Professional Documents
Culture Documents
Matrik Perubahan Ranperda Penyelenggaraan Infrastruktur Pasif Kab Jombang 2024
Matrik Perubahan Ranperda Penyelenggaraan Infrastruktur Pasif Kab Jombang 2024
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor …. Tahun 2022 Tentang Penyelenggaraan Infrastruktur Pasif
Telekomunikasi sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor …. Tahun 2024 Tentang
Penyelenggaraan Infrastruktur Pasif Telekomunikasi
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG
NOMOR …. TAHUN 2022 TENTANG PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR NOMOR …. TAHUN 2024 TENTANG PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR
PASIF TELEKOMUNIKASI PASIF TELEKOMUNIKASI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI JOMBANG BUPATI JOMBANG
1. Perubahan konsideran menimbang, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Menimbang : Menimbang
a. bahwa semua warga negara Indonesia mempunyai hak akses untuk a. bahwa dalam rangka memenuhi hak setiap orang untuk tercukupinya
mendapatkan layanan telekomunikasi yaitu hak akses terhadap kebutuhan layanan berkomunikasi dan memperoleh informasi, serta
infrastruktur dan layanan telekomunikasi guna untuk mendapatkan menyampaikan informasi yang tersedia secara aman dan nyaman;
keterbukaan informasi emban yang transparansi dan akuntabilatas; b. bahwa penyediaan infrastruktur pasif telekomunikasi untuk memenuhi
b. bahwa embangunan infrastruktur pasif telekomunikasi merupakan kebutuhan masyarakat atas layanan telekomunikasi berimplikasi
salah satu infrastruktur pendukung dalam penyelenggaraan terhadap ruang dan lingkungan sehingga penyediaan infrastruktur
telekomunikasi yang harus memperhatikan keamanan, estitika pasif telekomunikasi perlu diatur dan dikendalikan;
lingkungan dan tata ruang, sehingga perlu dilakukan penataan c. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 2 Tahun 2013
yang terpadu dengan mempertimbangkan perkembangan teknologi tentang Pedoman Pembangunan dan Penataan Menara Telekomunikasi
dan kebutuhan Masyarakat; Bersama, sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknologi
c. bahwa peraturan perundang-undangan mengenai embangunan telekomunikasi dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku saat
infrastruktur pasif telekomunikasi mengalami perubahan yang ini, sehingga perlu diganti dengan Peraturan Daerah yang baru;
signifikan, sehingga perlu untuk menyesuaikan peraturan perundang- d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a,
undangan yang berlaku di Kabupaten Jombang; huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, Penyelenggaraan Infrastruktur Pasif Telekomunikasi;
huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Penyelenggaraan Infrastruktur Pasif Telekomunikasi.
Pasal 3 Tetap
Penyelenggaraan Infrastruktur Pasif Telekomunikasi bertujuan untuk:
a. meningkatkan kualitas layanan telekomunikasi;
b. mewujudkan infrastruktur pasif telekomunikasi yang memiliki
informasi, identitas yang jelas dan terpantau kelaikan operasional;
c. mewujudkan penataan dan pengendalian infrastruktur pasif
telekomunikasi yang fungsional, efisien dan selaras dengan
lingkungannya;
d. mewujudkan tertib penataan infrastruktur pasif telekomunikasi yang
menjamin keandalan teknis dari segi keselamatan, kesehatan dan
keamanan; dan
e. mewujudkan kepastian dan ketertiban hukum dalam penataan dan
pengendalian infrastruktur pasif telekomunikasi.
4. Ketentuan Pasal 4 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 4 Pasal 4
Ruang lingkup pengaturan peraturan daerah ini meliputi: Ruang lingkup pengaturan peraturan daerah ini meliputi:
a. penyelenggaraan telekomunikasi; a. penyelenggaraan jaringan telekomunikasi;
b. fasilitasi infarstruktur telekomunikasi; b. kerjasama dan fasilitasi;
c. jenis infrastruktur pasif telekomunikasi; c. jenis infrastruktur pasif telekomunikasi;
d. pembangunan infrastruktur pasif telekomunikasi; d. pembangunan infrastruktur pasif telekomunikasi;
e. fasilitasi infrastruktur pasif telekomunikasi; dan e. perizinan;
f. pengawasan dan pengendalian. f. pemanfatan barang milik daerah;
g. kewajiban; dan
h. Tanggung jawab social Perusahaan.
