Professional Documents
Culture Documents
Komponen Susu Kambing
Komponen Susu Kambing
KELAS DURIAN
Ditulis oleh :
DOSEN PEMBIMBING :
LINDAWATI DOLOKSARIBU, PhD
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
BAB II MATERI DAN METODE ....................................................................................3
2.1 MATERI ....................................................................................................................3
2.2 METODE ...................................................................................................................3
BAB III DISKUSI .................................................................................................................4
3.1 KALSIUM .................................................................................................................4
3.2 PROTEIN ...................................................................................................................6
3.3 KALIUM ....................................................................................................................8
3.4 FOSFOR.....................................................................................................................10
3.5 VITAMIN D ..............................................................................................................12
3.6 VITAMIN B12 ...........................................................................................................14
3.7 NIASIN ......................................................................................................................16
BAB IV PENUTUP ...............................................................................................................18
4.1 KESIMPULAN ..........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................19
ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Planet Bumi sedang menghadapi pandemi Covid-19 (Co=Corona; vi=Virus; d=Disease
tahun 2019) yang menghancurkan sistem kekebalan tubuh manusia. SARS-CoV-2 pertama kali
ditemukan pada tahun in 2019 di Wuhan, China, namun disayangkan menyebar secara massive
dan global, menyebabkan pandemik tahun 2019-2000 seperti yang diumumkan oleh World
Health Organization dan the Public Health Emergency of International Concern (Nicola et al.,
2020). Virus Covid-19 telah menelan lebih dari 4,3 juta korban manusia terpapar dan lebih dari
290,000 kematian pada awal tahun 2020 dan lebih banyak lagi jumlah hingga hari ini (Nicola et
al., 2020). Bukan saja Covid-19 telah menelan korban yang besar jumlahnya, namun juga Covid-
19 telah merubah tatanan kehidupan dalam berbagai aspek secara cepat dan bersifat global.
Sebagian besar negara memberlakukan lockdown, Covid-19 telah merebak ketakutan akan
kejadian krisis dan resesi ekonomi. Social distancing, isolasi mandiri, prosedur kesehatan dan
pembatasan perjalanan telah menurunkan lapangan pekerjaan secara drastis pada hampir seluruh
sektor ekonomi dan mengakibatkan jumlah pengangguran yang meroket secara cepat. Sekolah,
tempat ibadah, fasilitas hiburan umum ditutup yang mengakibatkan produk komoditas dan pabrik
menurun drastis sekaligus perekonomian secara global (Nicola et al., 2020).
Situasi ketakutan mencekam akibat Covid-19 ini juga telah mempengaruhi kesehatan
individual maupun kesehatan dunia internasional (Bavel et al., 2020). Muncul hormon yang
bersifat negatif dan neurotrasmitters ketika manusia terlibat dengan rasa takut mencekam seperti
Catecholamines. Sebagai contoh, hormon kortisol akan mengalir secara cepat dalam jumlah
sangat besar masuk ke dalam sistem kekebalan. Sebagai hasilnya, tumpahan aliran hormon
kortisol ini akan melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia, melemahkan sistem saluran
aliran darah ke dan dari jantung (Tang et al., 2020). Akibat pandemik Covid-19 ini juga telah
mengubah manusia menjadi lebih kreatif untuk mengkonsumsi pangan demi meningkatkan
sistem kekebalan tubuh. Adalah nyata hubungan antara pangan dan fungsi otak seperti mood dan
cognition sekaligus peningkat sistem kekebalan tubuh manusia (Strasser et al., 2016).
Susu kambing adalah salah satu dari pangan berkualitas untuk meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, sebagai contoh, kandungan triptofan dan serotonin. Dengan mengkonsumsi
triptofan susu kambing, mikrobiota pada sistem pencernaan manusia mampu mengatur level
triptopannya yaitu substrat penting sebagai prekursor serotonin utama (Lukic et al., 2019).
