You are on page 1of 52

MATRIKS PERBANDINGAN

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor …. Tahun 2022 Tentang Penyelenggaraan Infrastruktur Pasif
Telekomunikasi sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor …. Tahun 2024 Tentang
Penyelenggaraan Infrastruktur Pasif Telekomunikasi

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG
NOMOR …. TAHUN 2022 TENTANG PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR NOMOR …. TAHUN 2024 TENTANG PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR
PASIF TELEKOMUNIKASI PASIF TELEKOMUNIKASI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI JOMBANG BUPATI JOMBANG
1. Perubahan konsideran menimbang, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Menimbang : Menimbang
a. bahwa semua warga negara Indonesia mempunyai hak akses untuk a. bahwa dalam rangka memenuhi hak setiap orang untuk tercukupinya
mendapatkan layanan telekomunikasi yaitu hak akses terhadap kebutuhan layanan berkomunikasi dan memperoleh informasi, serta
infrastruktur dan layanan telekomunikasi guna untuk mendapatkan menyampaikan informasi yang tersedia secara aman dan nyaman;
keterbukaan informasi emban yang transparansi dan akuntabilatas; b. bahwa penyediaan infrastruktur pasif telekomunikasi untuk memenuhi
b. bahwa embangunan infrastruktur pasif telekomunikasi merupakan kebutuhan masyarakat atas layanan telekomunikasi berimplikasi
salah satu infrastruktur pendukung dalam penyelenggaraan terhadap ruang dan lingkungan sehingga penyediaan infrastruktur
telekomunikasi yang harus memperhatikan keamanan, estitika pasif telekomunikasi perlu diatur dan dikendalikan;
lingkungan dan tata ruang, sehingga perlu dilakukan penataan c. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 2 Tahun 2013
yang terpadu dengan mempertimbangkan perkembangan teknologi tentang Pedoman Pembangunan dan Penataan Menara Telekomunikasi
dan kebutuhan Masyarakat; Bersama, sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknologi
c. bahwa peraturan perundang-undangan mengenai embangunan telekomunikasi dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku saat
infrastruktur pasif telekomunikasi mengalami perubahan yang ini, sehingga perlu diganti dengan Peraturan Daerah yang baru;
signifikan, sehingga perlu untuk menyesuaikan peraturan perundang- d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a,
undangan yang berlaku di Kabupaten Jombang; huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, Penyelenggaraan Infrastruktur Pasif Telekomunikasi;
huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Penyelenggaraan Infrastruktur Pasif Telekomunikasi.

2. Perubahan dasar hukum dalam mengingat sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Mengingat : Mengingat
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945; Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- 2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Daerah-Daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi DJawa
Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Jogyakarta (Lembaran Negara Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Jogyakarta
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 32) sebagaimana telah diubah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 32)
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan
dengan mengubah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Daerah Tingkat II Surabaya dengan mengubah Undang-Undang
Pembentukan Daerah-Daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota
Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Jogyakarta Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Barat dan Daerah Istimewa Jogyakarta (Lembaran Negara Republik
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730); Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Republik Indonesia Nomor 2730);
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara
Negara Republik Indonesia Nomor 3817) sebagaimana telah diubah Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Negara Republik Indonesia Nomor 3817) sebagaimana telah diubah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245 dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Peraturan
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573); Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Indonesia Tahun 2022 Nomor 238 Tambahan Lembaran Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Republik Indonesia Nomor 6841);
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817) 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154,
2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817)
2020 Nomor 245 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
Nomor 6573); 2023 tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 238
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6841);
Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 4247) 5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134
2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 4247)
2020 Nomor 245 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
Nomor 65730; 2023 tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 238
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6841);
Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 4725) 6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68
2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 4725)
2020 Nomor 245 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
Nomor 6573); 2023 tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 238
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6841);
Indonesia Negara Nomor 5059) sebagaimana telah diubah dengan 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245 Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573); Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah beberapa
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran
Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah beberapa kali, Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 143, Tambahan
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6801);
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang 8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 143, Tambahan Lembaran Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
Negara Republik Indonesia Nomor 6801); sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 4, Tambahan Lembaran
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Negara Republik Indonesia Nomor 6757);
Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara 9. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara
Indonesia Nomor 6757); Republik Indonesia Nomor 3980) sebagaimana telah diubah dengan
10. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2021 tentang Pos,
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Telekomunikasi dan Penyiaran (Lembaran Negara Republik
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573); Indonesia Tahun 2021 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara
11. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Republik Indonesia Nomor 6658);
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara 10. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Republik Indonesia Nomor 6757); Tahun 2008 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
12. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Indonesia Nomor 4833) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Indonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Pemerintah Nomor 26 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang
Republik Indonesia Nomor 3980) sebagaimana telah diubah dengan Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2021 tentang Pos, 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Telekomunikasi dan Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042);
Tahun 2021 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik 11. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 5 Tahun 2021
Indonesia Nomor 6658); tentang Penyelengaraan Telekomunikasi;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata 12. Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 14 Tahun 2017
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun tentang Rencana Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Wilayah
2008 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Perkotaan Diwek Tahun 2017-2037 (Lembaran Daerah Kabupaten
Nomor 4833) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Jombang Tahun 2017 Nomor 14/E);
Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042);
14. Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2014 tentang Rencana Pita
Lebar Indonesia 2014-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 220, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5887);
15. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama
Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 62);
16. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan
Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika dan Kepala Badan
Koordinasi dan Penanaman Modal, Nomor 18 Tahun 2009,
07/PRT/M/2009, 19/PER/M.KOMINFO/03/2009, 3/P/2009 tentang
Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara
Telekomunikasi;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 14 Tahun 2017 tentang
Rencana Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Wilayah Perkotaan Diwek
Tahun 2017-2037 (Lembaran Daerah Kabupaten Jombang Tahun 2017
Nomor 14/E);
Dengan Persetujuan Bersama Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JOMBANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JOMBANG
dan dan
BUPATI JOMBANG BUPATI JOMBANG
MEMUTUSKAN: MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN
INFRASTRUKTUR PASIF TELEKOMUNIKASI INFRASTRUKTUR PASIF TELEKOMUNIKASI
Pasal 1
BAB I Beberapa ketentuan dalam Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten
KETENTUAN UMUM Jombang Nomor … Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Infrastruktur Pasif
Telekomunikasi, diubah sebagai berikut :
3. Ketentuan Pasal 1 angka 2, angka 4 diubah. angka 5, angka 6 dihapus
dan
Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Jombang.
1. Daerah adalah Kabupaten Jombang. 2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Jombang. Pemerintah Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
3. Bupati adalah Bupati Jombang. yang menjadi kewenangan daerah otonom.
4. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas yang membidangi Pekerjaan Umum 3. Bupati adalah Bupati Jombang.
dan Penataan Ruang di Kabupaten Jombang. 4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan
5. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintah yang menjadi
kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan kewenangan Daerah.
usaha yang meliputi perseroaan terbatas, perseroaan komanditer, 5. Penataan dan Pengendalian Infrastruktur Pasif Telekomunikasi adalah
perseroaan lainnya, badan milik negara atau daerah dengan nama dan kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk menata,
dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, mengarahkan dan menempatkan menara telekomunikasi bersama
koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga dana pensiun, sesuai dengan tata ruang wilayah.
bentuk usaha tetap serta bentuk badan lainnya. 6. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan/atau
6. Penataan dan Pengendalian Infrastruktur Pasif Telekomunikasi adalah penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat,
kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk menata, tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio
mengarahkan dan menempatkan menara telekomunikasi bersama atau sistem elektromagnetik lainnya.
sesuai dengan tata ruang wilayah. 7. Penyelenggaraan Telekomunikasi adalah kegiatan penyediaan dan
7. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan/atau pelayanan telekomunikasi sehingga memungkinkan terselenggaranya
penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, layanan telekomunikasi.
tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio 8. Infrastruktur Pasif Telekomunikasi yang selanjutnya disebut
atau sistem elektromagnetik lainnya. Infrastruktrur Pasif adalah bangunan atau struktur untuk kepentingan
8. Penyelenggaraan Telekomunikasi adalah kegiatan penyediaan dan bersama yang didirikan di atas dan di bawah tanah atau bangunan yang
pelayanan telekomunikasi sehingga memungkinkan terselenggaranya merupakan satu kesatuan konstruksi dengan bangunan gedung atau
layanan telekomunikasi. struktur tertentu yang dipergunakan untuk kepentingan bersama
9. Infrasrutkur Pasif Telekomunikasi yang selanjutnya disebut sebagai sarana penunjang menempatkan perangkat telekomunikasi.
Infrastruktrur Pasif adalah bangunan atau struktur untuk kepentingan 9. Saluran Bawah Tanah adalah bangunan atau struktur untuk
bersama yang didirikan di atas dan di bawah tanah atau bangunan yang kepentingan umum yang didirikan di bawah tanah yang digunakan
merupakan satu kesatuan konstruksi dengan bangunan gedung atau untuk menempatkan dan melindungi kabel jaringan telekomunikasi yang
struktur tertentu yang dipergunakan untuk kepentingan bersama berada di bawah tanah, termasuk akes ke gedung/lokasi pelanggan.
sebagai sarana penunjang menempatkan perangkat telekomunikasi. 10. Tiang Telekomunikasi adalah tiang yang beraasal dari material besi atau
10. Saluran Bawah Tanah adalah bangunan atau struktur untuk beton yang penempatannya sebagaian atau seluruhnya berada di atas
kepentingan umum yang didirikan di bawah tanah yang digunakan dan/atau di dalam tanag yang berfungsi sebagai sarana penunjang
untuk menempatkan dan melindungi kabel jaringan telekomunikasi yang untuk menempatkan peralatan telekomunikasi dan jaringan lainnya
berada di bawah tanah, termasuk akes ke gedung/lokasi pelanggan. yang desain atau bentuk konstruksinya disesuaikan dengan keperluan
11. Tiang Telekomunikasi adalah tiang yang beraasal dari material besi atau penyelenggaraan jaringan dan telekomunikasi.
beton yang penempatannya sebagaian atau seluruhnya berada di atas 11. Tiang Microcell adalah saranan penunjang telekomunikasi berupa tiang
dan/atau di dalam tanag yang berfungsi sebagai sarana penunjang berikut dengan kelengkapannya yang ditempatkan di titik-titik tertentu
untuk menempatkan peralatan telekomunikasi dan jaringan lainnya pada lokasi yang digunakan oleh penyelengara telekomunikasi untuk
yang desain atau bentuk konstruksinya disesuaikan dengan keperluan menempatkan perangkat telekomunikasi.
penyelenggaraan jaringan dan telekomunikasi. 12. Menara Telekomunikasi adalah bangunan khusus yang berfungsi
12. Tiang Microcell adalah saranan penunjang telekomunikasi berupa tiang sebagai sarana penunjang untuk menempatkan peralatan
berikut dengan kelengkapannya yang ditempatkan di titik-titik tertentu telekomunikasi yang desain atau bentuk kontruksinya disesuaikan
pada lokasi yang digunakan oleh penyelengara telekomunikasi untuk dengan keperluan penyelenggaraan telekomunikasi.
menempatkan perangkat telekomunikasi. 13. Penyelenggara Infrastruktur Pasif Telekomunikasi adalah perseorangan,
13. Menara Telekomunikasi adalah bangunan khusus yang berfungsi koperasi, badan usaha milik daerah, badan usaha milik negara, badan
sebagai sarana penunjang untuk menempatkan peralatan usaha swasta, instansi pemerintah dan instansi pertahanan keamanan
telekomunikasi yang desain atau bentuk kontruksinya disesuaikan negara.
dengan keperluan penyelenggaraan telekomunikasi. 14. Penyedia Infastruktur Pasif Telekomunikasi adalah badan usaha yang
14. Penyelenggara Infrastruktur Pasif Telekomunikasi adalah perseorangan, membangun, memiliki, menyediakan serta menyewakan menara
koperasi, badan usaha milik daerah, badan usaha milik negara, badan telekomunikasi untuk digunakan bersama oleh Penyelenggara
usaha swasta, instansi pemerintah dan instansi pertahanan keamanan Telekomunikasi.
negara. 15. Pengelola Infastruktur Pasif Telekomunikasi adalah badan usaha yang
15. Penyedia Infastruktur Pasif Telekomunikasi adalah badan usaha yang mengelola atau mengoperasikan menara yang dimiliki pihak lain atau
membangun, memiliki, menyediakan serta menyewakan menara milik sendiri.
telekomunikasi untuk digunakan bersama oleh Penyelenggara 16. Penyedia Jasa Konstruksi adalah orang perseorangan atau badan
Telekomunikasi. yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi.
16. Pengelola Infastruktur Pasif Telekomunikasi adalah badan usaha yang 17. Infastruktur Pasif Telekomunikasi Bersama adalah Infastruktur Pasif
mengelola atau mengoperasikan menara yang dimiliki pihak lain atau Telekomunikasi yang dibangun dan dipergunakan secara bersama-
milik sendiri. sama oleh penyedia layanan telekomunikasi untuk menempatkan
17. Penyedia Jasa Konstruksi adalah orang perseorangan atau badan perangkat telekomunikasi.
yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi. 18. Zona adalah batasan area persebaran perletakan atau pembangunan
18. Infastruktur Pasif Telekomunikasi Bersama adalah Infastruktur Pasif infrastrutkur pasif telekomunikasi berdasarkan potensi ruang yang
Telekomunikasi yang dibangun dan dipergunakan secara bersama- tersedia.
sama oleh penyedia layanan telekomunikasi untuk menempatkan 19. Zona Kawasan Lokasi Pembangunan Infrastruktur Pasif
perangkat telekomunikasi. Telekomunikasi adalah kajian perencanaan tata ruang infrastruktur
19. Zona adalah batasan area persebaran perletakan atau pembangunan Pasif telekomunikasis yang mengatur lokasi pembangunan
infrastrutkur pasif telekomunikasi berdasarkan potensi ruang yang infrastruktur Pasif telekomunikasi dan bentuk infrastruktur Pasif
tersedia. telekomunikasi sebagai bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah
20. Zona Kawasan Lokasi Pembangunan Infrastruktur Pasif Kabupaten Jombang.
Telekomunikasi adalah kajian perencanaan tata ruang infrastruktur 20. Aset Daerah adalah semua kekayaan yang berwujud, baik yang
Pasif telekomunikasis yang mengatur lokasi pembangunan bergerak maupun yang tidak bergerak dan baik yang dimiliki maupun
infrastruktur Pasif telekomunikasi dan bentuk infrastruktur Pasif yang dikuasai oleh Pemerintah yang dapat dimanfaatkan untuk
telekomunikasi sebagai bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah membangun menara telekomunikasi.
Kabupaten Jombang. 21. Persetujuan Bangunan Gedung disebut PBG adalah perizinan yang
21. Aset Daerah adalah semua kekayaan yang berwujud, baik yang diberikan kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru,
bergerak maupun yang tidak bergerak dan baik yang dimiliki maupun mengubah, memperluas, mengurangi, dan /atau merawat bangunan
yang dikuasai oleh Pemerintah yang dapat dimanfaatkan untuk gedung sesuai dengan standar teknis bangunan gedung.
membangun menara telekomunikasi. 22. Bangunan Infrastruktur Pasif Telekomuikasiadalah wujud fisik hasil
22. Persetujuan Bangunan Gedung disebut PBG adalah perizinan yang pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,
diberikan kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan atau di dalam tanah
mengubah, memperluas, mengurangi, dan /atau merawat bangunan dan/atau air.
gedung sesuai dengan standar teknis bangunan gedung.
23. Bangunan Infrastruktur Pasif Telekomuikasiadalah wujud fisik hasil
pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,
sebagian atau seluruhnya berada di atas dan atau di dalam tanah
dan/atau air.
Pasal 2 tetap

