You are on page 1of 12

123

Ananda Nur Shafira, Giur Hargiana


Self-Harm Behavior pada Mahasiswa Keperawatan

Self-Harm Behavior pada Mahasiswa Keperawatan

(Self-Harm Behavior among Nursing Students)

Ananda Nur Shafira1, Giur Hargiana2


1, 2
Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia

*Email: giurhargiana@ui.ac.id

Abstract
The majority of college students are in the phase of emerging adulthood of human development. In this
transition period, the students are susceptible to experiencing psychological instability due to many changes
in their lives. Nursing students are presumed to be at risk of high-stress levels because of the high demands,
expectations and activities during their study. Therefore, some students struggle to adapt to their college life
and choose to avoid their responsibilities or make some dangerous decisions (self-harm behavior) as it is
believed to be a form of coping mechanism to release their stress. This study used a cross sectional approach
with the aim of finding the prevalence of self-harm behavior among nursing students. This study involved 236
students from Faculty of Nursing, University of Indonesia with probability proportionate sampling technique.
The instrument used is the modified Indonesian version of Self-Harm Behavior Questionnaire (SHBQ). The
results showed that nursing students engaged in self-harm behavior, including self-harm (34.3%), suicide
attempted (8.1%), suicide threat (7.2%), and suicide ideation (30.5%). The existence of prevalence of self-
harm behavior among nursing students is needed to improve prevention and treatment at the university level.

Keywords: Emerging Adulthood; Nursing Students; Self-Harm Behavior

Abstrak
Usia mahasiswa termasuk dalam fase emerging adulthood yang berpotensi tinggi untuk mengalami
ketidakstabilan psikologis akibat banyaknya perubahan di masa transisi. Mahasiswa keperawatan atau
kesehatan lainnya dianggap memiliki risiko stres yang tinggi akibat beban studi dan padatnya kegiatan
perkuliahan di setiap tingkatannya. Tidak jarang mahasiswa kesulitan dalam beradaptasi hingga akhirnya
menghindar atau melakukan hal berbahaya seperti menyakiti diri yang dianggapnya sebagai mekanisme
koping untuk melepas beban. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional sederhana dengan tujuan
untuk mengetahui gambaran perilaku menyakiti diri sendiri (self-harm behavior) pada mahasiswa
keperawatan. Penelitian ini melibatkan 236 mahasiswa dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
dengan teknik probability proportional sampling. Instrumen yang digunakan adalah Self-Harm Behavior
Questionnaire terjemahan Bahasa Indonesia yang telah dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mahasiswa keperawatan terlibat dalam self-harm behavior, yang termasuk didalamnya perilaku self-harm
(34.3%), percobaan bunuh diri (8.1%), ancaman bunuh diri (7.2%), dan ide bunuh diri (30.5%). Adanya
gambaran self-harm behavior pada mahasiswa keperawatan sangat diperlukan untuk meningkatkan upaya
pencegahan dan penanganan di tingkat universitas.

Kata kunci: Emerging Adulthood; Mahasiswa Keperawatan; Self-Harm Behavior

LATAR BELAKANG Ibanez, 2020). Selain disebabkan karena


Mayoritas mahasiswa yang berada pada ketidakmampuan dalam mengendalikan atau
rentang usia dewasa muda seringkali dihadapkan meregulasi emosi, hal ini juga dipengaruhi oleh
dengan permasalahan atau situasi yang berujung karakter usia dewasa muda itu sendiri. Pada
pada kondisi distress. Beberapa penelitian tahapan usia dewasa muda terdapat fase
menyatakan bahwa individu usia 18 – 29 tahun peralihan dari usia remaja menuju dewasa yang
memiliki risiko tinggi dalam terganggunya disebut dengan emerging adulthood atau fase
kesehatan mental (Matud, Diaz, Bethencourt, & kritis. Pada emerging adulthood, terjadi banyak
Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
124
Ananda Nur Shafira, Giur Hargiana
Self-Harm Behavior pada Mahasiswa Keperawatan

