You are on page 1of 5

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

VOLUME 09 No. 03 September l 2006 Halaman 129 - 133


Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan
Artikel Penelitian

STUDI KASUS DESKRIPTIF EFEKTIVITAS PELAKSANAAN


REGULASI PERIZINAN RUMAH SAKIT UMUM
DESCRIPTIVE STUDY ON THE EFFECTIVENESS OF
HOSPITAL LICENSING REGULATION

Inni Hikmatin1, Hanevi Djasri2, Adi Utarini3


1
Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
2
Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK UGM Yogyakarta
3
Magister Manajemen Rumah Sakit UGM, Yogyakarta

ABSTRACT rumah sakit, terdiri dari dua rumah sakit kabupaten dan 4 rumah
Background: In the context of good governance, government sakit swasta telah dipilih dari 1 kotamadia dan 1 kabupaten di
plays an important regulatory role to ensure patient safety. Hospital DIY. Instrumen yang digunakan berupa cek-lis yang
licensing for public and private hospitals is one of the regulatory dikembangkan dari standar perizinan rumah sakit, terdiri dari
activities, primarily delegated to the district level The shift of empat komponen utama yaitu governance dan manajemen, hak
responsibility, i.e. from mainly the central level to the district level, pasien dan etika rumah sakit, pelayanan dan fasilitas fisik.
was problematic, hence, requiring evaluation of its implementation Hasil: Kepatuhan terhadap perizinan rumah sakit di rumah sakit
at the district level. pemerintah dan swasta tidak mencapai 100,0% seperti yang
Objective: This study aimed to describe effectiveness of hospital seharusnya dipersyaratkan. Dari keempat komponen yang dinilai,
licensing regulation in Yogyakarta Province. hanya komponen hak pasien dan etika rumah sakitlah yang
Method: This is a descriptive study with embedded case mencapai tingkat optimal. Proporsi terkecil adalah pada aspek
study design, employing observation and in-depth interview in governance dan manajemen, yaitu 64,0%.
two district hospitals and four private hospitals, located in two Kesimpulan: Meskipun rumah sakit belum memenuhi
districts. Effectiveness was measured by hospital adherence persyaratan perizinan, dua dari tiga rumah sakit swasta yang diteliti
to licensing standard, evaluated using a check-list developed mempunyai izin dan satu diantaranya tidak mempunyai izin namun
from the 4 components in the licensing standard, i.e. governance tetap operasional. Perizinan untuk rumah sakit pemerintah belum
and management, patient rights and hospital ethics, services, and diatur, meskipun ketiganya belum memenuhi persyaratan.
physical facilities. Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi perizinan rumah
Result: Compliance toward hospital licensing at district and sakit belum efektif.
private hospitals did not reach 100% as it should be. Out of four
components evaluated in the licensing standard, aspect that was Kata Kunci: regulasi pelayanan kesehatan, perizinan rumah
valued, only patient right and hospital ethics that reached optimum sakit, efektivitas, studi kasus
level. The lowest score was governance and management
component, i.e. 64.0%. PENGANTAR
Conclusion: Despite hospital non-compliance to the licensing
standard, two out of three private hospitals did have a license
Dalam reformasi kesehatan, public-private mix
and one hospital was still in operation even without a license. menjadi komponen penting dalam setiap kebijakan
Mechanisms for licensing of public hospitals have not yet been kesehatan pemerintah di berbagai tingkatan dan
developed. This study showed that implementation of hospital dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen. Hal ini
licensing regulation was not effective.
tidaklah mudah dilakukan, terutama di negara-
Keywords : health service regulation, hospital licensing, negara sedang berkembang yang bukti-bukti
effectiveness, case study research terkininya masih terbatas.1 Beragamnya jenis dan
kepemilikan fasilitas kesehatan mempunyai dua
ABSTRAK implikasi utama. Pertama, peran pemerintah
Latar belakang: Dalam konteks good governance, pemerintah
sebagai regulator membutuhkan pengembangan
mempunyai peran penting dalam regulasi, yang bertujuan untuk
menjamin keselamatan pasien. Perizinan rumah sakit untuk model, strategi implementasi serta instrumen
rumah sakit pemerintah dan swasta merupakan salah satu berbagai kegiatan regulasi pelayanan kesehatan.
aktivitas regulasi, terutama didelegasikan ke tingkat kabupaten. Kedua, pemerintah sebagai pelaksana penyedia
Pendelegasian wewenang ini menimbulkan beberapa
pelayanan kesehatan juga perlu mengembangkan
permasalahan, sehingga memerlukan evaluasi implementasinya
di tingkat kabupaten. model, strategi dan instrumen untuk membangun
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kemitraan antara lembaga pelayanan pemerintah
kepatuhan rumah sakit untuk memenuhi standar perizinan di (umumnya melalui puskesmas) dengan lembaga
Provinsi DIY.
pelayanan selain puskesmas (misal rumah sakit
Metode: Dilakukan penelitian studi kasus deskriptif dengan
rancangan studi kasus terpancang, menggunakan observasi dan pemerintah) dan pelayanan swasta khususnya
wawancara mendalam dalam pengumpulan datanya. Enam dalam menjalankan program-program pemerintah.2