Serotonin (5-hydroxytryptamine, 5-HT) adalah hormon penentu yang menstabilkan mood,
cognition, perasaan bahagia, dan kebahagiaan sekaligus penentu peningkatan sistem kekebalan
tubuh manusia. Pada glandula mammari kambing, sekresi dan biosintesis serotonin terjadi
sebagai akibat respons memperlebar bukaan alveolar untuk keluarnya susu menuju puting susu
(Horseman and Collier, 2014). Kandungan tryptophan pada susu kambing lebih besar dari pada
susu sapi (Bellman et al., 2017). Lebih lanjut, susu kambing kaya akan immunoglobulin A,
immunoglobulin G yang berfungsi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia (Park,
2010). Terkenal sebagai pangan sehat sempurna dimana manusia berbagai umur dari sejak bayi
hingga usia lanjut umumnya mampu menikmati kandungan nutrisinya (Gallier et al., 2020).
Kaya akan vitamin A, D, E, dan K (Johansson et al., 2014) dan mineral, seperti kalsium (Ca),
zinc (Zn), dan magnesium (Mg) yang lebih tinggi dari pada susu sapi (Slacanac et al., 2010).
BAB II
2.2. METODE
Metode yang digunakan pada pembuatan paper ini adalah Metode Kajian Pustaka. Kajian
Pustaka merupakan kegiatan untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau
masalah yang menjadi objek. Kajian Pustaka merupakan ringkasan yang lengkap/komplit/utuh
dan tuntas dari penelitian sebelumnya pada suatu topik yang dikaji seperti menelaah artikel
akademik, jurnal, buku-buku (textbook), dan sumber-sumber lainnya yang relevan kepada topik
khusus penelitian yang sedang dikaji tersebut. Kajian hendaknya menguraikan satu per satu
secara runtut, rinci, menjelaskan, menyimpulkan, mengevaluasi secara objective dan
mengklarifikasi penelitian sebelumnya. Secara umum ini diikuti dengan sebuah diskusi dari
thesis statement (topik kajian) dari paper atau dari tujuan penulisan.
BAB III
DISKUSI
3.1 KALSIUM
Kalsium dalam tubuh manusia sekitar 1,5-2% berat badan. Artinya jika berat badan kita
50 kg, maka 0,750 – 1 kilogram adalah kalsium (Shita dan Sulistiyani, 2015). Sebanyak 99%
kalsium terdapat pada jaringan keras yaitu tulang dan gigi sedangkan 1% sisanya terdapat pada
darah dan jaringan lunak (Nofita dan Anjanasri, 2018). Meski hanya 1%, tanpa kalsium itu tubuh
akan mengalami gangguan, seperti gangguan transmisi saraf, gangguan kontraksi pada otot,
darah akan sulit membeku dan sebagainya (Purnasari et al., 2016).
Kalsium bisa didapat dari dua sumber, yaitu hewani dan nabati. Sumber kalsium yang
berasal dari hewani, seperti sarden, ikan yang dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering
(Almatsier et al., 2003). Sedangkan untuk sumber kalsium nabati terdapat di sayuran hijau
seperti sawi, bayam, brokoli, daun pepaya, daun singkong, peterseli (Shita dan Sulistiyani, 2015).
Kalsium juga terdapat di dalam susu perah, dilansir dari data Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (2005), kadar kalsium pada susu sapi segar yaitu 143 mg/100 gram susu atau setara
dengan 0,143%. Sedangkan kandungan kalsium pada susu kambing sekitar 0,18% (Erlita, 2017).
Kebutuhan manusia akan kalsium berbeda-beda tergantung dari usianya, berdasarkan data
dari National Institute of Health (2020) kebutuhan harian kalsium untuk bayi dan anak-anak (usia
0-18 tahun) sebanyak 200-1.300 mg. Konsumsi kalsium pada masa pertumbuhan dibutuhkan
dalam jumlah yang banyak, karena apabila jumlah konsumsi kalsium rendah, maka akan
berdampak pada pertumbuhan yang akan terhambat di masa yang akan datang (dewasa) (Bueno
et al., 2008). Stunting atau masalah kurangnya asupan gizi yang bisa menyebabkan terganggunya
pertumbuhan pada anak juga dapat dipengaruhi oleh ketidakcukupan zat gizi pada saat kehamilan
(Desalegn et al., 2016). Oleh sebab itu kebutuhan kalsium untuk ibu hamil yang dianjurkan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berdasarkan Permenkes RI Nomor 28 Tahun 2019,
membutuhkan tambahan kalsium sebanyak 200 mg/hari dari biasanya.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., Soetarjo, S., & Soekatri, M. 2003. “Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan”.
