You are on page 1of 82
MESTIKA ZED Yayasan Obor Indonesia Metode Penelitian Kepustakaan/Mestika Zed - cet. 1 — Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008 viii + 94 hlm; 14,5 x 21 cm Indeks ISBN 978-979-461-485-3 Judul: Metode Penelitian Kepustakaan, Mestika Zed Copyright © 2004 . Hak pengarang dilindungi undang undang All right reserved Diterbitkan pertama kali oleh Yayasan Obor Indonesia, anggota IKAPI DKI Jaya Edisi pertama : Maret 2004 Edisi kedua : Januari 2008 YOI : 457.22.2.2004 Desain sampul _: Rahmatika Kreative Design Yayasan Obor Indonesia Jl. Plaju No. 10 Jakarta 10230 Telp. 31924488; 31926978; 3920114 Faks.: 31924488 e-mail: yayasan_obor@cbn.net.id http://www.obor.or.id DAFTAR ISI 1. Apakah Metode Penelitian Kepustakaan? 1 §1. Pengantar.... 1 §2. Empat Ciri Utama Studi Kepustakaan 4 §3. Ragam Koleksi Perpustakaan 5 §4. Alat Bantu Bibliografis 10 §5. Empat Langkah Penelitian 16 §6. Teknik Penyusunan Bibliografi Kerja . 23 §7. Penutup 29 2. Bagaimana Teknik Membaca Bahan Kepustakaan? 31 §1. Pengantar..... 31 §2. Dua Puluh Daftar Pertanyaan 32 §3. Beberapa Petunjuk Praktis 42 §4. Kesalahan-Kesalahan Umum dalam ite §5. Penutup.... 45 47 E 47 §2. Beberapa Jenis Catatan Penelitian 49 §3. Bentuk Isi Catatan Penelitian Kepustakaan 54 §4. Teknik Mencatat Bahan Penelitian . 61 §5 Analisis Pendahuluan 70 §6. Penutup Kepustakaan ea Lampiran1__Bagan : Strategi dan Langkah-langkah Riset Kepustakaan Lampiran 2 Senarai... Indeks.... Biodata Sing) APAKAH METODE PENELITIAN KEPUSTAKAAN? “T have always imagined that Paradise will be a kind of library” (Jorge Luis Borge) §1. Pengantar pustaka. Walaupun orang sering membedakan antara riset kepustakaan (library research) dan riset lapangan (field research), keduanya tetap memerlukan pe- nelusuran pustaka. Perbedaannya yang utama hanyalah terletak pada tujuan, fungsi dan/atau kedudukan studi pustaka dalam masing-masing penelitian itu. Dalam riset lapangan, penelusuran pustaka terutama dimaksudkan sebagai langkah awal untuk menyiapkan kerangka penelitian (research design) dan/atau proposal guna memperoleh informasi penelitian sejenis, memperdalam kajian teoretis atau mempertajam metodologi. Sedangkan dalam riset pustaka, penelusuran pustaka lebih daripada sekedar melayani fungsi- fungsi yang disebutkan di atas. Riset pustaka sekaligus memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data H ampir semua jenis penelitian memerlukan studi Metode Penelitian Kepustakaan penelitiannya. Tegasnya riset pustaka membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan. Idealnya, sebuah riset profesional menggunakan kombinasi riset pustaka dan lapangan atau dengan penekanan pada salah satu di antaranya. Namun begitu sejumlah ilmuwan (dari berbagai bidang disiplin), terutama dari kelompok kajian sejarah, sastra dan studi agama, bahkan juga kedokteran dan biologi, tidak selamanya tergantung dengan data primer dari lapangan. Adakalanya mereka membatasi penelitian pada studi pustaka saja. Mengapa? Setidaknya ada tiga alasan. Pertama, karena persoalan penelitian tersebut hanya bisa dijawab lewat penelitian pustaka dan sebaliknya tidak mungkin mengharapkan datanya dari riset lapangan. Studi sejarah umumnya, termasuk sejarah kedokteran, sejarah sensus, sejarah pemikiran atau sejarah ekonomi, tidak bisa lain, kecuali dengan mengandalkan riset pustaka. Namun begitu, sejumlah disiplin tertentu seperti studi Islam atau sastra adakalanya juga berurusan dengan riset pustaka. Kedua, studi pustaka diperlukan sebagai salah satu tahap tersendiri, yaitu studi pendahuluan (prelimanry research) untuk memahami lebih dalam gejala baru yang tengah berkembang di lapangan atau dalam masyarakat. Ahli kedokteran atau biologi, misalnya, terpaksa melakukan riset pustaka untuk mengetahui sifat dan jenis-jenis virus atau bakteri penyakit yang belum dikenal baru-baru ini seperti “sindrom virus pernafasan akut” (severe acute respiratory syndrome - SARS). Ilmuwan sosial terpaksa mempelajari apa itu nagari di saat demam “kembali ke nagari” meramaikan wacana otonomi khas Sumatera Barat. Pakar agama tergugah untuk membuka kembali literatur untuk mencari jawaban yang lebih tegas tentang apa sikap Islam terhadap perang dan damai di saat berkecamuknya Perang Irak dewasa ini. Para pakar Islam juga terdorong Metode Penelitian Kepustakaan mempelajari kembali gejala ideologi-ideologi dalam agama Islam di masa lalu pada saat maraknya aliran-aliran Islam “sempalan” dewasa ini. Alasan ketiga ialah data pustaka tetap andal untuk menjawab persoalan penelitiannya. Bukankah perpustakaan merupakan tambang emas yang sangat kaya untuk riset ilmiah! Lagi pula, informasi atau data empirik yang telah dikumpulkan orang lain, baik berupa laporan hasil penelitian, atau laporan-laporan resmi, buku-buku yang tersimpan di per- pustakaan tetap dapat