You are on page 1of 11
(CATATAN KULIAH + PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN WILAYAH KEMARITIMAN SEMESTER/T.A. _: VI/STIP-AN/2023 - 2024 ANGKATAN/KELAS —: XXXI/A1 & B1 TATAP MUKA KE (LIMA) DOSEN RS. WESLY P.,SM.HK.,MSI V. KONSERVASI LAUT. 1. Rezim Perlindungan Lingkungan Laut. * Pembahasan dalam tatap muka ke lima ini mencakup lingkungan dan konservasi laut yang berkaitan dengan pencemaran perairan laut dan upaya-upaya pencegahan dan rehabilitasi lingkungan perairan laut. © Pencemaran perairan laut telah diatur dalam berbagai rezim lingkungan laut baik yang berskale internasional maupun nasional. Beberapa rezim perlindungan perairan faut telah diratifikasi oleh pemerintah, sementara beberapa konvensi lainnya masih belum diratifikasi, ‘© Konvensi-Konvensi internasional yang mengatur tentang perlindungan perairan laut, misalnya: a. Dasar Hukum Lingkungan internasional Terhadap Pencemaran Laut. 1) Convention on the Prevention of Marine Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (Konvensi tentang Perlindungan Pencemaran Laut sebagai akibat dari pembuangan limbah yang berbahaya). © Convention on the Prevention of Marine Pollution by Oumping of Wastes and Other Matter atau yang lebih dikenal dengan London Dumping, pada garis besarnya membahas tentang farangan dilakukannya pembuangan limbah di lingkungan laut secara sengaja. © Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol (yang menandatangani konvensi) untuk mengambil langkah-langkah yang efektif, baik secara sendiri atau bersama-sama, sesuai dengan kemampuan keilmuan, teknik dan ekonomi guna mencegah, menekan dan apabila mungkin menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan atau pembakaran limbsh atau bahan berbahaya lainnya di laut. Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan kebijakan mereka satu sama lain. 2) International Convention for the Prevention of Pollution from Ships 1973/1978 (Konvensi Internasional tentang Perlindungan Pencemaran Laut dari Kapal 1973- 1978), * Konvensi ini adalah sebuah peraturan internasional yang bertujuan untuk ‘mencegah terjadinya pencemaran di laut. Setiap sistem dan peralatan yang ada di kapal yang bersifat_menunjang peraturan ini harus mendapat sertifikasi. Isi dalam konvensi bukan melarang pembuangan zat-zat tercemar ke laut, tetapi mengatur cara pembuangannya agar laut tidak tercemar (rusak), dan ekosistem laut tetap terjaga. 3) The International Covention on Oil Pollution Preparedness Response and Cooperation (Konvensi internasional tentang Tanggungjawab Bersama Mengatasi Pencemaran Tumpahan Minyak di laut). "= Konvensi internasionol ini ditujukan untuk meningkatkan kerjasama dalam menanggulangi pencemaran yang terjadi di laut sebagai akibat tumpahan ‘minyak dan barang beracun yang berbahaya lainnya. Konvensi ini telah disetujui oleh delegasi negara anggota International Maritime Organization (IMO) dan telah diterima oleh 15 negara anggota. 4) United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS, 1982; Konvensi Pl tentang Hukum Laut, 1982. * UNCLOS, 1982, merupakan salah satu ketentuan yang mengatur masalah laut terlengkap dan berhasil disepakati negara-negara anggota PBB, hal in terbukti sejak tahun 1994, " Kewajiban negara-negara untuk melindungi dan melestarikan lingkungan lautnya dinyatakan dalam Seksi | yang mengatur ketentuan-ketentuan umum. Pasal 192 menyatakan bahwa: "States have the obligation to protect and preserve the marine environment” (Negara berkewajiban melindungi dan memelihara lingkungan laut). = Selanjutaya dalam Pasal 193 yang mengatur hak berdaulat negara-negara untuk menggali sumber