You are on page 1of 8
Cemburu orang-orang menawar khusyuk mata uangnya cinta ada pula yang menukarnya dengan rindu sedang musafir itu sudah menebusnya dengan rasa mala bikin kasak-kusuk orang sekora siapa gerangan menggadaikan jiwa pada Tuhan yang makin hari makin tidak laku? kisah musafir itu jadi viral: dinding-dinding halte dingin baru-batu nisan dan mimbar-mimbar kajian turucmerekam kisah itu tak sedilkit yang mereka-reka menambahkan cerita dengan cara yang kreatif dan incuitif musafir itu mensyukurinya ingin juga menyukainya tapi situasi begitu justru bikin makin malu ia jadi pandai sembunyi menyamar bila perlu Dilarang keras membagikan, memnfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. Kala Kabut I hari itu Hari Raya Para Pezina bagianku menenggak cairan dari boto-botel kemaluan yang liar dan bau anyir Tuan, Kau-kah ita di balik cangcut merah jambu? ke situkah aku harus menuju? maka diizinkanlah aku sekali lagi menghirup candu yang semu kesenangan purba mudah lupa Ialu beralang tanpa kesopanan padabal aku cukup thu tapi aku selesaikan juga itu dosa hari itu sekali lagi aku menati di atas derita jiwaku sambil masih mencari dusta mana lagi yang bisa aku nikmati? Jakarta, Desember 2021 Dilarang keras membagikan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini ‘tanpa izin tertulis dari Penerbit. Izin Bertanya di hadapanmu, tak sanggup kubawa lagu dan puisika perbekalanku murahan bikin mala sepanjang perjalanan tadi segala bahasa rontok nyanyianku jauh dari merdu seringnya lirih, sedang dada bagai gudang mesiu meledak disulut api rindu duhai Yang Tak Bisa Sembunyikan Cinta, ini aku yang masih palsu sibuk memikul diri cemas menanti lambaimu dubai, Yang Jejaknya Ditandu Wakeu ini aku yang merengck ingin ikut tapi malu ingin mati masih ragu izin bertanya: bukankah aku masih seperti yang melata-melata itu? bergantung dan melekat dipilih rakyat tapi khianar diharumkan nama namun laknat bersorban wangi sayang bejat bukankah aku masih seperti itu? dirasa manis dicium bikin rindu didengar bagai dicumbu tapi saat bersenditi najisku malah numpuk di situ! bukankah aku memang begitu? hidup berlimpah rezeki tapi malas mencuci diri sedang kau kau, Tuan belum mau bethenti berharap padaku kecuali kalau aku memang diciptakan sebagai makhluk lebay! Bandung, 2021 Dilarang keras membagikan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini ‘tanpa izin tertulis dari Penerbit. Kamar Mayat -WPL, 2018 malam kami didiamkan sendiri tapi bukan sepi, Sayang Karena suasana jadi riuh oleh pantulan-pantulan cahaya dari setiap dada yang nelangsa dan dari belantara ubun-ubun kami yang menganga, sungguh itu drama biasa asyik, khusyuk, meski kadang tercium juga bau busuk! di langit-langie kamar mayat itu adakalanya kami bertemu “Anda sedang ke mana?” tanyaku gugup gempita “masih ke danau,” jawab beliau yang kemudian tak terjangkau aku senditi terlempar ke ceruk kering dan dari tempatku terjuntai, sahabat seperjalananku asyik terurai sedang stadah satu jam aku masih saja jadi bangkai Sindanglaya, November 2021 Dilarang keras membagikan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini ‘tanpa izin tertulis dari Penerbit. Gempopolitan hujan di luar sudah berhenti hujan di dalam sedang mulai di Banten barusan gempa aku di Bandung ikut porak-poranda menemukan mayat bersujud ke arah kiblat sebatang handphone dengan layarnya terbuka di sampingnya dalam layar, seorang lelaki berliur Alkitab menyebut nama-nama siapa yang akan mati bersamanya aku bersimpuh dadaku hujan badai menyapu semua keinginan “bawa aku, Guru! bawa aku!” tak tahan menanggung ajakan aku tersungkur jadi mayat bersujud ke arah kiblat di sampingku handphone yang layarnya terbuka berisi seorang lelaki berjubah keberserahdirian menyebutkan satu nama penyebab kecanggungan ini: “Allah! Allah! Allah!” Sindanglaya, 14 Januari 2022 Dilarang keras membagikan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini ‘tanpa izin tertulis dari Penerbit. Pesta Kebun pesta baru saja dimulai tidak ada hadirin yang kurus semua gemuk dan Icha-leha ada yang baru datang ada juga yang tinggal di situ mereka duduk sembarang di cumpukan beras di bandul-bandul imbangan di silau karat toko emas di laci, di saku, di lambung di jantung hati gemerlap dagangan mereka juga makan sembarang sayur dengki, semur prasangka, oseng pura-pura, seduhan seni menawar, dan makanan penutup: gerutu topping kisah hidup yang dikeluhkan hadirin sukacita tanpa perlu berkeliling kelezatan itu menghampiti terhidang sendiri kenyang otomatis jika kau dalam pesta itu, Kawan jangan coba kembali tanpa mohon perlindungan dan belas kasihan sebab yang terbaik dan yang terburuk ngumpul di sicu! Sindanglaya, Januari 2022 Dilarang keras membagikan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini ‘tanpa izin tertulis dari Penerbit. Azan Hari Ini suiara azan mungkin tidak sekuat itu bukan syiar jadinya suara azan penting tidak bikin orang Budha, Kristen, dan Hindu terganggu bukan syiar namanya suara azan seharusnya sehening meja makan yang ditinggalkan atau sesenyap pasar yang berhenti berjual-beli atau sesunyi lantai disko yang jadi pemakaman! suara azan, agaknya kalibrasi 432 Hertz dengan sara bersahabat jadi kita tidak jahat pada orang-orang yang tidak shalae suara azan sebaiknya dari dalam saja Sindanglaya, 10 Januari 2022 Dilarang keras membagikan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini ‘tanpa izin tertulis dari Penerbit.

You might also like