You are on page 1of 10

Theda Renanita, Faktor-Faktor yang Memengaruhi Intensi dan Perilaku Berwisata Masyarakat

serta Implikasinya bagi Entrepreneurship Bidang Pariwisata

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Intensi dan Perilaku Berwisata Masyarakat


serta Implikasinya bagi Entrepreneurship Bidang Pariwisata

Theda Renanita
Fakultas Psikologi Universitas Ciputra
UC Town Citraland Surabaya 60219
Email: theda.renanita@ciputra.ac.id

Abstract: This study aims to explain the tourism behavior through a model. The theoretical frame-
work of this study is based on Fishbein and Ajzen’s Planned Behavior Theory (1975). Theoretically,
humans’ intentions are mostly influenced by three independent variables namely attitudes, subjec-
tive norms, and perceived behavioral control (PBC). Out of three, it is behavioral intention that
serves as a mediator variable. This study began with the development of the research instrument
including the aforementioned five variables. Data collection was done through focus group discus-
sion technique in addition to the questionnaires. 277 people became the subjects of the study: adult
people population in Surabaya. Data were analyzed with path analysis to examine if determine the
factors have significantly brought about significant effects on other variables either directly or
indirectly. This study found that tourism behavior was influenced by the intention variable. The
intention was influenced by the PBC. While both attitude and subjective norms have proven to be
not giving significant effects on the emergence of tourism intentions. PBC consists of the promo
aspects of tourism such as cheap tickets to tourist destinations, information about accommodations
in tourism destinations, passports or visa application procedure is simple, easy access to tourist
attractions, and information regarding the tourist destination agenda. This research is intended to
offer suggestion concerning Surabaya tourism development strategies, especially tourism behavior.
With appropriate strategies, tourism business can attract tourist visits.

Keywords: behavior, intention, attitude, subjective norm, PBC, tourism

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perilaku berwisata melalui sebuah model yang
dapat menggambarkan perilaku berwisata. Teori dasar dalam penelitian ini adalah Theory Planned
Behavior yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975). Menurut teori tersebut intensi
dipengaruhi oleh tiga variabel independent yakni sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral
control (PBC). Di antara ketiganya, intensi menjadi mediator dengan perilaku. Tahapan pertama
adalah penyusunan alat ukur terhadap kelima variabel yang di atas. Penyusunan dilakukan dengan
diawali Focus Group Discussion. Skala yang telah disusun disebarkan untuk pengambilan data.
Sampel penelitian ini berjumlah 277 orang dengan populasi adalah masyarakat dewasa di Surabaya.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis jalur untuk mengetahui pengaruh langsung
atau tidak langsung dari faktor tersebut. Hasil analisis menunjukkan jika ternyata suatu perilaku
berwisata dipengaruhi oleh intensi. Intensi itu sendiri dipengaruhi oleh PBC. Sementara itu sikap
dan norma subjektif tidak terbukti berpengaruh terhadap munculnya intensi berwisata. PBC itu
sendiri terdiri dari aspek promo atau tiket harga murah ke tempat tujuan wisata, informasi mengenai
penginapan di tujuan wisata, prosedur pengajuan paspor atau visa yang mudah, akses mudah menuju
tempat wisata, dan informasi mengenai agenda acara di tempat tujuan wisata. Penelitian ini dapat
menjadi masukan dalam strategi pengembangan pariwisata Surabaya dengan mengetahui faktor
perilaku berwisata sehingga dapat ditentukan strategi yang tepat untuk mendorong kunjungan wisata.

Kata kunci: perilaku, intensi, sikap, norma subjektif, PBC, wisata

Akhir-akhir ini, wisata menjadi aktivitas yang dahnya masyarakat berpindah dari satu tempat
banyak digemari masyarakat kita. Begitu mu- ke tempat lain untuk kepentingan wisata. Hal