dipergunakan oleh periset kepustakaan. Dalam kasus tertentu data lapangan diperkirakan tidak cukup signifikan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang akan dilakukan. Akhirnya riset pustaka tentu saja tidak hanya sekedar urusan membaca dan mencatat literatur atau buku-buku sebagaimana yang sering dipahami banyak orang selama ini. Apa yang disebut dengan riset kepustakaan atau sering juga disebut studi pustaka, ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Bab ini bukan bermaksud untuk mengajarkan bagaimana seseorang menjadi ahli perpustakaan, melainkan untuk memperkenalkan penelitian kepustakaan secara garis besar. Pertama-tama akan diuraikan ciri-ciri studi kepustakaan sebagai sebagai suatu metode yang otonom, kemudian dilanjutkan dengan pengenalan terhadap sistem klasifikasi - koleksi perpustakaan, dan instrumen penelitian perpustakaan seperti alat bantu bibliografis, bibliografi kerja dan tahap-tahap penelitian kepustakaan. Metode Penelitian Kepustakaan §2. Empat Ciri Utama Studi Kepustakaan Setidaknya ada empat ciri utama penelitian kepustakaan yang perlu diperhatikan oleh mahasiswa atau calon peneliti dan keempat ciri itu akan mempengaruhi sifat dan cara kerja penelitian. Ciri pertama ialah bahwa peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data angka dan bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi-mata (eyewitness) berupa kejadian, orang atau benda-benda lainnya. Teks memiliki sifat-sifatnya sendiri dan memerlukan pendekatan tersendiri pula. Kritik teks merupakan metode yang biasa dikembangkan dalam studi filologi, sedang ilmu sejarah mengenal ‘metode kritik sumber’ sebagai metode dasarnya. Demikian pula studi ilmu hadis juga memiliki semacam metode kritik teks yang khas sebagaimana yang biasa dipelajari dalam telaah mustalah hadis. Jadi perpustakaan adalah laboratorium peneliti kepustakaan dan karena itu teknik membaca teks (buku atau artikel dan dokumen) menjadi bagian yang fundamental dalam penelitian kepustakaan (lihat Bab 2). Ciri yang kedua, data pustaka bersifat ‘siap pakai’ (ready- made). Artinya peneliti tidak pergi ke mana-mana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan bahan sumber yang sudah tersedia di perpustakaan. Ibarat belajar bersepeda, orang tak perlu membaca buku atau artikel tentang bagaimana teori naik sepeda, begitu pula halnya dengan riset pustaka. Untuk melakukan riset pustaka, orang tak perlu menguasai ilmu perpustakaan. Satu-satunya cara untuk belajar menggunakan perpustakaan dengan tepat ialah langsung saja menggunakannya. Meskipun demikian, calon peneliti yang ingin memanfaatkan jasa perpustakaan, tentu masih perlu mengenal seluk-beluk studi perpustakaan untuk kepentingan penelitian atau untuk kepentingan membuat makalah. Metode Penelitian Kepustakaan Ciri yang ketiga ialah bahwa data pustaka umumnya adalah sumber sekunder, dalam arti bahwa peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari tangan pertama di lapangan. Sumber pustaka sedikit banyak mengandung bias (prasangka) atau titik pandangan orang yang membuatnya. Misalnya, ketika seorang peneliti berharap menemukan data tertentu dalam sebuah monograf nagari di sebuah perpustakaan, ia mungkin dapat menemukan monografnya, tetapi tak selalu dapat menemukan informasi yang diperlukan karena informasi yang tersedia dibuat sesuai dengan kepentingan penyusunnya. Dengan begitu, peneliti hampir tidak selalu memiliki kontrol terhadap bagaimana data itu dikumpulkan dan dikelompokkan menurut keperluan semula. Namun demikian, data pustaka, sampai tingkat tertentu, terutama dari sudut metode sejarah, juga bisa berarti sumber primer, sejauh ia ditulis oleh tangan pertama atau oleh pelaku sejarah itu sendiri. Ciri yang keempat adalah bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Peneliti berhadapan dengan informasi statik, tetap. Artinya kapan pun ia datang dan pergi, data tersebut tidak akan pernah berubah karena ia sudah merupakan data “mati” yang tersimpan dalam rekaman tertulis (teks, angka, gambar, rekaman tape atau film). Karena alasan itu pula, maka peneliti yang menggunakan bahan kepustakaan memerlukan pengetahuan teknis yang memadai tentang sistem informasi dan teknik-teknik penelusuran data pustaka secukupnya. §3. Ragam Koleksi Perpustakaan Banyak mahasiswa menganggap bahwa riset pustaka (library research) identik dengan mempelajari buku-buku. Anggapan ini tentu ada benarnya. Bukankah perpustakaan selama ini selalu diasosiasikan dengan gedung tempat menyimpan buku- 5 Metode Penelitian Kepustakaan buku. Namun begitu perustakaan standar sejak berabad-abad lalu sebetulnya juga menyimpan dokumen, naskah kuno dan bahan non-cetak lainnya. Lebih-lebih sejak beberapa dekade terakhir perpustakaan juga menyimpan pelbagai jenis bahan informasi media cetak dan non-cetak yang amat beragam dan jelas