You are on page 1of 17

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP CYBER CRIME DI BIDANG

PERBANKAN SEBAGAI KEJAHATAN TRANSNASIONAL


Oleh:
Tri Kuncoro
Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Unud

ABSTRACT
Internet has been used in various fields of life, one of which is banking.
Banking activities are performed through Internet-banking. Through the internet-
banking service, customers can conduct financial transactions without having to
come to the bank. In this study addressed two issues namely the forms of cyber
crime in the banking and jurisdiction in the law enforcement against cyber crime
in banking. This research is a normative legal research. Legal materials collected
through library research. In this research, legal materials were analyzed by using
the description, interpretation, argumentation, evaluation and systematization.
The forms of cyber crime in banking are typo site, keylogger / keystroke
recorder, sniffing, brute-force attacking, deface web, email spamming, denial of
service and virus, worm, trojan. Jurisdiction in the law enforcement against cyber
crime in banking jurisdiction includes legislative, executive and enforcement
jurisdiction. Jurisdiction specifically stipulated in Article 2 of Act of Republic of
Indonesia Number 11 of 2008 concerning Information and Electronic
Transactions. Banks should have an electronic security system to protect the
system. The Law enforcement against cyber crime in banking requires
cooperation between countries.

Key words: law enforcement, jurisdiction, cyber crime, banking.

I. PENDAHULUAN elektronik melalui website.


Nasabah dapat melakukan
1. Latar Belakang
transaksi non cash kapan saja
Internet banking
dan dimana saja dengan
merupakan salah satu bentuk
mengakses jaringan internet
transaksi elektronik/ electronic
melalui melalui perangkat yang
transaction, seperti halnya ATM
kompatibel seperti komputer,
(Automatic Teller Machine) dan
laptop, tablet, note maupun
credit card, yang ditawarkan
telepon genggam. Inovasi
kepada nasabah secara
2

pelayanan perbankan melalui informasi, yang dikenal dengan


internet banking, diharapkan istilah cyber crime atau
dapat memberikan kemudahan, kejahatan dunia maya adalah
disamping dapat menekan biaya sektor perbankan, karena
transaksi dan antrian panjang. komputer dan sistem informasi
Internet banking dapat telah menjadi bagian dari
digunakan untuk melakukan strategi bisnisnya. Siapapun
bermacam-macam transaksi pengguna komputer yang
online, yakni untuk mengecek terhubung ke suatu jaringan
saldo rekening dan history internet berpeluang menjadi
transaksi bank, membayar korban cyber crime. Berbeda
macam-macam tagihan, transfer dengan kejahatan konvensional
antar account. Pelayanan yang dampaknya lebih mudah
internet banking yang dilokalisasi dan maksimum nilai
ditawarkan tersebut diharapkan kerugian biasanya sebesar nilai
akan semakin berkembang yang melekat pada sasaran
sesuai dengan kebutuhan, kejahatan, sedangkan cyber
sehingga pangsa pasar yang crime lebih sulit untuk
dilayani akan semakin luas. dilokalisasi dan nilai kerugian
Kondisi globalisasi yang ditimbulkannya tidak
teknologi tersebut sangat penting terbatas pada nilai material yang
dan menguntungkan bagi dunia melekat pada sasaran, artinya
perbankan. Namun, tidak dapat nilai kerugian dapat lebih besar
dipungkiri bahwa kemajuan nilainya.
tersebut telah membawa dampak Kasus cyber crime yang
pada perkembangan bentuk mengejutkan dunia perbankan
kejahatannya. Salah satu sasaran Indonesia adalah tindakan yang
yang memiliki potensi kerugian telah dilakukan Steven Haryanto
akibat dari perkembangan seorang jurnalis majalah Master
bentuk kejahatan yang Web, yang memanfaatkan
memanfaatkan teknologi perkembangan teknologi melalui
3