49 49
Jurnal Entrepreneur dan Entrepreneurship, Volume 4, Nomor 1 dan 2, September 2015

ini didukung pula dengan banyaknya maskapai terhadap sosial, budaya, alam, dan ilmu. Pema-
penerbangan yang memberikan diskon khusus haman mengenai perilaku berwisata ini dapat
baik untuk penerbangan domestik maupun inter- dimulai dengan memahami intensi berwisata.
nasional. Intensi ini yang mengawali munculnya perilaku
Menurut data yang ditemukan menunjuk- (Ajzen, 1991). Intensi di dorong pula oleh sikap.
kan adanya kenaikan jumlah wisatawan nasional Menurut Ajzen (1991), ada tiga faktor yang
di Indonesia. Tahun 2009 jumlah wisatawan memengaruhi intensi seseorang yaitu sikap,
nasional adalah 5.053.469 pada tahun 2010 norma subjektif dan PBC. Melalui penelitian ini
jumlah wisatawan nasional mencapai 6.235.606 akan di gali ketiga faktor tersebut dalam konteks
atau lebih dari satu juta orang. Tahun 2011 pariwisata. Selain itu, penelitian ini juga akan
jumlahnya menjadi 6.750.416 (Kementerian melihat hubungan langsung dan tidak langsung
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, ketiga determinan tersebut dalam munculnya
2013). Peningkatan ini juga tampak pada jumlah intensi yang mendorong perilaku.
wisatawan nusantara di Surabaya. Dari data Upaya peningkatan sektor pariwisata men-
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya jadi tantangan bagi pemerintah daerah setempat.
tahun 2010 jumlah wisatawan nusantara Sura- Oleh karena itu, dalam strategi pengembangan
baya 4.434.609. Tahun 2011 jumlahnya pariwisata perlu dilakukan studi mengenai faktor
10.181.303. Namun sayangnya terjadi penu- perilaku berwisata. Setelah dilakukan studi me-
runan di tahun 2012 menjadi 6.663.197. ngenai faktor apa saja yang mendorong perilaku
Menurut Suwantoro (2004), pariwisata maka penelitian ini akan menguji apakah ada
menjadi bagian yang penting dalam suatu negara hubungan antara sikap, norma subjektif, dan
karena sektor pariwisata dapat menjadi sumber PBC dengan intensi berwisata?
devisa negara selain migas. Selain itu juga dapat
memupuk rasa cinta tanah air, meningkatkan Teori Planned Behavior (PBC)
lapangan kerja, menjadi sumber devisa, pemera- Suatu perilaku muncul diawali dari adanya
taan pendapatan masyarakat, serta menunjang intensi. Menurut Ajzen (1991) intensi ini yang
pembangunan daerah setempat. merupakan penentu langsung dari perilaku. In-
Sementara itu menurut Joyosuharto (1995), tensi adalah faktor motivasional yang memenga-
pengembangan pariwisata memiliki tiga fungsi ruhi perilaku di mana intensi tersebut merupakan
yaitu menggalakkan ekonomi, memelihara kepri- indikasi bagaimana seseorang berusaha untuk
badian bangsa, kelestarian fungsi dan mutu menunjukkan suatu perilaku tertentu. Muncul-
lingkungan hidup dan memupuk rasa cinta tanah nya suatu perilaku di dorong oleh intensi mana
air. Dengan manfaat dan fungsinya maka sektor yang terkuat.
pariwisata perlu mendapat perhatian khusus Ajzen (1991) mengemukakan tiga konsep
karena manfaatnya yang luar biasa bagi negara. determinan intensi dalam teori planned behav-
Pariwisata itu sendiri menurut Spilane ior. Ketiganya yaitu sikap, norma subjektif, dan
(1987) adalah perjalanan dari satu tempat ke PBC.
tempat lain yang sifatnya sementara, dilakukan Sikap mengarah pada perilaku dan merujuk
perorangan atau kelompok, sebagai usaha men- pada derajat di mana seseorang memiliki evaluasi
cari keseimbangan dengan lingkungan hidup favorable atau unfavorable terhadap penilaian

50
Theda Renanita, Faktor-Faktor yang Memengaruhi Intensi dan Perilaku Berwisata Masyarakat
serta Implikasinya bagi Entrepreneurship Bidang Pariwisata

