You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat

berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi

tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran

lingkungan dan gangguan kesehatan. Sekarang ini masyarakat sangat

banyak membutuhkan pelayanan kesehatan yang maksimal dan efektif

berupa jasa pelayanan rumah sakit. Salah satu jenis pelayanan penunjang

di Rumah Sakit adalah pelayanan di Instalasi Radiologi yang merupakan

tempat penyelenggaraan pelayanan radiologi kepada pasien yang

membutuhkan, dengan menegakkan diagnosis yang cepat dan tepat dan

akurat melalui pemeriksaan radiologi (Kemenkes, 2019)

Instalasi radiologi merupakan salah satu instalasi penunjang medis

yang memberikan layanan pemeriksaan radiologi dengan hasil

pemeriksaan berupa foto/gambar yang menggunakan radiasi pengion dan

non pengion untuk membantu dokter dalam menegakkan diagnosa

(Yuyun Yeuniwati, 2014) dalam Maysha Elfrida (2022 : 1).

Instalasi radiologi masuk kedalam kriteria tempat kerja dengan

berbagai potensi bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan

seperti potensi bahaya radiasi, maka faktor keselamatan merupakan hal

1
yang penting sehingga dapat memperkecil resiko terjadinya kecelakaan di

Instalasi Radiologi. Untuk mencegah hal tersebut dapat dilakukan dengan

mengetahui pengetahuan radiografer tentang patient safety di instalasi

radiologi sehingga radiografer dapat menerapkan pada saat bekerja

(Dianasari & Koesyanto, 2017) dalam Maysha Elfrida (2022 : 2).

Penemuan sinar-X oleh Wilhelm Conrad Rontgen dalam Sari

Yuliani dkk. (2018), merupakan salah satu peristiwa penting dalam dunia

kedokteran karena sinar-X dapat digunakan untuk melakukan diagnosa

maupun terapi pada bidang medis tanpa perlu dilakukan pembedahan.

Diagnosa dilakukan berdasarkan hasil citra dari penyinaran sinar-X yang

ditampilkan dalam gambar yang dihasilkan dari film yang disimpan di

dalam kaset khusus.

Pemeriksaan radiologi sangat dibutuhkan untuk menegakkan

diagnosa yang terdapat kelainan pada tubuh manusia. Hasil gambaran

radiografi mampu menggambarkan struktur dan anatomi tubuh manusia

(Long, et al, 2016). dalam Fitri Nuraini, (2014 : 1) Untuk mendapatkan

hasil radiograf yang baik maka diperlukan Pemberian faktor eksposur

yang sesuai sehingga dapat memberikan informasi secara jelas. Faktor

eksposi adalah faktor yang mempengaruhi dan menentukan kualitas dan

kuantitas dari penyinaran radiasi sinar-X yang diperlukan dalam

pembuatan gambar radiograf. Faktor yang mempengaruhinya yaitu

tegangan tabung kilo volt (kV), arus tabung miliAmper (mA), waktu dengan

2
satuan (s), dan faktor jarak Focus Film Distance (FFD) serta luas

lapangan penyinaran (Rasad, 2015). Dalam Fitri Nuraini, (2014 : 1).

Salah satu pemeriksaan radiologi yaitu teknik radiograf cranium.

Menurut Bontrager (2018), dalam Fitri Nuraini (2014 : 2) Teknik radiografi

cranium adalah teknik penggambaran cranium dengan menggunakan

sinar- X untuk memperoleh radiograf guna membantu menegakkan

diagnosa. Pada pemeriksaan cranium dibutuhkan ketajaman dan detail

yang tinggi agar informasi yang didapat pada radiograf terlihat jelas.

Pemeriksaan radiograf cranium memiliki satu atau lebih proyeksi. Proyeksi

yang digunakan mencakup proyeksi Anterior Posterior (AP), AP Axial

(Towne Method), Posterior Anterior Axial (Haas Method), Posterior

Anterior (PA), Posterior Anterior( Caldwell) Lateral, Submentovertex

(SMV).

Cranium merupakan istilah medis yang berarti tulang tengkorang

kepala. Tulang tengkorak atau cranium merupakan tulang pelindung otak,

tersusun dari tulang-tulang heterogen yang cukup kompleks dan sangat

diperlukan agar system koordinasi tubuh kita dapat berfungsi secara

normal, sehingga dalam pemeriksaan radiografi cranium memerlukan

proyeksi-proyeksi khusus untuk mendukung diagnosa yang diperlukan

(Oktavia, 2021).