media Internet (e-banking) untuk ini merugikan nasabah dan


pembuatan website yang hampir mampu merusak sistem
serupa dengan situs asli. Cara perekonomian dunia.
ini diterapkan dengan Penanggulangan terhadap
menggunakan domain cyber crime di bidang
www.klik-bca.com, perbankan dapat dilakukan
kilkbca.com, clikbca.com, melalui penegakan hukum.
klickca.com, dan klikbac.com Penegakan hukum merupakan
sebagai domain yang mirip sarana langkah penting dalam
dengan situs resmi internet mencapai tujuan hukum yakni
banking BCA yaitu menciptakan kondisi
www.klikbca.com. Nasabah masyarakat yang tertib
yang salah mengetik alamat hukum. Namun pada
website resmi NCA tersebut kenyataannya seringkali
akan terjebak pada salah satu menghadapi kendala yang
web palsu miliki berkaitan dengan dinamika
Haryanto.Jika sudah masuk masyarakat dan dinamika
ke situs yang salah maka hukum. Secara faktual,
nasabah akan memasukkan seringkali masyarakat
user ID dan identitas pribadi dihadapkan dengan fenomena
lainnya.1 ketertinggalan hukum yang
Cyber crime dalam bidang belum mampu mengikuti
perbankan perlu segera perkembangan masyarakat.
ditanggulangi karena kejahatan Terlebih lagi pada aktivitas
1 manusia yang dilakukan di
Menurut Steven pada situs para
webmaster di Indonesia, tujuan membuat dunia maya. Oleh sebab itu
situs plesetan adalah agar masyarakat
berhati-hati dan tidak ceroboh saat sangat menarik untuk
melakukan pengetikan alamat situs (typo
site), bukan untuk mengeruk keuntungan. membahas permasalahan
Lihat Golose, Petrus Reinhard.
Perkembangan Cyber Crime dan Upaya mengenai “Penegakan Hukum
Penanggulangannya di Indonesia Oleh
Terhadap Cyber Crime di
Polri, Jakarta: Buletin Hukum Perbankan
dan Kebanksentralan, Vol 4 No 2, Agustus,
2006, hal. 32.
4

Bidang Perbankan Sebagai terhadap cyber crime di


Kejahatan Transnasional.” bidang perbankan.
2. Rumusan Masalah II METODE PENELITIAN
Adapun rumusan masalah Penelitian ini termasuk
dalam penelitian ini adalah: penelitian hukum normatif atau
a. Bagaimanakah bentuk- lingkup ilmu hukum teoritis atau
bentuk cyber crime di dogmatik yang mengkaji hukum
bidang perbankan? yang dikonsepkan sebagai
b. Bagaimanakah yurisdiksi norma atau kaidah yang berlaku
dalam penegakan hukum dalam masyarakat dan menjadi
terhadap cyber crime di acuan perilaku setiap orang.
bidang perbankan? Penelitian ini menggunakan
3. Tujuan Penulisan pendekatan perundang-undangan
1.3.1 Tujuan Umum (The Statute Approach) yaitu
Tujuan umum melihat peraturan perundang-
penelitian ini adalah untuk undangan yang berkaitan dengan
memahami dan mendalami penegakan hukum cyber crime
penegakan hukum cyber yang mengacu pada bahan
crime di sektor perbankan hukum primer. Pendekatan
dalam perspektif hukum perundang-undangan (The
positif. statute approach) dilakukan
1.3.2 Tujuan Khusus dengan menelaah undang-
Tujuan khusus dalam undang dan regulasi yang terkait
penelitian yang dilakukan ini dengan isu hukum yang sedang
adalah untuk mengetahui dan ditangani.2 Penelitian ini juga
memahami : menggunakan pendekatan
a. Bentuk-bentuk cyber analisis dan konsep hukum
crime di bidang (analitical and conseptual
perbankan. approach), yakni dengan
b. Yurisdiksi dalam
2
penegakan hukum Peter Mahmud Marzuki, op.cit.,
hal. 93
5

