You are on page 1of 10

MAKALAH

PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN KONSELOR

" Pribadi Konselor di Masyarakat ”


Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Pengambangan Kepribadian Konse;or

Dosen Pengampu:
Khairiyah Khadijah, S.Pd.I., M.Pd.
Kiki Mariah, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Dwi Cahyani 2305110987


Gustina Roza 2305110970
Lia Fahrunnisa 2305110980
Maulana Umroh 2305110988
Natasya Ramadhani 2305110981
Salsabilla 2305114016
Syalwa Anggraini 2305114433

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2024
PRAKATA

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Penulis
ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
innayah-Nya kepada kita sampai saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
‘‘ Pribadi Konselor di Masyarakat”.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan, baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah tentang “ Pribadi Konselor di Masyarakat” ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.

Pekanbaru, Maret 2024

Kelompok 3
DAFTAR ISI

PRAKATA .................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 4
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep Nilai Kehidupan............................................................................................5
B. Hubungan Nilai dengan Pribadi Konselor.................................................................5
C. Kualitas Nilai Kepribadian Konselor.........................................................................7
BAB II PENUTUP
Kesimpulan .................................................................................................................... 13
Saran .............................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 14

BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Konselor atau helper merupakan petugas khusus yang berkualifikasi dalam bidang
konseling. Dalam konsep konseling untuk semua, didalamnya terdapat kegiatan bimbingan
(guidance). Kata konselor tidak dapat dipisahkan dari kata helping. Kualitas pribadi konselor
adalah suatu kriteria yang menyangkut segala aspek kepribadian yang amat penting dan
menentukan keefektifan konselor jika dibandingkan dengan pendidikan dan latihan yang ia
peroleh (Willis, 2013. hlm.79).
Teori-teori pribadi konselor yang berasal dari barat yang dianggap tidak sesuai dengan
pengembangan kepribadian konselor di Indonesia adalah nilai spiritualitas, sebagaimana
diketahui bahwa negara Indonesia adalah negera yang memiliki ideologi Pancasila dimana
mewajibkan penduduknya untuk memeluk agama-agama yang dianggap resmi oleh
pemerintah. Konselor dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya di sekolah selalu
berhubungan dengan nilai spiritualitas yang dianutnya, baik ketika konselor hendak
melaksanakan ibadah maupun melakukan pelayanan konseling dimana para konseli lebih
mengutamakan nasihat yang bersifat spiritual dibanding nasihat yang bersifat keduniawian
sebagaimana yang diajarkan dalam teori konseling barat yang jarang menyebutkan
pentingnya aspek spiritualitas.
Menurut Willis (2014:86-87) ada 13 karakteristik kepribadian yang harus ada pada
seorang konselor. Karakteristik kepribadian tersebut, yakni beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menyenangi manusia, menjadi komunikator yang terampil dan
pendengar yang baik, memiliki ilmu dan wawasan tentang manusia, sosial budaya, fleksibel,
tenang dan sabar; menguasai keterampilan teknik dan memiliki intuisi, memahami etika
profesi, sikap hormat, jujur, asli, menghargai dan tidak menilai; empati, memahami,
menerima, hangat, bersahabat; menjadi fasilitator sekaligus motivator; emosi stabil, pikiran
jernih, cepat dan mampu, objektif, rasional, logis, konkrit, serta konsisten dan bertanggung
jawab.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:

1. Bagaimanakah Konsep Nilai Kehidupan?


2. Seperti apakah Hubungan Nilai dengan Pribadi Konselor?
3. Bagaimanakah Kualitas Nilai Kepribadian Konselor?
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:

1. Konsep Nilai Kehidupan


2. Hubungan Nilai dengan Pribadi Konselor
3. Kualitas Nilai Kepribadian Konselor

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep Nilai Kehidupan


Nilai-nilai atau peraturan-peraturan dalam masyarakat berlaku dan disepakati
bersama-sama dalam kehidupan, Manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh karena itu
sangat penting memahami nilai-nilai kelompok, masyarakat, negara, dan pribadi sendiri.
Sedangkan nilai kehidupan adalah nilai-nilai yang hidup dan dapat mempengaruhi
tindakan seseorang.
Ada tiga kategori yang harus ia tunjukkan, yang menyatakan bahwa ia
mengadopsi suatu nilai yaitu:
1. Memilih
2. Menghargai
3. Bertindak

ketiga kategori itu dapat dikembangkan menjadi 6 aspek, yaitu:

