You are on page 1of 29
WALIKOTA SUBULUSSALAM PROVINSI ACEH PERATURAN WALIKOTA SUBULUSSALAM NOMOR 81 TAHUN 2023 TENTANG PEMBERHENTIAN DAN PENGANGKATAN ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPONG DALAM WILAYAH KOTA SUBULUSSALAM ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SUBULUSSALAM, Menimbang —:_ bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 65B ayat (3), Pasal 69 dan Pasal 7A ayat (4) Qanun Kota Subulussalam Nomor 5 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Qanun Kota Subulussalam Nomor 13 Tahun 2012 _ tentang Pemerintahan Kampong, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Pemberhentian dan Pengangkatan ‘Anggota Badan Permusyawaratan Kampong Dalam Wilayah Kota Subulussalam. Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3892); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2007 _ tentang Pembentukan Kota Subulussalam di Provinsi Nanggroe ‘Aceh Darussalam (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4684); 4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Kompleks Perkantoran Desa Lae Oram Kec, Simpang Kiri, Kode Pos 24782 Kota Subulussalam Email sand kota_subulussalam@acehprov.go.id Telp. (0627) 31221, Fax (0627) 31717 Menetapkan Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara republik Indonesia Nomor 6573); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaiman telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6321); 8. Peaturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 89); 9. Qanun Kota Subulussalam Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pemerintahan Kampong (Lembaran daerah kota subulussalam Tahun 2012 Nomor 114, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 93) sebagaimana telah diubah dengan Qanun Kota Subulussalam Nomor 5 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Qanun Kota Subulussalam Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pemerintahan Kampong; MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA SUBULUSSALAM TENTANG PEMBERHENTIAN DAN PENGANGKATAN ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPONG DALAM WILAYAH KOTA SUBULUSSALAM. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Subulussalam 2. Pemerintahan Kota adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Subulussalam dan Dewan Perwakilan Rakyat Kota Subulussalam sesuai dengan fungsi dan kewenangannya masing-masing. 3. Walikota adalah kepala pemerintah daerah Kota Subulussalam yang dipilih melalui suatu proses demokratis yang dilakukan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. 4. Kampong adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung berada di bawah Kemukiman yang menempati wilayah tertentu, yang dipimpin oleh Kepala Kampong dan berhak ‘menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri. 5. Pemerintahan Kampong adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Kampong dan Badan Permusyawaratan Kampong dalam mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan Masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Pemerintah Kampong adalah Kepala Kampong, Imam Kampong dan Perangkat Kampong sebagai unsur penyelenggara pemerintah Kampong. 7. Kepala Kampong adalah pimpinan suatu kampong yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri. 8. Badan Permusyawaratan Kampong yang selanjutnya disebut BPK adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam _penyelenggaraan Pemerintahan Kampong sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Kampong; BAB IL KEANGGOTAAN BPK Bagian Kesatu Umum Pasal 2 (1) Anggota BPK merupakan wakil dari penduduk Kampong berdasarkan keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan yang pengisiannya dilakukan melalui pemilihan langsung atau musyawarah perwakilan. (2) Keterwakilan wilayah sebagimana dimaksud pada ayat (1) merupakan wilayah dusun dalam Kampong dan keterwakilan perempuan sebagimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keterwakilan Kampong. (3) Dalam rangka pengisian keanggotaan BPK, Kepala Kampong membentuk Panitia Pemilihan BPK dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kampong. (4) Panitia Pemilihan sebagimana dimaksud pada ayat (2) melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon anggota BPK dalam jangka 6 (enam) bulan sebelum keanggotaan BPK berakhir. Bagian Kedua Jumlah Anggota BPK Pasal 3 (1) Anggota BPK ditetapkan dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang, dengan memperhatikan jumlah penduduk, keterwakilan perempuan dan kemampuan keuangan Kampong. (2) Jumlah anggota BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Kepala Kampong. (3) Penetapan