Professional Documents
Culture Documents
NIFAS (Ipah Farida)
NIFAS (Ipah Farida)
Disusun Oleh:
IPAH FARIDA
NIM 220705012
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY.S DENGAN PUTTING SUSU LECET
DI PUSKESMAS BABELAN I
IPAH FARIDA
NIM 220705012
Pembimbing I
Ipah Farida
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa Nifas adalah waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta lepas dari rahim,
sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang
berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain
sebagainya berkaitan saat melahirkan. minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduktif kembali keadaan tidak hamil yang normal. rencana untuk perawatan
selanjutnya yang telah umum dikerjakan oleh kebanyakan ahli obstetri, sampai saat
ini, telah menghasilkan kesepakatan bahwa umumnya 6 minggu dianggap sebagai
masa nifas serta nifas juga terdapat adanya perubahan fisiologi yang masih batas
normal pada diri ibu terutama pada payudara (Selvianti, 2019).
Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot
dada, Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia
mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat
hamil 600 gram,dan saat menyusui 800 gram. Payudara disebut pula glandula
mamalia yang ada baik pada wanita maupun pria. Pada pria secara normal tidak
berkembang, kecuali jika dirangsang dengan hormon. Pada wanita terus berkembang
pada masa menyusui jika Teknik menyusi tidak benar maka akan berdampak pada
payudara ibu yang salah satunya adalah putting susu yang lecet (Selvianti, 2019)
Puting susu lecet merupakan salah satu masalah dalam menyusui yang
disebabkan trauma pada puting susu saat menyusui, selain itu dapat pula terjadi retak
dan pembentukan celah-celah. Sebanyak 57 % ibu yang menyusui dilaporkan pernah
menderita puting susu lecet. World Health Organization (WHO) memperkirakan
setiap tahun terdapat 1-1,5 juta bayi meninggal dunia karena tidak diberi ASI secara
eksklusif sehingga perlunya penanganan menyusuinya.(Selvianti, 2019).
Penanganan puting susu lecet dapat dilakukan secara mandiri oleh ibu dengan
perawatan puting susu lecet, teknik menyusui yang benar dan perawatan payudara.
Bidan juga harus ikut serta memberikan informasi khusus dalam penanganan puting
susu lecet agar ibu nifas mampu melakukan perawatan secara mandiri bila terjadi
puting susu lecet (Indriyani,2019).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah, maka penulis membuat rumusan
masalah sebagai berikut “Bagaimana Pemberian Asuhan kebidanan pada ibu Nifas
pada Ny. S Nifas 2 minggu dengan putting susu lecet di Puskesmas Babelan I
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebbidanan Nifas pada Ny. S Nifas 2 minggu dengan putting
susu lecet di Puskesmas Babelan I . dengan pendekatan manajemen kebidanan
dan pendokumentasian metode SOAP
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subyektif asuhan kebidanan Nifas pada Ny. S
Nifas 2 minggu dengan putting susu lecet di Puskesmas Babelan I
b. Menganalisa masalah data obyektif asuhan Nifas pada Ny. S Nifas 2 minggu
dengan putting susu lecet di Puskesmas Babelan I
c. Mampu merumuskan diagnosa/analisa asuhan kebidanan Nifas pada Ny. S
Nifas 2 minggu dengan putting susu lecet di Puskesmas Babelan I
d. Merencanakan asuhan kebidanan Nifas pada Ny. S Nifas 2 minggu dengan
putting susu lecet di Puskesmas Babelan I
e. Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan Nifas pada Ny. S Nifas 2 minggu
dengan putting susu lecet di Puskesmas Babelan I.
f. Melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan Nifas pada Ny. S Nifas 2 minggu
dengan putting susu lecet di Puskesmas Babelan I
g. Melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP dan pathway
D. Manfaat
1. Bagi penulis
Mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu
Nifas dengan Putting Susu Lecet sehingga dapat menerapkan ilmu yang sudah
didaptkan selama perkuliahan dimasyarakat khususnya kesehatan ibu dan
anak.
2. Bagi klien
Diharapkan dengan dilakukannya asuhan kebidanan pada ibu Nifas
mendapatkan pelayanan yang komprehesif serta dapat mencegah Puskesmas
ke keadaan atau kondisi yang tidak diinginkan.
