You are on page 1of 7

Irwan Noor, Riyanto, dan Lestari Eko Wahyudi/ JIAP Vol 7 No 2 (2021)164-170

JIAP Vol 7, No 2, pp 164-170, 2021


© 2021 FIA UB. All right reserved
ISSN 2302-2698
e-ISSN 2503-2887
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP)
URL: https://jiap.ub.ac.id/index.php/jiap

Kolonisasi Politik dalam Kebijakan Inovasi Pemerintahan Daerah

Irwan Noor a, Riyanto a, Lestari Eko Wahyudi a


a
Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia

I N F O R M A S I A R T IK E L ABSTRACT

Article history:
Dikirim tanggal: 28 April 2021 The question posed in this research is "Do political institutions participate in producing
Revisi pertama tanggal: 17 Juni 2021 products and carry out various influences on innovation policies?" This study contributes
Diterima tanggal: 01 Agustus 2021 to understanding the role of politics in innovation policies in local government. This
Tersedia online tanggal: 20 Agustus 2021 research was conducted in two areas, namely Malang City and Malang Regency. The
method used is available data analysis (secondary data). There are 4 focus studies that
are examined. There are two analyzes used in this study, namely: First, the data obtained
secondary to descriptive analysis was carried out with Excel, then further analyzed using
SmartPLS for inference analysis. The findings of this study reveal that the political
environment has a negative relationship with both innovation achievements and local
government performance. However, in elaboration on policies, it turns out that political
colonization occurs in policy products. This research also reveals why innovative areas
are never sustainable in terms of their innovation achievements. Although this research
can reveal policy colonization by the political environment, the limitations of the scope
of the research area, and the scale used to limit this research. For this reason, it is
advisable for a more detailed study by expanding and comparing the regions, both those
interpreted in the IGA and TOP 99, and those that are not.
Keywords: political colonization, local
government innovation
INTISARI
Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Apakah institusi politik
berpartisipasi dalam memproduksi produk dan melakukan berbagai pengaruh terhadap
kebijakan inovasi?”. Studi ini berkontribusi untuk memahami peran politik dalam
kebijakan inovasi dipemerintah daerah. Penelitian ini dilakukan di dua wilayah yaitu
Kota Malang dan Kabupaten Malang. Metode yang digunakan adalah analisis data
tersedia (data sekunder). Ada empat studi fokus yang diteliti. Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini ada dua, yaitu: pertama, data yang diperoleh sekunder untuk analisis
deskriptif dilakukan dengan excel, kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan
SmartPLS untuk analisis inferensi. Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa
lingkungan politik memiliki hubungan negatif dengan pencapaian inovasi dan kinerja
pemerintah daerah. Namun dalam penjabaran kebijakan, ternyata penjajahan politik
terjadi pada produk-produk kebijakan. Penelitian ini juga mengungkap mengapa bidang-
bidang inovatif tidak pernah berkelanjutan dalam pencapaian inovasinya. Walaupun
penelitian ini dapat mengungkap penjajahan kebijakan oleh lingkungan politik,
keterbatasan ruang lingkup wilayah penelitian, dan skala yang digunakan untuk
membatasi penelitian ini. Untuk alasan ini, disarankan untuk studi yang lebih rinci
dengan memperluas dan membandingkan wilayah, baik yang ditafsirkan dalam IGA dan
TOP 99, dan yang tidak.

2021 FIA UB. All rights reserved.

———
 Corresponding author. Tel.:; e-mail: irwannoor@yahoo.com
164
Irwan Noor, Riyanto, dan Lestari Eko Wahyudi/ JIAP Vol 7 No 2 (2021)164-170

