You are on page 1of 46

ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN “MI” USIA 44

TAHUN DENGAN AKSEPTOR LAMA KB SUNTIK

DI DESA CELUKAN BAWANG TANGGAL 7 JANUARI 2020

Laporan Kasusu Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan I

DISUSUN OLEH :

BRILIA NILA SARI :1806091053

PRODI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2019/2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN “MI” USIA 44


TAHUN DENGAN AKSEPTOR LAMA KB SUNTIK

DI DESA CELUKAN BAWANG TANGGAL 7 JANUARI 2020

Diajukan Oleh :

BRILIA NILA SARI

1806091053

Telah Disetujui Oleh:

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

(Ni Nyoman Ayu Desy Sekarini, S,ST.,M.Keb) (Ni Nyoman Ayu Dwi Astini, S.ST.,M.Pd)

NIP. 198612272019032006 NIP. 197204221995032002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Perempuan “MI” Usia 44 Tahun Dengan
Akseptor Lama KB Suntik Di Desa Celukan Bawang Tanggal 7 Januari 2020.

Dalam penyususnan laporan kasus ini penulis mendapat bantuan dari


berbagai pihak. Maka dari itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Ahmad Djojosugito, dr. Sp.OT(K), MHA, MBA selaku
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pendidikan Ganesha yang telah
membimbing kami guna untuk pencapain target.
2. Ibu Luh Nik Armini, S.ST.,M.Keb selaku Ketua Program Studi DIII
Kebidanan Universitas Pendidikan Ganesha yang telah memberikan ijin
praktek kepada kami guna untuk pencapain target.
3. Ibu Ni Nyoman Ayu Desy Sekarini, S,ST.,M.Keb selaku Dosen Pembimbing
I Tugas Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin yang telah
memberikan bimbingan dalam menyelesaikan laporan ini.
4. Ibu Ni Nyoman Ayu Dwi Astini, S.ST.,M.Pd selaku Dosen Pembimbing II
Tugas Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin yang telah
memberikan bimbingan dalam menyelesaikan laporan ini.
5. Pasien dan keluarga pasien yang bersedia untuk dijadikan subyek dalam
pembuatan laporan kasusu ini.
6. Serta teman-teman yang telah memberikan dukungan selama pembuatan
kasus ini.

iii
Akhir kata penulis mengharapkan saran dari pembaca karena penulis
menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap
agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Singaraja, 7 Januari 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................2
1.4 Manfaat..............................................................................................3
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Kajian Teori Klinis...............................................................................4
2.2 Konsep Asuhan Kebidanan...................................................................23
BAB 3 ASUHAN KEBIDANAN.....................................................................30
3.1 Data Subyektif...................................................................................30
3.2 Data Obyektif.....................................................................................33
3.3 Analisis..............................................................................................35
3.4 Penatalaksanaan.................................................................................35
BAB 4 PEMBAHASAN...................................................................................37
BAB 5 PENUTUP............................................................................................38
5.1 Simpulan............................................................................................38
5.2 Saran..................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengkajian Data………………………………………….vii


Lampiran 2. Lembar Konsul…………………………………………..xii

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah utama yang dihadapi oleh Indonesia sekarang ini adalah
meningkatnya jumlah laju pertumbuhan penduduk. Di mana Indonesia
merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbenyak ke empat di dunia
setalh China, India dan Amerika Serikat (World Pupolation Data Sheet,
2014). Di Indonesia pada tahun 2014 memiliki jumlah penduduk sebesar
237.556.363 jiwa yang terdiri dari 199 507.580 jila laki-laki dan
118.048.783 jiwa perempuan (Kusuma, 2017)
Menurut CIA World Factbook tahun 2017, jumlah penduduk
(populasi) tercatat sebanyak 7,323,541,457 jiwa. Di mana China menempati
urutan pertama yang memiliki populasi terbanyak di dunia dengan jumlah
penduduknya 1,373.541.278 jiwa. Angka terbesar merupakan 18,8% dari
keseluruhan jumlah pen duduknya dunia. Diurutan kedua adalah India
dengan 1,266,833.598 jiwa atau sekitar 17,3% dari keseluruhan jumlah
penduduk dunia. Amerika serikat berada di posisi ketiga dengan jumlah
penduduk sebanyak 323,995,528 jiwa atau sekitar 4,4% dari populsi dunia.
Indonesia menduduki urutan keempat dengan 258,316.051 jiwa atau sekitar
3,5% dari keseluruhan populasi dunia (Jurnal Keluarga edisi keenam vol
7.2017). Oleh karena itu pemerintah terus berupaya menekan laju
pertumbuhan dan membuat pergerakan kependudukan yang di kenal sebagai
Keluarga Berencana (KB). Program KB yang digalakkan oleh pemerintah
menjadi sangat penting sebagai pengendalian peledakan penduduk.
Tujuannya tak lain agar kesejahteraan kian meningkat program ini turut
mencegah bertambahnya jumlah AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB
(Angka Kematian Bayi). Karena seperti diketahui, dekatnya jarak kelahiran
antara anak yang satu dengan lainnya, serta jumlah anak yang terlalu banyak.
Sedikit banyak menjadi faktor meningkatnya AKB dan AKI (Suryani,
Rosmauli. (2015).

1
Walaupun kontrasepsi memiliki banyak manfaat dan keberrhasilan
dalam mengnendalikan jumlah kelahiran, berbagai penelitian menunjukkan
pemakaian kontrasepsi memberikan efek samping terhadap kesehatan.
Banyak dari alat kontrasepsi tersebut efek samping serta lama penggunaan
kontrasepsi mempunya kelemahan dan kelebihan tertentu. Sehingga banyak
kasus PUS dan WUS dalam penggunaan kontrasepsi mengalami efek
samping (Rafika dan Rahmawati, 2015).
Berdasarkan urain latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus pada Perempuan Usia 44 tahun Akseptor Lama KB
Suntik Ingin Ganti Cara Dengan KB IUD di Desa Celukan Bawang 6 Januari
2020.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah
yang dapat diajukan yaitu “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada
Perempuan “MI” Usia 44 Tahun Dengan Akseptor lama KB Suntik dengan
Pusing Di Desa Celukan Bawang 7 Januari 2020?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Dapat melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada Perempuan


“MI” Usia 44 Tahun Dengan Akseptor Lama KB Suntik Dengan Pusing Di
Desa Celukan Bawang 7 Januari 2020?

