You are on page 1of 49
LAPORAN TUGAS AKHIR HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG NUTRISI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI KEPENGHULUAN BALAM SEMPURNA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALAI JAYA TAHUN 2021 UNIVERSITAS PRHCAWAN NAMA : DIANA DELIMA NIM 2 2015301008 PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI 2021 LAPORAN TUGAS AKHIR HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG NUTRISI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI KEPENGHULUAN BALAM SEMPURNA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALAI JAYA TAHUN 2021 UNIVERSITAS PRHCAWAN NAMA : DIANA DELIMA NIM 2 2015301008 Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Terapan Kebidanan PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI 2021 BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang, Gizi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan tumbuh kembang anak yang optimal, Gizi yang cukup dan seimbang sangat diperlukan dalam periode emas pertumbuhan dan perkembangan anak. Periode emas dimulai sejak anak masih di dalam kandungan hingga usia dua tahun atau yang sering disebut dengan istilah “seribu hari pertama kehidupan anak”, Kekurangan gizi yang terjadi pada periode emas tersebut dapat menyebabkan berbagai masalah, salah satunya adalah masalah gagal tumbuh sehingga anak menjadi lebih pendek (stunting) dari standard (Handayani, 2020). Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, jumlah balita stunting di Indonesia sebanyak 37,2%, angka ini menurun pada tahun 2018 menjadi 30,8%, dan tahun 2019 kembali menurun menjadi 27,7%. Walaupun angka stunting menunjukkan penurunan, akan tetapi angka ini belum mencapai target Stunting di Indonesia yaitu 20% (Riskesdes, 2018), Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, stunting memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gi Jainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk (PSG, 2017). Prevalensi stunting di Provinsi Riau pada tahun 2019 berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) adalah 23.95%, angka ini menunjukkan penurunan dari tahun 2018 yaitu 27.4%. Kabupaten dan kota di provinsi Riau yang angka stunting berada di bawah 20 % hanya Pekanbaru dan Dumai, sedangkan Kabupaten Rokan Hilir merupakan kabupaten dengan anagka stunting tertinggi ke tiga setelah kabupaten Kuantan singgi (Dinkes Provinsi Riau, 2019). Di Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2020 terdapat 1864 balita yang mengalami stunting. Tabel 1 Jumlah Balita dan Balita Stunting Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2020 Rantau Kopar 1332 25,3% Bagan Sinembah Raya 2983 13.2% Tanjung Medan 2916 11.5% Pasir Limau Kapas 3829 74% Kubu Babussalam 2099 7.0% Tanah Putih TM 2716 63% Bangko 7011 51% Rimba Melintang 2896 4% Sinaboi 1236 3.8% Pekaitan 1795 2,0% Bangko Pusako 4081 1.8% Pujud 6902 1.8% Kubu 2158 14% Tanah Putih 844 11% Bagan Sinembah 4564 11% Balai Jaya 4709 0.9% Simpang Kanan 3066 0.0% Bantaian 1422 0 0.0% ‘Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Rohil 2020 Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui prevalensi balita stunting tertinggi berada di Puskesmas Rantau Kopar sebanyak 25,3%, dan prevalensi stunting terendah berada di Puskesmas Simpang Kanan dan Bantaian. Tabel 1.2 Jumlah Balita dan Balita Stunting Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Balai Jaya Tahun 2020 e Desa/Kelurahan ‘Tumiah Balita — Balita Stunting Persentase 1 Balam Sempumna 412 14 3.4% 2 Balai Jaya Kota 206 7 3 Balam Jaya 190 3 4 Pasir Putih Utara 116 i 5 Balai Jaya 125 1 6 Pasir Putih Barat 157 1 7 Lubuk Jawi 165 1 8 Balam Sempurna Kota 247 1 9 Pasir Putih 334 1 10 Bagan Bhakti 17 0 11__Keneana 129 0 ‘Sumber : Puskesmas Balai Jaya, 2020 Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui prevalensi balita stunting tertinggi berada di Desa Balam Sempurna sebanyak 14 orang dengan persentase 3,4% dan prevalensi stunting terendah berada di Desa Bagan Bhakti dan Kencana dengan persentase 0,0%, Stunting mempunyai dampak buruk bagi anak. Dampak buruk jangka pendek yang dapat ditimbulkan oleh Stunting adalah terganggunya perkembangan otak, penurunan kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan metabolisme dalam tubuh, Sementara itu, dalam jangka panjang Stunting akan mengakibatkan penurunan kemampuan kognitif, penurunan_prestasi belajar, penurunan kekebalan tubuh, beresiko mengalami kegemukan (Obesitas), sangat rentan terhadap penyakit tidak menular dan penyakit degenaratif seperti diabetes melitus, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas, serta penurunan produktivitas pada usia dewasa (Tarigan, 2017). Stunting memiliki risiko terjadinya penurunan potensi intelcktual dan pertumbuhan yang terganggu (Soetjiningsih, 2015). Anak stunting berisikomengalami_ peningkatan kesakitan dan kematian, terhambatnya perkembangan motorik dan mental ,penurunan intelektual dan produktivitas, peningkatan risiko penyakit degeneratif, obesitas serta lebih rentan terhadap penyakit infeksi. Stunting pada anak sekolah dasar merupakan manifestasi dari stunting pada masa balita yang mengalami kegagalan dalam tumbuh kejar (catch up growth), defisiensi zat dalam jangka waktu lama, serta adanya penyakit infeksi Puskesmas melalui program gizi dan KIA. selalu_ memberikan penyuluhan kepada orang tua di mulai sejak hamil agar dapat mencegah stunting, akan tetapi angka stunting di puskesmas Balai Jaya belum mengalami penurunan yang signifikan, Berdasarkan hasil penelitian Verawati Simamora tahun 2019 banyak faktor yang menycbabkan terjadinya keadaan Stunting