You are on page 1of 1
Beberapa cara untuk mengatasi dan mencegah SBS yaitu: 1. Menghilangkan atau memodifikasi sumber polu: Cara ini paling efektif untuk mengatasi permasalahan kualitas udara dalam ruangan ketika sumber polusi diketahui dan dapat di kontrol. Contohnya adalah dengan perawatan sistem HVAC secara teratur dengan cara membersihkan atau mengganti penyaring secara berkala, membersihkan bekas kebocoran air yang terdapat di langit-langit dan karpet, memberlakukan Jarangan merokok dalam gedung, mengarahkan pembuangan emisi kontaminan ke luar gedung, menyimpan cat sisa pakai, lem, pelarut dan pestisida di ruangan dengan ventilasi yang cukup. Pada ruangan yang baru mengalami renovasi harus diberikan waktu agar bahan polutan yang dikeluarkan oleh bahan-bahan material gedung yang baru untuk hilang sebelum ruangan dapat digunakan? 2. Meningkatkan laju ventilasi dan distribusi udara. Sistem HVAC harus dirancang agar dapat memenuhi standar ventilasi dalam gedung. Sistem HVAC harus dioperasikan sesuai dengan standar ASHRAE dan mendapat perawatan yang teratur untuk dapat memastikan laju ventilasi yang sesuai, Pemakaian exhaust ventilation diperlukan pada tempat tertentu seperti di toilet, ruang fotokopi dan percetakan untuk membuang polutan keluar gedung,? 3. Perencanaan gedung. Penentuan lokasi gedung yang jauh dari pusat industri, penggunaan bahan bagunan yang ramah lingkungan, pemeliharaan gedung yang teratur, ventilasi dan pencahayaan yang cukup.* 4, Edukasi dan komunikasi. Komunikasi yang baik antara pegawai kantor, manajemen dan pegawai bagian perawatan gedung dan pemahaman akan masalah yang dapat ditimbulkan oleh kualitas udara dalam ruangan yang buruk akan menyebabkan mereka bekerja secara efektif untuk mencegah dan mengatasi SBS. DAFTAR PUSTAKA 1. Menzies D, Bourbeau J. Building related illnesses. N Engl J Med 1997; 337; 1524-31. 2. U.S Environmental Protection Agency. Indoor air facts no. 4 (revised): si ing syndrome (SBS). Available at; hitp://www.epa.gov/cgi-bin/epaprintonly.cgi. Accessed on May 10", 2005. 3. Finnegan MJ, Pickering CAC, Burge PS. The sick building syndrome: prevalence studies. Br Med J 1984; 289: 1573-5. 4, Jaakkola JJK. The office environment model: a conceptual analysis of sick building syndrome. Indoor Air 1998; 8:7-16. 5. Ooi PL, Goh KT. Sick building syndrome: an emerging stress-related disorder? Int J Epidemiol 1997; 26: 1243-9. 6. Environmental Health Center, building syndrome. Available at: hutp://www.nse.org/ehe/indoor/sbs.htm. Accessed’on May 10", 2005. 7. Heimlich JE. Sick building syndrome. htip:/www.2res.conv/2resrenvsick-building-syndrome.html. Accessed on May 10", 2005. 8. Iseaeli E, Pardo A. The sick building syndrome as a part of the autoimmune (auto- inflamatory) syndrome induced by adjuvants. Mod Rheumatol. 2011;21:235-9. 9. Indoor air quality : a guide to understanding ASHRAE standard 62-2001. Diunduh dari hutps://www.trane.convcommercial/Uploads/PDF/520/ISSAPGO001-EN. pdf pada tanggal 20 Mei 2016. 10. Jansz J. Sick building syndrome identification and risk control measurements, In : Abdul- Wahab SA, editor. Sick building syndrome: in public buildings and workplace. 1« ed. Heidelberg: Springer; 201 1.p.493-508.

You might also like