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Dapat melakukan pengkajian data subjektif secara komprehensif Pada


Perempuan “MI” Usia 44 Tahun Dengan Akseptor Lama KB Suntik
Dengan Pusing Di Desa Celukan Bawang 7 Januari 2020
2. Dapat melakukan pengkajian data objektif secara komprehnesif Pada
Perempuan “MI” Usia 44 Tahun Dengan Akseptor Lama KB Suntik
Dengan Pusing Di Desa Celukan Bawang 7 Januari 2020

2
3. Dapat melakukan Analisis data secara komprehensif Pada Perempuan
“MI” Usia 44 Tahun Dengan Akseptor Lama KB Suntik Dengan
Pusing Di Desa Celukan Bawang 7 Januari 2020
4. Dapat melakukan Penatalaksanaan secara komprehensif Pada
Perempuan “MI” Usia 44 Tahun Dengan Akseptor Lama KB Suntik
Dengan Pusing Di Desa Celukan Bawang 7 Januari 2020

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi mahasiswa
Hasil dari asuhan ini diharapkan dapat menambah wawasan keterampilan
dan pengalaman yang lebih luas dan dapat menerapkan secara langsung
ilmu yang didapat selama di bangku kuliah mengenai manajemen asuhan
kebidanan pada ibu nifas sebagai syarat dalam menyelesaikan Praktek
Kerja Lapangan I.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil dari asuhan kebidanan ini diharapkan dapat sebagai bahan referensi
atau sumber bacaan untuk pendidikan khususnyaberkaitan dengan asuhan
kebidanan komprehensif pada perempuan. dan dapat sebagai acuan atau
reverensi untuk adik tingkat yang akan melaksanakan asuhan kebidanan
yang komprehensif.

3
4
i
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori KB

2.1.1 Pengertian KB

KB telah didefinisikan baik dalam perundang-undangan oleh


paraahli. Undang-undang nomor 10 tahun 1992 menyatakan bahwa KB
merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan, usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera (Yuhedi dan Kurniawati,
2015: 23). Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015: 182), KB adalah suatu
usaha pasangan suami-istri untuk mengatur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan. Usaha yang dimaksud adalah kontrasepsi atau pencegahan
kehamilan dan perencanaan keluarga, prinsip dasar metode kontrasepsi
adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi sel telur
wanita. Selain itu, KB juga merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita (Tresnawati, 2013).

KB merupakan suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan


jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi, untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga kecil, bahagi
adan sejahtera adalah yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang
sah,mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual, material yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan serasi,
selaras,seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat
sertalingkungan (Sari, 2014).

1
2.1.2 Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi terdiri dari dua kata, yaitu kontra (menolak) dankonsepsi


(pertemuan antara sel telur yang telah matang dengan sel sperma).
Kontrasepsi dapat diartikan sebagai upaya untuk mencegah atau menolak
pertemuan sel telur dan sel sperma sehingga tidak terjadi pembuahan dan
kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat
permanen (Purwoastuti dan Mulyani, 2015: 181).

2.1.3 Tujuan KB

Menurut Yuhedi dan Kurniawati (2015), tujuan umum program KB


nasional adalah memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan
kesehatan reproduksi. Keduanya menyatakan bahwa pelayanan keluaraga
berencana yang berkualitas, berguna dalam menurunkan (AKI) dan (AKB)
serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk membentuk
keluarga kecil berkualitas. Tujuan khusus KB adalah meningkatkan
penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan KB dengan cara pengaturan
jarak kelahiran (Purwoastuti dan Walyani, 2015: 182).

2.1.3 Syarat Kontrasepsi

Firdayanti (2012: 42), menyatakan bahwa tidak ada satupun alat


kontrasepsi yang sepenuhnya aman dan efektif, masing-masing memilki
kesesuaian dan kecocokan indivudual bagi setiap klien sebagai pemakai.
Meskipun demikian Firdayanti menyatakan bahwa secara umum syarat
metode kontrasepsi yang ideal yaitu aman dan pemakainnya dipercaya,
lama kerja dapat diatur menurut keinginan, tidak banyak efek samping,
harganya terjangkau, cara penggunannya sederhana, tidak menganggu
hubungan suami istri, tidak memerlukan kontrol yang ketat selama
pemakaian.

2
2.1.4 Macam-macam Metode Kontrasepsi

Menurut Firdayanti (2012: 66), macam-macam metode kontrasepsi


dibagi atas antara lain :

1. Metode Tradisional Metode yang sudah lama digunakan akan tetapi


memiliki tingkat keberhasilan yang rendah. Metode tradisional ini
antara lain penggunaan semprot vagina, sengggama terputus dan
penggunaan agens pembersih vagina.
2. Metode alamiah yang tanpa alat. Metode alamiah yang tanpa alat
antara lain metode kelender, metode suhu basal badan, metode lendir
servik, metode pantang berkala, metode amenorae laktasi, metode
senggama terputus.
3. Metode alamiah dengan alat (Metode Barier). Metode barier
merupakan metode alamiah yang menggunakan alat terdiri atas
kondom, spermiside, diafragma, kap serviks.
4. Metode Modern. Metode modern terdiri dari metode kontrasepsi
hormonal dan non hormonal. Metode hormonal terdiri dari pil KB,
suntik dan implan dan metode non hormonal terdiri dari IUD.
5. Metode mantap terdiri dari tubektomi dan vasektomi.

2.2 Kajian Teori Kasus

2.2.1 Pengertian AKDR

AKDR adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan kedalam rahim
yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh
semua perempuan usia reproduktif (Handayani, 2010). Alat kontrasepsi yang
dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua saluran yang menghasilkan
indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastik
polietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak.

IUD (intrauterine device) atau juga dikenal sebagai Alat Kontrasepsi


Dalam Rahim (AKDR) adalah sebuah tindakan kontrasepsi yang dilakukan

3
dengan memasang alat berbentuk T di dalam rahim untuk mencegah
terjadinya pembuahan. Tujuan utama dari tindakan ini adlah untuk mencegah
sperma untuk sampai ke sel telur, tetapi bahkan seandainya pembuahan tetap
terjadi, alat ini berfungsi untuk mencegah sel telur yang sudah dibuahi
bergerak ke dalam rahim.

Tidak seperti tindakan kontrasepsi pembedahan, IUD atau AKDR


adalah solusi jangka panjang tetapi dapat dihentikan kapan saja. Saat sudah
dipasangkan, pasien tidak perlu cemas akan terjadinya kehamilan. Namun,
jika pasien memutuskan untuk mempunyai anak, alat tersebut dapat
diangkat dengan mudah dari dalam rahim.

2.2.2 Jenis-Jenis AKDR

Macam IUD menurut Handayani (2010) dikategorikan menjadi 2 yaitu :

1. AKDR non hormonal


Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4 karena berpuluh-puluh
macam AKDR telah dikembangkan.Mulai dari generasi pertama yang
terbuat dari benang sutera dan logam sampai generasi plastik (polietilen),
baik yang ditambah obat ataupun tidak.
a. Menurut bentuknya AKDR di bagi menjadi 2 :
(1) Bentuk terbuka (oven device)
Misalnya : Lippes Loop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil,
Multiload, Nova-T.
(2) Bentuk tertutup (closed device)
Misalnya : Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring.
b. Menurut Tambahan atau Metal
(1) Medicatet IUD
Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3
tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8
tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya
kerja 3 tahun).