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 3 September 2006 l 129
Inni Hikmatin, dkk.: Studi Kasus Deskriptif Efektivitas Pelaksanaan

Perizinan merupakan salah satu mekanisme Alasan pemilihan studi kasus karena fokus
regulasi mutu pelayanan untuk menjamin bahwa penelitiannya terletak pada fenomena-fenomena
lembaga pelayanan atau individu tenaga kesehatan kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan
tersebut dapat memenuhi standar kompetensi mini- nyata, peneliti tidak memiliki peluang untuk
mal untuk melindungi keselamatan publik. Dengan mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diteliti,
desentralisasi kesehatan, maka fungsi dinas serta pokok pertanyaan penelitian ini berkenaan
kesehatan sebagai penetap kebijakan dan regulator dengan mengapa dan bagaimana.3
bidang kesehatan harus semakin dikembangkan. Unit analisis dalam penelitian ini adalah dinas
Sebagai regulator, antara lain dinas kesehatan kesehatan kabupaten/ kota. Pemilihan dinas
berperan melakukan pengawasan dan regulasi kesehatan di tingkat kabupaten dilakukan secara
berbagai jenis fasilitas pelayanan kesehatan purposif, dengan kriteria kabupaten yang telah
termasuk rumah sakit, baik milik pemerintah ataupun memiliki Perda perizinan sarana pelayanan
milik swasta. kesehatan dan telah mengeluarkan izin sarana
Kenyataannya, pelaksanaan kebijakan regulasi (Kabupaten Bantul), serta kabupaten yang belum
pemerintah saat ini tentang perizinan pelayanan memiliki Perda perizinan (kotamadia). Data yang
kesehatan, termasuk perizinan rumah sakit, belum disajikan pada makalah ini merupakan unit analisis
mencerminkan mutu pelayanan yang diberikan terpancang pada tingkat rumah sakit. Pemilihan
ataupun keamanan bagi masyarakat. Aspek rumah sakit mempertimbangkan kepemilikan
regulasi belum berjalan secara optimal, regulasi (swasta atau pemerintah) dan kelas (C dan D).
perizinan belum terfokus pada aspek profesionalisme Alat penelitian yang digunakan adalah check-
melainkan administratif, kerja sama lintas program, list/instrumen perizinan rumah sakit untuk menilai
lintas sektor dan organisasi profesi, lembaga kepatuhan rumah sakit terhadap pemenuhan
masyarakat masih sangat terbatas, serta belum ada persyaratan dalam standar perizinan. Penilaian
pembagian peran yang jelas antara dinas kesehatan instrumen ini dilakukan dengan cara observasi
kabupaten-kota dan provinsi. Penelitian ini langsung dan wawancara terhadap pihak rumah
mendeskripsikan efektivitas pelaksanaan regulasi sakit. Tim penilai terdiri dari tiga orang, dengan latar
perizinan rumah sakit umum dengan mengukur belakang fisik bangunan/arsitektur, manajemen
kepatuhan rumah sakit terhadap standar perizinan rumah sakit, dan menangani regulasi pelayanan di
rumah sakit. dinas kesehatan provinsi. Dokumentasi berbentuk
foto juga diambil untuk memperkuat data. Analisis
BAHAN DAN CARA PENELITIAN dilakukan secara deskriptif kuantitatif menggunakan
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus proporsi pemenuhan terhadap persyaratan dalam
deskriptif, dengan rancangan multikasus terpancang. standar perizinan rumah sakit.

