You are on page 1of 16
ISSN 0854-8862 HUBUNGAN DIET DAN AKNE : MITOS, FAKTA ATAU KONTROVERSI? oleh: Irene Ferlanika’ , Linda Julianti Wijayadi? , Meilani Kumal ABSTRACT The relation diet and acne : mitos, fact or controversy ‘Acne Vulgaris (AV) is the most common dermatologic disease and has a substantial effect on the quality of life. AV impact on 28-62% of total population in the world. Acne Vulgaris may manifest in a variety of form, consisting of noninflammatory lesions (comedones). superficial inflammatory lesions (papule, pustules), or depper inflammatory lesions. inflam matory lesions occur when Propionibacterium acnes colonizes the pilosebaceous unit trig- 25 ta- hun kejadian AV menurun yaitu 54% pada wanita dan 40% pada pria. Pada usia pertengahan AV terjadi 2% pada wanita dan 3% pada pria? Patofisiologi Ada berbagai faktor yang berperan dalam terjadinya AV, namun empat faktor utama yang dianggap mempu- EBERS PAPYRUS - VOL 18 NO.1 JUNI 2012 BBERS PAPYRUS nyai peran penting dalam terjadinya ‘AV yaitu sumbatan folikel rambut oleh karena penebalan lapisan kera- tin, meningkatnya produksi sebum. proliferasi bakteri (Pronionibacterium acne) pada saluran sebasea, dan in- flamasi pada kelenjar sebasea.'* Fungsi dari sebum pada manusie sebenarnya belum diketahui. Menurut beberapa peneliti menyatakan bahwa sebum berfungsi untuk mengura- gi hilangnya cairan dalam kulit dan menjaga kelembapen kulil. Sebum pada manusia terdiri dari trigliserid (40-60%), ceride (19-26%), scalene (611%), sisanya adalah kolesterol? Sebum juga merupakan faktor pre- fisposisi terjadinya AV.#*> Pada AV bakteri menghidrolisis trigliserida dan melepaskan asam lemak, menem- bus dinding folikel dan menyebabkan reaksi inflamasi.’ Faktor faktor yang dapat meningkatkan produksi sebum adalah hormon androgen, hormon estrogen, hormon progesteron, reti- noid, melanokortin, Peroxisom Prolif= erator-Activaled Receptors (PPRAS), Fibroblast Growth Factor Receptors (FGFR 1 dan FGFR 2). Gangguan pada faktor-faktor tersebut merupa- kan faktor predisposisi terjadinya AV. Propionibacterium acnes merupa- kan aspek penting dalam reaksi pera- dangan pada kelenjar sebasea£* P acnes memproduksi lipase pro- tease, hialuronidase dan neutrophil chemotactic factor yang menginduksi sitokin proinfiamasi (IL-10,lL-1, IL-8, dan TNF-o). Reaks! peradangan disti- mulasi oleh Toll Like Receptor (TLR)® TLR merupakan protein transmembran yang beke7a sebagai reseptor silokin inflamasi. P. acnes menginduksi sitokin Inflamasi melalui TLR2 dan TLR4""° (Fein = {papel puttil, nodal) Gambar: 1. Mekanisme yang terlibat dalam patogenesis AV. Tahir M8 Faktor pencetus Acne Vulgaris: Berbagai faktor dapat mempengaruhi terbentuknya AV, antara lain faktor hormonal, diet, faktor eksternal, iatro- genik, stres, merokok dan radiasi UV. + Hormon Growth Hormone (GH) dari hipofisis pada hati menginduksi sintesis /nsu- Tine Like Growth Factor-1(IGF-1). Di mana IGF-1 Menginduksi proliferasi keratinosit, sebosit, bersama dengan insulin menstimulasi produksi hormon, androgen dari ovarium, adrenal, dan teslis.”"" ” Hormon androgen mening- katkan sekresi sebum pada laki-laki dan perempuan2# Hormon androgen juga menginduksi perubahan intra- duktal yang meneetuskan perkem- bangan dari AV" + Diet Makanan tinggi lemak atau karbohi- drat dapat mengeksaserbasi AV de- ngan meningkatkan produksi sebum komedogenik dengan meningkatkan serum lipid dan menyebabkan obs- truksi pada folikel pilosebasea.? Me- nurut Walton ef al. melaporkan bahwa sekresi sebum dipengaruhi oleh faktor genelik, namun pada perkembangan- nya temyata faktor genetik tidak ha- nya sendirian dalam menyebabkan AV. Faktor genetik juga dimediasi oleh faktor lingkungan, seperti diet, yang berperan dalam modifikasi ekspresi gen." Berdasarkan penelitian terda- hulu, diet terutama cokelat, makanan berminyak dan berlemak dan ma- kanan manis dipilin oleh sebagian besar masyarakat (41%) sebagai fak- ‘tor yang