You are on page 1of 18

Nama Dosen : Dr.Hj.Musaidah,S.Kep.,Ns.,M.

Ks
Mata Kuliah : Konsep keperawatan komunitas

PENINGKATAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT TIDAK MENULAR SERTA


FAKTOR RESIKO KECELAKAAN KERJA DAN LALU LINTAS

OLEH
DEA ELIZABETH LAVENIA WEEFLAAR(21212040)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) GUNUNG SARI MAKASSAR

T.A 2023/2024
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
C. Jenis-jenis Penyakit Tidak Menular
D. Bahaya Penyakit Tidak Menular
E. Pencegahan Penyakit Tidak Menular
F. Cara Untuk Mendeteksi Dini Penyakit Tidak Menular
G. Karakteristik
H. Definisi kecelakaan kerja
I. Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja
J. Definisi kecelakaan lalu lintas
K. Faktor Penyebab kecelakaan lalu lintas
L. Upaya penanggulangan kecelakaan lalu lintas

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini, membahas tentang “ PENINGKATAN DAN
PENANGGULANGAN PENYAKIT TIDAK MENULAR SERTA FAKTOR RESIKO
KECELAKAAN KERJA DAN LALU LINTAS ”. Dalam makalah ini, mengucapkan terima kasih
kepada teman atas partisipasinya dan juga Kepada Dosen yang telah memberikan kami waktu
untuk menyusun makalah ini, orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan materil,
serta teman- teman yang selalu memotivasi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Selain untuk memenuhi salah satu tugas *Mata Kuliah :KONSEP KEPERAWATAN
KOMUNITAS

Dan selanjutnya perlu kami sampaikan bahwa dalam penyusunan makalah ini
mungkin terdapat kesalahan atau kekurangan yg datang nya dari kami sendiri sebagai
manusia, tdk luput dari kesalahan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
sebagai sumber Informasi bagi yang membutuhkan khusunya di kesehatan. kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat kami
butuhkan demi tercapainya makalah yg lebih baik.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini di negara berkembang telah terjadi pergeseran penyebab kematian utama
yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Kecenderungan transisi ini
dipengaruhi oleh adanya perubahan gaya hidup, urbanisasi dan globalisasi. Penyakit yang
tergolong dalam penyakit tidak menular (degeneratif) yaitu : Neoplasma (Kanker),
Diabetes Mellitus, Gangguan mental, Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, dan lain-
lain. Upaya penanggulangan PTM akan lebih efektif dan efisien jika faktor resiko dapat
dikendalikan. Dampak dari PTM dan risikonya selalu berpengaruh pada ketahanan hidup
manusia dan penurunan produktifitas tenaga kerja juga menambah beban pelayanan
kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya, keberadaan faktor
risiko PTM pada seseorang tidak memberikan gejala sehingga mereka tidak merasa perlu
mengatasi faktor risiko dan mengubah gaya hidupnya. Penelitian juga menunjukkan
bahwa pengetahuan masyarakat tentang jenis PTM cukup baik, dan sebagian besar
masyarakat mengetahui bagaimana penderitaan pasien PTM seperti Jantung Koroner,
Kanker, Stroke dan Diabetes melitus, gangguan akibat kecelakaan dan cidera. Namun
mereka umumnya belum memahami pengaruh faktor risiko PTM terhadap kejadian PTM
serta komplikasi yang dapat ditimbulkan PTM. Pada umumnya mereka menganggap
bahwa PTM disebabkan faktor genetik, penyakit orang tua atau penyakit orang kaya.
Beberapa faktor dari penyebab kecelakaan kerja ini wajib diketahui oleh setiap
perusahaan hingga para pekerjanya. Hal tersebut dikarenakan kecelakaan kerja yang
dapat timbul tanpa diduga dan tidak dikehendaki oleh siapapun dapat mengakibatkan
sakit, luka hingga kematian.
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak
disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda (Undang-undang No. 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan).Menurut WHO (1984), kecelakaan
lalu lintas adalah kejadian pada lalu lintas jalan yang sedikitnya diakibatkan oleh satu
kendaraan yang menyebabkan cedera, kerusakan, atau kerugian pada pemiliknya atau
korban. Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang sulit untuk diprediksi kapan dan
dimana terjadinya. Kecelakaan tidak hanya mengakibatkan trauma, cidera, ataupun
kecacatan, tetapi juga dapat mengakibatkan kematian. Kasus kecelakaan sulit
diminimalisasi dan cenderung meningkat seiring pertambahan panjang jalan dan
banyaknya pergerakan dari kendaraan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Penyakit Tidak Menular ?
2. Apa saja factor resiko Penyakit Tidak Menular ?
3. Apa saja jenis-jenis Penyakit Tidak Menular?
4. Apa saja bahaya dari Penyakit Tidak Menular
5. Bagaimana pencegahan Penyakit Tidak Menular
6. Bagaimana cara Mendeteksi Dini Penyakit Tidak Menular
7. Apa itu kecelakaan kerja
8. Apa saja faktor kecelakaan kerja
9. Apa itu kecelakaan lalu lintas
10. Apa saja faktor penyebab Kecelakaan lalu lintas
11. Apa saja upaya penanggulangan kecelakaan lalu lintas

