Professional Documents
Culture Documents
Makalah PKK Kelompok 3
Makalah PKK Kelompok 3
Dosen Pengampu:
Khairiyah Khadijah, S.Pd.I., M.Pd.
Kiki Mariah, M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Penulis
ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
innayah-Nya kepada kita sampai saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
‘‘ Pribadi Konselor di Masyarakat”.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan, baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah tentang “ Pribadi Konselor di Masyarakat” ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
PRAKATA .................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 4
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep Nilai Kehidupan............................................................................................5
B. Hubungan Nilai dengan Pribadi Konselor.................................................................5
C. Kualitas Nilai Kepribadian Konselor.........................................................................7
BAB II PENUTUP
Kesimpulan .................................................................................................................... 13
Saran .............................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Konselor atau helper merupakan petugas khusus yang berkualifikasi dalam bidang
konseling. Dalam konsep konseling untuk semua, didalamnya terdapat kegiatan bimbingan
(guidance). Kata konselor tidak dapat dipisahkan dari kata helping. Kualitas pribadi konselor
adalah suatu kriteria yang menyangkut segala aspek kepribadian yang amat penting dan
menentukan keefektifan konselor jika dibandingkan dengan pendidikan dan latihan yang ia
peroleh (Willis, 2013. hlm.79).
Teori-teori pribadi konselor yang berasal dari barat yang dianggap tidak sesuai dengan
pengembangan kepribadian konselor di Indonesia adalah nilai spiritualitas, sebagaimana
diketahui bahwa negara Indonesia adalah negera yang memiliki ideologi Pancasila dimana
mewajibkan penduduknya untuk memeluk agama-agama yang dianggap resmi oleh
pemerintah. Konselor dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya di sekolah selalu
berhubungan dengan nilai spiritualitas yang dianutnya, baik ketika konselor hendak
melaksanakan ibadah maupun melakukan pelayanan konseling dimana para konseli lebih
mengutamakan nasihat yang bersifat spiritual dibanding nasihat yang bersifat keduniawian
sebagaimana yang diajarkan dalam teori konseling barat yang jarang menyebutkan
pentingnya aspek spiritualitas.
Menurut Willis (2014:86-87) ada 13 karakteristik kepribadian yang harus ada pada
seorang konselor. Karakteristik kepribadian tersebut, yakni beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menyenangi manusia, menjadi komunikator yang terampil dan
pendengar yang baik, memiliki ilmu dan wawasan tentang manusia, sosial budaya, fleksibel,
tenang dan sabar; menguasai keterampilan teknik dan memiliki intuisi, memahami etika
profesi, sikap hormat, jujur, asli, menghargai dan tidak menilai; empati, memahami,
menerima, hangat, bersahabat; menjadi fasilitator sekaligus motivator; emosi stabil, pikiran
jernih, cepat dan mampu, objektif, rasional, logis, konkrit, serta konsisten dan bertanggung
jawab.
B. Rumusan Masalah
4
BAB II
KAJIAN TEORI
5
Setelah memilih suatu nilai kehidupan, seseorang hendaknya bersedia
mengakui, menjunjung tinggi, dan menegaskan pilihannya itu di depan
masyarakat umum.
6. Berperilaku Sesuai dengan Pilihan.
Setelah memilih suatu nilai kehidupan, seseorang seharusnya bertindak
dan berperilaku sesuai dengan pilihan nilainya itu. Nilai itu memberi arah pada
kehidupannya. Bobot nilai itu dapat diukur dengan banyaknya waktu, tenaga, dan
harta yang dikorbankan demi nilai yang diyakininya. nilai kehidupan tersebut juga
dapat menjadi suatu pola kehidupan. Orang yang menghargai nilai kejujuran akan
selalu berusaha untuk jujur. Oleh karena itu, kejujuran akan menjadi kebiasaan
hidupnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal dan menganut berbagai macam nilai
kehidupan. Di antara nilai-nilai kehidupan itu bisa saja dianggap tidak penting bagi
seseorang, tetapi bisa agak penting, penting, atau sangat penting bagi orang lain.
Semuanya tergantung pada pilihan dan pertimbangan masing- masing pribadi, serta
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kehidupannya. Beberapa contoh nilai kehidupan itu
antara lain:
2. Nilai Cinta atau kasih sayang, seperti ikatan batin, saling menghargai. saling
setia, saling menghormati, saling tolong, memikirkan kepentingan dan kebaikan
orang lain.
4. Nilai keadaan fisik, seperti persepsi atas keadaan tubuh yang dianggap ideal
atau serasi.
5. Nilal kesehatan, seperti keinginan memiliki keadaan tubuh yang jauh dari sakit.
7. Nilai rasa sejahtera dan aman, seperti memiliki keinginan untuk bebas. dari
tekanan, kecemasan dan konflik-konflik batin.
8. Nilai pengetahuan, seperti tuntutan diri atas informasi, hal-hal yang dapat
memuaskan rasa ingin tahu atau kemampuan memiliki kemampuan untuk
mengetahui sesuatu yang diinginkan.
6
11. Nilai keadilan, seperti keinginan memiliki sikap adil, tidak memihak atau
membeda-bedakan manusia serta mampu memperlakukan orang lain secara adil.
16. Nilai kejujuran, seperti memiliki keluhuran hati, ketulusan hati, kesungguhan
hati dan keterusterangan.
17. Nilai prestasi, seperti penghargaan atas hasil yang baik dari usaha yang keras.
18. Nilai kemandirian, seperti kemampuan untuk berdiri sendiri dan tidak
didominasi oleh orang lain.
19. Nilai kekayaan, seperti keinginan memiliki harta atau uang banyak.
7
interaksi dan interdependensinya harus berpedoman pada nilai-nilai kehidupan sosial yang
terbina dengan baik dan selaras.
Dalam pendidikan, manusia sebagai subjek pendidikan (siap untuk mendidik) dan
sebagai objek (siap untuk dididik), berhasil atau tidaknya usaha tergantung pada jelas atau
tidaknya tujuan pendidikan. Di Indonesia, tujuan pendidikan berlandaskan pada filsafat hidup
bangsa Indonesia yaitu, Pancasila.
Aktivitas bimbingan konseling, pada dasarnya, merupakan interaksi timbal balik, yang di
dalamnya terjadi. Hubungan saling mempengaruhi antara konselor sebagai pihak yang
membantu dan konseli sebagai pihak yang dibantu. Hanya saja, mengingat konselor
diasumsikan sebagai pribadi yang akan membimbing konseli dalam mencapai tujuan tertentu,
maka dalam relasi ini sangat dibutuhkan adanya kapasitas tertentu yang harus dimiliki
konselor. Kapasitas tertentu inilah yang menentukan kualitas konsleor. Kualitas konselor
adalah semua kriteria keunggulan termasuk pribadi, pengetahuan, keterampilan, wawasan,
dan nilai-nilai yang dimiliki konselor, yang akan menentukan keberhasilan (efektivitas)
proses bimbingan dan konseling.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 27 tahun 2008 tentang standar kualifikasi
akademik dan kompetensi konselor menyebutkan bahwa diantara kompetensi-kompetensi
yang harus dimiliki oleh konselor adalah kompetensi kepribadian.
8
dalam proses konseling, sebab inti dari proses terapeutik dalam konseling yaitu hubungan
yang dibangun antara konselor dan konseli. Sehingga kualitas pribadi konselor merupakan
hal yang esensial bagi konselor untuk mencapai tujuan dalam proses konseling.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
10