Professional Documents
Culture Documents
Kliping Multikulturalisme
Kliping Multikulturalisme
Definisi
Multikulturalisme adalah ideologi yang menghendaki adanya persatuan dari
berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama
dalam masyarakat modern. Multikultural sering digunakan untuk menggambarkan
kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu negara.
Multikulturalisme mengisyaratkan pengakuan terhadap realitas keragaman kultural
yang mencakup keberagaman tradisional dan keberagaman bentuk-bentuk
kehidupan. atau subkultur.
Bagian dari keberagaman tradisional adalah suku, ras, dan agama. Sedangkan,
keberagaman bentuk-bentuk kehidupan adalah segala hal yang bekaitan dan
bermunculan di detiap tahap sejarah kehidupan masyarakat di luar keberagaman
tradisional. Multikulturalisme menjadi pandangan dunia yang kemudian dapat
diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang
penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, kemajemukan yang terdapat
dalam kehidupan masyarakat. Sehingga, dapat dikatakan, masyarakat multikultural
adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam komunitas dan budaya
dengan segala kelebihannya.
Jenis-jenis Multikulturalisme
Multikulturalisme Isolasionis:
Mengacu pada masyarakat di mana berbagai kelompok kultural menjalankan hidup
secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal satu sama lain.
Multikulturalisme Akomodatif:
Masyarakat yang memiliki kultur dominan dan membuat penyesuaian bagi
kebutuhan kultur kaum minoritas. Kaum mayoritas memberikan kebebasan kepada
kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan mereka.
Multikulturalisme Otonomis:
Masyarakat plural di mana kelompok-kelompok kultural utama berusaha
mewujudkan kesetaraan dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan
otonom yang secara kolektif bisa diterima.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Artikel ini telah tayang di Kompas.com
"Multikulturalisme: Maukah Kita Sepakat untuk Berbeda?", dengan judul "Multikulturalisme: Maukah
Klik untuk baca: Kita Sepakat untuk Berbeda?", Klik untuk
https://www.kompas.com/tren/read/2021/12/26/070047 baca:
065/multikulturalisme-maukah-kita-sepakat-untuk- https://www.kompas.com/tren/read/20
berbeda. 21/12/26/070047065/multikulturalisme-
maukah-kita-sepakat-untuk-berbeda.
Belum lagi kuatnya wacana politik identitas pada kampanye Pemilu 2019 lalu, dan lain-lain.
Beberapa catatan buruk di atas merupakan bukti bahwa keberagaman budaya masih problematis.
Di saat bersamaan multikulturalisme juga belum sepenuhnya dipahami dan masih digunakan
sebagai jargon popular, namun tidak bermakna.
Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Prof. Manneke Budiman mengatakan
bahwa dalam konteks Indonesia sebagian besar masyarakat memahami multikulturalisme sebatas
keragaman etnik, agama, dan budaya saja. Menurut dia, pemahaman yang bersifat reduksionis ini
seharusnya sudah selesai dan tidak perlu dipersoalkan kembali.
Indonesia secara faktual memang sudah multikultural sejak dulu sehingga ‘pekerjaan rumah’ kita
selanjutnya adalah memperjuangkan, membangun, dan memeliharanya untuk kehidupan
bersama. Jika tidak, maka akan terus-menerus menjadi ‘bencana’ sosial di masa yang akan datang.
Sebagai perbandingan, Manneke juga menjelaskan bahwa gagasan multikulturalisme di negara-
negara Barat (Amerika, Kanada, Inggris) juga tidak kalah problematisnya. Hanya saja, ‘takarannya’
berbeda. Masyarakat Barat kerap terjebak dalam pemujaan terhadap perbedaan secara
berlebihan.
Sehingga ada kesan bahwa identitas yang mereka miliki adalah sudah ‘final’ dan tidak boleh
diganggu gugat dengan alasan penghormatan. Kondisi ini secara potensial akan memunculkan
persoalan baru, yakni eksklusifisme budaya yang nantinya boleh jadi akan berkembang menjadi
chauvinisme budaya dan memunculkan stigma baru di masyarakat multikultural.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Multikulturalisme: Maukah Kita Sepakat
untuk Berbeda?", Klik untuk baca:
https://www.kompas.com/tren/read/2021/12/26/070047065/multikulturalisme-maukah-kita-
sepakat-untuk-berbeda?page=2.
Nasionalisme dan negara seyogyanya dibicarakan Hak-hak minoritas senantiasa melekat pada
mulai dari akarnya. Yakni mulai dari konsep-konsep fakta pengaturan keanekaragaman yang
suku bangsa, kelompok etnik dan etnisitas. Jelas ada. Bila pengaturan nasional berorientasi
menunjukkan bahwa bila semangat nasionalisme pada kebijakan kebudayaan seragam dan
luntur karena berbagai sebab, maka yang sentralistis. Maka fakta pluralisme,
tertinggal adalah semangat kesukubangsaan yang diferensiasi dan hierarki masyarakat dan
menguat. kebudayaan akan meningkat.