Sikap

NormaSubjektif intensi perilaku

PBC

Gambar 1 Bagan Aspek Teori Planned Behavior (Ajzen, 1991)

perilaku. Sikap ini dibentuk oleh keyakinan Ada berbagai macam perjalanan wisata yang
seseorang mengenai konsekuensi perilaku dan dikemukakan oleh Suwantoro (2004). Suwantoro
evaluasi terhadap perilaku tersebut (Franzoi, meninjau perjalanan wisata tersebut dari jumlah
2003). peserta, kepengaturannya, maksud dan tujuan-
Norma subjektif merujuk pada tekanan nya, serta ditinjau dari penyelenggaraannya. Dari
sosial yang diterima untuk menampilkan atau sisi jumlah peserta, wisata dibedakan atas wisa-
tidak suatu perilaku. Norma subjektif ini adalah tawan perorangan wisata keluarga dan wisata
hasil dari dua faktor yakni penerimaan harapan rombongan yang terdiri dari minimal 10 orang.
dari orang-orang terdekat dan motivasi seseorang Wisata ditinjau dari kepengaturannya dibe-
untuk menjadi sesuai dengan harapan (Franzoi, dakan atas wisata berencana, wisata paket, wi-
2003). Ketiga adalah kontrol perilaku yang sata terpimpin (wisata yang dijual oleh biro
dirasakan atau PBC. PBC yakni refleksi kesulitan perjalanan), wisata khusus, serta wisata tambah-
atau kemudahan dari pengalaman masa lampau an yaitu wisata tambahan di luar pengaturan
yang diantisipasi hambatan atau kendalanya. yang telah disusun penyelenggaraan. Wisata
ditinjau dari maksud dan tujuannya dibedakan
Ruang Lingkup Wisata atas wisata liburan, wisata pengenalan, wisata
Pariwisata menurut Pitana dan Diarta (2005) pendidikan, wisata pengetahuan, wisata keaga-
adalah “keseluruhan elemen terkait baik itu maan, wisata kunjungan khusus, wisata pro-
wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, gram khusus juga wisata perburuan. Jenis-jenis
dan industri yang merupakan akibat dari perja- wisata ditinjau dari penyelenggaraannya dibeda-
lanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang kan atas ekskursi, safari tour, cruise tour (meng-
perjalanan tersebut tidak permanen”. Ada bebe- gunakan kapal pesiar), wisata remaja, serta ma-
rapa unsur pokok dalam pariwisata yaitu adanya rine tour atau wisata bahari.
unsur perjalanan, adanya unsur tinggal semen- Suwantoro (2004) membagi komponen per-
tara, dan tujuan utama dari pergerakan manusia jalanan wisata menjadi tiga komponen yakni
tersebut bukan untuk mencari penghidupan atau komponen pokok, komponen pelengkap dan
pekerjaan di tempat yang dituju (Pitana dan komponen penunjang kepariwisataan. Sarana
Diarta, 2005). pokok kepariwisataan tidak hanya objek wisata