Penyelenggaraan Infrastruktur Pasif Telekomunikasi berlandaskan asas:


a. kaidah tata ruang;
b. kemanfaatan;
c. keberlanjutan;
d. keselamatan;
e. keselarasan dan keserasian;
f. kepastian hukum;
g. keadilan; dan
h. estetika.

Pasal 3 Tetap
Penyelenggaraan Infrastruktur Pasif Telekomunikasi bertujuan untuk:
a. meningkatkan kualitas layanan telekomunikasi;
b. mewujudkan infrastruktur pasif telekomunikasi yang memiliki
informasi, identitas yang jelas dan terpantau kelaikan operasional;
c. mewujudkan penataan dan pengendalian infrastruktur pasif
telekomunikasi yang fungsional, efisien dan selaras dengan
lingkungannya;
d. mewujudkan tertib penataan infrastruktur pasif telekomunikasi yang
menjamin keandalan teknis dari segi keselamatan, kesehatan dan
keamanan; dan
e. mewujudkan kepastian dan ketertiban hukum dalam penataan dan
pengendalian infrastruktur pasif telekomunikasi.
4. Ketentuan Pasal 4 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 4 Pasal 4
Ruang lingkup pengaturan peraturan daerah ini meliputi: Ruang lingkup pengaturan peraturan daerah ini meliputi:
a. penyelenggaraan telekomunikasi; a. penyelenggaraan jaringan telekomunikasi;
b. fasilitasi infarstruktur telekomunikasi; b. kerjasama dan fasilitasi;
c. jenis infrastruktur pasif telekomunikasi; c. jenis infrastruktur pasif telekomunikasi;
d. pembangunan infrastruktur pasif telekomunikasi; d. pembangunan infrastruktur pasif telekomunikasi;
e. fasilitasi infrastruktur pasif telekomunikasi; dan e. perizinan;
f. pengawasan dan pengendalian. f. pemanfatan barang milik daerah;
g. kewajiban; dan
h. Tanggung jawab social Perusahaan.
5. Judul BAB II dan bagian umum diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut :
BAB II BAB II
PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PENYELENGGARAAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI
Bagian Kesatu Bagian Kesatu
Umum Peyelengaraan Jaringan Telekomunikasi
6. Ketentuan Pasal 5 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 5 Pasal 5
Penyelenggaraan telekomunikasi terdiri atas: (1) Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi meliputi :
a. Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi; a. penyelengaraan jaringan tetap; dan
b. Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi; dan b. penyelengaraan jaringan bergerak.
c. Penyelenggaraan Telekomunikasi khusus. (2) Penyelenggaraan jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas :
a. penyelenggaraan jaringan tetap lokal;
b. penyelenggaraan jaringan tetap sambungan langsung jarak jauh;
c. penyelenggaraan jaringan tetap sambungan internasional;
d. penyelenggaraan jaringan tetap tertutup; dan
e. penyelenggaraan jaringan tetap lainnya yang ditetapkan oleh menteri.
(3) Penyelenggaraan jaringan bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas :
a. penyelenggaraan jaringan bergerak terestrial;
b. penyelenggaraan jaringan bergerak seluler;
c. penyelenggaraan jaringan bergerak satelit; dan
d. penyelenggaraan jarigan bergerak lainnya yang ditetapkan oleh
menteri.
(4) Penyelenggaraan jaringan tetap tertutup sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf d merupakan penyelenggaraan jaringan telekomunikasi yang
menyediakan jaringan untuk disewakan termasuk namun tidak terbatas
pada kabel dengan perangkat aktif telekomunikasi atau tanpa perangkat
aktif telekomunikasi dan jaringan yang disediakan dengan menggunakan
spektrum frekuensi radio.
(5) Pihak yang memiliki jaringan dengan kabel dan/atau spektrum frekuensi
radio tanpa perangkat aktif telekomunikasi untuk disewakan kepada
penyelenggara telelomunikasi dan/atau non penyelenggara telekomunikasi
wajib memperoeh Perizinan Berusaha Penyelengaraan Jaringan Tertutup.