Fraktur dasar tengkorak melibatkan bebebapa area seperti

temporal, tulang oksipital, tulang sphenoid dan ethmoid (Faried, 2019).

Saat ini pemeriksaan skull telah menjadi modalitas utama untuk

3
mengevaluasi pasien dengan trauma ataau fraktur pada kepala (Prastanti,

2022).

Radiografi reverse towne adalah radiografi yang digunakan untuk

melihat keadaan kondilus pada pasien yang mengalami pergeseran

kondilus dan untuk melihat dinding postero lateral pada maksila (Bayu,

2019).

Hal ini menarik peneliti untuk membahas lebih lanjut pemeriksaan

radiografi skull dengan proyeksi reverse towne pada klinis fraktur untuk

menjadi tugas akhir dengan judul “Tatalaksana pemeriksaan skull de ngan

proyeksi reverse towne pada klinis fraktur di Rumah Sakit TK.II Pelamonia

Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana prosedur pemeriksaan skull dengan proyeksi reverse

towne pada klinis fraktur di Rumah Sakit TK.II Pelamonia Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan skull dengan proyeksi

reverse towne pada klinis fraktur di Rumah Sakit TK.II Pelamonia

Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Untuk memperdalam pengetahuan penulis tentang Talaksana

pemeriksaan skull dengan proyeksi reverse towne pada klinis

fraktur di Rumah Sakit TK.II Pelamonia Makassar.

4
2. Bagi Institusi

Dapat di jadikan acuan literature atau bahan kajian pustaka bagi

mahasiswa Politeknik Kesehatan Muhammadiyah (POLTEKKES)

Makassar mengenai tatalaksana pemeriksaan skull dengan

menggunakan reverse towne pada klinis fraktur.

3. Bagi Rumah Sakit

Dapat memberikan masukan dan saran yang berguna bagi Rumah

Sakit, dalam hal ini unit radiologi mengenai tatalaksana

pemeriksaan skull dengan proyeksi reverse towne pada klinis

fraktur.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum anatomi dan fisiologi cranium

Cranium merupakan salah satu bagian dari sistem rangka yang

berkembang dari mesoderm paraksial, dimana tulang mula-mula akan

mengalami kondensasi untuk berubah menjadi blastema atau membran

rudiment. Pembentukan tulang (osteogenesis) cranium melalui proses

endesmalis atau ossifikasi intramembranosa, dimana membran langsung

menjadi tulang tanpa menjadi tulang rawan terlebih dahulu, Tanti Fatikha

Sari dkk (2019 :6)

Cranium dapat dibedakan menjadi dua, yaitu neurocranium dan

viscerocranium. Neurocranium merupakan tulang-tulang yang membentuk

ruangan yang akan ditempati oleh otak. Neurocranium terbagi menjadi

dua bagian, yaitu bagian membranosa yang membentuk calvaria cranii,

dan bagian kartilaginosa atau kondrokranium yang membentuk basis

cranii. Viscerocranium adalah tulang-tulang yang akan membentuk wajah,

mendukung fungsi pencernaan dan pernafasan, Tanti Fatikha Sari dkk

(2019).

6
Neurocranium membranosa berasal dari sel krista neuralis dan

mesoderm paraksial yang mengalami osifikasi sehingga terbentuk

sejumlah tulang pipih membranosa. Seiring dengan pertumbuhan janin

dan pada masa pascanatal, tulang membranosa membesar dan resorpsi

secara bersamaan oleh osteoklas dari bagian dalam. Tanti Fatikha Sari dkk

(2019 :7)

Gambar 1. Struktur rangka kepala dan wajah (Frank.H.2014)

Dari gambar diatas dapat dijelaskan fungsi masing masing antara lain

Keterangan:

1. Os Frontale 6. Os Nasal 11. Os Sphenoidale

2. Os Parietale 7. Os Zygomaticum

3. Os Occipitale 8. Os Nasale

4. Os Temporale 9. Os Lacrimale

5. Os Mandibula 10.Os Ethmoidale

1. Os Frontale (Tulang dahi)

Os Frontale adalah tulang berbentuk pipih yang membentuk dahi,

langit – langit rongga nasal, dan langit – langit orbita (kantung mata).

7
Tulang ini juga membentuk bagian atas soket mata. Soket mata adalah

rongga tempat berdiamnya bola mata (Lampignano & Kendrick, 2018).

Dalam M.Anugra Tryalni Putra (2013 : 6).