mengeksaserbasi AV." + Faktor eksternal Minyak, seperti minyak dapat me- nyebabkan terjadinya ‘folikulitis oil’ TER, kosmelik juga _menyebabkan terjadinya AV. Facial Hygiene dan mencuci muka juga berperan dalam AV. + latrogenik Kortikosteroid, topikal _maupun sis- temik, menyebabkan_hiperkeratosis pada pilosebaseus dan mengexsaser- basi AV2952 BERS PAPYRUS - VOL 18 NO.1 JUNI 2012 + Stres Menutut hasil penelitian, sebanyak 55% dari pasien yang datang dengan keadaan dermatologi, mengeluhkan adanya AV luas di wajah mereka dan berkaitan dengan sires. + Merokok Beberapa penelitian mengemukakan bahwa asap rokok mengandung asam arakidonat yang tinggi dan aromatik hidrokarbonpolisiklik yang ~meng- induksi jalur inflamasi fosfolipase A2 Efek lebih lanjut dapat merangsang ‘sintesis asam arakidonat.> + Radiasi UV: Baik pasien maupun dokter seringkali menganggap bahwa sinar matahari dapal mengeksaserbasi AV, namun belum ada bukti ilmiah yang men- dukung hal ini HUBUNGAN DIET DAN AKNE Hubungan antara AV dan makanan tentunya bukan merupakan hal yang baru. Banyak buku-buku dermatologi yang dipubllikasikan pada tahun1950- an berisikan informasi mengenai me- kanan spesifik yang harus dihindari untuk mencegah AV. Anjuran untuk menjauhi coklat, makanan menis-manis, berlemak, dan minuman berkarbonasi biasanya ciberikan kepada pasien se- bagai salah satu terapi AV. Namun, hal ini masih kontroversi di mana saat ini anjuran ini telah dihilangkan pada kepustakaan yang lebih baru. Beberapa penelitian menun- jukkan, bahwa banyak pasien yang percaya bahwa jerawat dipengaruhi oleh makanan.”* Studi Tan dkk. me- nunjukkan bahwe dari 78 responden terdapat lebih dari 32% responden percaya bahwa akne diperburuk dengan diet. Hal yang sama dikemu- kakan dari studi yang dilakukan oleh |karaoha dik. Bahwa 75% responden EBERS PAPYRUS - VOL 18 NO.1 JUNI 2012 percaya behwa makanan berlemak menyebabken acne. Lobih lanjut studi El-Akawi ef a/ memperlihat- kan secara rinci dari 166 responden percaya bahwa akne diperburuk de- ngan kacang-kacangan (89%), coklat (85%), kue (52%) dan makanan ke- fing (52%)."" Susu Berdasarkan studi pada tahun 1949 didapatkan bahwa susu adalah ma- kanan yang paling sering dihubung- kan dengan AV. Pada laporan yang lebih baru mengungkapkan bahwa konsumsi susu pada masa remaja berhubungan dengan AV. Hubungan ini lebih bermakna pada susu skim dibanding dengan susu jonis yang lain. Penemuan ini lebih diasosiasikan bahwa terjadinya AV berhubungan dengan kandungan hormon dan mole- kul bioaktif pada susu.’ Berdasarkan tiga studi besar, menyatakan adanya hubungan positif antara intake susu dengan AV." Kandungan karbohidrat dalam. ‘susu (laktosa) menghasilkan respons insulinemik can respons glikemik. Dahulu keduanya dianggap setara, namun pada kenyataanya respons insulinemik 3-6 kali lebih besar, hal ini berlaku pada semua jenis susu termasuk susu tinggi lemak maupun susu skim. Respons insulinemik ini gihubungkan dengan kandungan hor mon paca susu. Konsumsi segelas susu yang bersamaan dengan ma- kanan dengan indeks glikemik ren- dah dapat memicu respon insuline- mik sebesar 300%. Tingginya kadar insulin menyebabkan peningkatan produksi hormon androgen yang me- nyebabkan perubahan _intraduktal yang berperan dalam perkembangan AV. Kandungan protein dalam susu yaitu whey dan kasein, keduanya juga dapat menstimulasi produksi andro- gent? Kandungan hormon dalam susu yaitu derivat plasenta progesteron, prekusor dehidrotastosteron (DHT) termasuk Sa-pregnanedion dan Sg-androstenedion dan IGF-1. Se- muanya berperan dalam mediasi pe- rubahan fungsi dari unit pilosebasea, yaits pertumbuhan folikel sebasea dan sal sebosit, Insulin growth factor-1 (IGF-1) bekerja dengan menstimulasi sintesis hormon androgen pada ova- rium, kelenjar adrenal dan testis. Di mana hormon androgen menyebab- kan peningkatan produksi sebum.' Insulin growth factor-1 pada ma- nusia dan sapi memiliki urutan asam amino yang sama. Susu sapi mengan- dung IGF 1 dan IGF-2 bahkan setelah mengalami proses pasteurisasi dan homagenisasi, keduanya juga berta~ han pada proses digesti. Konsumsi tinggi susu meningkatkan kadar IGF 10-20% pada orang dewasa dan 20- 30% pada anak -anak. Berdasar studi Edward dkk. 2007 pada anak-anak Mongolian yang mengonsumsi susu UHT selama 4 minggu meningkatkan kadar IGF serum sebanyak 23,4%.'” Beberapa penulis _melaporkan bahwa hormon dalam susu se- perti IGF-I, S5a-steroid reduktase, oclaktalbumin dapat bertahan selama proses produksi susu dan mempe- ngaruhi unit pllosebasea."