1. Pendahuluan Namun, sebagaimana diungkapkan Edler &


Fagerberg (2017), “If a policy has to have innovation in
Inovasi pada pemerintah daerah sering dipahami the label to qualify (as innovation policy) the answer
sebagai mozaik. “There are many complex definitions out would probably be yes. But if we define innovation
there, but broadly the term refers to the process of policies as those that have an important impact on
implementing new approaches to tackle old problems, innovation, the answer may well be different”. Banyak
with the goal of helping public services better serve faktor yang saling terkait dalam mewujudkannya. Salah
citizens” (apolitical.co, 2019). Hal ini menjadikan satunya adalah pengaruh faktor lingkungan politik
pengertian inovasi sering disamakan dengan invasi. (Edward, 2007; Xie & Li-Hua, 2009; Galle & Leahy,
“Innovation is synonymous with invention in the private 2009; Courvisanos, 2009; Kimble dkk, 2010; Jakobsen &
sector, government innovation is its own beast. It Aarset, 2010). Morabito (2008) dalam penelitiannya
may mean turning a new idea into a policy or process, menunjukkan akan pentingnya lingkungan politik dalam
but it can also mean building and improving upon kebijakan-kebijakan inovasi. Entitas politik ini telah
solutions that already exis” (apolitical.co, 2019). Itulah membayang konsep inovasi, khususnya dalam
sebabnya, “although the term innovation is used much mempelajari dan membandingkan bagaimana mereka
more frequently today than a few decades ago, innovation telah berfokus pada orang, baik sebagai penerima
is a phenomenon as old as mankind itself. From this manfaat akhir (dan dengan demikian legitimasi utama)
perspective innovation policies (meaning policies that dari tindakan kebijakan, dan sebagai aktor sendiri dalam
affect innovation) may have existed for centuries” (Edler proses inovasi.
& Fagerberg, 2017). Kecenderungan akan hal tersebut Disisi lain, politik yang tidak terlepas dari
memunculkan berbagai isu kebijakan inovasi di berbagai pembuatan kebijakan, yang satu sisi berobjek kajian
belahan bumi. Di negara-negara maju maupun negara kebijakan publik (Budiardjo, 2008 ), sering menjadi
berkembang, kebijakan inovasi kemudian muncul dalam penghambat perkembangan inovasi. “These accounts
keragaman. Salah satunya di Indonesia. demonstrate how critical power and politics are in
Kebijakan inovasi, kendatipun diungkapkan secara determining the eventual success or failure of an
implisit, political will pemerintahan Indonesia innovation — product or administrative” (Egri, 1990).
menuangkannya dalam UU Pemnerintahan Daerah Pada pandangan lain Eggers & Singh (2009)
No. 32 Tahun 2009. Lima tahun kemudian, baru menggungkapkan empat resiko yang bakal dihadapi
dinyatakan secara ekplisit dalam UU 23 Tahun 2014, dalam proses inovasi di sektor pemerintahan, salah
khususnya pada Bab XX1. Kebijakan inovasi kemudian satunya adalah: “Politicians and senior officials do not
disusul dengan Program One Agency, One want to be seen backing the wrong horse — or a losing
Innovation yang mewajibkan K/L dan pemerintah daerah one”. Sedangkan Taylor (2018) menungkapkan
untuk menciptakan minimal satu inovasi setiap tahunnya. “a country’s policies do not impact innovation as
Secara kuantitas terjadi peningkatan yang cukup profoundly as many may assume … there’s no single set
signifikan bagi daerah untuk ikut serta dalam ajang lomba of policies that a country must adopt in order to
inovasi. Salah satunya ajang TOP 99 Inovasi Pelayanan innovate” (Taylor, 2018). Dampaknya, tidak semua
Publik yang digelar KemenPAN-RB. pemerintahan daerah terpicu untuk dapat bergerak kearah
pemerintahan daerah yang inovatif. Pokok masalahnya
adalah: (a) problema internal pemerintahan daerah
(internal problem) tidak mendukung akan hal ini; dan (b)
Problema eksternal (external problem), khususnya
lingkungan politik (Morabito, 2008).
Mengacu cara berfikir tersebut, maka pertanyaan
penelitian dirumuskan sebagai berikut: Apakah institusi
politik berpartisipasi dalam memproduksi produk dan
melakukan berbagai pengaruh terhadap kebijakan
inovasi?.
2. Teori
2.1 Kolonisasi Politik dan Kebijakan Inovasi
Gambar 1 Grafik Jumlah Peserta TOP 99
Sumber: Hasil analisis, 2021 Konsepsi Kolonisasi politik yang dijadikan teropong
fenomena adalah merupakan kontruksi berfikir dari teori