Tabel 1. Data Karakteristik Enam Rumah Sakit yang Diteliti

RS Izin/Akreditasi* Kepemilikan Tipe Jumlah BOR LOS TOI GDR NDR


RS TT (hari)

1 -/- ABRI C 65 59,34 5,01 3,40 0,96 0,74


2 +/- Swasta D 50 29,60 3,90 8,80 1.68 0,00
3 -/+ Pemerintah C 124 56,00 4,90 3,00 40,70 18,10
4 -/+ Pemerintah C 131 65,13 4,57 2,20 26,30 8,40
5 +/+ Swasta D 111 63,23 3,49 2,90 2,62 0,02
6 -/- Swasta D 16 56,21 4,05 3,28 2,63 0,00

* Terakreditasi 5 pelayanan; Sumber: Profil Dinas Kesehatan Provinsi Tahun 2005

130 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 3 September 2006
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN aspek yang lain belum memenuhi, dengan
pencapaian terendah pada governance dan
Sejumlah enam rumah sakit diteliti, 3 berada di manajemen.
wilayah kotamadia dan 3 berada di Kabupaten
Bantul. Rumah sakit tersebut berimbang dalam hal PEMBAHASAN
kelas rumah sakit (C dan D), kepemilikan Lisensi (perizinan) adalah suatu proses
(pemerintah dan swasta), namun bervariasi dalam pemberian izin oleh pemerintah kepada individu dan/
hal kapasitas tempat tidur. Terdapat rumah sakit yang atau lembaga pelayanan kesehatan untuk
kapasitas tempat tidurnya tidak memenuhi melaksanakan misinya. Regulasi lisensi
persyaratan minimal (yaitu hanya 16 tempat tidur). dikembangkan untuk menjamin bahwa individu dan/

Tabel 2. Tingkat Pemenuhan (%) Rumah Sakit Terhadap Persyaratan Perizinan

Standar Rumah Sakit


RS 1 RS 2 RS 3 RS 4 RS 5 RS 6
Aspek governance & manajemen 52,29 61,33 78,27 80,77 61,60 49,99
Aspek sosial, hak pasien dan etika rumah
sakit 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Aspek fisik dan bangunan rumah sakit 77,92 89,80 94,04 89,62 86,05 84,08
Aspek pelayanan & klasifikasi rumah sakit 85,19 76,84 89,42 87,97 85,02 53,03
Rata-rata tingkat kepatuhan rumah sakit
terhadap persyaratan perizinan 78,85 81,99 90,43 89,59 83,17 71,78

Dari enam rumah sakit yang diteliti, tidak satu atau lembaga pelayanan kesehatan tersebut telah
pun rumah sakit yang 100% memenuhi persyaratan memenuhi standar minimal untuk melindungi
perizinan rumah sakit, dengan variasi antara 78% - keselamatan publik dan tenaga kesehatan. 4
90%, terendah di rumah sakit enam. Tampak bahwa Perizinan rumah sakit merupakan regulasi eksternal
kesenjangan antarrumah sakit yang terbesar yang diterapkan bagi seluruh rumah sakit (pemerintah
terdapat pada aspek governance dan manajemen ataupun swasta) yang bertujuan untuk melindungi
(antara rumah sakit 4 dan 6), dan aspek pelayanan keselamatan masyarakat melalui penerapan standar
dan klasifikasi rumah sakit (antara rumah sakit 3 input minimal yang harus dipenuhi sejak pendirian,
dan 6). Di antara enam rumah sakit tersebut, rumah penyelenggaraan hingga monitoring rumah sakit,
sakit keenam hanya mencapai lebih kurang separoh serta untuk menetapkan bahwa pihak yang
dari persyaratan pada aspek governance dan mengajukan izin pendirian rumah sakit mempunyai
manajemen serta pelayanan. kualifikasi, latar belakang dan sumber daya yang
memadai untuk memenuhi standar tersebut.5
100
100 Berdasarkan pemahaman di atas, seharusnya
90
86.92
79.58
seluruh lembaga pelayanan yang operasional
80
70 64.04
mempunyai izin, lembaga pelayanan yang berizin
60 mampu memenuhi persyaratan perizinan,
50
40
sedangkan bagi yang belum memenuhi persyaratan
30 tentunya belum memperoleh izin. Hasil penelitian
20
10
ini menunjukkan bahwa tidak seluruh rumah sakit
0 yang telah operasional mempunyai izin dan rumah
Aspek
governance &
Aspek sosial, hak
pasien dan etika
Aspek fisik dan
bangunan RS
Aspek pelayanan
& klassifikasi RS
sakit yang berizin pun belum dapat memenuhi 100%
manajemen RS persyaratan perizinan. Rerata kepatuhan tertinggi
justru terdapat pada rumah sakit umum milik
Gambar 1. Tingkat Pemenuhan (%) Dalam Setiap
pemerintah (90,43%) dan terendah di rumah sakit
Komponen Standar Perizinan Rumah Sakit
milik swasta (71,77%). Padahal selama ini kebijakan
atau peraturan perizinan rumah sakit adalah bagi
Apabila dilihat dari empat aspek dalam
rumah sakit swasta. Perizinan bagi rumah sakit
komponen standar perizinan rumah sakit, maka
pemerintah, justru belum diatur. Dengan demikian,
aspek sosial, hak pasien dan etika rumah sakit telah
dapat dikatakan bahwa implementasi regulasi
memenuhi persyaratan perizinan, sedangkan ketiga