4
(2) Un Medicated IUD Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf-T
Coil, Antigon. Cara insersi lippes loop : Push Out
2. IUD yang mengandung hormonal
a. Progestasert-T = Alza T
(1) Panjang 36 mm,lebar 32 mm,dengan 2 lembar benang ekor
warna hitam
(2) Mengandung 38 mg progesterone dan barium sulfat,
melepaskan 65 mcg progesterone per hari 12 Tabung
insersinya terbentuk lengkung
(3) Teknik insersi : plunging (Modified Withdrawal)
b. LNG-20
(1) Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20
mcg per hari
(2) Sedang di teliti di Finlandia
(3) Angka kegagalan/kehamilan agak terendah : <0,5 per 100
wanita per tahun
(4) Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan
perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainya,
karena 25% mengalami amenore atau perdarahan haid yang
sangat sedikit.
2.2.3 Cara Kerja dan Efektivitas AKDR
AKDR akan berada dalam uterus, bekerja terutama mencegah terjadinya
pembuahan (fertilisasi) dengan mengahalangi bersatunya ovum dengan
sperma, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tubafalopi dan
menginaktifasikan sperma. Ada beberapa mekanisme cara kerja AKDR
sebagai berikut :
1) Timbulnya reaksi radang radang lokal di dalam cavum uteri sehingga
implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
2) Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan
terhambatnya implantasi.
3) Gangguan/terlepasnya blastocyst yang telh berimplantasi didalam
endometrium.

5
4) Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopi.
5) Immobilissi spermatozoa saat melewati cavum uteri.
Sebelum pemasangan IUD, dokter akan melakukan pemeriksaan
terhadap pasien untuk menentukan posisi dan ukuran dari kandungan. Ini
dulakukan untuk memastikan IUD akan dipasang dengan benar dan akan
bekerja sebagaimana mestinya. Dokter juga dapat meminta beberapa jenis
pengujian untuk mencegah terjadinya infeksi panggul dan infeksi penyakit
seksual.
Tindakannya sendiri hanya menghabiskan waktu selama 15 sampai
20 menit. Pasien akan diminta untuk berganti pakaian dengan gaun kertas
dan berbaring di meja operasi. IUD kemudian akan dimasukkan ke dalam
rahim melalui celah vagina. Pasien mungkin akan merasakan sakit dan rasa
tidak nyaman selama tindakan berlangsung, dan dapat meminta
penggunaan alat pengurang rasa sakit.
Setelah IUD dipasang, pasien mungkin akan merasakan rasa pegal
di daerah panggul, yang seharusnya akan hilang setelah beberapa hari.
Pasien disarankan untuk kembali ke klinik atau rumah sakit untuk
melakukan pemeriksaan ultrasonik setidaknya dalam waktu lima sampai
enam minggu setelah pemasangan IUD untuk memastikan bahwa IUD
sudah dipasang dengan baik. Bahkan, pasien disarankan untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonik setiap tahunnya.
Pasien sendiri dapat memeriksa pemasangan IUD dengan cara
memasukkan jari ke dalam vagina. Talinya seharusnya berada tepat di
dalam celah vagina. Jika pasangan pasien dapat merasakan tali tersebut
selama melakukan hubungan badan, pasien dapat kembali ke klinik untuk
memendekkan tali tersebut. Dokter akan meminta pasien untuk tidak
memasukkan apapun ke dalam vagina (seperti pembalut) selama sehari
setelah tindakan dilakukan.
Efektivitas menurut Hartanto (2004)
1) Efektifitas dari IUD dinyatakan pada angka kontinuitas
(continuationrate) yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in-uterio

6
tanpa :Ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan dan
pengangkatan/pengeluaran karena alas an-alasan medis atau pribadi.
2) Efektifitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada :
a. IUD-nya : Ukuran, Bentuk dan mengandung Cu atau Progesteron.
b. Akseptor : Umur, paritas, frekuensi senggama.
3) Dari faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan paritas,
diketahui :
a) Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan
pengangkatan/pengeluaran IUD.
b) Makin muda usia, terutama pada nulligravid, maka tinggi angka
ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD.
4) Use-effectiveness dari IUD tergantung pada variabel administratife,
pasien dan medis, termasuk kemudahan insersi, pengalaman pemasang,
kemungkinan ekspulsi dari pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk
mengetahui terjadinya ekspulsi dan kemudahan akseptor untuk
mendapatkan pertolongan medis.
2.2.4 Keuntungan dan Kerugian AKDR
1. Keuntungan
1) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
2) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak
perlu diganti).
3) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
4) Tidak memprngaruhi hubungan seksual.
5) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil.
6) Tidak ada efeksamping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380 A)
7) Tidak mempengaruhi kualitas ASI.
8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(Apabila tidak terjadi infeksi). Dapat digunakan sampai menoupose (1
tahun atau lebih setelah haid terakhir) Tidak ada interaksi dengan
obat-obatan.
9) Membantu mencegah terjadinya kehamilan ektopik

7
2. Kerugian
Efek samping yang akan terjadi.
1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
2) Haid lebih lama dan banyak.
3) Perdarahan atau (spooting) antar menstruasi.
4) Saat haid lebih sakit
5) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
6) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering ganti-ganti pasangan.
7) Penyakit radang panggul terjadi. Seorang perempuan dengan IMS
memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas.
8) Prosedur medis,termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam
pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.
9) Sedikit nyeri perdarahan (spooting) terjadi segera setelah pemasangan
AKDR.Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
10) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas
kesehatan terlatih yang harus melakukanya.
11) Mungkin AKDR keluar lagi dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila AKDR di pasang setelah melahirkan).
12) Perempuan harus memeriksakan posisi benang dari waktu
kewaktu,untuk melakukan ini perempuan harus bisa memasukkan
jarinya kedalam vagina. Sebagian perempuan ini tidak mau
melakukanya. (Handayani, 2010).
2.2.5 Indikasi dan kontra Indikasi
a. Indikasi menurut Saifudin (2006)
1) Usia reproduktif.
2) Keadaan nulipara.
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.