5. Judul BAB II dan bagian umum diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut :
BAB II BAB II
PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PENYELENGGARAAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI
Bagian Kesatu Bagian Kesatu
Umum Peyelengaraan Jaringan Telekomunikasi
6. Ketentuan Pasal 5 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 5 Pasal 5
Penyelenggaraan telekomunikasi terdiri atas: (1) Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi meliputi :
a. Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi; a. penyelengaraan jaringan tetap; dan
b. Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi; dan b. penyelengaraan jaringan bergerak.
c. Penyelenggaraan Telekomunikasi khusus. (2) Penyelenggaraan jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas :
a. penyelenggaraan jaringan tetap lokal;
b. penyelenggaraan jaringan tetap sambungan langsung jarak jauh;
c. penyelenggaraan jaringan tetap sambungan internasional;
d. penyelenggaraan jaringan tetap tertutup; dan
e. penyelenggaraan jaringan tetap lainnya yang ditetapkan oleh menteri.
(3) Penyelenggaraan jaringan bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas :
a. penyelenggaraan jaringan bergerak terestrial;
b. penyelenggaraan jaringan bergerak seluler;
c. penyelenggaraan jaringan bergerak satelit; dan
d. penyelenggaraan jarigan bergerak lainnya yang ditetapkan oleh
menteri.
(4) Penyelenggaraan jaringan tetap tertutup sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf d merupakan penyelenggaraan jaringan telekomunikasi yang
menyediakan jaringan untuk disewakan termasuk namun tidak terbatas
pada kabel dengan perangkat aktif telekomunikasi atau tanpa perangkat
aktif telekomunikasi dan jaringan yang disediakan dengan menggunakan
spektrum frekuensi radio.
(5) Pihak yang memiliki jaringan dengan kabel dan/atau spektrum frekuensi
radio tanpa perangkat aktif telekomunikasi untuk disewakan kepada
penyelenggara telelomunikasi dan/atau non penyelenggara telekomunikasi
wajib memperoeh Perizinan Berusaha Penyelengaraan Jaringan Tertutup.
c. Penyelenggara jasa multimedia. (2) Penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib menggunakan sistem antrian
(2) Penyelenggaraan jasa teleponi dasar sebagaimana dimaksud dengan mendahulukan calon pengguna menara yang lebih dahulu
pada ayat (1) huruf a diselenggarakan oleh: menyampaikan permintaan penggunaan menara dengan tetap
a. Penyelenggara jaringan tetap lokal berbasis circuit switched; memperhatikan kelayakan dan kemampuan teknis bangunan infrastruktur
b. Penyelenggaraan jaringan tetap sambungan langsung jarak jauh; pasif telekomunikasi.
c. Penyelenggara jaringan tetap sambungan langsung international;
(3) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan Peraturan
d. Penyelenggara jaringan bergerak seluler;
Perundang-Undangan yang berlaku.
e. Penyelenggara jaringan bergerak satelit; atau
f. Penyelenggara jaringan bergerak terestrial.
(3) Selain penyelenggaraan jasa teleponi dasar sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), jasa telepon dasar dapat diselenggarakan oleh
penyelenggara jasa telekomunikasi yang menyediakan layanan
teleponi dasar melalui satelit yang telah memperoleh hak labuh
satelit.
Bagian Keempat 11. Bagian Keempat dihapus
Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus
Pasal 8 12. Ketentuan Pasal 8 dihapus
(1) Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus sebagaimana dimaksud pada
pasal 5 huruf c diselengarakan untuk:
a. Keperluan sendiri; dan
b. Keperluan pertanahan dan keamanan negara.
(2) Penyelenggaraan telekomunikasi khusus untuk keperluan sendiri
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf 1 dilakukan untuk
keperluan:
a. Perseorangan;
b. Instansi Pemerintah;
c. Dinas khusus; dan
d. Badan hukum.
(3) Penyelenggaraan telekomunikasi khusus untuk keperluan pertahanan
dan keamanan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
merupakan penyelenggaraan telekomunikasi khusus yang sifat, bentuk
dan kegunaannya diperuntukan khusus bagi keperluan pertahanan
negara yang dilaksanakan oleh kementerian yang menyelenggarakan
urusan pertahanan dan tentara nasional indonesia serta untuk
keperluan keamanan negara yang dilaksanakan Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
13. Judul BAB III diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :
BAB III BAB III
FASILITASI INFRASTRUKTUR PASIF TELEKOMUNIKASI FASILITASI DAN KERJA SAMA
Bagian Kesatu
Fasilitasi
14. Ketentuan Pasal 9 diubah menjadi pasal 8 sehingga berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 9 Pasal 8
(1) Dalam Penyelenggaraan Telekomunikasi, Pemerintah Daerah dapat (1) Dalam Penyelenggaraan Telekomunikasi, Pemerintah Daerah dapat
berperan serta menyediakan fasilitas untuk digunakan oleh berperan serta menyediakan fasilitas untuk digunakan oleh
penyelenggara telekomunikasi secara bersama dengan biaya wajar penyelenggara telekomunikasi secara bersama dengan biaya wajar
berupa:
berupa :
a. Tanah;
a. tanah;
b. Bangunan; dan
b. bangunan; dan
c. Infrastruktur Pasif Telekomunikasi.
c. infrastruktur pasif telekomunikasi.
