You are on page 1of 7

ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

MATERI
PRINSIP PERLAKUAN SETARA TERHADAP PEMEGANG SAHAM

Disusun oleh:
Kelompok 5

Afifa Rifqi Baswari


Agri Osmelia Fajrin
Carol Natalia Christy
Mohammad Hendro Leksmono
Muhammad Alif Nur Irvan
Sekar Sheila Kumala Sakti

Program Profesi Akuntan


Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
2020
MATERI
PRINSIP PERLAKUAN SETARA TERHADAP PEMEGANG SAHAM
A. Kesamaan hak untuk saham dengan kelas yang sama OECD Principle 3
Prinsip III : Perlakuan yang Adil terhadap Pemegang Saham. Prinsip ini
menekankan perlunya kesetaraan perlakuan kepada seluruh pemegang saham termasuk
pemegang saham minoritas (non-pengendali) dan pemegang saham asing. Prinsip ini
menekankan pentingnya kepercayaan investor di pasar modal. Prinsip ketiga diperlukan
untuk mengatasi konflik keagenan antara pemegang saham pengendali dan pemegang
saham non-pengendali sehingga kemungkinan ekspropriasi kekayaan pemegang saham
pengendali dapat dihindari.
Pada praktiknya pemegang saham utama perusahaan mempunyai kesempatan
yang lebih banyak untuk memberikan pengaruhnya dalam kegiatan operasional
perusahaan. Dari praktik ini,seringkali transaksi yang terjadi memberikan manfaat
hanya kepada pemegang saham utama atau bahkan untuk kepentingan direksi dan
komisaris.Dari kemungkinan terjadinya usaha-usaha yang dapat merugikan
kepentingan investor, baik lokal maupun asing, maka prinsip ini menyatakan bahwa
untuk melindungi investor, perlu suatu informasi yang jelas mengenai hak dari
pemegang saham.
Prinsip ini terbagi atas 3 Sub prinsip utama, yaitu :
1. Pertama adalah mengenai kesamaan perlakuan antara pemegang saham dalam
kelas saham yang sama. Di dalam prinsip ini terdapat 5 sub prinsip yang
didiskusikan :
a. Sub prinsip pertama mengenai kemudahan dari investor untuk mendapatkan
informasi mengenai hak yang melekat pada setiap seri dan kelas saham sebelum
mereka membeli saham suatu perusahaan. Dalam sub prinsip ini investor harus
mengetahui hak yang melekat pada saham yang mereka beli. Seperti jika
investor membeli saham preferen, maka investor tersebut akan mendapatkan
bagian dari keuntungan perusahaan namun disisi lain biasanya saham itu tidak
mempunyai hak voting.
b. Sub prinsip kedua berbicara mengenai perlindungan kepada pemegang saham
minoritas dari tindakan yang merugikan yang dilakukan oleh atau atas nama
pemegang saham utama. Salah Satu bentuk perlindungan kepada pemegang
saham minoritas sebenarnya adalah bagaimana direksi menjalankan perusahaan
untuk kepentingan perusahaan bukan untuk kepentingan pemegang saham
tertentu sehingga tidak ada perbedaan manfaat yang diperoleh antara pemegang
saham.
c. Sub prinsip selanjutnya adalah mengenai pihak yang boleh mewakili
pemegang saham dalam RUPS. Pada prinsip ini juga menjelaskan bahwa bank
kustodian tidak secara otomatis menjadi wakil pemegang saham di RUPS. Bank
kustodian mempunyai tugas untuk menyediakan informasi mengenai agenda
RUPS sehingga pemegang saham dapat menentukan suara mereka diRUPS
termasuk apakah mereka akan melimpahkan hak suaranya pada seluruh agenda
atau mereka akan memberikan hak suara pada suatu agenda tertentu.
d. Sub prinsip keempat adalah penghilangan hambatan pemberian suara oleh
pemegang saham yang berdomisili di luar wilayah kedudukan Emiten atau
Perusahaan Publik. Hambatan akan terjadi karena biasanya pemegang saham
asing menyimpan saham mereka melalui suatu rantai perantara
(intermediaries).Saham tersebut dicatat atas nama nasabah dalam akun
perusahaan sekuritas lalu akun perusahaan sekuritas tercatat pada lembaga
penyelesaian dan penyimpanan.Dengan demikian maka nama dari pemegang
saham yang asli tidak langsung dapat diketahui, sehingga begitu perusahaan
akan meminta keputusan dari pemegang saham atas suatu transaksi tersebut,
informasi yang seharusnya sampai sebelum keputusan diambil,