jumlah anggota BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berdasarkan komposisi jumlah penduduk desa dengan perincian sebagai berikut : a, Jumlah penduduk sampai dengan 1.500 (seribu lima ratus) jiwa, anggota BPK sebanyak 5 (lima) orang; b. Jumlah penduduk 1.501 (seribu lima ratus satu) jiwa sampai 2.000 (dua ribu jiwa), anggota BPK sebanyak 7 (tujuh) orang; dan c. Jumlah penduduk lebih dari 2.000 (dua ribu) jiwa, anggota BPK sebanyak 9 (sembilan) orang. (4)Jumlah anggota BPK yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berasal dari 2 (dua) unsur terdiri dari : a. Unsur perwakilan Kampong; b. Unsur perwakilan perempuan paling __sedikit berjumlah 1 (satu) orang. Bagian Ketiga Pembagian Wilayah dan Keanggotaan BPK Pasal 4 (1)Pemerintah Kampong dan BPK menetapkan bagian wilayah Kampong sebagai wilayah pemilihan yang berhak mendapatkan perwakilan anggota BPK dari unsur perwakilan wilayah Dusun sebagimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4) dan jumlah perwakilannya. (2)Bagian wilayah Kampong sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Dusun; atau b. Gabungan Dusun. (3)Jumlah perwakilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan —secara__—proporsional dengan memperhatikan jumlah penduduk. (4)Dalam hal dusun lebih banyak dari calon jumlah BPK maka dapat dilakukan dengan melakukan penggabungan dusun untuk mewakili 1 (satu) atau lebih calon anggota BPK. (S)Dalam hal calon anggota BPK lebih dari jumlah dusun maka jumlah penduduk yang lebih banyak berhak memiliki jumlah calon BPK lebih banyak dari dusun lainnya. (6)Penetapan wilayah pemilihan dan jumlah perwakilannya sebagimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara. BAB III PENGISIAN KEANGGOTAAN BPK Bagian Kesatu Panitia Pengisian Anggota BPK Paragaraf 1 Pembentukan Panitia Pasal 5 (1)Kepala Kampong membentuk Panitia Pemilihan BPK, dengan mengadakan rapat pembentukan Panitia Pemilihan BPK dengan melibatkan Perangkat kampong, Lembaga Kemasyarakatan Kampong dan Tokoh Masyarakat. (2)Dalam hal jabatan Kepala Kampong kosong dan diangkat Penjabat Kepala Kampong, maka Penjabat Kepala Kampong mempunyai kewenangan dalam proses pembentukan Panitia Pemilihan BPK. (3)Panitia Pemilihan sebagiamana dimaksud pada ayat (1) berasal dari unsur Perangkat Kampong dan unsur masyarakat lainnya dengan jumlah ganjil yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kampong. (4)Keputusan Kepala Kampong sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Camat paling lama 7 (tujuh) hari sejak ditetapkan. (6)Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling banyak 11 (sebelas) orang, terdiri atas unsur Perangkat Kampong paling banyak 3 (tiga) orang dan unsur masyarakat paling banyak 8 (delapan) orang. (6)Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan wakil dari wilayah pemilihan. (7)Panitia Pemilihan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (9), terdiri atas : a. Ketua merangkap anggota 1 (satu) orang; b. Sekretaris merangkap anggota 1 (satu) orang; c. Bendahara merangkap anggota (1) orang; dan d. Anggota-anggota. Paragaraf 2 ‘Tugas Panitia Pemilihan Pasal 6 (1)Panitia Pemilihan Anggota BPK, mempunyai tugas : a. Menetapkan tata cara pemilihan; b. Menyusun jadwal pelaksanaan pemilihan dan pencalonan aiigigeta BPK; c. Mengumumlam den menerima pendaftaran bakal 4 calon anggota BPK; d. Melakukan —penelitian _berkas —_persyaratan administrasi pendaftaran bakal calon anggota BPK dan hasilnya ditetapkan dalam Berita Acara Hasil Penelitian; e. Mengumumkan calon anggota BPK yang memenuhi persyaratan; f, Mengundang perwakilan masyarakat dalam pelaksanaan pemilihan dari masing-masing wilayah pemilihan; g. Mengundang perwakilan perempuan dalam pelaksanaan pemilihan dari perwakilan perempuan; h, Melaksanakan pemilihan untuk menentukan anggota BPK terpilil Menyusun Berita Acara hasil pemilihan; Menetapkan calon anggota BPK hasil pemilihan sebagai anggota BPK untuk disampaikan oleh Kepala Kampong kepada Walikota melalu Camat; k, Mengajukan biaya pemilihan anggota BPK kepada Kepala Kampong. (2) Penetapan tata cara pemilihan berdasarkan musyawarah panitia, pemerintah Kampong dan unsur masyarakat. (3) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan keputusan panitia pemilihan. Bagian Kedua Pencalonan Anggota BPK Paragaraf 1 Umum Pasal 7 Bakal calon anggota BPK dibagi menjadi 2 (dua) unsur : a. Bakal calon dari perwakilan wilayah dusun; dan b. Bakal calon dari perwakilan perempuan. Paragaraf 2 Syarat Pencalonan Pasal 8 Persyaratan calon anggota BPK adalah : a. Bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa; b.Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memilihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika; c. Berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun atau d. i sudah/pernah menikah; Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat; e. Bukan sebagai perangkat Kampong; f. Bersedia dicalonkan manjadi anggota BPK; . h Wakil penduduk Kampong yang di pilih secara demokratis; . Bertempat tinggal di wilayah pemilihan; dan Tidak pernah menjabat sebagai anggota BPK selama 3 (tiga) kali masa jabatan, Pasal 9 (1) Warga Negara Republik Indonesia yang mencalonkan diri sebagai anggota BPK wajib menyampaikan surat permohonan secara tertulis dengan tinta warna hitam perihal permohonan pencalonan sebagai anggota BPK diatas kertas bermaterai 10.000,- kepada pantia pemilihan dengan melampirkan : a. Surat pernyataan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. Surat pernyataan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika; c. Fotokopi Ijazah Sekolah Menengah Pertama atau sederajat dan dilegalisir oleh pejabat yang berwenang; d. Fotokopi KTP, apabila KTP belum jadi maka dapat dibuktikan dengan surat keterangan bahwa yang bersangkutan telah melakukan perekaman KTP dari pejabat yang berwenang; e. Surat pernyataan tidak pernah menjabat sebagai anggota BPK selama 3 (tiga) kali masa jabatan dari instansi terkait; f Surat keterangan bertempat tinggal _diwilayah pemilihan dari Kepala Kampong; g. Surat keterangan berbadan sehat jasmani dan rohani dari puskesmas setempat; h. Surat pernyataan bersedia dicalonkan sebagai anggota BPK; dan i. Pas photo ukuran 4x6 cm, sebanyak 3 (tiga) lembar. (2) Berkas persyaratan masing-masing dibuat rangkap 2 (dua) dan ditujukan kepada panitia Pemilihan BPK, dengan rincian : a. Berkas pertama berserta permohonan pendaftaran untuk panitia pemilihan; b. Berkas kedua disampaikan kepada Camat. (3) Pantia memiliki kewenangan melakukan koordinasi, meminta keterangan dalam rangka meneliti keabsahan berkas-berkas persyaratan administrasi bakal calon kepada pihak-pihak berwenang. (4) Bakal Calon BPK tidak diperkenankan sekaligus menjadi panitia pemilihan BPK. Paragaraf 3 Penjaringan Bakal Calon Pasal 10 (1) Penjaringan bakal calon anggota BPK dilakukan oleh pantia pemilihan anggota BPK dengan membuka pengumuman dan pendaftaran bakal calon anggota BPK. (2) Pengumuman dan pendaftaran dilaksanakan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari, sejak dibuka pendaftaran. (3) Dalam hal pengumuman dan pendaftaran pertama belum diperoleh bakal calon yang memenuhi persyaratan atau kurang dari jumlah yang dibutuhkan, dibuka pengumuman dan pendaftaran kedua dengan jangka waktu paling lama 5 (lima) hari. (4) Panitia pemilihan anggota BPK mengadakan penelitian Administrasi terhadap berkas persyaratan bakal calon anggota BPK setelah pengumuman dan pendaftaran ditutup; dan (6) Hasil penelitian persyaratan administrasi dituangkan dalam berita acara hasil penelitian yang digunakan menjadi dasar oleh panitia pemilihan untuk menetapkan bakal calon anggota BPK yang memenuhi persyaratan sebagai calon anggota BPK yang berhak dipilih. Pasal 11 (1) Dalam hal setelah dibuka pengumuman dan pendaftaran kedua tidak terdapat bakal calon yang mendaftar atau jumlah bakal calon pendaftar yang memenuhi persyaratan tetapi tidak memenuhi ketentuan, maka panitia pemilihan anggota BPK menuangkan dalam berita acara dan selanjutnya untuk mengisi atau melengkapi jumlah anggota BPK yang dibutuhkan panitia pemilihan dapat menunjuk calon anggota BPK yang memenuhi persyaratan yang berasal dari unsur unsur: a. Perwakilan wilayah masing-masing dusun; b. Perwakilan perempuan dari wilayah Kampong. (2) Calon anggota BPK yang telah ditunjuk selanjutnya melengkapi persyaratan administrasi persyaratan. (3) Panitia menetapkan calon anggota BPK dan disampaikan kepada Kepala Kampong untuk diteruskan kepada Camat paling lama 3 (tiga) hari sejak ditetapkan dengan melampirkan : a. Berita Acara hasil pengumuman dan pendaftaran bakal calon anggota BPK; b. Berita Acara perpanjangan waktu pendaftaran bakal calon anggota BPK; c. Berita Acara hasil penjaringan dan penyaringan serta penunjukan calon anggota BPK; dan d. Berkas Administrasi persyaratan bakal calon anggota BPK. Bagian Ketiga Paragaraf 1 Pemilihan Secara Langsung Pasal 12 (1) Dalam hal pengisian anggota BPK ditetapkan melalui proses pemilihan lansung, panitia pemilihan BPK menyelenggarakan pemilihan lansung anggota BPK. (2) Perserta pemilih berasal dari penduduk setempat dalam wilayah Dusun yang mempunyai hak pilih berdasarkan ketentuan. (3) Jumlah dan peserta