Bueno, Aline, L., Mauro, A., & Czepielewski. 2008. “The Importance for Growth of Dietary
Intake of Calcium and Vitamin D”. Journal de Pediatria. Vol.84 No.5.
Desalegn, B., Kinfe, E., Fikre, K., & Bosha, T. 2016. “Stunting and Its Associated Factors in
Under Five Years Old Children”. The Case of Hawassa University Technology Villages,
Vol.10 No.11. Southern Ethiopia.
Erlita, Y. 2017. “Kandungan Dan Manfaat Susu Kambing”. Dinas Peternakan & Kesehatan
Hewan. Sumatra Barat.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2019. “Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk
Masyarakat Indonesia”. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor 28
Tahun 2019. No.956.
Nofita, R., & Anjansari, F. R. 2018. “Korelasi Waktu Pemberian Kalsium, dan Kepatuhan
Konsumsi Kalsium Dengan Kejadian Resiko Tinggi Preeklamsia Ibu Hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat”. Indonesian Journal of Midwifery. Vol.1 No.1: 41-48.
Purnasari, G., Briawan, D., & Dwiriani, C. M. 2016. “Kepatuhan Konsumsi Suplemen Kalsium
Serta hubungannya Dengan Tingkat Kecukupan Kalsium Pada Ibu Hamil di Kabupaten
Jember”. Jurnal Kesehatan Reproduksi. Vol.7 No. 2.
Shita, A. D. P., & Sulistiyani. 2015. “Pengaruh Kalsium Terhadap Tumbuh Kembang Gigi Geligi
Anak”. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Jember.
3.2 PROTEIN
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting bagi tubuh, karena berfungsi sebagai
sumber energi, zat pembangun dan pengatur tubuh (Omotayo et al., 2016) dan protein juga
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, pembentukan otot dan sel-sel darah, pertahanan
tubuh terhadap penyakit, enzim dan hormon, serta sintesis jaringan-jaringan tubuh (Rismayanthi,
2006). Tubuh manusia tidak dapat menyimpan protein secara berlebihan, apabila asupan protein
berlebih maka akan disimpan tubuh dalam bentuk trigliserida (Febriani et al., 2019).
Sumber protein ada yang berasal dari hewani, seperti: daging, ikan, ayam, telur, dan susu.
Sedangkan sumber protein juga ada yang dari nabati, seperti: kacang-kacangan, tempe, dan tahu
(Rismayanthi, 2006). Tetapi protein hewani memiliki kualitas lebih tinggi dibandingkan dengan
protein nabati, karena mengandung komposisi asam amino esensial yang lengkap dan optimal
untuk memenuhi kebutuhan manusia (Marlene et al., 2020). Proporsi asupan protein pada
manusia adalah 60-80% protein nabati dan 20-40% protein hewani dari kebutuhan protein
(Lonnie et al., 2018).
Kadar protein pada susu sapi segar berkisar antara 1,5-4% dan sekitar 3,5% (Winarno,
1993), sedangkan pada susu kambing kandungan proteinnya sebesar 3,0% (Erlita, 2017).
Kebutuhan protein seseorang pada masa muda, relatif lebih besar dibanding pada masa dewasa
maupun tua (Almatsier et al., 2003). Dilansir dari data Permenkes RI Nomor 28 Tahun 2019,
Angka Kecukupan Gizi (AKG) protein harian pada bayi dan anak-anak dianjurkan
mengkonsumsi protein sebesar 15-40 gram, pada wanita sebesar 55-65 gram, pria sebesar 50-75
gram. Sedangkan pada ibu hamil dianjurkan menambah asupan protein hingga 30 gram dari
biasanya dan ibu menyusui hingga 20 gram dari biasanya.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., Soetarjo, S., & Soekatri, M. 2003. “Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan”.
Erlita, Y. 2017. “Kandungan Dan Manfaat Susu Kambing”. Dinas Peternakan & Kesehatan
Hewan. Sumatra Barat.