165
Irwan Noor, Riyanto, dan Lestari Eko Wahyudi/ JIAP Vol 7 No 2 (2021)164-170

yang dikemukakan Stanley Deetz (Colonization terhadap inovasi kebijakan ditegakkan lebih lanjut oleh
Corporate Theory (1982). Teori ini didasari konsep paradigma manajemen Publik Baru (NPM) yang
pemikiran Jurgen Habermas tentang kolonisasi dunia menyoroti peran politisi, dan khususnya, manajer publik
kehidupan. Menurut Deetz perusahaan telah menjadi eksekutif, sebagai agen perubahan strategis.
sarana kepentingan politik dari lembaga-lembaga
ekonomi dan bagaimana praktek komunikasi dalam 2.2 Prestasi Inovasi: sebuah Kolonisasi
perusahaan dapat mendistorsi keputusan yang dibuat Sebuah kebijakan dikatakan berhasil jika dalam
didalamnya dan kemudian dikonsumsi oleh masyarakat implementasinya memberikan nilai positip bagi sasaran
sebagai sebuah keniscayaan. Dengan demikian, kebijakan dan mencapai tujuan sebagaimana dimaksud
kolonisasi politik dapat diartikan sebagai dominasi oleh kebijakan tersebut. Demikian pula dalam kebijakan
politik yang mempengaruhi kebijakan yang dicurigai inovasi, capaian inovasi memberikan nilai positip bila
policy in action yang tidak berjalan karena politik mencapai sasarannya. Peraturan Pemerintah No. 37
kepentingan diantara mesin kapitalis. Dalam bahasa Tahun 2017 tentang Inovasi daerah, pasal 12
Deetz, “dalam realitas sosialnya tidak selalu produk mengungkapkan tujuan inovasi pemerintah daerah, yaitu:
mewakili hal-hal yang sudah ada dan merupakan hasil (a) Peningkatan kinerja pemda, dan (b) meningkatkan
dari proses politik yang tidak selalu demokratis” (Deetz, kesejahteraan masyarakat. Pada point 2, lebih lanjut
2009). disebutkan: sasaran Inovasi Daerah diarahkan untuk
Teori Stanley Deetz tentang Colonization Corporate mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
adalah kegiatan yang terdapat dalam kehidupan sehari- melalui: a) Peningkatan Pelayanan Publik;
hari dimana kekuatan perusahaan besar mendominasi b) Pemberdayaan dan peran serta masyarakat; dan
masyarakat berpengaruh besar terhadap kualitas c) peningkatan daya saing daerah.
kehidupan masyarakat umum. Demikian pula dalam Dengan demikian, inovasi yang dikembangkan
lingkup pembuatan kebijakan, dalam tataran pemerintah daerah, yang kemudian terukur dari capaian
pemerintahan di Indonesia. Kebijakan-kebijakan perolehan penghargaan, baik berupa perolehan
pemerintahan (daerah) didominasi oleh kekuatan besar penghargaan Innovatie Government Award (IGA) atau
terhadap kebijakan inovasi yang diambil, yaitu lembaga perolehan TOP 99 Pelayanan Publik sebenarnya
politik dan partai politik. Oleh karenanya, inovasi yang berkaitan erat dengan dengan capaian kinerja pemerintah
dikemukakan sebenarnya refleksi dari kepentingan- daerah tersebut.