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui tentang penyakit tidak menular
antara lain tentang pengertian, cara mendeteksi dan cara pencegahan. Serta mengetahui
factor terjadinya kecelakaan lalu lintas dan upaya penanggulangan kecelakaan lalu lintas
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit menahun/kronis yang
diakibatkan oleh pola gaya hidup yang tidak sehat seperti perilaku mengkonsumsi
makanan rendah serat dan tinggi lemak, dan kurang beraktivitas fisik serta kebiasaan
merokok setiap hari. Pengendalian penyakit tidak menular diartikan sebagai pencegahan
dan penanggulangan penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular (PTM) secara umum
meliputi penyakit jantung, stroke, kanker, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit sendi
yang sebagian non infeksi, nyeri punggung yang menyebabkan ketidakmampuan bekerja,
cedera berat yang disebabkan kecelakaan lalu lintas dan trauma serta penyakitpenyakit dan
kelainan bentuk lain yang menyebabkan kecacatan. PTM tertentu dapat digolongkan
menjadi satu kelompok utama dengan faktor risiko yang sama (common underlying risk
faktor) seperti jantung dan pembuluh darah, stroke, kencing manis, penyakit paru
obstruktif kronik, dan kanker tertentu. Faktor risiko tersebut antara lain mengkonsumsi
tembakau, pola makan yang tidak seimbang misalnya tinggi lemak dan rendah serat, pola
makan yang salah seperti mengandung zat pengawet, zat pewarna dan lainlain, kurang
olah raga dan kondisi lingkungan yang tidak kondusif terhadap kesehatan. PTM
merupakan penyakit yang dapat dicegah apabila faktor risikonya dikendalikan, sehingga
perawatan pasien PTM mencerminkan kegagalan dari pengelolaan program
penanggulangan PTM. Penanggulangan PTM merupakan kombinasi upaya inisiatif
pemeliharaan mandiri oleh petugas, masyarakat dan individu yang bersangkutan.
Tantangan yang kita hadapi adalah bagaimana mengembangkan sistem pelayanan yang
dapat mendukung upaya pemeliharaan kesehatan mandiri pada masyarakat, dengan lebih
mengedepankan pendekatan promotif dan preventif.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah merekomendasikan agar memusatkan


penanggulangan PTM melalui tiga komponen utama yaitu surveilans faktor risiko,
promosi kesehatan dan pencegahan serta inovasi dan reformasi manajemen pelayanan
kesehatan yang diterapkan secara integratif/terpadu dan komprehensif/menyeluruh.
Departemen Kesehatan RI telah merujuk rekomendasi ketiga komponen WHO tersebut
dengan menyusun Kebijakan dan Strategi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Tidak Menular secara komprehensif. Kegiatan tersebut tidak dapat berjalan sendiri-sendiri
tetapi harus bersama-sama karena ketiganya saling terintegrasi. Upaya kesehatan
paripurna yang terintegrasi dan komprehensif sesungguhnya sudah dicanangkan oleh
pemerintah yaitu berupa upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dinas
Kesehatan sebagai penggerak upaya promotif dan rehabilitatif harus semakin giat
mengumandangan pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit yang harus
terintegrasi dengan pelayanan kesehatan yang bertindak selaku lokomotif penggerak upaya
kuratif dan rehabilitatif. Kalau hal ini dapat terwujud, merupakan suatu keniscayaan visi
kesehatan yang ingin membuat rakyat sehat akan dapat tercapai. Kebijakan promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit harus ditangkap secara cerdas untuk selanjutnya
diimplementasikan kepada masyarakat secara intensif, mengingat banyaknya masyarakat
yang belum tahu tentang berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit,
terutama penyakit tidak menular.

B. Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular


Sesuatu kondisi yang secara potensial berbahaya dan dapat memicu penyakit tidak
menular pada seseorang atau kelompok tertentu, yaitu merokok (aktif & pasif),
kegemukan, minum minuman beralkohol, kurang aktivitas fisik/olahraga, kurang makan
buah dan sayur, makanan tinggi karbohidrat & lemak, tekanan darah tinggi, gula darah
tinggi, dan stres.

C. Jenis-Jenis Penyakit Tidak Menular


1. Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas
140mmHg dan teknan diastolic di atas 90 mmHg (smelz&bare, 2002).
2. Penyakit Jantung
Penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan Jantung tidak dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal-hal tersebut antara lain Otot jantung yang lemah
(kelainan bawaan sejak lahir) dan atau adanya celah antara serambi kanan dan serambi
kiri, oleh karena tidak sempurnanya pembentukan lapisan yang memisahkan antara kedua
serambi saat penderita masih di dalam kandungan. Hal ini menyebabkan darah bersih dan
darah kotor tercampur.
3. Diabetes Mellitus
Diabetes atau yang sering disebut dengan Diabetes Mellitus merupakan penyakit
kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya produksi insulin,zat yang dihasilkan
oleh kelenjar pankreas.Bisa pula karena adanya gangguan pada fungsi insulin,meskipun
jumlahnya normal. Seseorang dikatakan menderita Diabetes jika kadar glukosa dalam
darahnya di atas 120mg/dl (dalam kondisi berpuasa) dan di atas 200mg/dl (dua jam setelah
makan).
4. Penyakit Paru Obstruktif kronik
5. Kanker Penyakit
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker adalah
istilah yang mencakup sekelompok kompleks lebih dari berbagai jenis penyakit kanker.
Kanker dapat mempengaruhi hampir setiap organ dalam tubuh manusia.
6 .Osteoporosis
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous
berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos,
yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang,
disertai gangguan mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang
dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009)
7.Stroke
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak
tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian
reaksi bio-kimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel otak.
Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh
jaringan itu. Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga di Amerika Serikat dan banyak
negara industri di Eropa (Jauch, 2005). Bila dapat diselamatkan, kadang-kadang si penderita
mengalami kelumpuhan pada anggota badannya, hilangnya sebagian ingatan atau
kemampuan bicaranya. Untuk menggarisbawahi betapa seriusnya stroke ini, beberapa tahun
belakangan ini telah semakin populer istilah serangan otak. Istilah ini berpadanan dengan
istilah yang sudah dikenal luas, “serangan jantung”. stroke terjadi karena cabang pembuluh
darah terhambat oleh emboli. emboli bisa berupa kolesterol atau mungkin udara.
D. Bahaya Penyakit Tidak Menular
1. Menurunnya produktivitas
2. Mengakibatkan kecacatan
3. Ketidakmampuan beraktivitas
4. Komplikasi berbagai penyakit
5. Beban ekonomi keluarga
6. Kematian
E. Pencegahan Penyakit Tidak Menular
1. Beraktifitas fisik paling tidak 30 menit setiap hari
2. Tidak merokok atau mengkonsumsi tembakau dan tidak minum alkohol
3. Hindari minuman mengandung pemanis, batasi konsumsi makanan energi padat (terutama
makanan olahan tinggi kadar gula, atau rendah serat, atau tinggi kadar lemak).
4. Perbanyak makan beraneka ragam sayuran, buah-buahan, semua biji-bijian dan kacang-
kacangan seperti buncis.
5. Batasi konsumsi daging merah dan hindari daging olahan
6. Batasi konsumsi makanan yang asin
7. Capai berat badan ideal
8. Berikan ASI Ekslusif 6 bulan pada bayi
F. Cara Untuk Mendeteksi Dini Penyakit Tidak Menular
1. Memeriksa tekanan darah
2. Memeriksa kadar gula darah
3. Kontrol berat badan
G. Karakteristik
Karakteristik sebagian besar penyakit tidak menular (PTM) adalah bersifat kronis dan