8
6) Setelah mengalami abortus dantidak terlihat adanya adanya infeksi.
7) Resiko rendah IMS.
8) Tidak menghendaki metode hormonal.
9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.
b. Kontra Indikasi menurut Saifudin (2006)
1) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
3) Sedang menderita infeksi alat genital.
4) Tiga bulan terakhir sedang mengalami abortus.
5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang
dapat mempengaruhi kavum uteri.
6) Penyakit trofoblas yang ganas.
7) Diketahui menderiata TBC pelvic.
8) Kanker alat genital.
9) Ukuran rahim yang kurang 5 cm
2.2.6 Waktu Memulai Menggunakan Implant
1) Cara memeriksa sendiri benang ekor IUD.
2) Efek samping yang sering timbul misalnya perdarahan haid yang
bertambah banyak/lama, rasa sakit/kram.
3) Segera mencari pertolongan medis bila timbul gejala-gejala infeksi.
4) Macam IUD yang dipakinya.
5) Saat untuk mengganti IUD nya.
6) Bila mengalami keterlambatan haid, segera periksakan diri kepetugas
medis.
7) Sebaiknya tunggu tiga bulan untuk hamil kembali setelah IUD
dikeluarkan dan gunakan metode kontrasepsi lain selama waktu tersebut.
8) Bila berobat karena alasan apapun, selalu beritahu dokter bahwa akseptor
menggunakan IUD.
9) IUD tidak memberi perlindungan terhadap transmisi virus penyebab
AIDS.

9
1. Prosedur pemasangan menurut varney’s
1) Informed Consent
2) Pastikan bahwa wanita yang menginginkan pemasangan AKDR tidak
sedang hamil Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Lakukan pemeriksaan bimanual
4) Pasang speculum dan sesuaikan untuk mendapatkan ruang pandang
terluas sehingga memudahkan pemasangan AKDR
5) Membersihkan Serviks secara menyeluruh dengan antiseptic
6) Memasukkan tenakulum dan jepit porsio kearah jam 11.00 atau 13.00
7) Mengukur kedalaman uterus dengan menggunakan sonde uterus
8) Memasukkan IUD sesuai dengan macam alatnya.
9) Lepaskan IUD dalam bidang transverse dari kavum uteri pada posisi
setinggi mungkin difundus uteri.
10) Keluarkan tabung inseternya.
11) Periksa dan gunting benang ekor IUD sampai 2-3 cm dari ostium uteri
eksternum.
12) Lepaskan tenakulum dan spekulum
2. Waktu pemasangan menurut Everett (2008)
AKDR biasanya dipasang pada akhir menstruasi karena serviks
terbuka pada waktu ini, yang membuat pemasangan menjadi lebih mudah.
AKDR dapat dipasang sampai 5 hari setelah hari ovulasi paling awal yang
diperhitungkan, sebagai kontrasepsi pasca koitus. Setelah kelahiran bayi,
wanita dapat dipasang AKDR 6 minggu postnatal. Setelah keguguran atau
terminasi kehmilan.
2.3 Kajian Teori Kebidanan
2.3.1 Kajian teori Kebidanan Menurut Hellen Varney
2.3.1.1 Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan merupakan suatu bentuk pendekatan yang
dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan
menggunakan metode pemecahan masalah. Proses manajemen adalah

10
proses pemecahan masalah dengan menggunakan metode yang
terorganisasi, meliputi pikiran dan tindakan dalam urutan yang logis
untuk keuntungan pasien dan pemberian asuhan (Nurhayati, 2013: 139).
Varney (1997), mengatakan bahwa proses penyelesaian masalah
adalah salah satu upaya yang dapat digunakan dalam manajemen
kebidanan bidan harus kemampuan berfikir secara kritis untuk
menegakkan diagnosa atau masalah potensial kebidanan, selain itu
diperlukan kemampuan untuk kolaborasi atau kerja sama (dalam Wildan
dan Hidayat, 2013: 34)
2.3.1.2 Tahapan Manajemen 7 Langkah Varney
Proses Manajeman 7 langkah Menurut Varney (2003), antaralain:
1) Langkah I (Pertama) : Pengkajian Data
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa (identitas,
keluhan, riwayat kesehatan, dll), pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhan, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang
(Mangkuji dkk, 2012: 5).
a) Data subjektif
(1) Identitas untuk mengetahui status pasien secara lengkap
meliputi nama, umur, nikah, suku, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat.
(2) Keluhan utama untuk mengetahui alasan pasien datang
kefasilitas pelayanan kesehatan yang dirasakan saat
pemeriksaan pada akseptor KB implan.
(3) Riwayat menstruasi untuk mengetahui menarche, siklus, lama
menstruasi, banyaknya menstruasi dan keluhan-keluhan yang
dirasakan pada waktu menstruasi.
(4) Riwayat kehamian, persalinan dan nifas yang lalu untuk
mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil akhirnya
(abortus, lahir hidup, apakah anaknya masih hidup dan

11
apakah dalam kesehatan yang baik), apakah terdapat
komplikasi intervensi pada kehamilan, persalinan, ataupun
nifas sebelumnya.
(5) Riwayat KB yang perlu dikaji adalah apakah ibu pernah
menjadi akseptor KB. Kalau pernah, kontrasepsi apa yang
pernah digunakan, berapa lama, keluhan pada saat ikut KB,
alasan berhenti KB.
(6) Riwayat kesehatan terdiri dari riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit keluarga
(7) Pola kebiasaan sehari-hari untuk mengetahui bagaimana
kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga kebersihan
dirinya dan bagaimana pola makanan sehari-hari apakah
terpenuhi gizinya atau terdiri dari pola nutrisi, pola eliminasi,
pola istirahat, personal hygiene, aktivitas.
(8) Data psikologis, ekonomi, dan spritual untuk memperkuat
data dari pasien terutama secara psikologis, data meliputi
dukungan suami dan keluarga kepada ibu mengenai
pemakaian alat kontrasepsi.
b) Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang didapat dari hasil observasi
melalui pemeriksaan fisik sebelum atau selama pemakaian KB.
(1) Pemeriksaan umum terdiri dari keadaan umum untuk
mengetahui keadaan pasien sehat serta berat badan pasien
karena merupakan salah satu efek samping KB implan.
(2) Pemeriksaan tanda vital
(a) Tekanan darah (vital sign) untuk mengetahui faktor resiko
hipertensi atau hipotensi dengan nilai satuannya mmHg.
Keadaan normal antara 100/80 mmHg sampai 130/90
mmHg.