kepentingan politik itu sendiri. Kondisi demikian lebih Adapun faktor yang berkenaan pada capaian prestasi
jelas jika mempergunakan lensa analisa sistem-nya David inovasi. Sebagaimana dikemukakan diatas, adalah
Easton. Suatu input dari sistem politik, dimana outcome- kemampuan dan capaian kinerja pemerintah daerah
nya berupa kebijakan, selalu berasal dari dua faktor, yaitu tersebut. “Local governments play a critical role in
tuntutan dan dukungan. Dua faktor tersebut tidak akan delivering services to the public. Over recent decades
menjadi agenda kebijakan jika tidak disepakati secara scholars have begun to empirically examine the
legimate oleh lembaga legislatif. “Politics often relationship between the management and performance
intervenes Legislators, intent on exercising control, of local 16 governments” (Walker et al., 2013). Terkit
constrain the agency from innovating in healthy dengan kebijakan inovasi, kinerja pemerintah daerah
directions” (Wolf, 2012). adalah kebijakan yang dilaksanakan oleh pmerintah itu
Adapun, kebijakan inovasi, sebagaimana sendiri. Hal ini berkenaan dengan kebijakan yang
dikemukakan Sørensen & Boch (2014), adalah the menyangkut kepentingan umum dan keadilan sosial.
formulation, realization and diffusion of new problem Berkenaan dengan pemerintah daerah, dua faktor
understandings, new political visions and strategies for yang menjadi ukuran keberhasilan kinerja pemda, yaitu
solving them (Sørensen & Boch, 2014). Dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat (Maurel et al,
demikian, kebijakan inovasi, dalam arti kebijakan yang 2014) dan keadilan sosial (Leeuw, 2013). Peningkatan
mempengaruhi inovasi, terdiri dari serangkaian kebijakan kesejahteraan dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia
yang berbeda (dan instrumen kebijakan) yang telah (BPS), sedangkan keadilan sosial adalah kesempatan
diperkenalkan di berbagai titik waktu, dengan motivasi yang sama bagi masyarakat dalam memperoleh layanan.
yang berbeda, dan menggunakan berbagai label. Layanan yang baik adalah ukuran bagi kinerja yang
Studi yang dilakukan Edler& Fagerberg (2017), dilaksanakan oleh pemerintah tersebut.
mengemukakan ada kecenderungan yang selalu Adapun dua faktor diatas sangat dipengaruhi oleh
meningkat pada kajian kebijakan inovasi. Sørensen & kebijakan dalam bentuk peraturan yang berlaku.
Boch (2014), mengingatkan model tradisional “Regulatory instruments use legal tools for the
pemerintah, pemimpin politik visioner yang kuat regulation of social and market interactions” (Borrás &
dipandang sebagai sumber utama inovasi kebijakan dan Edquist, 2013), yaitu instrumen kebijakan dalam regulasi
pendekatan yang berfokus pada kepemimpinan ini yang dikeluarkan badan legislatif. Berhubungan dengan