7. Bagian kedua diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:


Bagian Kedua Bagian Kedua
Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi Penyelenggaraan Telekomunikasi
8. Ketentuan pasal 6 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 6 Pasal 6
(1) Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud (1) Penyelengaaraan jaringan telekomunikasi dapat dilakukan oleh badan
dalam Pasal 5 huruf a meliputi: hukum yang didirikan untuk maksud tersebut berdasarkan peraturan
a. Penyelengaraan jaringan tetap; dan perundang-undangan yang berlaku, yaitu :
b. Penyelengaraan jaringan bergerak. a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN);
(2) Penyelenggaraan jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD);
a terdiri atas: c. Badan Usaha Swasta; atau
a. Penyelenggaraan jaringan tetap lokal; d. Koperasi.
b. Penyelenggaraan jaringan tetap sambungan langsung jarak jauh; (2) Dalam penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, diperhatikan hal-hal
c. Penyelenggaraan jaringan tetap sambungan internasional; sebagai berikut :
d. Penyelenggaraan jaringan tetap tertutup; dan a. melindungi kepentingan dan keamanan negara;
e. Penyelenggaraan jaringan tetap lainnya yang ditetapkan oleh menteri. b. mengantisipasi perkembangan teknologi dan tuntutan global;
(3) Penyelenggaraan jaringan bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) c. dilakukan secara profesional dan dapat dipertanggungjawabkan; dan
huruf b terdiri atas: d. peran serta masyarakat.
a. Penyelenggaraan jaringan bergerak terestrial;
b. Penyelenggaraan jaringan bergerak seluler;
c. Penyelenggaraan jaringan bergerak satelit; dan
d. Penyelenggaraan jarigan bergerak lainnya yang ditetapkan oleh
menteri.
(4) Penyelenggaraan jaringan tetap tertutup sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d merupakan penyelenggaraan jaringan telekomunikasi
yang menyediakan jaringan untuk disewakan termasuk namun tidak
terbatas pada kabel dengan perangkat aktif telekomunikasi atau tanpa
perangkat aktif telekomunikasi dan jaringan yang disediakan dengan
menggunakan spektrum frekuensi radio.
9. Bagian ketiga diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Bagian Ketiga Bagian Ketiga
Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi Larangan Pratek Monopoli
10. Ketentuan Pasal 7 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 7 Pasal 7
(1) Dalam penyelenggara jaringan telekomunikasi dilarang melakukan
(1) Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada
pasal 5 huruf b meliputi: kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya prakter monopoli dan
a. Penyelengaraan jasa teleponi dasar; persaingan usaha tidak sehat diantara penyelengara jaringan

b. Penyelengaraan jasa nilai tambah teleponi; dan telekomunikasi.

c. Penyelenggara jasa multimedia. (2) Penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib menggunakan sistem antrian

(2) Penyelenggaraan jasa teleponi dasar sebagaimana dimaksud dengan mendahulukan calon pengguna menara yang lebih dahulu
pada ayat (1) huruf a diselenggarakan oleh: menyampaikan permintaan penggunaan menara dengan tetap
a. Penyelenggara jaringan tetap lokal berbasis circuit switched; memperhatikan kelayakan dan kemampuan teknis bangunan infrastruktur
b. Penyelenggaraan jaringan tetap sambungan langsung jarak jauh; pasif telekomunikasi.
c. Penyelenggara jaringan tetap sambungan langsung international;
(3) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan Peraturan
d. Penyelenggara jaringan bergerak seluler;
Perundang-Undangan yang berlaku.
e. Penyelenggara jaringan bergerak satelit; atau
f. Penyelenggara jaringan bergerak terestrial.
(3) Selain penyelenggaraan jasa teleponi dasar sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), jasa telepon dasar dapat diselenggarakan oleh
penyelenggara jasa telekomunikasi yang menyediakan layanan
teleponi dasar melalui satelit yang telah memperoleh hak labuh
satelit.
Bagian Keempat 11. Bagian Keempat dihapus
Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus
Pasal 8 12. Ketentuan Pasal 8 dihapus
(1) Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus sebagaimana dimaksud pada
pasal 5 huruf c diselengarakan untuk:
a. Keperluan sendiri; dan
b. Keperluan pertanahan dan keamanan negara.
(2) Penyelenggaraan telekomunikasi khusus untuk keperluan sendiri
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf 1 dilakukan untuk
keperluan:
a. Perseorangan;
b. Instansi Pemerintah;
c. Dinas khusus; dan
d. Badan hukum.
(3) Penyelenggaraan telekomunikasi khusus untuk keperluan pertahanan
dan keamanan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
merupakan penyelenggaraan telekomunikasi khusus yang sifat, bentuk
dan kegunaannya diperuntukan khusus bagi keperluan pertahanan
negara yang dilaksanakan oleh kementerian yang menyelenggarakan
urusan pertahanan dan tentara nasional indonesia serta untuk
keperluan keamanan negara yang dilaksanakan Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
13. Judul BAB III diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :
BAB III BAB III
FASILITASI INFRASTRUKTUR PASIF TELEKOMUNIKASI FASILITASI DAN KERJA SAMA
Bagian Kesatu
Fasilitasi
14. Ketentuan Pasal 9 diubah menjadi pasal 8 sehingga berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 9 Pasal 8
(1) Dalam Penyelenggaraan Telekomunikasi, Pemerintah Daerah dapat (1) Dalam Penyelenggaraan Telekomunikasi, Pemerintah Daerah dapat
berperan serta menyediakan fasilitas untuk digunakan oleh berperan serta menyediakan fasilitas untuk digunakan oleh
penyelenggara telekomunikasi secara bersama dengan biaya wajar penyelenggara telekomunikasi secara bersama dengan biaya wajar
berupa:
berupa :
a. Tanah;
a. tanah;
b. Bangunan; dan
b. bangunan; dan
c. Infrastruktur Pasif Telekomunikasi.
c. infrastruktur pasif telekomunikasi.
(2) Pelaksanaan penyediaan fasilitas sebagaiman dimaksud pada ayat (1)
(2) Pelaksanaan penyediaan fasilitas sebagaiman dimaksud pada ayat
dapat menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah atau
sumber pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan (1) dapat menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah

perundangan-undangan. atau sumber pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan


peraturan perundangan-undangan.
(3) Pemerintah Daerah memberikan fasilitasi dan / atau kemudahan
kepada penyelengara telekomunikasi untuk melakukan
pembangunan infrastruktur telekomunikasi secara transparan,
akuntabel, dan efisien sesuai dengan ketentuan perundang-
udangan.
(4) Fasilitasi dan / atau kemudahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) antara lain :
a. pemberian hak perlintasan (right of way);
b. akses terhadap gedung dan kawasan;
c. pungutan dan/atau retribusi biaya yang wajar dan menjamin
kepastian berusaha;
d. tarif sewa dan /atau penggunaan aset milik pemerintah daerah;
dan
e. standarisasi teknis dan teknologi telekomunikasi.
(5) Dalam memberikan fasilitasi dan/atau kemudahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf a, Pemerintah Daerah dan/atau
instansi yang berwenang dapat koordinasi dengan kementrian
yang membidangi.

Pasal 10 15. Ketentuan Pasal 10 dihapus


(1) Pemerintah Daerah memberikan fasilitasi dan/atau kemudahan
kepada penyelengara telekomunikasi untuk melakukan pembangunan
infrastruktur telekomunikasi secara transparan, akuntabel, dan efisien
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Fasilitasi dan/atau kemudahan sebagaiman dimaksud pada ayat (3)
termasuk namum tidak terbatas pada:
a. Pemberian hak perlintasan (right of way);
b. Akses terhadap gedung dan kawasan;
c. Pungutan dan/atau retribusi biaya yang wajar dan menjamin
kepastian berusaha;
d. Tarif sewa dan/atau penggunaan aset milik Pemerintah Daerah; dan
e. Standarisasi teknis dan teknologi telekomunikasi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitasi dan/atau kemudahan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diatur dalam Peraturan Bupati.
16. Penambahan Bagian Kedua, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Bagian Kedua
Kerja sama
17. Ketentuan Pasal 11 diubah menjadi pasal 9 dan sehingga berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 11 Pasal 9
(1) Penyelenggara jaringan dalam menyelengarakan jaringan (1) Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi dalam menyelenggarakan
telekomunikasi dapat bekerja sama dengan penyedia infrastruktur jaringan telekomunikasi dapat berkerja sama dengan penyedia
pasif. infrastruktur pasif.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan harga (2) Penyedia infrastruktur pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pemanfaatan yang wajar dan berbasis biaya. meliputi:
a. pemerintah pusat dan/ atau pemerintah daerah;
b. badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah;
c. badan usaha milik swasta; dan/atau
d. badan hukum atau pihak lainnya yang ditetapkan oleh menteri.
(3) Penyedia infrastruktur pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
berkerja sama dalam menyediakan infrastruktur sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
(4) Kerja sama pemanfaatan infrastruktur pasif dilakukan secara adil, wajar
dan non-diskriminatif.
(5) Kerja sama pemanfaatan infrastruktur pasif harus dituangkan dalam
perjanjian tertulis dan berisi paling sedikit :
a. hak dan kewajiban penyelenggaraan telekomunikasi dan penyedia
infrastruktur pasif;
b. tarif pemanfaatan infrastruktur pasif;
c. penggunaan kapasitas infrastruktur pasif;
d. masa berlaku kerja sama; dan
(6) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan dengan tarif
pemanfaatan infrastruktur pasif yang wajar dan berbasis biaya.
(7) Penyedia infrastruktur pasif menetapkan tarif pemanfaatan infrastruktur
pasif dengan mempertimbangkan efisiensi, kondisi pasar, dampak positif
keekonomia dan kepentingan masyarakat.

18. Penambahan bagian ketiga pada pasal 10 dan pasal 11 sehingga


berbunyi sebagai berikut:
Bagian Ketiga
Pemanfaatan Bersama Infrastruktur Pasif
Pasal 10
(1) Penyedia infrastruktur pasif yang dapat digunakan untuk keperluan
telekomunikasi wajib membuka akses pemanfaatan infrastruktur pasif
dimaksud kepada penyelenggara telekomunikasi.
(2) Kewajiban penyedia infrastruktur pasif untuk membuka akses
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memberikan
kesempatan yang sama kepada penyelenggara telekomunikasi untuk
menggunakan bersama infrastruktur pasif sesuai dengan kapasitas dan
kemampuan teknis infrastruktur pasif.
(3) Penyedia infrastruktur wajib menginformasikan ketersediaan kapasitas
infrastruktur pasif secara transparan dan non diskriminatif.
(4) Setiap penyedia infrastruktur pasif yang tidak melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenakan sanksi
administratif.
(5) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda administrasi;
c. pembatasan kegiatan pembangunan; dan/atau
d. pencabutan izin.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis dan tata cara pengenaan
sanksi diatur dalam Peraturan Bupati.