pemilih yang berhak memberi suara sebagaimana dimaksud poin 2 (dua) ditetapkan dengan keputusan panitia pemilihan BPK berdasarkan hasil musyawarah Pemerintahan Kampong _Bersama masyarakat; dan (4) Panitia pemilinan BPK mempersiapkan, memfasilitasi penyediaan peralatan, perlengkapan dan tempat pemungutan suara, melaksanakan pemungutan suara, menetapkan hasil rekapitulasi perhitungan suara dan mengumumkan hasil pemilihan. Paragaraf 2 2emilihan melalui Musyawarah Perwakilan Pasal 13 (1) Dalam hal pengisian anggota BPK ditetapkan melalui proses pemilihan melalui Musyawarah Perwakilan, pemilihan BPK dilakuken oleh unsur wakil masyarakat. (2) Jumlah masing-masing unsur wakil masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan panitia pemilihan berdasarkan _hasil musyawarah bersama pemerintah Kampong dan masyarakat dengan mempertimbangkan jumlah penduduk. (3) Unsur wakil Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berasal dari; . Tokoh adat; Tokoh agama; Tokoh masyarakat; . Tokoh pendidikan; Perwakilan kelompok tani; Perwakilan kelompok perempuan; Perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan anak; Perwakilan kelompok masyarakat miskin; dan Unsur masyarakat lain sesuai kondisi sosial budaya masyarakat setempat. (4) Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan apabila kuorum telah terpenuhi, yaitu dihadiri 50% (lima puluh persen) ditambah 1 (satu) dari a a) jumlah peserta musyawarah yang di tetapkan dan diundang dibuktikan dengan daftar hadir. (6) Kehadiran peserta musyawarah tidak dapat diwakilkan dan setiap peserta mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan pendapat. Pasal 14 (1) Dalam hal jumlah peserta musyawarah belum memenuhi kuorum, maka pimpinan musyawarah menunda waktu pelaksanaan musyawarah paling lamal (satu) jam. (2) Dalam hal sampai batas waktu penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kuorum belum terpenuhi, atas pertimbangan pengarah dan atau fasilitator musyawarah, pimpinan musyawarah dapat melanjutkan pelaksanaan musyawarah. (3) Keputusan hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetap sah. Pasal 15 (1) Pemilihan anggota BPK melalui musyawarah perwakilan sedapat mungkin dilaksanakan melalui musyawarah dan mufakat. (2) Musyawarah perwakilan pemilihan BPK sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) dibagi menjadi 2 (dua) tahap kegiatan yakni : a. Musyawarah pemilihan berdasarkan keterwakilan wilayah; dan b. Musyawarah pemilihan berdasarkan _keterakilan perempuan; Pasal 16 (1) Pemilihan anggota BPK berdasarkan keterwakilan wilayah dilakukan untuk memilih calon anggota BPK dari unsur wakil wilayah pemilihan. (2) Pemilihan unsur wakil wilayah dilakukan oleh unsur wakil masyarakat. (3) Pelaksanaan musyawarah dapat dilaksanakan di Kantor Kepala Kampong atau masing-masing wilayah pemilihan. (4) Pelaksanaan musyawarah dipimpin oleh ketua panitia pemilihan anggota BPK atau anggota yang ditunjuk dan dapat dihadiri oleh Kepala Kampong dan Camat atau pejabat lain yang ditunjuk sebagai pengarah atau fasilitator. Pasal 17 (1) Pemilihan anggota BPK berdasarkan keterwakilan dilakukan untuk memilih 1 (satu) orang wakil perempuan; dan. (2) Pemilihan unsur wakil perempuan dilakukan khusus oleh perempuan warga Kampong yang memiliki hal pilih. ¢ Pasal 18 lam hal mekanisme musyawarah dan mufakat tidak a maaan hasil/kesepakatan, penetapan anggota BPK dapat dilaksanakan dengan mekanisme pemungutan suara atau voting. ; (2) Penetapan anggota BPK berdasarkan peringkat perolehan suara terbanyak. / : (3) Calon anggota BPK yang tidak ditetapkan sebagai anggota BPK, sesuai urutannya ditetapkan sebagai calon pengganti anggota BPK antar waktu dari wilayah pemilihan. Paragaraf 4 Penetapan Calon Terpilih Pasal 19 (1) Hasil pemilihan calon anggota BPK dituangkan dalam Berita Acara dan ditandatangani oleh Ketua Panitia dan paling sedikit 2 (dua) anggota panitia pemilihan BPK. (2) Berdasarkan Berita Acara hasil pemilihan anggota BPK, Panitia pemilihan menetapkan anggota BPK terpilih dan disampaikan kepada Kepala Kampong paling lama 7 (tujuh) hari sejak ditetapkan dengan melampirkan : a. Berita Acara musyawarah pemilihan BPK; b. Daftar hadir peserta musyawarah pemilihan anggota BPK; dan c. Berkas calon anggota BPK terpilih; (9) Keputusan panita sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh Kepala Kampong Kepada Walikota melalui camat paling lama 7 (tyjuh) hari sejak diterimanya hasil pemilihan dari panitia pengisian untuk diresmikan oleh Walikota dengan melampirkan - a. Berita Acara pemilihan anggota BPK; b. Daftar hadir peserta musyawarah pemilihan anggota