amat berharga untuk kepentingan penelitian. Jadi, selain bahan cetak atau karya grafis berupa buku, jurnal, majalah, koran, pelbagai jenis laporan dan dokumen (baik yang belum maupun sudah diterbitkan), perpustakaan biasanya juga menyimpan karya non-cetak seperti hasil rekaman audio seperti kaset, dan video film seperti mikrofilm, mikrofis dan bahan elektronik lainya seperti disket atau pita magnetik dan kelongsong eletronik (catridge) yang berhu- bungan dengan teknologi komputer. Jenis koleksi perpusta- kaan sema-cam ini sudah lazim dikenal di perpustakaan- perpustakaan besar seperti di Perpustakaan Nasional, Perpus- takaan PDIN-LIPI di Jakarta. Namun sebagian perpustakaan perguruan tinggi yang sudah agak lebih maju di Indonesia sebetulnya sudah menyimpan koleksi tersebut. Begitu juga perpustakaan di negeri jiran seperti Singapura dan Malaysia dewasa ini umumnya relatif sudah lebih maju perkem- bangannya. Pelbagai macam jenis koleksi perpustakaan yang dise- butkan di atas disimpan atau dipajangkan dalam sistem kla- sifikasi tertentu. Salah satu sistem kKlasifikasi koleksi per- pustakaan yang paling umum digunakan, misalnya, ber- dasarkan kelompok bidang displin ilmu, yaitu apa yang disebut Sistem Dewey (Dewey Decimal Classificasi System). Sistem ini membagi koleksi perpustakaan dalam 10 kelompok utama yang dirinci secara sistem desimal menjadi 1000 kategori mulai dari nomor 000 a.d. 999. Kesepuluh kelompok utama itu ialah sebagai berikut: Metode Penelitian Kepustakaan No. Pengelompokan No. Pengelompokan 000 Karya Umum 500 Pengetahuan Murni 100 Filsafat 600 Pengetahuan Praktis/Tek- 200 Agama nologi 300 Pengatahuan Sosial 700 Kesenian 400 Pengetahuan Bahasa 800 Kesusateraan 900 Sejarah, Geografi dan Biografi Kesepuluh kelompok utama tersebut (000 a.d. 999) selanjutnya dirinci lagi ke dalam bidang-bidang tertentu. Sekedar contoh misalnya untuk kelompok utama nomor 000 Karya-Karya Umum (General Works) mencakup bidang-bidang berikut: 010 Buku Bibliografi dan Katalog; 020 Pengetahuan Perpustakaan dan Informasi; 030 Ensiklopedi Umum; 040 [masih kosong]; 050 Terbitan Berkala Umum; 060 Organisasi; 070 Jurnalistik/Penerbitan/Surat Kabar; 080 Bunga Rampai; 090 Manuskrip dan Terbitan Langka. Pada kelompok yang terakhir (090) biasanya tersimpan karya-karya cetak berupa dokumen yang sudah diterbitkan, naskah kuno atau manuskrip dan pelbagai macam karya non- cetak pada umumnya. Kelompok koleksi bernomor 000-090 dirinci lagi ke dalam pembagian (klasifikasi) yang lebih kecil dan seterusnya. Metode Penelitian Kepustakaan Meskipun kesepuluh kelompok utama Sistem Dewey tersebut sampai saat ini tetap dipertahankan secara permanen, tetapi rincian dari masing-masing itemnya terus-menerus mengalami perubahan -- edisi terbaru kini sudah mengalami perbaikan sampai edisi ke-21. Mahasiswa atau calon peneliti yang ingin tahu lebih jauh edisi yang dipergunakan di perpustakaan tertentu tentu bisa menceknya sendiri dalam buku katalog atau mengkonsultasikannya kepada petugas perpustakaan. Selain dari Sistem Dewey masih ada lagi sistem Library of Congress (Perpustakaan Nasional) Amerika Serikat di Washington D.C. Namun kebanyakan perpustakaan kecil milik lembaga tertentu (perguruan tinggi, yayasan, mesjid, gereja, lembaga riset independen, LSM) yang tersebar di Indonesia biasanya menggunakan sistemnya sendiri-sendiri. Untuk itu calon peneliti disarankan agar berkonsultasi lang- sung dengan petugas perpustakaan. Pengenalan sistem klasifikasi ini jelas dapat membantu mahasiswa atau calon peneliti untuk mengarahkan ke dalam kelompok mana saja bahan penelitian yang diperlukan harus dicari. Jika ia adalah mahasiswa sejarah, maka sudah barang tentu ia akan mencari koleksi pada kelompok no. 900 dan seterusnya mencocokkannya dengan nomor-nomor desimal yang lebih kecil berdasarkan bidang-bidang yang lebih khusus. Misalnya berdasarkan kategori geografis (Asia, Asia Tenggara, Indonesia dan seterusnya ke tingkat lokal atau regional); mungkin juga berdasarkan bidang tertentu (agama, ekonomi, politik, kebudayaan, administrasi, pendidikan dan seterusnya). Kalau topik penelitiannya menggabungkan sejarah dan agama, ia tentu juga bisa masuk lebih jauh ke pengelompokan di bidang agama (200) dan dari sana meneruskannya ke nomor yang lebih kecil. Ini tidak berarti bahwa ia hanya perlu bergerak pada dua nomor kelompok Metode Penelitian Kepustakaan koleksi di bidang sejarah dan agama saja (900 dan 200). Selain itu ia mestinya juga melacak koleksi dari kelompok lain, entah itu ensiklopedi, jurnal ilmiah dan lain-lain di mana informasi tentang bahan yang dicarinya diperkirakan dapat ditemukan. Selanjutnya untuk masuk lebih jauh ke dalam rak buku Pperpustakaan, masih diperlukan informasi katalog. Katalog perpustakaan merupakan alat bantu bibliografi berisi daftar koleksi perpustakaan yang dirujuk