12
(b) Pengukuran suhu untuk mengetahui suhu badan pasien,
suhu badan normal adalah 36˚C sampai 37˚C. Bila suhu
lebih dari 37,5˚C harus dicurigai adanya infeksi.
(c) Nadi memberikan gambaran kardiovaskuler. Denyut nadi
normal 70 x/menit sampi 88 x/menit.
(d) Pernafasan mengetahui sifat pernafasan dan bunyi nafas
dalam satu menit. Pernafasan normal 22x/menit sampai
24x/menit.
(3) Pemeriksaan fisik
(a) Kepala : menilai keadaan kulit dan rambut kepala
bersihatau tidak, adanya nyeri tekan atau benjolan.
(b) Wajah : keadaan wajah pucat atau tidak adakah kelainan,
adakah oedema.
(c) Mata : konjungtiva berwarna merah muda atau tidak,
sklera berwarna putih atau tidak.
(d) Hidung : untuk mengetahui apakah ada polip atau tidak.
(e) Telinga : bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga
apakah ada kelainan atau tidak dan ada serumen atau
tidak.
(f) Mulut : untuk mengetahui mulut bersih apa tidak ada
caries atau tidak dan ada karang gigi atau tidak.
(g) Leher : apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau
tyroid, limfe, dan vena junggularis.
(h) Dada : apakah simetris kanan kiri dan apakah ada
benjolan pada payudara atau tidak.
(i) Abdomen : apakah ada jaringan parut atau bekas operasi,
adakah nyeri tekan serta adanya massa.
(j) Ekstermitas atas dan bawah: ada cacat atau tidak, oedem
aatau tidak, terdapat varises atau tidak.

13
(k) Genitalia : untuk mengetahui keadaan vulva adakah
tanda-tanda infeksi, varises, pembesaran kelenjar
bartholini dan perdarahan.
(l) Anus : Apakah ada hemoroid atau tidak.
(4) Data penunjang digunakan untuk mengetahui kondisi klien
sebagai data penunjang terdiri dari: pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan tes kehamilan (Saifuddin, 2010).2)
2) Langkah II (Kedua) : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah
dan kebutuhan pasien berdasarkan interprestasi yang benar atas data-
data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan
diagnosis atatu masalah adalah pengolahan dan analisis data dengan
mengabungkan data satu dengan yang lainnya sehingga tergambar
suatu fakta (Nurhayati dkk, 2013:142). Langkah kedua yaitu
interpretasi data terdiri dari :
a) Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan
dalamlingkup praktek kebidanan.
(1) Data subjektif.
(a) Ibu mengatakan ingin menggunakan KB jangka panjang
untuk pertama kali (Yuhedi dan Kurniawati, 2013).
(b) Ibu memilih untuk KB implan (Sulistyawati, 2011).
(2) Data objektif
(a) Keadaan umum baik.
(b) Kesadaran komposmentis.
(c) TTV normal.
(d) Hasil pemeriksaan fisik tidak ada kelainan.
(e) Pemeriksaan laboratorium normal dan pada tes
kehamilantidak terjadi kehamilan.
3) Langkah III (Ketiga) : Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasikan masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah serta diagnosis yang

14
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi agar
masalah tersebut tidak terjadi (Nurhayati dkk, 2013:143). Diagnosa
potensial yang kemungkinan terjadi pada kasus akseptor baru KB
IUD setelah pemasangan akan terdapat perdarahan, bengkak dan
nyeri di daerah vagina selama beberapa hari adalah kemungkinan
adanya tanda-tanda infeksi pada luka bekas insisi.
4) Langkah IV (Keempat) : Antisipasi Masalah Atau Tindakan Segera
Pada langkah ini, yang dilakukan bidan adalah mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi klien. Ada
kemungkinan,data yang kita peroleh memerlukan tindakan yang
harus dilakukan bidan (Mangkuji dkk, 2012: 6).
5) Langkah V (Kelima): Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh
Langkah kelima adalah perencanaan asuhan yang menyeluruh.
Langkah ini merupakan kelanjutan dari manajemen kebidanan
terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau
antisipasi. Pada langkah ini sangat diperlukan untuk membuatdan
mendiskusikan rencana dengan klien termasuk penegasan terhadap
persetujuan (Nurhayati dkk, 2013: 143).
Menurut Saifuddin (2010), rencana tindakan yang dapat dilakukan
pada akseptor baru KB IUD adalah
(a) Lakukan pendekatan pada ibu/klien dan suami serta keluarga.
Rasional : membangun kepercayaan ibu dan keluarga sertasuami
terhadap tenaga kesehatan dan menjalin hubungan yangbaik
(Saifuddin, 2110).
(b) Berikan kesempatan pada klien untuk mengemukakan
masalahnya.
Rasional : informasi yang didapatkan dari masalah yang dialami
ibu dapat membantu dalam memilih cara atau alat KB yang cocok
dengan keadaan dan kebutuhannya (Sulistyawati, 2011).

15
(c) Jelaskan tentang KB IUD (definisi, cara kerja, indikasi dan
kontraindikasi, keuntungan dan kekurangan, efek samping
implan) (Varney, 2002).
Rasional : untuk menambah pengetahuan klien tentang alat
kontrasepsi yang akan digunakannya (Sulistyawati, 2011).
(d) Lakukan informed consent sebagai bukti bahwa ibu setuju
dengan tindakan yang akan dilakukan.
Rasional : setiap tindakan medis yang mengandung resiko harus
dengan persetujuan tertulis yang ditanda tangani oleh yang
berhak memberikan persetujuan, yaitu klien yang bersangkutan
dalam keadaan sadar dan sehat mental (Saifuddin, 2010).
(e) Jelaskan kepada klien tentang hasil pemeriksaan.
Rasional : menurut Tresnawati (2013: 123), kontra indikasi
implan yaitu hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam
yang belum jelas penyebabnya, benjolan / kanker payudara atau
riwayat kanker payudara atau riwayat kanker payudara, tidak
dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi, menderita
mioma uterus dan kanker payudara, penyakit jantung, hipertensi,
diabetes militus, penyakit tromboemboli, gangguan toleran
siglukosa. Hal ini yang akan dicegah sehingga dilakukan
pemeriksaan yang lengkap pada calon akseptor.
(f) Lakukan tehnik pemasangan implan yang baik dan benar sesuai
standar yang berlaku.
Rasional : semua tahap proses pemasangan harus dilakukan
secara berhati-hati dan lembut, untuk mencegah infeksi maupun
ekspulsi (Saifuddin, 2010).
(g) Lakukan konseling pasca pemasangan tentang perawatan luka
insisi dirumah dan kapan kunjungan ulang klien tersebut.
Rasional : untuk mengantisipasi terjadinya infeksi
(Affandi,2012).
6) Langkah VI (Keenam) : Implementasi