Mempertahankan Persatuan
Keanekaragaman budaya bangsa Indonesia menunjukkan kekayaan bangsa Indonesia.
Maka perlu melakukan upaya dalam rangka mempertahankan kekayaan budaya dan
menggalang persatuan budaya. Upaya tersebut antara lain melestarikan masing-masing
budaya dan saling menghormati keanekaragaman budaya bangsa Indonesia.
"Kekhawatiran akan berkurangnya iman seseorang ketika bergaul dengan penganut agama
lain tidak beralasan. Justru nilai-nilai keberagaman dan memperluas ruang-ruang dialog
menjadi hal mendasar dalam penguatan pendidikan karakter yang selama ini digulirkan
Kementerian Pendidikan," tegas Muhadjir. Untuk itu, ia mendorong perlunya keterbukaan
dan dialog mencari solusi bersama. "Saya mendukung upaya lembaga-lembaga pendidikan
swasta seperti yang dibawah lembaga Katolik ini untuk memperkaya pendidikan karakter
sesuai konteks budaya daerahnya," tambahnya . Kegiatan ini dihadiri 300 peserta yang
merupakan perwakilan dari Majelis Pendidikan Katolik dan Lembaga Pendidikan Katolik se-
Indonesia dari 37 keuskupan. Pertemuan tahunan kali ini mengangkat tema “Penguatan
Pendidikan Karakter Berbasis Multikultur Menuju Peradaban Kasih”. Dalam kesempatan
yang sama, Ketua Majelis Nasional Pendidikan Katolik Romo Darmin mengapresiasi kebijakan
Penguatan Pendidikan Karakter. “Kami berkeyakinan pendidikan karakter harus
mengafirmasi realitas multikulturalisme bangsa. Tanah Papua ini mencerminkan
keberagaman. Pendidikan yang mengabaikan budaya akan kehilangan pijakannya," ujar
pengurus Komisi Pendidikan Konferensi Waligereja Indonesia ini.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mendikbud: Pendidik Harus
Membangun Semangat Multikulturalisme", Klik untuk baca:
https://edukasi.kompas.com/read/2018/11/24/13511981/mendikbud-pendidik-harus-
membangun-semangat-multikulturalisme.
Penulis : Yohanes Enggar Harususilo
Editor : Yohanes Enggar Harususilo
Kendati demikian, lanjut Jimly, toleransi tersebut sedang mengalami gejala yang kurang baik
lantaran
Artikel adanya
ini telah tayangpolitisasi
di Kompas.comkampus. Menurutnya,
dengan judul dunia
"Toleransi Jadi Dasar kampus dan politik sejatinya terpisahkan.
Inovasi dan Kreativitas", Klik untuk baca:
"Dunia kampus dan politik sudah lekat di Indonesia sejak lama. Makanya, itu menjadi karakter
https://nasional.kompas.com/read/2018/10/25/16361571/toleransi-jadi-
betul kampus di Indonesia," tuturnya. Oleh karena itu, Guru Besar Hukum Tata Negara Fakultas
dasar-inovasi-dan-kreativitas.
Hukum UI ini menyarankan, lembaga pendidikan tinggi di Tanah Air harus evaluasi mengenai
Penulis : Christoforus Ristianto
demokrasi di kampus.
Editor : Sabrina Asril
Evaluasi tersebut bisa mencontoh pendidikan kampus di Amerika Utara yang justru cenderung
fokus ke inovasi, bukan berpolitik. "Kampus di Amerika Utara berkembang luar biasa. Maka, kita
Kompascom+ baca berita
harus evaluasi tanpa iklan:
apakah sudah https://kmp.im/plus6
tepat peran politik di kampus karena seharusnya mahasiswa
menjadiaplikasi:
Download pelopor atau inovator," paparnya.
https://kmp.im/app6
Tak pelak, seperti diungkapkan Jimly, iklim pendidikan tinggi di Indonesia tidak tumbuh. Maka,
selaras dengan hal tersebut, masyarakat rentan terkena dampak kegiatan-kegiatan yang
antitoleransi. Sementara itu, Akbar Tandjung menambahkan, ideologi Pancasila wajib diterapkan
dengan utuh oleh seluruh lapisan masyarakat. Sebab, Pancasila merupakan ideologi terbuka yang
menampung ragam pikiran dan pendapat. "Pancasila bukan ideologi dogmatif, melainkan terbuka
dan dinamis. Maka, ideologi ini bisa dilihat dari ragam perspektif, seperti politik dan hukum,"
ungkap Akbar Tandjung. Seminar tersebut dihadiri oleh Akbar Tandjung (Ketua DPR RI 1999-
2004), Din Syamsuddin (tokoh agama), Hariyono (PLT. Kepala BPIP) Mutjaba Hamdi (Direktur
Eksekutif Wahid Foundation) dan Jimly Asshidiqqie (akademisi). "Jika suasana toleransi timbul
dengan saling menghormati perbedaan, maka di situlah tumbuh inovasi, ilmu pengetahuan dan
teknologi," kata Jimly.
Bagaimankah penerapan multikulturalisme dalam kehidupan
kristiani?