(2) Pelaksanaan penyediaan fasilitas sebagaiman dimaksud pada ayat (1)
(2) Pelaksanaan penyediaan fasilitas sebagaiman dimaksud pada ayat
dapat menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah atau
sumber pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan (1) dapat menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah
Pasal 11
(1) Penyedia infrastruktur pasif dapat tidak membuka akses pemanfaatan
infrastruktur pasif kepada penyelenggara telekomunikasi, dalam hal :
a. kapasitas tidak tersedia karena sudah terisi;
b. dicadangkan (reserved) untuk layanan bagi kepentingan yang lebih
besar; dan/atau
c. pembukaan akses tidak layak secara spesifikasi teknis.
(2) Dalam hal penyedia infrastruktur pasif tidak membuka akses
pemanfaatan infrastruktur pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
penyedia infrastrutkur pasif dimaksud memberikan alasan penolakan
secara tertulis kepada penyelenggara telekomunikasi.
(3) Dalam hal pada suatu lokasi telah tersedia infrastruktur pasif,
penyelenggara telekomunikasi dapat memanfaatkan infrastruktur pasif
dimaksud sesuai dengan kebutuhan, ketersediaan kapasitas dan
kemampuan teknis infrastruktur pasif.
BAB IV tetap
INFRASTRUKTUR PASIF TELEKOMUNIKASI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 12 tetap
Infrastruktur Pasif Telekomunikasi meliputi:
a. infrastruktur saluran bawah tanah (ducting);
b. infrastruktur tiang telekomunikasi (pole);
c. infrastruktur tiang microcell;
d. infrastruktur menara telekomunikasi; dan
e. infrastruktur pasif lainnya.
Bagian Kedua tetap
Infrastruktur Saluran Bawah Tanah
Pasal 13 tetap
(1) Infrastruktur saluran bawah tanah sebagaimana dimaksud dalam
pasal 5 ayat (1) huruf a, dapat berupa:
a. pipa;
b. gorong-gorong beton.
(2) Infrastruktur saluran bawah tanah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus mampu menampung paling sedikit 2 (dua) penyelenggara
telekomunikasi dengan memperhatikan kapasitas maksimum pipa
maupun gorong-gorong.
Pasal 14 tetap
Infrastruktur saluran bawah tanah sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
dilengkapi dengan:
a. Ruang sambung berdiri (manhole);
b. Ruang sambung jongkok (handhole); dan
c. Kabinet.
Pasal 15 tetap
Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan teknis infrastruktur saluran bahwa
tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 diatur dalam Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga tetap
Infrastruktur Tiang Telekomunikasi
19. Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 16 Pasal 16
(1) Tiang telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b, (1) Tiang telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b ,
terdiri atas: terdiri atas :
a. Tiang besi; dan a. Tiang besi; dan
b. Tiang beton. b. Tiang beton.
(2) Infrastruktur tiang telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Tiang telekomunikasi merupakan sarana penunjang jaringan kabel
dapat berupa: serat optik.
a. Tiang besi dengan tinggi: (3) Penanaman tiang telekomunikasi dan penggelaran jaringan serat optik
1. 7 (tujuh) meter; sebagaimana maksud pada ayat (2) harus memenuhi :
2. 8 (delapan) meter; a. tata cara penggelaran;
3. 9 (sembilan) meter b. ketentuan lokasi;dan
b. Tiang beton dengan tinggi: c. memperhatikan estetika tata ruang wilayah.
1. 7 (tujuh) meter;
2. 8 (delapan) meter;
3. 9 (sembilan) meter; atau
4. 11 (sebelas) meter.
(3) Tiang telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit harus memenuhi persyaratan:
a. Tidak boleh mengandung cacat yang dapat membahayakan
pengguna;
b. Mampu menampung lebih dari satu penyelenggara
telekomunikasi dengan memperhatikan beban maksimum tiang;
c. Jarak antar tiang paling jauh 50 (lima puluh) meter; dan
d. Khusus tiang besi :
1. Harus lurus dengan lubang yang merata dan sama besar,
serta ujung-ujungnya harus tegak lurus dengan sumbu pipa;
dan
2. Mengindari korosi tiang besi harus dicor 30 cm (tiga
puluh sentimeter) diatas dan 30 cm (tiga puluh sentimeter)
di bawah permukaan tanah
Pasal 17 tetap
Tiang telekomunikasi dapat digunakan bersama utilitas lain, dengan
mempertimbangkan aspek keselamatan dan tidak menimbulkan gangguan.