dalam jangka panjang. Ironisnya justru memiliki tingkat kefatalan yang sangat tinggi, hampir
dipastikan penderitanya tidak akan sembuh, bahkan cenderung semakin memburuk kondisi
kesehatannya. Akan tetapi faktor resiko utamanya yang bersifat multi faktor dapat diprediksi,
sehingga dapat dicegah sedini mungkin.
Karena itu, untuk mengawal kasus ini sejak tahun 2005 lalu, Kementerian Kesehatan
RI membentuk Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Tugas dan fungsinya
pengendalian faktor resiko, pencegahan penyakit, deteksi dini dan langkah-langkah program
pencegahan dan pengendalian PTM yang berbasis puskesmas bekerjasama dengan multi
sektor serta melibatkan masyarakat secara konfrehensif. Kebijakan utama PP-PTM 8 ini
dirumuskan dalam formulasi kebijakan yang disebut "Trple ACS", yaitu active cities, active
communitie dan actve citizenship.
Pertama, actve cities adalah strategi penanggulangan PTM melalui pendekatan
wilayah dengan mewujudkan kota/kecamatan/desa yang sehat. Implementasistrategi ini
merupakan tanggung jawab dari Pemerintah Daerah. Kedua, active communities, yaitu
melalui pemberdayaan masyarakat lewat kelompok masyarakat madani, kelompok jamaah
haji, majelis taklim, jemaat gereja, nelayan, organisasi profesi dan sebagainya. Ketiga, active
citizenship, berorientasi dari penduduk dan untuk penduduk, memperhatikan karakteristik
penduduk miskin, warga yang tinggal diperbatasan dan daerah terpencil, perlu diperhatikan
tetap dengan menjadikan penduduk mandiri namun tetap pada prinsip berkeadilan.
Triple ACS selanjutnya dijabarkan ke dalam program intervensi utama, Healthy
Public Policy, pengembangan jejaring dan kemitraan, advikasi, sosialisasi dan pemberdayaan
masyarakat dalam pencegahan, surveilans, deteksi dini serta pengendalian PTM. Tentunya
dengan desentralisasi menjadikan pemerintah daerah sebagai subyek utama sekaligus ujung
tombak keberhasilan program ini. Maka secara detail dapat dijelaskan tentang kebijakan dan
stretegi yang harus diperkuat di era desentralisasi sekarang ini :
a. Mengembangkan dan memperkuat program pencegahan pengendalian faktor resiko PTM.
b. Memperkuat deteksi dini faktor resiko PTM.
c. Meningkatkan dan memperkuat manajemen, ketersediaan dan kualitas peralatan untuk
melakukan deteksi dini faktor resiko PTM.
d. Meningkatkan profesionalisme SDM yang bergerak di bidang pengendalian dan
pencegahan faktor resiko PTM.
e. Memperkuat sistem surveilans epidemiologi faktor resiko PTM.
f. Memperkuat jejaring untuk program pencegahan dan pengendalian faktor resiko PTM.
g. Meningkatkan aktivitas advokasi dan disemansi program FR PTM.
h. Memperkuat sitem keuangan program PP-PTM.
Sedangkan untuk tiga strategi utama yang ahrus dikedepankan, Pertama, Surveilans
FR meliputi dimensi struktur soaial, lingkungan, pola hidup dan dilakukan melalui survei
berbasis masyarakat yang dilakukan secara rutin dan berkesinambungan. Kemudian registrasi
PTM dilakukan berbasis data Puskesmas dan RS, dan menyampaikan informasi dari
surveilans dan registrasi merupakan evidence based dalam melakukan promosi dan advokasi
kebijakan serta upaya pelayanan kesehatan PTM.
Kedua, Promosi Kesehatan, mencakup upaya mengerakkan organisasi serta kelompok
masyarakat untuk berperanserta dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
Selanjutnya adanya kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy public policy) dan
penguatan jejaring kerja lintas program dan lintas sektor. Ketiga, melalui upaya pelayanan
kesehatan yang mengarah pada pengembangan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
(UKBM) berupa Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM, dan adanya tatalaksanan
penderita PTM yang efektif dan efisien di Puskesmas dan Rumah Sakit.
H. Definisi kecelakaan kerja
Beberapa faktor dari penyebab kecelakaan kerja ini wajib diketahui oleh setiap perusahaan
hingga para pekerjanya. Hal tersebut dikarenakan kecelakaan kerja yang dapat timbul tanpa
diduga dan tidak dikehendaki oleh siapapun dapat mengakibatkan sakit, luka hingga
kematian.