penyampaiannya menjadi tidak tepat waktu. Dampak dari terlambatnya
informasi kepada pemegang saham adalah tidak cukupnya waktu dari
pemegang saham untuk menganalisa dan memberikan masukan kepada
perusahaan atas hal tersebut. Dengan melihat bahwa terdapat kemungkinan
perusahaan tidak dapat memberikan perlakuan yang sama kepada semua
pemegang sahamnya, maka sebaiknya perundang-undangan yang ada harus
dapat memberikan kejelasan mengenai pihak yang dapat diberikan kewenangan
oleh pemegang saham asing sebagai wakilnya sehingga informasi dapat segera
diterima oleh pemegang saham. Selain itu peraturan jika dimungkinkan juga
dapat mengatur mengenai penyederhanaan rantai perantara.
e. Sub prinsip terakhir dari bagian kesatu prinsip 3 ini adalah mengenai proses
dan prosedur RUPS yang harus memperhatikan perlakuan yang sama bagi
seluruh pemegang saham, termasuk prosedur yang sederhana dan tidak mahal
bagi pemegang saham untuk melakukan hak votingnya.Masih ada beberapa
perusahaan yang mempunyai prosedur rumit dan mahal dalam hubungannya
dengan hak voting pemegang saham. Misalnya penetapan fee bagi pelaksanaan
hak voting pemegang sahamnya dan persyaratan kehadiran bagi pemegang
saham untuk melakukan voting.Untuk itu sub prinsip ini mengusulkan kepada
perusahaan-perusahaan untuk dapat menghilangkan kesulitan pemegang saham
untuk berpartisipasi dalam RUPS dan juga mengusulkan untuk dapat
menggunakan fasilitas elektronik jika pemegang saham tidak dapat hadir dan
juga tidak menunjuk wakilnya di RUPS.
2. Bagian kedua prinsip 3 ini berbicara mengenai larangan transaksi orang dalam
(insider trading) dan perdagangan tutup sendiri yang merugikan pihak lain
(abusive self dealing). Banyak negara OECDsudah mempunyai peraturan
perundang-undangan berkenaan dengan larangan dua transaksi diatas. Yang
masih menjadi masalah adalah penegakkan hukum yang belum efektif atas
pelanggaran ketentuan yang ada. Oleh sebab itu, pemerintah diminta untuk
memberikan perhatiannya terdapat penegakan hukum khususnya untuk
transaksi di atas.
3. Bagian terakhir dari prinsip 3 adalah kewajiban dari komisaris, direksi dan
manajemen kunci untuk mengungkapkan kepentingannya kepada dewan
komisaris jika baik langsung maupun tidak langsung atau atas nama pihak
ketiga mempunyai kepentingan yang material dalam suatu transaksi atau suatu
hal yang mempengaruhi perusahaan. Pengungkapan kepentingan para pihak di
atas kepada dewan komisaris juga harus diikuti dengan ketidak-ikut sertaan para
pihak didalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan transaksi yang
memuat kepentingan mereka tersebut.
B. Persetujuan dan pengungkapan hak untuk saham dengan kelas yang berbeda
Partisipasi efektif pemegang saham dalam keputusan-keputusan penting
pengelolaan perusahaan, seperti pencalonan dan pemilihan anggota pengurus harus
difasilitasi.Pemegang saham harus dapat membuat pandangan-pandangan mereka
berkaitan dengan kebijakan penggajian anggota pengurus dan pejabat- pejabat kunci
diketahui. Kewajaran atas komponen skema penggajian/kompensasi bagi anggota
pengurus dan karyawan harus didasarkan pada persetujuan pemegang saham.
C. Transaksi dengan pihak berelasi / mengandung benturan kepentingan
Dalam PSAK 7 disebutkan bahwa transaksi pihak-pihak berelasi adalah suatu
pengalihan sumber daya , jasa atau kewajiban antara entitas pelapor dengan pihak-pihak
berelasi, terlepas apakah ada harga yang dibebankan. Pihak-pihak berelasi didefinisikan
sebagai orang atau entitas yang terkait dengan entitas tertentu dalam menyiapkan
laporan keuangan. PSAK 7 selanjutnya merinci criteria orang atau entitas yang
memiliki relasi.
Transaksi antar pihak berelasi mengandung benturan kepentingan dapat
mencakup transaksi yang bersifat operasional dan rutin seperti transaksi penjualan dan
pembelian barang dan jasa, serta dapat juga berupa transaksi strategis seperti
pendanaan, investasi, merger, dan lainnya. Transaksi antar pihak berelasi dapat