menganalisis bahan hukum Burhan Ashshofa berupa


menyangkut hukum positif yang kamus dan buku pegangan
terkait dengan penegakan hukum yang sifatnya menunjang
cyber crime. Selain itu, bahan hukum primer dan
digunakan pendekatan sekunder.3 Adapun bahan
konseptual. Pendekatan hukum primer yang digunakan
konseptual mendasarkan pada dalam penelitian ini, antara lain
pendapat para ahli hukum Undang-Undang No. 11 Tahun
yang tertuang dalam teori- 2008 tentang Informasi dan
teori hukum. Transaksi Elektronik.
Sumber bahan hukum Bahan hukum sekunder
penelitian ini menggunakan yang diambil dari pendapat para
penelitian kepustakaan (library ahli dalam bidang cyber crime
research), berupa bahan hukum akan digunakan sebagai bahan
primer, sekunder dan tertier. dalam membuat konsep hukum
Bahan hukum primer adalah yang berkaitan dengan
bahan yang isinya mengikat penelitian, sedangkan bahan
karena dikeluarkan oleh hukum tertier yang digunakan
pemerintah, contohnya berbagai sebagai rujukan untuk
peraturan perundang-undangan mengetahui konsep hukum yang
maupun kesepakatan ada, yaitu melalui Kamus
Internasional yang terkait Hukum, Kamus Bahasa
dengan cyber crime, seperti Indonesia dan Inggris.
Vienna Conventian tahun 2000 Bahan hukum yang
dan Manila Declaration tahun terkumpul akan diperiksa untuk
1997. Sumber bahan sekunder mengetahui apakah bahan
adalah bahan-bahan yang hukum tersebut sudah lengkap,
membahas materi bahan hukum relevan dan jelas. Kemudian
primer, seperti buku maupun dilakukan pendataan pada bahan
artikel, sedangkan bahan 3
Burhan Ashshofa, 1996, Metode
hukum tertier menurut Penelitian Hukum, PT. Rineka Cipta,
Jakarta, hal. 103
6

hukum yang diperoleh dengan Teknik analisis bahan


memberi penomoran atau tanda hukum menggunakan teknik
tertentu yang menunjukkan content analysis, yaitu
klasifikasi bahan hukum pengumpulan bahan hukum
menurut jenis dan sumber, dengan interpretasi, untuk
dengan tujuan untuk ketentuan hukum dipakai
memudahkan analisis bahan interpretasi berdasarkan pada
hukum. Bahan hukum sekunder tujuan norma. Selain itu,
berupa literatur biasanya diberi digunakan pendekatan Undang-
tanda sumber bahan hukum, undang terkait, berupa Undang-
tahun penerbitan dan halaman undang Nomor 11 Tahun 2008
tempat bahan hukum ditemukan. Tentang Informasi dan Transaksi
Bahan hukum sekunder berupa Elektronik.
perundang-undangan biasanya Analisis bahan hukum
diberi tanda nomor undang- dilakukan dengan menguraikan
undang, tahun penerbitan, judul bahan hukum dalam bentuk
undang-undang, pasal undang- kalimat yang baik dan benar,
undang, nomor lembaran negara agar mudah dibaca dan
dan tahun penerbitan lembaran diinterpretasikan. Hasil analisis
negara. Selanjutnya dilakukan bahan hukum digunakan untuk
penyusunan atau sistematisasi memudahkan pengambilan
bahan hukum dengan kesimpulan. Dalam penelitian
mengelompokkan secara ini bahan hukum dianalisis
sistematis bahan hukum yang dengan menggunakan teknik
sudah diedit dan diberi tanda deskripsi, interpretasi,
menurut klasifikasi bahan argumentasi, evaluasi dan
hukum dan urutan masalah, serta sistematisasi.
membuat catatan mengenai hal III HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dianggap penting bagi 1. Bentuk-bentuk Cyber Crime
penelitian. di Bidang Perbankan
7