Pasal 11
(1) Penyedia infrastruktur pasif dapat tidak membuka akses pemanfaatan
infrastruktur pasif kepada penyelenggara telekomunikasi, dalam hal :
a. kapasitas tidak tersedia karena sudah terisi;
b. dicadangkan (reserved) untuk layanan bagi kepentingan yang lebih
besar; dan/atau
c. pembukaan akses tidak layak secara spesifikasi teknis.
(2) Dalam hal penyedia infrastruktur pasif tidak membuka akses
pemanfaatan infrastruktur pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
penyedia infrastrutkur pasif dimaksud memberikan alasan penolakan
secara tertulis kepada penyelenggara telekomunikasi.
(3) Dalam hal pada suatu lokasi telah tersedia infrastruktur pasif,
penyelenggara telekomunikasi dapat memanfaatkan infrastruktur pasif
dimaksud sesuai dengan kebutuhan, ketersediaan kapasitas dan
kemampuan teknis infrastruktur pasif.
BAB IV tetap
INFRASTRUKTUR PASIF TELEKOMUNIKASI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 12 tetap
Infrastruktur Pasif Telekomunikasi meliputi:
a. infrastruktur saluran bawah tanah (ducting);
b. infrastruktur tiang telekomunikasi (pole);
c. infrastruktur tiang microcell;
d. infrastruktur menara telekomunikasi; dan
e. infrastruktur pasif lainnya.
Bagian Kedua tetap
Infrastruktur Saluran Bawah Tanah
Pasal 13 tetap
(1) Infrastruktur saluran bawah tanah sebagaimana dimaksud dalam
pasal 5 ayat (1) huruf a, dapat berupa:
a. pipa;
b. gorong-gorong beton.
(2) Infrastruktur saluran bawah tanah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus mampu menampung paling sedikit 2 (dua) penyelenggara
telekomunikasi dengan memperhatikan kapasitas maksimum pipa
maupun gorong-gorong.
Pasal 14 tetap
Infrastruktur saluran bawah tanah sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
dilengkapi dengan:
a. Ruang sambung berdiri (manhole);
b. Ruang sambung jongkok (handhole); dan
c. Kabinet.
Pasal 15 tetap
Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan teknis infrastruktur saluran bahwa
tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 diatur dalam Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga tetap
Infrastruktur Tiang Telekomunikasi
19. Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 16 Pasal 16
(1) Tiang telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b, (1) Tiang telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b ,
terdiri atas: terdiri atas :
a. Tiang besi; dan a. Tiang besi; dan
b. Tiang beton. b. Tiang beton.
(2) Infrastruktur tiang telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Tiang telekomunikasi merupakan sarana penunjang jaringan kabel
dapat berupa: serat optik.
a. Tiang besi dengan tinggi: (3) Penanaman tiang telekomunikasi dan penggelaran jaringan serat optik
1. 7 (tujuh) meter; sebagaimana maksud pada ayat (2) harus memenuhi :
2. 8 (delapan) meter; a. tata cara penggelaran;
3. 9 (sembilan) meter b. ketentuan lokasi;dan
b. Tiang beton dengan tinggi: c. memperhatikan estetika tata ruang wilayah.
1. 7 (tujuh) meter;
2. 8 (delapan) meter;
3. 9 (sembilan) meter; atau
4. 11 (sebelas) meter.
(3) Tiang telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit harus memenuhi persyaratan:
a. Tidak boleh mengandung cacat yang dapat membahayakan
pengguna;
b. Mampu menampung lebih dari satu penyelenggara
telekomunikasi dengan memperhatikan beban maksimum tiang;
c. Jarak antar tiang paling jauh 50 (lima puluh) meter; dan
d. Khusus tiang besi :
1. Harus lurus dengan lubang yang merata dan sama besar,
serta ujung-ujungnya harus tegak lurus dengan sumbu pipa;
dan
2. Mengindari korosi tiang besi harus dicor 30 cm (tiga
puluh sentimeter) diatas dan 30 cm (tiga puluh sentimeter)
di bawah permukaan tanah
Pasal 17 tetap
Tiang telekomunikasi dapat digunakan bersama utilitas lain, dengan
mempertimbangkan aspek keselamatan dan tidak menimbulkan gangguan.

20. Ketentuan Pasal 18 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :


Pasal 18 Pasal 18
Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan teknis tiang telekomunikasi Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penanaman tiang dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dan Pasal 17 diatur dengan penggelaran jaringan kabel serat optik diatur dalam Peraturan Bupati
Peraturan Bupati.

Bagian Keempat Tetap


Infrastruktur Tiang Microcell
Pasal 19 tetap
(1) Tiang Microcell sebagaiman dimaksud dalam Pasal 5 huruf c,
berbentuk tiang tunggal yang digunakan untuk menempatkan
perangkat telekomunikasi.
(2) Tiang Microcell sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
terkamuflase dalam bentuk:
a. Tiang penerangan jalan umum;
b. Lampu taman;
c. Bentuk pohon; atau
d. Bentuk tematik mengikuti estetika wilayah.
(3) Tiang Microcell sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
harus memenuhi persyaratan:
a. Terbuat dari bahan yang kuat;
b. Mampu menampung perangkat;
c. Mampu menahan beban;
d. Dilengkapi dengan box panel;
e. Mencantumkan beban maksimum;
f. Mampu menampung perangkat sesuai dengan beban maksimum
tiang microcell; dan
g. Memiliki ukuran paling tinggi 20 (dua puluh) meter.

Pasal 20 tetap
Tiang microcell dapat dipergunakan dengan bersama utulitas lain, dengan
mempertimbangkan aspek keselamatan dan tidak menimbulkan gangguan.

21. Ketentuan Pasal 21 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:


Pasal 21 Pasal 21
Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan teknis Tiang Microcell Ketentuan lebih mengenai teknis pelaksanaan pembangunan tiang microcell
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dan Pasal 20 diatur dalam diatur dalam Peraturan Walikota.
Peraturan Bupati.
Bagian Kelima tetap
Infrastruktur Menara Telekomunikasi

22. Ketentuan Pasal 22 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 22 Pasal 22
(1) Infrastruktur menara telekomunikasi berdasarkan tempat berdirinya (1) Infrastruktur menara telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada pasal
mencakup: 12 huruf d, berdasarkan tempat berdirinya mencakup :
a. Menara yang dibangun di atas tanah (green field); dan a. Menara yang dibangun di atas tanah (green field); dan
b. Menara yang dibangun di atas bangunan (roof top). b. Menara yang dibangun di atas bangunan (roof top).
(2) Berdasarkan struktur bangunan menara telekomunikasi terdiri atas: (2) Berdasarkan struktur bangunan menara telekomunikasi terdiri atas:
a. Menara Mandiri (self supporting tower); a. Menara Mandiri (self supporting tower);
b. Menara Teregang (guyed tower); b. Menara Teregang (guyed tower);
c. Menara Tunggal (monopole tower); dan c. Menara Tunggal (monopole tower); dan
d. Menara Kamuflase. d. Menara Kamuflase;
(1) Menara mandiri (self supporting tower) sebagaimana dimaksud dalam
pasal ayat (2) huruf a merupakan bangunan menara :
a. berbentuk struktur rangka baja yang berdiri sendiri dan kokoh;
b. dapat didirikan diatas bangunan dan diatas tanah; dan
c. dapat berupa menara berkaki 4 (empat) (rectangular tower) dan
menara berkaki 3 (tiga) (triangular tower)..
(4) Menara terenggang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b,
merupakan bangunan menara :
a. berbentuk struktur rangka baja yang memiliki penampang lebih
kecil dari menara mandiri dan berdiri dengan bantuan perkuatan
kabel yang diangkurkan pada tanah dan di atas bangunan.
b. dapat berupa menara berkaki 4 (empat) (rectangular tower) dan
menara berkaki 3 (tiga) (triangular tower)..
(5) Menara tunggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,
merupakan bangunan menara :
a. berdiri di atas 1 (satu) rangka batang atau tiang yang didirikan atau
ditancapkan langsung pada tanah dan tidak dapat didirikan diatas
bangunan.
b. Berdasarkan penampangnya, menara tunggal terbagi menjadi
menara :
1. berpenampang lingkaran (circular pole); dan
2. berpenampang persegi (tapred pole).
(6) Menara kamuflase sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d,
merupakan bangunan menara :
a. dibangun dengan bentuk yang menyesuaikan dengan lingkungan
sekitarnya dan tidak menampakan sebagai bangunan rangka besi
menara.
b. Desain menara kamuflase harus menyatu dengan karakter
lingkungan sekitarnya
23. Ketentuan Pasal 23 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 23 Pasal 23
(1) Menara mandiri (self supporting tower) sebagaimana dimaksud dalam (1) Menara sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat 2 huruf b dan huruf
Pasal 22 huruf a, berbentuk struktur rangka baja yang berdiri sendiri c dapat dirikan diatas bangunan gedung dengan ketentuan konstruksi
dan kokoh. bangunan mampu mendukung beban menara.
(2) Menara mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat didirikan (2) Konstruksi bangunan gedung yang mampu mendukung beban menara
di atas bangunan dan di atas tanah. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dengan kajian teknis
(3) Menara mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: dari tenaga ahli yang berkompetensi dan bangunan tersebut memiliki
a. Menara berkaki 4 (empat) (rectangular tower); dan sertifikat laik fungsi.
b. Menara berkaki 3 (tiga) (triangular tower).

24. Ketentuan Pasal 24 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:


Pasal 24 Pasal 24
(1) Menara terenggang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) huruf b, Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan teknis pembangunan
berbentuk struktur rangka baja yang memiliki penampang lebih kecil dari infrastruktur menara telekomunikasi diatur dalam Peraturan Bupati.
menara mandiri dan berdiri dengan bantuan perkuatan kabel yang
diangkurkan pada tanah dan di atas bangunan.
(2) Menara terenggang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. Menara berkaki 4 (empat) (rectangular tower); dan
b. Menara berkaki 3 (tiga) (triangular tower).