Pasal 20 tetap
Tiang microcell dapat dipergunakan dengan bersama utulitas lain, dengan
mempertimbangkan aspek keselamatan dan tidak menimbulkan gangguan.
Pasal 22 Pasal 22
(1) Infrastruktur menara telekomunikasi berdasarkan tempat berdirinya (1) Infrastruktur menara telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada pasal
mencakup: 12 huruf d, berdasarkan tempat berdirinya mencakup :
a. Menara yang dibangun di atas tanah (green field); dan a. Menara yang dibangun di atas tanah (green field); dan
b. Menara yang dibangun di atas bangunan (roof top). b. Menara yang dibangun di atas bangunan (roof top).
(2) Berdasarkan struktur bangunan menara telekomunikasi terdiri atas: (2) Berdasarkan struktur bangunan menara telekomunikasi terdiri atas:
a. Menara Mandiri (self supporting tower); a. Menara Mandiri (self supporting tower);
b. Menara Teregang (guyed tower); b. Menara Teregang (guyed tower);
c. Menara Tunggal (monopole tower); dan c. Menara Tunggal (monopole tower); dan
d. Menara Kamuflase. d. Menara Kamuflase;
(1) Menara mandiri (self supporting tower) sebagaimana dimaksud dalam
pasal ayat (2) huruf a merupakan bangunan menara :
a. berbentuk struktur rangka baja yang berdiri sendiri dan kokoh;
b. dapat didirikan diatas bangunan dan diatas tanah; dan
c. dapat berupa menara berkaki 4 (empat) (rectangular tower) dan
menara berkaki 3 (tiga) (triangular tower)..
(4) Menara terenggang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b,
merupakan bangunan menara :
a. berbentuk struktur rangka baja yang memiliki penampang lebih
kecil dari menara mandiri dan berdiri dengan bantuan perkuatan
kabel yang diangkurkan pada tanah dan di atas bangunan.
b. dapat berupa menara berkaki 4 (empat) (rectangular tower) dan
menara berkaki 3 (tiga) (triangular tower)..
(5) Menara tunggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,
merupakan bangunan menara :
a. berdiri di atas 1 (satu) rangka batang atau tiang yang didirikan atau
ditancapkan langsung pada tanah dan tidak dapat didirikan diatas
bangunan.
b. Berdasarkan penampangnya, menara tunggal terbagi menjadi
menara :
1. berpenampang lingkaran (circular pole); dan
2. berpenampang persegi (tapred pole).
(6) Menara kamuflase sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d,
merupakan bangunan menara :
a. dibangun dengan bentuk yang menyesuaikan dengan lingkungan
sekitarnya dan tidak menampakan sebagai bangunan rangka besi
menara.
b. Desain menara kamuflase harus menyatu dengan karakter
lingkungan sekitarnya
23. Ketentuan Pasal 23 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 23 Pasal 23
(1) Menara mandiri (self supporting tower) sebagaimana dimaksud dalam (1) Menara sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat 2 huruf b dan huruf
Pasal 22 huruf a, berbentuk struktur rangka baja yang berdiri sendiri c dapat dirikan diatas bangunan gedung dengan ketentuan konstruksi
dan kokoh. bangunan mampu mendukung beban menara.
(2) Menara mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat didirikan (2) Konstruksi bangunan gedung yang mampu mendukung beban menara
di atas bangunan dan di atas tanah. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dengan kajian teknis
(3) Menara mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: dari tenaga ahli yang berkompetensi dan bangunan tersebut memiliki
a. Menara berkaki 4 (empat) (rectangular tower); dan sertifikat laik fungsi.
b. Menara berkaki 3 (tiga) (triangular tower).
Peraturan Bupati. (3) Sarana pendukung dan legalitas hukum infrastruktur pasif
telekomunikasi sebagaimana dimaksud padal ayat (1) setiap penyedia
infrastruktur pasif wajib melengkapi sarana pendukung dan identitas
hukum yang jelas sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
48. Ketentuan Pasal 42 diubah dan menjadi Pasal 34, sehingga berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 42 Pasal 34
(1) Sebelum memperoleh PBG Penyedia Infrastruktur pasif dilarang (1) Perizinan berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1)
memulai kegiatan pembangunan. diterbitkan oleh Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan
(2) PBG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan tanpa batas pemerintah dibidang perizinan.
waktu sepanjang tidak ada perubahan struktur atau konstruksi (2) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud dalam
bangunan dan masih dipenuhi seluruh syarat pendirian. Pasal 33 ayat (2) huruf a diterbitkan oleh Perangkat Daerah yang
menyelenggarakan urusan pemerintah dibidang penataan ruang.