pada anak. Faktor penyebab Stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak langsung. Penyebab langsung dari kejadian Stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi sedangkan penyebab tidak Jangsungnya adalah pendidikan, status ekonomi keluarga, status gizi ibu saat hamil, sanitasi air dan lingkungan, BBLR pengetahuan dari ibu maupun keluarga. Berdasarkan hasil penelitian Septamarin (2019) mengatakan bahwa Ibu dengan pengetahuan yang rendah berisiko 10,2 kali lebih besar anak mengalami Stunting dibandingkan dengan ibu berpengetahuan cukup, Peranan orang tua terutama ibu sangat penting dalam pemenuhan gizi anak karena anak membutuhkan perhatian dan dukungan orang tua dalam menghadapi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Untuk mendapatkan gizi yang baik diperlukan pengetahuan gizi yang baik dari orang tua agar dapat menyediakan menu pilihan yang seimbang. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan Seorang ibu yang memiliki pengetahuan dan sikap gizi yang kurang akan sangat berpengaruh terhadap status gizi anakya dan akan sukar untuk memilih makanan yang bergizi untukanak dan keluarganya (Edwin dkk, 2017). Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 05 Agustus 2021 pada 8 orang balita stunting, sebagian besar balita mudah, terserang penyakit dan didapatkan 6 orang balita stunting yang memiliki ibu berpengetahuan kurang baik tentang asupan makanan dan 2 orang balita memiliki ibu berpengetahuan baik. Berdasarkan latar belakang di atas pem s tertarik mengambil judul hubungan pengetahuan ibu tentang nutrisi dengan kejadian stunting pada balita di kepenghuluan Balam Sempurna di wilayah Kerja Puskesmas Balai Jaya. B, Rumusan Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitia, adapun rumusan penelitian ini adalah Apakah ada Hubungan Pengetahuan Ibu tentang nutrisi dengan kejadian stunting pada balita di kepenghuluan Balam Sempuma wilayah kerja Puskesmas Balai Jaya? 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang nutrisi dengan kejadian stunting pada balita di kepenghuluan Balam Sempurna wilayah kerja Puskesmas Balai Jaya 2. Tujuan khusus a. Mengetahui distribusi_frekuensi_Karakteristik _responden, pengetahuan ibu tentang nutrisi dan kejadian stunting pada balita di kepenghuluan Balam Sempurna Wilayah Kerja Puskesmas Balai Jaya. b. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang nutrisi dengan kejadian stunting pada balita di Kepenghuluan Balam Sempurna Wilayah Kerja Puskesmas Balai Jaya. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis ‘Adapun kegunaan penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan masukan untuk teori dan menambah hasil informasi ilmiah yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada balita di Puskesmas Balai Jaya Manfaat Praktis Adapun kegunaan penelitian ini secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan perbaikan kebijakan dalam menurunkan kejadian stunting pada balita di Puskesmas Balai Jaya. BABII TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Kajian Teoritis 1. Pengetahuan a, Definisi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu pada hal-hal tertentu, Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, dan raba. Pengetahuan adalah keseluruhan ide, gagasan, yang dimiliki manusia tentang seisi dunia termasuk manusia dan kehidupannya. Pengetahuan sendiri biasanya didapatkan dari informasi baik yang didapatkan dari pendidikan formal maupun informasi lain seperti TV, internet, koran, majalah, radio, penyuluhan, dll, Tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi. Orang dengan tingkat pendidikan yang lebih baik akan lebih mudah dalam menerima informasi dibandingkan orang dengan tingkat pendidikan yang kurang, Informasi tersebut dijadikan sebagai bekal ibu untuk mengasuh balitanya dalam kehidupan sehari-hari. Persepsi itu sendiri dapat diartikan sebagai cara pandang seseorang terhadap sesuatu hal setelah mendapatkan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung, b. Tingkat Pengetahuan Menurut Kholid dan (Notoadmodjo, 2012) terdapat 6 tingkatan pengetahuan, yaitu: 1) Tahu (know) Tahu adalah mengingat kembali memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. 2) Memahami (Comprehension) Memahami adalah stuatu kemampuan untuk menjelaskan tentang suatu objek yang diketahui dan diintrepretasikan secara benar. 3) Aplikasi (Aplication) Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk mempraktekkan materi yang sudah dipelajari pada kondisi real (sebenarnya) 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan menjabarkan atau menjelaskan suatu objek atau materi tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis adalah suatu_kemampuan menghubungkan bagia-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi adalah pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian tingkat pengetahuan menggunakan skala Guttman dengan dua alternatif jawaban (Sugiyono, 2015), yaitu (a) Benar : diberikan nilai 1 (b) Salah : iiberikan nilai 0 10 Kriteria skor penilaian tingkat pengetahuan dibedakan menjadi : (a) Baik : hasil presentase > 50% dari jawaban yang benar (b) Kurang : hasil presentase < 50% dari jawaban yang benar c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut (Kusumaningrum & Wiyono 2013) tingkat pengetahuan gizi ibu berhubungan positif dengan tingkat pendidikan yang beratti semakin inggi pendidikan ibu anak balita maka semakin baik tingkat pengetahuan gizi ibu, ibu yang berpendidikan lebih tinggi relatif mudah mengerti dan memahami informasi yang diberikan dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut (Mubarak & Chayatin, 2009) faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : umur, pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi. 1) Umur Dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan pada aspek mental dan psikologis sehingga taraf pemikiran seseorang semaik dewasa dan matang (Mubarak & Chayatin, 2011). 2) Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan sescorang, maka semakin mudah menerit informasi, sebaliknya jika tingkat pendidikan rendah, maka akan menghambat perkenalan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Jika tingkat pengetahuan ibu baik diharapkan status gizi balitanya juga baik (Suliha, 2012). a 3) Pekerjaan Faktor kesibukan ibu, khususnya ibu yang bekerja, sering kali mengakibatkan ibu tidak sempat menyediakan makanan schingga pethatian yang diterima anaknya berkurang dan akibatnya makanan yang dimakan oleh anaknya kurang mendapatkan perhatian (Khosman, 2016). 4) Sumber Informasi Pemberian konseling gizi secara individu dapat meningkatkan pengetahuan gizi ibu balita dan konsumsi makanan anak balita Penyuluhan gizi sangat penting peranannya dalam usahia memperbaiki gizi masyarakat, khususnya perbaikan gizi anak-anak balita (Adiyanti & Julia 2016). Dengan penyuluhan gizi diharapkan ibu_ memperbaiki dan mengubah tingkah laku terhadap masalah gizi pada anak balita (Budiyanto, 2012). Peran orang tua sangat penting dalam pemenuhan gizi karena pada saat seperti ini anak sangat _membutuhkan perhatian dan dukungan orang tua dalam = menghadapi_pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Untuk mendapatkan gizi-gizi_yang baik diperlukan pengetahuan gizi yang baik dari orang tua agar dapat menyediakan menu pilihan yang seimbang, untuk anaknya (Devi, 2012). 2 2. Konsep Dasar Nutrisi pada Balita Nutrisi adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubul untuk tumbuh dan berkembang. Jenis nutrisi yang diperlukan oleh tubuh adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air (Supartini, 2014) Menurut (Hardiansyah dkk, 2014) setiap orang dapat memenuhi kebutuhan gizi bila mengonsumsi pangan dalam jumlah yang beragam dan cukup untuk kebutuhannya, Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, meliputi : a. Karbohidrat b. Lemak ©. Protein . Vitamin e. Mineral f. Air 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Pemenuhan Nutrisi Menurut (Sulistyoningsih, 2011) faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi terdiri dari faktor ekonomi, pendidikan dan lingkungan. a. Faktor ekonomi Faktor ekonomi sangat berpengaruh terhadap konsumsi pangan yaitu pendapatan keluarga. Dengan meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan B menyebabkan menurunya daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas b. Pendidikan Pendidikan dalam hal ini dikaitkan dengan pengetahuan, pengetahuan akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi, Seseorang yang berpendidikan rendah akan memilih makanan yang penting mengenyangkan sehingga makanan yang dipilih tidak mencukupi kebutuhan gizi, sebaliknya yang berpendidikan tinggi akan cenderung memilih bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi seimbang. c. Lingkungan Lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap pembentukan perilaku makan, Kebiasaan makan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap pola makan anak. Kesukaan terhadap makanan terbentuk dari kebiasaan makan yang terdapat dikeluarga. 4, Stun 1S a. Defenisi stunting Stunting merupakan suatu kondisi dimana terjadi gagal tumbuh pada anak balita (bawah lima tahun) disebabkan oleh kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu. pendek untuk usianya, Kekurangan gi terjadi sejak bayi berada di dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi dilahirkan. Akan tetapi, kondisi stunting baru akan muncul setelah anak berusia 2 tahun, Balita stunting adalah balita dengan panjang badan 14 (PB) atau tinggi badan (TB) menurut umumya (U) dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006, Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) stunting adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2$D/standar deviasi (stunted) dan kurang dari -3SD (severely stunted) (Tim Nasional Pereepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017) Stunting adalah suatu kondisi gagal tumbuh pada anak balita yang mana disebabkan oleh kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya, kekurangan gizi terjadi pada saat bayi masih berada di dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir, akan tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun, Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan anak, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktivitas dan kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kemiskinan (Direktur Anggaran Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, 2018). b, Faktor—faktor Penyebab Stunting secara langsung 1) ASIEkIsusif Pemberian ASI yang kurang menyebabkan bayi menderita gizi kurang dan gizi buruk. Anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berisiko lebih tinggi untuk kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk proses pertumbuhan.Gangguan pertumbuhan akan mengakibatkan terjadinya stunting pada anak (Pengan, 2015). 15 Stuming dapat dieegah dengan beberapa hal seperti memberikan ASI Esklusif, memberikan makanan yang bergizi sesuai kebutuhan tubuh, membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas fisik, untuk menyeimbangkan antara pengeluaran energi dan pemasukan zat gizi kedalam tubuh, dan memantau tumbuh kembang anak secara teratur. Stunting lebih banyak ditemukan pada anak yang memiliki asupan gizi yang kurang baik dari makanan dan ASI. ASI sebagai antiinfeksi sehingga dapat meningkatkan risiko kejadian stunting (Indrawati, 2016). 