You are on page 1of 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/372416795

Memetakan Narasi Islamisme di Medan, Sumatera Utara; Investigasi terhadap


Pola Penyebaran dan Penerimaan terhadap Radikalisme - 2015

Article in Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi · January 2017

CITATIONS READS

4 4

1 author:

Faisal Nurdin Idris


Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta
2 PUBLICATIONS 4 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Faisal Nurdin Idris on 18 July 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi Volume V No. 2 / Desember 2015

MEMETAKAN NARASI ISLAMISME DI MEDAN, SUMATERA UTARA:


INVESTIGASI TERHADAP POLA PENYEBARAN DAN PENERIMAAN
TERHADAP RADIKALISME

Faisal Nurdin Idris

Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Email: faisal.nurdinjkt@gmail.com

Abstract

In this study, I examine the constructing narratives of Islamism, patterns in the transmission of narratives and patterns
in the acceptance of narratives in Medan, North Sumatra. Based on in-depth interview and library research, I found
that the constructing narratives of Islamism include hate against Jewish and Christian, the rejection against Ahmadiyah
and deviant beliefs, and dislike against Liberal Islam Network and Syiah. In my findings, radical narratives show
binary opposition that Islam is incompatible with democracy, the implementation of Islamic law, the Islamic state
against the existing systems in Indonesia. Extreme narratives are expressed in the support for the use of violence.
However, terrorist narratives are largely not welcomed by respondents. Regarding the patterns in the transmission of
narratives, my findings found that there are various channels of media and communication including print and
electronic media, interpersonal relations, and Islamic learning (pengajian) and Islamic study circles (halaqah).
Concerning the patterns of acceptance, it includes the alertness about the world disorder and the existing systems in the
society, different identities based upon religious sentiment, and frustration at slowness of change.

Keywords: narratives of Islamism, radicalism, identity politics, transmission

Abstrak

Dalam studi ini, saya menginvestigasi tiga hal yaitu konstruksi narasi Islamisme, pola penyebaran narasi, dan pola
penerimaan narasi di wilayah Medan Sumatera Utara. Dengan memadukan teknik wawancara mendalam dan studi
pustaka, saya menemukan bahwa konstruksi narasi Islamisme mencakup kebencian terhadap Yahudi dan Nasrani,
penolakan terhadap Ahmadiyah dan aliran sesat dan ketidaksukaan terhadap Islam liberal dan Syiah. Selanjutnya narasi
radikalisme memperlihatkan narasi oposisi binari bahwa Islam tidak sesuai dengan demokrasi, penerapan syariah Islam
dan negara Islam versus sistem yang berlaku saat ini di Indonesia. Narasi ekstremisme diwujudkan dengan penggunaan
kekerasan. Secara umum, narasi terorisme tidak terlalu mendapatkan tempat pada masyarakat Medan. Pola penyebaran
narasi meliputi media electronik and cetak, hubungan interpersonal, dan pengajian dan halaqah. Adapun pola
penerimaan narasi berupa kesadaran tentang kekacauan dunia dan sistem yang berlaku di masyarakat, perbedaan
identitas yang berlandaskan sentimen agama, dan frustasi terhadap lambannya perubahan.

Kata kunci: narasi Islamisme, radikalime, politik identitas, transmisi

1. Pendahuluan menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan


hampir seimbang, 6,483,354 dan 6,498,850.
Ditinjau dari setting sejarah, sosial, Adapun komposisi umat beragama berdasarkan
politik, budaya dan agama, masyarakat data PROPEDA (Program Pembangunan
Sumatera Utara (SUMUT) adalah masyarakat Daerah) Provinsi SUMUT 2001-2005 yang
yang multi etnik dan agama. Secara dikutip dalam Nasution (2004:22) yaitu
demografis, jumlah penduduk di Sumatera pemeluk Islam (63,21 %), Kristen Protestan
Utara berdasarkan Sensus 2010 yaitu (28,04 %), Katolik (5 %), Budha (3,32 %),
12,982,204 jiwa di mana jumlah kelompok Hindu (0,19%), dan agama lainnya (0,24 %).
25
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015

Menurut Ansori Yamamah (Wawancara, 23 teroris pasca penggerebekan kamp pelatihan


Juli 2013), komposisi pemeluk agama Islam di teroris di Aceh pada tahun 2010. Kejadian
Sumatera Utara diperkirakan sekitar 65 persen perampokan bank CIMB Niaga di Medan bulan
dari total populasi yang ini juga dapat Agustus 2010 dan serangan terhadap sebuah
menyiratkan adanya pertaruangan agama dalam Polsek di Hamparan Perak di luar kota Medan,
kontestasi sosial, ekonomi, dan politik pada serta penembakan yang mengakibatkan
tingkat lokal. kematian tiga orang anggota Polisi pada bulan
Kelompok etnik asli di SUMUT terdiri September memperlihatkan bahwa daerah
dari Melayu, Karo, Pakpak, Simalungun, Dairi, Medan menjadi salah satu tempat di mana para
Batak Toba, Angkola, Mandailing, Natal, pelarian teroris melakukan mobilisasi untuk
Pesisir, dan Nias (Pelly, 2004:74; Departemen mencari hunian baru dan membentuk kelompok
Pendidikan dan Kebudayaan R.I., 1976:28). baru pasca terbongkarnya kamp pelatihan
Secara geografis, ada juga yang menyebut teroris di Aceh dan daerah lainnya di Indonesia.
bahwa etnik Batak terdiri dari lima etnik utama Laporan International Crisis Group (ICG)
yaitu Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Karo, menyebutkan adanya pertalian yang erat antara
Pak-Pak dan Simalungun. Masing-masing etnik jaringan dan kelompok atau sel teroris di
tersebut memiliki teritori (kawasan budaya) Medan, Solo, dan Poso (International Crisis
sendiri yang dapat bertindihan dengan batas- Group (ICG), 2012:1).
batas wilayah administratif pemerintahan Medan yang merupakan ibukota provinsi
daerah. Secara umum, kelompok etnik Sumatera Utara juga terekam sebagai daerah di
pendatang di SUMUT dan Medan mayoritas mana jaringan radikalisme Islam dan terorisme
berasal dari Jawa, Cina, Minangkabau, Aceh, tumbuh termasuk juga beberapa kejadian
dan Sunda (Ansori Yamamah, wawancara, 23 serangan terorisme (Hasan et al., 2012:38).
Juli 2013). Misalnya aktifitas terorisme tersebut dapat
Menurut antropolog Usman Pelly, dilihat dari serangan yang menyasar beberapa
sebagaimana juga pada masyarakat kota gereja di kota Meda Sumatera Utara pada bulan
Medan, pada masyarakat SUMUT dikenal Mei 2000 (Fealy & Borgu, 2005:27). Di tahun
istilah konfederasi kelompok-kelompok etnik yang sama juga, serangan yang menargetkan
dengan tidak adanya kelompok budaya yang gereja di Medan, Pematang dan Siantar di
dominan. Mengutip dari Bruner (1974) dan Sumatera Utara beserta dan juga di beberapa
Barth (1969), Pelly melihat absennya kelompok kota lain di Indonesia terjadi pada malam Natal
etnis dominan di kota Medan dan SUMUT tanggal 24 Desember 2000 (Chalk et al.,
tidak saja menyebabkan munculnya sikap 2009:98). Fakta ini memperlihatkan bahwa
“sungkan” dalam pergaulan antar kelompok Medan menjadi daerah di mana aktifitas
etnis, tetapi juga mendorong kecenderungan terorisme dan jaringannya perlu mendapat
untuk mempertegas dan mempertahankan perhatian serius.
eksistensi dan batas-batas antara satu entik Selain rentannya Medan sebagai tempat
dengan lainnya (Pelly, 2004:71-75). Argumen lalu lintas para teroris, sensitivitas isu agama
ini menarik dan penting untuk memberikan yang dibalut oleh sentimen primordial tidaklah
kerangka analisis bagaimana narasi Islamisme dapat dianggap remeh. Direktur Bimbingan
beresonansi dengan aspek budaya lokal di Masyarakat Polisi Daerah (Dir Bimas Polda)
Sumatera Utara, khususnya di wilayah Medan. Sumatera Utara (Wawancara, 28 Juli 2013)
Sebagai locus dalam penelitian ini, kota menggarisbawahi kerawanan isu ini di
Medan mendapat perhatian besar dari publik Sumatera Utara (SUMUT). Di samping itu,
seiring dengan terjadinya serangkaian aktivitas radikalisme dan ekstremisme juga hal yang
26
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume V No. 2 / Desember 2015 JIPSi
perlu diwaspadai di Sumatera Utara seperti dan terkait dengan fokus penelitian ini juga
dalam kasus penyerangan terhadap kegiatan diminta pandangannya. Di samping melakukan
keagamaan. Adanya kerentanan terhadap wawancara, teknik pengumpulan data lainnya
radikalisme dan ekstremisme berikut tindakan mencakup observasi, life story, dan telaah
kekerasan di Medan SUMUT dapat dilihat sumber atau studi pustaka.
dalam aksi penyerangan yang dilakukan oleh
sekitar 300-an warga terhadap Thariqat 2. Kerangka Pemikiran
Satariyah Sahid ketika sedang melaksanakan
pengajian di Kelurahan Began Deli, Kecamatan Sebagai sebuah konsep, Islamisme
Medan Belawan (Hasani, 2009:70). (Islamism) didefinisikan dan dimaknai secara
Pemaparan di atas menunjukkan adanya beragam. `Tidak adanya konsensus di antara
kerentanan wilayah Medan, secara khusus dan para ilmuan mengenai terminologi dari
Sumatera secara umum, terhadap ancaman dan Islamisme membuat adanya beragam
infiltrasi dari radikalisme, ekstrimisme dan konseptualisasi mengenai Islamisme. Bahkan
terorisme. Sayangnya belum banyak informasi karakteristik utama yang sering dinisbatkan
mengenai aspek kongnitif yang menjadi dasar kepada Islamisme seperti „Islamic
munculnya ekspresi radikalisme dan kemudian fundamentalism‟, „political Islam‟, „Islamic
berujung kepada tindakan terorisme di radicalism‟ or „radical Islamism‟ belum dapat
Indonesia, khususnya di wilayah Medan dan memberikan kejelasan akan terminologi
Sumatera Utara. Di sinilah kajian narasi Islamisme. Namun menurut Mehdi Mozaffari
menjadi relevan dan penting untuk menangkap (2007:18-19), kejadian serangan teroris 11
bagaimana aspek kognitif, imaginasi, ideologis September mengakibatkan masifnya
dan konstruksi pemahaman radikal dalam penggunaan terminologi Islmisme. Peristiwa
individu bergerak dan beresonansi dengan tersebut juga menandai pergeseran definisi
politik identitas dan pandangan sekitarnya Islamisme pada abad 19 yang dimaknai seperti
(world view) termasuk situasi politik, ekonomi, Christianisme, berubah menjadi konsep yang
sosial dan budaya melalu proses mediated independen. Jika sebelumnya, dua ilmuan
communication. Islamologis Perancis Olivier Roy dan Gilles
Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk Kepel menggunakan „political Islam‟ dan
memetakan konstruksi narasi Islamisme di „fundamentalist Islam‟, saat ini keduanya lebih
masyarakat wilayah Medan, Sumatera Utara.1 menyukai penggunaan kata Islamisme.
Dua hal penting yang akan dikaji dalam tulisan Mozaffari (2007:21) kemudian
ini yaitu apa saja konstruksi narasi Islamisme mendefinisikan Islamisme sebagai “a religious
yang berkembang di masyarakat Medan dan ideology with a holistic interpretation of Islam
bagaimana narasi-narasi Islamisme itu tersebar whose final aim is the conquest of the world by
dan diterima oleh masyarakat? Pengumpulan all means.” Dengan definisi ini, ada empat
data dalam studi ini dilakukan dengan elemen yang saling terkait yaitu: ideology
wawancara yang mendalam (in-depth keagamaan (religious ideology), penafsiran
interview) secara face-to-face terhadap holistik tentang Islam (holistic interpretation of
informan yang terseleksi berdasarkan Islam), penaklukan dunia (conquest of the
kelompok dan organisasi yang dianggap world), dan penggunaan segala cara untuk
potensial untuk berperan sebagai agensi dalam mencapai tujuannya.
penyebaran Islamisme di Medan Sumatera Untuk keperluan dalam studi ini, konsep
Utara. Narasumber atau informan yang relevan Islamisme yang digunakan mengacu pada

