You are on page 1of 16

LAPORAN LABORATORIUM UJI IMPACT

Oleh :

KELOMPOK 1
MUHAMMAD BARRUN SHOLIHIN
M.KHAIDIR
M.NAPRI HASIBUAN
MAULANA RAFLY MAYZA
MUHAMMAD AZIZ NADIF
MUHAMMAD FAUZAN NASYWA DJAMBAK

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


POLITEKNIK NEGERI MEDAN
T.A 2023/2024
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengujian impact merupakan salah satu pengujian yang mengukur ketahanan bahan
terhadap beban kejut, inilah yang membedakan pengujian tarik dan kekerasan. Dimana
pembebanan dilakukan secara perlahan – lahan. Pengujian impact merupakan suatu usaha
untuk mensimulasikan kondisi operasi material yang sering ditemui dalam peralatan
transportasi atau konstruksi dimana beban tidak selamanya terjadi, melainkan secara tiba –
tiba. Logam merupakan salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan orang
banyak. Logam mempunyai sifat – sifat istimewa yang menjadi dasar penggunaannya.
Salah satu sifat yang dimiliki oleh logam adalah sifat mekanik. Sifat – sifat mekanik yang
dimiliki oleh logam antara lain kekuatan, kekerasan, ketangguhan, keuletan, mampu bentuk
dan mampu las. Salah satu sifat yang pentig adalah ketangguhan. Sifat ketangguhan adalah
kemampuan suatu logam untuk menahan beban kejut. Ketangguhan suatu logam merupakan
gabungan antara kekuatan dan keuletan logam tersebut. Sifat suatu logam sangat diperlukan
baik pada temperature tinggi ataupun rendah.

Mengingat pentingnya melakukan pengujian impact untk mengetahui ketangguhan


suatu nilai ketangguhan logam, maka dilakukanlah pratikan pengujian impact terhadap suatu
logam. Hal ini dimaksudkan agar pratikan mengetahui tentang cara melakukan pengujian
impact yang baik terhadap suatu logam dan diharapkan mampu menganalisa hasil pengujian
impact yang telah didapatkan.

1.2 Tujuan

Pada pengujian ini terdapat beberapa tujuan, antara lain:


 Untuk mengetahui dan menganalisis bentuk perpatahan pada material yang diujikan.
 Untuk mengetahui cara pengujian impact suatu material.
 Untuk dapat mengetahui harga impact (Hi).

1.3 Manfaat

 Praktikan dapat menegtahui harga impact (HI)


 Praktikum dapat mengetahui sifat perpataha Baja
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Teori Dasar Alat Uji Impact


Alat uji impact adalah salah satu alat uji yang digunakan untuk mengetahui ketangguhan
suatu logam akibat pembebanan kejut pada beberapa macam kondisi suhu, beban mendadak
serta faktor – faktor yang mempengaruhi sifat material tersebut yang perlu diketahui dan di
perhatikan. Metode untuk uji impact yang telah memenuhi standar sendiri terdapat 2 macam,
yaitu : Metode uji impact charpy dan metode uji impact izod. Metode charpy banyak
digunakan di Amerika Serikat, sedangkan metode izod sendiri banyak digunakan di sebagian
besar negara eropa contohnya adalah negara inggris, sedangkan Indonesia lebih banyak
menggunakan alat uji impact metode charpy. Pada alat uji impact ini terdiri dari beberapa
bagian penting, diantaranya : pendulum (godam), lengan ayun, poros pengayun, bearing,
pisau pemukul, badan alat uji impact dan tempat benda uji.

Gambar 2.1 a Bagian-bagian alat uji impact

Dasar dari pengujian impact adalah penyerapan energi potensial yang dihasilkan dari
pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji,
sehingga benda uji tersebut mengalami sebuah deformasi. Prinsip kerja alat uji impact ini
adalah dengan cara memberikan pembebanan secara tiba-tiba pada benda uji yang akan di
uji secara statik.
Gambar 2.1 b Skema pengujian impact

Saat pendulum pada kedudukan h1 dilepaskan, maka pendulum akan mengayun sampai
kedudukan fungsi akhir pada ketinggian h2 yang juga hampir sama dengan tinggi semula h1
dimana pendulum mengayun bebas. Usaha yang dilakukan pendulum waktu memukul benda
uji atau energi yang diserap benda uji sampai mengalami perpatahan didapat persamaan
sebagai berikut :
E(Joule) = Ep – Em
= m. g. h₁ – m. g.h₂
= m . g (h₁ - h₂)
= m . g (λ (1- cos α) - λ (cos β – cos α) )
= m. g . λ (cos β – cos α)