perubahan dan penyesuaian baru terhadap tertinggi dibanding fakultas lainnya di


perencanaan hidup, hubungan antar individu, Universitas Indonesia, yakni mencapai 47.6%.
pendidikan, dan pekerjaan (Jessor, Donovan, & Alzahrani (2017) menyebutkan jika sekolah
Costa, 1991; Siversten et al., 2019). Hal ini kedokteran atau kesehatan lainnya diakui sebagai
melatarbelakangi terjadinya banyak situasi pada lingkungan yang berisiko tinggi memberikan
mahasiswa keperawatan atau kelompok usia negative effect dalam prestasi akademik,
dewasa muda, mulai dari distress, kesehatan fisik, dan kesejahteraan psikologis
ketidakmampuan mengontrol emosi, hingga mahasiswanya. Sehingga risiko stres pada
tingginya risiko gangguan mental. mahasiswa kesehatan secara umum seperti
Menurut National Alliance on Mental keperawatan cenderung lebih tinggi dibanding
Illness, salah satu dampak dari gangguan dengan fakultas non kesehatan. Hal ini tentunya
emosional yang sering terjadi di berbagai negara tidak terlepas dari beban studi dan kegiatan
adalah munculnya tindakan menyakiti diri perkuliahan yang terbilang kompleks pada setiap
sendiri, dengan atau tanpa tujuan mengakhiri tingkatnya.
hidup. Matud, Diaz, Bethencourt, dan Ibanez Untuk memperkuat data, peneliti melakukan
(2020) juga mengatakan bahwa kondisi distress studi pendahuluan melalui kuesioner online yang
merupakan permasalahan yang krusial pada disebarkan kepada 81 mahasiswa di Rumpun
populasi mahasiswa. Sebab, distress berkaitan Ilmu Kesehatan. Berdasarkan hasil studi,
erat dengan kejadian bunuh diri pada mahasiswa, diketahui 64.2% mahasiswa menyatakan bahwa
khususnya mahasiswa perempuan (Tang, Byrne, dirinya pernah mendengar teman sesama
& Qin, 2017). Maka, dapat diketahui bahwa Rumpun Ilmu Kesehatan melakukan self-harm.
individu usia dewasa muda seperti mahasiswa Sebanyak 30.9% mahasiswa pernah melakukan
rentan mengalami ketidakmampuan dalam self-harm dan 37% mahasiswa pernah berpikir
mengontrol emosi, yang lama kelamaan akan untuk bunuh diri. Mayoritas data tersebut berasal
berujung pada perilaku menyakiti diri sendiri dari mahasiswa keperawatan. Berdasarkan data
(self-harm behavior). Hal tersebut didukung di atas, maka diketahui bahwa mahasiswa
dengan sebuah penelitian terhadap 307 keperawatan yang sedang berada pada fase
mahasiswa Indonesia dan didapatkan sekitar emerging adulthood rentan mengalami berbagai
38% mahasiswa usia 16 – 27 tahun pernah masalah kesehatan mental, salah satunya adalah
melakukan self-harm (Tresno, Ito, & Mearns, distress yang berujung pada tindakan menyakiti
2012). American Psychological Association diri sendiri (self-harm behavior). Melalui
(2015) menyatakan bahwa self-harm juga banyaknya kejadian serupa yang terjadi pada
merupakan salah satu indikasi bagi individu yang mahasiswa dan belum tersedianya penelitian
melakukan percobaan bunuh diri. Maka tindakan mengenai topik tersebut, maka peneliti ingin
menyakiti diri sendiri dengan atau tanpa tujuan mengetahui lebih lanjut gambaran self-harm
untuk mengakhiri hidup sangatlah penting untuk behavior pada mahasiswa Fakultas Ilmu
dibahas lebih lanjut. Keperawatan Universitas Indonesia.
Pemilihan kategori mahasiswa keperawatan
dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa METODE
penelitian sebelumnya, seperti Thomas, Murphy, Studi deskriptif sederhana ini menggunakan
Adams, Martin, Torres, dan Ozark (2019) yang pendekatan cross sectional yang dilakukan kepada
menyatakan bahwa 16.3 % atau 114 mahasiswa 236 mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan
kesehatan seperti kedokteran di Loyola Universitas Indonesia. Instrumen yang digunakan
University Chicago mengalami depresi mayor adalah Self-Harm Behavior Questionnaire
dan didapatkan pula prevalensi self-harm sebesar terjemahan Bahasa Indonesia yang disesuaikan
dengan pilihan jawaban sesuai scoring. SHBQ terdiri
9.4% dengan intensitas yang beragam. dari empat kategori, yaitu perilaku self-harm,
Beriringan dengan itu, Arum (2019) percobaan bunuh diri, ancaman bunuh diri, dan ide
mendapatkan hasil bahwa mahasiswa bunuh diri. Setiap kategori memiliki pertanyaan rinci
keperawatan memiliki persentase ide bunuh diri seperti frekuensi, onset awal, kebutuhan tindakan

Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
125
Ananda Nur Shafira, Giur Hargiana
Self-Harm Behavior pada Mahasiswa Keperawatan

medis, dan sebagainya (Gutierrez, Osman, Barrios, & Tabel 2


Kopper, 2001; Biromo, 2015). Peneliti menambahkan Distribusi Responden Berdasarkan Suku,
satu butir pertanyaan terkait metode self-harm yang Jenis Kelamin, Angkatan, Tempat Tinggal,
tercantum pada kategori perilaku self-harm. Peneliti dan Pendapatan Keluarga (n=236)
melakukan uji validitas dengan hasil nilai r 0.488– Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
0.852 (r=0.349; n=30). Pada uji reliabilitas, Jenis kelamin
didapatkan hasil cronbach’s alpha sebesar 0.935. Perempuan 219 92.8
Instrumen SHBQ terbukti valid dan reliabel untuk Laki-laki 17 7.2
mengidentifikasi self-harm behavior pada populasi Angkatan
mahasiswa kesehatan Indonesia. 2018 57 24.2
Melalui probability proportional sampling, 2019 58 24.6
responden dipilih dengan sistem random berdasarkan 2020 64 27.1
2021 57 24.2
urutan absen mahasiswa. Peneliti mengumpulkan
Suku
responden di tiap angkatannya ke dalam grup untuk
Jawa 118 50
menginfokan tujuan penelitian dan informed consent Sunda 35 14.8
melalui link kuesioner. Peneliti telah menegaskan Betawi 28 11.9
bagi calon responden yang merasa tidak nyaman Minang 22 9.3
dengan topik penelitian maka dipersilakan untuk Batak 9 3.8
melewati kuesioner. Aplikasi SPSS digunakan untuk Bugis 7 3
menganalisis data univariat dengan uji statistik Melayu 5 2.1
tendensi sentral, ukuran variasi, dan uji proporsi. Sasak 4 1.7
Penelitian ini dinyatakan lolos kaji etik, sehingga Lainnya 8 3.2
peneliti menjamin penuh kerahasiaan data, tidak ada Tempat
tinggal
bahaya bagi responden, dan terdapat manfaat berupa
Rumah orang
wadah untuk berbagi pengalaman secara anonim. 181 76.7
tua/ kerabat
Kos/ asrama/
55 23.3
HASIL apartemen
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan keluarga
responden yang merupakan mahasiswa < Rp
100 42.4
4.641.854
keperawatan FIK UI berada pada rentang usia 18 Rp 4.641.854 22 9.3
hingga 22 tahun dengan rata-rata responden > Rp
berusia 20.27 tahun (95% CI). Standar deviasi 114 48.3
4.641.854
usia responden adalah 1.130 seperti pada
Tabel 1. Diketahui mayoritas responden dalam
Tabel 1 penelitian ini berjenis kelamin perempuan
Rerata Usia Responden (n=236) (92.8%) dan responden sisanya adalah laki-laki
Min- (7.2%). Responden berasal dari empat angkatan
Variabel Mean SD 95% CI
Max yaitu 2018 hingga 2021, mayoritas berasal dari
Usia 18-22 20.27 1.130 20.12-20.14
angkatan 2020 dengan jumlah 64 mahasiswa
(27.1%). Setengah populasi responden berasal
dari suku jawa (50%) dan adapun suku minoritas
lainnya yang masing-masing terdiri dari 1 atau 2
responden. Dilihat dari status tempat tinggal
terkini, sebagian besar responden tinggal
bersama orang tua (76.7%). Sisanya tinggal di
kos, asrama, atau apartemen. Lalu pada
karakteristik pendapatan keluarga, mayoritas
responden memiliki pendapatan keluarga di atas
upah minimum regional (UMR) DKI Jakarta atau
lebih besar dari Rp4.641.854 (48.3%).

Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
126
Ananda Nur Shafira, Giur Hargiana
Self-Harm Behavior pada Mahasiswa Keperawatan

Tabel 3 Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Self- Distribusi Responden Berdasarkan
Harm Behavior (n=236) Pernyataan, Frekuensi, Onset Usia
Kategori
Ya Tidak Tindakan, Waktu Terakhir Melakukan Self-
n % n % Harm, Disclosure, dan Kebutuhan Medis
Perilaku self-harm 81 34.3 155 65.7 pada Perilaku Self-Harm (n=81)
Percobaan bunuh diri 19 8.1 217 91.9
Frekuensi Persentase
Ancaman bunuh diri 17 7.2 219 92.8 Karakteristik
(n) (%)
Ide bunuh diri 72 30.5 164 69.5
Perilaku self-harm
Berdasarkan Tabel 3, diketahui secara Perempuan 81 34.3
umum responden penelitian yang merupakan Laki-laki 155 65.7
mahasiswa FIK UI pernah melakukan self-harm Frekuensi self-harm
behavior. Dari 236 responden, mayoritas 81 1 kali 20 24.7
responden menyatakan pernah melakukan self- 2 kali 13 16
3 kali 12 14.8
harm (34.3%) dan 155 responden lainnya 4 kali/ lebih 36 44.4
menyatakan tidak pernah melakukan self-harm. Onset tindakan
Sebanyak 72 responden (30.5%) menyatakan self-harm
pernah memiliki ide bunuh diri. Berbeda halnya 0 -1 tahun lalu 24 29.6
dengan angka percobaan bunuh diri dan ancaman 2 - 3 tahun lalu 34 42
4 - 5 tahun lalu 12 14.8
bunuh diri yang masing-masing sebesar 8.1%
6 tahun lalu/ lebih 11 13.6
dan 7.2%. Waktu terakhir melakukan self-harm
Mayoritas responden pernah melakukan ≤ 1 tahun terakhir 50 61.7
self-harm sebanyak 4 kali atau lebih (44.4%). 1 – 2 tahun
8 9.9
Selanjutnya diketahui bahwa mayoritas 34 terakhir
responden pertama kali melakukan self-harm > 2 tahun terakhir 23 28.4
Disclosure
pada 2 – 3 tahun yang lalu (42%). Sedangkan Ya 24 29.6
untuk waktu terakhir melakukan self-harm, Tidak 57 70.4
mayoritas sebanyak 50 responden masih Kebutuhan tindakan medis
melakukannya dalam kurun waktu kurang dari 1 Ya 4 4.9
tahun terakhir. Diketahui hanya 24 responden Tidak 77 95.1
yang pernah memberitahukan kepada orang lain
terkait dengan perilakunya (4.9%). Sedangkan 77 Tabel 5
responden lainnya memilih untuk tidak Distribusi Metode Self-Harm pada
memberitahukannya kepada orang lain (95.1%). Responden (n=81)
Sebagai data tambahan, peneliti mencantumkan Frekuensi Persentase
Metode
pilihan metode self-harm. Perlu diketahui jika (n) (%)
Memukul,
data yang tersedia dalam tabel 5 bukan mendorong, atau 45 53.1
bersumber dari kuesioner yang peneliti gunakan. membenturkan diri
Sesuai dengan tabel 5, diketahui sebanyak 81 Mencakar,
responden melakukan self-harm dengan berbagai menggores, atau 57 70.1
cara atau metode. Sehingga, sangat mencubit tubuh
memungkinkan bagi 1 responden untuk Menarik atau
4 4.8
mencabut rambut
melakukan self-harm dengan lebih dari 1 metode. Mencekik atau
Mayoritas 57 responden melakukan self-harm membekap jalan 6 7.4
dengan cara mencakar, menggores, atau napas
mencubit tubuh (70.1%) serta memukul atau Mengonsumsi obat
11 13.6
membenturkan diri (53.1%). lebih dari dosis
Membuat diri
kelaparan atau makan
36 43.2
berlebihan dan
memuntahkannya

Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
127
Ananda Nur Shafira, Giur Hargiana
Self-Harm Behavior pada Mahasiswa Keperawatan

Tabel 6 melakukan percobaan bunuh diri dalam waktu kurang


Gambaran Percobaan bunuh diri pada dari 1 tahun terakhir (31.6%). Dari total 19
Responden Penelitian (n=19) responden, hanya 2 responden yang membutuhkan
Frekuensi tindakan medis pasca percobaan bunuh diri. Apabila
Karakteristik Persentase (%) dilihat berdasarkan peristiwa memicu, mayoritas
(n)
Percobaan bunuh diri responden dihadapkan pada 3 peristiwa pemicu yang
Ya 19 8.1 terjadi pada saat percobaan bunuh diri berlangsung
Tidak 217 91.9 (57.9%). Perlu diketahui jika dalam pertanyaan
Frekuensi percobaan bunuh diri metode yang tertera pada Tabel 7, responden yang
1 kali 12 63.2 melakukan percobaan bunuh diri dapat mengisi
2 kali 3 15.8 pilihan metodenya lebih dari satu, sehingga apabila
3 kali 1 5.3 frekuensi tabel dijumlahkan tentu jumlahnya akan
4 kali/ lebih 3 15.8 lebih dari 19. Mayoritas responden pernah melakukan
Waktu terakhir melakukan percobaan percobaan bunuh diri dengan melukai bagian tubuh
bunuh diri (73.7%)
≤ 1 tahun terakhir 6 31.6
1 – 2 tahun terakhir 4 21.1
> 2 tahun terakhir 9 47.4 Tabel 8
Kebutuhan tindakan medis Distribusi Responden Berdasarkan
Ya 2 10.5 Pernyataan, Frekuensi, Onset Awal, Waktu
Tidak 17 89.5 Terakhir, Peristiwa Pemicu, dan Niat Bunuh
Jumlah peristiwa pemicu Diri pada Ancaman Bunuh Diri (n=17)
Tidak ada 1 5.3 Frekuensi Persentase
1 peristiwa 1 5.3 Karakteristik
(n) (%)
2 peristiwa 6 31.6 Ancaman bunuh diri
3 peristiwa/ lebih 11 57.9
Ya 17 7.2
Niat bunuh diri
Tidak 219 92.8
Ya 7 36.8
Tidak 12 63.2 Frekuensi ancaman
bunuh diri
1 - 2 kali 13 76.5
Tabel 7 3 - 4 kali 2 11.8
Distribusi Metode Percobaan Bunuh Diri 4 kali atau lebih 2 11.8
pada Responden (n=19) Onset awal
Frekuensi Persentas mengutarakan ancaman
Metode bunuh diri
(n) e (%)
Tidak ada 3 15.8 0 -1 tahun lalu 10 58.8
Overdosis dengan ≤ 10 butir 2 - 3 tahun lalu 3 17.6
1 5.3 4 - 5 tahun lalu 3 17.6
pil (1 jenis obat)
Overdosis dengan ≥ 10 butir 6 tahun lalu/ lebih 1 5.9
- - Waktu terakhir
pil (1 jenis obat)
Overdosis dengan berbagai mengutarakan ancaman
5 26.3 bunuh diri
macam jenis obat
Melukai bagian tubuh 14 73.7 ≤ 1 tahun terakhir 10 58.8
Menggantung diri/ 1 – 2 tahun terakhir 2 11.8
mencekik/ lompat dari > 2 tahun terakhir 5 29.4
1 5.3 Jumlah peristiwa pemicu
ketinggian/ menggunakan
senjata api Tidak ada 1 5.9
1 peristiwa 4 23.5
2 peristiwa 6 35.3
Pada tabel 6, diketahui angka percobaan bunuh
3 peristiwa/ lebih 6 35.3
diri pada responden penelitian atau mahasiswa FIK
Niat Bunuh Diri
UI sekitar 8.1%. Mayoritas responden pernah Ya 6 35.3
melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 1 kali Tidak 11 64.7
(63.2%). Selanjutnya terdapat mayoritas 9 responden
yang melakukan percobaan bunuh diri dalam waktu Hasil yang tertera pada Tabel 8
lebih dari 2 tahun terakhir (47.4%). Namun perlu
menunjukkan dari 17 responden, mayoritas
diwaspadai karena masih terdapat 6 responden yang
Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
128
Ananda Nur Shafira, Giur Hargiana
Self-Harm Behavior pada Mahasiswa Keperawatan