(3) Persetujuan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
ayat (2) huruf b diterbitkan oleh Perangkat Daerah yang
menyelenggarakan urusan bangunan gedung.
(4) Sertifikat Laik Fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2)
huruf c diterbitkan oleh Perangkat Daerah yang menyelenggarakan uusan
pemerintah dibidang bangunan gedung.
(5) Izin pemanfaatan bagian-bagian jalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 ayat (2) huruf d diterbitkan oleh Perangkat Daerah yang
menyelenggarakan uusan pemerintah dibidang Pekerjaan Umum dan
Bina Marga.
(6) Rekomendasi zona lokasi Pembangunan infrastruktur pasif
telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (5)
diterbitkan oleh Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan
pemerintah dibidang komunikasi dan informatika.
(7) Penyedia infrastruktur yang mengajukan permohonan izin sebagaiman
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) harus melengkapi :
a. Persyaratan administrasi; dan
b. Persyaratan teknis.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan administrasi dan
persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diatur dalam
Peraturan Bupati.
Bagian Kedua 49. Bagian kedua dihapus
Syarat
Pasal 43 50. Ketentuan Pasal 43 dihapus
(1) Untuk memperoleh PBG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2),
Penyedia Infrastruktur pasif mengajukan permohonan tertulis kepada
Bupati atau Pejabat yang ditunjuk wajib melampirkan persyaratan sebagai
berikut :
a. Persyaratan Administratif; dan
b. Persyaratan Teknis.
(2) Persyaratan Administrasi yang dimaksud dalam ayat (1) huruf a,
terdiri dari:
a. Surat Keterangan Informasi Kesesuaian Zonasi Kawasan dari
Organisasi Perangkat Daerah yang tugas dan fungsinya di bidang
penataan ruang.
b. bukti status kepemilikan tanah dan bangunan dan/atau
perjanjian sewa menyewa;
c. rekomendasi dari instansi terkait khusus untuk kawasan khusus;
d. identitas penanggung jawab penyelenggara, NPWP, Akta Pendirian
Badan Usaha berserta perubahan yang telah disahkan oleh
instansi terkait;
e. persetujuan dari warga sekitar dalam radius sesuai dengan
ketinggian menara khusus untuk infrastruktur menara
telekomunikasi;
f. Surat pernyataan kesanggupan untuk membongkar bangunan
infrastruktur pasif apabila tidak dimanfaatkan kembali dan sudah
tidak laik fungsi; dan
g. mendapatkan izin/rekomnedasi dari penyelenggara jalan apabila
memanfaatkan ruang milik jalan.
(3) Persyaratan teknis sebagaimana yang tercantum dalam ayat (1) huruf
b, paling kurang terdiri atas:
a. Gambar rencana teknis bangunan, meliputi:
1. Situasi;
2. Denah tampak potongan dan detail; dan
3. Perhitungan struktur bangunan.
b. Spesifiksi teknis pondasi
c. Rencana anggara dan biaya pembangunan.
(4) Penyedia Infrastruktur Pasif Telekomunikasi yang tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana di maksud pada ayat (1) diberikan sanksi
administrasi berupa:
a. Teguran;
b. Peringatan;
c. Penghentian sementara dari kegiatan pembangunan; dan/atau
d. Pembongkaran bangunan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
Pasal 44 51. Ketantuan Pasal 44 dihapus
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perizinan dan persyaratan
pengajuan persetujuan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 dan Pasal 43 diatur dalam Peraturan Bupati.
52. Penambangan 1 (satu) BAB setalah BAB VII, sehingga berbunyi
sebagai berikut :
BAB VIII
PEMANFAATAN BARANG MILIK DAERAH
Pasal 35
(1) Penyelenggara infrastruktur pasif dapat memanfaatkan barang milik
daerah.
(2) Pemanfaatan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam bentuk sewa.
(3) Barang milik daerah yang dapat disewa sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dapat berupa :
a. tanah dan/atau bangunan yang sudaha diserahkan oleh pengguna
barang kepadda bupati;
b. sebagian tanah dan /atau bangunan yang masih dipergunakan oleh
pengguna barang; dan /atau
c. selain tanah dan/atau bangunan.
