You are on page 1of 6

Nama : Nadya Iklesia Margaretha

NIM : 225040107111199

Kelas : Agribisnis C

Materi Air Tanah

AIR TANAH

Daftar Kunci :

 Definisi Kapilaritas dan Air tanah


 Sumber Kapilaritas dan Air Tanah
 Konsep Energi Air Tanah
 Kadar Air dan Potensial Air
 Mengukur Kadar Potensial Air
 Macam-macam Aliran Air di DalamTanah
 Retensi Air di Lapangan
 Klasifikasi Air Tanah
 Ketersediaan Air Bagi Tanaman
 Kondisi Kadar Air Tanah

Pembahasan :

1. Definisi Kapilaritas dan Air Tanah


Kapilaritas adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap dan menahan cairan
di dalamnya melalui daya tarik anatara molekul zat tersebut. Kapilaritas tanah adalah
kemampuan tanah untuk menarik dan menahan air pada pori-pori kecilnya, karena adanya
gaya tarik antara molekul air dan permukaan tanah. Menurut Brady dan Weil (1999),
kapilaritas tanah adalah kemampuan tanah untuk menahan air melawan gravitasi karena
adanya gaya tarik antara molekul air dan permukaan tanah.
Menurut Sastroamidjojo dan Suryono (1992), kapilaritas tanah adalah
kemampuan tanah untuk menahan air pada pori-pori kecilnya karena adanya gaya tarik
antara molekul air dan dinding-dinding pori tanah. Menurut Setyawan dan Santoso
(2010), kapilaritas tanah adalah kemampuan tanah untuk menarik dan menahan air dalam
pori-pori karena adanya gaya tarik antara molekul air dan permukaan tanah yang
dipengaruhi oleh ukuran pori dan sifat permukaan tanah .
Air tanah adalah air yang terdapat didalam pori-pori tanah yang jenuh dengan air
dan dapat diambil oleh tanaman. Air tanah adalah air yang terdapat dalam pori-pori atau
celah-celah tana atau batuan yang jenuh dengan air dan dapat diperoleh dengan sumur
atau sumber air tanah lainnya (Depdiknas, 2003). Air tanah adalah air yang terdapat
dalam ruang pori antar butir-butir tanah yang terus menerus bergerak dalam rangkaian
siklus hidrologi (Suharjo, 2002).
Air tanah adalah air yang berada dalam tanah, mulai dari permukaan tanah hingga
batas air tanah dan batuan penyangga air tanag (Purnomo, 2006). Air tanah adalah air
yang terdapat di dalam tanah yang tersedia untuk dimanfaatkan oleh tumbuhan dan
hewan, atau untuk kepentingan manusia. (Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, 2017).

2. Sumber Kapilaritas dan Air Tanah


Sumber kapilaritas dan air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan
tanah dan kemudian meresap ke dalam tanah. Air hujan yang tidak menguap atau tidak
diserap oleh tanaman atau tidak mengalir ke permukaan sungai akan meresap ke dalam
tanah dan membentuklapisan air tanah atau air tanah. Kapilaritas tanah terbentuk karena
adanya gaya tarik antara molekul air dengan permukaan tanah, sehingga air dapat
menempel pada permukaan tanah dan menyebar ke pori-pori tanah. Ukuran pori-pori
tanah yang kecil menyebabkan air dapat dihisap ke atas melawan gaya gravitasi, sehingga
dapat diambil oleh akar tanaman dan digunakan untuk keperluan hidup tanaman.
Sumber air tanah dapat berasal dari air hujan, air sungai atau danau yang meresap
ke dalam tanah melalu proses infiltrasi. Selain itu, air tanah juga dapat berasal dari air
tanah yang sudah ada di dalam tanah dan terus bertambah melalui proses akumulasi
penyimpanan di dalam tanah. Faktor-faktor yang memperngaruhi kapilaritas dan
ketersediaan air tanah antara lain kondisi iklim, topografi, jenis tanah, dan vegetasi yang
tumbuh diatasnya.