2) Berat Badan Lahir Rendah BBLR sangat erat kaitannya dengan mortalitas dan mordibitas janin, Keadaan ini dapat menghambat —pertumbuhan dan perkembangan kognitif, kerentanan terhadap penyakit kronis di kemudian hari. Secara populasi, proporsi bayi dengan BBLR adalah gambaran multimasalah keschatan masyarakat mencakup ibu yang kekurangan gizi jangka panjang, kesehatan yang buruk, kerja keras dan perawatan Kesehatan dan kehamilan yang. buruk. Secara individual, BBLR merupakan prediktor penting dalam kesehatan dan kelangsungan hidup bayi yang baru lahir dan berhubungan dengan risiko tinggi pada kematian bayi dan anak (UNICEF, 2010). Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Sulistyorini, 2010) : e 16 3) Penyakit infeksi Masalah balita stunting menggambarkan masalah gizi kronis, dipengaruhi dari kondisi ibu/calon ibu, masa janin dan masa bayi / balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa balita. Dalam kandungan, janin akan tumbuh dan berkembang melalui pertambahan berat dan panjang badan, perkembangan otak serta organ-organ lainnya, Kekurangan gizi yang terjadi dalam kandungan dan awal kehidupan menyebabkan janin melakukan reaksi penyesuaian, Secara paralel_penyesuaian tersebut meliputi perlambatan_ pertumbuhan dengan pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel_tubuh termasuk sel otak dan organ tubuh lainnya. Hasil reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi di ekspresikan pada usia dewasa dalam bentuk tubuh yang pendek (Kesra, 2013). Faktor-faktor penyebab stunting tidak Langsung 1) Pengetahuan Faktor yang dapat memengaruhi kejadian stunting salah satunya yaitu pengetahuan ibu. Pengetahuan mengenai stunting sangatlah diperlukan bagi seorang ibu Karena pengetahuan ibu mengenai stunting yang kurang dapat menycbabkan anak berisiko mengalami siunting. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dkk di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Muid Kabupaten Melawi pada tahun 2016 menyatakan bahwa ibu dengan pengetahuan yang kurang baik mempunyai risiko sebesar 1,644 kali 7 memiliki balita stunting jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan baik. 2) Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidkan yang baik maka orangtua dapat menerima segala informasi dari luar. Pendidikan formal maupun informal diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan gizi ibu. Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan. dan pemenuhan Kebutuhan gizi. Prinsip yang dimiliki sescorang dengan pendidikan rendah biasanya adalah yang _penting mengeyangkan, sehingga porsi bahan makanan umber karbohidrat lebih banyak dibandingkan dengan kelompok bahan makanan lain. Sebaliknya, kelompok orang dengan pendidikan tinggi akan mereneanakan menu makanan yang sehat dan bergizi bagi dirinya dan keluarganya dalam upaya memenuhi zat gizi yang diperlukan. Bagi ibu rumah tangga diharapkan untuk mengikuti program pendidikan dasar minimal 9 tahun, Bagi yang tidak dapat membaca dapat mengikuti program buta huruf yang diselenggarakan pemerintah. Hal ini dilakukan agar ibu yang berpendidikan rendah dapat melek huruf sehingga dapat mengakses informasi mengenai gizi dan kesehatan yang kemudian informasi tersebut dipraktikkan dalam keluarga (Antika, 2014). 18 3). Social ekonomi Menurut Kemenkes (2017) stunting discbabkan olch faktor multi dimensi : (a) (b) (©) Praktik pengasuhan yang tidak baik, meliputi_kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada saat masa kehamilan, 60% anak usia 0-6 bulan tidak memperoleh ASI Eksklusif, 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima MP-ASI. Terbatasnya layanan keschatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care, Post-Natal dan pembelajaran dini yang berkualitas, meliputi 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdafiar PAUD, 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai, menurunnya tingkat kehadiran anak di posyandu, tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi. Kurangnya akses ke air bersih dan santasi, meliputi 1 dari $ rumah tangga masih BAB di ruang terbuka, 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum yang bersih, WHO (2013) membagi penyebab terjadinya stunting pada anak menjadi 4 kategori besar yaitu faktor keluarga dan rumah tangga, makanan tambahan/ komplementer yang tidak adekuat, menyusui, dan infeksi 19 (a) Faktor keluarga dan rumah tangga dibagi lagi menjadi faktor maternal dan faktor lingkungan rumah, Faktor maternal berupa nutrisi yang kurang pada saat prekonsepsi, kehamilan dan laktasi, tinggi badan ibu yang rendah, infeksi, kehamilan pada usia remaja, kesehatan mental, Intrauterine Growth Restriction (IUGR), kelahiran preterm, jarak kehamilan yang pendek, dan hipertensi, Faktor lingkungan rumah berupa stimulasi dan aktivitas anak yang tidak adekuat, perawatan yang kurang, sanitasi dan pasukan air yang tidak adekuat, akses dan ketersediaan pangan yang kurang, alokasi makanan dalam rumah tangga yang tidak sesuai, dan edukasi pengasuh yang rendah. (b) Faktor kedua penyebab stunting adalah makanan komplementer yang tidak adekuat, yang dibagi menjadi tiga, yaitu kualitas makanan yang rendah, cara pemberian yang tidak adekuat, dan keamanan makanan dan minuman, Kualitas makanan yang rendah dapat berupa kualitas mikronutrien yang rendah, keragaman jenis makanan yang dikonsumsi dan sumber makanan hewani yang rendah, makanan yang tidak mengandung nutrisi, dan makanan komplementer yang mengandung energi rendah, Cara