51
Jurnal Entrepreneur dan Entrepreneurship, Volume 4, Nomor 1 dan 2, September 2015

itu sendiri namun juga biro kepariwisataan yang afektif mengenai tujuan wisata dipengaruhi oleh
memfasilitasi, modal transportasi menuju tempat perseptual atau kognitif seseorang. Oleh karena
wisata juga modal transportasi di tempat wisata itu, perseptual atau kognitif seseorang merupa-
tersebut, restoran atau tempat makan serta kan perantara antara stimulus (berbagai tipe
atraksi yang mengandung unsur kesenian, festi- informasi dengan karakteristik konsumen). Salah
val atau upacara adat yang menjadi kekhasan satu teori yang membahas mengenai intensi
tempat wisata tersebut. adalah teori planed behavior yang dikemukakan
Perjalanan wisata juga didukung komponen oleh Ajzen (1991). Teori Planned Behavior di-
pelengkap seperti ketersediaan fasilitas rekreasi gunakan untuk menjelaskan mengenai sikap-
yang memadai, ketersediaan air bersih, jembatan keyakinan yang berhubungan dengan konsumen.
penghubung, serta ketersediaan listrik. Kompo- Pada penelitian terdahulu, teori planned behav-
nen penunjang juga tidak kalah penting seperti ior digunakan untuk meneliti ketidakjujuran di
ketersediaan sarana hiburan, tempat oleh-oleh tempat kerja oleh Lin dan Chen (2011).
atau souvenir. Dalam bidang pariwisata, teori planned
behavior menjadi dasar dalam pemilihan wisata
(Bamberg et al., 1999 dan Bamberg, 2002).
Penerapan Teori Planned Behavior
Menurut Lam dan Hsu (2006), teori ini diguna-
Membahas masalah wisata tentu berbicara kan untuk menjelaskan mengenai pemilihan
soal perilaku konsumen. Dalam berwisata ada tujuan wisata. Studi Carr (2002) menggunakan
pengambilan keputusan juga proses pemilihan teori planned behavior untuk segmentasi wisata-
tujuan wisata. Tujuan utama memahami perilaku wan. Teori planned behavior mengatakan jika
konsumen dan proses pemilihan tujuan wisata suatu perilaku dipengaruhi oleh intensi. Intensi
adalah untuk menjelaskan suatu perilaku berda- dipengaruhi oleh tiga hal yaitu sikap, norma
sarkan demografis, psikologis, dan variabel stimu- subjektif, dan PBC (Ajzen, 1991). Model perilaku
lus (Baloglu, 2002). Pemahaman mengenai peri- yang dikembangkan Ajzen (1991) ini menjelaskan
laku berwisata itu sendiri adalah melalui perilaku jika faktor informasi dan motivasi yang meme-
yang tampak di mana perilaku itu diawali intensi. ngaruhi perilaku (Conner & Armitage, 1998).
Studi sebelumnya terhadap intensi dilakukan Suatu perilaku muncul karena adanya intensi
oleh Baloglu (2002). Hasil penelitian tersebut di mana intensi itu sendiri menunjukkan motivasi
menunjukkan jika intensi dipengaruhi oleh individu yang terencana dan diputuskan secara
sumber informasi, psikologis (motivasi berwi- sadar terhadap suatu perilaku. Intensi dan peri-
sata), dan citra (perseptual dan kognitif). Menu- laku sangat kuat hubungannya bila prinsip action,
rut hasil penelitian tersebut sumber informasi target, konteks, dan waktu terpenuhi (Fishbein
yang berbeda dapat memberikan persepsi yang & Ajzen, 1975). Sikap terhadap wisata terkait
berbeda terhadap tujuan wisata. Informasi dari dengan bagaimana seseorang berespon terhadap
mulut ke mulut lebih banyak terkait dengan wisata baik dalam bentuk suka atau tidak suka.
persepsi terhadap kualitas pengalaman. Sedang- Norma subjektif seseorang terkait dengan harapan
kan iklan lebih banyak memengaruhi persepsi dari orang-orang atau lingkungan di sekitar se-
mengenai value. Sumber non promosi (buku, seorang terkait wisata. PBC merupakan fasilitas,
film, berita) memengaruhi persepsi terhadap kemudahan untuk melakukan perilaku yang di-
atraksi yang ada di tempat tujuan wisata. Citra maksud. Sementara intensi itu sendiri merupakan

52
Theda Renanita, Faktor-Faktor yang Memengaruhi Intensi dan Perilaku Berwisata Masyarakat
serta Implikasinya bagi Entrepreneurship Bidang Pariwisata