Dengan mengenali berbagai macam faktor penyebab kecelakaan kerja tentunya dapat
membantu perusahaan dalam mengambil suatu tindakan pencegahan. Karenanya, di bawah
ini kita akan membahas mengenai faktor penyebab kecelakaan yang perlu diperhatikan.
I. Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja

1.Faktor Manusia
Faktor pertama ini tentunya akan dipengaruhi oleh manusia atau pekerja itu sendiri. Contoh
dari faktor ini yang penting untuk dilakukan adalah adanya pelatihan keselamatan serta
kesehatan yang dibuat.

2. Perilaku Manusia
Perilaku manusia ini menjadi faktor penyebab kecelakaan kerja yang paling utama. Sikap
terhadap kondisi kerja, kecelakaan hingga praktik kerja yang aman menjadi hal penting untuk
dilakukan dan diterapkan. Biasanya pekerja yang tidak puas juga dianggap memiliki tingkat
kecelakaan kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang puas.
Namun, hal tersebut juga bergantung dengan kepribadian, sikap hingga karakteristik dari
pekerja itu sendiri.

3. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja ini juga menjadi salah satu faktor penyebab
kecelakaan kerja yang penting untuk diperhatikan. Biasanya hal ini terjadi karena kelalaian
dari pekerja atau perusahaannya.
Adanya pelatihan ini tentu bisa jadi bagian dari proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan di luar dari sistem pendidikan yang berlaku. Hal ini dilakukan
dalam waktu yang singkat dan tentunya dengan mengutamakan praktek dibandingkan teori.
Tujuan dari pelatihan ini juga agar mengerti terhadap alat-alat kerja sehingga dapat
mengurangi timbulnya kecelakaan kerja, kerusakan dan peningkatan pemeliharaan terhadap
alat-alat kerja.

4. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Faktor ini juga adalah seperangkat alat yang dapat digunakan oleh para pekerja agar dapat
melindungi dirinya dari potensi bahaya kecelakaan kerja. Penggunaan APD ini adalah hal
vital yang perlu dilakukan karena adanya kemungkinan potensi terjadi kecelakaan kerja
hingga mengurangi dampak dari kecelakaan tersebut.

5. Prosedur atau SOP


Prosedur kerja yang disusun dengan tidak memperhatikan keselamatan kerja di dalamnya
tentu dapat memperbesar peluang adanya kecelakaan kerja. Karena itu, adanya evaluasi yang
dilakukan secara rutin terhadap semua prosedur kerja yang dibuat akan lebih baik untuk
mengurangi potensi tersebut.

6. Faktor Lingkungan

A. Desain Tempat Kerja


Biasanya, tempat kerja akan didesain untuk lebih aman sejak awal. Tetapi, pada prakteknya
ada saja desain yang dibuat tidak sesuai dengan keamanannya.

B. Lokasi Kerja
Setiap lokasi kerja tentunya memiliki risiko yang berbeda-beda. Bekerja di area tinggi tentu
memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan mereka bekerja di sebuah area yang terbuka.
Karenanya, lokasi menjadi faktor penyebab kecelakaan kerja terjadi
C. Kebisingan
Lingkungan yang berisik juga menjadi faktor penyebab kecelakaan kerja lainnya. Kebisingan
inilah yang dapat mengurangi kenyamanan dalam bekerja sehingga membuat lingkungan
kerja tidak produktif dan kehilangan konsentrasi.

D. Suhu Udara
Panas atau dinginnya suhu udara dari lingkungan tentunya akan membuat produktivitas kerja
seseorang. Karena itu apabila terlalu dingin tidak baik, terlalu panas juga tidak baik. Suhu
udara yang stabil dan pas akan membuat produktivitas meningkat dan potensi kecelakaan
kerja menurun

7. Faktor Peralatan

A. Kondisi Mesin
Dengan kondisi mesin yang tidak memadai, penting untuk dilakukan pembaharuan atau
perbaikan agar dapat mengoptimalkan fungsi dari peralatan itu sendiri. Selain itu,
ketersediaan pengamanan yang lengkap juga dapat mendukung kondisi mesin sehingga dapat
diperbaiki secara sendiri.