27
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015

ekspresi politik-keagamaan yang mengandung berkembang pada masyarakat Medan


unsur manipulatif yang menjangkau empat mengambil bentuk yang beragam. Ekspresi
spektrum utama yaitu militansi, radikalisme, individu yang variatif tentang Islamisme ini
ekstremisme dan terorisme. Kategori militansi memperlihatkan bagaimana subyek secara
ditandai dengan sikap intoleran dan anti-sistem. kognitif membangun pemahaman, lalu
Militansi ini dapat bergerak ke radikalisme meligitimasi sikapnya terhadap mereka yang
dengan memadukan unsur lainnya yaitu sikap berbeda (the others) berdasarkan dalil teologis
revolusioner untuk mengubah sistem. Jika dan realitas yang ditemui pada tataran sosial
keinginan untuk mengubah sistem mengalami praxis. Arah hilirnya adalah pada tindakan. Jika
jalan buntu, maka fase selanjutnya yaitu kita perhatikan lebih dalam, variasi dari respon
ekstremisme dengan menggunakan unsur yang muncul terhadap mereka yang berbeda
kekerasan untuk mencapai tujuannya. Fase terbangun atas dasar sikap oposisi binari
terakhir yaitu terorisme yang merupakan berdasarkan perbedaan posisi dan pemahaman
puncak dari aksi kekerasan dengan memadukan informan dari sang lian (the others). Sentimen
pemikiran dan taktik sistematis yang mendasari atas dinamika sosial politik agama dan
aksi terorisme (Hasan et al., 2013). ekonomi turut membentuk narasi militan
Konsep narasi seperti yang didefiniskan terhadap sang lian tersebut. Pelabelan terhadap
oleh Barbara Herrnstein Smith (1981) memiliki lian seperti musuh dan kafir adalah manifestasi
pengertian yaitu “Someone telling someone dari pola pikir yang intoleran terhadap mereka
else that something happened” (Hyvärinen, yang berbeda. Ini dapat dianggap sebagai
2008: 448). Analysis naratif (narrative framing terhadap mereka yang dianggap
analysis) yang berasal dari pendekatan berbeda dengan si subjek.
konstruktivisme sosial (social constructivism) a) Kebencian terhadap Yahudi dan Nasrani
memberikan alat yang berguna untuk Sebagian informan dalam penelitian ini
memahami cerita (stories). Keunggulan dari cenderung membenci Yahudi dan Nasrani yang
analysis naratif ini adalah tidak dianggap sebagai pihak yang memusuhi Islam.
memperlakukan responden dalam penelitian Baik informan dari kalangan muda ataupun
hanya sebagai sumber informasi, tetapi juga tokoh masyarakat yang mengekspresikan
perhatian diberikan kepada cara bagaimana ketidaksukaan terhadap dua agama tersebut
responden mengkonstruksikan dan melegitimasi pandangannya berdasarkan Al
menyampaikan pengertiannya tentang realitas Quran dalam surah Al Baqarah ayat 120 yaitu
sosial (Esin et al., 2014). Dengan bantuan Walan tarda 'anka alyahoodu wala alnnasara
pendekatan konstruktifisme sosial, studi ini hatta tattabi'a millatahum. Dengan sandaran
memberikan perhatian serius kepada konstruksi teologis ini, para informan tidak saja
sosial yang lebih luas dari narasi Islamisme mendeskripsikan Yahudi dan Nasrani sebagai
dalam lingkup interpersonal, sosial dan orang kafir, namun juga mengidentikkan
hubungan budaya (politik identitas) yang mereka sebagai pihak yang menindas dan
dieskpresikan oleh responden dalam penelitian menjerumuskan umat Islam.
ini. Sehingga kemudian ini dapat memberikan Respond dari Lembaga Dakwah Kampus
pemaknaan (meaning) dari narasi tersebut. (LDK) di Universitas Negeri Medan
(UNIMED) mengatakan, walaupun dia lupa
3. Peta Narasi teks Al Quran tersebut, bahwa “tidak akan
senang agama Yahudi dan Nasrani sampai
Berdasarkan observasi dan temuan di umat Islam mengikuti mereka” (Ridho
lapangan, konstruksi narasi Islamisme yang Erwinsyah, wawancara, 23 Juli 2013). Hal
28
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume V No. 2 / Desember 2015 JIPSi
senada juga diungkapkan oleh Responden dari Kristen/Nasrani lebih kepada aksi mereka
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) di IAIN dalam pemurtadan dan pembangunan gereja-
Sumatera Utara. Menurutnya umat Yahudi gereja yang dianggapnya tidak mematuhi
adalah salah satu pihak yang memusuhi Islam aturan yang ada. Nada ketidaksukaan terhadap
(Muhammad Hafizal Ashari Purba, wawancara, pendirian gereja juga suarakan oleh beberapa
23 Juli 2013). informan. Ketua Majelis Mujahidin Pengurus
Responden lain yaitu Ketua Dewan Wilayah (PW) SUMUT, Zulkarnain
Pimpinan Daerah (DPD) Hizbut Tahrir (Wawancara, 25 Juli 2013). Dia
Indonesia (HTI) SUMUT mendeskripsikan mengeskpresikan secara negatif masifnya
Yahudi dan Nasrani sebagai orang kafir. pendirian gereja di Sumatera Utara. Menurut
Pemeluk kedua agama tersebut adalah musuh pendapatnya, Baginya masifnya pendirian
pertama orang Islam. Menurut Ketua HTI ini, gereja ini dapat memicu gejolak sosial di
penilaiannya terhadap Yahudi dan Nasrani masyarakat.
bukanlah doktrinisasi, akan tetapi itu Dalam pandangan Asmuni (Ketua
merupakan kepercayaannya kepada Al Quran. Pengurus Wilayah Muhammadiyah SUMUT),
Responden ini menambahkan bahwa pada level Kristenisasi dan aksi misionaris yang
domestik, ada dua masalah Kristenisasi di terselubung di SUMUT dijalankan dengan
Indonesia yaitu pertama Kristenisasi tidak mengadopsi dua taktik yaitu pertama menikahi
mendapatkan penanganan serius dari wanita Muslim. “Orang Kristen masuk Islam
pemerintah. Karena negara kita berdasarkan terlebih dahulu, lalu setelah dia memiliki anak,
demokrasi yang memberikan ruang bagi orang Kristen yang telah memeluk Islam akan
kebebasan beragama, maka upaya Kristenisasi kembali ke agama Kristen”. Yang kedua
yang terselubungm menjadi sangat terbuka. melalui pendidikan yaitu umat Islam dari
Masalah kedua yaitu adanya hubungan antara kalangan yang tidak mampu akan dibiayai dan
penjajahan ideologi kapitalis dengan didanai oleh kelompok misionaris.
Kristenisasi. Berdasarkan pengetahuan yang Konsekwensi dari bantuan ini adalah mereka
responden peroleh, Kristenisasi atau aksi yang dibantu harus masuk Kristen
misionaris memiliki hubungan erat dengan (Wawancara, 27 Juli 2013).
hancurnya daulah khilafah (Irwan Said
Batubara, wawancara, 25 Juli 2013). b) Penolakan terhadap Ahmadiyah dan
Bentuk lain kebencian yang suarakan oleh Aliran Sesat
para informan menyangkut pandangan mereka Para informan yang mengekspresiakan
terhadap Zionisme dan Kristenisasi. Dalam ketidaksukaan terhadap Ahmadiyah
pandangan Nursariyanto (Wawancara, 24 Juli mengidentikkan kelompok ini sebagai aliran
2013) yang merupakan Sekretaris Daerah DPD sesat. Dari kalangan muda, seorang aktivis
Front Pembela Islam (FPI) SUMUT, Zionisme LDK IAIN SUMUT mengutarakan
adalah kekuatan yang harus ditantang habis- ketidaksetujuannya terhadap Ahmadiyah
habisan agar umat Islam tidak dizhalimi oleh karena didasari pemahaman bahwa Ahmadiyah
mereka. Menurut Nursariyanto, Zionisme adalah aliran yang akan menyesatkan dan
berikut jaringan-jaringannya melakukan menghancurkan umat Islam. Tetapi menurut
infiltrasi terhadap ulama-ulama dan informan, tindakan yang dapat dilakukan
cendikiawan Islam dengan tujuan untuk terhadap Ahmadiyah adalah dengan cara
menghancurkan ajaran-ajaran Islam dari dalam. memberikan pemahaman yang lebih mendalam
Ketidaksenangan FPI terhadap umat tentang Islam yang sesungguhnya, sebaliknya