niat atau kecenderungan seseorang untuk menam- dilakukan dengan teknik convenience sampling.
pilkan atau tidak suatu perilaku berwisata. Sema- Convenience sampling merupakan teknik pe-
kin positif sikap, norma subjektif, dan PBC sese- ngumpulan informasi dari anggota populasi yang
orang terhadap berwisata maka intensi berwisata dapat dengan mudah ditemui (Sekaran, 2000).
juga akan tinggi. Jika intensi berwisata semakin Teknik ini didasarkan pada pertimbangan efi-
tinggi maka probabilitas kemunculan perilaku siensi biaya dan waktu. Jumlah subjek dalam
berwisata semakin besar. penelitian ini sebanyak 277 subjek.
Sikap terhadap perilaku berwisata, norma Analisis yang digunakan dalam penelitian
subjektif dan PBC, dan intensi berwisata berpe- ini adalah dengan analisis jalur. Analisis jalur
ngaruh langsung dan tidak langsung terhadap adalah bentuk terapan dari analisis multi-regresi
perilaku berwisata. Sikap terhadap perilaku ber- Kerlinger (1992). Path analysis ini digunakan
wisata, norma subjektif dan PBC berpengaruh untuk menganalisis pola hubungan antar variabel
langsung dan tidak langsung terhadap intensi dengan tujuan mengetahui pengaruh langsung
berwisata. maupun tidak langsung dari seperangkat variabel
bebas terhadap variabel terikat (Riduwan &
Sunarto, 2007). Pengaruh variabel bebas terhadap
METODE
variabel terikat tampak dari koefisien jalur (path
Ada lima variabel dalam penelitian ini yakni coefficient) (Kerlinger, 1992).
sikap terhadap perilaku berwisata, norma sub-
jektif berwisata dan PBC berwisata (variabel
bebas), perilaku berwisata (variabel terikat) dan HASIL DAN PEMBAHASAN
intensi (variabel antara). Kelima alat ukur disu- Penelitian ini melibatkan variabel endogen
sun oleh peneliti dengan melakukan Focus Group dan eksogen. Variabel endogen dalam penelitian
Discussion (FGD) terlebih dahulu untuk memper- ini adalah intensi berwisata. Variabel eksogennya
oleh definisi konsep keyakinan perilaku berwisa- adalah sikap terhadap perilaku berwisata, norma
ta, keyakinan normatif perilaku berwisata, dan subjektif, dan PBC.
keyakinan kontrol berwisata. Data mengenai pengaruh langsung dan tidak
Populasi penelitian ini adalah masyarakat langsung variabel ada pada Tabe 1.
dewasa awal di Surabaya. Pengambilan sampel

Tabel 1 Pengaruh antar-Variabel

Nilai Estimasi Tidak


Pengaruh antar-Variabel Terstandardisasi Interpretasi Terstandardisasi (β)
B p
Sikapintensi 0,000 0,904 Tidak -0,008
signifikan
Norma subjektif intensi 0,001 0,886 Tidak 0,012
signifikan
PBCintensi 0,006 0,048 Signifikan 0,151
Intensi  Perilaku 0,469 0,005 Signifikan 0,169
PBCperilaku 0,015 0,025 Signifikan 0,133
Sumber: Data diolah

53
Jurnal Entrepreneur dan Entrepreneurship, Volume 4, Nomor 1 dan 2, September 2015

Dari data tabel di atas dapat diketahui Pengaruh langsung sikap terhadap intensi
pengaruh langsung dan tidak langsung ketiga berwisata sebesar β = -0,008. Pengaruh norma
variabel terhadap variabel perilaku. Dengan subjektif terhadap intensi ditunjukkan dengan β
memperhatikan nilai p, hubungan sikap terhadap = 0,012. Pengaruh PBC terhadap intensi ber-
intensi dan hubungan norma subjektif terhadap wisata sebesar β = 0,151. Pengaruh langsung
intensi tidak signifikan yang ditunjukkan dengan PBC terhadap perilaku berutang sebesar β =
p > 0,05. Nilai B dari sikap terhadap intensi 0,133. Pengaruh tidak langsung PBC terhadap
sebesar 0,00 dan nilai B dari norma subjektif perilaku melalui intensi sebesar β = 0,135.
terhadap intensi sebesar 0,001. Sementara itu Intensi berwisata memiliki pengaruh terhadap
hubungan PBC terhadap intensi, hubungan in- perilaku berwisata sebesar β = 0,169. Pengaruh
tensi terhadap perilaku dan hubungan PBC ter- langsung dan tidak langsung antar variabel dapat
hadap perilaku terbukti signifikan dengan p < di lihat pada Tabel 2.
0,05. Hubungan PBC terhadap intensi memiliki
Tabel 2 Pengaruh Langsung
nilai B = 0,006, p = 0,048. Hubungan intensi
terhadap perilaku memiliki B = 0,469, P = Pengaruh Kausal
Pengaruh
0,005. Hubungan PBC terhadap perilaku memi- Tidak langsung Total
antar-Variabel Langsung
(Melalui intensi)
liki B = 0,015, p = 0,025.
Sikapintensi -0,008 - -0,008
Gambar 2 menunjukkan analisis jalur terha- Norma subjektif 0,012 - 0,012
dap seluruh variabel. Korelasi antara sikap dan intensi
PBCintensi 0,151 - 0,151
norma subjektif sebesar 0,474. Korelasi antara Intensi  Perilaku 0,169 - 0,169
norma subjektif dengan PBC adalah sebesar PBCperilaku 0,133 0,002 0,135

0,614. Korelasi antara sikap dengan PBC adalah Sumber: Data diolah
0,367.