B. Posisi Mesin
Posisi mesin juga dapat menentukan. Baik itu dari posisi hingga jenisnya tentu akan
berpengaruh terhadap kenyamanan serta keamanan dari pekerja. Sehingga posisi mesin ini
harus diperhatikan sebagai salah satu faktor penyebab kecelakaan kerja.

J. Definisi kecelakaan lalu lintas


Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja
melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban
manusia dan/atau kerugian harta benda (Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan jalan).Menurut WHO (1984), kecelakaan lalu lintas adalah kejadian
pada lalu lintas jalan yang sedikitnya diakibatkan oleh satu kendaraan yang menyebabkan
cedera, kerusakan, atau kerugian pada pemiliknya atau korban. Kecelakaan lalu lintas
merupakan kejadian yang sulit untuk diprediksi kapan dan dimana terjadinya. Kecelakaan
tidak hanya mengakibatkan trauma, cidera, ataupun kecacatan, tetapi juga dapat
mengakibatkan kematian. Kasus kecelakaan sulit diminimalisasi dan cenderung meningkat
seiring pertambahan panjang jalan dan banyaknya pergerakan dari kendaraan.
Kecelakaan lalu lintas tidak terjadi secara kebetulan, namun diakibatkan oleh beberapa faktor
penyebab kecelakaan yang harus dianalisis supaya tindakan korektif dan upaya preventif
(pencegahan) kecelakaan lalu lintas dapat dilakukan. Kecelakaan lalu lintas dapat diakibatkan
dari situasi-situasi konflik antara pengemudi dengan lingkungan, dimana pengemudi
melakukan tindakan menghindari sesuatu atau rintangan sehingga kemungkinan dapat
menyebabkan tabrakan atau kecelakaan lalu lintas

K. Faktor resiko Kecelakaan Lalu Lintas Darat

Faktor risiko adalah suatu kondisi yang secara potensial berbahaya dan dapat memicu
terjadinya penyakit pada seseorang atau kelompok tertentu. Berkaitan dengan kecelakaan lalu
lintas ada tiga faktor risiko utama yang dapat menyebabkannya yaitu manusia, kendaraan,
dan lingkungan (Iingkungan fisik & sosial ekonomi).Faktor risiko manusia diantaranya
adalah perilaku dan kondisi kesehatan suatu individu yang dapat menyebabkan kejadian
kecelakaan. Kondisi fisik individu yang berkorelasi dengan kewaspadaan saat mengemudi
merupakan fokus pemeriksaan kesehatan sebagai upaya pengendalian faktor risiko KLLD.

Adapun faktor risiko yang penting untuk diperhatikan terkait pada manusia yang dibagi
menjadi 3 bagian yaitu:
Faktor risiko melekat
Faktor risko melekat yaitu faktor risiko yang tidak dapat diketahui interfensi apapun terhadap
individu tersebut yaitu: umur, jenis kelamin, dan genetik.
Faktor risiko perilaku
Faktor perilaku yaitu perilaku pada pengemudi yang berisiko terhadap cedera akibat KLLD
yaitu: tidak memakai alat pelindung diri (APD), penggunaan mobile phone, mengendarai
dengan kecepatan tinggi, merokok, konsumsi alkohol dan obat-obatan (amphetamine).
Kondisi/penyakit pada pengemudi
Terdapat beberapa aspek kondisi dan penyakit yang penting untuk diperhatikan pada
pengemudi yaitu: kelelahan, mengantuk, gangguan muskuloskeletal, gangguan pendengaran,
gangguan penglihatan, epilepsi, hipertensi, dan diabetes.

Konsumsi alkohol dan amphetamine dapat mempengaruhi saat kewaspadaan saat


mengemudi. Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan segera
dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya berbeda-beda, tergantung dari jumlah/kadar
alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah yang kecil, alkohol menimbulkan perasaan relaks,
dan pengguna akan lebih mudah mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan
keparahan.
Dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah orang akan menjadi euforia, namun dengan
penurunannya orang tersebut menjadi depresi. Bila dikonsumsi berlebihan, akan muncul efek
sebagai berikut: merasa lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan terhambat
menjadi lebih emosional (sedih, senang, marah secara berlebihan) muncul akibat ke fungsi
fisik motorik, yaitu bicara tidak jelas, pandangan menjadi kabur, sempoyongan, inkoordinasi
motorik dan bisa sampai tidak sadarkan diri.