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 3 September 2006 l 131
Inni Hikmatin, dkk.: Studi Kasus Deskriptif Efektivitas Pelaksanaan

perizinan bagi rumah sakit umum swasta pun belum memenuhi persyaratan kapasitas tempat tidur rumah
efektif, baik secara administratif maupun dari aspek sakit, namun tetap diperbolehkan untuk operasional.
pemenuhan standarnya. Dalam kondisi demikian, perlu dipertimbangkan
Di antara enam rumah sakit tersebut, tiga rumah pemberian kembali izin operasional rumah sakit
sakit dengan tingkat kepatuhan tinggi (yaitu RS 3, dan kesempatan bagi rumah sakit untuk
RS 4 dan RS 5) adalah rumah sakit yang telah memperbaikinya. Di beberapa negara, pelayanan-
terakreditasi oleh KARS (dua RS pemerintah dan pelayanan tertentu (seperti halnya rawat jalan)
satu rumah sakit swasta). Hal ini dapat menjelaskan dapat tetap dilaksanakan, akan tetapi rumah sakit
mengapa tingkat kepatuhannya relatif tinggi. tidak dapat secara penuh memberikan
Meskipun demikian, menarik untuk dicermati bahwa pelayanannya, sampai dengan persyaratan
ketiga rumah sakit tersebut pun belum dapat perizinan dapat dipenuhi kembali. Berbagai
mencapai 100% persyaratan dalam standar perizinan mekanisme ini perlu dikembangkan dengan tujuan
rumah sakit. tetap menjaga keselamatan pasien dan memberi
Izin suatu pelayanan kesehatan bisa kesempatan pada rumah sakit untuk perbaikan.
diterbitkan setelah dilakukan kunjungan inspeksi Agar peran regulasi pelayanan kesehatan
dan ternyata memang sebuah pelayanan dapat dilaksanakan secara efektif, terdapat empat
kesehatan tersebut telah memenuhi persyaratan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam desain
ataupun standar perizinan maka izin untuk dan implementasi regulasi.7,8 Faktor tersebut
melakukan pelayanan kesehatan bisa segera adalah informasi, kapasitas, otoritas dan konteks.
diterbitkan. Tahap berikutnya setelah izin Informasi terkait dengan pemahaman pihak regu-
diterbitkan adalah melihat proses pelayanan dan lator, pihak yang diregulasi, serta masyarakat
menilai kinerja institusi pelayanan kesehatan terhadap standar dan prosedur, simetris tidaknya
tersebut, sehingga diperlukan mekanisme evaluasi informasi yang dimiliki setiap pihak, umpan balik
dan monitoring yang harus selalu dilakukan secara penilaian dan monitoring perizinan, serta transparansi
rutin dan berkala untuk mengetahui apakah proses informasinya. Kapasitas menyangkut ketersediaan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tersebut sumber daya di pihak regulator, pemahaman dan
masih tetap memberikan pelayanan sesuai standar keterampilan sumber daya manusia terhadap
atau ada perubahan dalam perjalanannya. standar dan pelaksanaan penilaian, serta struktur
Walshe6 menyatakan bahwa peran regulasi organisasinya. Otoritas meliputi kejelasan mengenai
pelayanan kesehatan meliputi direction, detection, otoritas pihak yang meregulasi dan diregulasi,
dan regulatory enforcement. Direction bertujuan kejelasan antara peran pemerintah pusat dan daerah
untuk mengarahkan fungsi pelayanan kesehatan (provinsi dan kabupaten), kredibilitas dan efektivitas
melalui penyusunan, penetapan, dan diseminasi sistem sanksi, kekuatan lembaga konsumen, me-
standar. Detection adalah kegiatan penilaian atau dia dan asosiasi profesi dan sumber-sumber konflik,
pengukuran kinerja pelayanan kesehatan dengan sedangkan konteks dapat dikaitkan dengan konteks
cara inspeksi, monitoring laporan, dan investigasi, politik, sosial ekonomi dan budaya. Untuk
sedangkan regulatory enforcement dilakukan melaksanakan Undang-Undang No. 32/2004 9
dengan penerapan sanksi, pembatasan layanan, dalam konteks good governance di bidang
denda, maupun intervensi manajemen. Ketiga kesehatan10, pemahaman departemen kesehatan,
unsur tersebut harus ada dalam suatu sistem dinas kesehatan provinsi dan kabupaten terhadap
regulasi pelayanan kesehatan. faktor-faktor di atas dapat digunakan untuk
Dengan demikian, perizinan tidak hanya meningkatkan efektivitas regulasi pelayanan.
dilakukan pada awal mulainya suatu rumah sakit
(izin pendirian dan izin penyelenggaraan), akan KESIMPULAN DAN SARAN
tetapi perlu dikembangkan pula mekanisme dan Melalui penilaian kepatuhan terhadap standar
persyaratan untuk monitoring perizinan. Monitoring perizinan rumah sakit, penelitian ini menyimpulkan
bermanfaat untuk mengetahui apakah setiap saat bahwa regulasi perizinan rumah sakit belum
rumah sakit tetap memenuhi persyaratan perizinan dilaksanakan secara efektif, baik di daerah yang
serta apabila tidak lagi memenuhi persyaratan telah memiliki Perda dan mengeluarkan izin sarana
tersebut, harus diantisipasi mekanisme khusus bagi ataupun yang belum memiliki Perda. Untuk
rumah sakit untuk melakukan tindakan koreksi meningkatkan efektivitasnya, perlu diperhatikan
tersebut. Sebagai contoh, rumah sakit keenam aspek desain regulasi perizinan rumah sakit,
mempunyai kepatuhan yang terendah dalam informasi yang jelas tentang prosedur dan
memenuhi persyaratan perizinan serta tidak lagi mekanisme perizinan bagi di pihak dinas kesehatan