Kekayaan alamnya. Pasal ini menetapkan bahwa "States have the sovereign right to exploit their natural resources pursuant to their environmental policies and in accordance with their duty to protect and preserve the marine environment" (Negara memiliki_kedaulatan mengeksploitasi sumber daya alam laut yang mereka miliki dengan memperhatikan kebijakan lingkungan dan sesuai dengan kewajiban dan tanggungjawab mereka melindungi dan memelihara keslestarian lingkungan laut). * Tindakan untuk mencegah, mengurangi, dan mengendalikan pencemaran lingkungan laut dari sumber apapun dapat dilakukan oleh negara-negara sendiri-sendiri atau bersama-sama. Mereka harus berusaha untuk menyerasikan kebijaksonaan-kebijaksanaan mereka dengan menggunakan "the best practical means at their disposal and in accordance with their capability or Jointly appropriate” (langkah-langkah yang_terbaik untuk penyelesaian sejalan dengan kemampuan bersama mereka), Pasal 194 paragraf 1. " Kegiatan-kegiatan atas hal-hal yang melintasi batas nasional diatur dalam Pasal 194 paragraf 2 yang menetapkan "States take ail measures necessary to ensure that activities under their jurisdiction or control are so cunducted as not to cause damage by pollution to other States and their environment, and that pollution arising from incidents or activities under their jurisdiction or control does not spread beyond the areas where the exercise sovereign right in accordance with this convention" (Negara mengambil langkah untuk memastikan bahwa kegiatan di bawah yurisdiksi atau kontrol mereka telah diatur dengan baik sehingga tidak mengakibatkan kerusakan polusi bagi negara lain serta lingkungannya, dan polusi yang muncul dari insiden atau aktivitas di bawah yurisdiksi atau kontrol tidak menyebar ke area hak kedaulatan sesuai dengan konvensi ini). b. Dasar Hukum Nasional Terhadap Pencemaran Di Laut. © Aturan hukum nasional mengenai pencemaran di laut antara lain: 1) Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2) Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut; 3) Praturan Presiden RI Nomior 109 Tahun 2006 tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut. 2. Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Perikanan. 4 Perlindungan lingkungan laut dari bahaya pencemaran batk oleh limbah industri, limbah domestik, aktivitas pembanguan di pesisir dan laut, maupun bencana akibat aktivitas pelayaran (tumpahan minyak atau pencemaran oleh limbah berbahaya), diperlukan upaya pencegahan, salah satunya melalui upaya konservasi perairan laut. 4 Pencemaran lingkungan laut selalu memiliki dampak lingkungan bahkan dampak ekonomi yang sangat besar, di antaranya kerusakan tethadap lingkungan laut yang menyebabkan menurunnya daya dukung perairan laut terhadap keberlanjutan ekologi bagi berbagai jenis ikan yang secara langsung akan mengancam ketersediaan dan keberlanjutan sumber daya ikan. ‘+ Oleh karena itu konservasi perairan laut sangat berkaitan dengan konservasi sumber daya perikanan. Dalam kaitan ini, pemerintah telah menetapkan dua rezim Undang- Undang yang mengatur tentang perlindungan perairan laut serta konservasi sumber daya hayati laut ( UU No. 31 Tahun 2004 yang diubah dengan UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perlindungan Perairan Laut); serta konservasi sumber daya hayati laut (UU No. 27 Tahun 2007 yang telah diubah menjadi UU No. 1 Tahun 2014 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati Laut). Kedua UU di atas telah secara tegas mengatur tentang konservasi kawasan perairan serta konservasi sumber daya ikan. + Dalam konteks global, upaya konservasi sumber daya