25. Ketentuan Pasal 25 dan Pasal 26 dihapus


Pasal 25 dihapus
(1) Menara tunggal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2)
huruf c, hanya berdiri di atas satu rangka batang atau tiang yang didirikan
atau ditancapkan langsung pada tanah dan tidak dapat didirikan di atas
bangunan.
(2) Berdasarkan penampangnya, menara tunggal terbagi menjadi:
a. Menara berpenampang lingkaran (circular pole); dan
b. Menara berpenampang persegi (tapred pole).
Pasal 26 dihapus
(1) Menara kamuflase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) huruf
d, merupakan bangunan menara yang dibangun dengan bentuk yang
menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya dan tidak menampakan
sebagai bangunan rangka besi menara.
(2) Desain menara kamuflase harus menyatu dengan karakter lingkungan
sekitarnya yang dapat dilakukan dengan:
a. Pemilihan warna yang sesuai sehingga menyamarkan keradannya;
dan
b. Pendirian bangunan menara didesain agar tidak berwujud seperti
fisik menara.
26. Judul BAB V diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :
BAB V BAB V
PENATAAN INFRASTRUKTUR PASIF TELEKOMUNIKASI PENATAAN DAN PENGENDALIAN
Bagian Kesatu Bagian Kesatu
Umum Umum
27. Ketentuan Pasal 27 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 27 Pasal 27
Penataan Infrastruktur Pasif Telekomunikasi, meliputi kegiatan: (1) Pemerintah Daerah melaksanakan fungsi pengawasan terhadap
a. Pembangunan Infrastruktur Pasif Telekomunikasi; dan pembangunan infrastruktur pasif telekomunikasi melalui penataan dan
b. Lokasi Pembangunan Infrastruktur Pasif Telekomunikasi. pengendalian infrastruktur pasif telekomunikasi.
(2) Penataan infrastruktur pasif telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui :
a. penataan lokasi pembangunan infrastruktur pasif; dan
b. penyelarasan dengan tematik wilayah; dan
c. penggunaan bersama infrastruktur pasif telekomunikasi.
(3) Pengendalian infrastruktur pasif telekomunikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui :
a. pembangunan infrastruktur pasif; dan
b. pengenaan sanksi;

28. judul bagian kedua diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:


Bagian Kedua Bagian Kedua
Pembangunan Infrastruktur Pasif Telekomunikasi Penataan Infrastruktur Pasif Telekomunikasi
29. Ketentuan Pasal 28 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 28 Pasal 28
(1) Pembangunan Infrastruktur Pasif Telekomunikasi disediakan oleh (1) Penataaan lokasi pembangunan infrastruktur pasif telekomunikasi
Penyedia Infrastruktur Pasif. sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 Ayat (2) huruf a, mengikuti :
(2) Penyediaan Infrastruktur Pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat a. Rencana tata ruang wilayah;
dilakukan oleh: b. Rencana detail tata ruang; dan
a. Pemerintah Daerah; c. Rencana tata bangunan dan lingkungan.
b. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD);
c. Badan Layanan Umum Daerah (BLUD); (2) Penetapan lokasi infrastruktur pasif telekomunikasi sebagaimana
d. Koperasi; dan/atau dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan:
e. Perusahaan Swasta. a. Peraturan penataan bangunan;
(1) Penyedia Infrastrutkur Pasif sebagaiaman dimaksud pada ayat (2) b. Ketersediaan lahan;
pembangunannya dilaksanakan oleh penyedia jasa konstruksi dan/atau c. Kebutuhan jaringan telekomunikasi;
kontraktor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. d. Kepadatan pemakaian jasa telekomunikasi;
(2) Dalam hal Pemerintah Daerah, BUMD, BLUD atau koperasi tidak
e. Kebijakan pengembangan wilayah.
dapat menyediakan Infrastruktur Pasif Telekomunikasi, maka dapat
f. Perkembangan teknologi; dan
berkerja sama dengan penyelenggara telekomunikasi, Perusahaan
g. Estetika wilayah.
Nasional, Pemilik lahan / Pemilik Kawasan/Konsorsium.
(3) Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
(3) Untuk daerah yang infastrukturnya baru akan dibangun dimana
Pemerintah Daerah menetapkan zonasi kawasan pembangunan
Pemerintah Daerah tidak memiliki kemampuan untuk melakukan
infrastruktur pasif telekomunikasi berdasarkan rencana tata ruang
pembangunan infrastruktur pasif dan tidak mungkin untuk
wilayah dan/atau rencana detail tata ruang wilayah yang berlaku.
melakukan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), maka
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan zonasi kawasan
penyelenggara telekomunikasi dapat melakukan pembangunan
pembangunan infrastruktur pasif telekomunikasi diatur dalam Peraturan
Infrastruktur Pasif yang disesuaikan dengan Izin Pemerintah Daerah
Bupati.
dengan wajib memberikan hak melintas bagi penyelenggara
telekomunikasi dengan prinsip open access dan non diskriminasi.

30. Ketentuan Pasal 29 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :


Pasal 29 Pasal 29
(1) Sebelum melakukan pembangunan Infrastruktur Pasif, penyedia (1) Penyelarasan dengan tematik wilayah sebagaimana dimaksud dalam
infrastruktur pasif menyusun perencanaan pembangunan infrastruktur Pasal 27 ayat (2) huruf b disesuaikan dengan kawasan :
pasif dengan melibatkan penyelenggara telekomunikasi. a. cagar budaya atau sejenisnya yang terdapat di wilayah kabupaten;
(2) Dalam ersama ent Infrastruktur Pasif penyedia infrastruktur pasif b. kawasan lindung;
wajib: c. khusus; dan/atau
a. menyelesaikan pelaksanaan pembangunaninfrstruktur pasif yang d. lokasi yang karena fungsinya memiliki atau memerlukan tingkat
dimohon secara keseluruhan pada waktu yang telah ditentukan keamanan dan kerahasiaan tinggi.
sepanjang tidak ada gangguan yang bersifat force majeur; (2) Pembangunan infrastruktur pasif telekomunikasi di kawasan tematik
b. mengamankan ersa-aset dan mengasuransikan infrstruktur pasif wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi ketentuan
miliknya; peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. bertanggung jawab atas setiap kejadian yang dapat menimbulkan (3) Setiap penyedia infrastruktur pasif yang tidak melaksanakan ketentuan
kerugian terhadap masyarakat sekitar setelah dapat dibuktikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dikenakan sanksi
oleh tim ersama ent yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah, administratif.
bahwa kejadian yang menimbulkan kerugian tersebut disebabkan (4) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat berupa:
oleh infrstruktur pasif; dan a. peringatan tertulis;
d. memeriksa secara berkala bangunan infrastruktur pasif dan b. denda administrasi;
kebersihan sekitar lokasi bangunan. c. pembatasan kegiatan pembangunan;
(3) Infrastruktur Pasif yang dibangun wajib dipersiapkan untuk d. pencabutan izin. dan/atau
digunakan sebagai ersama dengan konstruksi mampu menampung lebih (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi diatur dalam
dari 1 (satu) penyelenggara telekomunikasi. Peraturan Bupati.
(4) Pembangunan Infrastruktur Pasif telekomunikasi wajib mengacu pada
SNI dan standart baku tertentu untuk menjamin keselamatan bangunan
dan kestabilan konstruksi bangunan dengan mempertimbangkan
persyaratan dan struktur bangunan, antar lain:
a. tempat penempatan ersama dan perangkat telekomunikasi untuk
penggunaan ersama;
b. ketinggian bangunan infrastruktur pasif telekomunikasi;
c. struktur bangunan infrastruktur pasif telekomunikasi;
d. rangka struktur infrastruktur pasif telekomunikasi;
e. pondasi infrastruktur pasif telekomunikasi; dan
f. kekuatan angin dan gempa.

31. Ketentuan Pasal 30 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:


Pasal 30 Pasal 30
(1) Pelaku pembangunan, pemilik lahan, pemilik gedung komersial harus
memberikan hak melintas (right of way) bagi Penyelengara
Telekomunikasi dengan prinsip open acsess, nondiskriminasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
(2) Pemberian hak melintas (right of way) sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan bagian tidak terpisahkan dari pers.

Pasal 31 32. Ketentuan Pasal 31 dihapus


(1) Infrastruktur Pasif Telekomunikasi yang dibangun wajib dilengkapi
dengan sarana pendukung dan identitas hukum yang jelas sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Sarana pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. pentanahan (grounding);
b. penangkal petir;
c. catu daya;
d. lampu halangan penerbangan (aviation obstruction light);
e. marka halangan penerbangan (aviation obstruction marking); dan
f. pagar pengaman.
(3) Identitas hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. nama pemilik menara;
b. lokasi dan koordinat menara;
c. tinggi menara;
d. tahun pembuatan/pemasangan menara;
e. penyedia jasa konstruksi;
f. beban maksimum menara;
g. penyewa; dan
h. nomor dan tanggal Persetujuan Bangunan Gedung.
(4) Penyedia infrastruktur pasif yang tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sanksi administrasi
berupa:
a. Teguran;
b. Peringatan; dan/atau
c. Penghentian sementara dari kegiatan operasional.
(5) Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan
gangguan fisik dan elektromagnetik terhadap penyelenggaraan
telekomunikasi.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pemberian sanksi
adminitrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam
Peraturan Bupati.
33. Judul bagian ketiga ubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Bagian Ketiga Bagian Ketiga
Lokasi Pembangunan Infrastruktur Pasif Telekomunikasi Pengendalian Infrastruktur Pasif Telekomunikasi
34. Kententuan Pasal 32 diubah menjadi pasal 30, sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 32 Pasal 30
(1) Lokasi pembangunan Infrastruktur Pasif wajib mengikuti: (1) Pengendalian infrastruktur pasif telekomunikasi sebagaimana dimaksud
a. Rencana tata ruang wilayah daerah; dalam Pasal 27 ayat (3) dilakukan melalui :
b. Rencana detail tata ruang wilayah daerah; dan/atau a. pengawasan pembangunan infrastruktur pasif telekomunikasi; dan
c. Rencana tata bangunan dan lingkungan. b. sarana pendukung dan legalitas hukum.
(2) Penentuan lokasi infrastruktur pasif sebagaiman dimaksud pada ayat (2) Pengawasan pembangunan infrastruktur pasif telekomunikasi
(1) dilakukan dengan mempertimbangkan: sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dalam pembangunan
a. potensi ketersediaan lahan;
Infrastruktur Pasif penyedia infrastruktur pasif wajib :
b. perkembangan teknologi;
a. menyelesaikan pelaksanaan pembangunan infrstruktur pasif
c. kebutuhan jaringan telekomunikasi;
telekomunikais yang dimohon secara keseluruhan pada waktu yang
d. kepadatan pemakaian jasa telekomunikasi; telah ditentukan sepanjang tidak ada gangguan yang bersifat force
e. kaidah penataan ruang; majeur;
f. tata bangunan;
b. mengamankan aset-aset dan mengasuransikan infrstruktur pasif
g. estetika;
telekomunikasi miliknya;
h. keamanan lingkungan; dan
c. bertanggung jawab atas setiap kejadian yang dapat menimbulkan
i. kebutuhan luasan area menara untuk menara telekomunikasi.
kerugian terhadap masyarakat sekitar setelah dapat dibuktikan oleh
(3) Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
tim independen yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah, bahwa
ayat (2) Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
kejadian yang menimbulkan kerugian tersebut disebabkan oleh
menetapkan zonasi kawasan pembangunan Infrastruktur Pasif
infrstruktur pasif telekomunikasi; dan
Telekomunikasi berdasarkan tata ruang wilayah Kabupaten Jombang.
d. memeriksa secara berkala bangunan infrastruktur pasif
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan zonasi kawasan
pembangunan Infrastruktur Pasif Telekomunikasi diatur dalam telekomunikasi dan kebersihan sekitar lokasi bangunan.