3. Konsep Energi Air Tanah


Konsep energy air tanah mengacu pada energy yang terkandung dalam air tanah
dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti untuk memasok kebutuhan air
bersih dan menghasilkan energy listrik melalui teknologi geothermal. Energi air tanah
berasal dari energy panas bumi yang menghangatkan air di dalam lapisan tanah dan
menyebabkan air mengalir ke permukaan. Energi air tanah dimanfaatkan melalui system
pompa air tanah untuk memasok kebutuhan air bersih di rumah, pertanian, dan industry.
Sistem pompa air tanah menggunakan energy listrik untuk mengekstraksi air
dalam lapisan tanah melalui sumur bora tau sumur resapan. Selain itu, teknologi
geothermal dapat digunakan untuk menghasilkan energy listrik dengan memanfaatkan
energy panas bumi yang terkandung dalam air tanah. Pemanfaatan energy air tanah dapat
memberikan beberapa keuntungan, diantaranya :
 Mengurangi ketergantungan terhadap sumber air permukaan yang semakin langka
dan tercemar
 Mengurangi emisi gas rumah kaca dan bahan pencemar udara lainnya karena
tidak memerlukan bahan bakar fosil
 Mengurangi biaya operasionalkarena tidak perlu membayar tagihan air dan listrik
dari pihak ketiga.

Namun, pemanfaatan energy air tanah juga memiliki beberapa risiko, seperti menurunnya
debit air tanah dan mempengaruhi lingkungan hidup. Oleh karena itu, pengelolaan dan
pengembangan energy air tanah harus dilakukan dengan hati-hati dan berkelanjutan.

4. Kadar Air dan Potensial Air


Kadar air tanah adalah jumlah air yang terdapat dalam tanah, dinyatakan sebagai
persentase berat dari berat total tanah. Kadar air tanah yang cukup penting untuk
pertumbuhan tanaman adalah sekitar 25-50% dari kapasitas lapang, yaitu kadar air
maksimum yang dapat di pegang oleh tanah tanpa mengalirkan air secara bebas.
Potensial air adalah gaya atau tekanan yang membuat air bergerak atau tersedia
bagi tanaman. Potensial air digambarkan dengan satuan kPa (kilopascal) atau bar dan
dinyatakan sebagai jumlah tekanan negative yang dihasilkan oleh gaya-gaya yang
mempengaruhi air dalam tanah. Ada 3 jenis potensial air yang penting bagi pertumbuhan
tanaman, yaitu :
 Potensial air gravitasi, yang terjadi karena gaya gravitasi menarik air ke bawah.
Potensial air gravitassi biasanya positif karena air cenderung mengalir ke bawah.
 Potensial air adsorpsi, yang terjadi karena adanya gaya-gaya antara partikel tanah
dan air. Potensial air adsorpsi biasanya negative dan lebih besar pada tanahliat dan
lempung.
 Potensial air osmosis, yang terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi garam
dan nutrisi di dalam dan diluar akar tanaman. Potensial air osmosis biasanya
negatif dan dapat mempengaruhi pertumbuhan akar tanaman.

Pemahaman terhadap kadar air dan potensial air penting dalam menentukan waktu
dan jumlah irigasi, pemilihan tanaman yang cocok dengan jenis tanah, dan pengelolaan
lahan secara berkelanjutan.

5. Mengukur Kadar Potensial Air


Untuk mengukur kadar potensial air dalam tanah, digunakan alat yang disebut
tensiometer atau alat tekanan air tanah. Alat ini berfungsi untuk mengukur tekanan
negative (vakum) yang diperlukan untuk menarik air dari dalam tanah melaluo suatu
tabung yang terpasang pada ujung tensiometer. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk
mengukur kadar potensial air menggunakan tensiometer :
 Siapkan alat tensiometer dan pilih lokasi yang akan diukur. Pilih lokasi yang
mewakili kondisi keseluruhan tanah di lahan atau kebun.
 Masukkan ujung tensiometer yang berbentuk tabung ke dalam tanah sedalam
kurang lebih 30 cm dan pastikan tidak ada udara yang terperangkap di dalam
tabung.
 Sambungkan bagian atas tensiometer ke manometer atau alat pengukur tekanan.
Pastikan manometer telah dikalibrasi dengan benar dan terbaca dengan jelas.
 Tunggu beberapa saat sampai air dari dalam tanah naik ke dalam tabung
tensiometer dan terlihat di bagian atas. Catat tekanan pada manometer.
 Ulangi pengukuran pada beberapa titik lain di lahan atau kebun dan lakukan
pengukuran secara berkala untuk memantau perubahan kadar potensial air dalam
tanah.