perikanan telah diatur dalam berbagai konvensi internasional. Menurut para pengamat kelautan, pembicaraan mengenal pemanfaatan berlebih (over exploitation) sumber daya perikanan tidak hanya dibicarakan pada forum-forum internasional yang berkaitan dengan perikanan tapi juga forum World Trade Organization (WTO) sebagai forum perdagangan dunia. + Hal ini mendorong kesadaran akan perlunya pengaturan mengenai pengelolaan dan konservasi perikanan yang kemudian diatur dalam UNCLOS, 1982, yang selanjutnya diikuti dengan diadopsinya beberapa ketentuan hukum internasional, antara lain: a. Agreement to Promote Compliance with international Conservation and Management Measures By Fishing Vessels on the High Seas (Perjanjian/kesepakatan untuk mempromosikan pemenuhan pengelolaan dan konservasi internasional dengan kapal penangkap ikan di laut lepas); (FAO Complience Agreement, 1993); b. Agreement for the Implementation of the Provisions of the United Nation Convention ‘on The Law of The Sea of December,10th, 1982 Relating to The Conservation and Management of Straddling Fish Socks and Highly Migratory Fish Stocks (Perjanjian untuk pelaksanaan ketentuan Konvensi PBB tentang Hukum Laut, 1982 dalam hubungannya dengan Konservasi dan Pengelolaan dari pengurangan migrasi ikan yang tinggi ); (United Nations Implementing Agreement/UNIA, 1995); c. FAO Code Conduct for Responsible Fisheries (Peraturan FAQ untuk Pertanggungjawaban pengelolaan dan konservasi perikanan}; (CCRF, 1995); d. international Plan of Action dari FAO (Rencana Aksi Internasional FAO), yaitu: 1) International Plan of Action for the Management of Fishing Capacity (Rencana Aksi Internacional untuk Kapasites Menejemen Perikanan};, 2) international Plan of Action for the Conservation and Management of Sharks (Rencana Aksi Internasional untuk Menejemen Konservasi Ikan Hiu); 3) International Plan of Action for Reducing Incidental Catch of Seabird in Long-Line Fishieries (Rencana Aksi Internasional untuk mengurangi gangguan burung laut disepanjang penangkapan ikan) ; 4) International Plan of Action for illegal, Unreported, and Unregulated, Fishing (Rencana Aksi Internasional untuk penangkapan ikan secara ilegal, tidak ada laporan dan belum ada pengaturannya); “+ Perjanjian/konvensi internasional tersebut di atas memberikan amanat kepada negara- negara untuk melakukan kerjasama di tingkat sub regional dan regional dalam bidang pengelolaan konservasi perikanan. Sebagai tindak lanjut ketentuan tersebut dibentuklah beberapa organisasi regional dan sub regional dalam bidang pengelolan dan konservasi perikanan (Regional Fisheries Management Organizations/RFMOs). Saat ini terdapat Kurang lebih 18 RFMOs yong ada di dunia dan mempunyai pendekatan yang berbeda- beda dalam melaksanakan pengelolaan dan konservasi sumber daya perikanan, ‘+ Pengeloiaan dan konservasi tersebut ada yang dilakukan melalui pendekatan kawasan (region) di mana pengelolaan dan konservasi dilakukan dalam suatu kawasan tertentu, antara lain: . a. Commission on the Conservation of Antartic Marine Living Resources (CCAMLR); ““Komisi Konservasi Kehidupan Sumber Daya dari Laut Antartika". b. North East Atlantic Fisheries Commission (NEAFC); "Komisi Pengelolaan dan Konservasi Perikanan Timur Laut Atlantil ¢. South Pacific Regional Fisheries Management Organization (SPRFMO); "Organisasi Pengelolaan dan Konservasi Perikanan Regional Pasifik Selatan’ 4d. Western and Central Pacific Fisheries Commission (WCPFC); "Komisi Pengelolaan dan Konservasi Perikanan di Bagian Barat dan Tengah Pacifi . General Fisheries Commission for the Mediterranian; "Komnisi Umum Pengelolaan