You are on page 1of 13

MAKALAH

“VARIABEL PENELITIAN, DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA UKUR”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu :
Kuat Prabowo, SKM. M.Kes.

Disusun oleh:
KELOMPOK 6

Aldefan Sakti Natawijaya (P21335123005)

Aulia Annisa Syafitri (P21335123014)

Daffa Syahzildan (P21335123020)

Esa Putra Purbiyantoro (P21335123027)

Fauziyah Risky Amelia Putri (P21335123029)

Finda Agustianti (P21335123031)

PROGRAM SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
2024
i

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami nikmat
iman, kesehatan, serta kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya hingga pada umatnya hingga akhir
zaman.
Rasa terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Kuat Prabowo, SKM. M.Kes. selaku
dosen pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian yang telah memberikan banyak ilmu
pengetahuan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah yang berjudul “Variabel
Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Ukur” yang dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Metodologi Penelitian ini dapat disusun dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih terdapat banyak kekurangan. Penulis berharap agar makalah ini memberikan banyak
manfaat bagi para pembaca. Untuk itu, kami mengharapkan saran yang membangun guna
menyempurnakan makalah ini supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi.

Jakarta, 24 Maret 2024

Penulis

i
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2

BAB I ......................................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 1

1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................................ 2

BAB II ....................................................................................................................................... 3

2.1 Variabel Penelitian ........................................................................................................... 3

2.2 Definisi Operasional ........................................................................................................ 4

2.3. Skala Ukur/Pengukuran................................................................................................... 6

2.3.1 Skala Nominal ........................................................................................................... 7

2.3.2 Skala Ordinal ............................................................................................................. 7

2.3.3 Skala Interval ............................................................................................................. 8

2.3.4 Skala Rasio ................................................................................................................ 8

BAB III ...................................................................................................................................... 9

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 9

3.2 Saran ................................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyusunan kerangka penelitian dilakukan setelah telaah pustaka tersusun. Pada telaah
pustaka, tersusun kumpulan beberapa teori dan generalisasi hasil-hasil penelitian yang
menyeluruh dan berkesinambungan tentang satu topik penelitian yang akan diteliti
sehingga dapat dijadikan dasar untuk membentuk suatu kerangka penelitian. Kerangka
penelitian yang dibentuk berupa kerangka teori dan kerangka konsep. Kerangka konsep
merupakan alur kaitan konsep penelitian yang akan dilakukan, di mana konsep ini belum
dapat diukur dan diamati secara langsung, sehingga perlu penjelasan penjelasan dari
variabel dalam konsep penelitian yang akan dilakukan melalui penjelasan di dalam definisi
operasional. Definisi operasional dibuat untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian
dan pengolahan serta analisis data penelitian. Penyusunan definisi operasional yang tidak
tepat dapat menyebabkan penyusunan instrumen tidak tepat pula, yang pada akhirnya akan
menyebabkan data hasil penelitian yang diperoleh juga tidak tepat. Akibat fatal yang
timbul apabila data hasil penelitian tidak sesuai atau tidak relevan dengan penelitian yang
sedang dilakukan adalah pengumpulan data harus diulang atau bahkan bisa jadi bila hal
tersebut baru diketahui saat sidang akhir maka dapat menyebabkan mahasiswa yang
bersangkutan tidak lulus.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan variabel penelitian?
2. Apa yang dimaksud dengan definisi operasional?
3. Apa yang dimaksud dengan skala ukur beserta jenis-jenisnya?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Agar mengetahui pengertian dari variabel penelitian.
2. Agar mengetahui pengertian dari definisi operasional.
3. Agar mengetahui pengertian dari skala ukur beserta jenis-jenisnya.