Globalisasi merupakan operasionalisasi pelayanan


fenomena yang ditandai kepada nasabahnya maupun
dengan ciri-ciri dimana dunia menghadapi persaingan antar
semakin terasa dekat. Jarak bank adalah dengan mengubah
bukan lagi menjadi masalah produk pelayanan transaksi
bagi setiap orang untuk manual menjadi pelayanan
berinteraksi dengan orang transaksi yang memanfaatkan
lain. Dengan pemanfaatan teknologi. Sehingga penggunaan
teknologi informasi, teknologi informasi telah
pergerakan modal, barang, mengubah sistem konvensional
jasa dan informasi dapat menjadi digital yang
berputar lintas negara dengan memungkinkan dunia perbankan
cepat dan real time. Pengaruh melakukan transaksi dengan
globalisasi juga dirasakan menggunakan media elektronik
pada sektor perbankan. yang lebih menawarkan
Pelayanan yang diberikan oleh kemudahan, kecepatan, dan
bank tidak selalu memerlukan efisiensi. Saat ini hampir seluruh
kehadiran fisik dari nasabah. proses penyelenggaraan sistem
Nasabah dapat bertransaksi pembayaran di bidang
hanya dengan bermodalkan perbankan telah dilakukan
telepon genggam, tablet, dengan memanfaatkan
laptop atau alat komunikasi perkembangan teknologi. Dalam
lainnya yang terkoneksi Annual Report on High
dengan jaringan internet. Technology Crime in California
Kondisi ini tentu sangat dilaporkan bahwa oada 1996
memudahkan sistem saja, 154 bank Eropa sudah
pelayanan perbankan, memiliki website sedangkan
menjamin akurasi data, tahun 1997 lebih dari 1.100 bank
menghemat waktu dan biaya. melakukan hubungan dengan
Salah satu strategi bank
dalam meningkatkan kualitas
8

www (world wide web).4 Bagi memerlukan layanan internet.


dunia perbankan, media internet Kepolisian Inggris menyatakan
telah memberikan peluang dan bahwa Cyber Crime adalah
tantangan dalam proses inovasi segala macam penggunaan
produk dan jasa dengan jaringan komputer untuk tujuan
menempatkan teknologi sebagai kriminal dan atau kriminal
unsur utama. berteknologi tinggi dengan
Fenomena cyber crime menyalahgunakan kemudahan
dibidang perbankan memiliki teknologi digital5. Beberapa
karakteristik tersendiri bentuk potensi cyber crime
dibandingkan dengan dalam kegiatan perbankan antara
kejahatan konvensional lain ;
lainnya. Siapa pun bisa a. Typo site, yaitu membuat
menjadi korban dari nama domain dan alamat
kejahatan ini. Pelaku tidak situs yang mirip dengan
menetapkan target korban, situs resmi. Pelaku
sehingga kejahatan ini perlu memanfaatkan kekeliruan
diwaspadai oleh setiap dari pengguna internet
pengguna jasa layanan dalam pengetikan alamat
internet. Hal ini disebabkan situs yang dicari.
sifat internet global yang b. Keylogger/ keystroke
memungkinkan Cyber crime recorder. Kegiatan ini
dapat dilakukan tanpa mengenal dilakukan dengan
batas teritorial dan tidak menggunakan software
memerlukan interaksi langsung atau program keylogger.
antara pelaku dengan korban Cara kerja dari keylogger
kejahatan. Sementara sistem adalah dengan mencatat
informasi perbankan mutlak segala aktivitas yang
dilakukan oleh pengguna
4
Barda Nawawi Arief, 2006, Tindak
5
Pidana Mayantara Perkembangan Kajian Abdul Wahid dan Mohammad
Cyber Crime di Indonesia, RajaGrafindo Labib, 2005. Kejahatan Mayantara, PT
Persada, Jakarta, hal. 53. Refika Aditama, Bandung, hal. 40
9