Febriani, R. T., Soesetidjo, A., & Tiyas, F. W. 2019. “Consumption of Fat, Protein, and
Carbohydrate Among Adolescent with Overweight/Obesity”. Journal of Maternal and
Child Health. Vol.4 No.2: 70-76.
Lonnie, M., Hooker, E., Brunstrom, J. M., & Cofre, B. M. 2018. Protein for Life: Review of
optimal Protein Intake, Sustainable Dietary Sources and The Effect on Appetite in Ageing
Adults. Nutrients. No.10: 360.
Marlene, M., Machado, S., Pimentel, F. B., Freitas, V., Alves, R. C., & Oliveira, M. B. P. P.
2020. “Amino Acid Profile and Protein Quality Assessment of Macroalgae Produced in
an integrated multi-trophic Aquaculture System”. Foods. 9:1382.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2019. “Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk
Masyarakat Indonesia”. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor 28
Tahun 2019. No.956.
Omotayo, A. R., El-Ishaq, A., Tijjani, L. M., & Segun, D. I. 2016. “Comparative Analysis of
Protein Content in Selected Mean Samples (Cow, Rabbit, and Chicken) Obtained Within
Damaturu Metropolis”. American Journal of Food Science and Health. Vol.2 No.6: 151-
155.
Rismayanthi, C. 2006. “Konsumsi Protein Untuk Peningkatan Prestasi”. Medikora. Vol.2 No.2:
135-145.
3.3 KALIUM
Kalium adalah kation intraselular utama yang penting dalam metabolisme seluler (Novianti
et al., 2021). Bersamaan dengan natrium, kalium menjaga tekanan darah tetap normal (Saragih
et al., 2021), dengan cara menjaga keseimbangan pH dan osmotik (Supriyanti et al., 2018).
Apabila tubuh kekurangan kalium akan mengakibatkan hipokalemia yang berdampak pada
frekuensi denyut jantung melambat (Irawan, 2007).
Kalium terdapat di dalam semua makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan
(Novianti et al., 2021). Dalam pernyataan (Akhmad Sodiq et al., 2008) bahwa susu kambing PE
mengandung Kalium (K) sebanyak 204 mg per 100 gram nya, sedangkan susu sapi 152 gram per
100 gram. Selain susu, kacang merah juga merupakan salah satu sumber kalium yang baik karena
mengandung kalium sebesar 1151 mg per 100 gram nya (Supriyanti et al., 2018).
Menurut Irawan (2007), diperkirakan kebutuhan minimum kalium sebesar 782 mg/hari.
Sedangkan jumlah konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60 per kilogram berat
badan (3000-4000 mEq), jumlah ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin (Ibrahim, 2020).
Sementara jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah
kalium pada orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak (Yaswir dan Ferawati,
2012).
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc.Agr , Ir. Zainal Abidin. 2008. “Meningkatkan Produksi Susu
Kambing Peranakan Etawa”. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Ibrahim S. 2020. “Potensi Air Kelapa Muda Dalam Meningkatkan Kadar Kalium”. Indonesia
Journal of Nursing and Health Sciences. Vol. No.1: 9-13.
Irawan, M. A. 2007. “Cairan Tubuh, Elektrolit dan Mineral”. Universitas Negeri Semarang.
No.1: 53-61.
Novianti, A., Mustika, A. B., & Mulyani, E. Y. 2021. “Pengetahuan Gizi, Asupan Natrium,
Kalium, Vitamin D Berhubungan Dengan Tekanan Darah Ibu Hamil”. Darussalam
Nutrition Journal. Vol.5 No.2: 90-100.
Saragih, M., Karimah, I., & Puruhita, T. K. A. 2021. “Gambaran Asupan Kalium, Natrium Dan
Status Gizi Pada Dewasa Muda Penderita Hipertensi”. E-Journal Poltekesma. Vol.17
No.1: 11-16.
Supriyanti, F. M. T., Zackiyah, & Rosniawati, F. 2018. “Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.)
Sebagai Sumber Kalium Pada Fortifikasi Yoghurt”. Departemen Pendidikan Kimia,
Universitas Pendidikan Indonesia. 30-38. Bandung.