mengungkapkan ancaman bunuh diri sebanyak 1 dilihat dari 20.8% responden yang memilih
– 2 kali (76.5%). Mayoritas responden terakhir pilihan tidak ada. Makna dari pilihan tidak ada
mengungkapkan ancaman bunuh diri pada satu dapat diartikan dengan tidak adanya metode yang
tahun lalu (58.8%), namun sesungguhnya sesuai dan/atau tidak adanya rencana metode saat
responden tidak berniat untuk mati (64.7%). memiliki ide bunuh diri.
Terdapat 2 hingga 3 peristiwa lebih (70.6%) yang
terjadi bersamaan dengan ancaman bunuh diri Tabel 10
responden. Data pada Tabel 9 berasal dari 17 Distribusi Responden Berdasarkan Pikiran
responden yang mengisikan jawaban pilihan Mati dan Bunuh Diri, Peristiwa Pemicu,
metode ancaman bunuh diri sesuai dengan Rencana Spesifik, Pemikiran terhadap
pilihannya masing-masing. Mayoritas sebanyak Reaksi Orang, dan Persiapan Rencana pada
12 responden mengungkapkan ancaman bunuh Ide Bunuh Diri (n=72)
diri dengan metode melukai bagian tubuh Karakteristik
Frekuensi Persentase
(70.6%). Metode yang paling sedikit dilakukan (n) (%)
adalah overdosis dengan kurang dari 10 butir pil Pikiran untuk mati
Ya 132 55.9
(11.8%).
Tidak 104 44.1
Pikiran untuk bunuh diri
Tabel 9 Ya 72 30.5
Distribusi Metode Ancaman Bunuh Diri Tidak 164 69.5
pada Responden (n=17) Jumlah peristiwa pemicu
Frekuensi Persentase Tidak ada 1 1.4
Metode
(n) (%) 1 peristiwa 19 26.4
Tidak ada 3 17.6 2 peristiwa 12 16.7
Overdosis dengan ≤ 10 3 peristiwa/ lebih 40 55.6
2 11.8
butir pil (1 jenis obat) Rencana spesifik
Overdosis dengan ≥ 10 Ya 21 29.2
- -
butir pil (1 jenis obat) Tidak 51 70.8
Overdosis dengan Pemikiran terhadap reaksi orang
berbagai macam jenis 3 17.6 Ya 62 86.1
obat Tidak 10 13.9
Melukai bagian tubuh 12 70.6 Persiapan rencana
Menggantung diri/ Ya 12 16.7
mencekik/ lompat dari Tidak 60 83.3
ketinggian/ 3 17.6
menggunakan senjata
Tabel 11
api
Distribusi Metode Ide Bunuh Diri pada
Responden (n=72)
Pada Tabel 10. tertera bahwa 55.9% Frekuensi Persentase
responden memiliki pikiran untuk mati, namun Metode
(n) (%)
hanya 30.5% yang memiliki ide bunuh diri. Tidak ada 3 17.6
Mayoritas responden tidak memiliki rencana Overdosis dengan ≤ 10
2 11.8
spesifik terkait bunuh dirinya (70.8%) dan belum butir pil (1 jenis obat)
mempersiapkan langkah-langkahnya (83.3%). Overdosis dengan ≥ 10
- -
butir pil (1 jenis obat)
Namun sesuai dengan isian 72 responden yang Overdosis dengan
tertuang dalam Tabel 11, mayoritas 45 responden berbagai macam jenis 3 17.6
memiliki ide bunuh diri dengan cara melukai obat
bagian tubuh (62.5%). Metode yang juga banyak Melukai bagian tubuh 12 70.6
dipikirkan oleh responden adalah menggantung Menggantung diri/
mencekik/ lompat dari
diri/ mencekik/ lompat dari ketinggian/ ketinggian/ 3 17.6
menggunakan senjata api (27.8%). Meski menggunakan senjata
demikian, tidak semua responden memikirkan api
metode dalam ide bunuh dirinya. Hal ini dapat
Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
129
Ananda Nur Shafira, Giur Hargiana
Self-Harm Behavior pada Mahasiswa Keperawatan