3. Bagi lahan praktik
Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam pemberian pelayanan
asuhan kebidanan pada ibu Nifas sehingga Puskesmas dapat meningkatkan
pelayanan dan sarana sesuai dengan standart pelayanan kebidanan.
4. Bagi institusi pendidikan
Diharapkat dapat sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa profesi
kebidanan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu Nifas serta sebagai
referensi dokumentasi institusi untuk meningkatkan pendekatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. NIFAS
1. Pengertian Masa Nifas
Masa Nifas adalah waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan
saat melahirkan. minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduktif kembali keadaan tidak hamil yang normal. rencana untuk
perawatan selanjutnya yang telah umum dikerjakan oleh kebanyakan
ahli obstetri, sampai saat ini, telah menghasilkan kesepakatan bahwa
umumnya 6 minggu dianggap sebagai masa nifas. selama masa saluran
reproduktif anatominya kembali keadaan tidak hamil normal, yang
meliputi perubahan struktur permanen serviks, vagina dan perineum
sebagai akibat persalinan dan kelahiran. Selain itu 6 minggu setelah
kelahiran, pada sebagian besar ibu yang tidak menyusui bayinya,
sinkroni hipofisis-ovarium akan dikembalikan lagi untuk mendukung
terjadinya ovulasi (Ofori et al., 2020)
2. Perubahan Fisiologis Ibu Nifas
Yang pertama Perubahan Fisiologis, apa saja yang dapat mengalami
perubahan pada Kehamilan, Persalinan dan Masa nifas
a) Sistem Reproduksi
I. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil
(involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum
hamil. Involusi merupakan suatu proses kembalinya
uterus pada kondisi sebelum hamil. Perubahan ini dapat
diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi
untuk meraba dimana Tinggi Fundus Uterinya (TFU).
Bayi lahir fundus setinggi pusat dengan berat
uterus 1000 gr.
Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri
teraba 2 jari bawah pusat dengan berat uterus
750 gr.
Satu minggu post partum tinggi fundus uteri
teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat
uterus 500 gr.
Dua minggu post partum tinggi fundus uteri
tidak teraba diatas simpisis dengan berat uterus
350 gr.
Enam minggu post partum fundus uteri
bertambah kecil dengan berat uterus 50 gr
(Selvianti, 2019)
II. Lochia
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari
cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Macam-macam Lochia :
Lochia Rubra ( Cruenta ) : Berisi darah segar
dan sisa-sisa selaput ketuban , sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama
2 hari post partum.
Lochia Sanguinolenta : Berwarna merah kuning
berisi darah dan lendir, hari 3-7 post partum.
Lochia Serosa : Berwarna kuning, cairan tidak
darah lagi, pada hari ke 7-14 post partum. o
Lochia Alba : Cairan putih, setelah 2 minggu.
Lochia Purulenta : Terjadi infeksi, keluar cairan
seperti nanah berbau busuk.
Lochiastasis : Lochia tidak lancar keluarnya
(Selvianti, 2019)
III. Serviks.
Serviks mengalami involusi bersama- sama
uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat
dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu
persalinan serviks menutup.
IV. Vulva dan Vagina.
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada
dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina secara berangsur- angsur akan muncul
kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
V. Perineum
Perineum Segera setelah melahirkan, perineum
menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh
tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post
natal hari ke 5, Perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap kendur dari
pada keadaan sebelum melahirkan.
VI. Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
Penurunan kadar progesterone secara tepat dengan
peningkatan hormone prolaktin setelah persalinan.
• Kolostrum sudah ada saat persalinan. Produksi ASI
terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah
persalinan.
• Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda
mulainya proses laktasi.
b) Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Urin
dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36
jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar
hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis.
Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6
minggu.
c) Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat
penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kapada
keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan haemoglobin
kembali normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang
sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap
lebih tinggi daripada normal.
Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan
dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah
harus dicegah dengan penangan yang cermat dan penekanan
pada ambulansi dini.
d) Sistem Gastrointestinal / Pencernaan
Beberapa wanita mengalami konstipasi pada masa nifas,
dikarenakan kurangnya makanan berserat selama proses
persalinana dan adanya rasa takut dari ibu karena perineum
sakit, terutama jika terdapat luka perineum. Namun
kebanyakan kasus sembuh secara spontan, dengan adanya
ambulasi dini dan dengan mengonsumsi makanan yang
berserat. Jika tidak, dapat diberikan supositoria biskodil per
rektal untuk melunakan tinja. Defakasiharus terjadi dalam 3
hari post partum.