pemberian yang tidak adekuat berupa frekuensipemberian makanan yang rendah, pemberian makanan yang tidak adekuat ketika sakit dan setelah sakit, konsistensi makanan yang terlalu halus, pemberian makan yang rendah dalam kuantitas. Keamanan makanan dan 20 minuman dapat berupamakanan dan minuman yang terkontaminasi, kebersihan yang rendah, penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak aman, (©) Faktor ketiga yang dapat menyebabkan stunting adalah pemberian ASI (Air Susu Tbu) yang salah, karena inisiasi yang terlambat, tidak ASI eksklusif, dan penghentian penyusuan yang terlalu cepat. (d) Faktor keempat adalah infeksi klinis dan sub klinis seperti infeksi pada usus : diare, environmental enteropathy, infeksi cacing, infeksi pemafasan, malaria, nafsu makan yang kurang akibat infeksi, dan inflamasi. d. Dampak Stunting Stunting dapat dipengaruhi oleh banyak faktor terutama riwayat terdahulu dibandingkan dengan diare yang hanya dilihat dalam waktu yang singkat. Faktor lain seperti keberagaman pangan baik zat gizi makro dan mikro terdahulu juga dapat mempengaruhi keadaan stunting pada balita.Diare merupakan penyakit infeksi metabolisme yang dampaknya dapat langsung dilihat dalam jangka waktu yang singkat, sedangkan keadaan stunting merupakan malnutrisi yang bersifat kronis dampak dari keadaan yang terjadi dalam waktu yang lama dan terus-menerus. Masalah gizi terutama masalah balita stunting dapat menyebabkan proses tumbuh kembang menjadi terhambat, dan memiliki dampak negatif yang akan berlangsung untuk kehidupan selanjutnya. Sebuah penelitian 5. Dampak jangka panjang, y 21 menunjukkan bahwa balita pendek sangat berhubungan dengan prestasi pendidikan yang kurang dan pendapatan yang rendah sebagai orang dewasa (Astutik, Rahfiludin, & Aruben, 2018). Menurut WHO, dampak yang terjadi akibat stunting dibagi menjadi dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang Dampak jangka pendek, yaitu : 1) Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian 2) Perkembangan kognitif, motorik dan verbal pada anak tidak optimal 3) Peningkatan biaya kesehatan 1) Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek bila dibandingkan pada umumnya) 2) Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya 3) Menurunnya keschatan reproduksi 4) Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah 5) Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal ian Terkait a. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Komang Ayu Widyari Putri tahun 2019 dengan judul hubungan pengetahuan ibu tentang nutrisi dengan kejadian stunting pada balita di desa singakerta gianyar. Desain penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian korelasional analitik pendekatan dengan cross. sectional. Hasil penelitian 22 didapatkan responden_mempunyai tingkat pengetahuan tentang nutrisi dalam Kategori baik, yaitu sebanyak 21 (46,7%) responden, sedangkan responden mempunyai tingkat pengetahuan tentang nutrisi dalam kategori cukup, yaitu sebanyak 12 (26,7%) responden, dan responden mempunyai tingkat pengetahuan tentang nutri dalam kategori kurang, yaitu sebanyak 12 (26,7%) responden. Tinggi badan anak selanjutnya dikategorikan menjadi 2 tingkat, yaitu pendek dan sangat pendek. Diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki kategori tinggi badan pendek, yaitu sebanyak 25 (55,6%) responden, responden memiliki Kategori tinggi badan sangat pendek, yaitu scbanyak 25 (44,4%). Uji hipotesis yang digunakan uji chi-square dengan p value 0,004 Sehingga ada hubungan pengetahuan ibu tentang nutrisi dengan kejadian stunting, Semua variable penelitian ini sama, namun perbedaan penelitian terkait dengan penelitian ini adalah pada alat ukur dan metode pengambilan sampel serta lokasi penelitiannya, Penelitian yang dilakukan oleh Hasnawati tahun 2021 dengan judul ‘Hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional studi, Sampel dalam penelitian adalah 30 responden dengan teknik penarikan sampel Purposive sampling. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji chi square Hasil penelitian diperoleh bahwa ada 23 hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian stunting dengan nilai p = 0,02 (p| Kejadian Stunting Faktor ~ Faktor Secara Tidak Langsung Yaitu 1. Sosial Ekonomi 2. Pendidikan 3. Pengetahun Sumber : Antikah, 2014 Gambar I, Kerangka Teori Model Precede-Proceed untuk Perencanaan dan Evaluasi Promosi Keseha. 24 D. Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini dijelaskan pada skema berikut ini : Variabel Independen Variabel Dependen Pengetahuan | [-———> Stunting Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian E. Hipotesis Berdasarkan kerangka konsep yang telah di buat, maka hipotesis penelitian yang muncul adalah : H, : Ada hubungan antara pengetahuan ibu. tentang nutri dengan kejadian stunting BAB IIL METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan analitik kuantitatif dengan desain cross-sectional analitik yaitu melakukan pengukuran atau pengamatan pada seluruh variabel dependent (kejadi balita) dengan variabel independent (pengetahuan ibu) fan stunting pada ikukan dalam waktu yang sama untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada balita dilakukan sekali saja dan pada saat yang bersamaan, Penelitian dilakukan pada tahun 2021 4 ‘Menentukan subjek dan sampel | Pengetahuan ibu Melakukan pengamatan) |} pengukuran Kejadian stunting pada balita Hasil pengamatan / pengukuran ae Hasilanalisis| Skema 3.1 Rancangan Penelitian 25 2. 26 Alur Penel ian Juntlah balita di kepenghuluan Balam Sempurna Responden sesuai krteria sampel 03 Pengetahuan ibu Kejadian stunting pada balita Vv Analisa Data 1. Univariat 2. Bivariat 3. 