(4) Permohonan penyelenggaraan infrastruktur pasif pada barang milik
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan secara tertulis
kepada pengelola atau pengguna barang milik daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Penyelenggaraan infrastruktur pasif telekomunikasi yang ditempatkan
pada aset milik Pemerintah Daerahh sesuai dengan perizinan yang
diterbitkan, dilaksanakan dengan mekanisme barang milik daerah sesuai
peraturan perundang-undangan.
(6) Dalam hal pemasangan infrastruktur pasif telekomunikasi harus
dilakukan dengan membongkar jalan/trotoar/castin wajib
mengembalikan kondisi seperti semula.
(7) Setiap penyedia infrastruktur pasif yang tidak melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dikenai sanksi administrasi.
(8) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda administrasi;
c. pembatasan kegiatan pembangunan;
d. pencabutan izin; dan /atau
e. pembongkaran.
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi
administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) diatur dalam
Peraturan Bupati.
Pasal 36
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan pemanfaatan barang
milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (4) dimanfaatkan
untuk penyelenggaraan infrastruktur pasif telekomunikasi diatur dalam
Peraturan Bupati.
53. Penambahan 1 (satu) BAB setalah BAB VIII sehingga berbunyi
sebagai berikut :
BAB IX
KEWAJIBAN
Pasal 37
(1) Penyedia infrastruktur pasif dan / atau penyelenggara jaringan
telekomunikasi wajib :
a. menyelenggarakan infrastruktur pasif berdasarkan persetujuan
bagunan gedung yang diterbitkan;
b. melaksanakan prinsip keselamatan dan keamanan pada saat
mendirikan, membangun, mengelola dan mengoperasikan
infrastruktur pasif;
c. bertanggung jawab terhadap semua kerugian yang diakibatkan dalam
mendirikan, membangun, mengelola dan mengoperasikan
infrastruktur pasif;
d. menggelar infrastruktur pasif dalam bentuk jaringan fiber optik yang
berada di kawasan yang sudah dilengkapi dengan fasilitas saluran
bawah tanag (ducting) agar memasukan jaringan kabel fiber optik
kedalam saluran bawah tanah yang sudah tersedia.
e. melaporkan kondisi infrastruktur pasif 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun untuk kepentingan pemeliharan dan pengendalian
infrastruktur pasif telekomunikasi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan kondisi infrastruktur
pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e diatur dalam
Peraturan Bupati.
(3) Penyedia infrastruktur pasif dan/atau penyelenggara jaringan
telekomunikasi yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenakan sanksi admiinistrasi berupa :
a. peringatan tertulis;
b. denda administrasi;
c. pembatasan kegiatan pembangunan;
d. pencabutan izin; dan /atau
e. pembongkaran.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi
administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dalam
Peraturan Bupati.
54. Judul BAB VIII diubah menjadi BAB X, sehingga berbunyi sebagai
berikut :
BAB VIII BAB X
ANSURANSI DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
Pasal 45 55. Ketentuan Pasal 45 dihapus
Setiap Infrastruktur Pasif yang dibangun diwilayah Daerah wajib
diansuransikan oleh penyedia atau pengelola infrastruktur pasif sesuaidengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
56. Ketentuan Pasal 46 menjadi Pasal 38, sehingga berbunyi sebagai
berikut
Pasal 46 Pasal 38
(1) Penyedia atau pengelola infrastruktur pasif yang berasal dari BUMD (1) Penyedia atau pengelola infrastruktur pasif yang berasal dari BUMD
dan Perusahaan Swasta wajib berpatisipasi dalam pembangunan dan Perusahaan Swasta wajib berpatisipasi dalam pembangunan
Daerah melalui program tanggung jawab perusahaan (corporate social Daerah melalui program tanggung jawab perusahaan (corporate social
responsibility). responsibility).
(2) Tanggung jawab perusahaan (corporate social responsibility) (2) Tanggung jawab perusahaan (corporate social responsibility)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk kegiatan
sebagaimana telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan sebagaimana telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. perundang-undangan.
(3) Ketentuan mengenai program tanggung jawab perusahaan (corporate (3) Ketentuan mengenai program tanggung jawab perusahaan (corporate
social responsibility) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan social responsibility) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. perundang-undangan.
BAB IX 57. Judul BAB IX dihapus
PENETAPAN BIAYA
Bagian Kesatu
Tarif Penggunaan Bersama Infrastruktur Pasif
Pasal 47 58. Ketentuan Pasal 47 dihapus
(1) Penyelenggara Infrastrutkur Pasif yang memiliki infrastruktur, penyedia
infrastruktur dan/ atau pengelola infrastruktur berhak memungut tarif
penggunaan bersama infrastruktur pasif kepada pengguan bersama
infrastruktur pasif.