29
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015

Ahmadiyah bukannya dimusnahkan. Hal ini Asasi Manusia (HAM) ditengerai sebagi biang
dikarenakan para penganut Ahmadiyah itu juga keladi dari banyaknya kemunculan aliran sesat
bisa menjadi objek dari dakwah Islam (Abdullah Syah, wawancara, 22 Juli 2013).
(Muhammad Hafizal Ashari Purba, wawancara, c) Sikap atas Diferensiasi Islam
23 Juli 2013). Jika Ahmadiyah dipersepsikan oleh
Dari kelompok aktivis Islam garis keras, beberapa agensi sebagai aliran sesat, lain
tokoh FPI, HTI dan kelompok Jama‟ah Tabligh halnya Islam liberal dan Syiah. Para responden
di SUMUT secara eksplisit menyatakan setuju tidak mendeskripsikan Islam liberal dan Syiah
untuk menggunakan tindakan kekerasan dalam sebagai aliran sesat dalam Islam, namun
merespon Ahmadiyah dan aliran sesat. mereka menyikapi keduanya dengan
Contohnya, Sekretaris Daerah DPD Front kecurigaan, permusuhan, dan kebencian.
Pembela Islam (FPI) SUMUT menegaskan Dalam pandangan para informan tertentu, Islam
bahwa FPI telah melakukan aksi dan langkah liberal dan Syiah dapat disebut sebagai
nyata dalam menindak aliran-aliran sesat. diferensiasi Islam yang profane.
Nursariyanto mengklaim bahwa sebelum (1) Islam Liberal
melakukan aksi sweeping, FPI telah terlebih Seorang aktivis muda dari LDK IAIN
dahulu melakukan koordinasi dengan aparat Sumatera Utara (SUMUT) menganggap Islam
yang berwenang. Dalam respon terhadap liberal sebagai ancaman terbesar bagi
aliaran sesat, FPI berkoordinasi dengan kehidupan beragama. Dalam pandangannya,
Kementerian Agama (Kemenag), MUI, Islam liberal perlu dihilangkan. Alasan yang
Kepolisian, Pemerintahan Kabupaten/Kota dan dikemukakan oleh aktivis tersebut adalah
Provinsi. “Jadi penangan oleh FPI adalah karena jika Islam liberal berikut jaringan dan
prosedural” (Nursariyanto, wawancara, 24 Juli pemikirannya menyebar ke daerah-daerah yang
2013). tingkat pengetahuan agama Islamnya rendah,
Uniknya dari kalangan kelompok moderat maka masyarakat di daerah tersebut akan
yaitu Nahdlatul Ulama (NU), Majelis Ulama mudah terkontaminasi oleh Islam liberalis ini
Indonesia (MUI), Al Wasliyah, dan Forum (Muhammad Hafizal Ashari Purba, wawancara,
Komunikasi Antar Lembaga Adat 23 Juli 2013).
(FORKALA) SUMUT, tanggapan terhadap Hampir senada juga diutarakan oleh
keberadan Ahmadiyah dan kelompok sesat juga responden dari FPI SUMUT. Ia mengatakan
disikapi dengan negatif. Pagar Hasibuan yang bahwa salah satu alasan FPI terpanggil untuk
merupakan Ketua Muntasyar NU SUMUT mempertahankan umat Islam adalah untuk
terlihat risau dengan maraknya keberadaan menghancurkan ideologi sekuler dan Jaringan
aliran sesat di tanah air. Ia menyampaikan data Islam Liberal (JIL). Kelompok dan pemahaman
dari MUI yang menyebutkan bahwa aliran sesat JIL ini juga digambarkan oleh FPI sebagai
saat ini berjumlah puluhan. Informasi lainnya salah satu problema di tengah-tengah umat
ada yang mengatakan jumlah aliran sesat Islam. Tokoh FPI SUMUT ini melihat Majelis
mencapai lebih dari 200an (Wawancara, 26 Juli Mujahidin adalah tempat yang cocok
2013). Sifat merusak yang dialamatkan kepada memperjuangkan problematika tersebut dan
kelompok Ahmadiyah disuarakan oleh Daeng juga ini menjadi alasan yang bersangkutan
Malewa, Sekretaris Forum Komunikasi Antar pernah masuk dan aktif di dalam Majelis
Lembaga Adat (FORKALA) SUMUT. Mujahidin (Nursariyanto, wawancara, 24 Juli
Informan ini mengatakan perlu aksi yang tegas 2013). Dalam prisma yang sama, responden
terhadap Ahmadiyah (Wawancara, 26 Juli lain dari Hizbut Tahrir SUMUT
2013). Menurut Ketua MUI SUMUT, hak mengalamatkan tuduhan kepada Jaringan Islam
30
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume V No. 2 / Desember 2015 JIPSi
Liberal dan kelompok jaringannya sebagai sistem politik yang ada. Salah satunya adalah
salah satu pihak yang merusak Islam. JIL telah narasi tentang Islam yang bertolak belakang
melakukan streotyping terhadap kelompok dengan demokrasi. Misalanya aktifis dari
garis keras dengan memojokkan mereka kalangan muda yaitu informan dari LDK
sebagai kelompok Islam yang fundamental atau UNIMED mengatakan bahwa Islam dan
radikal, padahal apa yang diperjuangkan oleh demokrasi tidaklah sama. Namun ia mengakui
kelompok garis keras adalah Islam (Irwan Said untuk saat ini belum ada sistem yang relevan
Batubara, wawancara, 25 Juli 2013). untuk diadopsi oleh Indonesia selain
demokrasi. Ambiguitas terlihat dari respon
(2) Syiah aktivis LDK ini yaitu satu sisi aktifis LDK ini
Ketua Majelis Mujahidin PW SUMUT mengakui bahwa demokrasi adalah sistem yang
mensinyalir bahwa saat ini ada kelompok- paling baik dengan Islam dibandingkan sistem
kelompok yang berafiliasi dengan partai politik kediktatoran yang melarang berdakwah. Di sisi
tertentu yang bertujuan untuk memusuhi agama yang lain aktivis LDK ini mengatakan bahwa
Islam. Kekhawatiran informan ini adalah demokrasi tidak sesuai dengan Islam karena
seandainya kolompok yang dimaksud tidak berakar kepada Al Quran (Ridho
menguasai negara Indonesia, maka kelompok Erwinsyah, wawancara, 23 Juli 2013).
tersebut akan menjadi sebuah ancaman Dari kalangan tokoh dan gerakan Islamis,
sebagaimana yang dilakukan Partai Komunis narasi Islam versus demokrasi terlihat lebih
Indonesia (PKI) pada akhir era orde lama. radikal dibandingkan ekspresi dari kaum muda.
Menurut tokoh Majelis Mujahidin ini, sekarang Ismed Nur Muhammad Ali Ismah alias Abu
Syiah sudah mengarah kepada hal tersebut Mu‟awiyah Muhammad Ali Ismah Al Medani
dengan dasar adanya elemen bangsa yang dari Yayasan Wakaf Al Muhajirin
memiliki sebuah hidden agenda dan misi yang (Wawancara, 28 Juli 2013) yang mengklaim
bertujuan ingin menguasai negara, yang tentu dari aliran sunni salafi mengatakan bahwa
ini menjadi sebuah ancaman. “Ketika sistem Indonesia saat ini belum Islami. Ia
kebenaran di dalam demokrasi dapat diukur menuding bahwa demokrasilah yang menjadi
dengan suara terbanyak, maka peluang masalah belum bisa ditegakkannya negara
munculnya kelompok tersebut akan lebih Indonesia kepada sistem yang ideal. Ia secara
besar”. Syiah dalam pandangan Ketua Majelis tegas menyatakan ketidaksetujuannya dengan
Mujahidin SUMUT dapat dikategorikan sistem demokrasi bahwa suara satu orang
sebagai sebuah ancaman karena Syi‟ah dalam nilainya sama dengan suara orang lain. Ia
hal ini memiliki visi untuk menyebarkan paham memberikan ilustrasi retorik bahwa dengan
mereka dan melakukan revolusi terhadap demokrasi maka suara kyai atau ustaz bernilai
negara di mana Syiah meyakini bahwa mereka sama dengan suara pelacur. Maka, menurutnya,
memiliki kekuatan yang besar di negara demokrasi adalah permainan yg dipaksakan
tersebut. “Hal ini seperti yang terjadi di Suriah kepada kaum muslimin.
dan Irak, banyak orang Sunni yang dibunuh Penolakan yang radikal terhadap
oleh orang-orang Syiah” (Zulkarnain, demokrasi juga disampaikan oleh tokoh Hizbut
wawancara, 25 Juli 2013). Tahrir SUMUT. Ia mengatakan realitasnya
bahwa demokrasi adalah sistem yang gagal. Ia
d) Islam versus Demokrasi kecewa terhadap penggulingan mantan
Ada beberapa narasi Islamisme yang Presiden Mesir, Muhammad Mursi, dari posisi
menginginkan perubahan radikal terhadap Presiden. Inilah paradox demokrasi padahal