166
Irwan Noor, Riyanto, dan Lestari Eko Wahyudi/ JIAP Vol 7 No 2 (2021)164-170

hal ini, maka lingkungan politik dipemerintah daerah (a) Fenomena Inovasi, dalam penelitian dilihat dari
sangat memberikan warna bagi agenda kebijakan inovasi capaian Prestasi Inovasi; (b) Kinerja Pemda (Pemda
sehingga berubah menjadi sebuah kebijakan. Dengan Eksibitor), yaitu capaian kerja pemerintah daerah sesuai
demikian, lingkungan politik, khususnya berkenaan UU 23 tahun 2014; (c) Status Demografi ASN, yaitu nilai
dengan dominasi politik yang berkuasa dilembaga demografi ASN di pemerintah daerah, yang terukur dari
legislatif memberikan nilai sendiri bagi perkembangan jenis kelamin, Pendidikan, dan Usia; (d) Lingkungan
kebijakan inovasi tersebut. Disamping itu, kebijakan- Politik adalah organisasi politik yang memberikan nilai
kebijakan kepala daerah juga dipengaruhi oleh lingkup tuntutan dan dukungan dalam kebijakan-kebijakan
dominasi partai politik. Studi yang dilakukan Noor dipemerintah daerah.
(2012) mengungkapkan betapa lingkup poilitik, yaitu asal
politik kepala daerah memberikan nilai positip bagi
pekembangan inovasi dipemerintah daerah.
Selain faktor dominasi partai politik, sumber daya
manusia yang ada di pemerintah daerah juga mebjadi
pengungkit perkembangan inovasi. Studi yang menelaah
makna pentingnya sumber daya manusia pada
perkembangan inovasi telah banyak dikemukakan para
sarjana. Umumnya melihat ada nilai positip antara
sumberdaya manusia dengan perkembangan inovasi
(Sheehan, Garavan, & Carbery, 2014). Berdasarkan
pemikiran teoritis tersebut kemudian akan dihadapkan
pada real world yang ada dilapangan, yang kemudian Gambar 3 Analisis Inference menggunakan
menghasilkan sebuah model empiris, yang pada akhirnya SmartPLS
akan memunculkan existing model, yang menjadi temuan Sumber: Hasil analisis, 2021
dalam penelitian ini (sebagai jawaban terhadap Penelitian dilakukan pada dua pemerintahan daerah,
pertanyaan pada rumusan masalah). Adapun model yaitu di Pemerintahan Kota Malang dan Pemerintahan
teoritis tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Kabupaten Malang. Pilihan daerah lokasi penelitian ini
dikarenakan masing-masing daerah termasuk daerah
yang memperoleh TOP 99 pelayanan publik yang dihelat
oleh Kemenpan-RB. Selain itu, masing-masing daerah,
khususnya Kepala Daerahnya (Walikota maupun Bupati)
terjerat kasus korupsi. Penelitian mengutamakan sumber
data tersedia, baik dari Pemda masing-masing (Malang
Dalam Angka), juga mempergunakan data yang berasal
dari Kemenpan-RB, Kemendagri, maupun Ombudsman
RI.
Ada dua analisis yang dipergunakan dalam
penelitian ini, yaitu (a) Analisis Deskriptif, dan
(b) Analisis Inference. Pertama data yang diperoleh
secara skunder dilakukan analisis deskriptif dengan
Excel, kemudian dianalisis lanjutan dengan
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Teoritis mempergunakan SmartPLS untuk analisis inference.
(Theoretical Framework) Untuk memudahkan analisis statistik, semua data
Sumber: Hasil analisis, 2021 kualitatif dikonvesi ke data kuantitatif.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3. Metode Penelitian
4.1 Temuan: Antesenden Kolonisiasi Kebijakan Inovasi
Jenis/ tipe penelitian adalah eksplanatif. Sedangkan
metode yang dipergunakan adalah analisis data tersedia Prestasi capaian inovasi pada pemerintahan, yang
(data skunder). Kajian akan difokuskan pada prestasi dilihat dari dua indikator (IGA dan TOP 99) ternyata
inovasi, yang kemudian dianalisis untuk melihat tidak berhubungan dengan lingkungan politik (Asal
pengungkit perkembangan prestasi inovasi tersebut. politik Kepala Daerah dan Partai dominan). Dengan
Untuk hal tersebut, lensa kajian di fokuskan pada empat mempergunakan tingkat alpha 0.05 ternyata dengan
variabel utama, yang disertasi pula dengan karakteristik mempergunakan uji statistik masing uji tidak
masing-masing variabel penelitian, diantaranya: menunjukkan hasil yang signifikan. The chi-square