(2) Tarif penggunaan bersama infrastruktur pasif ditetapkan oleh
Pengelola Infrastruktur Pasif secara transparan dan tidak diskriminasi
dengan mempertimbangkan :
a. Biaya investasi;
b. Biaya operasional;
c. Biaya pemeliharaan;
d. Volume; dan
e. Keuntungan yang wajar.
Bagian Kedua
Retribusi
Pasal 48 59. Ketentuan pasal 48 dihapus
(1) Pemanfatan ruang untuk infrastruktur pasif berupa menara
telekomunikasi oleh penyelenggara telekomunikasi, penyedia menara
telekomunikasi dipunggut retribusi pengendalian menara
telekomunikasi.
(2) Pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan
umum.
(3) Ketentuan mengenai retribusi pengendalian menara telekomunikasi
dilaksanakan sesuai dengan ketentuang peraturan perundang-
undangan.
60. Judul BAB X diubah menjadi BAB XI, sehingga berbunyi sebagai
berikut :
BAB X BAB XI
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
61. Ketentuan Pasal 49 diubah menjadi Pasal 39, sehingga berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 49 Pasal 39
(1) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan dan pengendalian (1) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan dan pengendalian
infrastruktur pasif telekomunikasi. infrastruktur pasif telekomunikasi.
(2) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan (2) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
Peraturan Daerah ini dilakukan oleh tim pengawasan pengendalian Peraturan Daerah ini dilakukan oleh tim pengawasan pengendalian
infrastruktur pasif telekomunikasi. infrastruktur pasif telekomunikasi.
(3) Pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan serta pengoperasian (3) Pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan serta pengoperasian
infrastruktur pasif telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat infrastruktur pasif telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) meliputi: pemantauan, sosialisasi, penertiban serta evaluasi pada (2) meliputi: pemantauan, sosialisasi, penertiban serta evaluasi pada
saat pelaksanaan konstruksi, setelah konstruksi, dan pada saat saat pelaksanaan konstruksi, setelah konstruksi, dan pada saat
infrastruktur pasif telekomunikasi dan jaringan Telekomunikasi itu infrastruktur pasif telekomunikasi dan jaringan Telekomunikasi itu
mulai dioperasionalkan. mulai dioperasionalkan.
(4) Penyelenggara infrastruktur pasif telekomunikasi di daerah wajib (4) Penyelenggara infrastruktur pasif telekomunikasi di daerah wajib
melaporkan secara berkala setiap tahun tentang keberadaan melaporkan secara berkala setiap tahun tentang keberadaan
infrastruktur pasif telekomunikasi kepada Bupati atau pejabat yang infrastruktur pasif telekomunikasi kepada Bupati atau pejabat yang
ditunjuk. ditunjuk.
62. Judul BAB XI diubah menjadi BAB XII sehingga berbunyi sebagai
berikut :
BAB XI BAB XII
SANKSI PIDANA KETENTUAN PIDANA
63. Ketentuan Pasal 50 diubah dan menjadi Pasal 40, sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 50 Pasal 40
(1) Setiap Penyelenggara Infrastruktur Pasif Telkomunikasi yang tidak (1) Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 ayat (1) Pasal 30 ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
dipidana dengan ancaman hukuman selama-lamanya 6 (enam) bulan tahun dan atau denda paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta
kurungan atau denda 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). rupiah).
(2) Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam (2) Setiap penyedia Infrastruktur Pasif Telkomunikasi yang tidak memenuhi
Pasal 31 ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 31 dipidana dengan
tahun dan atau denda paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus
ancaman hukuman selama-lamanya 3 (tiga) bulan kurungan atau denda
juta rupiah).
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(3) Infrastruktur Pasif Telkomunikasi dan/atau bangunan penunjang yang
(3) Infrastruktur Pasif Telkomunikasi dan/atau bangunan penunjang yang
tidak dibongkar oleh pemilik Infrastruktur Pasif Telkomunikasi
tidak dibongkar oleh pemilik Infrastruktur Pasif Telkomunikasi /pemilik
/pemilik izin, dibongkar paksa oleh Pemerintah Daerah dan menjadi
izin, dibongkar paksa oleh Pemerintah Daerah dan menjadi milik
milik Pemerintah Daerah.