31
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015

Mursi dipilih sebagai Presiden Mesir melalui review kepada Mahkamah Konstitusi untuk
sistem demokrasi, namun kemudian ia menghilangkan Keputusan Presiden yang
dijatuhkan juga secara tidak legal dalam sistem membolehkan peredaran miras. Sehingga jika
demokrasi. Menurutnya, ada kepentingan ada perda-perda pelarangan miras, maka
Amerika Serikat dibalik penggulingan mantan syariah Islam bisa ditegakkan. Dibandingkan
Presiden Mursi tersebut. Tokoh HTI ini juga jika langsung merubah menjadi negara Islam,
meyakini bahwa sistem politik di Indonesia FPI lebih menyukai Indonesia berbentuk NKRI
saat ini tidak sesuai dengan Islam karena sistem bersyariah, yaitu menciptakan terlebih dahulu
politik di negara ini menggunakan sistem masyarakat Islam. Setelah masyarakat Islam
demokrasi. Ketidaksetujuannya terhadap model terbentuk dan perda syariah sudah ada, maka
demokrasi politik dengan suara terbanyak itu bisa saja secara otomatis akan tercipta
karena adanya unsur kepentingan partai dan negara Islam yang tetap menghargai agama lain
penguasa. Ia melihat tidak satupun partai yang (Nursariyanto, wawancara, 24 Juli 2013).
pro rakyat sebagaimana ketika terjadi kenaikan Responden lain yaitu tokoh Majelis
harga bahan bakar minyak/bbm (Irwan Said Mujahidin SUMUT mengharapkan syariat
Batubara, wawancara, 25 Juli 2013). Islam dapat dijadikan hukum formal di
lembaga negara. Menurutnya, syariat Islam
e) Penerapan Syariah Islam dan Pendirian telah ada sejak era Belanda seperti hukum
Negara Islam waris dan sekarang ini ada perbankan syariah.
Perlunya penerapan syariah Islam dan Tokoh MMI ini merujuk pada sejarah di mana
negara Islam direspon beragam oleh para Rasulullah dulu menyampaikan dakwahnya
responden di Medan. Informan yang muda sesuai dengan syariat Islam melalui hukum
cenderung lebih lunak dibandingakan formal, karena beliau sendiri adalah pemimpin.
responden yang lebih tua dalam merespon Kemudian jika hal ini diimplementasikan ke
penerapan syariah dan pendirian negara Islam Indonesia yang belum menerapkan syariat
untuk mengganti sistem yang berlaku saat ini di Islam, maka tokoh MMI ini berpendapat bahwa
Indonesia. Misalnya respodon dari LDK dakwah untuk menerapkan syariat Islam ini
Universitas Negeri Medan/UNIMED setuju harus tetap dilakukan. ia mengklaim bahwa
jika Indonesia menerapkan syariah Islam. dakwah Majelis Mujahidin adalah bagaimana
Tetapi menurutnya perlu dicari cara yang baik negara bersyariah bisa diterapkan di Indonesia.
untuk sampai pada sistem syariah. Hukum “Penerapan syariah Islam juga adalah agenda
rajam dapat ditawarkan dalam sistem MMI berikut tahapan-tahapannya menuju
demokrasi, “jika diterima Alhamdulillah, jika negara yang bersyariah Islam (Zulkarnain,
tidak ya tidak apa-apa”. Baginya yang penting wawancara, 25 Juli 2013).
mereka yang menghendaki penerapan syariah Di lain sisi, responden lain yang
Islam harus terlebih dulu masuk ke dalam merupakan tokoh Laskar Jihad SUMUT
sistem (Ridho Erwinsyah, wawancara, 23 Juli menolak anggapan bahwa pemerintahan saat
2013). ini adalah thogut, “itulah mengapa teman-
Dari kalangan Islam garis keras, tokoh teman lama itu (kelompok Islam garis keras
FPI SUMUT memberikan saran bahwa jika lainnya) tidak sejalan lagi atau benci dengan
Indonesia belum menerapkan syariat Islam, kita”. Mantan anggota Laskar Jihad di Ambon
umat Islam sebaiknya menyuarakan aspirasi ke ini menuding bahwa Jama‟ah Ansharut Tauhid
pemerintah daerah untuk membuat peraturan (JAT)2 Medan yaitu jamaah Abu Bakar
daerah (perda) syariah. Menurutnya, seperti Ba‟asyir lah yang memiliki tujuan untuk
baru-baru ini FPI telah melakukan judicial mendirikan negara Islam dengan kekerasan.3
32
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume V No. 2 / Desember 2015 JIPSi
Penolakan tokoh sunni salafi di Medan ini mempunyai prosedur. Tokoh FPI ini
terhadap pendirian negara Islam didasari mengklaim bahwa selama ini FPI berkoordinasi
pandangan bahwa jika “pemimpin kita masih dengan aparat yang berwenang. Alasan
sholat, syiar-syiar Islam masih ditegakkan di informan bahwa sweeping yang terjadi selama
negeri ini”. Dalam pandangan informan, ini seperti di Sumatera Utara adalah karena
Indonesia sudah bisa dikategorikan sebagai ketidaktegasan aparat pemerintahan
negara Islam jika pemimpinnya itu Muslim, Kabupaten/Kota dan Kepolisian terhadap
sholat tidak dilarang, dan syiar-syiar Islam tempat-tempat maksiat. Karena alasan tersebut,
masih bisa berjalan di Indonesia (Ismed Nur maka masyarakat sendiri yang menutup tempat
Muhammad Ali Ismah, wawancara, 28 Juli maksiat tersebut (Nursariyanto, wawancara, 24
2013). Juli 2013).
Dukungan dan simpati terhadap aksi FPI
f) Ekstremisme datang dari tokoh Majelis Mujahidin Sumatera
Narasi ekstremisme ditandai dengan Utara. Ia menyampaikan pertanyaan retorik
penekanan terhadap penggunaan kekerasan yaitu negara Indonesia yang berdasarkan
sebagai satu-satunya cara yang ditempuh untuk hukum, tetapi mengapa tempat-tempat hiburan
merealisasikan perubahan politik atau juga tidak ditertibkan. Sehingga ini dalam
dengan pemilihan taktik kekerasan sebagai pandangan tokoh MMI SUMUT bahwa aksi
respon karena ketidaksabaran menunggu sweeping seperti yang dilakukan oleh FPI
perubahan. Ekstremisme diekspresikan berangkat dari perasaan tidak adil di
beragam oleh para informan/responden. Narasi masyarakat. Aksi sweeping juga terjadi karena