16
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara efesien dan
aman. Implementasi merupakan pelaksanaan dari asuhan yang telah
direncanakan secara efisien dan aman. Pada kasus dimana bidan
harus berkolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan pasien adalah tetap bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan asuhan bersama yang menyeluruh (Mangkujidkk, 2012:
6). Menurut Saifuddin (2010), rencana asuhan yang diuraikan pada
langkah kelima dan dilakukan secara efisien danaman.
7) Langkah VII (Ketujuh) : Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manjemen kebidanan,
evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus-
menerus untuk meningkatkan pelayanan yang menyeluruh untuk
menilai keaktifan dari rencana asuhan yang telah diberikan meliputi
pemenuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan dalam masalah dan diagnosa (Wildan dan Hidayat,
2013: 39). Evaluasi asuhank ebidanan pada akseptor implan antara
lain keadaan umum baik dan TTV dalam batas normal, tidak ada
kendala atau komplikasi pada saat pemasangan implan dan Amati
klien lebih kurang 15 sampai 20 menit untuk kemungkinan
perdarahan dari lukainsisi atau efek lain sebelum memulangkan
klien. Beri petunjuk untuk perawatan luka insisi setelah pemasangan,
kalau bisa diberikan secara tertulis

17
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Data Subyektif (Kamis 7 Januari 2020, Pukul 10.00 Wita)

1. Identitas
Nama : Pr “MI” Lk “JK”
Umur : 44 tahun 47 tahun
Suku/bangsa : Bali/Indonesia Bali/Indonesia
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SD D3
Pekerjaan : IRT Karyawan Swasta
Alamat rumah : Celukan Bawang Celukan Bawang
No. telepon : 081xxxxxx 082xxxxx
2. Alasan berkunjung
Ibu ingin mengganti KB suntik dengan KB IUD
3. Keluhan utama
pusing karena menggunakan KB suntik
4. Riwayat menstruasi
Ibu mengatakan haid pertama umur 14 tahun, sebelum menggunakan KB
suntik 3 bulan, lama haid 3-4 hari, ganti pembalut 2-3 kali per hari, tidak
ada gangguan haid, siklus teratur tiap bulan. Setelah menggunakan KB
implan , siklus menstruasinya menjadi tidak teratur.
5. Riwayat perkawinan
Ibu menikah umur 24 tahun dan suami umur 27 tahun, ini pernikahan
pertama dan sah. Lama menikah 21 tahun.
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas

Hami Tgl U Jenis Tempat/ Kondisi Kondisi Saat Lahir Riwayat

18
l Lahir K Persalinan Penolon Bersalin PB BB JK Keadaan Keadaa laktasi
Ke Umur g Lahir n
Saat ini

1 20 37 Spt.B BPM/ Normal 50 380 Pr Sehat Sehat 1 tahun


thn mg Bidan Cm 0
Gr

2 13 39 Spt.B BPM/ Normal 51 400 L Sehat Sehat 1 tahun


thn mg Bidan cm 0
Gr

7. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan sudah menggunakan KB suntik selama 3 tahun. Namun
ibu ingin berganti cara ke KB IUD karena sering mengeluh pusing.
8. Riwayat Laktasi Lalu
Ibu mengatakan memberikan ASI eksklusif kepada anaknya selama 6
bulan, menyusui selama 2 tahun dan tidak ada keluhan saat menyusui
9. Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang berhubungan
dengan organ reproduksinya seperti penyakit radang panggul dan PMS.
10. Riwayat Penyakit Ibu
Ibu tidak pernah mengalami penyakit atau gejala penyakit asthma, DM,
hepatitis, hipertensi, penyakit jantung, TBC, ca mamae, malaria, tidak
pernah operasi. Ibu tidak pernah kontak dengan penderita hepatitis
maupun TBC.
11. Riwayat Penyakit Keluarga dan Penyakit Keturunan
Ibu mengatakan baik keluarga ibu maupun keluarga suami tidak pernah
menderita penyakit jantung, DM, asthma, hepatitis, HIV, PMS.
12. Bio – Psiko – Sosial
a. Biologis

19
1) Pernafasan: Tidak ada keluhan saat bernafas.
2) Nutrisi
Frekuensi makan: 3 kali sehari, dengan porsi 1 piring nasi,
komposisi nasi, ikan/daging, sayur, kadang buah. Minum: ± 6-7
gelas air putih sehari. Tidak ada alergi terhadap makanan dan
minuman tertentu.
3) Eliminasi
BAK frekuensi 4-5 kali sehari, warna kuning, dan tidak ada
keluhan saat BAK. BAB dengan frekuensi 1 kali sehari, warna
kuning kecoklatan, konsistensi lembek, dan tidak ada keluhan
saat BAB.
4) Istirahat & Tidur
Ibu tidur siang kadang-kadang karena harus berjualan, tidur
malam pukul 21.00 wita dan bangun pukul 06.00 wita. Tidak ada
keluhan saat istirahat.
5) Aktivitas
Ibu adalah seorang ibu rumah tangga yang biasa melakukan
aktivitas rumah tangga seperti berjualan, memasak, menyapu,
mencuci, dsb. Lama beraktivitas 4-5 jam, tidak ada aktivitas
lainnya.
6) Personal hygiene
Ibu biasa mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas 3x
seminggu dan berganti pakaian dan pakaian dalam setiap kali
habis mandi.
7) Hubungan seksual
Ibu dan suami biasa berhubungan seksual 2x seminggu, dan tidak
ada keluhan.
b. Psikologis
1) Persepsi tentang KB
Ibu mengatakan KB adalah alat yang dapat menjarangkan
kehamilan.

20
2) Harapan
Harapan Ibu setelah memakai KB IUD ini ibu bisa mengatur
jarak kehamilan berikutnya. Ibu mengatakan sudah tidak ingin
lagi memiliki anak lagi
3) Dukungan
Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat mendukung ibu untuk
menggunakan KB.
c. Sosial
Ibu mengatakan biasa berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat
sekitar rumah dengan baik, hubungan harmonis, dan pengambilan
keputusan dalam keluarga biasanya dengan musyawarah.
d. Spiritual
Ibu mengatakan tidak ada kepercayaan yang melarang ibu untuk
menggunakan KB suntik 1 bulan.
13. Pengetahuan
Ibu mengatakan belum mengetahui cara mengetasi pusing
3.2 DATA OBYEKTIF (Kamis 7 Januari 2020, pukul 10.15 Wita)
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik, ibu tampak sehat
b. TTV : TD : 110/70 mmHg, S : 36,5ºC, N : 80x/menit, R : 20x/menit
c. BB : 55 kg, TB : 156 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : keadaan bersih, rambut tidak rontok.
b. Wajah : tidak pucat dan tidak ada edema.
c. Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.
d. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar
limfe, tidak ada pelebaran vena jugularis.
e. Dada dan aksila : payudara simetris, puting susu menonjol, tidak
ada massa, tidak ada benjolan dan retraksi. Tidak ada pembesaran
kelenjar limfe di aksila.
f. Ektremitas

21
Ekstremitas atas : Tangan simetris, tidak ada oedema, kuku bersih,
tidak pucat, jari-jari lengkap
Ekstremitas bawah: Kaki simetris, tidak ada odema, tidak ada varises,
kuku bersihm jari-jari lengkap, reflek pattela kiri dan kanan (+)
g. Sistem kardiovaskuler : denyut jantung ibu : 80x/menit.
3. Pemeriksaan Khusus Obstetri
a. Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, tidak ada nyeri
tekan.
b. Anogenital : tidak ada oedema dan varises di vulva dan
vagina, tidak ada tanda-tanda infeksi, seperti warna kemerahan pada
vulva, dan tidak ada pengeluaran cairan vagina yang berbau dan
berwarna.
4. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan.