2. Os Parietale (Tulang Ubun – Ubun)

Os Parietale tersusun atas sutura sagital, suture coronal, dan

lambdoidea. Sutura sagittal merupakan sutura yang menghubungkan

tulang parietal kiri dan kanan. Sutura coronal menghubungkan tulang

parietal ke tulang frontal. Sutura lambdoidea menghubungkan tulang

parietal ke tulang oksipital (Lampignano & Kendrick, 2018). Dalam

M.Anugra Tryalni Putra (2013 : 6)

3. Os Occipitale (Tulang Belakang)

Os Occipital berada di belakang kepala, terdapat sebuah lubang

yang disebut foramen magnum. Foramen magnum menghubungkan

rongga kranial dengan rongga spinal (John Lampignano, 2016). Dalam

M.Anugra Tryalni Putra (2013 : 7)

4. Os Temporale (Tulang Pelipis)

Os Temporal terletak di bawah di setiap tulang parietal. Os

Temporal merupakan sepasang tulang yang memiliki bentuk tidak

beraturan dan mengelilingi bagian tengah dan dalam telinga. Tulang

temporal membentuk bagian dasar dan sisi cranium (John Lampignano,

2016). Dalam M.Anugra Tryalni Putra (2013 : 7)

8
5. Os Mandibula (Tulang Rahang Bawah)

Os Mandibula membentuk rahang bawah. Selain tulang – tulang

kecil dalam telingan, mandibula merupakan satu – satunya tulang pada

tengkorak yang dapat bergerak (Pearce E, 2016). Dalam M.Anugra Tryalni

Putra (2013 : 7)

6. Os Zygomaticum (Tulang Pipi)

Os Zygomatikum merupakan tulang yang membentuk tonjolan pipi.

Bagian – bagiannya adalah fasies orbitalis, fasies temporalis, dan fasies

maksilaris.

7. Os Maxila (Tulang Rahang Atas)

Os Maxila adalah dua buah tulang yang menjadi dan terdiri dari lima

bagian yaitu. Korpus maksilaris berbentuk kubus, prosesus frontalis,

prosesus zigomatikus, prosesus alviolaris, dan prosesus palantinum.

8. Os Nasale (Tulang Hidung)

Os Nasale merupakan dua keping tulang kecil yang berbentuk

trapezium, merupakan tulang batang hidung. Pada bagian os nasal

terdapat dua permukaan.

9. Os Lacrimale

Os Lakrimal berbentuk segiempat membentuk dinding medialis

orbita dan bagian lain membentuk rongga hidung. Bagian depan tulang

terdapat prosesus frontalis maksilaris dan bagian belakang lamina

papyrasea ossis etmoidalis, melekat pada os frontale dan dibawah korpus

maksilaris (pearce E, 2016). Dalam M.Anugra Tryalni Putra (2013 : 8)

9
10. Os Ethmoidale

Os Etmoidalis tulang yang ringan seperti spons, berbentuk

kubus, terletak pada atap hidung dan terjepit diantara kedua rongga mata.

Etmoid terdiri atas dua massa lateral atau labirin yang terdiri atas rongga

etmoid atau sinus.

11. Os Sphenoidale

Os Sphenoidalis atau tulang baji berbentuk kalelawar dengan

kedua sayapnya direngtankan. Tulang ini terdiri atas badan dan dua

sayap yang besar dan dua yang lebih kecil. Badanya memperlihatkan

sebuah lekukan yang dinamai sela narsika yang memuat kelenjar hipofisi

(Pearce E, 2016). Dalam M.Anugra Tryalni Putra (2013 : 8)

B. Tinjauan Umum Tentang Patologi Fraktur

Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma

atau tenaga fisik. Kekuatan dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu

sendiri, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan kondisi

fraktur tersebut (Suriya & Zurianti, 2019).

a). Fraktur komplit adalah tulang membentuk patahan lengkap lebih dari

satu pecahan.

b). Fraktur inkomplit adalah fraktur yang secara parsial pada suatu tulang.

c). Fraktur tertutup adalah jenis patah tulang yang mengakibatkan

fragmen tulang masih di dalam dari kulit.

d). Fraktur terbuka adalah jenis patah tulang yang mengakibatkan

fragmen tulang keluar dari kulit.