Peraturan Bupati. (3) Sarana pendukung dan legalitas hukum infrastruktur pasif
telekomunikasi sebagaimana dimaksud padal ayat (1) setiap penyedia
infrastruktur pasif wajib melengkapi sarana pendukung dan identitas
hukum yang jelas sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Infrastruktur Pasif telekomunikasi yang dibangun wajib dipersiapkan


untuk digunakan bersama dengan konstruksi mampu menampung lebih
dari 1 (satu) penyelenggara telekomunikasi;
(5) Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan
gangguan fisik dan elektromagnetik terhadap penyelenggaraan
telekomunikasi.
(6) Setiap penyedia infrastruktur pasif telekomunikasi yang tidak
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) dapat dikenakan sanksi administratif.
(7) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Denda Administrasi;
c. Pembatasan kegiatan pembangunan; dan /atau
d. Pencabutan izin.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria ,jenis dan tata cara pengenaan
sanksi diatur dalam Peraturan Bupati.

Pasal 33 35. Ketentuan Pasal 33 Dihapus


(1) Pembangunan Infrastruktur Pasif Telekomunikasi di kawasan yang
sifat dan peruntukannya memiliki karakteristik tertentu wajib
memenuhi ketentuan peraturan perundang – undangan.
(2) Kawasan yang sifat dan peruntukannya memiliki karakteristik tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
a. Kawasan cagar budaya;
b. Kawasan pariwisata;
c. Kawasan khusus;
d. Kawasan lindung; dan/atau
e. Kawasan yang karena fungsinya memiliki atau memerlukan
tingkat keamanan dan kerahasiaan tinggi.
Pasal 34 36. Ketentuan Pasal 34 dihapus
(1) Penyedia Infrastruktur Pasif Telekomunikasi wajib menempatkan
infrastrukturnya sesuai dengan penetapan zonasi kawasan.
(2) Penetapan zonasi keawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan memperhatikan:
a. Potensi yang tersedia dan kepadatan pemakaian jasa
telekomunikasi sesuai dengan kaidah jaringan telekomunikasi
selular:
b. Penataan dan pemanfatan ruang;
c. Tata bangunan;
d. Strukrue perwilayahan; dan
e. Estetika dan keamanan lingkungan.
(3) Penyedia infrastruktur Pasif Telekomunikasi yang tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sanksi
administrasi berupa:
a. Teguran;
b. Peringatan;
c. Penghentian sementara dari kegiatan operasional pembangunan;
d. Pencabutan izin persetujuan bangunan gedung (PBG); dan/atau
e. Pembongkaran bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pemberian sanksi
administrasi sebagaiman dimaksud pada ayat (3) diatur dalam
Peraturan Bupati.

37. Judul BAB VI diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut ;


BAB VI BAB VI
PENGELOLAAN DAN PENGGUNAAN INFRASTRUKTUR PASIF PENGELOLAAN DAN PENGUNAAN BERSAMA INFRASTRUKTUR PASIF
TELEKOMUNIKASI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 35 38. Ketentuan Pasal 35 dihapus
Untuk memastikan efisensi dan efektivitas penggunaan bersama
infrastruktur pasif telekomunikasi dilakukan melalui pengelolaan
infrastruktur pasif.
39. Ketentuan Pasal 36 diubah dan menjadi Pasal 32, sehingga berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 36 Pasal 31
Pengelolaan Infrastruktur Pasif sebagaimana dimaksud pada Pasal 35 (1) Pengelolaan Infrastruktur Pasif terdiri atas:
dilakukan oleh: a. pemerintah daerah;
a. Pemerintah Daerah; b. badan usaha milik negara;
b. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD); c. badan usaha milik daerah;
c. Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) d. badan layanan umum daerah;
d. Koperasi; atau e. badan usaha milik swasta;
e. Penyelengara Telekomunikasi yang melakukan embangunan f. koperasi; dan/atau
infrastruktur pasif. g. penyelengara telekomunikasi yang melakukan embangunan
infrastruktur pasif.
(2) Pengelola Infrastruktur Pasif dalam penggunaan bersama
infrastruktur Pasif harus:
a. memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan larangan praktik monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat dan memberikan harga yang wajar;
b. menginformasikan ketersediaan kapasitan infrastrukturnya kepada
calon penggunan infrastruktur pasif secara transparan;
c. memberikan hak akses yang sama dengan semua penyelenggara
telekomunikasi untuk membangun, memelihara dan memperbaiki
perangkat dalam infrastruktur pasif; dan
d. menggunakan sistem antrian dengan mendahulukan calon
pengguna infrastruktur yang lebih dahulu menyampaikan
permintaan penggunaan infrastruktur.
(3) Pengelola Infrastrutkur pasif bertanggung jawab terhadap pemeriksaan
infrastruktur secara berkala dan kerusakan yang timbul akibat
kelalaian penyedia atau pengelola infrastruktur pasif.
Bagian Kedua 40. Bagian kedua dihapus
Penggunaan Bersama Infrastruktur Pasif
41. Ketentuan Pasal 37 diubah dan menjadi Pasal 32, sehingga berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 37 Pasal 32
(1) Pengelola Infrastruktur pasif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 (1) Penggunaan bersama infrastruktur pasif sebagaimana dimaksud
harus memberikan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi kepada dalam Pasal 31 ayat (2) dilakukan dengan cara memberikan
Penyelengara Telekomunikasi untuk menggunakan bersama kesempatan yang sama kepada penyelenggara telekomunikasi untuk
infrastruktur pasif sesaui dengan persyaratan, kapasitas dan menggunakan infrastruktur pasif.
kemampuan teknis infrastruktur yang ditetapkan oleh Pengelola (2) Penggunaan bersama infrastruktur pasif dilakukan dengan
Infrastruktur Pasif. mempertimbangkan kapasitas dan kemampuan teknis infrastruktur
(2) Pengembang kawasan yang telah memiliki infrastruktur pasif berupa pasif.
saluran bawah tanah harus memberikan kesempatan yang sama tanpa (3) Apabila disuatu lokasi sudah tersedia infrastruktur pasif , maka
diskriminasi kepada penyelengara telekomunikasi untuk menggunakan penyelenggara telekomunikasi harus menggunakan Bersama
bersama infrastruktur pasif sesuai dengan persyaratan, kapasitas dan infrastruktur pasif yang telah tersedia selama kapasitas dan
kemampuan teknis infrastruktur yang ditetapkan oleh pengembang kemampuan teknis memungkinkan untuk dilakukan penggunaan
kawasan. bersama infrastruktur pasif
(3) Pihak yang memiliki dan/atau mengelola infrastruktur tiang (4) Penggunaan bersama infrastruktur pasif oleh penyelengara
telekomunikasi (pole) yang sudah ada saat ini harus memberikan telekomunikasi dilarang menimbulkan gangguan yang merugikan.
kesempatan yang sama tanpa diskriminasi kepada Penyelengara (5) Dalam hal pengunaan bersama infrastruktur pasif menimbulkan
Telekomunikasi untuk menggunakan Infrastruktur Pasif sesuai dengan ganggunan yang merugikan, penyelenggara telekomunikasi yang
persyaratan, kapasitas dan kemampuan teknis infrastruktur yang melakukan penggunaan bersama infrastruktur pasif sebagaimana
ditetapkan oleh pihak yang memiliki dan/atau mengelola infrastruktur dimaksud pada ayat (1) menyelesaikan gangguan yang merugikan
tiang telekomunikasi (pole). secara berkoordinasi.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kapasitas dan kemampuan teknis
infrastruktur pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
Peraturan Bupati.
Pasal 38 42. Ketentuan Pasal 38 dihapus
Apabila di suatu lokasi sudah tersedia Infrastruktur Pasif, maka
Penyelengara Telekomunikasi harus menggunakan bersama infrastruktur pasif
yang telah tersedia selama kapasitas mencukupi dan secara teknis
memungkinkan.
Pasal 39 43. Ketentuan Pasal 39 dihapus
(1) Pengelola Infrastruktur Pasif dalam penggunaan bersama infrastruktur
Pasif harus:
a. Memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan larangan praktik monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat dan memberikan harga yang wajar;
b. Menginformasikan ketersediaan kapasitan infrastrukturnya kepada calon
penggunan infrastruktur pasif secara transparan;
c. Memberikan hak akses yang sama dengan semua penyelenggara
telekomunikasi untuk membangun, memelihara dan memperbaiki
perangkat dalam infrastruktur pasif; dan
d. Menggunakan sistem antran dengan mendahulukan calon pengguna
infrastruktur yang lebih dahulu menyampaikan permintaan
penggunaan infrastruktur.
(2) Pengelola Infrastrutkur pasif bertanggung jawab terhadap pemerikaan
infrastruktur secara berkala dan kerusakan yang timbul akibat
kelalaian penyedia atau pengelola infrastruktur pasif.
Pasal 40 44. Ketantuan Pasal 40 dihapus
Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan bersama infrastruktur pasif
diatur dalam Peraturan Bupati.
45. Judul BAB VII diubah, sehingga berbunyi
BAB VII BAB VII
KETENTUAN PERIZINAN PERIZINAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PASIF
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PASIF TELEKOMUNIKASI
Bagian Kesatu 46. Bagian kesatu dihapus
Umum
47. Ketentuan Pasal 41 diubah dan menjadi Pasal 33, sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 41 Pasal 33
(1) Setiap embangunan infrastruktur pasif telekomunikasi wajib memiliki (1) Penyedia infrastruktur pasif untuk dapat melakukan pembangunan wajib
izin dari Bupati. memenuhi perizinan berusaha meliputi :
(2) Izin sebagaiman dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Persyaratan dasar perizinan berusaha; dan
a. Persetujuan Bangunan Gedung (PBG); b. Perizinan berusaha berbasis resiko.
b. Surat Keterangan Informasi Kesesuaian Zonasi Kawasan. (2) Persyaratan dasar perizian berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) Penerbitan PBG sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a (1) huruf a meliputi :
diterbitkan oleh dinas yang membidangi pelayanan perizinan. a. kesesuian kegiatan pemanfatan ruang;
(4) Surat Keterangan Informasi Kesesuaian Zonasi Kawasan diterbitkan oleh b. persetujuan bangunan gedung;
dinas yang membidangi penataan ruang. c. sertifikat laik fungsi; dan
(5) Pemberian surat keterangan informasi kesesuain zonasi sebagaimana d. Izin pemanfatan bagian-bagian jalan.
dimaksud pada ayat (2) huruf b wajib memperhatikan Zonasi (3) Persyaratan Izin berusaha berbasis resiko sebagaimana dimaksud pada
Kawasan sebagaimana dimaksud pada pasal 32 ayat (3). ayat (1) huruf b meliputi:
a. nomor induk berusaha;
b. sertifikat standar; dan
c. izin yang dipersyaratan lainya.
(4) Persyaratan dasar perizinan berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf d dipersyaratkan bagi penyedia infrastruktur pasif
telekomunikasi yang memanfaatkan bagian-bagian jalan.
(5) Untuk memperoleh persetujuan bangunan gedung dan sertifikat laik
fungsi penyedia infrastruktur pasif wajib memiliki rekomendasi zona
lokasi pembangunan infastruktur pasif telekomunikasi.
(6) Setiap penyedia infrastruktur pasif telekomunikasi yang tidak
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(5) dikenai sanksi administrasi.
(4) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Denda Administrasi;
c. Pembatasan kegiatan pembangunan;
d. Penghentian sementara; dan /atau
e. pembongkaran.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis, dan tata cara pengenaan
sanksi diatur dalam Peraturan Bupati.