Maka Energi yang diserap oleh benda uji dapat disimpulkan dengan persamaan sebagai
berikut :
E = m . g. λ (cos β – cos α)
Keterangan :
Ep = Energi
Potensial. Em =
Energi Mekanik.
m = Berat Pendulum
(15Kg). g = Gravitasi (9,81
m/s).
h₁ = Jarak awal antara pendulum dengan benda uji (m).
h₂ = Jarak akhir antara pendulum dengan benda uji
(m). λ = Jarak lengan pengayun (0,8 m).
cos α = Sudut posisi awal pendulum.
cos β = Sudut posisi akhir pendulum.

Dari persamaan rumus diatas didapatkan besarnya harga impact yaitu :


𝐸
HI =
𝐴
Dimana :
HI = Nilai Impact (Kg m/mm2).
E = Energi Yang Diserap (Joule).

A = Luas penampang dibawah takikan (mm)

2.2 Macam-Macam Metode Uji Impact


A .pengujian Impact Metode Charpy
Metoda Charpy menggunakan batang impak biasa, biasa digunakan di Amerika
Serikat. Benda uji Charpy mempunyai luas penampang lintang bujur sangkar (10
x 10 mm) dengan panjang 55 mm2 dan mengandung takik V-45°, dengan jari-jari dasar
0,25 mm dan kedalaman 2 mm. Benda uji diletakan pada tumpuan dalam posisi
mendatar dan bagian yang tak bertakik diberi beban impak dengan ayunan bandul
(kecepatan impak sekitar 16 ft/detik). Benda uji akan melengkung dan patah pada laju
regangan yang tinggi, kira-kira 103 detik.

Gambar 2.2 a Peletakan spesimen berdasarkan metode charpy


Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode charpy adalah:
a. Kelebihan
1) Hasil pengujian lebih akurat.
2) Pengerjaannya lebih mudah dipahami dan dilakukan
3) Menghasilkan tegangan uniform di sepanjang penampang.
4) Waktu pengujian lebih singkat.

b. Kekurangan
1) Hanya dapat dipasang pada posisi horizontal.
2) Spesimen dapat bergeser dari tumpuannya karena tidak di cekam.
3) Pengujian hanya dapat dilakukan pada spesimen yang kecil.
4) Hasil pengujian kurang dapat atau tepat dimanfaatkan dalam perancangan
karena level tegangan yang diberikan tidak rata.

B.Pengujian Impact Metode Izod


Metode izod menggunakan batang impak kontiveler. Benda uji izod lazim digunakan di
Inggris, namun saat ini jarang digunakan. Benda uji izod mempunyai 4 penampang
lintang bujursangkar atau lingkaran dan bertakik V di dekat ujung yang dijepit. Pada
pengujian impact izod pukulan pendulum diarahkan pada jarak 22 mm dari penjepit dan
takikannya menghadap pada pendulum.

Gambar 2.2 b Peletakan spesimen berdasarkan metode izod


Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode izood adalah:
a. Kelebihan
1) Tumbukan tepat pada takikan karena benda kerja dicekam dan spesimen
tidak mudah bergeser karena dicekam pada salah satu ujungnya.
2) Dapat menggunakan spesimen dengan ukuran yang lebih besar.

b. Kerugian
1) Pembebanan yang dilakukan hanya pada satu ujungnya, sehingga hasil
yang diperoleh kurang baik.
2) Proses pengerjaan pengujiannya lebih sukar.
3) Hasil perpatahan yang kurang baik.
4) Waktu yang digunakan cukup banyak karena prosedur pengujiannya yang
banyak, mulai dari menjepit benda kerja sampai tahap pengujian.

2.3 Jenis Perpatahan Impact


Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik
maka perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:

 Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme pergeseran bidang


bidang kristal di dalam bahan (logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan permukaan
patahan berserat yang berbentuk dimpel yang menyerap cahaya dan berpenampilan
buram.
 Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan (cleavage)
pada butir-butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). Ditandai dengan permukaan
patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul cahaya yang tinggi
(mengkilat).
 Perpatahan campuran (berserat dan granular). Merupakan kombinasi dua jenis
perpatahan di atas.

