You are on page 1of 6

UTS ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

Studi Kasus

Sebagaimana hasil Rapat Kerja Nasional BKKBN (25/1/2023), prevalensi stunting di


Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di tahun 2022. Presiden Joko
Widodo menyampaikan prevalensi stunting pada 2024 harus berada pada angka 14%. Dengan
mengejar angka prevalensi 14% pada tahun 2024, artinya diperlukan penurunan sebesar 3,8%
selama 2 tahun berturut-turut. Tentu tidak mudah untuk mencapai target ini, mengingat
strategi penurunan stunting belum terlihat dampaknya secara jangka pendek. Diperlukan
upaya secara berkelanjutan dan konsisten untuk menghasilkan penurunan prevalensi stunting.
Upaya ini juga perlu mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang
Percepatan Penurunan Stunting

Berdasarkan isu stunting di atas, Anda diminta melakukan Desain Riset dan Analisa
Kebijakan berdasarkan permasalahan tersebut.

Desain Riset dan Analisa Kebijakan

Analisis kebijakan adalah kegiatan mengintegrasikan berbagai informasi, termasuk


temuan penelitian, untuk menghasilkan rekomendasi mengenai desain kebijakan publik.
Kebijakan publik, di sisi lain, merujuk pada keputusan atau tindakan pemerintah yang
memengaruhi atau mengarahkan perilaku individu dalam masyarakat. Dalam penelitian
kebijakan yang telah dilakukan, data yang dikaji diambil dari hasil Rapat Kerja Nasional
BKKBN (25/1/2023) dan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan
Penurunan Stunting. Faktor-faktor penyebab stunting diidentifikasi melalui analisis situasi
dan studi literatur, yang dimana jenis penelitian yang dilakukan adalah berdasarkan metode
kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan observasi dari responden
para ahli kesehatan dan perwakilan dari organisasi masyarakat yang terlibat dalam
penanganan stunting.

Riset kebijakan yang dilaksanakan meliputi:

1. Persiapan penelitian kebijakan (pengumpulan informasi)


Langkah-langkah yang perlu dilakuukan dalam mempersiapkan penelitian kebijakan
atau pengumpulan informasi adalah dengan mengumpulkan data yang tersedia terkait
prevalensi stunting di negara Indonesia, terutama dengan yang sudah ada pada tahun-
tahun sebelumnya, serta mempelajari kondisi stunting yang sedang terjadi (BKKBN,
2023). Mengkaji serta mempelajari Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang
Percepatan Penurunan Stunting juga akan memberikan dampak yang banyak sebab hal
tersebut dilakukan untuk mendapatkan pemahaman akan arah kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah terkait dengan penurunan stunting.

Yang kemudian akan dilanjutkan dengan melaksanakan analisis situasi dengan


mengidentifikasi faktor apa saja yang menjadi penyebab stunting, baik berasal dari faktor
biologis, sosial, maupun ekonomi. Penelaahan kebijakan yang telah dikeluarkan dan
diterapkan sebelumnya juga merupakan langkah yang penting guna mengetahui kebijakan
yang telah dikeluarkan sebelumnya oleh pemerintah atau organisasi terkait dalam
penurunan stunting, baik yang berhasil maupun yang tidak berhasil (UNICEF, 2021).

2. Konseptualisasi (Pengembangan model alternatif)

Konseptualisasi atau pengembangan model alternatif dalam kebijakan penurunan


stunting dapat mencakup strategi atau pendekatan yang berbeda untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Misalnya, pengembangan program intervensi gizi yang lebih tepat
sasaran, pendekatan kesehatan holistik yang melibatkan faktor-faktor sosial dan ekonomi,
serta peningkatan akses dan ketersediaan sumber daya gizi. Hal ini dapat dilakukan
melalui kajian literatur dan data empiris yang berkaitan dengan penyebab dan dampak
stunting, serta berkoordinasi dengan stakeholder dan institusi terkait untuk
mengembangkan solusi yang tepat dan efektif.

Hal tersebut dapat diwujudkan dalam tahap melakukan tahap identifikasi terhadap
permasalahan utama yang harus diselesaikan dalam penurunan prevalensi stunting, yang
dimana hal tersebut dapat dilakukan melalui analisis kondisi yang telah dilaksanakan
sebelumnya (BKKBN, 2023), serta mengembangkan model konseptual yang jelas dan
terstruktur mengenai strategi penurunan stunting yang akan dilakukan. Model ini harus
memperhitungkan faktor-faktor yang berpengaruh pada prevalensi stunting, dan strategi
penurunan yang dilakukan harus dirancang untuk mengatasi faktor-faktor tersebut
(Sekretariat Kabinet RI, 2021), dan membuat hipotesis awal mengenai hasil dari strategi
penurunan stunting yang akan dilakukan.