Sikap

Eror 2 Eror1
-,01

,47
,02 ,05

,01 ,17
Normasubjektif Intensi Perilaku
,37

,15
,61 ,13

PBC

Gambar 2 Analisis Jalur

54
Theda Renanita, Faktor-Faktor yang Memengaruhi Intensi dan Perilaku Berwisata Masyarakat
serta Implikasinya bagi Entrepreneurship Bidang Pariwisata

Hasil analisis menunjukkan jika chi-square Hasil penelitian ini berbeda dengan peneli-
-5,129, derajat kebebasan = 2, pada p = 0,077. tian Um dan Crompton (1990). Temuan kedua-
Angka ini menunjukkan tidak adanya perbedaan nya menunjukkan jika sikap memiliki pengaruh
input matrik kovarian antara prediksi dengan dalam menentukan tujuan wisata. Um dan
observasi. Artinya model fit dengan data yang ada. Crompton (1990) mengatakan jika konsumen
Analisis jalur menunjukkan jika hanya PBC yang akan memilih barang atau jasa yang baik ber-
memiliki pengaruh langsung terhadap intensi. dasarkan atribut yang melekat pada barang ter-
Intensi berwisata memiliki pengaruh langsung sebut dan konsumen akan menggunakan persepsi
terhadap perilaku. Sementara itu sikap dan norma terhadap atribut tersebut untuk memberikan
subjektif tidak memiliki pengaruh terhadap intensi penilaian terhadap kegunaannya. Pemilihan tu-
berwisata dan perilaku berwisata. juan wisata itu sendiri memiliki dua proses yang
pertama yaitu evaluasi terhadap hal-hal yang
PEMBAHASAN membuat tujuan wisata itu menarik. Kedua,
proses memilih setelah dilakukan evaluasi.
Pengaruh Faktor terhadap Intensi dalam Perilaku
Menurut Jalilvand dan Samiei (2012), keti-
Berwisata
ka jumlah wisatawan naik maka jumlah informasi
Hasil analisis dalam penelitian ini ternyata yang dibutuhkan calon wisatawan juga mening-
model perilaku berwisata tidak sama dengan kat. Dengan demikian maka dapat di dorong
model perilaku yang dikemukakan oleh Fishbein upaya supaya wisatawan menuliskan review-nya
dan Ajzen (1975). Model perilaku yang dikemu- tentang destinasi wisata yang dikunjunginya.
kakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) menun- Seperti hasil penelitian ini, intensi dapat dipenga-
jukkan jika ada tiga faktor yang memengaruhi ruhi oleh PBC di mana di dalamnya mengandung
intensi yakni sikap, norma subjektif dan PBC. unsur informasi destinasi wisata. Dengan demi-
Ketiga faktor ini yang akan mendorong muncul- kian calon wisatawan dapat memperoleh ber-
nya intensi untuk berperilaku. bagai informasi dari review wisatawan sebelum-
Analisis jalur dilakukan dalam penelitian nya sehingga dapat menarik wisatawan untuk
ini untuk menguji pengaruh langsung dan tidak mengunjungi destinasi tersebut.
langsung sikap, norma subjektif dan PBC ter-
hadap perilaku berwisata. Ternyata hanya PBC
Implikasi terhadap Entrepreneurship Bidang
yang terbukti memiliki pengaruh baik langsung
Pariwisata
maupun tidak langsung terhadap perilaku berwi-
sata. Sementara itu sikap dan norma subjektif Hasil analisis terhadap uji hipotesis di atas
tidak terbukti berpengaruh baik langsung mau- memberikan implikasi dalam entrepreneurship
pun tidak langsung terhadap perilaku berwisata. bidang pariwisata. Hasil menunjukkan jika
Yang termasuk dalam PBC adalah tiket murah ternyata PBC yang dapat mendorong munculnya
atau promo, ketersediaan informasi penginapan, intensi seseorang untuk mengunjungi suatu objek
informasi agenda acara di tempat wisata, akses wisata tertentu. PBC meliputi fasilitas dan kese-
yang mudah menuju tempat wisata, kemudahan diaan sumber daya untuk mewujudkan suatu
prosedur mengurus visa dan paspor, dan keterse- intensi. Fasilitas tersebut meliputi biaya perjalan-
diaan agen perjalanan. an, informasi (terkait dengan penginapan dan