Gambar 2.3 a Jenis perpatahan pada benda uji


Informasi lain yang dapat diperoleh dari pengujian impak adalah temperatur transisi
bahan. Temperatur transisi adalah temperatur yangmenunjukkan transisi perubahan jenis
temperature yang berbeda-beda makaakan terlihat bahwa pada temperature tinggi material
akan bersifat ulet(ductile). Sedangkan pada temperatur rendah material akan bersifat rapuh
ataugetas (brittle). Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada temperature
yang berbeda dimana pada temperature kamar vibrasi itu beradadalan kondisi
kesetimbangan. dan selanjutnya akan menjadi tinggi bilatemperature dinaikkan (ingatlah
bahwa energy panas merupakan suatu drivingforce terhadap pergerakkan partikel atom
bahan). Vibrasi atom inilah yangberperan sebagai suatu penghalang (obstacle) terhadap
pergerakan dislokasipada saat terjadi deformasi kejut/impak dari luar Dengan semakin tinggi
vibrasi itu maka pergerakan disklokasi menjadirelatif sulit sehingga dibutuhkan energy yang
lebih besar untuk mematahkanbenda uji.
Sebaliknya pada temperature dibawah 0 derajat celcius, vibrasi atomrelatif sedikit
sehingga pada saat bahan dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih.mudah dan benda
uji menjadi lebih mudah dipatahkan dengan energy yang relative lebih rendah. Informasi
mengenai temperature transisi menjadi demikian penting bila suatu material akan didesain
untuk aplikasi yang melibatkan rentang temperature yag besar, misalnya dari temperature
dibawah) derajat celcius hingga temperature tinggi diatas 100 derajat celcius.
Contohsystem penukar panas (hetaexchanger). Hamper semua logam berkekuatanrendah
dengan struktur Kristal F seperti tembaga dan alumunium bersifat uletpada semua
temperature sementara bahan dengan kekuatan luluh yang tinggibersifat rapuh Bahan
keramik, polimer dan logam- logam BCC dengan kekuatan luluhyang rendah dan sedang
memiliki transisi rapuh-ulet bila temperature dinaikkan. Hampir semua baja karbon yang
dipakai jembatan, kapal, jaringan pipa dansebagainya bersifat rapuh pada temperature
rendah, Gambar di bawah inimemberikan ilustrasi efek temperature terhadap ketangguhan
impak beberapa bahan.

Gambar 2.3 b Ilustrasi efek temperatur terhadap ketangguhan impact beberapa bahan
2.4 Kegagalan Material Pada Pengujian Impak
Faktor yang mempengaruhi kegagalan material pada pengujian impak antara lain
ialah sebagai berikut:
1) Notch
Notch pada material akan menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan pada daerah
yang lancip sehingga material lebih mudah patah. Selain itu notch juga akan
menimbulkan triaxial stress. Triaxial stress ini sangat berbahaya karena tidak akan terjadi
deformasi plastis dna menyebabkan material menjadi getas. Sehingga tidak ada tanda-
tanda bahwa material akan mengalami kegagalan.
2) Temperatur
Pada temperatur tinggi material akan getas karena pengaruh vibrasi elektronnya
yang semakin rendah, begitupun sebaliknya.
3) Strain rate
Jika pembebanan diberikan pada strain rate yang biasa-biasa saja, maka material akan
sempat mengalami deformasi plastis, karena pergerakan atomnya (dislokasi). Dislokasi
akan bergerak menuju ke batas butir lalu kemudian patah. Namun pada uji impak, strain
rate yang diberikan sangat tinggi sehingga dislokasi tidak sempat bergerak apalagi terjadi
deformasi plastis sehingga material akan mengalami patah transgranular dengan struktur
patahan ditengah-tengah atom atau bagian bulan di batas butir. karena dislokasi tidak
sempat gerak ke batas butir.
BAB III
PROSEDUR
PENGERJAAN

3.1 Bahan
Bahan yang digunakan untuk pengujian impact ini adalah Baja Nako

3.2 Alat dan Perlengkapan


1) Impak Machine beserta kelengkapannya.

2) Jangka sorong.

3) Notching Machine beserta kelengkapannya.


4) kikir

5) Modul, lembar kerja dan alat tulis.

