You are on page 1of 22

PANCASILA SILA KE-2 TERKAIT KEKERASAN TERHADAP ANAK DAN PEREMPUAN

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Kebangsaan : Pancasila

Dosen Pengampu : Haris Iriyanto, A.Md., S.Sos., M.Pd

Oleh

Matius Dave Rouw (2140050115)

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

2021
DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………..

KATA PENGHANTAR……………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.……………………………………………………………………………………...

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………..

1.3 Manfaat Penelitian.…………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ……………………………………………………………………………

2.2 Pengertian …………………..………………………………………………………….

2.3 ………………………………………….

2.3.1 ……………….

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………………….

3.2 Saran…………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat, serta

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini tepat pada

waktunya. Semoga apa yang penulis sampaikan dapat dipergunakan sebagai salah satu

acuan. Adapun judul dari makalah ilmiah ini adalah “PANCASILA KE -2 TERKAIT

KEKERASAN TERHADAP ANAK DAN PEREMPUAN”.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bpk. Haris Iriyanto, A.Md., S.Sos., M.Pd

selaku dosen pengampu Pancasila yang telah mempercayakan penulis untuk membuat

makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang turut

serta berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih diliputi kekurangan dan

kesalahan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan segala bentuk kritik serta saran dari

berbagai pihak untuk mengoreksi kekurangan dan kesalahan yang membangun dari

pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 18 Oktober 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seperti yang telah kita ketahui bahwa Pancasila merupakan dasar negara Indonesia dan

menjadi ideologi bangsa. Pancasila itu sendiri telah melekat dalam kebudayaan kita

karena para peletak dasar Pancasila itu sendiri telah memikirkan secara matang bahwa

Pancasila bukan sebagai dasar negara saja namun warisan nenek moyang yang harus

kita amalkan dan dijiwai secara terus menerus. Masyarakat juga harus ikut serta dalam

menjaga keaslian dan keberadaannya agar tidak tergerus oleh majunya globalisasi. Kita

sebagai generasi bangsa yang sepantasnya untuk mengamalkan dan mempraktekkan

dalam kehidupan sehari hari.

Pacasila sendiri diambil dari bahasa Sansekerta yaitu kata “Panca” yang artinya

Lima, dan “Sila” yang artinya Dasar. Sehingga arti Pancasila secara harfiah adalah Lima

Dasar. Pancasila dicetuskan oleh para pendiri bangsa Indonesia dengan tujuan agar kita

memiliki pondasi serta dasar yang kuat. Apabila dihadapkan dengan berbagai masalah

yang sulit kita dapat berpedoman pada Pancasila untuk menyelesaikan. Selain itu kita

juga menjadi tidak mudah dipengaruhi dan dijajah oleh negara lain.

Namun beberapa tahun akhir ini banyak dijumpai kejadian yang menyimpang dari

dasar negara indonesia yaitu Pancasila. Seperti Kekerasan pada perempuan dan anak

kecil yang seharusnya dilindungi agar mereka merasa aman dan nyaman. Tetapi hak

mereka dirampas dengan cara kekerasan yang melanggar norma dan dasar negara

indonesia. Dari kejadian tersebut tentu ada faktor faktor yang mempengaruhinya
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa makna pancasila sebagai dasar negara?

2. Apa penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak dan perempuan?

3. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap anak dan

perempuan?

4. Apa dampak yang ditimbulkan akibat adanya kekerasan terhadap anak dan

perempuan?

A. Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pancasila

2. Untuk mengetahui makna pancasila sebagai dasar negara

3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak dan perempuan

4. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap anak

dan perempuan

5. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari adanya kekerasan pada anak dan

perempuan

6. Untuk mengtahui cara mengatasi kekerasan pada anak dan perempuan

B. Manfaat Penulisan

1. Memperluas pengetahuan akan makna pancasila sebagai dasar negara.

2. Menjadikan pribadi yang memaknai pancasila sebagai dasar negara.

3. Mengurangi angka pelanggaran akan nilai-nilai dasar pancasila


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia, di mana Pancasila

tersebut merupakan hal yang mendasari suatu terbentuknya Negara Republik

Indonesia. Dalam Pancasila terdapat 3 landasan pokok yang mendasari terbentuknya

Pancasila, antara lain, Landasan Historis Pancasila, Landasan Kultural Pancasila, dan

Landasan Filosofis Pancasila. Ketiga landasan ini berperan penting dalam terbentuknys

Pancasila sekarang ini.

Pancasila sebagai Landasan Historis merupakan sejarah atau cerita proses

terbentuknya Pancasila. Dasar filsafat Negara Indonesia yang diberi nama Pancasila

secara resmi dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945, walaupun istilah “Pancasila”

tidak disebutkan secara eksplisit dalam pembukaan tersebut, namun perumusannya

sila demi sila secara jelas dicantumkan di dalamnya. Oleh karena itu Pembukaan UUD

1945 disebut sebagai tempat terdapatnya rumusan Pancasila. Walaupun demikian di

kalangan masyarakat luas pernah terdapat berbagai rumusan yang berbeda-beda

tentang lima hal yang diberi nama Pancasila yang susunannya juga agak berbeda. Tetapi

adanya rumusan yang berbeda-beda tentang lima hal yang diberi nama Pancasila itu

tidak berarti membawa kita ke pertentangan-pertentangan, karena tanpa adanya

rumusan secara resmi pun di dalam diri bangsa Indonesia atau dalam adat istiadat

bangsa Indonesia sudah ada benih-benih jiwa Pancasila, hanya yang perlu dicari

keseragaman dalam tata urutannya.

Secara historis rumusan-rumusan Pancasila itu dapat diuraikan dalam tiga kelompok :
a. Rumusan Pancasila dalam sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha

Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang merupakan tahap pengusulan sebagai

Dasar Filsafat Negara Indonesia

b. Rumusan Pancasila yang ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia sebagai Dasar Filsafat Negara Indonesia

c. Beberapa rumusan Pancasila dalam perubahan ketatanegaraan Indonesia selama

belum berlaku kembali rumusan Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan

UUD 1945

Pancasila sebagai Landasan Kultural merupakan unsur-unsur yang sudah ada

atau ajaran Pancasila sebenarnya sudah ada jauh sebelum negara kita berdiri. Ajaran

ketuhanan atau kepercayaan adanya kekuatan yang berada di luar manusia sebagai

yang maha kuasa sudah ada sejak zaman prasejarah. Dalam pandangan hidup suku-

suku bangsa di tanah air terkandung ajaran tentang kemanusiaan, bagaimana sebaiknya

manusia bertindak menghargai dan mengakui adanya manusia lain yang sama

derajatnya. Rasa persatuan di antara bangsa-bangsa di tanah air ini nampak dengan

dijadikannya Bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dalam perdagangan antar pulau

sebelum datangnya penjajahan. Masyarakat dari berbagai suku bangsa hidup rukun,

bersatu berdampingan secara damai. Pancasila bukanlah suatu sistem nilai yang hanya

bersifat teoritis, namun sangat dekat dengan kehidupan bernasyarakat.

Pancasila sebagai Landasan Filosofis di mana berdasarkan makna kata tersebut

maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk mencari

kebijaksaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat

bagi peradaban manusia. Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya

definisi filsafat dalam filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasikan oleh
beberapa filsuf Indonesia. Pancasila dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila

senantiasa diperbarui sesuai dengan “permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga

Pancasila berbeda dari waktu ke waktu. Berdasarkan perkembangannya pengertian

pancasila sudah mengalami perubahan – perubahan antara lain :

Filsafat Pancasila Asli

Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat. Hal ini merujuk pidato

Soekarno di BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni Universitas diEropa,

di mana filsafat barat merupakan salah satu materi kuliah mereka. Pancasila

terinspirasi konsep humanisme, rasionalisme, universalisme, sosiodemokrasi,

sosialisme Jerman, demokrasi parlementer, dan nasionalisme.