dan Konservasi Perikanan Untuk Mediterania”. f. Lake Victoria Fisheries Organization (LVFO); "Organisasi Pengelolaan dan Konservasi perikanan Danau Victoria”. g. Regional Commission for Fisheries (RECOFI); "Komisi Regional Pengelolaan dan Konservasi Perikanan". h. Northwest Atlantic Fisheries Organization (NAFO); "Organisasi Pengelolaan dan Konservasi Perikanan Barat Laut Atlantik”. i. South East Atlantic Fisheries Organization (SEAFO}; “Organisasi Pengelolaan dan Konservasi Perikanan Timur Tenggara Atlantik". The South Indian Ocean Fisheries Agreement (SIOFA); "Perjanjian Pengelolaan dan Konservasi Perikanan Laut Hindia Selatan’. ‘4 Selain pendekatan Region, terdapat juga RFMOs yang melakukan pengelolaan dan konservasi tersebut melalui pendekatan spesies yang dikelola, antara lain: a. Indian Ocean Tuna Commission (JOTC); Komisi tkan Tuna Lautan Hindia". b. The Convention on the Conservation and Management of the Pallock Resources in the Central Bearing Sea; "Konvensi Konservasi dan Menejemen Sumber Daya Pallok di Pusat Laut Bering”. ¢. North Pacific Anadromous Fish Commission (NPAFC); "Komisi Ikan Anadromous Pacific Utara”. d. Commission for the Conservation of The Southern Bluefin Tuna (CCSBT); * Komisi Konservasi Sirip Ikan Tuna di Laut Selatan”. International Whaling Commission (IWC); "Komisi Internasional Penangkapan tkan Paus" f. Pacific Salmon Commission (PSC); "Kornisi kan Salmon Pasifik". 8. Inter-American Tropical Tuna Commission (IATTC); “Komisi Inter Amerika Tentang Ikan Tuna Tropis". h. International Commission for the Conservation of Atlantic Tunas (ICCAT); " Komisi Internasional tentang Konservasi {kan Tuna Atiantik”. North Atlantic Salmon Consevation Organization (NASCO); "Organisasi Konservasi tkan Salmon Atiantik Utara”. ++ Di Indonesia, pengaturan tentang pengelolaan dan konservasi sumber daya perikanan di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) di laut lepas diatur dalam UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan yang merupakan UU pengganti UU No. 9 Tahun 1985. Saich satu alasan strategis diadakannya perubahan UU No. 9/1985 tersebut, adalah adanya perkembangan obyektif mengenai IPTEK, Tata Ruang, perkembangan sosial ekonomi e. regional dan lokal serta tuntutan internasional yang memeriukan pengaturan yang jelas di bidang perikanan. *& Tahun 2009 terjadi perubahan pada UU No. 31Tahun 2004 dengan UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Pe nan. Perubahan materi dalam undang-undang ini meliputi: ‘a, pengawsan dan penegakan hukum menyangkut masalah penerapan sanksi, hukurn acara; b. masalah pengelolaan perikanan antara perizinan dan kesyahbandaran; . diperlukan perluassan yurisdiksi pengadilan perikanan, sehingga mencakup seluruh wilayah pengelolaan perikanan negara Rl; 4 Adanya UU No. 34 Tahun 2004 dan UU No. 45 Tahun 2009 ini, merupakan cerminan politik hukum indonesia untuk menjadi anggota dari Regional Fisheries Management Organizations (RFMOs) dan ikut serta dalam pengelotaan dan konservasi sumber daya perikanan di laut lepas. Dalam Pasal 10 ayat 2 UU ini, secara tegas menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia ikut' sertasecaraaktif_~ dalam —_keanggotaan badan/lembaga/organisasi regional dan internasional dalam rangka kerjosama pengelolaan perikanan regional dan internasional. 