7 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang peneliti lakukan meliputi : a. Mengajukan surat permohonan pembuatan surat izin pengambilan data kepada bagian Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Fakultas IImu Kesehatan Universitas Pahlawan Tuanku tambusai yang ditujukan ke Puskesmas Balai Jaya b. Menyerahkan surat izin pengambilan data kepada bagian tatausaha Puskesmas Balai Jaya Setelah mendapatkan izin, penulis melakukan pengambilan data serta melakukan studi pendahuluan. d. Membuat proposal Laporan Tugas Akhir. . Melakukan penelitian dan membuat Laporan Hasil Penelitian Variabel Penelitian Variabel-variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah : a. Variabel i lependent Variabel independent dalam penelitian ini meliputi pengetahuan ibu. b. Variabel dependent Variabel dependent yang diteliti adalah kejadian stunting pada balita. 28 B, Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kepenghuluan Balam Sempurna Wilayah Kerja Puskesmas Balai Jaya Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 07 s/d 18 September 2021 C. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita yang ada di Kepenghuluan Balam Sempurna_wilayah kerja Puskesmas Balai Jaya sebanyak 412 orang. Sampel Sampel merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. (Notoadmodjo, 2010). Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut N T+N Keterangan n= Besar sampel N= Besar populasi d= derajat kesalahan yang masih diterima (0,05) N TN (dP 412 1+ 412(0.05)? 3. 29 412 "* T¥ 412(0,0025) 412 "< TF103 412 2.03 n= 202,95 = 203 orang Jadi, sampel dalam penelitian ini sebanyak 203 orang, a. Kriteria inklusi 1. Bersedia menjadi responden 2. Responden yang bisa baca tulis b. Kriteria eksklusi 1. Responden yang telah pindah 2. Responden yang sedang sakit ‘Teknik pengambilan sampel ‘Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan dengan cara simple random sampling yang artinya pengambilan sampel secara acak, artinya setiap elemen dari populasi mempunyai peluang yang sama dan diketahui untuk terpilih menjadi subjek (Dermawan, 2013). 30 D. Etika Peneli ian Menurut Hidayat (2008) etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia, maka segi ctika penclitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut 1, Lembar Persetujuan (Informed Consent) Informed Consent merupakan persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembaran _persetujuan, Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan. Tujuannya adalah agar responden mengerti_ maksud dan tujuan penelitian, Jika subyek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika responden tidak bersedia untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya. 2. Tanpa Nama (Anonimity) Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada _lembaran pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan, Tujuannya adalah untuk menjaga kerahasiaan responden. 3. Kerahasiaan (Confindetialiny) Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. 31 E. Alat Pengumpulan Data Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari kuesioner umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan ibu dengan kejadian stunting, Data demograli merupakan checklist dan pertanyaan terbuka yang terdiri dari umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, Instrument pengetahuan ibu dibuat oleh peneliti dengan berpedoman dari penelitian sebelumnya yang telah di ujivaliditas dan reabilitas yaitu Munthofiah (2018) dengan judul Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dengan status gizi anak balita . Terdapat 20 pertanyaan tentang pengetahuan ibu. Pemberian skor dilakukan dengan ketentuan, bila jawaban respoden benar diberi skor 1, dan bila jawaban responden salah diberi skor 0. Skor yang diperoleh masing-masing responden dijumlahkan, dibandingkan dengan skor maksimal kemudian dikalikan 100 %, Skor yang diperoleh kemudian dikategorikan menjadi pengetahuan baik > 50 %, kurang < 50%. F. Prosedur Pengumpulan Data Langkah-langkah tahap penatalaksanaan pengambilan data adalah sebagai berikut : 1, Tahap Administrasi : 1. Peneliti mengajukan surat permohonan izin pengambilan data ke Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai untuk melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Balai Jaya Kabupaten Rokan Hilir. 32 2. Menyerahkan surat izin pengambilan data ke Bagian tata usaha yang ada di Puskesmas Balai Jaya sebagai syarat pengambilan data awal Tahap pelaksanaan a. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian ke pihak Puskesmas Balai Jaya b. Mencari data sesuai dengan kebutuhan peneliti cc. Melakukan seminar proposal 4d. Mengurus surat izin penelitian sesuai prosedur e. Setelah mendapatkan responden, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan, serta menjelaskan kerahasiaan informasi yang diberikan. Kemudian apabila_ menyetujui, peneliti_memberikan surat persetujuan menjadi responden (informed consent) f Setelah responden menandatangani lembar informed consent, peneliti mempersilahkan responden mengisi semua pertanyaan dalam kuesioner yang diberikan, Pendampingan pengisian kuesioner diberikan oleh peneliti untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang dipahami oleh responden g. Sctelah pengisian kuesioner selesai, kuesioner dikembalikan kepada peneliti untuk diperiksa apakah pertanyaan dalam kuesioner sudah terisi semua h. Kuesioner yang telah terkumpul dicatat pada lembar pengumpulan data 33 i. Data yang terkumpul dilakukan analisis untuk mengetahui hubungan antar variable. G. Definisi