Filsafat Pancasila versi Soekarno

Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Soekarno sejak 1955 sampai

berakhirnya kekuasaanya (1965). Pada saat itu Soekarno selalu menyatakan bahwa

Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi

Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab

(Islam). Menurut Soekarno “Ketuhanan” adalah asli berasal dari Indonesia, “Keadilan

Sosial” terinspirasi dari konsep Ratu Adil. Soekarno tidak pernah menyinggung atau

mempropagandakan “Persatuan”.

Filsafat Pancasila versi Soeharto


Oleh Soeharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi melalui filsuf-filsuf yang

disponsori Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti interpretasinya

dalam budaya Indonesia, sehingga menghasilkan “Pancasila truly Indonesia”. Semua sila

dalam Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila dijabarkan mejadi lebih rinci

(butir-butir Pancasila). Filsuf Indonesia yang bekerja dan mempromosikan bahwa

filsafat Pancasila adalah truly Indonesia, antara lain, Sunoto, R. Parmono, Gerson W.

Bawengan, Wasito Poespoprodjo, Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus

Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan, Moertono, Soerjanto Poespowardjojo, dan Moerdiono.

Berdasarkan penjelasan di atas maka pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah

hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap,

dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang

paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa

Indonesia.

Pemahaman Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara berlandaskan pada

pengertian esensi dari sila-sila Pancasila yaitu : Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat dam Adil.

Pemahaman ini bertitik tolak dari sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan

sosial (makhluk monodualis). Bangsa Indonesia terdiri dari sejumlah manusia. Manusia

sebagai pendukung pokok atau subyek dari sila-sila Pancasila. Manusia mempunyai

unsur-unsur yang mutlak yaitu susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga, sifat

kodratnya sebagai makhluk individu dan sosial dan kedudukan kodrat sebagai makhluk

pribadi dan makhluk Tuhan.


BAB III

PEMBAHASAN

A. Makna Pancasila sebagai Dasar Negara

Sebagai suatu bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada

hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran

seseorang atau kelompok orang sebagai ideologi-ideologi lain di dunia, namun

pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai kebudayaan serta nilai

religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum

membentuk negara, dengan lain perkataan unsur-unsur yang merupakan materi

(bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat

Indonesia itu sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis ( asal

bahan Pancasila). Unsur-unsur pancasila tersebut kemudian diangkat dan

dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai

dasar negara dan ideologi bangsa dari negara Indonesia. Dengan demikian

Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan

hidup dan budaya bangsa, dan bukannya mengangkat ideologi dari bangsa lain.

Selain itu, Pancasila bukan hanya ide-ide atau perenungan dari seseorang saja,

yang hanya memperjuangkan suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan

Pancasila berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa secara komperhensif.

Oleh karena itu ciri khas Pancasila itu memiliki kesesuaian dengan bangsa

Indonesia.

B. Penyebab Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan


Ketua Komnas Perempuan Azriana menyampaikan sambutan dalam acara

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan

(Komnas Perempuan) mencatat adanya peningkatan sebanyak 14 persen

pengaduan kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia pada 2018.

Menurut tribunpontianak.co.id ada 7 penyebab kekerasan terhadap anak

dan perempuan disebabkan oleh faktor ekonomi, media sosial, pernikahan dini,

kepribadian dan kondisi psikologis yang tidak stabil, lingkungan, laki-laki dan

perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat, serta persepsi mengenai

kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga turut ditutup karena merupakan

masalah keluarga bukan masalah social.

Menurut Wiwik Ariyani faktor kekerasan yang terjadi pada perempuan

dan anak secara umum disebabkan oleh setres dalam keluarga seperti anak,

orang tua/suami istri, situasi tertentu, ekonomi dan pengangguran. Setres dapat

dikarenakan dari anak misalnya anak yang kondisi fisik, mental, perilaku

berbeda dari anak pada umumnya atau anak yang terkena penyakit kronis

sehingga dapat menimbulkan setres dan kekerasan terhadap anak tersebut.