dengan nomor-nomor tertentu menurut susunan klasifikasi dan letaknya dalam perpustakaan. Katalog perpustakaan, baik yang tersedia dalam bentuk buku, buku katalog, maupun dalam bentuk kartu katalog yang dipergunakan oleh pengunjung sehari-hari, akan menuntun pengunjung perpustakaan untuk mencari letak bahannya dan selanjutnya untuk menyusun bibliografi kerja bagi penelitiannya (§ 5). Terlepas buku macam apa yang dicari (buku lama, buku multijilid, pengarang bersama atau kumpulan karangan) maka pada saat seseorang mulai menggunakan buku katalog atau kartu katalog koleksi perpustakaan, ia tentu sudah tahu jawaban “buku macam apa, dan bahan apa persisnya yang akan dicari”? Dengan kata lain sejak semula ia sudah tahu “apa yang diinginkannya” dan “apa yang tidak diinginkan”. Artinya proses seleksi. Lebih untung jika mahasiswa atau peneliti sudah mengetahui judul atau pengarangnya, maka ia bisa bekerja lebih hemat waktu. Seringkali pula terjadi bahwa pada saat pemakai perpustakaan tidak menemukan buku atau koleksi lain yang diinginkannya dalam rak yang tersedia, maka ia harus kembali ke katalog sebagai rujukan untuk meminta bantuan petugas pegawai perpustakaan. Tentu banyak cara untuk melacak sumber kepustakaan sebagaimana yang akan diutarakan di bawah nanti. Lagi pula, dewasa ini sebagian besar perpustakaan sudah menggunakan jasa komputer dalam Metode Penelitian Kepustakaan menyusun sistem katalognya. Sejumlah perpustakaan di kota Anda tinggal mungkin sudah menggunakan sistem komputer. Di Padang, misalnya, Perpustakaan Universitas Negeri Padang (UNP) dan bahkan juga perpustakaan Fakultas Ilmu- Ilmu Sosial (FIS), UNP Padang sudah lama menggunakan sistem komputer. §4. Alat Bantu Bibliografis Pelbagai macam jenis koleksi perpustakaan yang disebutkan di atas diklasifikasikan, disimpan dan dipajang dalam sistem klasifikasi tertentu. Tetapi apa pun sistem yang dipakai, mahasiswa atau calon peneliti sebaiknya mengenal beberapa koleksi terpilih berikut ini, yang dalam studi pustaka sering disebut alat bantu bibliografis. 1. Buku-buku Referensi (Reference books). Buku-buku referensi maksudnya ialah koleksi buku-buku yang memuat informasi spesifik dan paling umum serta paling sering dirujuk untuk keperluan cepat. Biasanya tidak untuk dibaca tamat secara keseluruhan, melainkan hanya untuk kebutuhan mencari jawaban tentang sesuatu secara singkat atau terfokus pada satu dua item tertentu saja. Untuk lebih jelasnya, yang termasuk buku-buku referensi antara lain ialah: a. kamus (kamus umum dan kamus khusus menurut disiplin tertentu); b. ensiklopedi (umum dan khsusus). c. buku indeks: indeks buku, artikel dari jurnal atau majalah berkala d. buku bibliografi berisi informasi buku-buku bidang atau aspek tertentu. e. buku tahunan (year book) berisi laporan peristiwa atau data tiap tahun dari pelbagai lembaga dan departemen. 10 image not available image not available Metode Penelitian Kepustakaan Imiah Indonesia, Jilid 28, Bagan 2 (LIPI Jakarta, 1991). Per- pustakaan yang sudah standar biasanya memiliki koleksi indeks ini di ruang referensinya. . Indeks Buletin dan Majalah. Buletin, mirip dengan jurnal ilmiah, adalah terbitan berkala dari lembaga tertentu yang umumnya memuat artikel ilmiah secara singkat. Bedanya hanyalah jika jurnal ilmiah mengupas masalah atau isu- isu tertentu secara panjang lebar, bahkan juga bisa dite- mukan laporan penelitian, buletin menginformasikan isu- isu dan liputan atau laporan secara populer dan singkat. Selain itu, buletin biasanya juga memuat informasi non- ilmiah yang tidak ditemukan dalam jurnal. Sedang majalah sering dikelompokkan sebagai media massa. Artinya ba- caan umum yang memuat berita, opini, atau artikel me- ngenai hal-hal yang perlu diketahui orang banyak. Majalah seringkali juga diterbitkan menurut bidang tertentu (politik, agama, wanita, komputer, fauna dan flora, dan sebagainya). Penerbit buletin atau majalah biasanya mengeluarkan indeks artikel yang pernah dimuat dalam terbitan mereka. . Indeks Surat kabar/ Koran dan Tabloid. Surat kabar dan tabloid biasanya mengkhususkan perhatiannya pada liputan berita (news) dan opini tentang isu-isu aktual. Tidak terdapat perbedaan prinsipil antara surat kabar atau koran dan tabloid, kecuali format dan siklus waktu pener- bitannya. Bila surat kabar biasanya terbit sebagai harian, tabloid terbit secara berkala, mingguan, per dua mingguan atau per bulan. Sudah pasti informasi mengenai data tertentu dapat ditemukan di dalamnya. Indeks surat kabar dan tabloid biasanya dapat dijumpai dalam koleksi per- pustakaan. Informasi pelbagai macam surat kabar Islam di Minangkabau dan pada awal abad ke-20 juga dapat ditemukan dalam buku Scrhieke yang disebutkan di atas (Pergolakan Agama di Sumatera Barat, 1973). Khusus 13 image not available image not available image not available Metode