1
2

1.4 Manfaat Penulisan


Sebagai sumber informasi yang mengandung wawasan untuk menambah ilmu
pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai variabel penelitian, definisi
operasional,dan skala ukur agar kedepannya dapat mempermudah dalam
mengidentifikasi kebutuhan proses belajar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Variabel Penelitian


Syarat utama sebuah variabel adalah memiliki perbedaan atau nilai yang bervariasi.
Variabel merupakan karakteristik atau kualitas atau ciri-ciri yang dimiliki oleh seseorang,
benda, objek atau situasi/kondisi. Dengan demikian variabel paling sedikit memiliki satu
nilai. Misalnya variabel jenis kelamin terdiri dari dua nilai yaitu laki-laki dan perempuan.
Variabel usia memiliki nilai yang lebih banyak dengan rentang antara 0 hingga 100, atau
di bawah 20 tahun, dan sebagainya. Variabel-variabel lainnya bisa memiliki dua atau lebih
nilai seperti “kepuasan pasien” “kepuasan kerja perawat” “besaran gaji karyawan” dan
sebagainya. Variabel merupakan elemen yang dapat dikuantifikasi dan terdiri dari
berbagai jenis. Selain variabel independen dan dependen, ada juga variabel eksternal, dan
variabel demografi.
Variabel independen disebut juga variabel “treatment” atau variabel eksperimen.
Variabel ini mempengaruhi variabel lain dan menyebabkan perubahan atau berkontribusi
terhadap outcome. Variabel dependen merupakan variabel outcome sebagai efek atau
pengaruh dari variabel independen. Pada penelitian eksperimen atau quasi-eksperimen,
peneliti memanipulasi variabel ini dengan melakukan intervensi atau perlakuan untuk
melihat pengaruhnya terhadap variabel dependen. Yang perlu diperhatikan adalah
penentuan sebuah variabel apakah dependen atau independen tergantung topik penelitian
yang dihadapi. Sebuah variabel bisa menjadi variabel independen atau menjadi variabel
dependen tergantung konteks masalahnya. Misalnya pada studi tentang pengaruh motivasi
terhadap kepuasan kerja, sebagai variabel dependen adalah kepuasan kerja. Namun pada
kasus tertentu bisa jadi kepuasan kerja mempengaruhi motivasi atau sebagai variabel
dependen adalah motivasi. Beberapa literatur menggunakan istilah yang berbeda-beda
untuk menyebut variabel dependen dan independen, salah satunya menurut Gujarati &
Porter (2010) sebagaimana disajikan pada tabel 1 berikut.

3
4

Variabel eksternal adalah variabel yang tidak dapat dikontrol yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Adanya variabel ini menunjukkan hubungan antara
variabel independen X dan variabel dependen Y dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yaitu variabel ketiga, sehingga harus dikontrol oleh peneliti. Pada penelitian eksperimen
dan kuasi eksperimen, variabel ini merupakan variabel yang paling penting dan sangat
diperhatikan dalam penelitian.
Variabel demografi disebut juga variabel atribut, yaitu variabel yang tidak dapat
dimanipulasi atau dipengaruhi oleh peneliti, yang dapat timbul atau bervariasi pada
berbagai populasi. Contoh variabel demografi antara lain jenis kelamin, usia, ras, status
pernikahan, agama, dan pendidikan. Variabel variabel ini sebenarnya telah melekat pada
subyek sebelum penelitian dilakukan.
Sebenarnya sebuah variabel dalam penelitian merupakan konsep-konsep yang dapat
diukur dalam sebuah studi yang berhubungan dengan sebuah fenomena. Fenomena ini
dijelaskan dengan suatu kelompok atribut, karakter, atau sifat. Variabel diukur dalam
kondisi yang senatural mungkin tanpa adanya perlakuan baik terhadap variabel
independen maupun dependen.
2.2 Definisi Operasional
Definisi operasional bukan hanya menjelaskan arti variabel namun juga aktivitas
aktivitas yang harus dijalankan untuk mengukur variabel-variabel tersebut, atau
menjelaskan bagaimana variabel tersebut diamati dan diukur. Definisi operasional harus
menjelaskan secara spesifik sehingga berdasarkan definisi ini, peneliti yang akan
mereplikasi studi dapat dengan mudah mengkonstruksikan teknik-teknik pengukuran yang
sama. Misalnya definisi konseptual “orang yang lapar” di atas, dengan menggunakan
definisi operasional maka akan memiliki tiga jenis definisi (Bless & Higson-Smith,2000
dalam Brink, 2009):
5