Setres dari orang tua yang tidak memberi kepercayaan pada anak,

mendisiplinkan anak, atau memaksakan kehendak pada anak padahal bukan

bakatnya. Setres disebabkan oleh suami/istri disebabkan oleh rasa kurangnya

kepercayaan pada pasangan sehingga menyebabkan pertengkaran.

C. Latar Belakang Terjadinya Kekerasan

Kekerasan pada anak dan perempuan dilatarbelakangi oleh beragam

faktor, namun dapat ditarik garis besar bahwa kekerasan pada anak dilatar
belakangi oleh dua faktor, yakni faktor internal, dari diri sendiri dan faktor

eksternal, diluar diri sendiri baik faktor keluaraga maupun lingkungan.

Kekerasan terjadi akibat kurangnya pemahaman akan makna pancasila

sebagai dasar negara, sehingga perilaku yang ada tidak mencerminkan sila-sila

pancasila, terutama pengamalan sila ke 2 pancasila. Dalam sila ke 2 Pancasila

terdapat makna bahwa sesama makhluk ciptaan Tuhan harus berperi

kemanusiaan dan memiliki sikap adil terhadap sesama

Menurut hasil pengaduan yang diterima KOMNAS Perlindungan Anak

(2006), pemicu kekerasan terhadap anak yang terjadi diantaranya adalah :

1. Kekerasan dalam rumah tangga, yaitu dalam keluarga terjadi kekerasan

yang melibatkan baik pihak ayah, ibu dan saudara yang lainnya. Kondisi

menyebabkan tidak terelakkannya kekerasan terjadi juga pada anak.

Anak seringkali menjadi sasaran kemarahan orang tua.

2. Disfungsi keluarga, yaitu peran orang tua tidak berjalan sebagaimana

seharusnya. Adanya disfungsi peran ayah sebagai pemimpin keluarga dan

peran ibu sebagai sosok yang membimbing dan menyayangi.

3. Faktor ekonomi, yaitu kekerasan timbul karena tekanan ekonomi.

Tertekannya kondisi keluarga yang disebabkan himpitan ekonomi adalah

faktor yang banyak terjadi.

4) Pandangan keliru tentang posisi anak dalam keluarga. Orang tua menganggap

bahwa anak adalah seseorang yang tidak tahu apa-apa. Dengan demikian pola

asuh apapun berhak dilakukan oleh orang tua.

Ketua Komnas Perempuan Azriana menyampaikan sambutan dalam acara

Refleksi 2 Dasawarsa Upaya Penghapusan dan Diskriminasi terhadap


Perempuan di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta, Rabu, 31 Oktober 2018.

TEMPO/Francisca Christy Rosana

D. Penyebab Terjadinya Kekerasan Terhadap Anak Dan Perempuan

Mengetahui factor yang menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap

anak dan perempuan Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan adanya

kekerasan terhadap perempuan dan anak

 Dampak kekerasan terhadap anak pada tumbuh kembangnya

Study embriologi dan pediatri telah menyatakan bahwa otak berkembang

dengan kecepatan yang luar biasa selama tahap perkembangan awal bayi dan

masa kanak kanak . paparan terulang terhadap kekerasan dan tekanan mental

berat dapat mempengaruhi proses stress otak, sehingga membuatnya menjadi

lebih reaktif dan kurang adaptif . penelitian juga telah menemukan bahwa ada

kaitan antara kekerasan terhadap anak dengan sejumlah masalah kesehatan di

kemudian hari , yang bias mencangkup sebagai berikut :

1. Perkembangan otak yang terbelakang

2. Ketidak seimbangan antara kemampuan social, emosiaonal dan kognitif

3. Gangguan berbahasa dan kognitif

4. Kesulitan dalam penglihatan , bicara dan pendengaran

5. Peningkatan resiko terkena penyakit

6. Kebiasaan merokok , ketergantungan alcohol dan penyalahgunaan obat

obatan

 Dampak kekerasan terhadap anak terhadap kesehatan fisiknya :


Menidentifikasi dampak fisik dari kekerasan bias menjadi sangat penting

dalam mengetahui danya penganiayaan dan mengambil langkah lebih jauh

dalam melindungi anak dari kekerasan dan pengabaian .