BPK; dan c. Berkas calon anggota BPk; (4) Peresmian anggota BPK ditetapkan dengan Keputusan Walikota. Paragaraf 5 Peresmian anggota BPK Pasal 20 (1) Feresmian anggota BPK ditetapkan dengan Keputusan Walikota paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya laporan hasil pemilihan anggota BPK dari Kepala Kampong. (2) Sebelum melaksanakan tugasnya BPK — terpilih melakukan pengucapan sumpah/janji sebagai anggota BPK paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya FET ee Keputusan Walikota mengenai peresmian anggota BPK. Bagian Keempat Pengambilan Sumpah/janji Pasal 21 (1) Anggota BPK sebelum memangku _jabatannya bersumpah/berjanji secara bersama-sama dipandu oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk. (2)Susunan kata sumpah/janji anggota BPK sebagai berikut : a. Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku anggota BPK dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujumya, dan seadil-adilnya; b. Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara, dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan segala__peraturan _perundang- undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku i Kampong, Daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (3) Pengucapan sumpah/janji jabatan anggota_ BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didampingi oleh rohaniaan sesuai dengan agamanya masing-masing, dilanjutkan penandatanganan Berita Acara pengucapan sumpah /janji. BABIV MASA JABATAN ANGGOTA BPK Pasal 22 (1) Masa keanggotaan BPK selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah /janji. (2) Anggota BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat -—~ dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut- turut. mi vo™ gp \ yt we 6 . Ww ” pa wae eK BAB V PEMBERHENTIAN, PEMBERHENTIAN SEMENTARA DAN PENGISIAN ANGGOTA BPK ANTAR WAKTU. Bagian Kesatu Pemeberhetian anggota BPK Pasal 23 (1) Anggota BPK berhenti karena : a. Meninggal dunia; b. Permintaan sendiri; atau c. Diberhentikan. (2) Anggota BPK diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena : a, Berakhir masa keanggotaan; b. Tidak dapat melaksanakan tugas_—secara berkelanjutan atau berhalangan tetap _secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan; ‘Tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota BPK; Melanggar larangan sebagai anggota BPK; ‘Tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota BPK; Melanggar sumpah /janji jabatan dan kode etik BPK; Dinyatakan bersalah berdasarkan —_keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; h. Tidak mengahadiri rapat paripurna dan/atau rapat BPK lainnya yang menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah; i, Bertempat tinggal diluar wilayah asal pemilihan dan/atau j. Ditetapkan sebagai calon Kepala Kampong. mmoao Pasal 24 (1) Pemberhentian anggota BPK diusulkan oleh pimpinan BPK berdasarkan hasil musyawarah BPK dituangkan dalam Keputusan BPK kepada Wlikota melalui Kepala Kampong. (2) Kepala Kampong menindaklanjuti usulan pemberhentian anggota BPK kepada Walikota melalui Camat paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian. (3) Camat menindaklanjuti usulan pemberhentian anggota BPK kepada Walikota paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian. (4) Walikota meresmikan pemberhentian anggota BPK paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian anggota BPK. (6) Peresmian pemberhentian anggota BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Walikota. Bagian Kedua Pemberhentian Sementara Anggota BPK Pasal 25, (1) Anggota BPK diberhentikan sementara oleh Walikota setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau tindak pidana terhadap keamanan Negara. (2)Mekanisme pemberhentian sementara sama dengan pemberhentian tetap sebagai BPK, diikuti dengan pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam pasal 24. (3) Dalam hal anggota BPK yang diberhentikan sementara berkedudukan sebagai pimpinan BPK, diikuti dengan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pimpinan BPK lainnya memimpin rapat pemilihan BPK pengganti antar waktu. Bagian Ketiga Pemilihan Anggota BPK Antarwaktu Pasal 26 (1) Apabila terdapat anggota BPK yang berhenti sebelum masa keanggotaanya berakhir, diisi melalui pengisian keanggotaan BPK antarwaktu. (2) Anggota BPK antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari keterwakilan perempuan atau wilayah yang sama. (8) Pengisian keanggotaan BPK anatarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui mekanisme musyawarah BPK yang ditetapkan dengan Keputusan BPK. (4) Dalam hal penetapan anggota BPK dilaksanakan dengan mekanisme