44 Keanggotan dalam kerjasama regional dan internasional dilakukan oleh pemerintah secara selektif; hal ini terlinat dari keputusan pemerintah Indonesia yang memutuskan menjadi anggota RFMOs yang secara geografis, terkait langsung posisi Indonesia yaitu pada: Indian Ocean Tuna Commission (Komisi Tuna Laut Hindia), (IOTC), Western and Central Pacific Fisheries Commission (Komisi Pengelolaan dan Konservasi Perikanan di Pasifik Tengah); (WCPFC); dan Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (Komisi Konservasi Sirip Ikan Tuna Laut Selatan); (CCSBT). + UU ini juga memberikan pengertian yong lebih rinci mengenai penangkapan ikan, di mana dalam Pasal 1 angka 1 dinyatakan bahwa penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam kegiatan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan atau mengawetkannya, Undang-Undang ini juge memberikan kewajiban bagi Pemerintah untuk menyelenggarakan dan memfasilitasi kegiatan pemasaran usaha perikanan baik didalam maupun di luar negeri. 4 Undang-Undang lain yang mengatur tentang pengelolaan konservasi sumber daya perikanan adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif. Dalam Undang-Undang ini diatur pengertian tentang Konservasi Sumber Daya ‘Alam yaitu: segala upaya yang bertujuan untuk melindungi dan melestarikan sumber daya alam di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Pengaturan tentang sumber daya hayati di dalam undang-undang ini bersifat umum sehingga tidak merujuk pada jenis tertentu. Undang-Undang ini juga mengatur tentang hak berdaulat Indonesia untuk mefakukan eksplorasi dan eksploitasi, pengelolaan dan konservasi sumber daya alam hayati dan kepelabuhanan perikanan, konservasi, non hayati dari dasar laut dan tanah di bawahnya serta air di atasnya tanpa memerinci lebih jauh bagaimana eksplorasi dan eksploitasi tersebut dilakukan. ‘Tahun 2009 melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.03/MEN/2009 tentang Penangkapan Ikan dan/atau Pengangkutan Ikan Di Laut Lepas. Permen ini disusun dalam rangka telah masuknya indonesia ke dalam beberapa RFMOs yang ada di sekitar Indonesia. Hal-hal pokok yang diatur dalam Permen ini antara fain mengenai: perizinan penangkapan ikan di laut lepas dan juga hak dan kewajiban bagi setiap orang atau badan hukum Indonesia, kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut lepas dan/atau pengangkutan ikan di laut lepas. Seluruh hak dan kewajlban yang diatur dalam Peraturan Menteri ini telah sesuai dengan pengaturan internasional tentang pengeiolaan dan konservasi sumber daya perikanan yang ada. 3. Laut dan Perubahan Iklim. “ Perubahan iklim (climate change) telah menjadi focus perhatian dunia dan menjadi salah satu agenda penting global saat ini. Berbagal pertemuan tingkat tinggi, batk yang berlangsung secara bilateral, multilateral bahkan yang bersifat global telah dilakukan untuk mengatasi perubahan iklimglobal. * Perubahan iklim telah berdompak pada berbagai bencana global, seperti: gagal panen, bencana alam, maupun pertumbuhan ekonomi di negara-negara di dunia. Dampak ekstrim dari perubahan iklim terutama adalah terjadinya kenaikan temperatur serta pergeseran musim. Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai. “ Ancaman iklim global sudah menjadi kepedulian komunitas internasional; berbagal kalangan sudah menggelar pelbagai pertemuan multilateral maupun regional untuk menghadapi ancaman tersebut. Pertemuan Konferensi Perubahan iklim Desember 2007 di Bali dan Pertemuan World Ocean Conference (WOC) 11-15 Mei 2009 di Menado juga mengagendakannya. + Hal ini penting karena perubahan iklim global berdampak serius terhadap kehidupan nelayan tradisional di Indonesia. Setidaknya ada dua fenomena ekstrim terhadap lautan akibat perubahan ikim global yakni : kenaikan subu air laut dan kenaikan permukaan laut. Kenaikan suhu air laut, pertama, mempengaruhi ekosistem terumbu karang yang menjadi fishing ground (tempat memancing