You are on page 1of 5
Bu. Lito. Vol. IX Mo. 4, 1908 FENOMENA KEGAGALAN PASAR CENGKEH INDONESIA. ‘Agus Wahyudi Balai Penelitis RINGKASAN targa ri! eengkeh mengalami penurunan dalam karan 1980-1992, setelah mengalam peningkalan dalam karun 1971. 1979, Peneiian ini berjuan unt mengujt adanya fenomena kegagalan pasar sebagai sslsh satu penyebals dari penurunan hargs tcschut disarnping fakiorinterake antara penawaran dan permiataon, Haxil menunjukkan adanya fenamena keyagalan pasar yang bersumber dati struktur pasar cengkeh yang ligopsoni [monopsoni). Hal ini karenu pengeruh mocni dati produksi (komponen utoma penawasan) dan konsumsi {komponen ulama permintaan) jusiru dapat meudorong terjadinya Kenaikan harga fil AISTRACT Mucket fuiture pheneenenon in Indonesian clove murket Clove real prige continously decreased in the period 1980-1903, tier increased in 1971-1970, The objective of this research was to delect the existence of markel failure phenenienon as 2 ¢anse of the falling down of the clove veal price, besiée supply and demand interaction factors. ‘The result indicated that there was marke! Gilure phenomenon sourced From the ollgopsony (monoprcny) ofthe clove market siucture. “The pure impact of the interaction af the producticn (as a main component of supply) and the consumption (as a amaia component nf demand} was able to push up she real price. PENDAHULUAN Pada dasamya ckonomi cengkeh berkaitan langsung dengan ekowomi rokok kretek, Karena industri rokok kretek merupakan konsumen atrma cengkeh (lebih dari 90 % produksi nasional) (ANON,, 19934), Ferlepus dari adanya ekster- halitas negatif dari konsumsi rokok kretek, Indusiri rokok kretek memiliki efek penganda yang uyala terhadap ckanomi nasio tenaiama ekonomi pedesaan dan sektor informal, Hal Karena industri rokok kretek memiliki kaitan ke depan fonvunt lingkage) pada sektor jase per- dagangan dan kaitan ke belakang (backward finghage) pada scktor pertanian tenatama cengkeh dan tembakau. 34 Tanaman Rempah dan Obat Kinerja pasar cengkel dalam kurun L971 1992 menuajukkan fenomena yang menarik, Bila hana sebagai indikator kinerja pasar, maka pada kurun 1971-1979 terjadi kecenderungan peningkatan harga riil sebesar 9.54 5% tiap tahun, sedangkan pada kurun 1980-1992 barga iil mengalami kecenderungan penurunan dengan baju 15,07 % tiap tahun (ANON,, 1993p). Gejala tersebut secara ckenami tentunya dapat dije- Faskan, babwa pada kuruit 1971-1979 laju per tumbuhan perminuan lebih cepat daripads taju pertumbubhan penawaran, sedangkan pada kurun 1980-1992 terjadi sebaliknya. Akibot dari lajy perwrunan barga rill yang sedemikian besar, barga diting 1992 (ela men y (Rp 2 S0ky). Hal ini menimbulkan peranyaan, benarkah penurunan barga ini semata-mat muni ‘karena interaksi antara penintsan dan penawaran atau ada fenomena fain yang berperan terhadap penurunian bana? Perkembangan industri rokok kretck mulai tahun 1977 mengnrah Kepaca semakin donninaniya produksi sigaret kretck mesin (SKM) dati sigaret kretek ta (SKT), Pangsa pasar SKM tahun 1977 baru mencapai 9 %, tahun 1992 telah men- cupai 79 % (ANON, 1993b), Fenomena ini sertai dengan semakin terpusatnya industri rokok menjadi tiga bes ng memiliki pangsa pasar mencapai 92.8 % dari produksi nasional pada tahun L988 (PRAYOGO, 1989). Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemungkinan berperanannys fenomena pemusatan, kekwatan industri rokok kretek dalam penurunan harga cengkeh, sebagal salah satu fenomena kegagalan pasar (market failure), selain akibat iwieraksi antara penawaran dan permintaan. cat petani pada pai Ling AGUS WAHYUDI ; Fenomena kegagafun pasar cengkeh Indonesia METODOLOGI PE LITIAN Kerangka Pemikiran Duta worl ekonomi neoklasik, pasar tidak selalu dapat mengulokasikun sumberdaya secara Bils bal ini terjadi maka kesejabte konsumen dan produsen tidak dapat mencapai tingkat maksimum. Dengan kata lain keadaan Parcto Efisien” discbut sebagai femomena kegagalan pasar Kegagalan pasar dapat terjadi karen a kelidak sempurnaan pasae (amperfect marker), tr jadinya eksternalitas dan baramy publik (public goods) (BATOR, 1971), Dari ketiga penyebab seluif, yang terjadi di pasar cengkel keinuagkinan besar adalah ketidaksempurnann pasar, Hal ini karen terjadinga pemusatan industri rokok kre ena Ai sehingga dalam menibeli input- nya (ee kau) hentuk pasar menjadi oligopsoni ataa cefisien, dak tercapai. Fenomena nderting imenjadi monopsoni iui Kalusi. Walaupun demikian praktek tersebut bocluin tent dapat dilaksanakan karcna pemerintah megulur dataniaganya Muuk mengatasi Ketidink ber- an petant penghasil input rokok kret do Pada pasar yang monopsoni pembeli (unggal) merniliki kekussaan untuk menekan b input dari penjual (banyak) Dengan kata tain tere jadi cksploitasi monopsonistik dalam penemiuan hora. Metode Anulisis dan Data Metode vang digunakan untuk menganalisis mena Kegagalan pasar dalam pasar di Indonesia adalah analisis regresi ber- 1 persamaan rung Tingkat haga riil cengkeb (HRC) Uiperkirakan akan dipengaruhi oleh kuantitas produksi cengkeh (QPC) sebagai bagian wtama dari penawaran; kuantitas konsumsi cengkch pada in- dustri rokok kretek (QKC) sebagai hagian wana dari permintaan; proporsi produkst SKM da produksi tots! rokok kretek (PSKM) sebagai peubah proksi dari peubah pemusatan indus rokok kretek, karena tidak tersedianya data proporsi produksi rokok kretek dari tiga besar produsen rokok kretek dari produksi total rokok kretek secara serial; dan tingkat banga rill cengke tahun sebelumnya (HRC) sebagai indikator kondlisi per- mintaan dan peaawaran tahun sebelumny (Persamaan 1), HRC = ((QPC, QKC, PSKM, HRC.1) cise [U] Sesual dengan prosedur ekonometzika, hasil analisis regresi akan diuji keterandalaanya (goodness of fit), dan keseriusannya dalam pelangyaran asunisi klasik analisis regresi terutama erjadinya multikolinear dan Korelasi serial, Data yong dianalisis adalah dats deret berkila dalam kurun 1971-1992. Satusn yung Uiguiikin adalnh Rpvky untuk hana, ton untuk produksi dan kousumsi cengkeh, serta % untuk proporsi, Ditunjang dengan data primer ber dasarkan sueved pemasaran di Sulawesi Utara, HASIL DAN PEMBAHASAN Profil estimasi statistik Sccara keselurubar basil rezresi (persa 2) menunjukkan bahwa keragaman ba eenukch dapat dijelaskan ole: keragaman peubab- peutsh penjelas (explanatory variables) yang dianalisis sebesar 695 % yrmg ditunjukkan oleh Koetisiew determinasinya (R?). Berdasarkan uji B, selunth koefisien dari peubsb-peubah penjetasnya 8 dari nol pads tara 1 9% heibedls secara signi URC = 771226 - (L198 QLC™ + 8 OKC" 145.820 FSKAL 88621) G.Lo4) (0308) (140.487) 0.283 HRCL” " (u19t} WP = 695, DW = 2.14, (anyka datums kurawg = sin sing-masing menunjuban laraf nyata pada 9§ don 90 4) (Vale i porehases = sandant desiation; * and signified at 95 aud OO% respective) Bul, Litre. Val, IX No. 1, 1994 Hasil dari uji t-student dari masing-masing koefisien dari peubab penjelasnya, semuanya juga menunjukkan berbeda dari nol dan tanda aljabarnya sesuai dengan yang diharapkan, Hal ini menunjuk- kan tidak adanya gejala mubtikolinear yang serius. Menurut KOUTSOYIANIS (1977) indikasi adanya multikolinear adalah bila R* tinggi atau uji F signifikan sedangkanmasing-masing peubabnya tidak signifikan (simpangan bakunya tinggi) darvatau terjadi Kesalaban tanda aljabar. Uji Durbin Watson (DW) menunjukkan korelasi serial yang tidak serius. Menurut PINDYCK dan RUBINFELD (1991) statistik DW terletak antara 0 dan 4, bils nilai mendekati dua menunjukkan tidak adanya korclasi serial tingkat satu, Jadi basil anabisis regresi ini memiliki Keterandalan untuk menjelaskan perilaku hazga il cengkeh. Koofisien determinasi yang hanya mencapai 