ekstremisme yang dimaksud mencakup pemerintah lemah dan tidak tegas untuk
pandangan dan sikap (termasuk dukungan dan menegakkan Undang-Undang dan perda-perda
respon yang permisif) yang pro terhadap satu anti maksiat. Ironisnya pemda memiliki satpol
kelompok Islam dalam melakukan aksi-aksi PP. Situasinya kemudian digambarkan oleh
kekerasan seperti dengan melakukan penutupan tokoh MMI ini sebagai hukum rimba yaitu
paksa/sweeping terhadap kelompok-kelompok ketika pemerintah tidak bisa menertibkan dan
masyarakat tertentu seperti gereja, aliran sesat, itu mengganggu umat Islam, situasi ini
dan tempat maksiat. Kemudian juga bagaimana mendorong FPI untuk beraksi. Menurut Ketua
informan menggunakan legitimasi untuk Majelis Mujahidin SUMUT ini, dakwah tidak
mendukung tindakan kekerasan. Ekstremisme bisa berjalan tanpa adanya kekuatan. Maka dari
di Medan Sumatera Utara juga terekam dengan itu, agar dakwah dapat terus berjalan, Majelis
aksi dan tindakan kekerasan seperti melakukan Mujahidin “…perlu memperkuatnya dengan
aksi sweeping yang dimaksud. adanya laskar sebagai suatu (bentuk) tekanan,
Aksi-aksi penutupan paksa/sweeping semacam nilai tawar, jika suatu saat dakwah
merupakan tindakan yang secara jelas dan mendapat tantangan” (Zulkarnain, wawancara,
nyata dilakukan oleh Front Pembela Islam 25 Juli 2013).
(FPI) di Sumatera Utara. Sebagaimana yang Sikap memaklumi atas aksi sweeping
diklaim oleh Sekretaris Daerah DPD Front sepanjang tidak diarahkan terhadap gereja
Pembela Islam (FPI) Sumatara Utara, aksi terlihat dari respon responden yang berasal dari
tersebut merupakan bagian dari dakwah. kalangan Islam moderat, namun dengan
Menurutnya, ketika FPI melakukan aksi seperti perbedaan tingkatan dukungan dan responnya
menindak aliran-aliran sesat dan usaha-usaha terhadap objek dari aksi tersebut. Ali Murthado
untuk menutup tempat maksiat itu semua dari GP (Gerakan Pemuda) Anshor SUMUT

33
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015

(Wawancara, 24 Juli 2013) memaklumi bahwa konsep jihad dan mati syahid, para informan
aksi sweeping yang dimaksud terjadi karena mendeskripsikan secara beragam.
himbauan kelompok seperti FPI tidak FPI tidak bisa menerima tindakan
dijalankan. Karena penegakan hukum tidak terorisme seperti yang terjadi di SUMUT yaitu
dijalankan, maka kelompok garis keras membobol bank kemudian membunuh aparat,
bertindak melakukan aksi anarkis. “Sebenarnya termasuk juga upaya untuk tujuan fa’i dan
sweeping itu boleh sepanjang tidak dilakukan untuk mempersenjatai diri. Menurutnya,
dengan kekerasan”. tindakan itu tidak dibenarkan dalam Islam.
Namun respon tegas yang menolak aksi Namun dalam konteks perang di Ambon dan
sweeping datang dari kalangan tokoh NU, Poso yang lalu, jihad dan mati syahid dapat
Muhammadiyah, dan MUI Sumatera Utara. dilakukan karena ketidaktegasan pemerintah
Ketua Muntasyar NU SUMUT menyatakan terhadap kezhaliman-kezhaliman yang terjadi
ketidaksetujuannya terhadap aksi kekerasan termasuk adanya pembantaian terhadap umat
dan sweeping. Menurut tokoh NU SUMUT ini, Islam di Ambon dan Poso. Dalam konteks ini
FPI tidak punya kewenangan unutk melakukan ada justifikasi menempuh mati syahid di sana
sweeping, karena Polisi lah yang memiliki untuk tujuan membela saudara-saudara muslim.
kewenangan itu. “Kalau mau, daftar saja Akan tetapi secara umum, menurut tokoh FPI
anggota FPI untuk menjadi Polisi. ini Indonesia bukanlah negara konflik (bukan
Sebagaimana main bola, silahkan ikut menjadi darul harb) yang sifatnya menimbulkan
pemain karena penonton tidak bisa ikut peperangan (Nursariyanto, wawancara, 24 Juli
bermain” (Pagar Hasibuan, wawancara, 26 Juli 2013).
2013). Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Alasan penolakan terhadap aksi terorisme
Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sumatera seperti yang dilakukan oleh Amrozi cs
Utara. Penolakan informan terhadap aksi disampaikan secara tegas oleh Ketua Majelis
sweeping disebabkan adanya “mudhorot yang Mujahidin Sumatera Utara. Penolakan ini lebih
ditimbulkan dari aksi kekerasan”. Baginya, aksi disebabkan oleh tidak jelasnya alasan
sweeping “…bukan dakwah hikmah wal membunuh orang lain yang dilakukan oleh
mauizhotil hasanah” (Asmuni, wawancara, 27 Amrozi cs. Tokoh MMI SUMUT ini
Juli 2013). Nada yang sama juga datang dari melegitimasi pandangannya berdasarkan Al
Ketua MUI wilayah Sumatera Utara yang Quran bahwa ada larangan membunuh tanpa
merespon negatif aksi-aksi penutupan paksa alasan yang hak yaitu alasan yang syar’i. Kalau
terhadap aliran sesat dan tempat maksiat atau kita ingin memerangi negari orang kafir, maka
sejenisnya (Abdullah Syah, wawancara, 22 Juli harus ada dulu pengumuman terlebih dahulu
2013). bahwa kita akan menyerang mereka. Jadi
dalam pandangan tokoh Majelis Mujahidin
g) Terorisme SUMUT ini, membunuh melalui jalan jihad itu
Secara umum, narasi tereorisme tidak diperbolehkan sepanjang tindakan itu diarahkan
mendapat respon positif dari seluruh informan. ke negara orang kafir yang memerangi orang
Hanya saja ada responden yang menolak secara Islam. “Kita hanya boleh memerangi orang
tegas bahwa terorisme bertentangan dengan kafir apabila mereka memerangi kita”
Islam, tetapi ada juga yang bisa memahami (Zulkarnain, wawancara, 25 Juli 2013).
mengapa terorisme terjadi. Yang terkhir ada
batasan menyangkut dukungan dan konteks di 4. Pola Penyebaran Narasi
mana aksi terorisme dapat ditempuh. Adapun