ikan) dan nursery ground (taman) ikan yang hidup di wilayah itu. tkan-ikannang hidup di daerah karang akan mengalami penurunan populasi. Hasif penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Science edisi Desernber 2007 meramatkan bahwa akibat pemanasan global pada tahun 2050 akan mendegradasi 98% terumbu karang dan 50% biota laut. Bahkan memprediksi apabila subu air laut naik 1,5 derajat Celsius setiap tahunnya sampai tahun 2050 akan memusnahkan 98% terumbu non hayati dari dasar laut dan tanah di bawahnya serta air di atasnya tanpa memerinci lebih jauh bagaimana eksplorasi dan eksploitasi tersebut dilakukan. 4 Tahun 2009 melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.03/MEN/2009 tentang Penangkapan Ikan dan/atau Pengangkutan Ikan Di Laut Lepas. Permen ini disusun dalam rangka telah masuknya Indonesia ke dalam beberapa RFMOs yang ada di sekitar Indonesia. Hal-hal pokok yang diatur dalam Permen ini antara lain mengenai: perizinan penangkapan ikan di laut lepas dan juga hak dan kewajiban bagi setiap orang atau badan hukum Indonesia, kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut lepas dan/atau pengangkutan ikan di laut lepas. Seluruh hak dan kewajiban yang diatur dalam Peraturan Menteri ini telah sesuai dengan pengaturan internasional tentang pengelolaan dan konservasi sumber daya perikanan yang ada. 3, Laut dan Perubahan Iklim. + Perubahan Iklim (climate change) telch menjadi focus perhatian dunia dan menjadi salah satu agenda penting global saat ini. Berbagai pertemuan tingkat tinggi, baik yang berlangsung secara bilateral, multilateral bahkan yang bersifat global telah dilakukan untuk mengatasi perubahan iklimgiobal. * Perubahan iklim telah berdampak pada berbagai bencana global, seperti: gagal panen, bencana alam, maupun pertumbuhan ekonomi di negara-negara di dunia. Dampak ekstrim dari perubahan iklim terutama adalah terjadinya kenaikan temperatur serta pergeseran musim. Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai. Ancaman iklim global sudah menjadi kepedulian komunitas internasional; berbagai kalangan sudah menggelar pelbagai pertemuan multilateral maupun regional untuk menghadapi ancaman tersebut. Pertemuan Konferensi Perubahan Iklim Desember 2007 di Bali dan Pertemuan World Ocean Conference (WOC) 11-15 Mei 2009 di Menado juga mengagendakannya. Hal ini penting karena perubahan iklim global berdampak serius terhadap kehidupan nelayan tradisional di Indonesia. Setidaknya ada dua fenomena ekstrim terhadap lautan akibat perubahan ikim global yakni : kenaikan suhu air laut dan kenaikan permukaan laut. * Kenaikan suhu air laut, pertama, mempengaruhi ekosistem terumbu karang yang menjadi fishing ground (tempat memancing ikan) dan nursery ground (taman) ikan yang hidup di wilayah itu. tkan-ikannang hidup di daerah karang akan mengalami penurunan populasi. Hasi penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Science edisi Desember 2007 meramalkan bahwa akibat pemanasan global pada tahun 2050 akan mendegradasi 98% terumbu karang dan 50% biota laut. Bahkan memprediksi apabila suhu air laut naik 1,5 derajat Celsius setiap tahunnya sampai tahun 2050 akan memusnahkan 98% terumbu Perubahan Iklim, dan juga limbah pertanian menyebabkan timbulnya zona-zona mati rendah oksigen yang baru dan lebih luas. Saat ini sudah terdapat lebih dari 400 zona mati dan umumnya terletak di sepanjang pantai, jumlah zona-zona mati telah berlipat ganda setiap dekade sejak tahun 1960-an. © Pertumbuhan ganggang beracun dapat menjadi sebuah titik kritis. Di laut Baltic , rekor suhu yang tinggi pada musim panas 2010 menyebabkan munculnya “tambahan” ganggang yang sangat banyak sampai seukuran negara Jerman, dan menyebar. Serangan ganggang beracun sedang terjadi dengan frekuensi yang bahkan lebih besar baik di sungai maupun di lautan di seluruh dunia. 