167
Irwan Noor, Riyanto, dan Lestari Eko Wahyudi/ JIAP Vol 7 No 2 (2021)164-170

statistic is 0.4. The p-value is .527089. The result is not Inovasi Daerah dapat berasal dari: a) kepala Daerah;
significant at p < .05. Kondisi ini ternyata terjadi pula b) anggota DPRD; c) ASN; d) Perangkat Daerah; dan
pada indikator masing-masing variabel yang diajukan. e) anggota masyarakat”. Namun, inovasi daerah tersebut
Dengan demikian temuan dalam penelitian yang memerlukan dan perlu mendapatkan izin tertulis
dilakukan memberikan petunjuk bahwa prestasi inovasi atasannya (Pasal 10) serta dianggarkan dalam anggaran
yang terjadi pada daerah penelitian tidak berhubungan pendapatan dan belanja Daerah (Pasal 30). Disisi lain,
dengan asumsi yang dibangun dalam penelitian ini. UU 23 Tahun 2014 Pasal 65 (1) point (d) menyusun dan
Dengan kata lain, kolonisasi yang diasumsikan bukan mengajukan rancangan Perda tentang APBD, rancangan
disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. Perda tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada
DPRD untuk dibahas bersama. Pasal 101 dikemukakan:
DPRD provinsi mempunyai tugas dan wewenang
“membahas dan memberikan persetujuan Rancangan
Perda Provinsi tentang APBD Provinsi yang diajukan
oleh gubernur (ayat b) dan melaksanakan pengawasan
terhadap pelaksanaan Perda Provinsi dan APBD provinsi
(ayat c)”.
Oleh karenanya apapun kegiatan yang dirancang
pemerintah daerah, termasuk didalammnya kebijakan
inovasi, jika telah berada dalam koridor APBD, maka
kebijakan tersebut perlu dikaji dengan lembaga legislatif.
Hal ini dibingkai pada pasal 30 PP 37 Tahun 2017,
“Kegiatan inovasi daerah yang sudah ditetapkan oleh
Gambar 3 Analisis SmartPLS kepala daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan
Sumber: Hasil analisis, 2021 Pasal 20 dituangkan dalam rencana kerja pemerintah
Berdasarkan hasil uji dengan mempergunakan daerah dan dianggarkan dalam anggaran pendapatan dan
Software SmartPLS ternyata prestasi inovasi yang belanja daerah serta pendanaan lain sesuai dengan
dicapai pemerintah daerah hanya dipengaruhi secara ketentuan peraturan perundang-undangan (ayat 1)”.
bersama-sama sebesar 24 persen saja oleh faktor kinerja Dengan demikian, inovasi yang awalnya
pemda, lingkungan politik, dan sttaus demografi ASN. berkembang dengan nuansa kreatif akan berbenturan
Lingkungan politik berpengaruh negatif dalam capaian ketika diajukan dalam bingkai di pemerintahan yang
prestasi inovasi dan memberikan andil kecil (29 persen) berwujud kebijakan inovasi. Inovasi-inovasi yang
bagi pencapaian prestasi inovasi. Demikian pula terhadap muncul akan selalu berhadapan dengan sejumlah regulasi
kinerja pemda, lingkungan politik memiliki pengaruh untuk dapat disetujui dan diimpelementasikan. Maka
negatif walaupun memiliki berkontribusi yang cukup dapatlah dipahami mengapa inovasi disektor publik
tinggi bagi capaian kinerja pemda. Artinya makin tidak selalu tergantung pada pimpinan daerah.
ikut campur tangannya lingkungan politik maka makin
baik kinerja pemda tersebut. Kondisi terjadi pula status 5. Kesimpulan
demografi Asn di lingkungan pemda tersebut.
Penelitian yang dilakukan mengungkapkan,
Apabila ditelaah lebih jauh, lingkungan politik
kebijakan-kebijakan inovasi pada dua daerah penelitian
kendatipun tidak memberikan andil secara signifikan
ternyata tidak berkenaan dengan latar belakang ASN
bagi perkembangan inovasi, namun pengaruh yang cukup
yang ada. Tingkat pendidikan, umur, golongan, maupun
besar ada pada agenda kebijakan dan perumusan
jenis kelamin ternyata tidak menunjukkan hubungan
kebijakan inovasi tersebut. Untuk memahami lebih jauh
signifikan. Pada tingkat alpha 0.05 seluruh variabel
dari kondisi prestasi inovasi, maka dapat dielaborasi dari
demografis maupun status jabatan tidak memberikan
kebijakan politik didalam perumusan maupun
hasil yang signifikan. Dengan demikian kajian penelitian
implementasi kebijakan inovasi di UU 23 Tahun 2014
ini mengungkapkan temuan, bahwa variabel tersebut,
tentang Pemerintah Daerah. Pada UU tersebut
sebagaimana banyak penelitian yang sejenis tentang
memberikan kewenangan dominan bagi parlemen
faktor pengaruh perkembanhan inovasi dipemerintah
terhadap pemerintahan lokal. Sejak merumuskan
lokal, berbeda kesimpulannya. Ini sama artinya, temuan
kebijakan, menetapkan, hingga pelaporan terhadap
penelitian yang dilakukan di kedua pemerintah daerah
kebijakan yang dijalankan kepala daerah (hak
tidak setuju jika inovasi pemerintahan daerah dikaitkan
interpelasi). Demikian pula jika ditelaah Peraturan
dengan faktor demografis maupun jabatan pada
Pemerintah No. 37 Tahun 2007 tentang Inovasi Daerah.
pemerintahan daerah tersebut.
Kendatipun pada pasal 7 disebutkan “Usulan inisiatif