3.3 ANALISA (Selasa 7 Januari 2020, Pukul 10.30 Wita)

Akseptor lama KB Suntik

Masalah : -

3.4 PENATALAKSANAAN (Kamis 7 Januari 2020, Pukul 10. 45 Wita)

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan suami. Ibu dan suami
tampak senang mendengar hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan
sehat.
2. Memberitahu tentang efek samping dari KB suntik Peningkatan berat
badan, menstruasi tidak teratur, muncul bercak darah pada vagina,
perubahan mood, sakit kepala, mual, nyeri payudara, penurunan gairah
seksual, alergi. Ibu sudah mengetahui efek samping dari KB suntik.
3. Memberitahu penyebab pusing dari pemakaian KB suntik yaitu karena
efek samping dari KB suntik, adanya peningkatan hormon progesteron
atau hormon alami wanita, ibu melakukan aktivitas rumah tangga yang

22
terlalu berat dan juga kurangnya istirahat pada siang hari karena harus
berjualan. Ibu sudah mengetahui penyebab dari pusingnya.
4. Memberitahu cara mengatasi pusing yaitu ibu harus mengurangi aktivitas
pekerjaan rumah dimana suami atau anak ibu ikut membantu melakukan
pekerjaan rumah, mengkonsumsi makanan yang bergizi, istirahat yang
cukup, memperbanyak minum air putih, dan bila perlu minum obat
parascetamol untuk meredakan sakit kepalanya. Ibu sudah mengerti
tentang cara mengatasi pusing yang dialaminya.
5. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang ke
bidan jika ada keluhan dan sudah siap untuk dilakukan pemasangan KB
IUD. Ibu berjanji akan kembali jika ada keluhan dan sudah siap untuk
melakukan pemasangan KB IUD.
6. Melakukan dokumentasi. Dokumentasi sudah dilakukan.

23
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai persamaan dan perbedaan yang
ditemukan antara tinjauan kasus atau pelasanaan dilapangan denngan tinjaun
teori. Pendokumentasian yang digunakan dalam kajian kasus diatas yaitu dengan
metode SOAP yang meliputi pengkajian yaitu data subyektif, dan data obyektif
melakukan analisis dan penatalaksanaan.

Dibawah ini akan diuraikan kesamaan dan perbedaan yang ditemukan


selama melakukan asuhan kebidanan pada Perempuan Usia 44 Tahun Akseptor
Lama KB Suntik 1 bulan mengeluh pusing di Desa Celukan Bawang Tanggal 7
Januari 2020.

A. Data Subyektif
Perempuan Usia 44 tahun datang ke PMB dengan alasan ingin
mengganti KB suntik karena mengeluh pusing, pekerjaan ibu sendiri sebagai
pedagang, memiliki 2 anak dengan usia anak pertama 20 tahun dan usia anak
ke dua 13 tahun, Ibu maupun keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit ginekologi dan riwayat penyakit yang diderita seperti hpertensi,
stroke, DM, HIV. Berdasarkan teori, keluhan pusing merupakan efek
samping dari penggunaan KB suntik sejatinya setiap metode kontrasepsi
memiliki efek samping, khususnya alat kontrasepsi berjenis hormonal.
Suntik KB merupakan salah satu alat kontrasepsi hormonal yang
mengandung progestin, yaitu hormon yang menyerupai hormon progesteron
yang diproduksi oleh ovarium. Setelah disuntikkan, progestin memiliki efek

24
mengentalkan leher rahim, sehingga sel sperma sulit bergerak ke arah rahim.
Hormon ini juga mencegah ovulasi dan membuat dinding rahim tidak
kondusif bagi sel telur yang telah dibuahi.

B. Data Obyektif
Hasil pemeriksaan pada Ibu “MI” perempuan usia 44 tahun pada hasil
pemeriksaan keadaan umum ibu baik, kesadaran composmetis, tanda-tanda
vital didapatkan semua normal dengan tekanan darah TTV : TD : 110/70
mmHg, S : 36,5ºC, N : 80x/menit, R : 20x/menit dan pada pemeriksaan fisik
didapatkan bahwa Ibu mengalami pusing, hal ini sesuia dengan teori
(Tresnawati 2013) dimana efek samping dari KB suntik 1 bulan Keluhan-
keluhan yang mungkin berhubungan dengan pemakaian KB suntik 1 bulan
salah satunya seperti pusing (Saifuddin, 2010).
C. Analisa Data
Berdasarkan pengkajian data subyektif dan obyektif yang dilakukan,
maka ditegakkan analisa yaitu Perempuan Usia 44 Tahun Akseptor Lama
KB suntik 1 bulan mengeluh pusing. Menegakkan diagnosa kebidanan
berdasarkan nomenklatur kebidanan dengan hasil data yang diperoleh.
D. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil pengkajian data dan pemeriksaan fisik maka ibu “MI”
ingin mengganti KB suntik 1 bulan dengan KB IUD karena mengeluh
pusing, sehingga penatalaksanaan yang diberikan yaitu memberitahu tentang
efek samping dari KB suntik Peningkatan berat badan, menstruasi tidak
teratur, muncul bercak darah pada vagina, perubahan mood, sakit kepala,
mual, nyeri payudara, penurunan gairah seksual, alergi. Ibu sudah
mengetahui efek samping dari KB suntik, memberitahu penyebab pusing
dari pemakaian KB suntik yaitu karena efek samping dari KB suntik, adanya
peningkatan hormon progesteron atau hormon alami wanita, ibu melakukan
aktivitas rumah tangga yang terlalu berat dan juga kurangnya istirahat pada
siang hari karena harus berjualan. Ibu sudah mengetahui penyebab dari
pusingnya, memberitahu cara mengatasi pusing yaitu ibu harus mengurangi

25
aktivitas pekerjaan rumah dimana suami atau anak ibu ikut membantu
melakukan pekerjaan rumah, mengkonsumsi makanan yang bergizi, istirahat
yang cukup, memperbanyak minum air putih, dan bila perlu minum obat
parascetamol untuk meredakan sakit kepalanya. Ibu sudah mengerti tentang
cara mengatasi pusing yang dialaminya, mengingatkan kembali kepada ibu
untuk melakukan kunjungan ulang ke bidan jika ada keluhan dan sudah siap
untuk dilakukan pemasangan KB IUD. Ibu berjanji akan kembali jika ada
keluhan dan sudah siap untuk melakukan pemasangan KB IUD.
Dengan demikian dari pengkajian data baik itu data subyekyif dan
obyektif, analisa data dan penatalaksanaan yang diberikan kepada ibu “MI”
dapat dilihat bahwa tidak ada kesenjangan antara tinjauan kasus atau
pelasanaan dilapangan dengan tinjauan teori.