1. Memilih dengan bebas


Nilai kehidupan menuntut adanya kebebasan dari bentuk tekanan, tidak
adanya paksaan dari lingkungan hidup seseorang, berdasarkan pada keyakinan
diri sendiri, dan kerelaan untuk memilih nilai kehidupan.
2. Memilih Alternatif dengan Bebas
Memilih dengan bebas dari berbagai alternatif nilai kehidupan. Ketika
seseorang memilih untuk menganut suatu nilai, ia akan dihadapkan pada lebih
dari satu alternatif pilihan nilai kehidupan. la bebas untuk memilih. nilai
kehidupan yang mana yang ia sukai.
3. Mempertimbangkan Akibat dari Alternatif yang Dipilih
Memilih dengan bebas dari berbagai alternatif dengan mempertimbangkan
akibat dari masing-masing altematif. Ketika seseorang memilih untuk menganut
suatu nilai, ia harus memperhitungkan resiko atau konsekuensi atau akibat dari
pemilihan nilai kehidupan itu, dan tahu yang akan terjadi karena pilihannya itu.
4. Merasa senang dengan pilihannya
Nilai yang di pilih adalah nilai yang dipandang positif. Untuk itu, nilai itu
harus dihargai, dihormati, dan dipelihara. Maka nilai itu akan membuat orang
yang memilihnya merasa bahagia.
5. Mengakui Pilihannya

5
Setelah memilih suatu nilai kehidupan, seseorang hendaknya bersedia
mengakui, menjunjung tinggi, dan menegaskan pilihannya itu di depan
masyarakat umum.
6. Berperilaku Sesuai dengan Pilihan.
Setelah memilih suatu nilai kehidupan, seseorang seharusnya bertindak
dan berperilaku sesuai dengan pilihan nilainya itu. Nilai itu memberi arah pada
kehidupannya. Bobot nilai itu dapat diukur dengan banyaknya waktu, tenaga, dan
harta yang dikorbankan demi nilai yang diyakininya. nilai kehidupan tersebut juga
dapat menjadi suatu pola kehidupan. Orang yang menghargai nilai kejujuran akan
selalu berusaha untuk jujur. Oleh karena itu, kejujuran akan menjadi kebiasaan
hidupnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal dan menganut berbagai macam nilai
kehidupan. Di antara nilai-nilai kehidupan itu bisa saja dianggap tidak penting bagi
seseorang, tetapi bisa agak penting, penting, atau sangat penting bagi orang lain.
Semuanya tergantung pada pilihan dan pertimbangan masing- masing pribadi, serta
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kehidupannya. Beberapa contoh nilai kehidupan itu
antara lain:

1. Nilai kekuasaan, seperti pandangan atas keinginan untuk menundukkan atau


mempengaruhi orang lain.

2. Nilai Cinta atau kasih sayang, seperti ikatan batin, saling menghargai. saling
setia, saling menghormati, saling tolong, memikirkan kepentingan dan kebaikan
orang lain.

3. Nilal keindahan, seperti kemampuan untuk menghargai dan menikmati hal-hal


yang indah, serasi dan bagus.

4. Nilai keadaan fisik, seperti persepsi atas keadaan tubuh yang dianggap ideal
atau serasi.

5. Nilal kesehatan, seperti keinginan memiliki keadaan tubuh yang jauh dari sakit.

6. Nilai keterampilan, seperti keinginan memiliki kemampuan untuk melakukan


berbagai hal dengan cepat.

7. Nilai rasa sejahtera dan aman, seperti memiliki keinginan untuk bebas. dari
tekanan, kecemasan dan konflik-konflik batin.

8. Nilai pengetahuan, seperti tuntutan diri atas informasi, hal-hal yang dapat
memuaskan rasa ingin tahu atau kemampuan memiliki kemampuan untuk
mengetahui sesuatu yang diinginkan.

9. Nilai moral, seperti keinginan memiliki pemikiran, keyakinan dan tindakan


yang sesuai dengan norma-norma masyarakat.

10. Nilai-nilai agama/keyakinan

6
11. Nilai keadilan, seperti keinginan memiliki sikap adil, tidak memihak atau
membeda-bedakan manusia serta mampu memperlakukan orang lain secara adil.

12. Nilai altruisme, yaitu memiliki kemauan dan kemampuan untuk


memperhatikan kebutuhan, kepentingan dan kebahagiaan orang lain.

13. Nilai pengakuan/penghargaan, seperti keinginan mengakui bahwa dirinya


adalah penting dan layak dihargai oleh orang lain.

14. Nilai kesenangan, seperti keinginan merasakan kegembiraan.

15. Nilai kebijaksanaan, seperti memiliki kemauan dan pengetahuan dalam


mengambil keputusan yang tepat.

16. Nilai kejujuran, seperti memiliki keluhuran hati, ketulusan hati, kesungguhan
hati dan keterusterangan.

17. Nilai prestasi, seperti penghargaan atas hasil yang baik dari usaha yang keras.

18. Nilai kemandirian, seperti kemampuan untuk berdiri sendiri dan tidak
didominasi oleh orang lain.

19. Nilai kekayaan, seperti keinginan memiliki harta atau uang banyak.

20. Nilai kesetiaan, seperti keinginan memiliki keteguhan hati dalam


persahabatan.