10
C. Tinjauan Umum Tentang Topografi

Topografi adalah garis atau bidang yang digunakan dalam posisi

radiografi yang diperlihatkan pada gambar. Titik dasar dan garis kepala

yang dapat di gunakan untuk memposisikan kepala secara tepat terdiri

dari:

a). Midsagittal plane (MSP)

Merupakan sebuah garis imajiner yang membagi tubuh menjadi dua

kanan dan kiri.

b). Interpupillary line (IPL)

Merupakan sebuah garis imajiner yang menghubungkan pupil yang

satu dengan pupil lainnya.

c). Glabellaomeatal line (GML)

Merupakan sebuah garis imajiner yang menghubungkan glabella dan

meatus akustikus eksterna.

d). Orbitometal line (OML)

Merupakan sebuah garis imajiner yang menghubungkan outher

canthus dan meatus akustikus eksterna.

e). Infraorbitometal line (IOML)

Merupakan sebuah garis imajiner yang menghubungkan infraorbital

dan meatus akustikus eksterna.

f). Acanthimeatal line (AML)

11
Merupakan sebuah garis imajiner yang menghubungkan achantion dan

meatus akustikus eksterna

g). Mentometal line (AML)

Merupakan sebuah garis imajiner yang menghubungkan mentum dan

meatus akustikus eksterna.

h). Lipsmeatal line (LML)

Merupakan sebuah garis imajiner yang menghubungkan pertemuan

bibir dengan meatus akustikus eksterna.

i). Glabelloalveolar line (GAL)

Merupakan sebuah garis imajiner yang menghubungkan glabella

dengan aspek anterior alveolar process maksila.

Gambar 2.Topografi Anterior (Bontrager & Lampignano, 2014)

12
Gambar 3. Topografi lateral (Bontrager & Lampignano , 2014)

D. Tinjauan Umum Tentang Pemeriksaan Skull

Menurut (Bontrager 2018),proyeksi yang di gunakan adalah:

1. Persiapan pasien

a. Memastikan tidak ada benda logam atau benda lain yang dapat

menggangu gambar radiograf pada daerah skull yang akan di

periksa.

b. Petugas menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien.

2. Alat dan bahan

Alat -alat dan bahan yang di perlukan dalam pemeriksaan skull antara

lain :

a. Pesawat sinar -X siap pakai

b. Kaset dan film sinar -X ( ukuran 35x43 cm)

c. Grid and bucky table

3. Teknik pemeriksaan radiografi ( Bontrager 2018)

a. posisi pasien : pasien di posiskan prone dengan menghadap ke

kaset.tempatkan lengan pada posisi yang nyaman dan atur bahu,

sehingga berada pada bidang tranversal yang sama.

b. posisi objek tempelkan bagian dahi dan hidung pasien di kaset atau

meja pemeriksaan jika memkai buck table. Tekan dagu sampai

orbito meatal line (OML) tegak lurus dengan kaset. Atur mis dagital

13
plane (MSP) kepala tegak lurus mid line (pastikan tidak ada rotasi

atau kemiringan kepala).

4. Pengaturan penyinaran dan ekposi :

a. Central Ray : 20⁰ - 25⁰ caudad - cranial

b. Central Point : Menembus ujung hidung

c. Focus Film Distance : 90cm

Gambar 4. Proyeksi Reverse Towne (Bayu Indra, 2019)

Gambar 5 Hasil Radiograf Reverse town (Long et al., 2017)

5. Kriteria Gambar Radiograf :

a. Kedua ramus dan body mandibular tampak simetris.

b. Keseluruhan bagian mandibular tidak terpotong.

14
c. Kedua prosessus condyloid mandibula terproyeksi dengan

jelas.

d. Tampak marker R/L dibagian tepi

E. Kerangka Konsep

TATALAKSANA PEMERIKSAAN SKULL


DENGAN MENGGUNAKAN REVERSE
TOWNE PADA KLINIS FRAKTUR DI RUMAH
SAKIT TK.II PELAMONIA MAKASSAR

PERSIAPAN PASIEN

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

TEKNIK PEMERIKSAAN

PROYEKSI PEMERIKSAAN

HASIL RADIOGRAF

Gambar 6. Kerangka konseptual

15
BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

deskriptif kualitatif yaitu tatalaksana pemeriksaan Skull dengan

menggunakan proyeksi reverse towne pada klinis fraktur.

B.lokasi dan waktu penelitian

1. lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di rumah sakit TK.II pelamonia

makassar

2. waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan

C. Populasi dan sampel

1.Populasi

16
Populasi dalam penelitian ini adalah selur radiografer yang

melakukan pemeriksaan skull di unit radiologi rumah sakit TK.II

pelamonia Makasaar

2.sampel

Sampel yang di ambil dari penelitian ini yaitu dokter dan seluruh

radiografer yang melakukan pemeriksaan skull dengan klinis fraktur

di rumah sakit TK.II pelamonia Makassar

D.Teknik pengambilan sampel

1. Studi literatur

Menggunakan materi-materi yang bersumber buku dan jurnal

berhubungan dengan masalah yang diangkat untuk meneliti.