Pemerintah Daerah
64. Judul BAB XII diubah dan menjadi BAB XIII, sehingga berbunyi
sebagai berikut :
BAB XII BAB XIII
KETENTUAN PENYIDIKAN KETENTUAN PENYIDIKAN
65. Ketentuan Pasal 51 diubah menjadi Pasal 41, sehingga berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 51 Pasal 41
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah
diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan
atas pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Daerah ini sebagaimana atas pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Daerah ini sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
(2) Wewenang penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah ini adalah: (2) Wewenang penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah ini adalah:
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai
adanya tindak pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah; adanya tindak pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah;
b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat
kejadian; kejadian;
c. melakukan penyitaan benda atau surat; c. melakukan penyitaan benda atau surat;
d. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; d. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
e. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka e. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi; atau saksi;
f. mendatangkan orang dan/atau saksi ahli yang diperlukan dalam f. mendatangkan orang dan/atau saksi ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara; hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
g. mengadakan penghentian penyidikan setelah penyidik mendapat g. mengadakan penghentian penyidikan setelah penyidik mendapat
petunjuk bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa petunjuk bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa
tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui
penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum,
tersangka atau keluarganya; tersangka atau keluarganya;
h. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat h. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggung jawabkan. dipertanggung jawabkan.
(3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan (3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya
penuntut umum melalui penyidik Pejabat Polisi Negara Republik kepada penuntut umum melalui penyidik Pejabat Polisi Negara
Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Hukum Acara Pidana yang berlaku. Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
66. Judul BAB XIII diubah menjadi BAB XIV, sehingga berbunyi sebagai
berikut.
BAB XIII BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN KETENTUAN PERALIHAN
67. Ketentuan Pasal 52 diubah dan menjadi Pasal 42, sehingga berbunyi
Pasal 52 Pasal 42
(1) Penyedia Infrastruktur Pasif Telekomunikasi yang telah memiliki Izin
(1) Dokumen perizinan pembangunan infrastruktur pasif telekomunikasi
Mendirikan Bangunan / PBG dan telah membangun infrastrukturnya
yang diperoleh sebelum Peraturan Daerah ini berlaku masih tetap berlaku
serta memasang sarana telekomunikasi sebelum peraturan ini
sampai jangka waktu dokumen perizinan tersebut berakhir..
ditetapkan, maka Izin Mendirikan Bangunan/PBG Infrastruktur Pasif
(2) Permohonan penerbitan dokumen perizinan Pembangunan infrastruktur
Telekomunikasitersebut dinyatakan tetap berlaku sesuai dengan masa
pasif telekomunikasi yang telah diterima sebelum berlakunya Peraturan
penggunaan lahan dan tidak diperpanjang.
Daerah ini dan belum diterbitkan, maka akan diproses lebih lanjut
(2) Infrastruktur Pasif Telekomunikasi yang telah ada sebelum peraturan ini
berdasarkan Peraturan Daerah ini.
ditetapkan diprioritaskan menjadi Infrastruktur Pasif Telekomunikasi
(3) Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka infrastruktur pasif
bersama.
yang sudah didirikan atau dibangun dan belum memiliki dokumen
(3) Penyedia Infrastruktur Pasif Telekomunikasi yang telah memiliki Izin
perizinan wajib mematuhi ketentuan persyaratan perizinan pembangunan
Mendirikan Bangunan (IMB)/PBG, namun belum membangun
infrastruktur pasif telekomunikasi yang diatur dalam Peraturan Daerah
Infrastruktur Pasif sebelum peraturan ini ditetapkan, harus
ini paling lambat 2 (dua) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.
menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalam peraturan ini.
(4) Setiap Infrastruktur Pasif Telekomunikasi yang sudah berdiri dan
tidak dapat memperoleh IMB/PBG, penyedia infrastruktur pasif
telekomunikasi wajib membongkar infrastrukturnya paling lambat 1 (satu)
tahun setelah Peraturan Daerah ini diundangkan.
(5) Infrastruktur Pasif Telekomunikasi yang belum memiliki izin sebelum
berlakunya Peraturan Daerah ini harus menyesuaikan dengan
ketentuang yang diatur dalam Peraturan Daerah ini paling lambat 6 (enam)
bulan setelah Peraturan Daerah ini diundangkan.
68. Judul BAB XIV diubah menjadi BAB XV, sehingg berbunyi sebagai
berikut :
BAB XIV BAB XV
KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PENUTUP
69. Ketentuan Pasal 53 diubah menjadi Pasal 43, sehingg berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 53 Pasal 43
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor
2 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembangunan dan Penataan Menara 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembangunan dan Penataan Menara
Telekomunikasi Bersama, dinyatakan dicabut dan tidak berlaku. Telekomunikasi Bersama, dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Jombang. Jombang.
ttd ttd
_____________________ _____________________
Diundangkan di Jombang Diundangkan di Jombang
Pada tanggal …………… Pada tanggal ……………
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JOMBANG SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JOMBANG
Ttd
ttd __________________
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN …. NOMOR .. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN …. NOMOR ..