3. Tanda-tanda Bahaya
Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas adalah:
a. Demam tinggi melebihi
b. Perdarahan vagina luar biasa/tiba-tiba bertambah banyak (lebih
pembalut2x dalam setengah jam), disertai gumpalan darah yang
besar-besar dan berbau busuk.
c. Nyeri perut hebat/terus menerus dan pandangan kabur/masalah
penglihatan.
d. Sakit kepala parah/terus menerus dan pandangan kabur/masalah
penglihatan.
e. Pembengkakkan wajah, jari-jari atau tangan.
f. Rasa sakit, merah atau bengkak dibagian betis dan kaki
g. Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam
h. Puting payudara berdarah atau merah sehingga sulit untuk
menyusui
i. Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan, merasa sangat letih
atau nafas terengah-engah
j. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
k. Tidak bisa buang air besar selama tiga hari atau rasa sakit waktu
buang air kecil.
4. Atonomi dan Fisiologi Payudara
Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin
sekunder gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan
menarik. lebih dari itu untuk mempertahankan kelangsungan hidup
keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan
karena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting
terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan (Selvianti, 2019)
Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah
kulit, diatas otot dada, Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu
untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara,
yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram,dan saat
menyusui 800 gram. Payudara disebut pula glandula mamalia yang ada
baik pada wanita maupun pria. Pada pria secara normal tidak
berkembang, kecuali jika dirangsang dengan hormon. Pada wanita
terus berkembang pada masa menyusui (Selvianti, 2019)
A. Letak setiap payudara terletak pada sternum dan meluas
setinggi costa kedua dan ke enam, payudara ini terletak pada
rongga dada.
B. Bentuk masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah
bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke
ketiak atau aksila.
C. Ukuran ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga
tergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang
salah satu payudara ukurannya agak lebih besar dari pada yang
lainnya.
TINJAUAN KASUS
No Reg :-
Nama Pengkaji : Ipah Farida
Hari/tanggal : Kamis, 1 Desember 2022
Waktu Pengkajian : 09.35 WIb
Tempat Pengkajian : Puskesmas Babelan 1
1. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas
Jenis Istri Suami
Identitas
Nama Ny. S Tn. O
Umur 26 tahun 25 tahun
Suku/bangsa Betawi/ Indonesia Jawa/ Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SMP SMK
Pekerjaan IRT Wiraswasta
Alamat rumah Kebalen Rt10/002 Kebalen
Tlp 085888240086
HP
Alamat kantor - -
Tlp
HP
Anamnesa pada tanggal: 01 Desember 2022
Pukul : 09.30
Oleh : Ipah Farida
1) Keluhan utama saat masuk : Ibu Mengatakan terasa perih pada bagian
pinggiran puting susu
2) Riwayat Antenatal
Pemeriksaan di : Bidan ( Klinik )
Kelainan/komplikasi : Tidak Ada
Usia Kehamilan : 39 minggu
Para : Primipara
3) Riwayat Persalinan
Anak Ke Berapa : 1
Persalinan lahir tanggal : 19 November 2022
Jam : 11.30
Jenis Kelamin : Laki-Laki
BB: 3.000
TB : 49
Perdarahan kala III : 50 ml
Perdarahan kala IV: 30 ml
Perdarahan Total : 80 ml
Perdarahan selama operasi : Tidak ada
Jenis Persalinan : Spontan
Placenta : spontan/manual
Perineum : utuh / rupture / episiotomi
Anastesi : tidak dilakukan
Jahitan : tidak ada
Infuse cairan : tidak diberikan
Transfusi darah : Tidak Ada
b. Pola Eliminasi :
BAB : 1 x dalam sehari
BAK : 6 x dalam sehari
3. Psikososial Spiritual
a. Tanggapan dan dukungan keluarga terhadap kehamilannya :
Senang
B. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum : KU : Baik, Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 110/80 MmHg
Nadi : 80 x/ menit
Pernafasan : 20 x / menit
Suhu : 36 ⸰ C
Berat Badan : 63 Kg
Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