48. Ketentuan Pasal 42 diubah dan menjadi Pasal 34, sehingga berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 42 Pasal 34
(1) Sebelum memperoleh PBG Penyedia Infrastruktur pasif dilarang (1) Perizinan berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1)
memulai kegiatan pembangunan. diterbitkan oleh Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan
(2) PBG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan tanpa batas pemerintah dibidang perizinan.
waktu sepanjang tidak ada perubahan struktur atau konstruksi (2) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud dalam
bangunan dan masih dipenuhi seluruh syarat pendirian. Pasal 33 ayat (2) huruf a diterbitkan oleh Perangkat Daerah yang
menyelenggarakan urusan pemerintah dibidang penataan ruang.
(3) Persetujuan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
ayat (2) huruf b diterbitkan oleh Perangkat Daerah yang
menyelenggarakan urusan bangunan gedung.
(4) Sertifikat Laik Fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2)
huruf c diterbitkan oleh Perangkat Daerah yang menyelenggarakan uusan
pemerintah dibidang bangunan gedung.
(5) Izin pemanfaatan bagian-bagian jalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 ayat (2) huruf d diterbitkan oleh Perangkat Daerah yang
menyelenggarakan uusan pemerintah dibidang Pekerjaan Umum dan
Bina Marga.
(6) Rekomendasi zona lokasi Pembangunan infrastruktur pasif
telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (5)
diterbitkan oleh Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan
pemerintah dibidang komunikasi dan informatika.
(7) Penyedia infrastruktur yang mengajukan permohonan izin sebagaiman
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) harus melengkapi :
a. Persyaratan administrasi; dan
b. Persyaratan teknis.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan administrasi dan
persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diatur dalam
Peraturan Bupati.
Bagian Kedua 49. Bagian kedua dihapus
Syarat
Pasal 43 50. Ketentuan Pasal 43 dihapus
(1) Untuk memperoleh PBG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2),
Penyedia Infrastruktur pasif mengajukan permohonan tertulis kepada
Bupati atau Pejabat yang ditunjuk wajib melampirkan persyaratan sebagai
berikut :
a. Persyaratan Administratif; dan
b. Persyaratan Teknis.
(2) Persyaratan Administrasi yang dimaksud dalam ayat (1) huruf a,
terdiri dari:
a. Surat Keterangan Informasi Kesesuaian Zonasi Kawasan dari
Organisasi Perangkat Daerah yang tugas dan fungsinya di bidang
penataan ruang.
b. bukti status kepemilikan tanah dan bangunan dan/atau
perjanjian sewa menyewa;
c. rekomendasi dari instansi terkait khusus untuk kawasan khusus;
d. identitas penanggung jawab penyelenggara, NPWP, Akta Pendirian
Badan Usaha berserta perubahan yang telah disahkan oleh
instansi terkait;
e. persetujuan dari warga sekitar dalam radius sesuai dengan
ketinggian menara khusus untuk infrastruktur menara
telekomunikasi;
f. Surat pernyataan kesanggupan untuk membongkar bangunan
infrastruktur pasif apabila tidak dimanfaatkan kembali dan sudah
tidak laik fungsi; dan
g. mendapatkan izin/rekomnedasi dari penyelenggara jalan apabila
memanfaatkan ruang milik jalan.
(3) Persyaratan teknis sebagaimana yang tercantum dalam ayat (1) huruf
b, paling kurang terdiri atas:
a. Gambar rencana teknis bangunan, meliputi:
1. Situasi;
2. Denah tampak potongan dan detail; dan
3. Perhitungan struktur bangunan.
b. Spesifiksi teknis pondasi
c. Rencana anggara dan biaya pembangunan.
(4) Penyedia Infrastruktur Pasif Telekomunikasi yang tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana di maksud pada ayat (1) diberikan sanksi
administrasi berupa:
a. Teguran;
b. Peringatan;
c. Penghentian sementara dari kegiatan pembangunan; dan/atau
d. Pembongkaran bangunan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
Pasal 44 51. Ketantuan Pasal 44 dihapus
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perizinan dan persyaratan
pengajuan persetujuan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 dan Pasal 43 diatur dalam Peraturan Bupati.
52. Penambangan 1 (satu) BAB setalah BAB VII, sehingga berbunyi
sebagai berikut :
BAB VIII
PEMANFAATAN BARANG MILIK DAERAH
Pasal 35
(1) Penyelenggara infrastruktur pasif dapat memanfaatkan barang milik
daerah.
(2) Pemanfaatan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam bentuk sewa.
(3) Barang milik daerah yang dapat disewa sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dapat berupa :
a. tanah dan/atau bangunan yang sudaha diserahkan oleh pengguna
barang kepadda bupati;
b. sebagian tanah dan /atau bangunan yang masih dipergunakan oleh
pengguna barang; dan /atau
c. selain tanah dan/atau bangunan.
(4) Permohonan penyelenggaraan infrastruktur pasif pada barang milik
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan secara tertulis
kepada pengelola atau pengguna barang milik daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Penyelenggaraan infrastruktur pasif telekomunikasi yang ditempatkan
pada aset milik Pemerintah Daerahh sesuai dengan perizinan yang
diterbitkan, dilaksanakan dengan mekanisme barang milik daerah sesuai
peraturan perundang-undangan.
(6) Dalam hal pemasangan infrastruktur pasif telekomunikasi harus
dilakukan dengan membongkar jalan/trotoar/castin wajib
mengembalikan kondisi seperti semula.
(7) Setiap penyedia infrastruktur pasif yang tidak melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dikenai sanksi administrasi.
(8) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda administrasi;
c. pembatasan kegiatan pembangunan;
d. pencabutan izin; dan /atau
e. pembongkaran.
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi
administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) diatur dalam
Peraturan Bupati.
Pasal 36
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan pemanfaatan barang
milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (4) dimanfaatkan
untuk penyelenggaraan infrastruktur pasif telekomunikasi diatur dalam
Peraturan Bupati.
53. Penambahan 1 (satu) BAB setalah BAB VIII sehingga berbunyi
sebagai berikut :
BAB IX
KEWAJIBAN
Pasal 37
(1) Penyedia infrastruktur pasif dan / atau penyelenggara jaringan
telekomunikasi wajib :
a. menyelenggarakan infrastruktur pasif berdasarkan persetujuan
bagunan gedung yang diterbitkan;
b. melaksanakan prinsip keselamatan dan keamanan pada saat
mendirikan, membangun, mengelola dan mengoperasikan
infrastruktur pasif;
c. bertanggung jawab terhadap semua kerugian yang diakibatkan dalam
mendirikan, membangun, mengelola dan mengoperasikan
infrastruktur pasif;
d. menggelar infrastruktur pasif dalam bentuk jaringan fiber optik yang
berada di kawasan yang sudah dilengkapi dengan fasilitas saluran
bawah tanag (ducting) agar memasukan jaringan kabel fiber optik
kedalam saluran bawah tanah yang sudah tersedia.
e. melaporkan kondisi infrastruktur pasif 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun untuk kepentingan pemeliharan dan pengendalian
infrastruktur pasif telekomunikasi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan kondisi infrastruktur
pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e diatur dalam
Peraturan Bupati.
(3) Penyedia infrastruktur pasif dan/atau penyelenggara jaringan
telekomunikasi yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenakan sanksi admiinistrasi berupa :
a. peringatan tertulis;
b. denda administrasi;
c. pembatasan kegiatan pembangunan;
d. pencabutan izin; dan /atau
e. pembongkaran.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi
administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dalam
Peraturan Bupati.
54. Judul BAB VIII diubah menjadi BAB X, sehingga berbunyi sebagai
berikut :
BAB VIII BAB X
ANSURANSI DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
Pasal 45 55. Ketentuan Pasal 45 dihapus
Setiap Infrastruktur Pasif yang dibangun diwilayah Daerah wajib
diansuransikan oleh penyedia atau pengelola infrastruktur pasif sesuaidengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
56. Ketentuan Pasal 46 menjadi Pasal 38, sehingga berbunyi sebagai
berikut
Pasal 46 Pasal 38
(1) Penyedia atau pengelola infrastruktur pasif yang berasal dari BUMD (1) Penyedia atau pengelola infrastruktur pasif yang berasal dari BUMD
dan Perusahaan Swasta wajib berpatisipasi dalam pembangunan dan Perusahaan Swasta wajib berpatisipasi dalam pembangunan
Daerah melalui program tanggung jawab perusahaan (corporate social Daerah melalui program tanggung jawab perusahaan (corporate social
responsibility). responsibility).
(2) Tanggung jawab perusahaan (corporate social responsibility) (2) Tanggung jawab perusahaan (corporate social responsibility)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk kegiatan
sebagaimana telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan sebagaimana telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. perundang-undangan.
(3) Ketentuan mengenai program tanggung jawab perusahaan (corporate (3) Ketentuan mengenai program tanggung jawab perusahaan (corporate
social responsibility) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan social responsibility) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. perundang-undangan.
BAB IX 57. Judul BAB IX dihapus
PENETAPAN BIAYA
Bagian Kesatu
Tarif Penggunaan Bersama Infrastruktur Pasif
Pasal 47 58. Ketentuan Pasal 47 dihapus
(1) Penyelenggara Infrastrutkur Pasif yang memiliki infrastruktur, penyedia
infrastruktur dan/ atau pengelola infrastruktur berhak memungut tarif
penggunaan bersama infrastruktur pasif kepada pengguan bersama
infrastruktur pasif.
(2) Tarif penggunaan bersama infrastruktur pasif ditetapkan oleh
Pengelola Infrastruktur Pasif secara transparan dan tidak diskriminasi
dengan mempertimbangkan :
a. Biaya investasi;
b. Biaya operasional;
c. Biaya pemeliharaan;
d. Volume; dan
e. Keuntungan yang wajar.
Bagian Kedua
Retribusi
Pasal 48 59. Ketentuan pasal 48 dihapus
(1) Pemanfatan ruang untuk infrastruktur pasif berupa menara
telekomunikasi oleh penyelenggara telekomunikasi, penyedia menara