* Konsumsi susu juga meningkatkan produksi IGF-I, dimana IGF-| berhubungan dengan produksi hormon ovarian an- drogen pada perempuan premenarke dan AV pada wanita dewasa.'” Kan- dungan yodium dalam susu juga ber- pengaruh pada perkembangan AV. In- take yodium telah dinyatakan sebagai salah satu faktor yang mengeksaser- basi AV.! Berdasarkan penelitian Ade- bamowo dkk, dengan 47.355 respon- den wanita, terdapat asosiasi positif AV dengan konsumsi susu. Ade- bamowo dkk. selanjutnya pada tahun EBERS PAPYRUS 2008 melaporkan behwa dari 6094 Tesponden wanita, terdapal asosiasi positif antara AV dengan semua jenis susu. Penelitian ini mendemonstrasi- kan tingginya konsumsi susu_me- jingkatkan resiko AV pada pria dan wanita.* Makanan dengan indeks glikemik tinggi Indeks glikemik makanan adalah res- pon peningkatan kadar gula darah 0-2 jam sotelah mengonsumsi makanan dengan kandungan karbohidrat 50 gr (lanpa serat atau zat tepung). Ma- kanan dengan indoks glikemik tinggi adalah makanan yang menghasilkan indeks glikemik lebih dari 70. Yang termasuk makanan dengan indeks glikemik tinggi adalah roti putin (ha- nya bagian endosperm gandum), nasi putin (endosperm), sereal, crackers, kentang, permen’® Diet dengan makanan yang mem- punyai indeks glikemik tinggi me- nyebabkan hiperinsulinemia dan meningkatan produksi IGF-1.""2* Tingginya kadar IGF-1 menyebab- kan peningkatkan produksi androgen, IGF-1 juga mengubah sinyal pada retinoid sehingga memediasi terjadi- nya AV." Diet dengan rendah deks glikemik dapat menurunkan kadar IGF-1 dalam plasma, dengan peningkatan Insuline Growth Factor Binding Protein (\GFBP-1 dan IG- FBP-3), serta menurunkan aktivitas can bicavailabilitas |GF-1. Berdiner dari penelitiannya menun- jukkan bahwa AV meningkat setelah konsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi (soda, permen, cake, donat, keripik, all). Mengnsumsi ma- kanan dengan indeks glikemik tinggi socara rutin mengakibatkan pening- katan konsentrasi insulin yang dapat menstimulasi proliferasi sebosit dan produksi sebum serla meningkatkan konsentrasi androgen yang berperan ERERS PAPYRUS - VOL 18 NO. JUNI 2012 pada AV." Menurut Loren dik (2002) makanan dengan indeks glikemik tinggi mencetuskan perubahan hor monal yang menyebabkan AV, dan peningkatan kadar insulin menstimu- lasi produksi minyak yang berlebihan.” Penelitian Kamyak dkk. memperii- hatkan adanya hubungan antara ma- kanan dengan indeks glikemik tinggi meningkainya durasi AV, dan diet dengan indeks glikemik rendah me- nurunkan resiko AV."* Smith dkk. dar penelitiannya menunjukkan adanya asosiasi negatif antara lesi akne de- ngan diet rendah glikemik, tinggi Penuranan efek asam lemak tak jenuh rantai panjang dan serat. Perbedaan ini diduga ber- pengaruh pada mediator inflamasi dan horman-hormon yang berperan pada akne.” Pada penelitian kohort yang dilaku- kan oleh Elsa dkk. memperlihatkan diet rendah indeks glikemik memiliki efek terapi yang potensial pada AV, yang secara signifikan dapat mengu- rangi jumilah lesi dan meningkatkan sensitiftas insulin’ Hal ini merupa- kan efek yang menguntungkan secara endokrin yang didapat dari cara ciet ini. enurtnan produks) SHBG yang cimedias! = enurunan komposisi } glkogen pada vat Gambar: 2. Efek diet rendah glikemik pada AV dan perubahan asam komposisi asam lemak pada kulit. Tahir M'® FRERS PAPYRUS - VOL 18 NO.1 JUNI 2012

You might also like