Penelitian Kepustakaan seperti menemukan ide penelitian dan penulisan laporan penelitian. (Bagan tentang strategi dan langkah-langkah riset kepustakaan yang lebih lengkap dapat ditemukan dalam lampiran di belakang). Untuk itu di sini hanya diuraikan em- pat tahap kegiatan riset kepustakaan sebagai berikut: (1) menyiapkan alat perlengkapan yang diperlukan; (2) menyiap- kan bibliografi kerja (working bibliography); (3) mengorgani- sasikan waktu, dan akhirnya (4) kegiatan membaca dan men- catat bahan penelitian. Langkah Pertama: Menyiapkan Alat Perlengkapan Penelitian kepustakaan tidak memerlukan banyak alat per- lengkapan. Cukup disediakan pensil atau pulpen dan kertas catatan. Ada banyak jenis kertas catatan penelitian. Toko alat tulis tertentu biasanya menjual lembaran kartu (card) catatan untuk penelitian berukuran 7,5 x 12,5 cm atau yang lebih besar. Jika kesulitan untuk mendapatkan kartu tersebut, mahasiswa yang kreatif dapat juga membuat sendiri kartu bibliografi kerja dari kertas karton manila yang dipotong-potong dalam ukuran 7,5 x 12,5 cm atau lebih besar. Misalnya sebesar kartu katalog di perpustakaan. Alternatif lain ialah dengan menggunakan lembaran kertas “pad”, yaitu kertas lepas yang dijual per paket (bungkus plastik) di toko alat tulis. Pilih yang agak tebal kertasnya. Lem- baran kertas “pad” kemudian digabungkan ke dalam bun- delan map-map ukuran yang sama dengan warna yang ber- beda-beda. Tetapi seorang kolega peneliti pemula lebih suka membuat lembaran kertas dari karton manila dalam ukuran yang bisa masuk saku bajunya dan masing-masing diikat de- ngan karet. Ukuran kecil lebih praktis agar mudah dibawa dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu di mana pun. Misalnya bila kebetulan terinspirasi dengan gagasan atau pertanyaan baru atau informasi bibliografis yang diperoleh 17 Metode Penelitian Kepustakaan secara kebetulan, ia langsung dapat mencatatnya dalam kartu tersebut, sehingga terhindar dari kelupaan. Selain itu, penggunaan komputer juga sangat membantu dalam membuat catatan penelitian. Catatan-catatan dari lembaran kertas kemudian dimasukkan ke dalam komputer dengan membuat file-file terpisah sesuai dengan kebutuhan. Anda misalnya dapat mendokumentasikannya dalam kata kunci tertentu dan memanggilnya kembali dengan mengu- nakan simbol “ pencari” (find) dalam program word-processing. Pada umumnya semua program komputer memungkinkan pengguna untuk mengubah atau menggandakan catatan penelitian untuk keperluan praktis pada saat menulis draf nantinya. Untuk meringkas apa saja alat perlengkapan yang diper- lukan untuk penelitian pustaka, baiklah disebut sekali lagi di sink: 1. alat tulis pensil atau pulpen. Perpustakaan tertentu biasa- nya melarang pembaca menggunakan pulpen dalam ruang perpustakaan guna melindungi koleksi perpustakaan dari kerusakan. Karena itu utamakanlah menggunakan pensil; 2. kertas atau kartu catatan penelitian untuk digunakan men- catat bahan yang berbeda-beda. Dalam hal ini setidaknya ada tiga macam jenis kartu catatan penelitian yang perlu dibedakan: a. pencatatan informasi sumber atau bibliografi kerja; b. untuk membuat catatan bacaan dari sumber publikasi yang berbeda-beda seperti buku, jurnal, majalah, surat kabar dan lain-lain; atau bahan-bahan yang diperoleh dari sumber non-cetak atau elektronik seperti mikrofilm, mikrofis atau bahkan informasi dari acara televisi sekalipun; 18 image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available Metode Penelitian Kepustakaan 7. Bahan Dokumen atau Arsip (yang belum diterbitkan) Arsip Pengandilan Agama tt “Perkara Perceraian di Pengadilan Agama...” (sebutkan nama tempat, unit kantor yang mengeluarkannya, dan tanggalnya) §6. Penutup Bab ini telah berupaya mengantarkan pembaca untuk ber- kenalan secara lebih sistemik dengan apa yang disebut penelitian kepustakaan dan karakterisitik khusus yang membedakannya dengan jenis penelitian non-kepustakaan. Juga sudah diperkenalkan sekedarnya dengan instrumen atau alat bantu yang diperlukan untuk penelitian kepustakaan. Dalam dua bab berikutnya pembaca akan diperkenalkan lebih jauh tentang prangkat teknis penelitian dan cara peng- gunaannya, sehingga memungkinkan untuk melakukan riset kepustakaan secara lebih efektif di masa datang. Jika benar bahwa perpustakaan adalah gudang ilmu pengetahuan, yang terdiri dari timbunan bahan bacaan dalam belantara kata-kata tertulis yang hampir tak terbatas jumlah- nya, maka tugas peneliti kepustakaan nyaris seperti mencari penjahit dalam jerami. Namun untunglah berkat bantuan alat metodologis yang semakin sistematis dan teknologis (antara lain seperti perangkat sistem kartu yang instant, penggunaan komputer dan media baca lainnya), pekerjaan meneliti di 29 image not available image not available image not available Bagaimana Teknik Membaca Bahan Kepustakaan