Kemampuan mental mengalami hambatan, yaitu gangguan untuk memusatkan perhatian


dan daya ingat terganggu. Pengguna biasanya merasa dapat mengendalikan diri dan
mengontrol tingkah lakunya. Pada kenyataannya mereka tidak mampu mengendalikan diri
seperti yang mereka sangka mereka bisa. Oleh sebab itu banyak ditemukan KLLD yang
disebabkan karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk.

Pada dosis kecil semua jenis amphetamine akan meningkatkan tekanan darah, mempercepat
denyut nadi, melebarkan bronkus, meningkatkan kewaspadaan, menimbulkan euforia,
menghilangkan kantuk, mudah terpacu, menghilangkan rasa Ielah dan rasa lapar,
meningkatkan aktivitas motorik, banyak bicara, dan merasa kuat. Sedangkan dosis sedang
amphetamine (20-50mg) akan menstimulasi pernafasan, menimbulkan tremor ringan, gelisah,
meningkatkan aktivitas motorik, insomnia, agitasi, mencegah lelah, menekan nafsu makan,
menghilangkan kantuk, dan mengurangi tidur. Kondisi di atas memperlihatkan bahwa kadar
kedua zat tersebut dapat mempengaruhi performa individu saat mengemudi.

Gejala penyerta pada hipoglikemia dan hiperglikemia adalah lelah, fungsi mental yang
menurun, perasaan gemetar, berkeringat, perih pada mulut, pusing, perasaan linglung dan
jantung berdetak keras hingga kehilangan kesadaran. Kondisi ini dapat membahayakan pada
saat mengemudi.

Selain ketiga hal diatas, tekanan darah juga berpengaruh dalam mengemudi. Hal ini terjadi
karena pada hipertensi dan hipotensi seringkali timbul gejala penyerta berupa nyeri kepala,
mata berkunang-kunang, pandangan kabur dan pada kondisi ekstrim, pengemudi dapat
mengalami penurunan kesadaran.

L. Upaya pengendalian kecelakaan lalulintas

Upaya-upaya pengendalian cedera akibat kecelakaan lalu lintas darat pada:


1. Faktor Manusia
Peningkatan berperilaku sehat di jalan melalui advokasi, sosialisasi, edukasi, deteksi dini dan
kampanye yang meliputi:
Kampanye berperilaku sehat dan aman di jalan melalui media masa (elektronik dan cetak).
Memberikan rekomendasi penundaan keberangkatan bagi pengemudi yang terdeteksi
mengalami hipertensi berat, mengalami hiperglikemi atau hipoglikemi, mengkonsumsi
alkohoI dan amphetamine.
Menginformasikan pengaturan jam kerja dan lama mengemudikan kendaraan terutama untuk
pengemudi alat transportasi massal:
Waktu kerja paling lama 8 jam sehari.
Setelah mengemudi selama 4 jam berturut-turut wajib beristirahat paling singkat setengah
jam.
Dalam hal tertentu pengemudi dapat

dipekerjakan paling lama 12 jam sehari termasuk waktu istirahat 1 jam.


Melengkapi dan menggunakan sabuk keselamatan dan kursi khusus untuk bayi dan anak-
anak.
Penggunaan helm sebagai alat pelindung diri saat mengendarai sepeda motor.
Menganjurkan untuk tidak berkendara ketika dalam kondisi yang tidak prima. Misalnya,
mengidap hipertensi berat, diabetes mellitus yang tidak terkontrol, serangan asma akut,
epilepsi, atau kondisi kesehatan lain yang menyebabkan berkurangnya kewaspadaan dalam
berkendara.

2. Faktor Kendaraan dan Lingkungan Fisik


Desain sistem lalu lintas jalan untuk keamanan dan pemakaian yang berkelanjutan.
Mengelola pajanan faktor risiko melalui kebijakan pemakaian lahan dan transportasi
serta penyediaan teknologi komunikasi dalam rangka tanggap darurat dengan cara:
Mempersiapkan akses yang efisien dalam
hal jarak tempuh, kecepatan dan keamanan.
Mendorong masyarakat untuk memilih alat transportasi yang sesuai dengan standar
keselamatan.
Memberlakukan peraturan terhadap pengendara, kendaraan dan infrastruktur jalan.