Yaswir, R., & Ferawati, I. 2012. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium, dan
Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol.1 No.2: 80-85.
3.4 FOSFOR
Fosfor (P) merupakan nutrisi penting untuk pertumbuhan, pemeliharaan, perbaikan semua
jaringan tubuh, dan dibutuhkan bersama dengan kalsium dan magnesium untuk pertumbuhan dan
pembentukan tulang pada bayi dan anak-anak (Emawati et al., 2017). Fosfor merupakan mineral
kedua terbanyak di dalam tubuh, yaitu 1% dari berat badan. Kurang lebih 85% fosfor didalam
tubuh terdapat sebagai garam kalsium fosfat dalam tulang dan gigi yang tidak dapat larut
(Almatsier, 2009). Fosfor juga berfungsi meningkatkan kinerja proses pencernaan makan serta
membantu proses pembuangan sisa metabolisme dan zat-zat tidak berguna bagi tubuh (Kuniano,
2015).
Sumber fosfor terutama berasal dari hewan dan sumber sintetis seperti bone meal, rock
phosphate dan defluorinated rock phosphate (Emawati et al., 2017). Sedangkan sumber fosfor
dari makanan banyak terdapat dalam makanan yang tinggi protein, seperti ikan, ayam, daging,
telur (Rahayu dan Sugiarto, 2015). Selain itu sayur-sayuran, biji labu dan labu kuning merupakan
sumber fosfor yang tinggi (Ariati dan Ratnatyani, 2017).
Kadar fosfor pada susu kambing sebesar 0,23%, sedangkan pada susu sapi sebesar 0,27%
(Erlita, 2017). Dilansir dari data Permenkes RI Nomor 28 Tahun 2019, Angka Kecukupan Gizi
(AKG) fosfor harian pada masyarakat Indonesia yang sedang dalam fase pertumbuhan (umur 10-
18 tahun) dianjurkan mengkonsumsi fosfor sebanyak 1.250 mg/hari. Asupan fosfor memiliki
peranan yang cukup penting dalam pembentukan tulang pada masa pertumbuhan. Kadar fosfat
serum yang rendah akan membatasi pembentukan tulang dan proses mineralisasi tulang
(Ramayulis, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Ariati, N., & Ratnayani, K. 2017. “Skrining Potensi Jenis Biji Polong-polongan (Famili
Fabaceae) dan Biji Labu-labuan (Famili Cucurbitaceae) Sebagai Koagulan Alami”.
Jurnal Kimia. Vol.11 No.1: 15-22.
Emawati, E., Yani, N. S., & Idar. 2017. “Analisis Kandungan Fosfor (P) Dalam Dua Varietas
Kubis (Brassica oleracea) Di Daerah Lembang Bandung”. IJPST. Vol.1 No.1. Bandung.
Erlita, Y. 2017. “Kandungan Dan Manfaat Susu Kambing”. Dinas Peternakan & Kesehatan
Hewan. Sumatra Barat.
Kuniano, D. 2015. “Menjaga Kesehatan di Usia Lanjut”. Jurnal Olahraga Prestasi. Vol.11 No.2:
19-30.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2019. “Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk
Masyarakat Indonesia”. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor 28
Tahun 2019. No.956.
Rahayu, D., & Sugiarto, K. S. 2015. “Penentuan Kadar Mineral Seng (zn) dan Fosfor (P) dala
Nugget Ikan Gabus (Channa Striata) – Rumput Laut Merah (Eucheuma spinosum)”. Sains
Dan Seni ITS. Vol.4 No.2: 2337-3520.
Ramayulis, R., Pramantara, I. D., & Pangastuti, R. 2011. “Asupan Vitamin, Mineral, Rasio
Asupan Kalsium dan Fosfor dan Hubungannya Dengan Kepadatan Mineral Tulang
Kalkaneus Wanita”. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol.7 No.3: 115-122.