khususnya bagi mereka yang merasa baru dalam hal kritisisme dan berpikir kritis. Jika perlu pembaca juga diminta untuk menyeleksi beberapa pertanyaan yang dianggap paling bermanfaat, katakanlah, lima sampai tujuh pertanyaan, tergantung pada tujuan. Selain untuk kepentingan penelitian mungkin juga untuk menulis tiga lembar ulasan kritis mengenai sebuah buku untuk artikel resensi buku. Namun sejauh berkenaan dengan bahan bacaan untuk penelitian, khususnya buku dan artikel, pertanyaan utama ialah bahan bacaan mana yang pertama kali harus dibaca? Apakah buku atau artikel jurnal? Buku yang mana dan artikel yang mana? Pilihannya berada di tangan Anda, tetapi rasionalnya tentu berkenaan dengan bahan yang dianggap paling relevan untuk kepentingan penelitian. Artinya bahan yang diperkirakan paling sering dipergunakan sebagai rujukan dan paling mendasar informasinya. Untuk peneliti pemula disarankan agar mulai dengan artikel, tetapi jika sulit menemukan bahan yang tepat, mulailah dengan buku teks yang paling lazim dipergunakan di bidangnya. A. Kesan Umum, Tujuan dan Tesis Utama Buku 1. Bukalah buku tersebut dan baca Pengantar, Daftar Isi dan Pendahuluan, serta jangan lupa keterangan penerbit pada sampul buku tersebut. Ini akan membantu menjawab per- tanyaan-pertanyaan awal berikut: apa kesan umum tentang tulisan yang sedang di tangan Anda? Apa dasarnya Anda berpendapat demikian? Jadi, tulis argumen Anda dan bagaimana Anda sampai kepada penilaian demikian? Apa persisnya jenis informasi yang diharapkan dari dari buku tersebut (apakah untuk menyerap informasi faktual, gagasan konseptual atau dipersiapkan menulis suatu artikel resensi buku atau untuk diterbitkan). Sejauh mana harapan Anda terpenuhi dengan membaca buku tersebut? 33 image not available image not available image not available aa You have either reached 2 page thts unevalale fer viewing or reached your ieving tit for his book. aa You have either reached 2 page thts unevalale fer viewing or reached your ieving tit for his book. aa You have either reached 2 page thts unevalale fer viewing or reached your ieving tit for his book. image not available image not available image not available Bagaimana Teknik Membaca Bahan Kepustakaan . Buatlah deskripsi singkat (ringkasan sebanyak satu alinea) tentang apa persisnya buku yang Anda baca? . Apakah bahan bacaan tersebut relevan dengan topik atau materi penelitian Anda atau bahan yang dicari? Sejauh mana relevansinya? Coba tulis beberapa butir terpenting (teori, pendekatan, metode atau datanya?) . Apa tesis pengarang dan data yang mendukungnya? Seberapa jauh pengarang berhasil menyuguhkan tesisnya (dengan dukungan bukti-bukti empirik, dalil-dalil teoretis dan/atau interpretasi-interpretasi yang jitu atau ten- densius)? . Apakah struktur isi buku disusun secara kronologis atau topikal atau cara lain? . Apa pendekatan yang digunakan pengarang? Kalau buku sejarah bisa diklasifikasikan menurut bidang seperti sejarah politik, sejarah sosial, sejarah ekonomi, agama dengan pelbagai bidangnya, sejarah intelektual atau menurut aliran pemikiran teoritis tertentu : Annales, Cliometriks, Mar- xistik, struktural atau konflik atau model-model lain? . Siapakah pengarangnya, apakah bias atau prasangka pengarang (termasuk zeitgeist) dapat diidentifikasi dalam karyanya? . Bagaimanakah kualitas naratif (bahasa) pengarang? Adakah buku yang Anda baca tersebut ditulis dengan ba- hasa dan gaya yang baik, populer, semi-populer atau ilmiah murni, atau semacam kronik atau laporan “resmi” mirip kementerian penerangan zaman Orde Baru? . Apakah buku tersebut menambah pengertian Anda ter- hadap masalah yang diperbincangkan? Lebih khusus terhadap bahan penelitian Anda? Apakah Anda betul-betul menemukan sesuatu di dalamnya? Apa itu? image not available image not available image not available Metode Penelitian Kepustakaan Pertama, kegiatan mencatat biasanya berlangsung simultan dengan kegiatan membaca dan keduanya menuntut keteram- pilan intelektual dan teknis yang terarah. Penelitian kepusta- kaan — sebagaimana dikatakan oleh Allen Todd, penulis buku Finding Facts Fast (“Menemukan Fakta secara Cepat”),' menuntut empat keterampilan teknis sekaligus. Sebagai pengguna jasa kepustakaan untuk penelitian (research librarian) ia mestilah mengetahui dengan baik di mana bahan yang diperlukan dapat ditemukan; sebagai sarjana atau calon sar- jana (university scholar) ia sangat menekankan sikap ketelitian, kecermatan saat menemukan informasi baru atau menying- kapkan fakta-fakta tersembunyi; sebagai pembuat laporan investigatif (invesitigative reporter) juga mengetahui dengan baik bagaimana mengajukan pertanyaan yang benar dan jitu (the right question); sebagai detektif yang berpikir imajinatif terhadap masalah yang ditelitinya dan memiliki naluri yang baik untuk melacak sumber informasi yang