internet melalui huruf- nomor identitas dan


huruf yang diketikkan password melalui mencoba
pada keyboard. Dalam kemungkinan atas
berselancar di dunia kombinasi yang dibuat.
maya, pengguna internet e. Web Deface: System
mungkin saja Exploitation, yaitu
memasukkan nomor eksploitasi sistem dengan
identitas dan password megganti tampilan awal
yang dapat dimanfaatkan dari sebuah situs resmi.
oleh pelaku. Cara f. Email Spamming, yakni
kejahatan ini biasanya dengan mengirimkan
terjadi pada tempat email kepada pemilik
umum yang digunakan akun dengan menawarkan
untuk mengakses internet produk-produk atau
seperti warnet atau menyatakan bahwa
restoran, bandara dan pemilik akun telah
tempat umum lainnya memenangkan suatu
yang menyediakan undian.
komputer didukung g. Denial of Service, yaitu
dengan fasilitas internet. pelumpuhan sistem
c. Sniffing. Sniffing cara elektronik dengan
yang digunakan oleh membanjiri akun atau
pelaku dengan mengamati sistem elektronik dengan
paket data internet yang data dalam jumlah yang
digunakan oleh pengguna besar.
untuk mendapatkan h. Virus, worm, trojan:
nomor identitas dan Penyebaran virus
password yang komputer dilakukan
bersangkutan. untuk menyerang sistem
d. Brute Force Attacking, komputer, memperoleh
yaitu upaya pencurian data, memanipulasi data
10

atau tindakan lain yang menggunakan fasilitas


dilakukan secara melawan internet. Kedua aktivitas
hukum. internet tersebut akan
Potensi cyber crime dalam meminta pengguna
kegiatan perbankan menghantui memasukkan nomor identitas,
transaksi perdagangan elektronik PIN atau password yang dapat
melalui sistem perbankan. Pada dimanfaatkan oleh pelaku.
dasarnya kegiatan perdagangan
melalui transaksi elektronik 2. Yurisdiksi Dalam Penegakan
(electronic commerce), bukan Hukum Terhadap Cyber Crime
hanya menjadi bagian dari Di Bidang Perbankan
perdagangan nasional, tetapi
Dalam konteks penegakan
juga telah meluas pada
hukum cyber crime di Indonesia,
perdagangan lintas batas
baik yang menyangkut cyber
negara. Kondisi ini perlu
crime di sektor Perbankan
didukung dengan inovasi-
maupun sektor lainnya cukup
inovasi teknologi dan
kompleks. Hal ini tidak lepas
perangkat elektronik yang
dari aspek transnasional dari
mampu mencegah terjadinya
cyber crime di bidang
kejahatan di dunia virtual.
perbankan. Transaksi dilakukan
Lalu lintas pembayaran
secara lintas batas negara, yang
melalui sistem perbankan
artinya harus berhadapan dengan
elektonik yang berpotensi
masalah yurisdiksi. Masalah
terserang kejahatan di dunia
penentuan yurisdiksi menjadi
maya yaitu melalui aktivitas
inti dalam penegakan hukum.
pembayaran dengan
Huala Adolf mengemukakan
menggunakan kartu kredit
bahwa ”Yurisdiksi adalah
pada online shopping atau
kekuatan atau kewenangan
penggunaan fasilitas online
hukum negara terhadap orang,
booking yang disediakan oleh
penyedia layanan yang
11