3.5 VITAMIN D
Vitamin D merupakan salah satu mikronutrien yang bersifat larut dalam lemak yang
berperan dalam metabolisme kalsium dan fosfat, homeostasis kalsium, kesehatan vaskuler,
diferensiasi dan proliferasi sel (Koolman dan Roehm, 2005), serta berperan penting dalam
pertahanan tubuh melawan patogen (Azmi et al., 2020). Vitamin D telah dikaitkan dengan efek
perlindungan terhadap infeksi pernapasan (Balqis, 2021) serta memiliki berbagai antivirus,
imunomodulator, dan kardiometabolik yang diakui, sehingga dapat membantu memerangi
Covid-19 (Bishop et al., 2020).
Sebagian besar vitamin D dalam edaran darah dibuat di kulit yang terpajan radiasi
ultraviolet B (Misra et al., 2008), sedangkan sumber vitamin D yang berasal dari sumber asli
yaitu vitamin D air susu ibu (Nossein dan Holick, 2013) dan yang berasal dari makanan antara
lain: ikan yang berminyak seperti salmon, kembung (mackerel), sardine, minyak hati ikan kod,
hati dan kuning telur (Wacker dan Holick, 2013). Dalam susu, khususnya susu kambing, jumlah
vitamin D sebanyak 0,7 IU/g lemak (Erlita, 2017).
Berdasarkan pada National Institutes of Health (NIH) (2023), kebutuhan vitamin D yang
disarankan pada bayi, anak-anak, dan orang dewasa kurang dari 70 tahun adalah 600 IU.
Sedangkan jumlah vitamin D yang disarankan untuk usia lebih dari 70 tahun sebesar 800 IU
(Pusparini, 2018). Gejala kurangnya vitamin D dalam tubuh dapat diatasi dengan rutin berjemur
pada pagi hari, memperbanyak konsumsi asupan makanan yang memiliki kandungan vitamin D,
dan mengkonsumsi suplemen vitamin D (Firdausy et al., 2021).
DAFTAR PUSTAKA
Azmi, H., Hassou, N., & Ennaji, M. M. 2020. “Vitamin D Immunomodulator Role in Chronic
and Acute Viral Diseases (In: Ennaji MM, ed.) Emerging and Reemerging Viral
Pathogens”. Elsevier. 489-506. London.
Balqis, F. E. 2021. “Peran Vitamin D Pada Infeksi Covid-19”. Jurnal penelitian Perawatan
Profesional. Vol.3 No.4: 669-682.
Bishop, E., Ismailova, A., Dimeloe, S. K., Hewison, M., & White, J. H. 2020. “Vitamin D and
Immune Regulation: Antibacterial, Antiviral, Anti-inflammatory”. JBMR Plus. Vol.5
No.1.
Erlita, Y. 2017. “Kandungan Dan Manfaat Susu Kambing”. Dinas Peternakan & Kesehatan
Hewan. Sumatra Barat.
Firdausy, A. F., et al. 2021. “The Covid Pedia”. Media Nusa Creative.
Hossein-nezhad, A., & Holick, M. F. 2013. “Vitamin D for Health: a Global Perspective”. Mayo
Clin Proc. No.88: 720-55.
Koolman, J., & Roehm, K. H. 2005. “Color Atlas of Biochemistry 2nd ed”. Thieme. Stuttgart.
Misra, M., Pacaud, D., Petryk, A., Solberg, P. F. C., & Kappy, M. 2008. “Vitamin D Deficiency
in Children and its Management: Review of Current Knowledge and Recommendations”.
Pediatrics. No.122: 398-417.
Wacker, M., & Holick, M. F. 2013. “Vitamin D Effect on Non Skeletal and Extraskeletal Health
and The Need for Supplementation”. Nutrients. No.5: 111-48.
DAFTAR PUSTAKA
Amani, P. 2022. “Defisiensi Vitamin B12: Tinjauan Aspek Fisiologi dan Dampak Spesifik
Terhadap Ginjal”. Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas
Trisakti. Vol.7 No.1: 90-100.
Astiningrum, E. P., Hardinsyah, & Nurdin, N. M. 2017. “Asupan Asam Folat, Vitamin B12 dan
Vitamin C Pada Ibu Hamil di Indonesia Berdasarkan Studi Diet Total”. Jurnal Gizi
Pangan. Vol.12 No.1: 31-40.
Charles, D. H. M., Ness, A. R., Campbell, D., Smith, G. D., Whitley, E., & Hall, M. H. 2005.