Hasil pengukuran kadar potensial air dapat digunakan untuk mengatur jadwal
irigasi dan pemupukan tanaman agar sesuai dengan kebutuhan air dan nutrisi. Selain itu,
hasil pengukuran juga dapat digunakan untuk memilih jenis tanaman yang cocok untuk
sitanam di lahan tersebut.

6. Macam-macam Aliran Air di dalamTanah


Air dalam tanah dapat bergerak melaui berbagai macam aliran, diantaranya :
 Aliran gravitasi: Aliran gravitasi terjadi ketika air dalam tanah bergerak ke bawah
akibat gaya gravitasi. Aliran ini terjadi pada saat terjadi hujan atau irigasi yang
berlebihan.
 Aliran kapiler: Aliran kapiler terjadi ketika air dalam tanah naik ke atas melalui
celah-celah kecil pada tanah, akibat adanya gaya kapilaritas. Aliran ini sangat penting
dalam mengalirkan air dan nutrisi ke akar tanaman.
 Aliran lateral: Aliran lateral terjadi ketika air dalam tanah mengalir ke samping
karena adanya perbedaan tekanan hidrolik. Aliran ini dapat mempengaruhi
ketersediaan air dan nutrisi bagi tanaman di sekitar aliran.
 Aliran interpartikel: Aliran interpartikel terjadi ketika air dalam tanah bergerak
melalui ruang-ruang antara partikel tanah, terutama pada tanah yang memiliki
struktur berongga seperti pasir.
 Aliran pendinginan: Aliran pendinginan terjadi ketika air dalam tanah mengalir ke
bawah dan mengambil panas dari tanah sekitarnya, menghasilkan efek pendinginan
pada tanah.
 Aliran tekanan: Aliran tekanan terjadi ketika air dalam tanah mengalir ke arah yang
lebih rendah karena adanya tekanan hidrolik yang lebih besar dari tekanan di
sekitarnya.

Pemahaman mengenai macam-macam aliran air dalam tanah penting untuk


diketahui dalam pengelolaan lahan dan irigasi, sehingga pengairan dan pemupukan
dapat dilakukan dengan tepat sehingga memperoleh hasil yang optimal.
7. Retensi Air di Lapangan
Retensi air di lapangan merujuk pada kemampuan tanah untuk menahan atau
menyimpan air di dalamnya setelah terjadi hujan atau irigasi. Hal ini sangat penting
dalam pengelolaan lahan dan pertanian, karena kemampuan tanah untuk menyimpan air
mempengaruhi ketersediaan air dan nutrisi bagi tanaman. Retensi air di lapangan
dipengaruhi oleh berbagi factor, diantaranya :
 Tekstur tanah: Tanah dengan tekstur kasar seperti pasir memiliki retensi air yang
rendah, sedangkan tanah dengan tekstur halus seperti lempung memiliki retensi air
yang tinggi.
 Struktur tanah: Tanah yang memiliki struktur agregat yang baik dapat menyimpan
lebih banyak air daripada tanah yang tidak berstruktur.
 Kandungan bahan organik: Tanah yang memiliki kandungan bahan organik yang
tinggi dapat meningkatkan retensi air di lapangan.
 Kedalaman tanah: Tanah yang dalam memiliki kemampuan untuk menyimpan lebih
banyak air daripada tanah yang dangkal.
 Topografi lahan: Lahan yang datar memiliki kemampuan untuk menyimpan lebih
banyak air daripada lahan yang berlereng.

Untuk mengukur retensi air di lapangan, dilakukan uji air lapangan (field capacity
test) dengan mengukur berapa banyak air yang dapat disimpan oleh tanah setelah hujan
atau irigasi dan berapa lama tanah dapat menahan air tersebut sebelum kehilangan
kelembapannya. Hal ini sangat penting dalan menentukan jadwal irigasi dan pemupukan
yang tepat bagi tanaman.