Beberapa tanda tanda kekerasan fisik dapat meliputi :

1. Memar, bengkak

2. Kesleo sampai dengan patah tulang

3. Luka bakar

4. Sulit berjalan atau duduk

5. Nyeri, memar atau perdarahan diarea reproduktif

6. Pms ( penyakit menular seksual )

7. Kebersihan yang buruk

E. Cara Mencegah Dan Mengatasi Kekerasan Terhadap Anak Dan Perempuan :

 Membantu anak untuk melindungi diri

Maraknya kejahatan seksual yang terjadi belakangan ini tentunya membuat anda

makin khawatir dengan keselamatan anggota keluarga anda . nah, inilah saatnya

menjelaskan pada anak bahwa tidak ada seorangpun yang boleh menyentuhnya

dengan tidak wajar . berikan pemahaman dan ajarkan anak untuk menolak

segala perbuatan yang tidak senonoh dengan segera meninggalkan dimana

sentuhan tersebut terjadi. Ingatkan anak anda untuk tidak gampang

mempercayai orang asing dan buat anak untuk selalu menceritakan jika terjadi

sesuatu dengan dirinya

 Laporkan kepada pihak berwajib

Bila terjadi kekerasan fisik , psikis ataupun seksual ada baiknya segera

laporkan kepada pihak berwajib . hal ini bertujuan untuk segera diambil
tindakan lebih lanjut terhadap tersangka dan mengurangi angka kejahatan

yang sama terjadi . sementara untuk korbannya harus segera mendapatkan

bantuan ahli medis serta dukungan dari keluarganya .

Cara mengatasi kekerasan terhadap anak dan perempuan :

Untuk mencegah dan mengatasi kekerasan pada anak dan perempuan

dibutuhkan beberapa pendekatan diantaranya pendekatan individu yaitu

 Dengan cara menambah pemahaman agama yang kuat (terutama islam )

akan lebih tegar menghadapi situasi situasi yang menjadi factor

terjadinya kekerasan. Terlebih islam telah mengajarkan aturan hidup

dalam berumah tangga , baik sikap kepada istri atau kepada anak dan juga

mengajarkan interaksi social yang baik.

 Pendekatan social mlingkupi pendekatan partisipasi masyarakat dalam

melaporkan dan waspada setiap tindakan kejahatan terutama human

trafficking .

 Pendekatan medis untuk memberikan pelayanan dan keperawatan baik

secara fisik maupun kejiwaan

 Pendekatan hukum

Kasus Kekerasan Perempuan Dan Anak

Sepanjang 2018 berdasarkan data sistem informasi online perlindungan dan

anak kementrian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak repubik

Indonesia,jumlah pelaporan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak berjumlah

12.867 kasus.
Fakta singkat :

 Dari 2001 hingga 2010 kasus kekerasan seksual mencapai seperempat dari

kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan.

 Dalam rentang waktu yang sama, komnas Perempuan menemukan bahwa dalam

sehari ada 35 perempuan, termasuk anak perempuan mengalami kekerasan

seksual. Artinya dalam jam ada tiga perempuan Indonesia mengalami kekerasan

seksual.

 Pada 2013-2015, jumlah kasus kekerasan seksual sebanyak 298.224 kasus

pertahun

 Kekerasan seksual terhadap perempuan paling banyak dilakukan oleh orang

terdekat.

Berdasarkan data simfoni PPA Kementerian PPPA,pelaku yang paling banyak

melkaukan kekerasan pada wanita adalah pacar dengan jumalah kasus sebesar

1.528.