Operasional Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel__secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap objek atau fenomena (Hidayat, 2008) Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabet Detinisi Aloe Ukur Skala Hasil Ukur Operasional Ukur 1 Pengetahuan —Tingkat Tembar ‘Ordinal 0. Kurang, ike pemahaman iu Kuesioner total nilai < tentang 50% (< 10 pertumbuhan Jawaban benar) balita, perawatan 1. Baik, jika total dan pemberian nilai > SO%(= makan anak 10 jawaban balita, pemilihan benar) dan pengolahan cape (uno, 2014) 2 Stumiing Stunting KMS/Standar Nominal 0. Mengalami rmerupakan Antropometri Stunting sjika Kondisi kronis—_Penilaian nilai Z score = yang Status Gizi 2sp ‘mengggambarkan 1, Tidak terhambatnya mengalami pertumbuhan Stunting, jka joke a ‘i nilai Z score -2 tunjukan nilai z sid +3 8D score PBIU <2 (Kemenkes, sD 2020) 34 H. Analisa Data. Analisa data digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian dan membuktikan hipotesis penelitian yaitu hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunsing di wilayah kerja Puskesmas Balai Jaya Kabupaten Rokan Hilir, maka dilakukan analisa secara bertahap (Hastono dan Sabri, 2008) yaitu: 1. Analisa univariat, untuk memberikan gambaran variabel independen yang meliputi pengetahuan ibu dan variabel dependen yaitu kejadian Stunting. Hasil analisa ini menggunakan tabel distribusi frekuensi dan presentase. = x 100% N Keterangan: P =presentasi yang dicari F = jumlah jawaban yang benar N= jumlah seluruh observasi 2. Analisa bivariat, digunakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Balai Jaya Kabupaten Rokan Hilir. Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji statistik chi-square dengan taraf signifikansi yang diinginkan adalah 95% (a = 0,05). Dengan menggunakan SPSS, Pedoman dalam menerima hipotesis: apabila nilai probabilitas (p) < 0,05 maka Hy ditolak, apabila (p) > 0,05 maka Ho gagal ditolak untuk masing-masing hipotesis. BABIV HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada tanggal 07 s/d 18 September 2021 Kepenghuluan Balam Sempurna Wilayah Kerja Puskesmas Balai Jaya. Responden penelitian ini sebanyak 203 orang. Data yang diambil pada penelitian ini meliputi pengetahuan ibu tentang nutrisi (variabel independen) dan kejadian stunting pada balita (variabel dependen). Dari penyebaran kuesioner didapatkan hasil sebagai berikut : A. An is Univa Analisis univariat dalam penelitian ini yaitu pengetahuan ibu tentang nutrisi dan kejadian stunting pada balita. Hasil analisa ini dapat di lihat pada tabel 4.1 berikut ini Karakteristik Responden Tabel 4.1 Karakteristik Ibu di Kepenghuluan Balam Sempurna Wilayah Kerja Puskesmas Balai Jaya Tahun 2021 Karakteristik Jum Usia (Tahun) <20->38, 99 20-30 104 Total 203, 100. Pekerjaan IRT 150 Bo SWASTA, 47 Bal ASN 6 3.0. Total 203 100 Pendidikan ‘SD- SMP 40 19,7 SMA/SMK 12 Pr. Total 100 Sumber: Penyebaran Kuesioner 35 36 Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh keterangan bahwa dari 203 responden terdapat 104 responden (51.2%) berumur 20 - 30 tahun, 150 responden (73,9%) dengan pekerjaan IRT, 140 responden (70,0%) berpendidikan SMA/SMK. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan ibu dan Kejadian Stunting di Kepenghuluan Balam Sempurna Wilayah Kerja Puskesmas Balai Jaya Tahun 2021 No. \Variabel Independen Jumlah % T Pengetahuan 1. Kurang Baik 43 212 2. Baik 160 1 Tot 20 100 —_ Variabel Dependen 2 Kejadian Stunting 1. Stunting 4 6.9 2. Tidak Stunting 189 93,1 Tot 203 100 ‘Somber: Penvebaran Kuesioner Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 203 responden terdapat 160 responden (78,8%) memiliki pengetahuan dengan kategori baik dan 189 responden (93,1%) tidak mengalami kejadian stunting. Analisis Bivariat Analisis bivariatdilakukan untuk menganalisis hubungan dua variabel, Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Chi Square untuk melihat ada atau tidak adanya hubungan pengetahuan ibu tentang nutrisi dengan kejadian stunting di Kepenghuluan Balam Sempurna Wilayah Kerja Puskesmas Balai Jaya Tahun 2021. Analisa bivariat ini penulis, sajikan dalam bentuk tabel dibawah ini : 7 1, Hubungan Pengetahuan ibu dengan Kejadian Stunting. ‘Tabel 4.3 : Hubungan Pengetahuan ibu dengan Kejadian Stunting Kepenghuluan Balam Sempurna Wilayah Kerja Puskesmas Balai Jaya Tahun 2021 Kejadian Stunting rs rr Pengetahuan Stunting % ald % Total % ytry POR Kurang, Swe 3ST 100 Baik 6 isd 96,3160 100001 5.867 Tumlah is 189) 203100 Sumber: Penyebaran Kuesione? Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 43 Responden dengan pengetahuan ibu yang kurang, terdapat 35 responden (81,4%) yang tidak mengalami kejadian stunting, sedangkan dari 160 responden dengan pengetahuan ibu yang baik, terdapat 6 responden (3,8%) yang mengalami kejadian stunting. Secara statistik menggunakan analisis Chi Square (X*) pada tingkat kemaknaan 95% menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang nutrisi dengan kejadian stunting di Kepenghuluan Balam Sempurma Wilayah Kerja Puskesmas Balai Jaya Tahun 2021 yang ditandai dengan nilai p = 0,001 35 tahun lebih cenderung tidak bersemangat untuk menerima kehadiran anaknya, menyebabkan kurang terpenuhinya kebutuhan gizi pada anak schingga mengakibatkan gangguan tumbuh kembang anak. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan ibu tentang nutrisi dengan kejadian stunting pada balita di Kepenghuluan Balam Sempurna Wilayah Kerja Puskesmas Balai Jaya Tahun 2021 B. Saran 1. Saran Teoritis Secara teoritis diharapkan dapat memberikan masukan untuk teori dan menambah hasil informasi ilmiah yang berhubungan dengan pengetahuan. ibu dengan kejadian stunting pada balita di Puskesmas Balai Jaya. 2. Saran Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan informasi dan referensi guna penelitian sejenis dengan menghubungkan faktor lain yang juga merupakan faktor risiko kejadian stunting pada balita. 