dilakukan dengan tujuan efisiensi, misalnya seperti penghematan biaya penjualan dan
pemasaran, menjaga kemandirian ketersediaan dan kualitas bahan baku dan lainnya.
Namun demikian transaksi pihak berelasi/mengandung benturan kepentingan
juga berpotensi menjadi abusive terhadap pihak tertentu. Transaksi abusive terjadi
ketika manajemen dan atau pemegang saham pengendali dapat mengarahkan transaksi
yang hanya menguntungkan perusahaan yang dikendalikannya dan menyebabkan
kerugian di perusahaan yang berelasi. Misalnya sekelompok pemegang saham memiliki
kendali di PT. A dan pengaruh yang signifikan di PT.B. PT.B memasok bahan baku ke
PT.A. kelompok pemegang saham dan atau manajemen yang mewakilinya di PT.B
dapat mengarahkan transaksi penjualan ke PT.A tersebut pada harga tertentu agar PT.A
memperoleh keuntungan lebih besar pada saat menjual hasil produksinya. Sementara
PT.B mungkin memperoleh keuntungan yang lebih kecil atau bahkan merugi
dikarenakan transaksi tersebut. Pemegang saham non pengendali di PT.B akan
dirugikan dengan transaksi pihak berelasi seperti ini. Hal serupa dapat terjadi dalam
bentuk transaksi lainnya, termasuk transaksi pendanaan, investasi, merger, akuisisi dan
lain-lain. Oleh sebab itu diperlukan pelaksanaan prinsip-prinsip yang melindungi
pemegang saham, khususnya pemegang saham non-pengendali, dari transaksi pihak
berelasi yang bersifat abusive. Menurut prinsip OECD ke-3, sub-prinsip A.2 terdapat
beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menangani transaksi pihak berelasi yang
berpotensi abusive, yaitu sebagai berikut:
- Memberlakukan regulasi yang mewajibkan pengungkapan transaksi pihak
berelasi/ mengandung benturan kepentingan yang dilakukan perusahaan
- Memberlakukan regulasi yang menegaskan peran Dewan Komisaris dalam
melakukan pengawasan terhadap transaksi pihak berelasi/mengandung
benturan kepentingan sebagai wujud tanggung jawab anggota dewan komisaris
kepada perusahaan dan seluruh pemegang saham.
- Memberlakukan regulasi yang mengatur bahwa transaksi yang dilakukan untuk
kepentingan kelompok usaha tertentu harus dikompensasikan dengan
penerimaan manfaat sepadan dari kelompok usaha lainnya.
- Memberlakukan hak untuk memesan saham lebih dulu atas penerbitan saham
baru perusahaan
- Memberlakukan regulasi yang mewajibkan persetujuan RUPS atas transaksi
pihak berelasi dengan batasan sahnya keputusan RUPS yang tinggi
D. Perdagangan orang dalam ( Insider trading )
Insider Trading adalah Perdagangan Efek dengan menggunakan informasi
orang dalam (IOD). IOD adalah informasi material yang dimiliki orang dalam yang
belum tersedia untuk umum Undang-undang No. 8 Tahun 1995, tidak memberikan
batasan Insider Trading secara tegas. Transaksi yang dilarang antara lain yaitu orang
dalam dari emiten yang mempunyai informasi orang dalam melakukan transaksi
penjualan atas pembelian efek emiten atau perusahaan lain yang melakukan transaksi
dengan emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan. Dengan demikian pokok
permasalahan insider trading adalah “informasi”.
Orang dalam atau dikenal dengan “insider” adalah manajer, pegawai, atau
pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik, pihak yang karena kedudukan
atau profesinya atau karena hubungan usahanya dengan emiten atau perusahaan publik
memungkinkannya mempunyai IOD, termasuk pihak yang dalam 6 bulan terakhir tidak
lagi menjadi orang-orang tersebut. Sementara pihak lain yang dilarang melakukan
insider trading adalah mereka yang memperoleh IOD secara melawan hukum,
sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 97 Undang-Undang No.8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal, bahwa pihak yang berusaha untuk memperoleh IOD dari orang
dalam secara melawan hukum dan kemudian memperolehnya dikenakan larangan yang
sama dengan larangan yang berlaku bagi orang yang sebagaimana dimaksud Pasal 95