3) Pemutihan Terumbu Korang. © Di Asia Tenggara dan Samudera Hindia para ahli melaporkan pemutihan terumbu karang pada tahun 2010 sebagai yang terburuk sejak tahun 1998, ketika sebuah peristiwa yang serupa menyebabkan 16% dari terumbu karang tersebut rusak (Australian Research Council Centre of Excellence for Coral Reef Studies). 4) Sirkulasi Lautan. * Pada akhir abad mendatang Sirkulasi Samudera Atlantik mungkin akan melambat sampai berhenti atau berbalik arah karena sangat banyaknya volume pencairan air tawar, yang menyebabkan perubahan konsentrasi garam lautan. Peristiwa seperti ini dapat memicu timbulnya zaman Es di Eropa dan Amerika Utara (Woods Hole Oceanographicinstitution, 2003). 5) Pemanasan Lautan. © Diperkirakan 90% panas dari gas-gas rumah kaca selama 50 tahun terakhir telah terserap oleh lautan, dengan semua cara sampai pada dasar lautan yang dalam. Jika anas yang saat ini terserap ke dalam lautan yang dalam tersebut, kemudian berada di atmosfer, suhu lingkungan kita akan naik sebesar 3 derajat Celsius per dekade. Samudera Antartika mengalami pemanasan yang sangat kuat, dan menambah peningkatan permukaan air laut, kedua hal tersebut terjadi melalui perluasan dan mencairnya es ke dalam lautan (Sarah Purkey, An Oceanographer at The University of Washington, USA). * Metana beku di dasar laut dapat terlepas dalam jumlah yang sangat besar jika fautan cukup panas, ya g kemudian akan membawa pada bencana besar pemanasan lainnya. Ledakan mendadak dari metana yang terlepas juge dapat memicu terjadinya tsunami setinggi 15 meter. Pada tingkatan suhu saat ini , suhu laut diperkirakan dapat meningkat sebesar 5,8 derajat Celsius pada tahun 2100 (The Royal Gepgraphical Society; Dr. Mark Maslin, Senior Leader in Geography at University Collage London and A Senior researcher for The London Enviromental Change Research Centre, 2005). Suhu lautan sedang meningkat 50% lebih cepat daripada perkiraan tahun 2007. 6) Hilangnya Fitoplankton. * Lautan yang memanas menyebobkan penururnan popuiasi fitoplankton sebesar 40% sejak tahun 1950, yang akan menimbulkan dampak yang serius. Fitoplankton 9 (semacam organisme baik tumbuhan maupun hewan berukuran realtif kecil yang hidup di perairan atau faut) tidak hanya menyediakan dukungan yang penting untuk ekosistem faut, ia menghasilkan setengah oksigen dunia dan menghilangkan CO2 (Boyce et al Nature, July 2010), 7) Kenaikan Permukaan Laut. * Dr. John Holdren Ketua American Association for the Advancement of Science (Asosiasi Amerika untuk llmu Pengetahuan Tingkat Tinggi), memperkirakan kemungkinan kenaikan permukaan air laut setinggi 4 meter pada akhir abad ini; dan Dr. James Hansen, Ketua Goddard institute for Space Studies NASA, telah menyatakan kemungkingan kenaikan permukaan air laut setinggi S meter akhir abad ini. © Kenaikan permukaan air laut meskipun hanya 1 meter, akan menyebabkan munculnya lebih dari 100 juta pengungsi iklim dan membahayakan kota-kota besar seperti London, Kairo, Bangkok, Venesia, New York, dan Shanghai. © Contoh Negara-negara yang terkena kenaikan permukaan air laut: (a) Au Lac (Vietnam). Di daerah pertanian beras negara Vietnam, Delta Mekong air asin lautan telah melampaui batas yang belum pernah terjadi sebelurnnya yaitu 60 km dari sungai pada tahun 2010, mengancam 100.000 hektar tanaman padi. (b) Thailand. Air laut diperkirakan akan mencapai permukaan tanah Bangkok dalam 25 tahun (Geodetic