2.Metode observasi

Penelitian mengamati secara langsung tatalaksana pemeriksaan

skull dengan menggunakan reverse towne pada klinis fraktur di unit

radiologi Rumah sakit TK.II pelamonia Makassar.

3. wawancara

Wawancara dilakukan kepada dokter spesialis radiologi dan

radiografer dengan menggunakan pedoman wawacar guna memperoleh

data data yang akurat yang di perlukan dalam menyusun karya tulis

ilmiah.

17
4.telaah dokumentasi

Pengambil data yang di peroleh pada saat melakukan penelitian

seperti surat pengantar foto pemeriksaan yang di lakukan,hasil

interpretasi dokter,dan lain lain.

E. Variabel Peneltian

1. Variabel bebas

Pada penelitian ini variabel bebas yang digunakan prosedur

pemeriksaan skull dengan proyeksi reverse towne.

2. Variabel terikat

Pada penelitian ini Variabel terikat yang digunakan adalah klinis

pada kasus fraktur.

F. Definisi operasional

1. Persiapan pasien: memberikan arahan atau informasi kepada

pasien atau keluarga pasien untuk melepaskan benda-benda

yang dapat menyebabkan artefak seperti benda logam dan lain

sebagainya.

2. Proyeksi pasien digunakan adalah (Postero Anterior) PA.

3. Hasil radiograf yaitu pada proyeksi reverse towne dengan

mempelihatkan keseluruhan pemeriksaan skull.

G. Prosedur Penelitian

1. Alat dan Bahan

18
Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu

berupa alat tulis, ponsel, pedoman penelitian, lembar observasi,

lembar wawancara, dan lembar kuesioner.

2. Prosedur Kerja

a. pasien dating keruang radiologi membawa surat pengantar

b. radiografer melakukan pemriksaan HNP

c. peneliti mengamati proses prosedur pemeriksaan yang di

sesuaikan dengan lembar observasi

d. peneliti melakukan wawancara kepada radiorafer terkait hasil

pemeriksaan skull

H. Alur Penelitian

Tatalaksana pemeriksaan skull


dengan menggunakan proyeksi
reverse towne pada klinis fraktur.

Proyeksi pemeriksaan

Melakukan observasi

Hasil radiograf

Analisis Data

19
Kesimpulan

Gambar 3.1 Alur Penelitian

I. Analisis Data

Analisis data berdasarkan dengan jenis penelitian yang dilakukan

dengan cara observasi dan wawancara kepada dokter spesialis radiologi

dan radiografer kemudian menarik kesimpulan.

20
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Bayu. S.I. 2019. Radiografi di Bidang Kedokteran Gigi. Bajarmasin


Fitri Nuraini, 2014. Perbandingan Informasi Anatomi Radiograf
Cranium Proyeksi Ap Menggunakan Variasi Kv. Https:
//Repository. Univawalbros.Ac.Id/159/ Diakses Tanggal 18
Maret 2024
Frank Eugene D, Long Bruce W, Smith Barbara J 2012. Merrill’s Atlas of
Radiographic Positioning & Procedure volume one, two, and three.
Jeane Osionm United State of America
Maysha Elfrida. 2022, Pengetahuan Radiografer Terhadap Patient Safety
Di Instalasi Radiologi Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau.
https://repository.univawalbros.ac.id/124/2/BAB%20I.pdf diakses
Tanggal 16 Maret 2024
Ningtias, D. R.,Suryono. S, & Susilo 2016. Pengukuran Kulitas Citra
Digital Computed Radiography Menggunakan Program Pengolah
Citra. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 12(2), 161-
168Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Oktavia, R. 2021. Desain Alat Fiksasi Pemeriksaan Cranium Proyeksi
Anteroposterior dan Lateran Crosstable Pada Pasien Trauma.
Yogyakarta. Unisa.

Sari Yuliani dkk. (2018), Kuantisasi dan analisis citra computed


radiography pada pemeriksaan sinus paranasal pasien pediatrik
dengan metode line profile
https://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php diakses
tanggal 19 Maret 2024

21
Tanti Fatikha Sari dkk 2019. Hubungan Antara Estimasi Kapasitas
Cranium Dengan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa
Http://Repository.Unimus.Ac.Id, Diakses 18 Maret 2024

Utami, asih puji 2018. Radiologi dasar I. Magelang. Penerbit inti medika
Pustaka. WHO 2014. Cancer.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs297/en. Diakses
tanggal 19 Maret 2024

22
23

You might also like