
(membawa keberuntungan/rezeki, ketenteraman rumah tangga, pangkat, dlsb.) atau
buruk (membawa sial atau mala petaka) bagi pemilik atau si pemelihara tersebut.

Untuk mengetahui baik tidaknya seekor perkutut, dapat ditilik berdasarkan katuranggan
dan ciri mathi berupa ciri fisik seperti bentuk tubuh, bulu, paruh, kaki dan juga sifat,
perilaku serta pada saat berbunyi/manggung yang dapat dijelaskan sebagai
berikut/seperti dibawah ini.

Perkutut Katuranggan atau Primbon antara lain :

Perkutut Songgo Ratu : perkutut ini dipercaya sebagai titisan seorang putra Raja Bali di
zaman Majapahit yang dikejar-kejar musuhnya dan melarikan diri sampai ke Desa Tutul
di Blambangan, Banyuwangi dan mati terbunuh, kemudian berubah menjadi Perkutut
yang diberi nama Perkutut Songgo Ratu.. Perkutut ini berciri khas di kepalanya ada
jambul semacam mahkota berwarna putih. Sifatnya juga seperti ningrat yang tidak suka
berkeliaran, hidupnya hanya di tempat yang sepi seperti didalam goa atau di pekuburan.
Perkutut ini kuat menahan lapar dan haus sampai beberapa hari, tidurnya selalu
ditempat yang paling tinggi dibanding perkutut lainnya. Mempunyai wibawa yang sangat
besar, shingga perkutut yang berada didekatnya tidak akan berani bersuara/bunyi. Ciri-
ciri fisiknya yang lain adalah, kaki dan paruhnya berwarna hitam. Bulunya agak kehitam-
hitaman. Perkutut yang mempunyai yoni yang besar, biasanya jarang berbunyi dan
suaranya relatif juga kecil, demikian pula perkutut yang satu ini. Perkutut ini bisa untuk
menolak santet/ilmu hitam, melancarkan rezeki dan mempunyai kewibawaan yang tinggi
bagi pemiliknya.

Perkutut Lurah : dilihat dari corak warna perkutut, sepintas dapat dilihat persamaan
tersamar dengan ular, dimana keduanya mempunyai lurik yang hampir sama. Perkutut
mempunyai bulu dada yang warnanya lebih terang, bahkan keputih-putihan, begitu juga
dengan ular. Perkutut Lurah ini tinggal dihutan makannya disuapi atau dibawakan
makanan oleh perkutut yang lain yang menjadi anak buahnya. Biasanya perkutut ini
dipelihara oleh atasan atau pemimpin yang mempunyai kedudukan, karena perkutut ini
mempunyai yoni kewibawaan yang luar biasa dan mendatangkan rezeki yang berlimpah.
Perkutut Putih : perkutut ini merupakan primadona yang banyak dikejar-kejar orang,
sebab selain sangat langka, perkutut putih ini diyakini bisa mendatangkan kekayaan
bagi si pemilik atau si pemeliharanya. Warna bulunya seluruhnya putih, matanya merah,
paruh kelabu kemerahan, kaki merah bergaris-garis hitam dan kuku berwarna putih.
Perkutut ini biasanya dahulu hanya dimiliki oleh para Raja atau pemimpin. Perkutut ini
juga diyakini dari hasil perkawinan In breed yaitu antar saudara sekandung yang
berlangsung beberapa generasi sekitar 5 sampai 10 tahun lamanya.
Jadi perkutut putih belum tentu anak-anaknya adalah putih, tetapi perkutut biasa yang
membawa darah putih pada suatu ketika akan mempunyai keturunan berbulu putih.
Konon karena langkanya biasanya sebelum dimiliki seseorang, perkutut putih datang
lewat mimpi dengan rupa orang yang sudah tua, berambut serta berjenggot putih.
Perkutut Hitam atau Kol Buntet : seluruh bulunya hitam legam yang dianggap rajanya
perkutut, kalau dipelihara akan memberikan keberuntungan.
Disamping itu masih ada beberapa jenis perkutut Katuranggan antara lain ; Perkutut
berekor 15 lembar ( Pendawa Mijil ), Perkutut berwarna tepung tumpeng atau disebut
juga Perkutut Daring Kebak/Tembus, Perkutut Udan Emas, Perkutut bermata merah dan
kuning ( Mercu Jiwa ), Perkutut Rondo Semoyo, dll. yang kesemuanya mempunyai yoni
sendiri-sendiri antara lain untuk nolak santet dan ketenteraman keluarga ( Tepung
Tumpeng ), untuk kewibawaan ( Pendawa Mijil dan Mercu Jiwa yang kewibawaannya
besar ), kelancaran berdagang ( Rondo Semoyo ). Jadi dapat dibayangkan jika kita
mempunyai seekor perkutut berwarna Tepung Tumpeng, matanya merah atau kuning
dan ekornya berjumlah 15 lembar, maka jelas dan pasti perkutut ini adalah perkutut
bagus dan langka serta mahal harganya.

You might also like