“Folic Acid Supplements in Pregnancy and Birth Outcome: Re-analysis of a Large
Randomised Controlled Trial and Update of Cochrane Review”. Paediatr Perinat
Epidemol. Vol.19 No.2: 112-124.
Dewintha, S., & Kusnadi, N. 2009. “Analisis Struktur Biaya Usaha Ternak Kambing Perah
(Kasus: Tiga Skala Perusahaan di Kabupaten Bogor)”. Departemen Agribisnis Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Mahenaz, A., & Ismail, H. 2012. “Severe Anemia During Late Pregnancy”. Hindawi Publishing
Corporation Case Reports in Obstetrica and Gynecology. Doi: 10.1155/2012/485352.
Matte, J. J., Guay, F., & Girard, C. L. 2011. “Bioavailability of Vitamin B12 in Cow’s Milk”.
British Journal of Nutrition. No.107: 61-66.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2019. “Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk
Masyarakat Indonesia”. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor 28
Tahun 2019. No.956.
Rathod, R., Anvita, K., & Joshi, S. 2016. “Novel Insights Into The Effect of Vitamin B12 and
Omega-3 Fatty Acids On Brain Function”. Journal Biomed Science. Vol.12 No.1: 2-7.
Tulak, Y. S. 2023. “Gambaran Penyebab Gizi Kurang Pada Ibu Hamil Berdasarkan Umur
Pendidikan dan Pekerjaan Di Rumah Sakit Sinar Kasih Toraja”. Indonesia Journal of
Intellectual Publication. Vol.3 No.3: 203-209.
3.7 NIASIN
Kandungan vitamin A dan vitamin B (terutama riboflavin dan niasin) pada susu kambing
lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi (Arum dan Purwidiani, 2014). Niasin yang terdapat
pada susu perah ternak kambing per 100 gram adalah sebanyak 0,277 mg (Budiana dan Susanto,
2005). Niasin dalam tubuh manusia berpengaruh terhadap kadar glukosa didalam darah
(Rachmayanti et al., 2017).
Niasin juga dapat menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh, yang mana kolesterol bisa
mengakibatkan penyakit jantung koroner (PJK) (Muzakar et al., 2010). Sumber utama niasin
adalah daging sapi, hati, daging babi, ikan, kacang-kacangan, biji-bijian dan tepung terigu
(Rachmayanti et al., 2017). Secara umum makanan yang kaya protein, kecuali biji-bijian yang
rendah triptofan, merupakan sumber niasin yang baik (Dietitians of Canada, 2014).
Jenis-jenis makanan tersebut merupakan makanan yang umum dikonsumsi oleh masyarakat
sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi kelebihan konsumsi bahan-bahan pangan tersebut
yang mengakibatkan asupan niasin berlebih (Rachmayanti et al., 2017). Apabila asupan niasin
yang berlebihan dapat menghambat penyerapan glukosa oleh otot rangka (Ganji et al., 2003).
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2019), angka kecukupan vitamin yang
dianjurkan per orang per hari berdasarkan jenis kelaminnya yakni laki-laki dianjurkan
mengkonsumsi vitamin B3 rata-rata sebanyak 16 mg dan perempuan dianjurkan mengkonsumsi
vitamin B3 rata-rata sebanyak 14 mg.
DAFTAR PUSTAKA
Arum, H. P., & Purwidiani, N. 2014. “Pengaruh Jumlah Ekstrak Jahe Dan Susu Skim Terhadap
Sifat Organoleptik Yoghurt Susu Kambing Etawa”. E-Journal Boga. Vol.03 No.3: 116-
124.
Budiana, N. S., & Susanto, D. 2005. “Susu Kambing”. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ganji, S., Kamanna, V., & Kashyap, M. 2003. “Niacin and Cholesterol: Role in Cardiovascular
Disease”. J Nutr Biochem. No.6: 298-305.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2019. “Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk
Masyarakat Indonesia”. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor 28
Tahun 2019. No.956.
Muzakar, Dinarti, K., & Astuti, H. 2010. “Asupan Vitamin B3 (niasin), C, E, dan Serat
Berhubungan dengan Dislipidemia Pada Penyakit Jantung Koroner di RS DR.