42 DAFTAR PUSTAKA Agustiningrum, T. (2016). Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari 1. Fakultas IImu Kesehatan : Universitas Aisyiyah Yogyakarta, Antikah, (2017) Menilai status gizi untuk mencapai sehat optimal. Yogyakarta Leutika Budiyanto, (2012) stunting pada balita di puskesmas, Fakultas ilmu Kesehatan Universitas Aisyah Yogjakarta. Dermawan, (2013) metodologi penelitian kualitatif dan kuantitatif. Jakarta Grenekacipta Dinas Keschatan Provinsi Riau. (2019) Profil Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Pekanbaru. Edwin, dkk. (2017) Panduan pindar merawat hayi dan balita, Jakarta : PT. Wahyu Media. Hapsari, W. (2018). Hubungan Pendapatan Keluarga, Pengetahuan Ibu Tentang Gizi, Tinggi Badan Orang Tua, Dan Tingkat Pendidikan Ayah Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Umur 12-59 Bulan, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Hasnawati. (2021) hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan, Jurmal Kesehatan. Hardiansyah, (2014) hubungan kurang energy kronis ibu hamil dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan di kota Yogyakarta, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Situasi Gizi di Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Jakarta Kusumaningrum dan Wiyono, (2013) Definisi Vitamin A dan Zink sebagai Faktor Risiko terjadinya Stunting pada Balita di NTT. Jumal Media Peneliti dan Pengembangan Kesehatan. Khosman, (2016) Faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 2-3 tahun di kee. Semarang timur, Jurnal of nutritioan college. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta (2010). mu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta Ni Komang Ayu Widyari Putri, (2019). Hubungan pengetahuan ibu tentang nutrisi dengan kejadian stunting pada balita di desa singakerta gianyar. Jurnal Kesehatan. Ni’mah C, Muniroh L.(2015). Hubungan tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan pola asuh ibu dengan wasting dan stunting pada balita keluarga miskin. Surabaya: Media Gizi Indonesia:, 10 (1) : 84-90. Pormes, W.E, Rompes.S, Ismanto.A.Y. (2014), Hubungan pengetahuan orang tua tentang gizi dengan stunting pada anak usia 4-5 tahun di TK Malackat pelindung Manado Risna, G.S., Nurmasari, W., & Rachma, P (2019). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Responsive Feeding Dengan Kejadian Stunting Pada Baduta Usia 6- 24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang. Journal of Nutrition College Riset_ Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018. Diakses: 5 Juli 2021 dari www.depkes.go.id Soetjiningsih 2015. Tumbuh Kembang Anak, BGC : Jakarta Soetjiningsih. (2015) Tumbuh kembang anak, Edisi Il, Jakarta : EGC Sugiyono, (2015) Metodologi Penelitian, Jakarta : Renekacipta Suliha, (2012) Kaitan antara status gizi perkembangan koknitif dan motoric pada anak usia pra sekolah. Jurnal penelitian gizi dan makanan, Supartini, (2014) status gizi ibu hamil, berat badan lahir bayi dengan stunting pada balita Tarigan I dan Aryastami, (2017). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bayi ‘Tethadap Pemberian ASI Eksklusif. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 15(4) : 390-397. UNICEF. (2013). Improving child nutrition, the achievable imperative for global progress. New York: United Nations Chilren’s Fund BBA H 3]3)3]3)3)3]8)3)3)3)2)5)312181212101312 41213 EI lalallala la lala ]alaaalalalalalaaalalalalalaalal li z ayaa} Ee fs} aajalafa}azalafalafa|a al ajafal aia a ala ifsiaiz\aal elas a|flgalafa|iaiata|Halai2 als] g BEE SSEGRcEEEEEeCEEeEgca! lle lllle lel z BEER EERE EEE EEE HEEL EERE SEER EEEEE EEC BE EEEE CE EEREEREREEEEE 5 EERE EES EEE EEE EEE EERE EE EE RSE EEE EEE EE EEE ES Eee PEE EEE EE EE EEEEEEE 2 EEE S HSS EHS E EE SEE EEE EEE ES EE EEE ESE SEE EE ee eee See Se EEE EE] z St TSS SSS SS Se St tS ES SS SES SS SESS SS SHEE F Sale ela 282 se alas alaslelelelalala sia alee 3 lelalelalals lelele(alal lalela aia as ale |ala(\-(e alae g ialal Bela Falelal ialatalalalelaiaid avatghal ial slaidia asda giedidie dlatalal ella E aaa tedagsalg addy EEEEELU FEEL EEECECECEELEBECECEEEEECFERECLEE E| #lzlelzlels| EREEREEBEREREE i 2/2] fy hele ele Hel letela| fle THA Aes! = EE ERE SIE Saale SES EF2 EE EGA 2E SFE EEE IEE Pale ele lelela ala alias fale eyalelss Bi alae ae else zie jalsiatalaita fain a lalata|atgsa}a}a aga} patz a tet apsfal ae aeteyayalalststgtseratzig 5 2 3 H Bi al Plea [sal el alee alalel Fl |||] || fl lal s|el=|el jal 1a} ai ahaha 315 }a\4) EI }3|3)311314 f3})3) 13) a3) 33) fetalalalalalal alta tal Natale atalalalalalaltal fel aialatalal el aialalalalal eles alalal alata Nal ala] a falalal al Salalalalalala afd SSG ASAE Aa AAA aaa SU Da lls] | a] e215} 3] | gla} $)<| 9] 2] z|=| 4/1314) 3] az clelala| sl\ ela Jl i 2a) 21) Hee Dasa tet i Asay AAAs adlaisaa easy EPs left feel lela llega ell elec lee eles Eelzle laadegadagddeadsedaadeasecaeseqeddsudseaaase! HAsdalselsadeaseeadeed Be Eee Dg R AERA ee AEH Pe ee eee ces a Re aeucae BGGEGGCEE [als 2 ||] 5) e) BEBEBEE | BBBE || BEEREEE) i Tht st 1 fsa fa fk Tes a va ison 1 Yasar + Tis ft st 1 fat ef 1 Ts 7 7 fsa faa fas sf 1 ta os af halailafa Bafa ata aa}elaaafa lalallala ala lalallala Salalah lala aafalaiay a i ls ivan stn ai fiona i SH [HE ae ST S| SH Sit [HE SH TT ‘iS SOC Pe [i eva iS Tas [st SA fsa [ois | SWE Ta rael_be 1 ia So arf ele SP 5]

You might also like