pemungutan suara atau voting atau pemilihan langsung, maka anggota BPK yang berhenti antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digantikan oleh calon anggota BPK nomor urut berikutnya berdasarkan perolehan suara pada saat pemilihan. (6) Dalam hal calon anggota BPK nomor urut berikutnya sebagimana dimaksud pada ayat (4) meninggal dunia, mengudurkan diri atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota BPK, maka digantikan oleh calon anggota BPK nomor urut berikutnya. (6) Dalam sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) tidak dapat dilaksanakan karena nomor urut berikutnya meninggal dunia, mengundurkan diri atau tidak lagi memenuhi syarat, maka dilakukan pemilihan BPK antarwaktu dengan mekanisme pemilihan BPK dengan musyawarah perwakilan. (7) Keputusan BPK sebagaimana ayat (3) diusulkan oleh pimpinan BPK kepada Walikota melalui Kepala Kampong, selanjutnya Kepala Kampong menyampaikan kepada Walikota melalui Camat. Pasal 27 (1) Paling lama 7 (tujuh) hari sejak pemberhentian anggota BPK ditetapkan, Kepala Kampong menyampaikan usulan nama calon pengganti anggota BPK yang diberhetikan kepada Walikota melalui Camat. (2)Camat menyampaikan usulan nama calon pengganti anggota BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Walikota paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul Kepala Kampong. (3) Walikota meresmikan calon pengganti anggota BPK menjadi anggota BPK dengan Keputusan Walikota paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak disampaikanya usul pengantian anggota BPK dari Kepala kampong. Pasal 28 (1) Masa jabatan anggota BPK antarwaktu melanjutkan sisa jabatan anggota BPK yang digantikannya. (2) Masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 29 (1) Pergantian antarwaktu anggota BPK tidak dilaksanakan apabila sisa masa jabatan anggota BPK yang digantikan kurang dari 6 (enam) bulan. (2) Keanggotaan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kosong sampai berakhirnya masa jabatan anggota BPK. KELEMBAGAAN DAN MUSYAWARAH BPK Bagian Kesatu Pimpinan BPK Pasal 30 (1) Kelembagaan BPK terdiri atas : a. Pimpinan; dan b. Bidang. (2) Pimpinan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufa terdiri atas : a. 1 (satu) orang ketua; b. 1 (satu) orang wakil ketua; dan c. 1 (satu) orang sekretaris. (3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas : a. Bidang penyelenggaraan Pemerintahan Kampong dan pembinaan Kemasyarakatan; dan b. Bidang pembangunan Kampong Pemberdayaan Masyarakat Kampong. (4) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipimpin oleh ketua bidang. (6) Pimpinan BPK dan ketua bidang merangkap sebagai anggota BPK. Pasal 31 (1) Untuk mendukung pelaksanaan tugas kelembagaan BPK, dapat diangkat 1 (satu) orang tenaga staf administrasi BPK dengan Keputusan Kepala Kampong. (2) Persyaratan menjadi tenaga staf administrasi BPK hurus memenuhi : a. Warga Kampong setempat; b. Berpendidikan paling rendah tamat —sekolah menengah atas atau sederajat; c. Memahami bidang pemerintahan dan menguasai tugas dan fungsi BPK; d. Dapat mengoperasikan computer minimal microsoft word; ¢. Usia minimal 20 (dua puluh) sampai dengan 45 (empat puluh lima) tahun; (3) Tenaga staf administrasi BPK dapat diberikan honor sesuai kemampuan keuangan Kampong yang bersumber dari APBDes. (4) Masa kerja tenaga staf administrasi BPK ditetapkan dalam surat Keputusannya selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang dengan mempertimbangkan kinerja, kebutuhan tugas dan kemampuan keuangan Kampong. Pasal 32 (1) Pimpinan BPK dan ketua bidang dipilih dari dan oleh anggota BPK secara langsung dalam rapat BPK yang diadakan secara khusus. (2)Rapat pemilihan pemimpinan BPK dan ketua bidang bagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda. (3) Rapat pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji. (4) Rapat pemilihan pimpinan dan atau ketua bidang berikutnya karna pimpinan dan atau ketua bidang berhenti, dipimpin oleh ketua atau pimpinan BPK lainnya berdasarkan kesepakatan pimpinan BPK. Pasal 33 (1) Pimpinan dan ketua bidang sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat (1) yang terpilih, ditetapkan dengan keputusan BPK. (2) Keputusan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku setelah mendapatkan pengesahan Camat atas nama Walikota. Bagian Kedua Musyawarah BPK Pasal 34 Mekanisme Musyawarah BPK sebagai berikut : a, Musyawarah BPK dipimpin oleh pimpinan BPK; b. Musyawarah BPK dinyatakan Sah apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPK; c.Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat; d.Apabila musyawarah mufakat tidak —_tercapai, pengambilan keputusan dilakukan dengan cara pemungutan suara; e, Pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada huruf d dinyatakan sah apabila disetujui oleh paling sedikit 1/2 (setengah) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPK yang hadir; dan f. Hasil musyawarah BPK ditetapkan dengan Keputusan BPK dan dilampiri Notulen musyawarah yang dibuat oleh sekretaris BPK. BAB VII FUNGSI DAN TUGAS ANGGOTA BPK Bagian Kesatu Fungsi BPK Pasal 35 BPK mempunyai fungsi : a.Membahas dan menyepakati rancangan peraturan Kampong bersama Kepala Kampong; b. Penampung dan menyalurkan Aspirasi masyarakat Kampong; dan c. Melakukan pengawasan kinerja Kepala Kampong. Bagian Kedua ‘Tugas BPK Pasal 36 Dalam melaksanakan fungsinya, BPK mempunyai tugas : Menggali Aspirasi Masyarakat; Menampung Aspirasi Masyarakat; Mengelola Aspirasi Masyarakat; Menyalurkan Aspirasi Mayarakat; Menyelenggarakan Musyawarah BPK; Menyelenggarakan Musyawarah Kampong; Membentuk panitia Pemilihan Kepala Kampong; Menyelenggarakan Musyawarah Kampong khusus untuk Pemilihan Kepala Kampong antarwaktu; Membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Kampong bersama Kepala Kempong; j. Melaksanakan pengawasan terhadap kinerja Kepala PROS BO oD Kampong; k. Melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Kampong; 1. Menciptkan hubungan kerja yang Harmonis dengan Pemerintah Kampong dan Lemabaga Kampong lainnya; dan m. Melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Paragaraf 1 Panggilan Aspirasi Masyarakat Pasal 37 (1) BPK melakukan Penggalian Aspirasi Masyarakat. (2) Penggalian Aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan langsung ke Lembagaan dan Masyarakat Kampong termasuk Kelompok Masyarakat miskin, Masyarakat berkebutuhan khusus, Perempuan, Kelompok Marjinal. (3) Penggalian Aspirasi_dilaksanakan _berdasarkan Keputusan Musyawarah BPK yang dituangkan dalam agenda kerja BPK. (4) Pelaksanaan penggalian Aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan panduan kegiatan yang sekurang-kurangnya memuat maksud, tujuan, sasaran, waktu dan uraian kegiatan. (5) Hasil Penggalian Aspirasi_ Masyarakat Kampong disampaikan dalam Musyawarah BPK. Paragaraf 2 Menampung Aspirasi Masyarakat Pasal 38 (1) Pelaksanaan _kegiatan — penampungan _—Aspirasi Masyarakat dilakukan di sekretariat BPK. (2) Aspirasi Mayarakat sebagiamana dimakasud ayat 1 (satu) diadministrasikan dan disampaikan dalam musyawarah BPK. Paragaraf 3 Pengelolaaan Aspirasi Masyarakat Pasal 39 (1) BPK mengelola Aspirasi Masyarakat Kampong melalui pengadministrasian dan perumusan Aspirasi. (2) Pengadministrasian Aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pembidangan meliputi bidang Pemerintahan, Pembangunan, Pembinaan Kemasyarakatan dan pemberdayaan Masyarakat Kampong. (3) Perumusan Aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara menganalisa dan merumuskan Aspirasi Masyarakat Kampong untuk disampaikan kepada Kepala Kampong dalam rangka mewujudkan tata kelola Penyelenggaraan Pemerintahan yang baik dan Kesejahteraan Masyarakat Kampong. Paragaraf 4 Penyaluran Aspirasi Mayarakat Pasal 40, (1) BPK menyalurkan Aspirasi Masyarakat secara lisan dan/ atau tertulis. (2)Penyaluran Aspirasi_ Masyarakat secara_lisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana bentuk penyampaian Aspirasi Masyarakat oleh BPK dalam Musyawarah BPK yang dihadiri Kepala Kampong. (3) Penyaluran Aspirasi_ Masyarakat —secara _tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk Penyampaian Aspirasi melalui surat dalam rangka penyampaian masukan bagi _penyelenggaraan Pemerintahan kampong, Permintaan Keterangan kepada Kepala Kampong, atau Penyampaian _rancangan Peraturan kampong yang berasal dari usulan BPK. Paragaraf 5 Penyelenggara Musyawarah BPK Pasal 41 (1) Musyawarah BPK dilaksanakan dalam __rangka menghasilkan Keputusan BPK terhadap hal-hal yang bersifat Strategis. (2) Hal yang bersifat Strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti Musyawarah Pembahasan dan Penyepakatan rancangan Peraturan Kampong, Evaluasi laporan keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Kampong, usulan Pengangkatan dan Pemberhentikan Kepala kampong, Penetapan Peraturan tata tertip BPK, dan usulan Pemberhentian anggota BPK. (3) BPK Menyelenggarakan Musyawarah BPK dengan Mekanisme, sebagai berikut : a. Musyawarah BPK dipimpin oleh pimpinan BPK; b. Musyawarah BPK dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPK; c. Pengambilanb Keputusan dilakukan dengan cara Musyawarah guna mencapai mufakat; d. Apabila Musyawarah mufakat tidak — tercapai, Pengambilan