Mohammad Hoesin Palembang”. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol.6 No.3: 114-122.
Rachmayanti, A. A., Murbawani, E. A., & Wijayanti, H. S. 2017. “Hubungan Asupan Niasin
Dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Wanita 30-55 Tahun Di Kota Semarang”.
Journal of Nutrition College. Vol.6 No.3: 226-233.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus SARS-Cov2 telah menimbulkan
permasalahan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Untuk mencegah penyebaran penyakit ke
wilayah yang lebih luas, pemerintah mengimbau masyarakat untuk memakai masker, menjaga
jarak, dan menjaga nutrisi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Susu kambing, seperti susu lainnya, merupakan salah satu sumber asupan nutrisi yang
bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari penyakit pernafasan karena mengandung
peptida tertentu, vitamin D dan kalsium yang tinggi. Meskipun susu dapat menjadi bagian
penting dari konsumsi variasi makanan sehat, klaim bahwa susu dapat mencegah atau
menyembuhkan virus corona sama sekali tidak benar, susu hanya diakui menjadi salah satu
alternatif penambah imunitas tubuh di masa pandemi Covid-19.
Selain dari tujuh komponen yang dijelaskan, zat gizi untuk menambah kekebalan tubuh
juga dapat diperoleh dari zat gizi lain dan sumber pangan yang lain. Oleh karena itu untuk selalu
menjaga asupan makanan yang bergizi untuk tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., Soetarjo, S., & Soekatri, M. 2003. “Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan”.
Bueno, Aline, L., Mauro, A., & Czepielewski. 2008. “The Importance for Growth of Dietary
Intake of Calcium and Vitamin D”. Journal de Pediatria. Vol.84 No.5.
Charles, D. H. M., Ness, A. R., Campbell, D., Smith, G. D., Whitley, E., & Hall, M. H. 2005.
“Folic Acid Supplements in Pregnancy and Birth Outcome: Re-analysis of a Large
Randomised Controlled Trial and Update of Cochrane Review”. Paediatr Perinat
Epidemol. Vol.19 No.2: 112-124.
Desalegn, B., Kinfe, E., Fikre, K., & Bosha, T. 2016. “Stunting and Its Associated Factors in
Under Five Years Old Children”. The Case of Hawassa University Technology Villages.
Vol.10 No.11. Southern Ethiopia.
Erlita, Y. 2017. “Kandungan Dan Manfaat Susu Kambing”. Dinas Peternakan & Kesehatan
Hewan. Sumatra Barat.
Febriani, R. T., Soesetidjo, A., & Tiyas, F. W. 2019. “Consumption of Fat, Protein, and
Carbohydrate Among Adolescent with Overweight/Obesity”. Journal of Maternal and
Child Health. Vol.4 No.2: 70-76.
Ganji, S., Kamanna, V., & Kashyap, M. 2003. “Niacin and Cholesterol: Role in Cardiovascular
Disease”. Journal Nutr Biochem. No.6: 298-305.
Hossein-nezhad, A., & Holick, M. F. 2013. “Vitamin D for Health: a Global Perspective”. Mayo
Clin Proc. No.88: 720-55.
Irawan, M. A. 2007. “Cairan Tubuh, Elektrolit dan Mineral”. Universitas Negeri Semarang.
No.1: 53-61.
Koolman, J., & Roehm, K. H. 2005. “Color Atlas of Biochemistry 2nd ed”. Thieme. Stuttgart.
Lonnie, M., Hooker, E., Brunstrom, J. M., & Cofre, B. M. 2018. Protein for Life: Review of
optimal Protein Intake, Sustainable Dietary Sources and The Effect on Appetite in Ageing
Adults. Nutrients. No.10: 360.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2019. “Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk
Masyarakat Indonesia”. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor 28
Tahun 2019. No.956.
Omotayo, A. R., El-Ishaq, A., Tijjani, L. M., & Segun, D. I. 2016. “Comparative Analysis of
Protein Content in Selected Mean Samples (Cow, Rabbit, and Chicken) Obtained Within
Damaturu Metropolis”. American Journal of Food Science and Health. Vol.2 No.6: 151-
155.