55
Jurnal Entrepreneur dan Entrepreneurship, Volume 4, Nomor 1 dan 2, September 2015

agenda wisata), pengajuan izin, dan kegiatan portasi menuju tempat tersebut. Dengan de-
yang dapat di lakukan di tempat wisata. mikian akan memudahkan akses menuju
Melihat kebutuhan tersebut maka sesung- tempat wisata tersebut.
guhnya ada banyak peluang yang dapat dicipta-
kan sebagai berikut.
KESIMPULAN DAN SARAN
• Atraksi
Suatu tempat wisata hendaknya menyediakan Kesimpulan
atraksi yang menarik sebagai hiburan bagi
Bagi pengelola industri wisata hendaknya
pengunjung. Atraksi ini dapat memberi penga-
dapat mempertimbangkan unsur PBC. Hal ini
laman tersendiri bagi wisatawan. Atraksi yang
berdasarkan temuan penelitian ini jika ternyata
kreatif dapat mendorong wisatawan untuk
PBC dapat memengaruhi perilaku berwisata baik
datang kembali (Chang, Backman, & Huang,
secara langsung maupun tidak langsung yakni
2014).
• Portal informasi melalui intensi berwisata. Yang termasuk dalam
Wisatawan juga membutuhkan informasi PBC adalah tiket murah atau promo, keterse-
terkait tempat wisata yang akan dikunjungi- diaan informasi penginapan, informasi agenda
nya. Kemudahan mendapatkan informasi acara di tempat wisata, akses yang mudah menuju
turut pula mendorong munculnya intensi. tempat wisata, kemudahan prosedur mengurus
Menurut Bronner dan Hoog (2013), perbe- visa dan paspor, dan ketersediaan agen perja-
daan sumber informasi berhubungan dengan lanan. Dengan mempertimbangkan PBC ini diha-
pengambilan keputusan berwisata. Saat ini rapkan upaya strategi pengembangan wisata da-
sumber informasi dapat berupa brosur, laman pat dilakukan dengan pembuatan sistem infor-
elektronik, e-WOM (electronic word of masi mengenai destinasi wisata, perbaikan pro-
mouth) serta travel guide. Dengan demikian sedur pengajuan paspor dan visa, perbaikan
penyediaan sistem informasi yang memadai infrastruktur menuju destinasi wisata dan pem-
untuk tiap-tiap tempat wisata perlu dilakukan. berdayaan warga setempat untuk menjadi agen
Manfaat bagi calon wisatawan adalah mereka perjalanan wisata.
mendapatkan informasi mengenai tujuan wi-
sata dan dapat melakukan perbandingan
Saran
alternatif tempat-tempat wisata juga penginap-
an. Selain itu calon wisatawan juga dapat Bagi pengelola industri wisata hendaknya
melakukan booking online baik tiket maupun dapat mempertimbangkan unsur PBC. Hal ini
penginapan. Tentu ini menghemat perencana- berdasarkan temuan penelitian ini jika ternyata
an liburan bagi calon wisatawan. PBC dapat memengaruhi perilaku berwisata baik
• Tour dan travel secara langsung maupun tidak langsung yakni
Bermunculannya tempat wisata baru membu- melalui intensi berwisata. Dengan mempertim-
ka peluang bagi bisnis tour dan travel. Tem- bangkan PBC ini diharapkan upaya promosi
pat-tempat wisata baru pada umumnya masih dapat tepat sasaran sehingga mendorong laju
sulit di jangkau karena minimnya sarana trans- wisata.