telekomunikasi dipunggut retribusi pengendalian menara
telekomunikasi.
(2) Pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan
umum.
(3) Ketentuan mengenai retribusi pengendalian menara telekomunikasi
dilaksanakan sesuai dengan ketentuang peraturan perundang-
undangan.
60. Judul BAB X diubah menjadi BAB XI, sehingga berbunyi sebagai
berikut :
BAB X BAB XI
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
61. Ketentuan Pasal 49 diubah menjadi Pasal 39, sehingga berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 49 Pasal 39
(1) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan dan pengendalian (1) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan dan pengendalian
infrastruktur pasif telekomunikasi. infrastruktur pasif telekomunikasi.
(2) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan (2) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
Peraturan Daerah ini dilakukan oleh tim pengawasan pengendalian Peraturan Daerah ini dilakukan oleh tim pengawasan pengendalian
infrastruktur pasif telekomunikasi. infrastruktur pasif telekomunikasi.
(3) Pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan serta pengoperasian (3) Pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan serta pengoperasian
infrastruktur pasif telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat infrastruktur pasif telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) meliputi: pemantauan, sosialisasi, penertiban serta evaluasi pada (2) meliputi: pemantauan, sosialisasi, penertiban serta evaluasi pada
saat pelaksanaan konstruksi, setelah konstruksi, dan pada saat saat pelaksanaan konstruksi, setelah konstruksi, dan pada saat
infrastruktur pasif telekomunikasi dan jaringan Telekomunikasi itu infrastruktur pasif telekomunikasi dan jaringan Telekomunikasi itu
mulai dioperasionalkan. mulai dioperasionalkan.
(4) Penyelenggara infrastruktur pasif telekomunikasi di daerah wajib (4) Penyelenggara infrastruktur pasif telekomunikasi di daerah wajib
melaporkan secara berkala setiap tahun tentang keberadaan melaporkan secara berkala setiap tahun tentang keberadaan
infrastruktur pasif telekomunikasi kepada Bupati atau pejabat yang infrastruktur pasif telekomunikasi kepada Bupati atau pejabat yang
ditunjuk. ditunjuk.
62. Judul BAB XI diubah menjadi BAB XII sehingga berbunyi sebagai
berikut :
BAB XI BAB XII
SANKSI PIDANA KETENTUAN PIDANA
63. Ketentuan Pasal 50 diubah dan menjadi Pasal 40, sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 50 Pasal 40
(1) Setiap Penyelenggara Infrastruktur Pasif Telkomunikasi yang tidak (1) Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 ayat (1) Pasal 30 ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
dipidana dengan ancaman hukuman selama-lamanya 6 (enam) bulan tahun dan atau denda paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta
kurungan atau denda 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). rupiah).
(2) Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam (2) Setiap penyedia Infrastruktur Pasif Telkomunikasi yang tidak memenuhi
Pasal 31 ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 31 dipidana dengan
tahun dan atau denda paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus
ancaman hukuman selama-lamanya 3 (tiga) bulan kurungan atau denda
juta rupiah).
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(3) Infrastruktur Pasif Telkomunikasi dan/atau bangunan penunjang yang
(3) Infrastruktur Pasif Telkomunikasi dan/atau bangunan penunjang yang
tidak dibongkar oleh pemilik Infrastruktur Pasif Telkomunikasi
tidak dibongkar oleh pemilik Infrastruktur Pasif Telkomunikasi /pemilik
/pemilik izin, dibongkar paksa oleh Pemerintah Daerah dan menjadi
izin, dibongkar paksa oleh Pemerintah Daerah dan menjadi milik
milik Pemerintah Daerah.
Pemerintah Daerah
64. Judul BAB XII diubah dan menjadi BAB XIII, sehingga berbunyi
sebagai berikut :
BAB XII BAB XIII
KETENTUAN PENYIDIKAN KETENTUAN PENYIDIKAN
65. Ketentuan Pasal 51 diubah menjadi Pasal 41, sehingga berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 51 Pasal 41
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah
diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan
atas pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Daerah ini sebagaimana atas pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Daerah ini sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
(2) Wewenang penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah ini adalah: (2) Wewenang penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah ini adalah:
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai
adanya tindak pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah; adanya tindak pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah;
b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat
kejadian; kejadian;
c. melakukan penyitaan benda atau surat; c. melakukan penyitaan benda atau surat;
d. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; d. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
e. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka e. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi; atau saksi;
f. mendatangkan orang dan/atau saksi ahli yang diperlukan dalam f. mendatangkan orang dan/atau saksi ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara; hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
g. mengadakan penghentian penyidikan setelah penyidik mendapat g. mengadakan penghentian penyidikan setelah penyidik mendapat
petunjuk bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa petunjuk bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa
tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui
penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum,
tersangka atau keluarganya; tersangka atau keluarganya;
h. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat h. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggung jawabkan. dipertanggung jawabkan.
(3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan (3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya
penuntut umum melalui penyidik Pejabat Polisi Negara Republik kepada penuntut umum melalui penyidik Pejabat Polisi Negara
Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Hukum Acara Pidana yang berlaku. Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
66. Judul BAB XIII diubah menjadi BAB XIV, sehingga berbunyi sebagai
berikut.
BAB XIII BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN KETENTUAN PERALIHAN
67. Ketentuan Pasal 52 diubah dan menjadi Pasal 42, sehingga berbunyi
Pasal 52 Pasal 42
(1) Penyedia Infrastruktur Pasif Telekomunikasi yang telah memiliki Izin
(1) Dokumen perizinan pembangunan infrastruktur pasif telekomunikasi
Mendirikan Bangunan / PBG dan telah membangun infrastrukturnya
yang diperoleh sebelum Peraturan Daerah ini berlaku masih tetap berlaku
serta memasang sarana telekomunikasi sebelum peraturan ini
sampai jangka waktu dokumen perizinan tersebut berakhir..
ditetapkan, maka Izin Mendirikan Bangunan/PBG Infrastruktur Pasif
(2) Permohonan penerbitan dokumen perizinan Pembangunan infrastruktur
Telekomunikasitersebut dinyatakan tetap berlaku sesuai dengan masa
pasif telekomunikasi yang telah diterima sebelum berlakunya Peraturan
penggunaan lahan dan tidak diperpanjang.
Daerah ini dan belum diterbitkan, maka akan diproses lebih lanjut
(2) Infrastruktur Pasif Telekomunikasi yang telah ada sebelum peraturan ini
berdasarkan Peraturan Daerah ini.
ditetapkan diprioritaskan menjadi Infrastruktur Pasif Telekomunikasi
(3) Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka infrastruktur pasif
bersama.
yang sudah didirikan atau dibangun dan belum memiliki dokumen
(3) Penyedia Infrastruktur Pasif Telekomunikasi yang telah memiliki Izin
perizinan wajib mematuhi ketentuan persyaratan perizinan pembangunan
Mendirikan Bangunan (IMB)/PBG, namun belum membangun
infrastruktur pasif telekomunikasi yang diatur dalam Peraturan Daerah
Infrastruktur Pasif sebelum peraturan ini ditetapkan, harus
ini paling lambat 2 (dua) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.
menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalam peraturan ini.
(4) Setiap Infrastruktur Pasif Telekomunikasi yang sudah berdiri dan
tidak dapat memperoleh IMB/PBG, penyedia infrastruktur pasif
telekomunikasi wajib membongkar infrastrukturnya paling lambat 1 (satu)
tahun setelah Peraturan Daerah ini diundangkan.
(5) Infrastruktur Pasif Telekomunikasi yang belum memiliki izin sebelum
berlakunya Peraturan Daerah ini harus menyesuaikan dengan
ketentuang yang diatur dalam Peraturan Daerah ini paling lambat 6 (enam)
bulan setelah Peraturan Daerah ini diundangkan.
68. Judul BAB XIV diubah menjadi BAB XV, sehingg berbunyi sebagai
berikut :
BAB XIV BAB XV
KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PENUTUP
69. Ketentuan Pasal 53 diubah menjadi Pasal 43, sehingg berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 53 Pasal 43
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor
2 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembangunan dan Penataan Menara 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembangunan dan Penataan Menara
Telekomunikasi Bersama, dinyatakan dicabut dan tidak berlaku. Telekomunikasi Bersama, dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.

70. Ketentuan Pasal 54 diubah menjadi Pasal 44, sehingga berbunyi


sebagai berikut
Pasal 54 Pasal 44
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Jombang. Jombang.

Ditetapkan di Jombang Ditetapkan di Jombang


pada tanggal ………………. pada tanggal ……………….
BUPATI JOMBANG, BUPATI JOMBANG,

ttd ttd
_____________________ _____________________
Diundangkan di Jombang Diundangkan di Jombang
Pada tanggal …………… Pada tanggal ……………
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JOMBANG SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JOMBANG
Ttd
ttd __________________
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN …. NOMOR .. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN …. NOMOR ..

You might also like