dan Pasal 96. Demikian juga perusahaan efek yang memiliki IOD, pegawai Bapepam
yang diberi tugas atau pihak lain yang ditunjuk oleh Bapepam untuk melakukan
pemeriksaan juga dilarang memanfaatkan untuk diri sendiri atau pihak lain kecuali
diperintahkan oleh UU lainnya (Pasal 98 ayat 4).
E. Peran Akuntan dalam memfasilitasi perlakuan setara terhadap pemegang saham
Laporan keuangan merupakan informasi yang menjadi dasar dalam
pengambilan suatu keputusan termasuk dalam pemenuhan hak dan kewajiban
perusahaan kepada para pemegang saham. Perusahaan memerlukan peran akuntan
profesional untuk memfasilitasi perlakuan setara terhadap pemegang saham dengan
cara menerbitkan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
yang berlaku dan untuk memastikan kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan lain yang
terkait.
Seorang akuntan profesional dalam melaksanakan tanggung jawabnya harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya serta senantiasa menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Selain itu, untuk memelihara
dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin
F. Hak Pemegang Saham
Di antara hak-hak khusus yang harus dijamin sama untuk semua pemegang saham
adalah:
- Hak untuk menerima dividen
- Hak memesan efek terlebih dahulu untuk membeli saham tambahan
- Hak untuk memperoleh informasi yang memadai tentang aktivitas perusahaan
- Hak untuk berpartisipasi dalam rapat umum pemegang saham, termasuk yang memadai
pengungkapan terlebih dahulu dari semua materi yang diperlukan untuk membuat
keputusan
- Hak untuk menerima bagian proporsional dari properti perusahaan, setelah pembayaran
kreditor dalam hal likuidasi
G. Pelanggaran Prinsip Setara dan Perlakuan yang Setara dari Pemegang Saham
1. Share dilution
- Terjadi ketika perusahaan menerbitkan saham kepada manajer atau
disukai investor di bawah nilai pasar, dengan demikian melemahkan
kepentingan pemegang saham lain.
- Mengakibatkan persentase kepemilikan investor terhadap suatu
perusahaan menyusut, sedangkan nilai perusahaan secara keseluruhan
meningkat dengan persentase yang jauh lebih kecil.
- Undang-undang harus menetapkan periode minimum dan maksimum
untuk langganan terbuka
2. Partisipasi rapat pemegang saham umum
- Pemberitahuan rapat umum tidak diberikan kepada semua pemegang
saham atau terlambat
- Bahan yang diperlukan untuk membuat keputusan yang terinformasi
tentang hal-hal dalam agenda tidak tersedia tepat waktu (biasanya
perusahaan bilang bahannya belum siap, syaratnya bertahan sampai
rapat itu sendiri)
- Perwakilan pemegang saham tidak diikutsertakan dalam rapat umum
karena alasan yang tidak jelas (dalam satu kasus, alasan yang diberikan
adalah bahwa tanggal di proxy itu ditulis dalam angka, bukan dengan
kata-kata)
- Kadang-kadang, perusahaan menuntut perwakilan pemegang saham
menghasilkan proxy yang disertifikasi oleh notaris, berbasis tentang
persyaratan yang termasuk dalam pemberitahuan rapat umum
3. Tidak adanya keterbukaan informasi pada suatu perusahaan
Daftar Pustaka

Aripin. 2009. “Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham Minoritas Perseroan


Terbatas Terbuka Dalam Rangka Menciptakan Kepastian Hukum Sebagai Sarana
Peningkatan Iklim Investasi Di Indonesia,” 7–10.
doi:10.15957/j.cnki.jjdl.2009.07.004.

Surya, Indra, and Ivan Yustiavandana. 2015. “Penerapan Prinsip Keadilan Dalam Good
Corporate Governance Terhadap Pemenuhan Hak-Hak Pemegang Saham
Minoritas.” Ilmu Hukum Legal Opinion 3.

2016. Hukumonline.com. may 29. Accessed november 3, 2020.


https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl1017/perlindungan-
terhadap-pemegang-saham/.

2019. market.bisnis.com. September 11. Accessed November 3, 2020.


https://market.bisnis.com/read/20190911/7/1147060/knkg-pemegang-saham-berhak-
mendapat perlakuan-setara.

2004. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Principles of


Corporate Governance.

You might also like