21. Penolakan tanggung jawab.

22. Nilai kedewasaan

23. Nilai kedisiplinan.

24. Nilai kerendahan hati.

25. Berikan keberanian.

26. Menolak toleransi.

27. Nilai kebhinekaan.

28. Nilai cinta tanah air dan bangsa.

29. Nilai keteladanan.

30. Nilai kedermawanan.

B. Hubungan Nilai dengan Pribadi Konselor


Nilai suatu yang dianggap baik yang menjadi suatu norma tertentu mengatur ketertiban
kehidupan sosial manusia. Karena manusia merupakan makhluk budaya dan makhluk sosial
selalu membutuhkan bantuan oranglain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik berupa
jasmaniah (segi-segi ekonomis) maupun rohani (segi spiritual), maka manusia dalam

7
interaksi dan interdependensinya harus berpedoman pada nilai-nilai kehidupan sosial yang
terbina dengan baik dan selaras.

Dalam pendidikan, manusia sebagai subjek pendidikan (siap untuk mendidik) dan
sebagai objek (siap untuk dididik), berhasil atau tidaknya usaha tergantung pada jelas atau
tidaknya tujuan pendidikan. Di Indonesia, tujuan pendidikan berlandaskan pada filsafat hidup
bangsa Indonesia yaitu, Pancasila.

Dalam rangka mengembangkan sifat sosial, manusia selalu menghadapi masalah-masalah


sosial yang berkaitan dengan nilai-nilai. Nilai-nilai itu merupakan faktor internal dengan
hubungan antar sosial tersebut, sebagaimana dikatakan Celcius, ubi societas, ibiius "dimana
ada suatu masyarakat, disana pasti ada hukum". Dengan kata lain, sebagaimana pandangan
aliran progresivisme, nilai itu timbul dengan sendirinya, tetapi ada faktor-faktor lain dari
masyarakat saat nilai itu timbul. Sehingga nilai akan selalu muncul apabila manusia
mengadakan hubungan sosial dan bermasyarakat dengan manusia lain. Hal ini sesuai dengan
aliran progresivisme bahwa "masyarakat sebagai wadah nilai-nilai".

Aktivitas bimbingan konseling, pada dasarnya, merupakan interaksi timbal balik, yang di
dalamnya terjadi. Hubungan saling mempengaruhi antara konselor sebagai pihak yang
membantu dan konseli sebagai pihak yang dibantu. Hanya saja, mengingat konselor
diasumsikan sebagai pribadi yang akan membimbing konseli dalam mencapai tujuan tertentu,
maka dalam relasi ini sangat dibutuhkan adanya kapasitas tertentu yang harus dimiliki
konselor. Kapasitas tertentu inilah yang menentukan kualitas konsleor. Kualitas konselor
adalah semua kriteria keunggulan termasuk pribadi, pengetahuan, keterampilan, wawasan,
dan nilai-nilai yang dimiliki konselor, yang akan menentukan keberhasilan (efektivitas)
proses bimbingan dan konseling.

Dalam konteks bimbingan dan konseling dapat dianalogikan bahwa keberhasilan


konselor dalam melakukan pekerjaannya yaitu membimbing klien sangat ditentukan oleh
kecerdasan emosi dan spiritual daripada kecerdasan intelektual yang dimilikinya (Fuad,
2009).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 27 tahun 2008 tentang standar kualifikasi
akademik dan kompetensi konselor menyebutkan bahwa diantara kompetensi-kompetensi
yang harus dimiliki oleh konselor adalah kompetensi kepribadian.

Proses belajar berperilaku efektif ini difasilitasi dengan menciptakan lingkungan


konseling yang hangat dan aplikasi berbagai prosedur konseling. Untuk mencapai hal
tersebut dibutuhkan kualitas hubungan antar pribadi yang baik konselor dan klien. Konseling
sebagai sebuah profesi yang digambarkan dengan tampilan konselornya. Konselor
profesional merupakan figur yang dapat menampilkan dirinya sebagai teladan. Di antara
kompetensi konselor, yang paling penting adalah kualitas pribadi konselor karena konselor
sebagai pribadi harus mampu menampilkan jati dirinya secara utuh, tepat, dan berarti, serta
membangun hubungan interpersonal yang baik sehingga menjadi motor penggerak
keberhasilan layanan. Pribadi konselor merupakan ‘instrumen' yang menentukan hasil positif

8
dalam proses konseling, sebab inti dari proses terapeutik dalam konseling yaitu hubungan
yang dibangun antara konselor dan konseli. Sehingga kualitas pribadi konselor merupakan
hal yang esensial bagi konselor untuk mencapai tujuan dalam proses konseling.

C. Kualitas Nilai Kepribadian Konselor

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran

9
DAFTAR PUSTAKA

10

You might also like