132 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 3 September 2006
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

sebagai regulator dan rumah sakit, kapasitas dinas Methodology Refinement Series. Quality
kesehatan kabupaten untuk melakukan survei dan Assurance Project, Bethesda MD, USA. 1999.
monitoring perizinan, serta otoritas perizinan rumah 5. Departemen Kesehatan. Draft Standar Perizinan
sakit. Rumah Sakit Umum Klas B, C dan D.
Departemen Kesehatan. Jakarta. 2005.
KEPUSTAKAAN 6. Walshe, K. Regulating Healthcare. A
1. Gilson, L., & Thomas, S. Introduction: Prescription for Improvement. Open University.
Intervening in The Public/Private Mix. In: Philadelphia. 2003.
Soderlund, Mendoza-Arana and Goudge (eds). 7. Hongoro, C., Kumaranayake, L. Do they work?
The new Public/Private Mix In Health: Exploring Regulating For-Profit Providers in Zimbabwe.
The Changing Landscape. Geneva: Alliance For Health Policy and Planning. 2000; 15 (4): 368-
Health Policy And Systems Research. 2003. 377.
2. Utarini, A. Alternatif Strategi Pelaksanaan Peran 8. Soderlund, N., Tangcharoensathien, V. Health
Regulasi Pascadesentralisasi Di Daerah. Jurnal Sector Regulation – Understanding the Range
Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2004; 7(2): of Responses from Government. Health Policy
61-8. and Planning. 2000; 15(4): 347-8.
3. Yin, R.K. Case Study Research: Design and 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Methods. Sage Publications. London. 1994. Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. 2004.
4. Rooney, A.L., & Ostenberg, P.R. van. Licensing, 10. Trisnantoro, L. Memahami Penggunaan Ilmu
Accreditation and Certification: Approaches To Ekonomi Dalam Manajemen Rumah Sakit.
Health Services Quality. Quality Assurance Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
2004.

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 3 September 2006 l 133

You might also like