Pada dasarnya, Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Setiap
suku bangsa memiliki budaya dan karakter masing-masing. Oleh sebab itu, kita disebut
sebagai masyarakat multikultural. Menurut KBBI, multikulturalisme adalah gejala pada
seseorang atau suatu masyarakat yang ditandai oleh kebiasaan menggunakan lebih dari
satu kebudayaan. Multikulturalisme adalah pemahaman di mana masyarakat atau
individunya mengakui dan menghargai perbedaan. Tidak hanya mengenai suku dan ras,
perbedaan ini termasuk, prinsip, nilai individu, cara pandang, dan pandangan politik
seseorang. Masih banyak penjelasan tentang pengertian multikulturalisme, contohnya
menurut para ahli, sudut pandangan, dan lain-lain. Pada artikel ini, saya akan
membahas multikulturalisme dalam pandangan iman Kristen.
Indonesia diberkati oleh Tuhan dengan keanekaragamannya. Indonesia dihuni oleh
orang-orang yang memiliki perbedaan etnis, agama, ras, dan lain-lain. Dengan adanya
perbedaan tersebut, kita sebagai umat manusia harus memiliki sikap toleransi terhadap
satu sama lain. Dalam Alkitab Galatia 3:28 tertulis "Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi,
tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu
semua adalah satu didalam Kristus Yesus." Artinya adalah semua manusia yang berasal
dari berbagai suku, bangsa, kelas sosial, serta gender dipersatukan dalam Kristus dan
kasih Kristus diberikan bagi semua orang tanpa memandang asal-usul mereka.
Tuhan Yesus seringkali bertemu dengan orang-orang beragama lain bukan hanya
sekedar orang-orang biasa. Tuhan Yesus berjumpa dengan pemimpin agama lain untuk
memberikan nasehat, pengajaran, dan pengetahuan kepada mereka. Dari hal yang
sudah Tuhan Yesus lakukan menandakan bahwa sejak dahulu multikultural berperan
penting demi menjaga toleransi antar umat beragama dan saling menghargai atas
budaya yang ada. Dalam pandangan iman Kristen dianjurkan juga bahwa kita sebagai
umat manusia harus berbuat baik terhadap sesama.
Multikultural membuat kita merenungkan betapa luar biasanya Allah yang telah
menjadikan manusia dalam keragaman. Seharusnya kita dapat memandang perbedaan
sebagai anugerah bukan sebagai ancaman. Dengan begitu kita dapat menerima dan
menghargai berbagai perbedaan yang ada dan saling melengkapi satu sama lain.
Dalam pandangan iman Kristen, ada beberapa sikap yang harus kita hindari dalam
membangun masyarakat multikultural yang rukun dan bersatu, antara lain yaitu:
1. Primordialisme, artinya perasaan kesukuan yang berlebihan.
2. Etnosentrisme, artinya sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan
kebudayaannya sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang
meremehkan masyarakat dan kebudayaan yang lain.
3. Diskriminatif, artinya sikap yang membeda-bedakan perlakuan terhadap sesama
warga negara berdasarkan warna kulit, golongan, suku bangsa, ekonomi, agama, dan
lain-lain.
4. Stereotip, artinya konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka
yang subjektif dan tidak tepat.
Setelah kita mengetahui apa itu multikulturalisme? Dan bagaimana pandangan iman
Kristen terhadap multikulturalisme? Kita dapat mengambil point penting menyangkut
multikulturalisme yang dapat memperkuat persatuan antar umat manusia, antara lain:
1. Menerima dan menghargai semua orang tanpa memandang perbedaan yang ada.
2. Menolong sesama serta menunjukkan sikap toleransi tanpa memandang latar
belakang yang ada.
3. Menghilangkan prasangka buruk terhadap suku, bangsa, budaya maupun kelas sosial
tertentu.
4. Secara iman kristen, kita dapat menjadikan hukum kasih sebagai landasan dalam
bergaul dengan sesama.
Jadi, kesimpulannya adalah kita tidak boleh membeda-bedakan siapapun hanya karena
memiliki latar belakang yang berbeda dari kita dan kita juga harus saling menghargai
antar satu sama lain. Kita harus bersyukur karena Allah sudah menciptakan sebuah
keberagaman. Sebagai umat Kristen dalam membangun multikulturalisme haruslah
berpedoman kepada ajaran iman Kristen demi mencerminkan karakter Kristus.
KESIMPULNA
Dari berbagai uraian diatas, multikulturslisme bukan lah suatu
perbedaan yang harus kita hindari. Perbedaan keragaman tersebut
justru merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia.
Keragaman yang diciptakan oleh-Nya merupakan karya seni indah yang
tiada tandingannya. Setiap kelompok dan individu yang ada memiliki
keunikannya tersendiri, dan juga kekurangannya sendiri. Hal tersebut
tentunya sudah disusun seuai rencana Tuhan yang sempurna. Kita
sebagai manusia sudah semestinya harus menjaga kesempurnaan
tersebut dengan penerimaan tulus, toleransi, dan juga persatuan.