PEMBAHASAN menyikapi suatu permasalahan kesehatan, baik


Karakteristik Responden fisik atau mental (Alligood, 2014). Sehingga
Rentang usia responden penelitian serupa dapat dipastikan adanya budaya yang berbeda
dengan mahasiswa Universitas Indonesia yang pada setiap suku dapat memengaruhi pemikiran,
rata-rata berusia 20 tahun dan dalam usia 18 - 23 kebiasaan, dan cara pandang individu dalam
tahun (Arum, 2019). Secara umum usia menghadapi suatu permasalahan. Analisis ini
mahasiswa di negara lain juga berada di kisaran didukung oleh laporan dari Royal College of
16 – 23 tahun (Alsulami et al., 2018). Apabila Psychiatrists (2020) yang menyatakan bahwa
ditinjau dari teori perkembangan psikososial salah satu faktor risiko atau red flag warning
Erikson, rentang usia mahasiswa di atas termasuk signs pada kasus percobaan bunuh diri adalah
dalam kategori usia remaja (12 – 20 tahun) dan kelompok etnis minoritas yang dapat pula
usia dewasa muda (20 – 30 tahun) (Townsend, diartikan sebagai suku.
2011). Menurut Matud, Diaz, Bethencourt, dan Pada status tempat tinggal, didapatkan
Ibanez (2020), pada tahapan awal usia dewasa bahwa sebagian besar mahasiswa tinggal
muda terdapat fase peralihan yaitu emerging bersama keluarga dibanding tinggal di kos. Royal
adulthood yang berlangsung dari usia 18 hingga College of Psychiatrists (2020) menyatakan
29 tahun (Arnett, 2015). Banyak fenomena yang bahwa salah satu faktor risiko pada kasus
terjadi pada rentang usia tersebut, seperti percobaan bunuh diri adalah individu yang
kejadian percobaan bunuh diri (11%) dan tinggal sendirian. Namun, pertimbangan ini tidak
menyakiti diri tanpa niatan untuk bunuh diri dapat digeneralisir terhadap seluruh populasi.
(16%) yang dilaporkan terjadi pada individu usia Sebab, terdapat pula penelitian mengenai self-
18 – 34 tahun (O'Connor et al., 2018). harm behavior khususnya kategori ide bunuh diri
Banyaknya jumlah responden perempuan pada populasi mahasiswa di Universitas
dalam penelitian sesuai dengan data mahasiswa Indonesia. Dimana hasilnya menunjukkan
keperawatan di FIK UI yang mayoritas adalah tingginya angka ide bunuh diri pada mahasiswa
perempuan. Meski demikian, di setiap angkatan yang tinggal bersama orang tua kandung tidak
terdapat minimal 3 responden laki-laki. Sehingga jauh berbeda dengan mahasiswa yang tinggal di
persebarannya dianggap tetap representatif. kos atau asrama. Masing-masing persentasenya
Dominasi jenis kelamin perempuan juga adalah 35.2% dan 34.2% (Arum, 2019). Apabila
ditemukan pada penelitian Tang, Byrne, dan Qin ditinjau dari tugas perkembangan psikososial
(2017) yang menemukan tingginya angka Erikson, mayoritas responden berada pada fase
distress pada mahasiswa memiliki korelasi erat usia dewasa muda yaitu intimacy versus
dengan kejadian bunuh diri, khususnya isolation. Pada fase dewasa muda, terdapat
mahasiswa perempuan. Apabila dikaitkan beberapa tugas perkembangan yang
dengan faktor predisposisi adaptasi stress, memfokuskan individu untuk mulai membangun
terdapat faktor sosiokultural yang termasuk hubungan jangka panjang yang lebih intim
didalamnya jenis kelamin (Stuart, 2013). Hal ini kepada orang lain selain anggota keluarga,
telah dibahas dalam penelitian sebelumnya, seperti teman, sahabat, atau pasangan. Apabila
dimana perempuan cenderung mengandalkan hal ini tidak terpenuhi seperti yang terjadi pada
emosi sehingga lebih sering mengalami individu yang tinggal berjauhan dengan teman
kesedihan, kekecewaan, dan kegugupan saat dan minim akan interaksi karena berbagai
menghadapi stressor dibanding dengan laki-laki hambatan, maka dapat mengakibatkan individu
(Adasi, Amponsah, Mohammed, Yeboah, & merasa kesepian, cenderung mengisolasi diri,
Mintah, 2020). hingga depresi yang dapat berujung pada self-
Dominasi suku Jawa dalam penelitian ini harm behavior (Stuart, 2013; Townsend, 2011).
sesuai dengan persebaran suku mahasiswa RIK Mayoritas mahasiswa dengan pendapatan
UI. Penting bagi peneliti untuk mengidentifikasi keluarga di atas UMR diasumsikan lebih leluasa
asal suku responden. Sebab, suku berkaitan untuk memenuhi kebutuhan perkuliahan.
dengan kebudayaan masyarakat dalam Berbanding terbalik dengan mahasiswa yang

Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
130
Ananda Nur Shafira, Giur Hargiana
Self-Harm Behavior pada Mahasiswa Keperawatan