Muka : Edema : Tidak Ada
Mata : Konjungtiva : Tiidak Pucat
Sklera : Tidak Ikterik
c. Abdomen
TFU : Tidak Teraba Kontraksi : Baik
Kandung Kemih : Kosong
Kembung : Tidak Kembung
d. Ekstermitas
Tungkai : Tidak ada varises
Merah : ada/tidak
Edema : Tidak ada
e. Ano-genital
Lochea : Alba
Bau : Berbau Khas
Vulva : Bersih
Jahitan Perineum : ada / tidak ada
Penyembuhan luka: Baik
f. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Tidak Dilakukan
………………………………………………………………………
…………
II. ANALISIS
Seorang Perempuan usia 26 tahun P1A0 Post Partum 2 minggu dengan
putting susu lecet
III. PENATALAKSANAAN
1.) Melakukan Informed Consent dan Choice pada ibu serta
memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa putting susu ibu dalam
keadaan lecet ( ibu bersedia)
2.) Memberitahukan ibu cara menyusui yang baik dan benar
3.) Memberitahukan ibu cara mengatasi putting susu lecet ( Ibu
Mengerti)
4.) Memberitahukan ibu untuk tetap mempertahankan pola nutrisi ( Ibu
menegrti)
5.) Menganjurkan ibu untuk kunjungan kembali 2 minggu kedepan (Ibu
bersedia)
Laporan kasus dengan metode pathway
Dokumentasi dalam bentuk pathway asuhan kebidanan
Hari/tanggal : Kamis . 1 Desember 2022
Tempat Praktik : Puskesmas Babelan 1
Nama : Ipah Farida
Program Studi : Profesi Bidan
A. Kesimpulan
Pada kasus Ny. S dilakukan pengkajian dengan kunjungan Ibu
Nifas kali di Puskesmas Babelan I yaitu pada tanggal 1 Desember
2022 dengan Nifas hari ke 2 minggu atau 14 hari. Pada kunjungan
Nifas dari hasil pengkajian ibu mengatakan putting susunya perih atau
lecet , dilakukan asuhan dengan memberikan informasi tentang putting
susu yang lecet masih termasuk keadaan Fisiologis, memberikan
informasi tentang cara penanganan Teknik cara menyusui yang benar,
memberikan informasi tentang perawatan payudara , memeberitahu ibu
tentang tanda dari mulainya putting susu lecet , memberitahu informasi
kepada suami dan keluarga untuk mendukung keadaan ibu,
menganjurkan ibu untuk cara Teknik menyusui kepada bayinya yang
benar supaya tidak lecet, serta menganjurkan ibu untuk melakukan
kunjungan ulang 2 minggu lagi atau jika ada keluhan.
B. Saran
1. Bagi Institusi
Diharapkan agar laporan kasus ini dapat dijadikan sebagai
tambahan referensi pengetahuan dan bahan bacaan bagi mahasiswa
kebidanan lainnya.
2. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi
lahan praktek dan dapat menjadi lebih baik dalam mengatasi
masalah putting susu ibu yang lecet.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan agar laporan kasus ini dapat digunakan sebagai
masukan atau pengetahuan bagi masyarakat atau tenaga kesehatan
dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan tenaga kesehatan,
khususnya pada Ny.S.
4. Bagi Penulis
Diharapkan penulis agar dapat meningkatkan pengetahuan
pengalaman yang nyata dalam memberikan Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Nifas Ny.S dengan Putting susu lecet di Puskesmas
Babelan 1 dan paham cara pencegahan putting susu lecet dan
Teknik cara menyusui yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
1) Astari, A. D. (2020). Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu
primipara terhadap perawatan puting susu lecet. Jurnal Ners Lentera, 8(1),
48-62.
2) NOVA, E. (2020). ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY “S”
DENGAN PUTING SUSU LECET DI UPT BLUD PUSKESMAS
GUNUNGSARI (Doctoral dissertation,
Universitas_Muhammadiyah_Mataram).
3) NOVITA DENGI, I. N. D. R. I. A. N. I. (2019). ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU NIFAS DENGAN PUTING SUSU LECET DI BPM RUJI
AMINAH AMD. KEB KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN
SEMARANG (Doctoral dissertation, Universitas Ngudi Waluyo).
4) Selvianti, D., & Zainal, E. Modul Ajar Fisiologi Kehamilan, Persalinan,
Nifas dan BBL.
5) Sepduwiana, H. (2021). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Puting
Susu Lecet Di Klinik Rohul Sehat Desa Rambah. Maternity and Neonatal:
Jurnal Kebidanan, 9(01), 74-80.
DOKUMENTASI