Earth Observation Technologies fro Tahiland: Environmental Change Detection and Investigation, 2010). (0) Mesir. Lebih dari 58 meter goris pantai telah musnah setiap tahun sejak tahun 1989 di Rasheed (Omran Frihy of the Coastal Research Institute, 2010). (d)_ Kenaikan permukaan air aut menyebabkan sedikitnya 18 negara pulau hilang total sementara makin banyak daerah pantal terus terancam. Lebih dari 40 negara pulau lainnya terancam oleh resiko kenaikan permukaan air laut. (e) Kenaikan permukaan air laut mengancam setengah dari populasi dunia yang bertempat tinggal dalam jarak 200 kilometer dari garis pantai. Saat ini daerah dan delta rendah mengalami akibatnya: 17 juta penduduk Bangladesh telah meninggalkan rumah mereka, terutama karena terjadinya erosi daerah pantai. Sumber air tanah tercemar oleh air asin di israel dan Thailand, negara Pulau Kecil di Samudera Pasifik dan India serta Laut Karibia dan di beberapa delta utama dunia seperti Delta Yangtze dan Mekong. b. Adaptasi Pembangunan Wilayah Pesisir Dan Kelauton. "| Menghadapi ancaman perubahan iklim, diperlukan strategi-strategi adaptif dalam mengelola, mengendalikan serta mencegah dampak-dampak destruktif dari perubahan iklim. Misalnya, dengan memperhatikan kawasan-kawasan yang rentan terhadap ancaman perubahan iklim. 10 "Pusat keanekaragaman hayati laut di dunia terletak di wilayah Segi Tiga Terumbu Karang (istiiah geografis untuk perairan Indonesia, Malaysia, Papua nugini dan Filipina, Kepulauan Salomon dan Timor Leste). Wilayah ini terdiri dari sebagian besar Indonesia, Malaysia (Tengah), Filippina, Papua Nugini, Kepulauan Salomon dan Timor Leeste. * Keaneka ragaman hayati laut di wilayah Segitiga Terumbu Karang telah menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat pesisir di sekitarnya. Ancaman utama dari keanekaragaman hayati laut tersebut adalah penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan (destructivefishing) dan penangkapan ikan berlebih (over fishing). Saat ini sumberdaya tersebut sangat potensial mengalami ancaman dari sumber baru, yaitu perubahan iklim global yang diduga dampaknya akan lebih luas. "= Mengingat besarnya kerugian dari kehilangan keanekaragaman sumberdaya hayati Jaut sebagai dampak dari perubahan iklim global, Presiden RI mengajak ke lima negara lainnya (Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Salomon, dan Timor Leeste) untuk melakukan aksi secara bersama-sama dalam melindungi sumber daya tersebut. Prakarsa ini terkenal dengan sebutan Coral Triangle Initiative (CTI) yang disambut oleh kelima negara tainnya di wilayah Segitiga Terumbu Karang dan didukung oleh Australia, Amerika Serikat. Ke enam negara di wilayah Segitiga Terumbu Karang saat ini sedang mempersiapkan rencana kerja dengan tema Perlindungan Terumbu Korang, Perikanan don Ketersediaan Pangan. Rencana Kerja (National Plan Of Action) dari masing-masing negara saat ini sedang dibahas pada tingkat Senior Oficial dan rencananya telah dicetuskan pada World Ocean Conference (WOC) pada bulan Mei 2009 di Menado. + Rencana adaptasi perkembangan wilaych pesisir dan kelautan tethadap dampak perubahan iklim global terdiri dari komponen pengelolaan bentang laut (sea scope management), pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan, penerapan resilent principles dalam pembangunan jaringan kawasan konservasi laut, mitigasi bencano, rehabilitasi pesisir dan perlindungan spesies yang terancam punah. Semua komponen dalam rencana kerja ditujukan untuk melindungi ketersediaan sumber dayo hayati laut dan mengurangi dampak kerusakann dari pengaruh-pengaruh iklim global. uw

You might also like