benda atau peristiwa (hukum).”6 meskipun terhadap peristiwa


Yurisdiksi akan menentukan hukum yang terjadi di luar
hukum negara mana yang akan batas negaranya atau
digunakan dan negara mana dilakukan oleh warga negara
yang berwenang untuk asing. Pada prinsipnya ada 3
melakukan penegakan hukum. jenis jurisdiksi:
Untuk itu diperlukan 1) Yurisdiksi untuk
menetapkan ketentuan
pengetahuan mengenai tempat
hukum pidana
dimana kejahatan dilakukan (jurisdiction to precribe
atau legislative
sementara cyber crime terjadi
jurisdiction atau
secara lintas batas negara. prespective jurisdiction).
2) Yurisdiksi untuk
Berbicara mengenai
menerapkan atau
yurisdiksi adalah berbicara melaksanakan ketentuan
yang telah ditetapkan
mengenai kewenangan dari
oleh badan legislatif
suatu negara yang berdaulat (executif jurisdictrion).
3) Yurisdiksi untuk
untuk menentukan
memaksakan ketentuan
pengaturan terhadap setiap hukum yang telah
dilaksanakan oleh badan
tindakan dari orang, peristiwa
eksekutif atau yang telah
hukum dan pengaturan diputuskan oleh badan
peradilan (enforcement
tentang kebendaan yang
jurisdiction atau
terkait dengan kepentingan jurisdiction to
7
ajudicate).
dari negara bersangkutan.
Kewenangan tersebut tidak
Dari ketiga jenis yurisdiksi
hanya terbatas pada warga
tersebut, Barda Nawawi Arief
negara atau batas wilayah
menyatakan8 bahwa problem
negaranya saja namun juga
yurisdiksi yang lebih menonjol
menyangkut kepentingan
negara bersangkutan 7
Huala Adolf, 1996, Aspek-aspek
Hukum Pidana Internasional, RajaGrafindo
Persada, Jakarta, hal. 34 (selanjutnya disebut
6
Huala Adolf, 2002, Aspek-aspek Huala Adolf II).
Negara Dalam Hukum Internasional edisi
8
revisi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, Barda Nawawi Arief, op.cit.,hal.
hal. 183 (selanjutnya disebut Huala Adolf I). 29
12

dalam cyber crime adalah pada 1) Prinsip teritorial, yaitu


prinsip yurisdiksi
yurisdiksi yudikatif dan
yang diterapkan suatu
eksekutif, karena harus negara terhadap
orang, badan hukum
berhadapan dengan
dan semua benda yang
penghormatan terhadap asas berada diwilayahnya,
baik suatu tindak
kedaulatan negara lain. Dalam
pidana yang dimulai
konteks penerapan hukum, di suatu negara
(teritorial subyektif)
maka suatu negara tentu akan
maupun berakhir di
berhadapan dengan ketentuan negara lain (teritorial
obyektif).
hukum negara lain dan
2) Prinsip nasionalitas,
penegak hukum negara lain yaitu prinsip
yang tentunya mungkin sekali yurisdiksi yang
diterapkan suatu
terdapat perbedaan sistem negara pada
hukum dengan negara yang warganegaranya yang
menjadi pelaku tindak
berkepentingan. Untuk pidana (nasional
mengatasi problematika aktif), baik di dalam
negara dan di negara
tersebut, maka diperlukan lain, maupun
harmonisasi ketentuan hukum warganegaranya yang
menjadi korban tindak
yang didukung dengan pidana (nasional
berbagai kerjasama pasif), baik di dalam
negara dan di negara
internasional yang dituangkan lain.
dalam perjanjian 3) Prinsip perlindungan,
internasional antara negara- yaitu prinsip
yurisdiksi yang
negara pihak. diterapkan suatu
Pada umumnya suatu negara terhadap
pelaku tindak pidana,
negara mempunyai prinsip- meskipun dilakukan
prinsip yurisdiksi yang diluar wilayah negara
tersebut.
menyangkut perkara pidana,
4) Prinsip universal,
sebagai berikut9: yaitu prinsip

9
Starke. JG, 2006, Introduction To Terjemahan Djajaatmaja, Bambang Iriana.,
International Law. Edisi kesepuluh. Sinar Grafika, Jakarta, hal. 202-240
13