memiliki pendapatan keluarga dibawah atau pendidikan seperti perguruan tinggi memang
sama dengan UMR yang dapat menjadikannya memiliki peranan untuk menyediakan fasilitas
sebagai stresor. Jika dihubungkan dengan self- layanan yang dapat menunjang kesehatan mental
harm, terdapat korelasi yang selaras antara hasil mahasiswanya, seperti adanya layanan
penelitian Siversten et al. (2019) tersebut dengan konseling, program skrining risiko self-harm
pertimbangan peneliti. Penelitian tersebut atau ide bunuh diri, dan edukasi penanganan self-
menyatakan bahwa mahasiswa yang berasal dari harm behavior yang tepat bagi mahasiswa.
keluarga dengan penghasilan di bawah rata-rata
memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk self- Self-Harm.
harm (6.9% v. 3.7%), percobaan bunuh diri Angka self-harm secara umum pada
(0.8% v. 0.4%), dan ide bunuh diri (11.6% v. responden atau mahasiswa keperawatan
6.5%) dibanding dengan mahasiswa yang tergolong tinggi. Banyaknya frekuensi self-harm
tergolong baik kondisi ekonominya. sejalan dengan ditemukannya prevalensi self-
harm atau NSSI pada mahasiswa dan diantaranya
Self-Harm Behavior melakukan self-harm lebih dari sepuluh kali
Mayoritas responden atau mahasiswa (Siversten et al., 2019). Mahasiswa keperawatan
tercatat pernah melakukan self-harm behavior, cenderung melakukan NSSI impulsif yaitu
baik NSSI (self-harm secara umum) atau SSI perilaku membahayakan diri yang dilakukan
(percobaan, ancaman, atau ide bunuh diri). secara episodik dan terus berulang, seperti
Perbedaan angka pada setiap kategori self-harm menggores atau menyayat kulit dan
behavior menunjukkan tidak semua responden membenturkan tulang atau kaki (Favazza, 2012;
yang mengalami self-harm akan melakukan Arinda & Mansoer, 2020). Awal responden
percobaan bunuh diri. Begitupun dengan melakukan self-harm bertepatan dengan awal
individu yang mengutarakan ancaman bunuh diri fase emerging adulthood dan terdapat responden
atau ide bunuh diri yang tidak serta-merta akan yang masih melakukannya hingga satu tahun
berakhir pada percobaan bunuh diri. Mental terakhir. Hal ini membuktikan bahwa pada fase
Health Foundation (2012) menyatakan bahwa tersebut, mahasiswa berisiko untuk melakukan
mayoritas individu muda melakukan self-harm perilaku berbahaya seperi self-harm. Adanya
bukan untuk mengakhiri hidupnya, melainkan data mengenai usia awal dan waktu terakhir
bertujuan untuk mengatasi perasaannya dan melakukan self-harm sangat penting untuk
dianggap sebagai cara untuk tetap hidup. Namun mengetahui risiko pengulangan self-harm dan
tentunya terdapat beberapa pertimbangan yang risiko bunuh diri (Barger-Larsen, Zeiner,
mengaitkan adanya hubungan antara perilaku Klungsoyr, & Mehlum, 2022).
self-harm dengan percobaan bunuh diri. Pertama, Alasan terbesar mahasiswa melakukan self-
mayoritas individu yang mengakhiri hidup harm adalah untuk melepaskan tekanan
dengan bunuh diri sebelumnya memiliki riwayat emosionalnya dan cara untuk bertahan atau dapat
self-harm (Mental Health Foundation, 2012). disebut sebagai koping. Mahasiswa cenderung
Kedua, adanya self-harm atau NSSI sebelum menerapkan emotion-focused coping yakni
bunuh diri dianggap sebagai gerbang menuju bagaimana perasaannya dapat mereda dan
perilaku bunuh diri (Whitlock et al., 2013). terhindar dari perasaan saat terjadinya suatu
Maka dari itu, diperlukan adanya peristiwa. Contohnya seperti escape avoidance
manajemen penanganan atau pencegahan self- dengan mengonsumsi alkohol atau melakukan
harm behavior yang dilakukan oleh seluruh hal yang berbahaya seperti melukai diri yang
lapisan masyarakat. Mulai dari keluarga, dianggap sebagai pelepas beban (Lazarus &
masyarakat umum, hingga lembaga pendidikan. Folkman, 1984; Stuart, 2013). Mayoritas
Manajemen self-harm behavior pada keluarga responden memilih untuk tidak memberitahukan
dan masyarakat diharapkan dapat membantu kondisinya kepada keluarga, kerabat, atau teman.
mengurangi stigma buruk terhadap individu Hal ini sesuai dengan karakteristik individu yang
dengan self-harm behavior. Pada lembaga melakukan self-harm, diantaranya adalah

Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
131
Ananda Nur Shafira, Giur Hargiana
Self-Harm Behavior pada Mahasiswa Keperawatan

tertutup akan kondisi dirinya dan takut untuk 2018; American Foundation for Suicide
memberitahukan kondisinya kepada orang lain Prevention, 2022). Hal ini perlu disikapi lebih
(Arinda & Mansoer, 2020; Mental Health lanjut dengan dilakukannya berbagai upaya
Foundation, 2012). Anggapan tersebut timbul pencegahan di lingkungan kampus. Upaya
akibat adanya beberapa kemungkinan, seperti tersebut dapat melibatkan tenaga kesehatan ahli
terbatasnya pengetahuan responden mengenai seperti psikolog, psikiater, dan perawat jiwa
fasilitas layanan kesehatan jiwa baik di untuk menyusun rencana yang dianggap efektif
lingkungan universitas atau di lingkungan umum untuk menekan angka percobaan bunuh diri.
dan adanya stigma buruk masyarakat kepada Mulai dari skrining, sosialisasi, dan layanan
individu tersebut. Dua hal ini turut memengaruhi konseling lanjutan untuk mahasiswa. Skrining
responden dalam mencari jalan keluar melalui sangat berguna untuk mengidentifikasi
konsultasi. mahasiswa yang memiliki riwayat bunuh diri,
sebab sangat memungkinkan bagi mahasiswa
Percobaan Bunuh Diri untuk melakukannya kembali. Begitu pun
Sebagai fakultas yang memiliki angka stres dengan sosialisasi terkait layanan konseling yang
tinggi, mahasiswa keperawatan turut mengalami dapat menyediakan tempat bagi mahasiswa
percobaan bunuh diri, seperti yang terjadi pada untuk menyampaikan apa yang di rasa dan
populasi mahasiswa umum dan mahasiswa mencoba untuk mencari jalan keluar bersama.
kedokteran (Alzahrani, 2017; Siversten et al.,
2019; O'Connor et al., 2018). Jika dibandingkan, Ancaman Bunuh Diri
metode yang dilakukan responden dapat Responden mengungkapkan perihal bunuh
dikatakan menyerupai hasil kondisi yang diri dengan melakukan metode letal seperti
sebenarnya, baik pada populasi non klinis atau melompat dari ketinggian dan penggunaan
pun populasi klinis yaitu melukai diri dan senjata api, melukai diri, serta overdosis. Hal ini
overdosis. Berkaitan dengan frekuensi percobaan sejalan dengan penelitian yang menyatakan
bunuh diri pada responden, mayoritas melakukan mayoritas mahasiswa pernah menyakiti diri atau
percobaan bunuh diri sebanyak satu kali (63.2%) mencoba bunuh diri dengan cara melukai diri
dan sisanya pernah melakukan percobaan bunuh seperti menggores, membenturkan kepala,
diri lebih dari satu kali. Hal ini sejalan dengan hingga memukul diri (Tresno, Ito, & Mearns,
O’Connor et al. (2018) yang mengungkapkan 2012). Mayoritas responden mengungkapkan
bahwa mayoritas individu yang melakukan ancaman bunuh dirinya sejak berada di masa
percobaan bunuh diri pernah melakukannya lebih perkuliahan yaitu sekitar 15 – 20 tahun, serupa
dari satu kali (60.8%). Mayoritas responden dengan hasil penelitian oleh Mortier et al. (2018).
terakhir kali melakukan percobaan bunuh diri Hal ini dapat dikaitkan dengan tahapan emerging
pada lebih dari dua tahun terakhir. Namun adulthood serta memperjelas bahwa masa
terdapat pula beberapa responden yang perkuliahan sangat berdampak besar bagi proses
melakukannya dalam waktu satu tahun terakhir. adaptasi stress mahasiswa keperawatan. Seperti
Jika diidentifikasi lebih lanjut berdasarkan rata- halnya dengan percobaan bunuh diri, mayoritas
rata usia, maka mayoritas mahasiswa responden atau mahasiswa secara umum yang
keperawatan terakhir melakukan percobaan mengungkapkan ancaman bunuh diri juga tidak
bunuh diri pada usia 18 tahun. Usia ini termasuk benar-benar ingin mati. Melainkan ungkapan
dalam awal emerging adulthood yang ancaman bunuh diri oleh mahasiswa dapat
didalamnya terjadi banyak penyesuaian dan dimaknai sebagai respons dari tekanan stressor
perubahan antara individu dengan lingkungan yang terjadi saat itu juga. Stressor dapat berasal
sekitar. dari peristiwa yang terjadi pada fase emerging
Percobaan bunuh diri dianggap sebagai jalan adulthood, seperti penyesuaian dengan
akhir bagi mahasiswa yang sedang dalam kondisi lingkungan baru, stres akademik, konflik dengan
distress, baik akibat permasalahan akademik, teman atau keluarga, hingga terdiagnosanya
keluarga, atau hal lainnya (Musabiq & Karimah, penyakit kronis. Secara tidak langsung, stresor

Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
132
Ananda Nur Shafira, Giur Hargiana
Self-Harm Behavior pada Mahasiswa Keperawatan

tersebut menambah porsi kapasitas tekanan pada memikirkan perihal tersebut, maka angka
mahasiswa. kemungkinan terlaksananya ide bunuh diri akan
Ancaman bunuh diri seringkali dikaitkan semakin rendah. Sebab, dengan memikirkan
dengan percobaan bunuh diri secara bersamaan. reaksi orang lain sudah menjadi indikator jika
Hal ini dikarenakan pada beberapa kondisi, responden masih dapat berpikir tentang keadaan
individu yang mengungkapkan ancaman bunuh di sekitar. Berbeda halnya jika responden tidak
diri dapat berisiko lebih tinggi mengalami memikirkan reaksi orang lain, hal ini dapat
percobaan bunuh diri (American Foundation for mengindikasikan bahwa responden benar-benar
Suicide Prevention, 2022). Namun, hal ini tidak terfokus pada ide bunuh dirinya sehingga
serta-merta terjadi pada semua kondisi. mengabaikan keberadaan orang-orang di
Contohnya dalam penelitian ini yang sekitarnya.
menunjukkan bahwa angka ancaman bunuh diri Cukup tingginya angka ide bunuh diri perlu
pada mahasiswa keperawatan lebih rendah dari diwaspadai karena dapat berdampak pada
percobaan bunuh diri. Meski demikian, adanya terwujudnya pikiran untuk percobaan bunuh diri.
ungkapan ancaman bunuh diri tetap harus Maka dari itu diperlukan adanya upaya
disikapi lebih lanjut agar kemungkinan bunuh pencegahan dan penanganan pada responden
diri dapat dicegah. Apabila ditinjau dari pola atau mahasiswa yang memiliki ide bunuh diri.
responden yang melakukan ancaman bunuh diri, Menurut Wiyuna (2019), pencegahan dapat
maka sudah pasti responden mengungkapkannya dilakukan dengan melakukan deteksi dini dan
melalui pembicaraan atau kalimat tertulis pemilihan intervensi sesuai dengan kebutuhan
mengenai apa yang ingin dilakukan. Menyadari individu. Dibutuhkan pula adanya modifikasi
hal ini, seharusnya orang yang berada di sekitar lingkungan dan suasana agar individu terhindar
responden segera menyadarinya dan dari akses yang dapat memicu kemunculan ide
menyikapinya dengan serius. Hal ini juga berlaku tersebut. Contohnya adalah dengan memberikan
bagi seluruh mahasiswa keperawatan yang edukasi dan sosialisasi mengenai konsep, tanda
dibekali dengan prinsip caring terhadap sesama, gejala, dan manajemen penanganan ide bunuh
termasuk teman atau keluarga yang memiliki diri serta melakukan skrining rutin. Sehingga
indikasi ancaman bunuh diri. nantinya dapat menurunkan risiko kemungkinan
percobaan bunuh diri.
Ide Bunuh Diri
Lebih dari setengah total responden KESIMPULAN
memiliki pemikiran untuk mati, namun tidak Mahasiswa keperawatan dalam penelitian
semuanya berpikiran untuk melakukan bunuh ini sebagian besar adalah perempuan yang
diri. Temuan ini sejalan dengan penelitian termasuk dalam usia dewasa muda dan berada
Siversten et al. (2019) yang menemukan 21% pada fase emerging adulthood. Terdapat
mahasiswa Norwegia pernah berpikiran untuk gambaran perilaku menyakiti diri sendiri (self-
mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Tidak harm, percobaan bunuh diri, ancaman bunuh diri,
hanya itu, pada tahun 2019 mahasiswa Fakultas dan ide bunuh diri) pada mahasiswa
Ilmu Keperawatan tercatat memiliki persentase keperawatan. Dimana angka perilaku self-harm
ide bunuh diri tertinggi dibanding fakultas jauh lebih besar dibanding kategori lainnya.
lainnya di Universitas Indonesia, yakni mencapai Mayoritas mahasiswa lebih memilih untuk
47.6% (Arum, 2019). Sejumlah mahasiswa bungkam dibanding bercerita tentang kondisinya
dalam penelitian ini berpikir untuk melukai kepada konselor, keluarga, atau teman. Maka itu,
tubuh dan melakukan metode letal. Meski data penelitian ini dapat dijadikan referensi dasar
demikian, mayoritas responden masih dan acuan dalam peningkatan mutu pelayanan
memikirkan reaksi orang lain termasuk di dan pendidikan keperawatan, khususnya pada
keluarga, kerabat, teman, pasangan, atau lainnya lingkup keperawatan jiwa. Salah satunya dengan
saat mereka mengetahui kematian responden kerja sama yang terjalin antara pihak fakultas,
akibat bunuh diri. Semakin besar responden universitas, dan profesional kesehatan jiwa untuk

Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
133
Ananda Nur Shafira, Giur Hargiana
Self-Harm Behavior pada Mahasiswa Keperawatan

mengoptimalkan program sosialisasi, edukasi, muda di jakarta: studi fenomenologi


dan konseling yang telah disusun bersama. interpretatif. Jurnal Psikologi Ulayat, DOI:
Diperlukan juga sosialisasi mengenai ciri, faktor 10.24854/jpu150.
penyebab, dan manajemen penanganan kepada Arnett, J. J. (2015). Emerging Adulthood: The
masyarakat luas guna meminimalisir stigma Winding Road from the Late Teens .
buruk terhadap individu dengan riwayat self- Oxford: University Press.
harm atau perilaku bunuh diri.
Arum, D. (2019). Hubungan Efikasi Diri dan
REFERENSI Keeratan Hubungan Keluarga dengan Ide
Bunuh Diri pada Mahasiswa. Depok:
Adasi, G. S., Amponsah, K. D., Mohammed, S. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
M., Yeboah, R., & Mintah, P. C. (2020). Indonesia.
Gender Differences in Stressors and
Coping Strategies Among Teacher Barger-Larsen, A., Zeiner, P., Klungsoyr, O., &
Education Students at University of Ghana. Mehlum, L. (2022). Is age of self-harm
Journal of Education and Learning, 9, 2, onset associated with increased frequency
123-133. of non-suicidal self-injury and suicide
https://doi.org/10.5539/jel.v9n2p123 . attempts in adolescent outpatients? BMC
Psychiatry, 22, 58, 1-9.
Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorist and https://doi.org/10.1186/s12888-022-
Their Work (8th ed.). Missouri: Elsevier 03712-w.
Mosby.
Barseli, M., & Ifdil, I. (2017). Konsep Stress
Alsulami et al. (2018). Perception of Academic Akademik Siswa. Jurnal Konseling dan
Stress among Health Science Preparatory Pendidikan, 5(3), 143-148. DOI:
Program Students in Two Saudi https://doi.org/10.29210/119800 .
Universities. Advances in Medical
Education and Practice, 9, 159-164. Biromo, A. R. (2015). Uji Validitas dan
http://dx.doi.org/10.2147/AMEP.S143151 Reliabilitas Instrumen Self-Harm Behavior
. Questionnaire (SHBQ) Versi Bahasa
Indonesia. Fakultas Kedokteran:
Alzahrani, A. H. (2017). Depression and suicide Universitas Indonesia.
among medical students: A comparison
study. International Journal of Medical Favazza, A. (2012). Nonsuicidal self-injury:
Science and Public Health , 6, 5, 964-968, How categorization guides treatment.
DOI: 10.5455/ijmsph. Current Psychiatry, 11(3), 21-26. .
2017.0954227012017. Gutierrez, P. M., Osman, A., Barrios, F. X., &
American Foundation for Suicide Prevention. Kopper, B. A. (2001). Development and
(2022). About the issue: University and Initial Validation of the Self-Harm
college campus suicide prevention. Behavior Questionnaire. Journal of
Retrieved from afsp.org: Personality Assessment, 77, 3, 475–490.
https://afsp.org/university-and-college- Jessor, R., Donovan, J. E., & Costa, F. (1991).
campus-suicide-prevention Beyond Adolescence: Problem Behavior
American Psychological Association. (2015, and Young Adult Development.
Agustus). Who Self-Injures? Retrieved Melbourne: Cambridge University Press.
from apa.org: Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984). Stress,
https://www.apa.org/monitor/2015/07- Appraisal, and Coping. New York:
08/who-self-injures Springer Publishing Company.
Arinda, O. D., & Mansoer, W. W. (2020). NSSI Matud, M. P., Diaz, A., Bethencourt, J. M., &
(nonsuicidal self-injury) pada dewasa Ibanez, I. (2020). Stress and Psychological

Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
134
Ananda Nur Shafira, Giur Hargiana
Self-Harm Behavior pada Mahasiswa Keperawatan

Distress in Emerging Adulthood: A Gender Whitlock et al. (2013). Nonsuicidal Self-Injury


Analysis. Journal of Clinical Medicine, 9, as a Gateway to Suicide in Young Adults.
2859, 1-11. Journal of Adolescent Health, 52, 4, 486-
492.
Mental Health Foundation. (2012). Retrieved
https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2012.
from The Truth about Self-Harm.
09.010.
mentalhealth.org.uk:
https://www.mentalhealth.org.uk/sites/def Wiyuna, R. (2019). Hubungan Tingkat Stres
ault/files/truth_about_self- dengan Keinginan Bunuh Diri pada
harm_NEW_BRAND_0.pdf Mahasiswa Kesehatan yang Sedang
Mengerjakan Skripsi. Fakultas Ilmu
Mortier et al. (2017). First onset of suicidal
Keperawatan: Universitas Indonesia.
thoughts and behaviours in college.
Journal of affective disorders, 207, 291-
299.
https://doi.org/10.1016/j.jad.2016.09.033.
Musabiq, S. A., & Karimah, I. (2018). Gambaran
Stress dan Dampaknya pada Mahasiswa.
InSight, 20(2), 74-80.
O'Connor et al. (2018). Suicide attempts and non-
suicidal self-harm: national prevalence
study of young adults. BJPsych Open, 4, 3,
142-148.
Siversten et al. (2019). Suicide attempts and non-
suicidal self-harm among university
students: prevalence study. BJPsych Open,
5, 2, 1-8. DOI:
https://doi.org/10.1192/bjo.2019.4.
Stuart, G. W. (2013). Principles and Practice of
Psychiatric Nursing. Missouri: Elsevier.
Tang, F., Byrne, M., & Qin, P. (2017).
Psychological distress and risk for suicidal
behavior among university students in
contemporary China. Journal of Affective
Disorders, 228, 101-108. DOI:
10.1016/j.jad.2017.12.005.
Townsend, M. (2011). Essentials of Psychiatric
Mental Health Nursing: Concepts of Care
in Evidence-Based Practice . Philadelphia:
F.A. Davis Company.
Tresno, F., Ito, Y., & Mearns, J. (2012). Self-
Injurious Behavior and Suicide Attempts
among Indonesian College Students. Death
Studies, 36(7), 627-639. DOI:
10.1080/07481187.2011.604464.

Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007

You might also like