Dari fakta bersebut kita jadi tahu bahwa di negara kita masih banyak terjadi

kasus kekerasan terutama pada perempuan dan anak meskipun kita telah memiliki

dasar negara yang kuat yaitu Pancasila. Didalam sila kedua, kemanusian yang adil dan

beradab. Butirannya mengakui persamaan derajad , persamaan hak dan kewajban asasi

setiap manusia tanpa membedakan suku,keturunan, agama ,kepercayaan jenis kelamin,

kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainnya. Rasa kemanusiaan jelas menolak segala

macam kekerasan terhadapa perempuan(trafficking),pencabulan, pemerkosaan, dan

bentuk kekerasan lain secara fisik,verbal, seksual,dan ekonomi. Perundang undangan

yang terkait dengan perempuan, seperti UU penghapusan KDRT, UU Perkawinan,

hingga kerda yang bias gender tentu harus sesuai dengan Pancasila.
Kasus Perkosaan Terhadap Yuyun

Perkosaan adalah suatu tindakan kriminal di saat korban dipaksa untuk

melakukan hubungan seksual, khususnya penetrasi dengan alat kelamin di luar

kemauannya sendiri. Saat ini tindak pidana kekerasan seksual atau yang sering disebut

dengan tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang mendapat perhatian di

kalangan masyarakat dan pemerintah, banyak pemberitaan di media massa baik cetak

maupun elektronik memberitakan kejadian tindak pidana perkosaan. Tindak pidana

kekerasan dalam sejarah sebenarnya tindak pidana yang sudah ada sejak dulu, atau

dapat dikatakan sebagai suatu bentuk kejahatan klasik yang akan selalu mengikuti

perkembangan kebudayaan manusia. Tindak pidana perkosaan tidak hanya terjadi di

kota-kota besar yang relatif lebih maju kebudayaan dan kesadaran atau pengetahuan

hukumnya, tetapi juga terjadi di pedesaan yang relatif masih memegang nilai tradisi dan

adat istiadat.

Di Indonesia kasus tidak pidana perkosaam setiap tahunnya mengalami

peningkatan, korbannya bukan hanya dari kalangan dewasa saja, tetapi juga remaja dan

anak-anak. Kebanyakan korban dari kasus perkosaan adalah anak di bawah umur yang

tidak berdaya dan takut untuk melakukan perlawanan. Maraknya kasus perkosaan

terhadap anak-anak sering kali disebabkan karena kemajuan teknologi. Peredaran

materi pornografi melalui media massa antara lain tersalur melalui media cetak,

televisi, internet, film layar lebar, VCD maupun Hp.


Korban perkosaan berpotensi mengalami trauma parah karena peristiwa

perkosaan tersebut dapat menyebabkan goncangan kejiwaan, di mana goncangan

kejiwaan tersebut dapat dialami pada saat perkosaan maupun setelah terjadi

perkosaan. Bahkan yang lebih parah lagi, dewasa ini tak jarang pelaku membunuh

korbannya setelah memperkosanya. Contoh kasus perkosaan yang melibatkan anak di

bawah umur terjadi pada Yuyun. Yuyun adalah seorang pelajar SMP kelas VIII SMP

Negeti 5 Satu Atsp, Kecamatan Padang Ulak Tanding, Kabupaten Rejang Lebong,

Bengkulu yang masih berusia 14 tahun. Ketika itu Yuyun dalam perjalanan pulang dari

sekolah sendirian dan ketika melewati segerombolan pemuda yang sedang mabuk-

mabukkan, Yuyun pun diperkosa dan dibunuh setelahnya dengan dipukul di bagian

kepalanya, kemudian jasadnya dibuang ke jurang sedalam 5 meter. Kasus tersebut

terlambat diberitakan oleh media nasional karena letak desa Yuyun yang terpencil dan

baru terkuak setelah salah satu guru Yuyun berani melaporkan kasus tersebut ke polisi

meski ia sempat diteror oleh keluarga korban.