1. Seseorang yang telah kehilangan/kekurangan makanan selama 24 jam; atau


2. Seseorang yang dapat memakan roti kurang dari 10 menit
3. Seseorang yang memiliki kadar gula darah di bawah level yang dianjurkan.
Setiap definisi di atas memberikan informasi yang berharga bagi peneliti yang
membutuhkannya dalam rangka mengidentifikasi fenomena “orang kelaparan”. Dengan
demikian peneliti akan memilih definisi yang sesuai dengan konteks masalah
penelitiannya. Contoh lain adalah mengoperasionalkan definisi dari “obesitas” yaitu
sebagai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas 30 kg berat badan per m2 tinggi badan. Definisi
ini memudahkan
siapapun dalam menginvestigasi obesitas karena memiliki sifat yang spesifik dan
mengarahkan peneliti. Permasalahan yang dihadapi dalam menyusun definisi
operasional adalah ketidakmampuan peneliti untuk memperoleh informasi yang
langsung berhubungan dengan definisinya, sehingga terpaksa menggunakan informasi dari
sumber sekunder. Misalnya seorang peneliti tidak dapat mengakses data status sosial dari
subjek, maka ia dapat menentukannya dengan mengobservasi karakteristik lain seperti
status kepegawaian, tingkat pendidikan, pendapatan, atau domisili. Penyusunan Definisi
Operasional yang sudah ditetapkan yaitu menggunakan tabel sebagai berikut.

Penjelasan tabel:
1. Kolom “variabel” berisi nama-nama variabel dependen dan independen yang akan
diteliti. Misalnya variabel “obesitas”.
2. Kolom “Definisi Operasional” berisi definisi dari variabel tersebut secara operasional.
Misalnya: definisi operasional “obesitas” adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas 30
kg berat badan per m2 tinggi badan.
3. Kolom “Alat Ukur” berisi alat atau instrumen yang dipakai untuk mengukur variabel.
Misalnya: alat ukur untuk obesitas adalah timbangan badan (untuk mengukur berat
badan) dan meteran (untuk mengukur tinggi badan).
4. Kolom “Cara Ukur” berisi uraian untuk melakukan pengukuran variabel dengan
menggunakan alat ukur yang sesuai. Misalnya untuk mengukur berat badan, cara
ukurnya
6

1). Sebelum menimbang, pastikan jarum pada alat timbangan berada pada posisi nol;
2). Subyek diminta menanggalkan benda-benda yang memiliki berat cukup signifikan
seperti sepatu, handphone, dan sebagainya; 3).Peserta diminta berdiri diatas timbangan
secara wajar; 4).Pengamat melihat angka yang tertera pada alat dan mencatatnya pada
lembar pengumpulan data. Untuk mengukur tinggi badan, maka subyek diminta berdiri
tegak tanpa alas sepatu lalu pengamat mengukur panjang subyek dari ujung kepala
hingga telapak. Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan rumus berat badan (kg)
dibagi kuadrat tinggi badan (m2).
5. Kolom “Hasil Ukur” berisi uraian tentang hasil ukur dari variabel yang diteliti. Hasil
ukur dari variabel dapat ditulis sebagai berikut.
a. Apa adanya sesuai dengan pengukuran (disebut juga dicatat secara terbuka)
sehingga menghasilkan data dengan skala interval atau rasio;
b. Dikelompokkan/dikategorikan sesuai standar yang ada atau sesuai keinginan
peneliti sehingga menghasilkan data dengan skala ordinal atau nominal.
Disarankan prioritas menggunakan standar yang ada, bila memang tidak
ditemukan peneliti bisa menggunakan kriteria tersendiri. Untuk menghindari
subjektivitas sebaiknya menggunakan kriteria mean/median.
6. Kolom “Skala Ukur” berisi jenis skala pengukuran atau data yang digunakan dalam
penelitian sesuai dengan hasil ukur yang telah ditentukan. Lihat nomor 5 di atas.
2.3. Skala Ukur/Pengukuran
Pengukuran merupakan suatu penetapan angka atau simbol untuk nilai atau
karakteristik objek yang diukur sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Objek pengukuran
yang konkrit atau dapat diukur secara nyata adalah usia, jenis kelamin, tinggi badan,
pendidikan, pendapatan, sedangkan yang bersifat abstrak berupa loyalitas, kepribadian,
kepuasan. Sedangkan skala merupakan ukuran kuantifikasi yang diatur berdasarkan nilai atau
besarannya, yang bertujuan untuk mewakili atau representasi dari barang, orang atau
kontinuitas. Ada 4 jenis skala pengukuran yang akan dijabarkan
berikut:
a. Skala Nominal
b. Skala Ordinal
c. Skala Interval
d. Skala Rasio
7