yurisdiksi yang 4) Asas Passive Nationality


diterapkan apabila
adalah Hukum berlaku
tindak pidana yang
dilakukan berdasarkan
membahayakan nilai-
kewarganegaraan korban,
nilai universal dan
kepentingan umat 5) Asas Protective Principle
manusia.
adalah berlakunya
Penentuan pemberlakuan
berdasarkan atas
hukum dapat ditelaah dari
keinginan Negara untuk
beberapa asas hukum yang ada
melindungi kepentingan
dan telah diterima secara
Negara dari kejahatan
universal, yaitu:
yang dilakukan diluar
1) Asas Subjective
wilayahnya,
Territorial yaitu
6) Asas Universality adalah
berlakunya hukum
yang berlaku untuk lintas
berdasarkan tempat
Negara terhadap
perbuatan dan
kejahatan yang dianggap
penyelesaian tindak
sangat serius seperti
pidana dilakukan di
terorisme (crimes against
Negara lain,
humanity).
2) Asas Objective
Berdasarkan atas bentuk
Territorial yaitu hukum
dan karakteristik dunia cyber,
yang berlaku adalah
dapat dikemukakan beberapa
akibat utama perbuatan
teori yang relevan untuk
itu terjadi dan
membahas kejahatan ini, yaitu :
memberikan dampak
1) The uploader and the
kerugian bagi Negara
yang bersangkutan, downloader theory. Teori

3) Asas Nationality adalah ini menekankan pada


hukum berlaku
pembatasan terhadap
berdasarkan
kewarganegaraan pelaku, kegiatan uploading dan
14

downloading yang Dengan kemajuan dan


perkembangan telekomunikasi
bertentangan dengan
multimedia, ruang lingkup dan
ketentuan dan
kecepatan komunikasi lintas
kepentingan negara batas meningkat, ini berarti
masalah hukum yang berkaitan
bersangkutan.
dengan yurisdiksi dan
2) The law of the server
penegakan serta pemilihan
theory. Teori ini hukum yang berlaku terhadap
suatu sengketa multi-yurisdiksi
menunjukkan bahwa
akan bertambah penting dan
pemberlakuan cyber law
konfleks.11 Yurisdiksi dalam
terhadap web pages dari penegakan terhadap cyber
crime di bidang perbankan
para server beroperasi.
dapat dilihat dalam Pasal 2
3) Theory of international
Undang-undang No 11 Tahun
spaces. Teori ini 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Dalam
menganggap bahwa
ketentuan tersebut dapat
cyber space adalah the
diketahui bahwa ketentuan
fourth spaces yang Undang-undang ini berlaku
bagi setiap orang tanpa
bersifat international
terbatas kewarganegaraannya
dengan analogi bahwa
sepanjang melakukan
ruang maya ini adalah perbuatan yang diatur dalam
undang-undang tersebut.
tanpa kedaulatan.10

HKI dalam System Hukum Indonesia, Rafika


Aditama, Bandung, hal. 22.
10 11
Teori ini menganalogikan bahwa Tien S. Saifullah, Yurisdiksi
cyber space tidak terletak pada kesamaan sebagai Upaya Penagakan Hukum dalam
fisik, melainkan pada sifat international, Kegiatan Cyberspace”, Cyber Law: Suatu
yakni sovereignless equality. Lebih lanjut Pengantar, Pusat Studi Cyber Law,
baca Ahmad Ramli, 2004. Cyber Law dan UNPAD, Bandung, hal. 96
15