8. Klasifikasi Air Tanah


Air tanah dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat fisik dan kimia dari air
tersebut, diantaranya :
 Air tanah meteorik: Air tanah meteorik adalah air hujan yang meresap ke dalam
tanah dan tersimpan di dalam pori-pori tanah. Air ini cenderung bersifat asam dan
memiliki sedikit mineral terlarut.
 Air tanah artesis: Air tanah artesis adalah air yang terperangkap di dalam lapisan
batuan yang keras dan tegak lurus dengan permukaan tanah. Air ini biasanya
memiliki tekanan hidrolik yang tinggi dan sering kali bersifat alkali.
 Air tanah dangkal: Air tanah dangkal adalah air yang terletak di atas lapisan air
tanah utama dan sering kali terpengaruh oleh kondisi permukaan tanah, seperti air
sungai, air irigasi, dan air hujan. Air ini cenderung memiliki mineral dan nutrisi
yang tinggi.
 Air tanah laut: Air tanah laut adalah air yang berasal dari laut dan tercampur dengan
air tanah. Air ini biasanya bersifat asin dan tidak cocok untuk digunakan sebagai air
irigasi atau air minum.
 Air tanah mineral: Air tanah mineral adalah air yang mengandung mineral terlarut
yang berasal dari lapisan batuan yang dilalui oleh air tanah. Air ini biasanya bersifat
alkali atau asam tergantung pada jenis mineral yang terkandung di dalamnya.
9. Ketersediaan Air Bagi Tanaman
Ketersediaan air bagi tanaman adalah jumlah air yang tersedia bagi tanaman untuk
menunjang kehidupannya. Ketersediaan air yang optimal adalah jumlah air yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tanaman, tetapi tidak berlebihan sehingga tidak
mengakibatkan kerusakan padda tanaman atau merusak sifat fisik tanah. Tanaman
memerlukan air untuk fotosintesis, transpirasi, dan untuk mengangkut nutrisi dari air
tanah. Ketersediaan air bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya :
 Kedalaman air tanah: Jika air tanah berada di kedalaman yang dangkal, maka
tanaman mudah mengambil air tersebut. Namun, jika air tanah berada di kedalaman
yang lebih dalam, maka tanaman perlu mengeluarkan usaha ekstra untuk
mengambil air.
 Retensi air di lapangan: Retensi air di lapangan merujuk pada kemampuan tanah
untuk menahan atau menyimpan air. Tanah yang memiliki retensi air yang baik
dapat menyediakan air yang cukup bagi tanaman.
 Curah hujan: Curah hujan yang cukup dapat menyediakan air yang cukup bagi
tanaman. Namun, curah hujan yang berlebihan dapat merusak tanaman atau
menyebabkan kelebihan air di tanah.
 Sifat fisik tanah: Sifat fisik tanah seperti tekstur, struktur, dan porositas dapat
mempengaruhi ketersediaan air bagi tanaman. Tanah dengan pori-pori yang besar
dan struktur yang baik dapat menyediakan air yang lebih baik bagi tanaman.

Pengukuran ketersediaan air bagi tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan


alat seperti tensiometer, neutron probe, atau dengan melakukan uji air lapangan.
Pengukuran ini penting untuk menentukan jadwal irigasi dan pemupukan yang tepat bagi
tanaman serta menghindari kelebihan atau kekurangan air yang dapat merusak
pertumbuhan dan produksi tanaman.

10. Kondisi Kadar Air Tanah

Kondisi air tanah adalah kisaran persentase air yang terkandung dalam suatu
waktu tertentu. Konddisi kadar air tanah sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman karena tanaman memerlukan air dalam jumlah yang tepat untuk
fotosintesis, transpirasi, dan transportasi nutrisi dari tanah ke daun dan akar. Kondisi
kadar air tanah juga dapat mempengaruhii sifat fisik tanah, seperti stabilitas struktur,
permeabilitas dan infiltrasi.

You might also like