2.3.1 Skala Nominal


Penggunaan skala ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menghitung peristiwa,
obyek dan subyek untuk diklasifikasikan dalam individu, produk, merek, perusahaan, atau
entitas lain dalam suatu kategori, sehingga sering disebut skala kategori. Contohnya
pemberian nomor registrasi masuk kampus, nomor kaos punggung. Skala nominal dapat
menggunakan angka, simbol maupun label. Skala ini melibatkan perhitungan sederhana
dan frekuensi kasus ke dalam beberapa kategori, sehingga skala nominal akan digunakan
dalam label sebuah kategori atau pengelompokan. Beberapa kategori skala nominal adalah
tidak spesifik menunjukkan suatu urutan atau jarak serta dapat mengelompokkan beberapa
hal dalam suatu kategori kelompok dengan pelabelan. Skala ini sangat umum digunakan
dalam survey dan penelitian.
Contoh penggunaan skala nominal dalam survey. Pertanyaan yang menyatakan
pernahkah anda mengunjungi Papua? Maka jawaban “ya” akan ditulis “1” dan jawaban
“tidak” akan ditulis “2”. Penggunaan angka tersebut hanya bertujuan untuk identifikasi
yang akan ditindak lanjuti kemudian dalam perhitungan hasil survey. Lebih lanjut,
penggunaan nomor handphone juga menggunakan skala nominal karena setiap nomor
memiliki tujuan tertentu sehingga menghindari tujuan yang tidak valid. Penggunaan skala
nominal yang luas mampu mengklasifikasikan obyek secara mudah, namun penggunaan
skala nominal tidak memungkinkan adanya pengurutan (order), dan metode statistik yang
bisa dioperasikan terbatas.
2.3.2 Skala Ordinal
Skala ordinal digunakan secara spesifik untuk pemeringkatan dalam sebagian studi
penelitian. Skala ordinal dipakai untuk menentukan tingkat persepsi konsumen, preferensi,
kepuasan dan sebagainya. Sebagai contoh penelitian produk shampo yang sesuai dengan
kondisi kulit konsumen yang dibuat dalam skala ordinal, yang dijabarkan sebagai berikut:

Peringkat Merek Barang Responden

I Pantene 200

II Clear 150

III Head & Shoulders 150

Total 500
8

Berdasarkan tabel di atas dapat ditentukan Modus adalah peringkat I (produk


Pantene) dan Median berada pada peringkat ke II (produk Clear). Skala ordinal juga dapat
digunakan untuk mengatur berbagai kategori atau karakter secara berurutan dari unit
tertinggi sampai terendah, sehingga peneliti akan mengetahui urutan preferensi, tetapi tidak
ada informasi mengenai produk mana yang lebih disukai. Beberapa uji statistic dapat
diaplikasikan seperti modus, median, kuartil. Namun, jika peneliti ingin mengetahui
korelasi pesanan dengan peringkat data maka penggunaan Koefisien Korelasi Ordinal
Spearman perlu dilakukan bersamaan dengan Koefisien Kecocokan Kendall.
2.3.3 Skala Interval
Skala interval lebih bermakna dibandingkan dengan skala nominal maupun ordinal,
karena skala ini merupakan representasi yang sama dari objek yang diukur. Penggunaan
skala ini memungkinkan peneliti mengetahui bagaimana objek-objek yang diteliti berbeda
ketika dibandingkan. Prinsip kesetaraan interval memungkinkan persamaan dasar
penyusunan unit dengan asumsi bahwa intervalnya sama. Penggunaan skala interval atau
cardinal memungkinkan peneliti menjustifikasi rata-rata aritmatika sebagai ukuran karena
memiliki dasar satuan ukuran yang sama. Implikasi dari hal ini adalah interpretasi tidak
hanya dalam urutan skor tapi perbedaan antara objek yang diteliti. Contoh penggunaan
skala interval adalah temperatur. Temperatur diukur baik pada derajat Celcius atau
Fahrenheit. Tidak bisa dikatakan bahwa 50 ° F adalah dua kali lebih panas dari 25 ° F
karena suhu yang sesuai pada skala Celcius adalah 10°C dan -3,9°C, yang tidak dalam rasio
2: 1.
2.3.4 Skala Rasio
Skala rasio merupakan skala internal yang bersifat khusus karena memiliki titik nol
yang bermakna. Skala rasio banyak digunakan dalam perhitungan panjang, berat, atau
jarak. Penggunaan skala ini memungkinkan nilai objek dapat dibandingkan dengan objek
yang lain, seperti besar bola basket 10 kali dari besar bola kasti. Skala ini digunakan untuk
mengukur variabel faktual dari obyek dan dikatakan sebagai tingkat pengukuran tertinggi.
Sifat dari skala ini memiliki skala interval dengan titik asal tetap atau titik 0, dan
memungkinkan peneliti membandingkan tidak hanya nilai skor tetapi juga skala relatif.
Contohnya perbedaan antara 10 menit dan 20 menit sama dengan perbedaan antara 30 dan
40, dan 20 menit dua kali lebih lama dari 10 menit. Hampir semua operasi statistic dapat
dilakukan dalam skala rasio ini seperti pengukuran tendensi pusat, rata-rata geometri dan
sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Variabel penelitian merupakan karakteristik atau kualitas atau ciri-ciri yang
dimiliki oleh seseorang, benda, objek atau situasi/kondisi. Variabel merupakan elemen
yang dapat dikuantifikasi dan terdiri dari berbagai jenis, diantaranya terdapat variabel
independen dan dependen, variabel eksternal, dan variabel demografi.
Definisi Operasional menggambarkan kegiatan yang harus dilakukan untuk
mengukur variabel tersebut dan bagaimana variabel tersebut diamati dan diukur.
Definisi operasional harus spesifik sehingga peneliti yang mereplikasi penelitian
dapat dengan mudah mengembangkan teknik pengukuran yang sama berdasarkan
definisi tersebut.
Pengukuran adalah penentuan numerik atau simbolis dari nilai atau properti suatu
objek yang diukur menurut aturan yang diberikan. sedangkan skala merupakan ukuran
kuantifikasi yang diurutkan berdasarkan nilai atau ukuran yang dimaksudkan untuk
mewakili atau mengekspresikan sesuatu, orang, atau kontinuitas. Terdapat 4 jenis skala
pengukuran, diantaranya skala nominal, skala ordinal, skala interval,dan skala rasio.
3.2 Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas. Dan disarankan kepada pembaca
untuk lebih banyak lagi mencari-cari sumber atau bacaan mengenai Variabel
Peenelitian, Definisi Operasional, dan Skala Ukur.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ma’ruf. METODE PENELITIAN KUANTITATIF. 1 ed., Sleman


Yogyakarta, Aswaja Pressindo, 2015.
BUKU AJAR METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN. Ahli Media Book, 2021.
Masturoh, Imas, dan Nauri Anggita. Metodologi Penelitian Kesehatan. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2018.
Narimawati, P. D. (2004). Metode Penelitian. Bandung.
Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. CV. Pustaka Ilmu Group, 2020.

10

You might also like