56
Theda Renanita, Faktor-Faktor yang Memengaruhi Intensi dan Perilaku Berwisata Masyarakat
serta Implikasinya bagi Entrepreneurship Bidang Pariwisata

DAFTAR RUJUKAN Franzoi, S.L. 2003. Social Psychology. New York:


Mc-Graw Hill.
Ajzen, I. 1991. The Theory of Planned Behav-
Jalilvand, M.R. & Samiei, N. 2012. The Impact
ior. Organizational Behavior and Human
Decision Processes, 50 (2): 179–211. of Electronic Word of Mouth on a Tour-
Baloglu, S. 2002. Dimensions of Customer Loy- ism Destination Choice. Internet Research:
alty: Separating Friends from Well Wish- Electronic Networking Applications and
ers. The Cornel Hotel and Restaurant Policy, 22 (5): 591-612.
Administration Quarterly, 43: 47–59 Joyosuharto, S. 1995. Analisis Pengembangan
Bamberg, S. 2002. Implementation Intention Pariwisata serta Peluang-Peluang yang Di-
versus Monetary Incentive Comparing the miliki. (Online), (http://analisispengem-
Effects of Interventions to Promote the banganpariwisata.blogspot.co.id/2011/11/
Purchase of Organically Produced Food. analisis-pengembangan-pariwisata-serta.
Journal of Economic Psychology, 23 (5): html), diakses 18 Juni 2015
573–587. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Bamberg, S., Kuhnel, S.M. & Schmidt, P. 1999. Indonesia. 2013. Meningkatnya Wisatawan
The Impact of General Attitude on Deci- Nusantara: Nikmatnya Jalan-Jalan di
sions. Rationality Society, 11 (1): 5–26. Negeri Sendiri. (Online), (http://budpar.
Bronner, F. & Hoog, R. 2013. Economizing on go.id/asp/detil.asp?c=16&id=1743),
Vacations: The Role of Information Search- diakses tanggal 18 September 2014.
ing. International Journal of Culture, Tour- Kerlinger, F. N. 1992. Asas-asas Penelitian Be-
ism and Hospitality Research, 7 (1): 28-41. havioral. Alih Bahasa Simatupang, Landung
Carr, N. 2002. The Tourism-leisure Behavioural R., Yogyakarta Gajah Mada University
Continuum. Annals of Tourism Research, Press dan Management, 12 (2): 107-125.
29 (4): 972–986. Lam, T. & Hsu, C.H.C. 2006. Predicting Behav-
Chang, L., Backman, K.F. & Huang, Y.C. 2014. ioral Intention of Choosing a Travel Destina-
Creative Tourism: A Preliminary Exami- tion. Tourism Management, 27 (4): 589–599.
nation of Creative Tourists’ Motivation, Lin, C.H.S. & Chen, C.F. 2011. Application of
Experience, Perceived Value and Revisit Theory of Planned Behavior on the Study
Intention. International Journal of Cul- of Workplace Dishonesty. International
ture, Tourism and Hospitality Research. 8 Conference on Economics, Business and
(4): 401–419. Management, 2 : 66-69.
Conner, M. & Armitage, C.J. 1998. Extending Pitana, I.G. & Diarta, I.K.S. 2005. Pengantar
the Theory of Planned Behavior: A Re- Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi.
view and Avenues for Further Research. Riduwan & Sunarto. 2007. Pengantar Statistika
Journal of Applied Social Psychology, 28 Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi
(15): 1429–1464. dan Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Fishbein, M. & Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Sekaran, U. 2000. Research Methods for Busi-
Intention, and Behavior: An Introduction to ness: A Skill Building Approach (3). New
Theory and Research. MA: Addison-Wesley. York: John Wiley & Sons.

57
Jurnal Entrepreneur dan Entrepreneurship, Volume 4, Nomor 1 dan 2, September 2015

Spilane, J.J. 1987. Pariwisata Indonesia, Sejarah line), (http://pariwisatasurabaya.com/sta-


dan Aspeknya. Yogyakarta: Kanisius. tistik/tabel-jumlah-wisatawan-surabaya),
Suwantoro, G. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. diakses pada 20 September 2014.
Yogyakarta: Andi Offset. Um, S. & Crompton. 1990. Attitude Determi-
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya. nants in Tourism Destination Choice.
2013. Tabel Jumlah Wisatawan Nusantara Annals of Tourism Research, 17 (3): 432–
(WN) dan Wisatawan Mancanegara (WM) 448.
pada Beberapa PDTW di Surabaya. (On-

58

You might also like