34
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume V No. 2 / Desember 2015 JIPSi
Polarisasi penyebaran narasi Islamisme di bulletin bulanan HT al Wa’i. Dari sini terlihat
Medan mengambil bentuk yang beragam. dengan keterbukaan akses informasi dan
Lanskap sosial, budaya, ekonomi, dan politik kebebasan media, setiap gerakan Islam
yang heterogen dan dinamis ditambah dengan memiliki websitenya sendiri-sendiri dalam
konstelasi dalam dinamika lokal, nasional, dan rangka menyebarkan informasi dan menjadi
internasional turut memberikan ruang dalam media komunikasi yang sejalan dengan
memfasiliasi transmisi Islamisme kepada pandangan kelompoknya masing-masing.
seseorang melalui berbagai saluran. Sentimen Selanjutnya bulletin dakwah dan majalah juga
emosional dan ketertarikan terhadap sebuah menjadi media dalam menyebarkan narasi.
gerakan dan cara pandang yang memikat Hizbut Tahrir dalam Buletin Dakwah Al-Islam,
menjadi pintu masuk untuk kemudian orang edisi 657 mengangkat narasi demokrasi yang
tersebut terdorong untuk melakukan pencarian dianggap sebagai sistem gagal dan merusak
keagamaan. Pola penyebaran narasi yang (Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), 2013).
teridentifikasi di Medan adalah sebagai berikut. Buletin Jum‟at Mujahidin dalam edisi 128
Pertama adalah media (komunikasi) mendeskripsikan Indonesia adalah negara yang
yang mencakup media cetak, elektronik, dan terpuruk yang perlu pemimpin yang taat
online, bulletin, majalah, selebaran, dan blog. syariah (Lajnah Perwakilan Wilayah Majelis
Media online merupakan media favorit bagi Mujahidin Sumatera Utara, 2012). Majalah
aktvis LDK untuk menambah pengetahuan versi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI)
umum dan keagamaan. Ridho Erwinsyah dari dalam edisi 15 melemparkan kritik pedas
LDK Universitas Negeri Medan mengatakan bahwa telah terjadi radikalisme negara yang
sering mengakses www.dakwatuna.com, mengancam agama. Narasi ini menuding
facebook dan TV One untuk menambah bahwa hegemoni nasionalisme sekuler dalam
pengetahuan keagamaan dan umum. Media perpolitikan nasional selama ini adalah
dakwatuna disinyalir banyak membentuk narasi penyebab utama terpinggirkannya peran agama
Islamisme dari Ridho. Adapun informan dalam mengelola negara (Majelis Mujahidin,
lainnya yaitu Ismed Nur Muhammad Ali Ismah 2008).
yang merupakan mantan anggota Laskar Jihad Pola penyebaran kedua adalah hubungan
sering mengunjungi website www.salafy.or.id interpersonal yang dapat berupa hubungan
dalam menambah pengetahuan agamanya. keluarga, guru dan teman/sahabat. Ketua DPD
Misalnya di website salafy ini ada fatwa-fatwa Hizbut Tahrir SUMUT dulunya memilih HT
seperti bunuh diri bukanlah berjihad. Namun berawal dari ajakan seniornya untuk bergabung
juga ada uzur yang mana sebagian ulama salafi dalam HT. Hubungan interpersonal ini
menganggap mereka yang melakukan bom kemudiaan berkelindan dengan fenomena di
bunuh diri bukan termasuk Muslim dengan kampus-kampus non agama yang mana
alasan jika mereka (pelaku bom bunuh diri) dulunya informan kuliah di Fakultas Teknik
melakukan itu karena putus asa dan Mesin di Institut Teknologi Medan. Menurut
menganggap tidak ada cara lain kecuali itu, tokoh HTI SUMUT ini, di kampus teknik,
mereka bisa dianggap putus asa, sedangkan masjid adalah tempat pergerakan (Wawancara,
putus asa ini membawa kekufuran. 25 Juli 2013).
Kemudian informan lainnya yaitu tokoh Sedangkan pengalaman interpersonal dari
Hizbut Tahrir SUMUT sering mengunjungi Ismed Nur Muhammad Ali Ismah (Wawancara,
website http://hizbut-tahrir.or.id/ di samping 28 Juli 2013) yang merupakan jebolan Laskar
juga membaca bulletin HTI tiap minggu, atau Jihad dan pernah ikut berperang di Ambon,