69.5 % menunjukkan masih terdapainya peubsti- peubab Jainuya yang mempengarubi barga Mengingat balwa tataniaga cengkeh diatur oleh pemerintal sejak tahun 1976, maka 305 % dari keragaman bargs rill cengkeh yang tidak dapat dijelaskan oleh keragaman peubah-pcubah penjelas yang dianalisis, kemungkinan besar karcna adanya pengaturan tataniaga tersebut, Walsupun pads kenyatasnnya pengaturan tataniaga melalui harga dasar ini Kurang efektif, tetapi tetap berpengarah techadap harga cengkeh yang terjadi. Pengaruh produlst ‘Scbagai komponen utama penawaran, kuan- titas produksi cengke (QPC) berpengaruh negatif terhadap barge iil cengkeh, Hal ini berarti peningkatan produksi menyebabkan penurunan harga rill ceugkeb. Dari besaran koefisien regresinys, menyatakan peningkutan produksi cengkeh sebesar 1 000 ton mengakibatkan ‘pemurunan barga scbesar Rp 198, ceteris paribus, Nilai clastisitas pervbaban barga rill cengkeh akibat dari adanya perubaban produksi adalah sebesar -0.88 (inelastik) (dihitung dari 36 penggandaon keefisicn regresi dengan rasio antara ray-rau produksi dan rata-rata harga). Artinya, bila pertumbuban produksi pada kurun 1980-1992 sebesar 12.67 % tiap tahun, maka pertumbuban ini akan mengakibatkan penurunan harga rill dengan Iaju 11.15 % tiap tabun, Karena pengarub perubaban produksiter- hadap perubaban harge ini bersifft inelastik dan produksi merupakan komponen terbesar dari penawaran maka berimplikasi bahwa pengendalian penawaran (supply management) melalui pengelolaan stok kurang effsien untuk mengen- dalikan bara, Pengaruh konsumsi Konsumsi sebagsi Komponen wtama per- mintaan, berpengaruh positif verhadap harga, arlinya peningkatan konsumsi berakibat peningkatan mga. Besaran kocfisien kuinntitas menyatakan babwa bila terjadi ‘Kenaikan konsursi sebesar 1 000 ton dapat men- dorong banga sebesar Rp 348, ceteris paribus. Besarnya clastisitas kousuinsi terbadap hharga adalah 1.38 (cara perhitungan analog dengan produksi), yang berarii bahwa bila kensumsi ieningkat 1% mks hange meningkat 1.38 9. Hal ini berarti bahwa pengarul kousumst clastik tere badap harga. Pertumbuhan Konsumsi dalam kurwn, 1980-1992 scbesar L117 %, maka kenaiken hanga rill cengkeh yang terjadi akibat pertumbubian ter sebut sebesar 15.4] %, Implikasi dari pengaruh Konsumsi cengkeh yang clastik adalah pengurangan laju konsumsi cengkeb akibat dari pergeseran produksi yong, dastik dari SKT menjadi SKM berskibat sangat efcktif dalam menahan laju peningkatin hanga rill nya, Disa konsumen cengkeh memiliki bargaining position yang lebih baik daripada ~produsen cengkeb, onsumsi Resultan pengaruh produksi dan konsumsi Secara teoritik bila yang mempengarubi harga rill cengkeb hanya mumni karena produksi dan AGUS WAHYUDL: Fenomens Legngulan pasar eongleh Indonesia konsumsi maka pengareb nettonya masib positif 4.26 % (Tabel 1}, Jadi sesuai dengan bipotesis semula bahwa yang berpengarub terhadap hargs riil cengkeh tidak mumi dari produksi dan konsum Karena temyata harga rill cengkeb yang terjadi mengalami penurunan dengan laju 15.07 tiap tahun, Pengarvh proporsi SKM Peubah proporsi SKM (PSKM) memiliki arti ganda yaitu sebagai peubah proporsi SKM seudiri dan peubah proksi dari adanya pemusatan produksi rokok kretek yang berakibat pada tinbul- nya gejala monopsoni dalam pembelian cengkeh, Proporsi SKM terliadap produksi total rokok ‘kretek ternyata berpengarub negatif terhadap hanga cengkeb. Kenaikan sat persen proporsi SKM mengakibatkan barga turun sampai Rp 145.83, Pengaruh ini sangat fantastik karena proporsi SKM meningkat secara drastik mulai tahun 1980, Pads tubun 1979 proporsi tersebut masih 9.71 9, pada tahun 1980 mencapai 26.83 % dan whun 1992 mencapai 79 %. Karena SKT (sigaret kretek tangon) hanya dikonsumsi oleh kalangan usia tua dau di pedesaan, maka proporsi tersebut sudab pasti akan dapat