diperlukan, sehingga memungkinkannya untuk menemukan jawaban atas teka-teki yang menggeluti benaknya. Peneliti non-kepustakaan (atau yang hanya menggunakan peneluruan pustaka sebagai bagian dari metode penelitiannya) mungkin tidak perlu direpotkan dengan timbunan bahan bacaan kepustakaan yang hampir tanpa batas itu. Kegiatan riset kepustakaan ibarat “mencari penjahit dalam jerami”. Untunglah ia dipandu dengan alat bantu bibliografis dan se- tahap demi setahap berupaya menginventarisasi bahan ba- caannya ke dalam lembaran bibliografi kerja. Namun perkejaan itu barulah satu tahap saja. Sebab jika pun ia sudah mene- mukan bahannya, kegiatan membaca harus dikerjakan bersa- maan dengan kegiatan membuat catatan. Di sini diperlukan pengambilan keputusan yang tepat tentang mana bahan yang "Doris Ricker Marston, “Library Research,” dalam A Guide to Writing History. (1992), him. 129-31. 48 image not available image not available image not available Metode Penelitian Kepustakaan dengan pertanyaan penelitian dan kerangka outline se- mentara yang telah disusun sebelumnya. Jika peneliti bekerja teratur dalam sistem yang lebih sesuai dengan irama kerja dan aturan yang dibuatnya sen- diri, maka dalam beberapa minggu saja ia biasanya merasa akrab dan senang menyaksikan bagaimana tumpukan kartu catatan terkumpulkan dan tentunya akan puas dan bangga dengan cara kerja yang tertata rapi (well-organized). Catatan yang rapi pastilah akan menghemat waktu dan tenaga; lebih penting lagi itu akan memudahkannya dalam penulisan draf nanti dan malahan sambil “berburu” pus- taka ia sebetulnya sudah bisa menyusun draf kasar yang masih lepas sekalipun. §3. Bentuk Isi Catatan Penelitian Kepustakaan Yang dimaksud dengan bentuk isi (content) catatan penelitian ialah nama yang diberikan terhadap suatu entitas catatan yang diambil dari bahan bacaan pustaka. Kecuali catatan data bibliografis yang ditulis dalam lembaran khusus, yaitu bibli- ografi kerja, peneliti kepustakaan yang profesional biasanya terdiri dari lima macam jenis isi catatan penelitiannya: (1) ekstrak kata-demi-kata; (2) ringkasan; (3) referensi; (4) deskriptif; (5) reflektif. (1) catatan ekstrak (intisari) kata-demi-kata (word-for-word extract) maksudnya mencatat kata demi kata intisari (extract) teks (nash) yang dibaca. Dengan kata lain peneliti menyalin atau mengutip langsung secara verbatim bahan bacaan tanpa mengubah sedikit pun bahasa, ejaan, tanda baca dari sumber asli. Dalam studi sejarah bentuk kutipan langsung biasa digunakan, sebaiknya berasal dari sumber primer. Kadang-kadang ada kalimat atau pernyataan yang amat penting untuk dikutip langsung guna meng- 54 image not available image not available image not available Metode Penelitian Kepustakaan dari sudut peneliti. Ibarat membuat potret, seseorang ingin membuat “close-up” objek tertentu, sementara bagian yang lain cukup sebagai latar. Ada bagian yang ingin ditonjolkan dan ada pula bagian yang tidak diton- jolkan. Keputusan tentang apa yang perlu dicatat, peng- gunaan kata-kata yang lugas (kalau bukan kutipan langsung), sebetulnya mengandung unsur subjektif juga. Peneliti kualitatif dalam bidang tertentu juga memiliki keterbatasan dalam upaya menggambarkan seakurat mungkin apa yang menjadi pusat perhatiannya. Hal itu mungkin karena keterbatasan data, tetapi juga berkaitan dengan keterampilan membuat catatan deskriptif itu sendiri. Kadang-kadang hanya tersedia satu sumber saja yang kelihatan berkaitan langsung dengan topik penelitian. Tetapi justru dari sumber yang terbatas itu orisinalitas sebah karya penelitian menjadi lebih terjamin. Dengan sedikit intuisi detektif, dan kegigihan membolak-balik buku, artikel, ensiklopedi dan pelbagai macam koleksi yang mungkin tak berhubungan langsung dengan topik penelitian, seseorang lambat-laun bisa memetik bahan yang sedikit itu menjadi sebuah bangunan deskripsi yang agak lengkap. Mula-mula ia mungkin hanya menemukan sebanyak satu dua kalimat atau beberapa alinea saja dari sejumlah bahan bacaan yang berbeda-beda, tetapi lama- kelamaan ia bisa menghasilkan beberapa lembar catatan. Pada akhirnya kegiatan membaca dan mencatat pene- litian kepustakaan semacam mirip dengan seni membuat “mozaik” atau mengumpulkan sisa guntingan kain perca (Minang: paco-paco) yang pada suatu saat cukup untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat seperti untuk alas kaki atau kain tirai jendela misalnya. Karena itu jika Anda menghadapi kelangkaan bahan hendaknya jangan cepat-cepat frustrasi. Teruskan 58 image not available image not available image not available Metode Penelitian Kepustakaan suatu seni. Seni dalam arti ia memerlukan keterampilan intelektual yang bersifat individual. Masing-masing peneliti memiliki metodenya sendiri, baik dalam membuat catatan penelitian, maupun dalam mengingat atau dalam merujuk atau