35
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015

orang tuanya suka dengan tokoh Kartosuwiryo. SUMUT. Informan ini mengatakan bahwa
Ayahnya juga memiliki ketertarikan terhadap pengetahuan agamanya diperoleh melalui
Muhammadiyah garis keras ketika mengaji di pengajian-pengajian intensif atau khalaqah.
Masjid Al Jihad. Hubungan interpersonal guru- Khalaqah-khalaqah yang ada di HT merupakan
murid yang banyak mempengaruhi tokoh sunni materi-materi yang diadopsi oleh HT untuk
salafi di Medan ini dalam konstruksi narasi dikaji dalam internal HT (Wawancara, 25 Juli
Islamisme. Ismed dulu pernah masuk kelompok 2013).
Abu Bakar Ba‟asyir dan Abdullah Sungkar dari
Pondok Pesantren Ngruki Solo. Berdasarkan
dari beberapa referensi kajian terorisme (e.g.
Rashwan (ed.), 2007; Barton, 2005; Fealy dan 5. Pola Penerimaan Narasi
Borgu, 2005), Abu Bakar Ba‟asyir dan
Abdullah Sungkar adalah dua tokoh penting Ketika terjadi transmisi narasi Islamisme,
dalam Jaringan Jamaah Islamiyah di Asia seseorang mengalami proses kognitif untuk
Tenggara. Keduanya pernah terlibat dalam menerima ataupun menolak narasi Islamisme
jaringan Darul Islam-NII. Pesantren Ngruki ini yang tersebar baik dalam ruang publik
juga didirikan oleh Abu Bakar Ba‟asyir dan ataupun ruang privat yang eksklusif. Adanya
Abdullah Sungkar. Keduanya terlibat aktif keinginan terhadap sesuatu yang ideal menjadi
dalam pergerakan Jamaah Islamiyah pada era pintu masuk bagaimana narasi Islamisme
tahun 1980an dan kemudian keduanya pernah tersemai dan mengalami internalisasi dalam
kabur dan bersembunyi di Malaysia. diri seseorang. Ini juga yang kemudian
Pola penyebaran ketiga yaitu ruang atau mendorong terbentuknya pandangan, sikap, dan
setting sosial yang meliputi kegiatan pengajian akhirnya tindakan seseorang. Proses
dan khalaqah. Narasi Islamisme yang penerimaan tidaklah terlihat kaku, tetapi ia
ditransmisikan melalui ruang ini cenderung dinamis bahkan dapat mengandung unsur
lebih leluasa karena sifatnya yang eksklusif dan manipulatif. Ada tahapan di mana subyek
privat. Muhammad Hafizal Ashari Purba dari penelitian menerima narasi Islamisme setelah
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) IAIN melihat kekacauan sistem dan perubahan sosial
Sumatera Utara mengatakan bahwa yang tidak sesuai dengan yang diidealkan oleh
pengetahuan tentang keagamaannya banyak agensi. Juga, tahapan yang dimaksud tidaklah
diperoleh melalui berbagai agenda pengajian bersifat hirarki, melainkan cenderung berfase
yang diselenggarakan oleh LDK (Wawancara, dinamis. Narasi ini dapat berpindah dari satu
23 Juli 2013). posisi ke posisi yang lain menyesuaikan
Dalam Majelis Mujahidin Indonesia konteks dan situasi internal dan eksternal dari
(MMI), pengayaan pengetahuan agama informan, berikut juga adanya kontribusi dari
dilaksanakan melalui berbagai kegiatan variabel lain yang menyertainya. Perpindahan
khusunya bentuk muzakarah, khalaqah, dan pada fase ini dapat berlangsung cepat ataupun
forum untuk kajian-kajian tentang Islam bagi perlahan. Pada bagian ini akan diidentifikasi
pengurus MMI yang diadakan sebanyak dua apa saja pola penerimaan narasi Islamisme dan
kali dalam setahun. Menurut Ketua MMI di mana posisi informan/responden dalam peta
SUMUT (Wawancara, 25 Juli 2013), dalam narasi yang muncul.
kegiatan-kegiatan ini dilakukan berbagai
kajian-kajian yang menurutnya ilmiah. a) Kesadaran tentang Kekacauan Dunia
Pentingnya ruang dan setting sosial juga dan Sistem yang Berlaku di Masyarakat
memberikan pengaruh terhadap Ketua HTI
36
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume V No. 2 / Desember 2015 JIPSi
Pola penerimaan ini menjelaskan adanya b) Perbedaan Identitas berlandaskan
usaha seseorang untuk membangun de- Sentimen Agama
legitimasi atau ketidakpercayaan terhadap Kontestasi identitas berdasarkan sentimen
sistem dan tatanan yang ada di masyarakat baik agama terlihat jelas dalam memilih pemimpin
lokal, domestik, dan global. Seperti yang non Muslim. Di Medan, penolakan terhadap
disampaikan oleh Ketua Hizbut Tahrir pemimpin yang beragama non Islam
Sumatera Utara bahwa umat Islam saat ini beresonansi kuat dengan dinamika politik
tidak hidup dalam Islam. Mereka mengalami identitas pada tataran lokal dengan mengadopsi
berbagai kerusakan dari mulai sisi akidah sentimen agama. Pola penerimaan narasi
sampai tata pergaulan. Menurut tokoh HT Islamisme memperlihatkan adanya
SUMUT ini, kerusakan ini tidak saja dirasakan persinggungan antara identitas, politik, dan
oleh umat Islam tetapi juga oleh umat non agama dalam mewujudkan agenda atau
Muslim. Penyebab kerusakan dan kekacauan di mengekspresikan keinginan politik tertentu.
dunia ini adalah kehidupan kapitalis dan Misalnya, seorang aktivis LDK Universitas
sekulerisme yang merupakan sistem yang Negeri Medan secara tegas menolak
memisahkan agama dari kehidupan. Hizbut kepemimpinan non muslim. Jika dilihat dari
Tahrir menegaskan bahwa “sistem kapitalis dan politik lokal, menurutnya pertarungan politik
sekulersime ini harus dihilangkan dari muka identitas di Sumatera Utara nampak dalam
bumi”. kontestasi pertarungan antar marga Islam dan
Menurut tokoh HT SUMUT ini, ideologi Kristen (Ridho Erwinsyah, wawancara, 23 Juli
kapitalis dan sistem sekulerisme telah 2013).
menjadikan sendi-sendi umat Islam itu hancur Penolakan keras terhadap pemimpin non
hingga pada tatanan kehidupan rumah tangga Islam datang dari tokoh HT SUMUT. Ia
sekalipun. Mendidik dan membesarkan anak berpendapat bahwa “dalam konsep Islam,
tidak lagi berdasarkan sistem Islam, tetapi memilih pemimpin non Islam itu tidak boleh”.
dengan sistem sekuler. Pemerintah dituding Namun ia menyesalkan karena kita hidup
bukannya menjadikan Indonesia keluar dari bukan dalam sistem Islam, maka non Muslim
cengkraman liberalisme ekonomi, tetapi justru bisa memimpin. Tokoh HT ini mengkritisi
menjadikan cengkraman liberalisme ini makin bahwa pangkal masalah yang memungkinkan
kuat. Hubungan saling menopang antara dipilihnya pemimpin non Islam adalah
sekulerisme dan demokrasi juga makin demokrasi (Irwan Said Batubara, wawancara,
mengacaukan sistem di Indonesia. Sama halnya 25 Juli 2013). Penolakan keras lainnya datang
dengan sekulerisme, demokrasi juga dari Ketua MMI Sumatera Utara. Responden
menjadikan manusia menjadi tolak ukur dalam ini mengklaim bahwa Presiden non Muslim
menentukan kebaikan dan keburukan. Ini juga bertentangan dengan Undang-Undang karena
merupakan alasan utama mengapa HT telah dijelaskan bahwa “Presiden Indonesia
memusuhi demokrasi. Dalam pandangan tokoh adalah penduduk asli Indonesia yang beragama
HT Sumutera Utara ini “demokrasi itu sendiri Islam” (Zulkarnain, wawancara, 25 Juli 2013).
faktanya telah menghancurkan negara
Indonesia. Padahal Indonesia ini selamat jika c) Frustasi terhadap Lambannya
syariat Islam diterapkan” (Wawancara, 25 Juli Perubahan
2013). Penerimaan narasi ekstremisme dapat
masuk ketika agensi merasa putus asa terhadap
lambannya perubahan yang diinginkannya.