168
Irwan Noor, Riyanto, dan Lestari Eko Wahyudi/ JIAP Vol 7 No 2 (2021)164-170

Temuan penelitian juga mengungkapkan, kinerja Kimble, C., Grenier, C., & Goglio-Primard, K. (2010).
pemerintah daerah, yang diukur dari capaian Status Innovation and knowledge sharing across
Kinerja sebagaimana dikeluarkan Kementerian Dalam professional boundaries: Political interplay
Negeri serta capaian kinerja yang diukur dari keluahan between boundary objects and brokers.
masyarakat lewat hasil Survai Ombudsman Republik International Journal of Information Management,
Indonesia, kedua daerah penelitian sangat baik (zona 30(5), Doi: 437-444.
hijau). Kendatipun dalam kasus penyelewengan https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2010.02.002
(korupsi), masing-masing kepala daerah dikedua daerah Maurel, C., Carassus, D., Favoreu, C., & Gardey, D.
penelitian tersangkut kasus korupsi. Namun, hasil uji (2014). Characterization and definition of public
statistik yang dilakukan juga tidak berkenaan dengan performance: an application to local government
perkembangan inovasi pemerintah daerah. authorities. Gestion et Management Public, 2/3(1),
Penelitian ini mengungkapkan bahwa salah satu 23-44. DOI: 10.3917/gmp.023.0023
kolonisasi terhadap kebijakan inovasi terjadi pada proses Galle, B.D., & Leahy, J.K. (2009). Laboratories of
perumusan maupun implementasi kebijakan inovasi Democracy? Policy Innovation in Decentralized
tersebut. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan Governments. Emory Law Journal, 58(6), 1333-
ternyata kolonisasi muncul pada aspek perumusan 1400.
dimana pada peraturan pemerintah 37 Tahun 2007, Jakobsen, S.E., & Aarset, Bernt. (2010). Institutions as
tampak sekali adanya pengaruh yang sangat tinggi dari facilities for change?: A study of the coherence
lembaga legislatif terhadap kegiatan-kegiatan inovasi between political regulations and innovations
pada pemerintah daerah. Hal ini tampak pada ada adanya within the pelagic fisheries sector in Norway.
dan kuatnya lembaga legislatif didalam mengesahkan Marine Policy, 34(5), 928-934.
rancangan rancangan yang dikemukakan oleh pemerintah Leeuw, E.D. (2013). The Public Policy Approach:
daerah. Governments, Institutions, Welfare States and
Social Justice. In book: Global Handbook on
Daftar Pustaka Noncommunicable Diseases and Health
Promotion. NY: Springer. DOI: 10.1007/978-1-
Apolitical. (2019, February 1). What is government 4614-7594-1_15
innovation?. https://edutecion.com/apa-style- Morabito, M.S. (2008). The adoption of police
edisi-7/ innovation:the role of the political environment.
Budiardjo, M. (2008). Dasar Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Policing: An International Journal of Police
PT. Gramedia Pustaka Utama. Strategies & Management. 31(3), 466-484.
Borrás, S., & Edquist, C. (2013). The Choice of Noor, I. (2012). Politik Otonomi Daerah untuk
Innovation Policy Instruments. Technological Penguatan NKRI. Jakarta: Seven Strategic Studies.
Forecasting and Social Change, 80(8), 1513- Sheehan, M., Garavan, T.N., & Carbery, R. (2014).
1522. DOI: 10.1016/j.techfore.2013.03.002 Innovation and human resource development
Courvisanos, J. (2009). Political aspects of innovation. (HRD). European Journal of Training and
Research Policy, 38(7), 1117-1124. Development. 38(1/2), 2-14. DOI: 10.1108/EJTD-
Deetz, S. A. (2009). Teori Demokrasi Organisasi Dalam 11-2013-0128
Teori Komunikasi Organisasi. Jakarta: Ghalia Sørensen, E., & Boch, W.S. (2014). Collaborative Policy
Indonesia. Innovation: Problems and potential. Innovation
Edler, Jakob., & Fagerberg, Jan. (2017). Innovation Journal, 19(3), 1-17.
policy: what, why, and how. Oxford Review of Taylor, M. Z. (2018). The Politics of Innovation: Why
Economic Policy, 33(1), 2-23. Some Countries Are Better Than Others at Science
Edwards, T. (2007). Organizational Politics and The and Technology (1st Edition). Oxford, UK: Oxford
“Process of Knowing”: Understanding Crisis University Press.
Events During Project-Based Innovation Projects. Xie, W., & Li-Hua, R. (2009). What will make China an
European Journal of Innovation Management. innovation-oriented country?. Journal of
10(3), 391-406. Knowledge-based Innovation in China. 1(1), 8-15.
Eggers, W.D., & Singh, S.K. (2009). The Public Walker, R., Boyne, G. A., & Andrews, R. (2011). The
Innovator’s Playbook: Nurturing Bold Ideas in Impact of Management on Administrative and
Government - Deloitte Research. Johannesburg: Survey Measures of Organizational Performance.
Deloitte. Public Management Review,13(2), 227-256.
Egri, P.J. (1990). Influence of Political Action on DOI: 10.1080/14719037.2010.532968
Innovation: Part II. Leadership & Organization
Development Journal, 11(2), 4-12.

169
Irwan Noor, Riyanto, dan Lestari Eko Wahyudi/ JIAP Vol 7 No 2 (2021)164-170

Wolf, P. (2012). Laedership, Miscellaneous. Retrieved


March 13, 2020, from 6 reasons why government
is more innovative: https://www.govloop.com

170

You might also like