3. Desain Metode Riset (Tipe penelitian, metode)

Kebijakan yang diumumkan Presiden Joko Widodo untuk menurunkan prevalensi


stunting di Indonesia pada tahun 2024 mencakup tujuan spesifik yang memerlukan
metode riset yang tepat. Dalam hal ini, desain metode riset yang tepat perlu dipilih untuk
mencapai target tersebut. Salah satu sumber referensi yang relevan adalah buku
"Research Methods in Education" oleh Cohen, Manion, dan Morrison (2018), yang
menjelaskan tipe-tipe penelitian seperti kuantitatif, kualitatif, dan mixed methods. Desain
metode riset harus dipilih berdasarkan sifat masalah yang diteliti serta data dan informasi
yang diperlukan.

Setelah itu, penting untuk memilih teknik pengambilan sampel yang tepat agar data
yang diperoleh dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Selain itu, pemilihan teknik
pengumpulan data yang tepat seperti wawancara, kuesioner, observasi, atau studi literatur
juga sangat krusial. Akhirnya, peneliti perlu memilih alat analisis yang sesuai agar dapat
menganalisis data secara efektif dan memperoleh hasil yang akurat. Semua hal tersebut
harus dipertimbangkan dengan hati-hati dalam merancang penelitian dan memastikan
bahwa metode yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian. (Miles & Huberman,
1994. Hal ini akan membantu dalam mengevaluasi dampak dari strategi penurunan
stunting yang diimplementasikan, sehingga dapat mempercepat pencapaian target
prevalensi stunting pada tahun 2024.

4. Analisis Rekomendasi (Analisis parameter implementasi, potensi konsekuensi


rekomendasi, estimasi probabilitas implementasi, persiapan rekomendasi final)

Analisis rekomendasi untuk menurunkan prevalensi stunting di Indonesia menjadi


14% pada tahun 2024 melibatkan beberapa parameter implementasi yang perlu
diperhatikan. Pertama, diperlukan pemantauan yang ketat terhadap program-program
penurunan stunting untuk memastikan pencapaian target. Kedua, diperlukan pendekatan
yang holistik dengan melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah, masyarakat, LSM,
dan dunia usaha. Ketiga, perlu ditingkatkan kualitas gizi dan akses terhadap gizi yang
seimbang dengan meningkatkan akses terhadap pangan yang berkualitas, sanitasi yang
baik, dan pelayanan kesehatan yang terjangkau.
Terdapat potensi konsekuensi positif dalam penurunan prevalensi stunting, yaitu
peningkatan kualitas hidup dan produktivitas masyarakat, serta penurunan beban penyakit
dan biaya kesehatan. Namun, ada juga potensi konsekuensi negatif seperti perluasan
kesenjangan sosial dan ekonomi antara daerah yang berhasil menurunkan prevalensi
stunting dengan daerah yang tidak berhasil, serta potensi kegagalan program jika tidak
dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan.

Estimasi probabilitas implementasi kebijakan ini tergantung pada dukungan dan


komitmen pemerintah serta masyarakat dalam melaksanakan program penurunan
stunting. Keseriusan dan konsistensi implementasi akan menentukan keberhasilan dalam
mencapai target prevalensi 14% pada tahun 2024. Untuk mempersiapkan rekomendasi
final, perlu dilakukan evaluasi secara berkala terhadap program-program penurunan
stunting dan penyesuaian kebijakan yang tepat agar program dapat berjalan dengan
efektif dan efisien. Selain itu, perlu pula dilakukan edukasi dan sosialisasi kepada
masyarakat mengenai pentingnya nutrisi yang seimbang dan pola hidup sehat untuk
mencegah stunting.
REFERENSI

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2022). Perkembangan Angka


Stunting Anak di Indonesia.
https://www.bkkbn.go.id/wp-content/uploads/2022/02/Perkembangan-Angka-
Stunting-Anak-di-Indonesia.pdf

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun


2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
https://www.kemkes.go.id/resources/download/peraturan/Perpres-No.-72-Tahun-
2021-ttg-Percepatan-Penurunan-Stunting.pdf

Badan Pusat Statistik. (2022). Prevalensi Stunting Anak Menurut Provinsi 2017-2022.
Retrieved from https://www.bps.go.id/indicator/26/1590/1/prevalensi-stunting-anak-
menurut-provinsi.html

Creswell, J. W. (2014). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods


approaches. Los Angeles

Jati, I. W. P. (2021). Analisis Kebijakan Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia. Jurnal


Ilmiah Administrasi Publik, 9(2), 85-95.

Kementerian Kesehatan RI. (2021). Pedoman Penerapan Intervensi Strategis Penurunan


Stunting pada Anak Balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2021). Situasi Stunting di Indonesia. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI.

Nurwanti, E. (2020). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Anak
Balita di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 16(2), 252-260.

You might also like