3. Faktor Sosial
Peningkatan kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat di jalan sebagai pengguna jalan
melalui advokasi, sosialisasi, edukasi, deteksi dini dan kampanye meliputi:
Pendidikan berlalu lintas dengan baik sejak dini.
Perlindungan pemakai jalan yang termasuk dalam kelompok rentan.
Pemahaman tentang disiplin berlalu lintas.
Pentingnya pemahaman batasan kecepatan kendaraan bermotor sesuai jenis jalan.
Perilaku aman bagi pejalan kaki.
Tidak minum minuman beralkohol dan obat yang menyebabkan ngantuk pada saat
mengendarai kendaraan.

Dengan terkendalinya faktor risiko kecelakaan lalu lintas darat diatas maka dampak yang
lebih luas menyangkut keluarga dan masyarakat dapat juga dikendalikan. Dampak yang
timbul antara lain:
Penurunan produktifitas kerja baik jika korban adalah kepala keluarga maupun salah
satu anggota keluarga.
Kehilangan pekerjaan permanen, diakibatkan korban menglami kecacatan yang menetap.
Kerugian material.

Berkurangnya kualitas hidup (pendidikan, kasih sayang, kesehatan, perhatian dan sebagainya)
bagi korban dan keluarganya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Deteksi dini adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit/kelainan yang secara
klinis belum jelas dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang
dapat digunakan secara tepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya
sehat, benar-benar sehat dengan tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita
kelainan. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit menahun/kronis yang
diakibatkan oleh pola gaya hidup yang tidak sehat seperti perilaku mengkonsumsi
makanan rendah serat dan tinggi lemak, dan kurang beraktivitas fisik serta kebiasaan
merokok setiap hari. Pengendalian penyakit tidak menular diartikan sebagai
pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular.
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak
disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda (Undang-undang No.
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan).Menurut WHO (1984),
kecelakaan lalu lintas adalah kejadian pada lalu lintas jalan yang sedikitnya
diakibatkan oleh satu kendaraan yang menyebabkan cedera, kerusakan, atau kerugian
pada pemiliknya atau korban. Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang sulit
untuk diprediksi kapan dan dimana terjadinya. Kecelakaan tidak hanya
mengakibatkan trauma, cidera, ataupun kecacatan, tetapi juga dapat mengakibatkan
kematian. Kasus kecelakaan sulit diminimalisasi dan cenderung meningkat seiring
pertambahan panjang jalan dan banyaknya pergerakan dari kendaraan.
Beberapa faktor dari penyebab kecelakaan kerja ini wajib diketahui oleh setiap
perusahaan hingga para pekerjanya. Hal tersebut dikarenakan kecelakaan kerja yang
dapat timbul tanpa diduga dan tidak dikehendaki oleh siapapun dapat mengakibatkan
sakit, luka hingga kematian.

B. SARAN
Agar diadakan upaya Advokasi PTM kepada pemerintah disemua tingkatan.
Tujuannya untuk meningkatkan komitmen dan dukungan biaya, kebijakan dan dasar
hukum untuk menguatkan program PP-PTM. Tentunya, untuk mendukung
implementasi kebijakan-kebijakan tersebut, diperlukan pendidikan dan pelatihan
terhadap tenaga kesehatan, khususnya pelatihan para manager atau pengelola program
pengendalian PTM di tingkat provionsi dan kabupetn/kota. Selanjutnya diharapkan
pengelola program tersebut dapat meningkatkan upaya pengendalian PTM di masing-
masing daerah.
DAFTAR PUSTAKA
.
http://dinkes.tabalongkab.go.id/2014/12/pencegahan-penyakit-tidak-menular/
http://infojambi.com/opini/3482-kebijakan-dan-strategi-pengendalian-penyakittidak-
menular.
html http://dkk.sukoharjokab.go.id/read/deteksi-dini-program-penyakit-tidak-
menularpt
DepkesRI,PedomanPengendalianCedera,Jakarta,2014DepkesRI,PetunjukTeknisPenge
ndalianCederaAkibatKecelakaanLalulintasDarat,KemkesRI,Jakarta,
2014

You might also like