3.3 Langkah Kerja


1) Siapkan dan periksalah benda kerja. Catatlah ukuran benda kerja dan jenis bahannya.
2) Buatlah alur (takik) pada benda kerja, tepat pada bagian tengah dengan ukuran yang
sudah ditentukan menggunakan notching machine. Pengukuran alur menggunakan
notch gauge.
3) Ukurlah panjang, diameter dan kedalaman takiknya.
4) Bukalah “the safety lock key”.
5) Bukalah “triggers”.
6) Rentangkan “the outer tup” dan “the inner tup”.
7) Pasanglah benda kerja pada “the V notch”.
8) Aturlah jarum dial pada angka nol.
9) Tarik “the spring loaded pin” sambil menghentakkan pada knop pelepas pada
“triggers”, sampai “outer tup” dan “inner tup” berayun.
10) Bacalah pada dial, besar energi yang diserap oleh batang uji (satuan dalam mKg).
BAB IV
ANALISA DAN
HASIL

1.1 Pengujian Metode Charpy


Data yang didapat dari uji langsung(mesin uji impact)

Gambar 4.1 a Uji langsung pada uji impact dan ukuran bahan

MATERIAL PANJANG LEBAR COS α COS β SUHU ENERGI


(celcius) YANG DISERAP
(mm) (mm) (Joule)
Besi nako 54,12 mm 87,6mm 135° 105° 102° 52

Analisa :
Luas penampang (A) = PX L
= 54,12 mm x 87,6 mm
= 474,09mm2

Energi yang diserap (E) = m . g. λ (cos β – cos α)

= 15 kg x 9,81m/s x 0,8 m (cos 105° - cos 135°)

= 15 kg x 9,81 m/s x 0,8 m x 0,44

= 51,79 52 JOULE
52 𝐦𝐦 = 0,109 J/mm2
Harga impact (HI) = 𝑬 = 𝟒74,09
𝐦𝐦𝟐
𝑨

SESUDAH SEBELUM

Gambar 4.1 b Spesimen setelah melakukan pengujian


Maka dari hasil perhitungan secara teoritis dengan hasil perhitungan mesin penguji energi
yang dikeluarkan hampir sama dan dapat disimpulkan bahwa mesin yang digunakan masih
bisa dikatakan akurat. Dari hasil spesimen diatas maka dapat disimpulkan bahwa spesimen
tersebut memiliki jenis patahan TRANSISI.

1.2 Pengujian Metode Izod


Data yang didapat dari uji langsung(mesin uji impact)

Gambar 4.2 a Uji langsung pada uji impact dan ukuran bahan
MATERIAL PANJANG LEBAR COS α COS β SUHU ENERGI
(celcius) YANG DISERAP
(mm) (mm) (Joule)
Besi nako 74,70mm 7,80 mm 90° 125° 160° 67

Analisa :
Luas penampang (A) = PX L
= 74,70 mm x 7,80 mm
= 582,6 mm2

Energi yang diserap (E) = m . g. λ (cos β – cos α)

= 15 kg x 9,81m/s x 0,8 m (cos 125° - cos 90°)

= 15 kg x 9,81 m/s x 0,8 m x (-0,573)

= 67,45 67 Joule
𝑬 67 𝐦𝐦
Harga impact (HI) = = 0,115 J/mm2
𝑨 582,6 𝐦𝐦𝟐
=

SESUDAH SEBELUM

Gambar 4.2 b Spesimen setelah melakukan pengujian


Maka dari hasil perhitungan secara teoritis dengan hasil perhitungan mesin penguji energi
yang dikeluarkan hampir sama dan dapat disimpulkan bahwa mesin yang digunakan masih
bisa dikatakan akurat. Dari hasil spesimen diatas maka dapat disimpulkan bahwa spesimen
tersebut memiliki jenis patahan ULET.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

 Dari pengujian yang dilakukan maka didapat jenis patahan atau klasifikasi patahan .
 Semakin tinggi suhu pada spesimen maka energi impact yang diserap semakin
kecil.hal ini diakibatkan oleh pergeseran struktur / perubahan deformasi pada logam
saat temperatur dinaikkan ,begitu juga sebaliknya.
 Jenis patahan yang didapat,dapat mempengaruhi faktor seperti ,jenis material,suhu
spesimen,dan beban atau energi yang diberikan.

5.2 Saran

Adapun saran yang diperlukan untuk menambah keakuratan dalammelakukan


praktikum pengujian impak adalah:

 P e na mb a ha n m esin u j i t i p e Iz od , a ga r s e t i ap p engu j i d a
pat m e l a ku k an pengujian dengan dua metode.
 Pe na mb a ha n a l a t pe n di n gi n p ad a ru ang p r a kti ku m a ga r
su h u r u a n ga n dapat selalu stabil.
 Sebaiknya bahan uji yang di berikan dalam kondisi bagus (tidak bengkok,tidak
cacat) agar hasil yang didapatkan lebih optimal

You might also like