Dari kasus tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kita sebagai warga negara

Indonesia hendaknya selalu menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam diri kita. Mulai

dari sila pertama sampai sila kelima harus selalu kita jadikan sebagai panduan atau

pedoman kita dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kasus perkosaan

tersebut jelas tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, terutama sila kedua Pancasila,

yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab.


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber

hukum Indonesia.Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil

perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagai ideologi-ideologi

lain di dunia, namun pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai kebudayaan

serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia

sebelum membentuk negara, dengan lain perkataan unsur-unsur yang merupakan

materi (bahan).

Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia itu

sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis ( asal bahan Pancasila).

Pancasila bukan hanya ide-ide atau perenungan dari seseorang saja, yang hanya

memperjuangkan suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan Pancasila berasal

dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa secara komperhensif. Oleh karena itu cirikhas

Pancasila itu memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia.

Kekerasan pada anak dan perempuan merupakan masalah yang menyimpang

dasar negara. Kekerasan dapat terjadi dikarenankan kurangnya pemahaman akan


makna pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Hal ini ditarbelakangi oleh beragam

faktor, namun dapat ditarik garis besar bahwa kekerasan pada anak dilatar belakangi

oleh dua faktor, yakni faktor internal, dari diri sendiri dan faktor eksternal, diluar diri

sendiri baik faktor keluaraga maupun lingkungan. Dengan adanya kekerasan ini akan

berdampak dan berpengaruh baik secara fisik maupun psikologisnya. Maka dari itu

harus ada cara untuk menyelesaikan masalah kekerasan tersebut, dengan penanganan

yang tegas dan tindakan yang jera terhadap pelaku kekerasan tersebut.

B. SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai warga negara Indonesia,

untuk mengamalkan nilai-nilai luhur pancasila mulai dari diri sendiri dengan kesadaran

dan keteladan yang mungkin akan dicontoh oleh orang lain dan menjadi budaya yang

positif bagi bangsa Indonesia serta mampu mewujudkan tujuan dan cita-cita bangsa

sesuai yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan juga

sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih meyakini atau mempercayai,

menghormati, menghargai menjaga, memahami dan melaksanakan sesuai dengan

peraturan yang ada di Indonesia. Sehingga kekacauan yang terjadi ini dapat diatasi dan

lebih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia ini dan

permasalahan yang menyimpang dasar negara.


DAFTAR PUSTAKA

Ariyani,Wiwik.2019.” Kekerasan Pada Anak Dan Perempuan; Dampak dan

Solusinya”.diunduh melalui https://m.eramuslim.com/suara-kita/pemuda-

mahasiswa/kekerasan-pada-anak-dan-perempuan-dampak-dan-

solusinya.htm.diakses pada tanggal 10 Agustus 2019.

Arziana, "Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan", TEMPO, Jakarta, 31 oktober

2018, hlm 2

Drs. H. Kafian M.s., "pendidikan pancasila", 2002, hlm 198

Febriany, Ina Salmah.2016.Jurnal Harkat:Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan

dan Anak Dalam Ekologi Keluarga.Hal:32-33

Hallosehat.2019.”Dampak Kekerasan Terhadap Anak”.diunduh dari

https://hellosehat.com/hidup-sehat/psikologi/dampak-kekerasan-terhadap-

anal/.diakses pada tanggal 10 Agustus 2019.

Sitohang, latar belakang kekerasan, 2010,hal 2, www.ideguru.wordpres.com

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas

Perempuan) mencatat adanya peningkatan sebanyak 14 persen pengaduan kasus

kekerasan terhadap perempuan di Indonesia pada 2018.

Yulistina,Lusi.2019.”Mencegah dan Mengatasi Kekerasa Terhadap Anak”.diunduh dari

https://bidanku.com/mencegah-mencegah-dan-mengatasi-kekerasan-terhadap-

anak.diakses pada tanggal 10 Agustus 2019

You might also like