37
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015

Setahap kemudian agensi percaya tentang Di samping justifikasi sosiologis,


keharusan untuk memperbaiki situasi yang justifikasi teologis juga dipakai oleh FPI
tidak sesuai dengannya. Perasaan frustasi ini sebagai sandaran mengapa FPI mengambil
yang berakumulasi dengan ketidaksabaran tindakan kekerasan. Pembenaran teologis ini
agensi menunggu perubahan yang bersumber dari pengetahuan agama informan.
diinginkannya dapat mendorong agensi pada Menurutnya, “dalam Islam, setiap ada
tindakan menggunakan kekerasan dalam kemungkaran dan apabila umat Islam
rangka mewujudkan visi dan tujuan Islamis membiarkannya, maka Allah pasti akan
yang diinginkan oleh agensi atau kelompoknya. menurunkan bala. Karena kita tidak ingin bala
Dalam kasus di Medan, tindakan menggunakan ini diturunkan dan kita juga tidak ingin
kekerasan ini tidak terlalu termobilisasi secara generasi kita pada masa mendatang melakukan
terorganisir dan sistematis. Juga, ekstremisme kerusakan-kerusakan, maka kita meminta
dengan penggunaan kekerasan ini tidak masif, aparat pemerintah untuk menindak tegas hal-
melainkan dengan metode yang sederhana dan hal demikian”. Sehingga berdasarkan dua
terkesan terbatas. Perlu ditambahkan bahwa legitimasi di atas, maka kemudian FPI
adanya variabel tentang misi dan tujuan mendapat pembenaran untuk melakukan aksi
perjuangan yang berbeda antara satu kelompok menutup paksa/sweeping dengan menggunakan
dan kelompok Islamis lainnya memberikan kekerasan terhadap tempat-tempat maksiat
nuansa yang kurang konsolidatif dan solid tersebut karena lamban dan tidak jelasnya
antara mereka. Walaupun demikian, satu perubahan yang diinginkan.
kelompok Islamis dapat memberikan simpati
terhadap penggunaan kekerasan yang dilakukan 6. Kesimpulan
oleh kelompok Islam garis keras lainnya.
Frustasinya FPI terhadap lambannya Sebagaimana yang telah diulas di atas,
respon dari aparat dan pemerintah daerah konstruksi narasi Islamisme tidaklah berdiri
dalam menindak tegas tempat-tempat maksiat, sendiri, namun ia berkembang melalui
perzinahan, prostitusi, minuman memabukkan pengalaman dan trajektori seseorang dalam
dan yang sejenisnya mendorong FPI untuk interaksi sosial. Keragaman narasi-narasi
mengambil tindakan sendiri untuk merubah Islamisme ini tidak terlepas dari berbagai faktor
keadaan yang diinginkannya. Sebagaimana dan konteks yang melingkupi agensi. Kondisi
yang dikatakan oleh tokoh FPI Sumatera Utara, sosio demografis, budaya, ekonomi dan politik
FPI telah melakukan empat kali teguran untuk turut mempengaruhi bagaimana individu
menutup tempat-tempat maksiat tersebut. menerima dan membangun narasi.
Akhirnya FPI bersama masyarakat melakukan Sebagaimana diulas di atas, masyarakat Medan
aksi anarkis, pengrusakan tempat tersebut. “Ini memiliki karakterisitik sebagai masyarakat
adalah reaksi karena tidak ada aksi dari yang multi etnik yang mana tidak ada
Kepolisian” (Nursariyanto, wawancara, 24 Juli kelompok etnik tertentu yang dominan. Ini bisa
2013). Hal ini menggambarkan adanya menimbulkan dua implikasi yaitu masing-
legitimasi bagi FPI untuk bertindak dengan masing etnik akan berada dalam situasi saling
caranya sendiri karena usahanya selama ini bergantung dan bisa munculnya kelompok atau
yang kooperatif dengan memberikan teguran individu yang ingin mempertegas identitas,
yang berulang kali kepada aparat terkait untuk terlebih jika itu dihadapkan pada kontestsi
menindak tempat-tempat maksiat tidak ekonomi dan politik lokal.
dihiraukan dan tidak mendapat respon. Konstruksi narasi Islamisme yang
ditemukan di Medan terdiri dari narasi militan
38
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume V No. 2 / Desember 2015 JIPSi
terkait kebencian terhadap Yahudi dan Nasrani, Pola penerimaan narasi mendorong
ketidaksukaan terhadap Ahmadiyah dan aliran terbentuknya pandangan, sikap, dan akhirnya
sesat, dan ketidaksenangan terhadap Islam tindakan seseorang. Pola penerimaan
liberal dan Syiah. Narasi radikalisme yang Islamisme yang terekam di Medan mencakup
terbalut dalam framing antagonis mencakup setidaknya tiga fase yang non hirarki. Pola
Islam versus demokrasi, dan penerapan syariah pertama yaitu kesadaran tentang kekacauan
Islam dan pendirian negara Islam versus sistem dunia dan sistem yang berlaku di masyarakat.
yang berlaku saat ini di Indonesia. Narasi Pola kedua adalah adanya perbedaan identitas
ekstremisme terbangun tidak saja pada yang berlandaskan sentimen agama. Pada pola
pandangan yang pro dan simpati terhadap ini, penolakan terhadap pemimpin yang
penggunaan kekerasan, namun juga beragama non Islam beresonansi kuat dengan
termanifestasikan pada tindakan penyerangan dinamika politik identitas yang dieksploitasi
dengan menggunakan kekerasan terhadap dengan sentimen agama. Sehingga ini
kelompok masyarakat lainnya. Terakhir, memperlihatkan adanya interaksi manipulatif
walaupun secara umum narasi terorisme kurang antara identitas, politik, dan agama yang
mendapat tempat dalam masyarakat Medan dieksploitasi demi terwujudnya agenda atau
yang ini ditandai dengan penolakan terhadap keinginan politik seseorang atau kelompok.
aksi teroris, namun narasi terorisme muncul Pola penerimaan terakhir menyangkut adanya
dalam narasi perang jihad dan mati syahid yang frustasi terhadap lambannya perubahan yang
diperbolehkan dalam kasus di Ambon dan di ini memicu untuk mengambil tindakan sendiri
Poso, serta situasi perang seperti di di luar hukum yang berlaku.
Afghanistan dan di Palestina.
Polarisasi penyebaran narasi Islamisme di
Medan setidaknya difasilitasi oleh tiga saluran. Daftar Pustaka
Penyebaran pertama adalah melalui media
komunikasi yang meliputi media cetak, Barton, Greg. 2005. Jemaah Islamiyah:
elektronik, dan online, bulletin, majalah, Radical Islamism in Indonesia.
selebaran, dan blog. Bulletin dakwah dan Singapore: Singapore University Press.
majalah juga menjadi media dalam penyebaran Chalk, Peter, Angel Rabasa, William Rosenau,
narasi, seperti Hizbut Tahrir dengan Buletin dan Leanne Piggott. 2009. The Evolving
Dakwah Al-Islam, dan MMI dengan buletin Terrorist Threat to Southeast Asia: A Net
Jum‟at Mujahidin dan majalah Risalah Assessment. The RAND Corporation.
Mujahidin. Transmisi Islamisme kedua yaitu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I.
melalui pola hubungan interpersonal dari 1976. Monografi Daerah Sumatera
keluarga, guru-murid, dan teman/sahabat. Utara, Jakarta: Pemerintah Indonesia.
Dalam kasus di Medan, hubungan anak-bapak, Esin, Cigdem, Fathi, Mastoureh, and Squire,
pertemanan dan relasi junior-senior, dan guru- Corinne. 2014. Narrative Analysis: The
murid terlihat jelas dalam mempengaruhi Constructionist Approach, dalam Uwe
bagaimana narasi itu tersebar. Pola penyebaran Flick, The SAGE Handbook of
ketiga terjadi melalui pengajian dan khalaqah. Qualitative Data Analysis. SAGE
Transmisi melalui ruang yang semi privat ini Publications Ltd.
terlihat dapat memberikan kedekatan psikologis Fealy, Greg dan Aldo Borgu. 2005. Local
dan membangun kebersamaan yang kuat ketika Jihad: radical Islam and terrorism in
menyebarkan narasi.

39
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015

Indonesia. The Australian Strategic Majelis Mujahidin. 2008, 15 Desember 2007-


Policy Institute. 15 Januari. “Radikalisme Negara
Hasani, Ismail (ed.). 2009. Berpihak dan Mengancam Agama”, Risalah Mujahidin,
Bertindak Intoleran: Intoleransi edisi 15.
Masyarakat dan Restriksi Negara dalam Mozaffari, Mehdi. 2007. "What is Islamism?
Kebebasan Beragama/ Berkeyakinan di History and Definition of a Concept",
Indonesia. Jakarta: Publikasi SETARA Totalitarian Movements and Political
Institute. Religions, Vol. 8, No. 1, 17–33.
Hasan, Noorhaidi, Bertus Hendriks, Floor Pelly, Usman, 2004. Pengaruh Modernisasi
Janssen dan Roel Meijer. 2012. Counter terhadap Adat dan Budaya di Sumatera
Terrorism Strategies in Indonesia, Utara, dalam Pelestarian Adat
Algeria and Saudi Arabia. Netherlands Masyarakat Etnik Sumatera Utara.
Institute of International Relations Medan: Forum Komunikasi Antar
„Clingendael‟. Lembaga Adat Sumatera Utara
Hasan, Noorhaidi, M. Iqbal Ahnaf, Syaifudin (FORKALA), cetakan pertama.
Zuhri dan Maufur. 2013. Instrumen Rashwan, Diaa (ed.). 2007. The Spectrum of
Penelitian Narasi dan Politik Identitas: Islamist Movements, vol. 1. Berlin: Al-
Pola Penyebaran dan Penerimaan Ahram Center for Political and Strategic
Radikalisme dan Terorisme di Indonesia. Studies and the Friedrich-Ebert-Stiftung.
Yogyakarta: Fakultas Syari‟ah dan
Hukum UIN Sunan Kalijaga.
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). 2013, Mei.
“Demokrasi: Sistem Gagal dan
1
Merusak”, Buletin Dakwah Al-Islam, Studi ini merupakan bagian dari penelitian mengenai
edisi 657. “Narasi dan Politik Identitas: Pola Penyebaran dan
Penerimaan Radikalisme di Indonesia” yang
Hyvärinen, Matti. 2008. Analyzing Narratives dilaksanakan oleh Fakultas Syari‟ah dan Hukum,
and Story-Telling, dalam Pertti Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Alasuutari, Leonard Bickman dan Julia dengan dukungan Badan Nasional Penanggulangan
Brannen, The SAGE Handbook of Social Terorisme (BNPT).
2
Research Methods. SAGE Publications Banyak pengamat teroris mengklasifikasikan Jama‟ah
Ansharut Tauhid (JAT) sebagai aliran salafi jihadi. Baca
Ltd.
juga International Crisis Group (ICG). 2010. “Indonesia:
International Crisis Group (ICG). 2010, 6 Juli. The Dark Side of Jama‟ah Ansharut Tauhid (JAT)”,
“Indonesia: The Dark Side of Jama‟ah International Crisis Group Asia Report No. 107.
3
Ansharut Tauhid (JAT)”, International Berbeda dengan JAT yang dianggap oleh informan
Crisis Group Asia Report No. 107. sebagai kelompok garis keras, Majelis Mujahidin
Indonesia sebaliknya dianggapnya sebagai kelompok
___________________________. 2012, 16
yang halus.
Juli. “Bagaimana Kelompok Ekstrimis
Membentuk Kelompok Baru”,
International Crisis Group Asia Report
No. 228.
Lajnah Perwakilan Wilayah Majelis Mujahidin
Sumatera Utara. 2012, Desember. “Dicari
Pemimpin Taat Syari‟ah”, Buletin Jum‟at
Mujahidin, edisi 128.

40

View publication stats

You might also like