26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengkajian pada kasus ini ashuna kebidanan pada


Perempuan Usia 44 Tahun yaitu Ibu “MI” Ingin mengganti KB suntik 1
bulan dengan KB IUD karena sering mengeluh pusing, Sejatinya setiap
metode kontrasepsi memiliki efek samping, khususnya alat kontrasepsi
berjenis hormonal. Suntik KB merupakan salah satu alat kontrasepsi
hormonal yang mengandung progestin, yaitu hormon yang menyerupai
hormon progesteron yang diproduksi oleh ovarium.

Setelah disuntikkan, progestin memiliki efek mengentalkan leher


rahim, sehingga sel sperma sulit bergerak ke arah rahim. Hormon ini juga
mencegah ovulasi dan membuat dinding rahim tidak kondusif bagi sel telur
yang telah dibuahiKB IUD ini merupakan kontrasepsi hormonal yang
mengandung hormon progestoron (progestin), yang serupa dengan hormon
alami wanita. KB IUD ini merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam
rahim dengan menjepit kedua saluran yang menghasilkan indung telur
sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastik polietilena, ada
yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak. AKDR (IUD) adalah suatu alat
atau benda yang dimasukkan kedalam rahim yang sangat efektif, reversibel
dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia
reproduktif (Handayani, 2010)

5.2 Saran

27
5.2.1 Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa diharapkan agar dapat menggunakan kesempatan belajar
ditempat praktek dengan baik dan dapat menggali ilmu yang mungkin
tidak didapatkan di bangku kuliah tetapi bisa didapatkan di tempat
praktek.
b. Diharapkan mahasiswa mampu mendokumentasikan semua tindakan
dan perkembangan yang terjadi pada ibu ber-KB serta dapat bertindak
secara sistematik.
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
a. Mampu meningkatkan sarana dan prasarana yang dapat membantu
mahasiswa dalam meningkatkan keterampilan dibidang teori dan
praktek terhadap ibu ber-KB.
b. Mampu memperhatikan kualitas pendidkan dengan tetap membimbing
dan mengarahkan mahasiswa dengan membekali pendidikan yang
cukup dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu ber-KB.

28
DAFTAR PUSTAKA

Bonny. Mila,2014. 40 Hari Pasca Persalinan Masalah dan Solusinya. Puspa


Sehat

Eko Ita, Yuli Reni, 2016. Menopause Masalah dan Penanganannya.


Yogyakarta: CV Budi Utama

Indriani, 2009. Rekomendasi Praktik Pilihan Untuk Pengguna Kontrasepsi.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

29
FORMAT PENGKAJIAN

ASUHAN KEBIDANAN AKSEPTOR BARU/LAMA KB ….....................

I. DATA SUBYEKTIF (Hari/Tanggal, Jam )


1. Identitas
Ibu Suami
Nama:
Umur :
Suku/Bangsa :
Agama:
Pendidikan:
Pekerjaan:
AlamatRumah:
No Telepon :
2. Alasan Datang.
3. Keluhan Utama
4. Riwayat Menstruasi
 Umur menarche :
 Lama haid

30
 Siklus haid
 Volume
 Keluhan saat haid
5. RiwayatPerkawinan
6. RiwayatGynekologi
7. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
8. Riwayat KB
9. Keadaan Bio-Psiko-Sosial
 Biologis
 Bernafas
 Nutrisi
 Eliminasi
 Istirahat Tidur
 Aktivitas
 Personal Hygiene
 Perilaku Seksual
 Psikologis
 Perasaan ibu saat ini
 Penerimaan terhadap kelahiran saat ini
 Sosial
 Hubungan suami dan keluarga dan pengambil keputusan
 Budaya dan adat istiadat yang mempengaruhi masa nifas dan bayi
 Spiritual
10. Pengetahuan

II.DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum
 Kesadaran
 Keadaan emosi
2. Tanda Tanda vital
 TD

31
 Nadi
 Respirasi
 Suhu
3. Antropometri
 BB
 TB
4. Pemeriksaan Fisik
 Kepala
 Rambut
 Telinga
 Hidung
 Bibir
 Mulut dan gigi:
 Leher :
 Dada :
 Payudara
 Abdomen
 Anogenital
 Vulva dan Vagina :
 Ekstremitas
5. Pemeriksaan Penunjang
III. ANALISA

Perempuan Umur tahun akseptor lama/baru KB

Masalah :

IV. PENATALAKSANAAN

32
Lampiran 2
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN
TINGGI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
Alamat : Jalan Udayana No. 11 Singaraja-Bali
Telepon (0362) 22570 Fax. (0362) 25735 Kode Pos 81116
Laman : www.undiksha.ac.id

LEMBAR KONSULTASI LAPORAN KASUS

Nama Mahasiswa : Brilia Nila Sari


NIM : 1806091053
Angkatan/TA : 2019-2020
Judul : “Asuhan Kebidanan Pada Perempuan “Mi” Usia 44
Tahun Dengan Akseptor Lama Kb Suntik Di Desa
Celukan Bawang Tanggal 7 Januari 2020”

33
Hari/tanggal Materi konsultasi Hasil Konsultasi Paraf
Pembimbing

Singaraja, 6 Januari 2020


Pembimbing I

(Ni Nyoman Ayu Desy Sekarini,


S,ST.,M.Keb)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, NIP. 198612272019032006


DAN PENDIDIKAN
TINGGI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
Alamat : Jalan Udayana No. 11 Singaraja-Bali
Telepon (0362) 22570 Fax. (0362) 25735 Kode Pos 81116
Laman : www.undiksha.ac.id

LEMBAR KONSULTASI LAPORAN KASUS

Nama Mahasiswa : Brilia Nila Sari


NIM : 1806091053
Angkatan/TA : 2019-2020
Judul : “Asuhan Kebidanan Pada Perempuan “Mi” Usia 44
Tahun Dengan Akseptor Lama Kb Suntik Di Desa
Celukan Bawang Tanggal 7 Januari 2020

34
Hari/ Materi konsultasi Hasil Konsultasi Paraf
tanggal Pembimbing

Singaraja, 6 Januari 2020


Pembimbing II

(Ni Nyoman Ayu Dwi Astini, S.ST.,M.Pd)

NIP. 197204221995032002

35

You might also like