Undang-undang No 11 pembayaran melalui kartu


Tahun 2008 tentang Informasi kredit dan kedua, adalah
dan Transaksi Elektronik fasilitas layanan online
menekankan pada akibat banking. Hal tersebut dapat
hukum yang ditimbulkan bagi terjadi karena maksud jahat
Indonesia berdasarkan seseorang yang memiliki
kepentingan Indonesia, kemampuan dalam bidang
sehingga Undang-undang ini teknologi informasi, atau
tetap berlaku meskipun seseorang yang
dilakukan di luar wilayah memanfaatkan kelengahan
Indonesia. Berdasarkan pihak bank, pihak merchant
ketentuan tersebut Indonesia maupun pihak nasabah.
memiliki kewenangan untuk b. Yurisdiksi dalam penegakan
menerapkan hukumnya terhadap hukum terhadap cyber crime
cyber crime di bidang di bidang perbankan meliputi
perbankan. yurisdiksi untuk menetapkan
IV. SIMPULAN DAN SARAN ketentuan hukum, yurisdiksi
1. Simpulan untuk menerapkan atau
a. Bentuk-bentuk cyber crime di melaksanakan ketentuan yang
bidang perbankan adalah typo telah ditetapkan oleh badan
site, keylogger / keystroke legislatif dan yurisdiksi untuk
recorder, sniffing, brute force memaksakan ketentuan
attacking, web deface, email hukum yang telah
spamming, denial of service dilaksanakan oleh badan
dan virus, worm, trojan. eksekutif atau yang telah
Kegiatan transaksi diputuskan oleh badan
perbankan yang berpotensi peradilan. Yurisdiksi diatur
menjadi target cyber crime secara khusus dalam Pasal 2
adalah sistem layanan Undang-undang Nomor 11
pembayaran pada online Tahun 2008 tentang
shopping dengan Informasi dan Transaksi
16

Elektronik yang menentukan komitmen bersama untuk


bahwa Undang-Undang ini menanggulangi kejahatan ini.
berlaku untuk setiap Orang
yang melakukan perbuatan DAFTAR PUSTAKA
hukum sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini, Abdul Wahid dan Mohammad Labib,
2005. Kejahatan Mayantara,
baik yang berada di wilayah
PT Refika Aditama, Bandung.
hukum Indonesia maupun di Ahmad Ramli, 2004. Cyber Law dan
luar wilayah hukum HKI dalam System Hukum
Indonesia, Rafika Aditama,
Indonesia, yang memiliki Bandung.
akibat hukum di wilayah Barda Nawawi Arief, 2006, Tindak
hukum Indonesia dan/atau di Pidana Mayantara
Perkembangan Kajian Cyber
luar wilayah hukum Crime di Indonesia,
Indonesia dan merugikan RajaGrafindo Persada, Jakarta.
kepentingan Indonesia. Burhan Ashshofa, 1996, Metode
Penelitian Hukum, PT. Rineka
2. Saran Cipta, Jakarta.
a. Perbankan hendaknya Golose, Petrus Reinhard.
memiliki suatu sistem Perkembangan Cyber Crime
dan Upaya
pengamanan elektronik untuk Penanggulangannya di
melindungi sistemnya. Upaya Indonesia Oleh Polri, Jakarta:
Buletin Hukum Perbankan dan
ini juga perlu didukung oleh Kebanksentralan, Vol 4 No 2,
nasabah dengan menyimpan Agustus, 2006, hal. 32

data pribadinya dan tidak Huala Adolf, 2002, Aspek-aspek


Negara Dalam Hukum
memberikan kepada pihak Internasional edisi revisi, PT
lain yang tidak RajaGrafindo Persada, Jakarta.

berkepentingan. ___________, 1996, Aspek-aspek


Hukum Pidana Internasional,
b. Penegakan hukum terhadap RajaGrafindo Persada, Jakarta.
cyber crime di bidang Peter Mahmud Marzuki, 2008,
Penelitian Hukum, Kencana
perbankan memerlukan
Prenada Media Group, Jakarta.
kerjasama antar negara. Oleh
Starke. JG, 2006, Introduction To
sebab itu diperlukan International Law. Edisi
17

kesepuluh. Terjemahan Nama lengkap dengan gelar:


Djajaatmaja, Bambang Iriana., Tri Kuncoro, S.E.
Sinar Grafika, Jakarta.
Tien S. Saifullah, Yurisdiksi sebagai Alamat rumah:
Upaya Penagakan Hukum Asrama Polisi Kreneng B/3
dalam Kegiatan Cyberspace”, Denpasar
Cyber Law: Suatu Pengantar,
Pusat Studi Cyber Law, Tempat bekerja:
UNPAD, Bandung. Polda Bali
Undang-undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan HP
Transaksi Elektronik. 081999407962

Alamat e-mail.
BIODATA PENULIS tribli@yahoo.com

You might also like