meningkat mendekati 100 %. Kondisi ini disebubkan SKT tidak menggunakan filter, sedangkan untuk mengurangi ckstematitas negatif rokok orang akan berpindsh mengkonsumsi SKM yang berfilter. Sebayai peubah proksi dari adanya pemusatan produksi rokok kretek, dari hasil anal ini membuktikan bahwa semakin terpusatnya industel rokok kretek pada beberapa pabrik saja mengakibatkan tekanan terhadap barga iil cengkeh. Dengan kata lain terjadi praktck oligopsoni atau monapsoni datom pasar cengkeh, Hal ini berarti pula babwa fenomena kegagalan pasar terjadi dalam pasar cengkeh. Fenomena kegagalan pasar ini sesuai dengam dugaan KEMALA dan WAHYUDI (1989) baliwa salah satu penyebab turunnya harga cengkeh aWalah terjadiwya prakick oligopsont dalam pem- betian cenpkels. Hal ini juga ditunjang otch hasil di Sulawesi Utara, bakwa gejala kolusi autar pabrik rokok terjadi dalam pembelian cengkeb. Lembaga pelelangan (PUSKUD) tidak beidaya mefokukan lelang, karena par pembeli kekuasaan untuk mengatur jalannya in (dikenal dengan pelelangan pro forma). Seperti telat dijelaskan sebelumnya. babwa peubal harga cengkeh fii! satu mhun sebelumnya (EIRC.1) sebagai indikator kondisi permintaan dan penawaran tabun sebelumnya. Hasilnya menunjuk- kan pengaruh yang positif terhadap harga iil cengkeb. Hal ini memberikan indikator babwa bila tabuu scbelumnya terjadi kelebihan penawaran “abel 1. Parameter pengaruh produksi dan konsumsi cengkeh terhadap har sill cengkel Table J. Impact parameters of clove production and consumption to clove real price Parameter Produk Konsumst Neno Parameter Production Consumption Net Ehastsitas ~ 088 + 138 Elasticity Penumbuhan 41267 & +17 & Growth Perumbuhan tethadap harga = LIS & +1541 +426 % Impact of growth to the reat price Keterangan : Perumbuban pada kurun 1950-1992 Note = Growth period 1080-1992 7 ‘Bul. Litto. Wol. 2X No. 1, 1994 (permintaan) maka tahun berikutuya tetsp terjadi kelebihan penawaran (permintaan). Kecenderungan hharga yang turin dalam kurun 1980-1992 meaun- jukkan telab terjadi kelebiban penawaran pada setiap tahun (akumulasi stok) dan mengakibatkan terjadinya penurunan harga pada tbun berikutnya, KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Dalam pasar cengkeb terjadi fenomena kegagalan pasar yang bersumber dari adanya Ketidak sempurnaany pasar yaitu pasar oligopsoni (monopsoni) sebagai salah satu penyebab penurunan hangs rill cengkels dalam kurun 1980- 1992. Tadi penurunan barga cengkeh ri ridak inurni disebabken oleh terjadiava kelebihan produksi (komponen wtama penawaran) atas kon- sumsi (Kemponen tama permintaan) saja. Pengendafion penswaran melalui pengelolian stok sebagai upaya pengendalian hangs Kurang efektif karena bersifal inelastik, terjadinya per 1m produksi rokok dari SKT menjadi SKM menjadi sumber penckan hanga Karena perubahan permintaan bersifat clastik disamping adanya pasar yang tidak sempurna, DAFTAR PUSTAKA ANONYMOUS. 1993a. Statistik Perkebunan Indonesia. Dir. Jen. Bun, Jakans. ANONYMOUS, 1993b, Produksi rekok kretek Indonesia 1970-1993. GAPPRI. Malang. 50 hal, BATOR, M.F. 1971. The Anatomy of Market Failure in Readings in Microeconomics. Second Edition. Halt, Rine Hast and Winston Inc. New York. p. 518-537. KEMALA, S. dan A, WAHYUDI. 1989. Rangkuman produksi dan tataniaga cengkeb di Indonesia, Prosiding Forum Komunikasi Timiah Produkst dan Tataninga Cengkeh. Balittra, Bogor, hal. 3-6. KOUTSOYIANIS, A. 1977. Theory of Second Edition. Barnes and Noble. New York, 681 pp. Econometi PINDYCK, R. S. and D.L. RUBINFELD. 1991. Econometric Models and Econometric Forecast, Second Edition, MeGraw Hill Boak Company. Singapore. 596 pp. PRAYOGO, J.PS. 1989. Prospek industri rokok kretek, peranannya terhadap ekonomi ‘sional. Prosiding Forum Komunikasi minh Produksi Dan Tatanfaga Cengkeh. Balittro, Bogor. hal. 124-132.

You might also like