memilih bahan yang dibacanya. Barangkali sia-sia untuk membuat petunjuk standar bagaimana proses dan teknik membuat catatan penelitian sebagai acuan definitif. Tidak ada ukuran standar seberapa banyak, misalnya, catatan harus dibuat dari sebuah sumber bahan bacaan (buku, artikel atau bahan bacaan apa pun)? Apa saja yang penting untuk dicatat? Apakah kita akan mencatat setiap kata demi kata, kalimat dan alinea bacaan atau mengutip langsung? Atau cukup dengan membuat ringkasan atau simpulan bahan bacaan per alinea atau per halaman? Pada gilirannya mahasiswa atau peneliti pemula harus menemukan sendiri cara yang tepat dan cocok untuk dirinya masing-masing. Petunjuk berikut ini hanya kisi-kisi umum yang mungkin berguna bagi mahasiswa atau peneliti pemula. 1. Sekarang sebuah buku atau bahan bacaan sudah ada di depan Anda dan juga sudah siap sekalian dengan alat tulis, kertas atau kartu catatan. Lalu apa yang harus dilakukan berikutnya? Bukalah bahan bacaan tersebut (misalkan buku), dan jangan segera langsung mencatat dari halaman pertama buku atau bahan bacaan yang dibacanya. Untuk itu, manfaatkanlah petunjuk membaca kritis (dalam Bab 2 di muka), kemudian cobalah menghubungkannya dengan pertanyaan penelitian Anda. Seorang peneliti tentu tahu persis apa yang ingin dicarinya dari bahan bacaan yang ada di tangannya. 2. Mula-mula bacalah kata pengantar, kemudian daftar isi dan pendahuluan. Kalau buku tersebut ada jaketnya (bungkus tipis bagian luar) di sana biasanya ditulis komentar singkat dari para ahli berupa pujian atau kesan-kesan singkat mengenai intisari (extract) buku tersebut sebagai perkenalan 62 aa You have either reached 2 page thts unevalale fer viewing or reached your ieving tit for his book. aa You have either reached 2 page thts unevalale fer viewing or reached your ieving tit for his book. aa You have either reached 2 page thts unevalale fer viewing or reached your ieving tit for his book. aa You have either reached 2 page thts unevalale fer viewing or reached your ieving tit for his book. aa You have either reached 2 page thts unevalale fer viewing or reached your ieving tit for his book. image not available aa You have either reached 2 page thts unevalale fer viewing or reached your ieving tit for his book. aa You have either reached 2 page thts unevalale fer viewing or reached your ieving tit for his book. aa You have either reached 2 page thts unevalale fer viewing or reached your ieving tit for his book. image not available image not available image not available Metode Penelitian Kepustakaan §6. Penutup Sedemikian jauh kita telah membicarakan tentang bagaimana mengumpulkan dan membuat catatan penelitian kepustakaan serta unsur-unsur teknis yang perlu diperhatikan. Pekerjaan mengumpulkan dan mencatat informasi (data) penelitian dari sumber yang sedemikian luas dan beragam pastilah mengha- biskan banyak waktu dan sulit. Jauh lebih sulit ialah pekerjaan menginterpretasikan, memahami hubungan-hubungan antara teks dan konteks fakta-fakta yang telah dicatat. Dengan kata lain melakukan analisis-sintesis. Meksipun uraian tentang ini dalam bab ini hanya bersifat pendahuluan, pembaca yang ingin mengambil faedah dari uraian bab ini tentu dapat menemukan atau mengembangkan sendiri model analisis yang lebih cocok dengan tujuan penelitiannya. Bagaimana pun sistem pencatatan yang sistemik akan sangat membantu dalam tahap selanjutnya, yaitu penulisan laporan penelitian. Karena teknik-teknik penulisan laporan penilisan sudah tersedia cukup banyak dalam buku-buku metodologi pada umumnya, maka di sini kami memandang pasal tentang ini tidak perlu dibicarakan di sini. Sekali lagi, pengalaman untuk mengalami selalu merupakan titik tolak yang baik bagi mahasiswa atau peneliti pemula untuk memulai dan melanjutkannya di kemudian hari. 78 aa You have either reached 2 page thts unevalale fer viewing or reached your ieving tit for his book. aa You have either reached 2 page thts unevalale fer viewing or reached your ieving tit for his book. image not available image not available image not available SUE ORC n OC mci Cae oe oe Coe Ct) gagal memperoleh bahan-bahan, suasana dan kesempatan SOUTER ne ren aoe ete ohne r en penelitian pada umumnya dan penelitian kepustakaan OC me Se Ce) eC Ree ect perhatian secara khusus pada metodologi penelitian kepustakaan. Oleh karena itu, buku ini ditulis sebagai bagian dari upaya untuk menjawab kekecewaan atas kelangkaan buku metodologi riset kepustakaan, yang menurut penulis penting dan mendasar, tetapi tampaknya luput atau mungkin diremehkan oleh para ahli metodologi. Buku ini terutama ditujukan kepada calon peneliti atau peneliti pemula, apa PRU eels incom RENT CURel elm ieee Ji. Plaju No. 10 Jakarta 10230 BCC MCRL VOCs MME VAcl TARR ME Me) CRED ole) @-mail:yayasan_obor@cbn.net.id LA M/A Rel 1 mele

You might also like