Keputusan dilakukan dengan cara Pemungutan suara; e. Pemungutan suara sebagaiaman dimaksud dalam huruf d dinyatakan sah apabila disetujuan oleh paling sedikit 1/2 (setengah) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPK yang hadir; dan f. Hasil Musyawarah BPK ditetapkan dengan Keputusan BPK dan lampiri notulen Musyawarah dan dibuat oleh sekretaris BPK. Paragaraf 6 Penyelenggara Musyawarah Kampong Pasal 42 (1) Musyawarah Kampong diselenggarakan oleh BPK yang difasilitasi oleh Pemerintah Kampong. (2)Musyawarah © Kampong = merupakan = Forum Permusyawaratan yang diikuti oleh BPK, Pemerintah Kampong, dan unsur masyarakat Kampong untuk memusyaarahken hal-hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintah Kampong. (3) Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi; Penataan Kampong; Perencanaan Kampong; Kerja sama Kampong; Rencana Investasi yang masuk ke Kampong; Pembentukan BUM Kampong; Penambahan dan pelepasan aset Kampong; g. Kejadian luar biasa. (4) Unsur masyarwkat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas : Tokoh adat; ‘Tokoh agama; Tokoh masyarakat; Tokoh pendidikan; Perwakilan kelompok tani; Perwakilan kelompok nelayan; Perwakilan kelompok perajin; Perwakilan kelompok perempuan; Perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak; dan j. Perwakilan kelompok masyarakat kurang mampu. (6) Selain unsur masyarakat sebagaimana dimakasud ayat (4), musyawarah Kampong dapat melibatkan unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat. (6) Musyawarah Kampong sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) dibiayai dari anggaran pendapatan dan belanja Kampong. ppaoge Fre rPseaeop Paragaraf 7 Pembentukan Panitia Pemilihan Kelapa Kampong Pasal 43 (1) BPK membentuk panitia pemilihan Kepala Kampong serentak dan panitia pemilihan Kepala Kampong antarwaktu. (2) Pembentukan panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan BPK Paragaraf 8 Penyelenggaraan musyawarah Kampong khusus untuk pemilihan Kepala kampong antarwaktu Pasal 44 (1) BPK meneyenggarakan musyawarah Kampong khusus untuk pemilihan Kepala kampong antarwaktu. (2) Penyelenggaraan musyawarah Kampong sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk mengesahkan calon Kepala kampong yang diajukan panitia serta memilih dan pengesahan calon Kepala Kampong antarwaktu terpilih. (3) Forum musyawarah Kampong menyampaikan calon Kepala Kampong terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada panitia untuk disampaikan kepada BPK. Paragaraf 9 Pembahasan dan Penyepakatan Rancangan Peraturan Kampong Pasal 45 (1) BPK dan Kepala Kampong membahas dan menyepakati rancangan peraturan Kampong yang diajukan BPK dan atau Kepala Kampong. (2)Pembahasan —rancangan _—peraturan Kampong sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh BPK dalam musyawarah BPK. (3) Rancangan peraturan Kampong yang diusulkan Kepala Kampong sebagaiaman dimaksud pada ayat (1) dibahas terlebih dahulu dalam musyawarah Internal BPK paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak rancangan peraturan Kampong diterima oleh BPK. (4) Pelaksanaan pembahan rancangan peraturan Kampong sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara BPK dan Kepala Kampong untuk pertama kali dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak pelaksanaan musyawarah Internal BPK. (5) Setiap pembahasan rancangan peraturan Kampong dilakukan pencatatan proses yang dituangkan dalam Notulen musyawarah. Pasal 46 (1) Dalam hal pembahasan rancangan peraturan Kampong antara BPK dan Kepala kampong tidak mencapai kata sepakat, musyawarah bersama tetap mengambil Keputusan dengan disertai catatan permasalahan dan tidak disepakati. (2) Rancangan peraturan Kampong sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan oleh Kepala Kampong kepada Walikota melalui Camat disertai catatan permasalahan yang tidak disepakati paling lambat 7 (tujuh) hari sejak musyawarah pembahasan terakhir untuk mendapatkan Evaluasi dan pembinaan. (3) Tindaklanjut Evaluasi dan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berbentuk : a. Penghentian pembahasan; atau b. Pembinaan untuk tindak lanjut pembahasan dan kesepakatan rancangan peraturan Kampong. (4) Tindaklanjut pembahasan dan kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dapat dihadiri Camat atau Pejabat lain yang ditunjuk. Paragaraf 10 Pelaksanaan pengawasan kinerja Kepala Kampong Pasal 47 (1) BPK melakukan pengawasan terhadap kinerja Kepala Kampong. (2) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui : a. Perencanaan kegiatan pemerintah Kampong; b. Pelaksanaan kegiatan; dan c. Pelaporan penyelenggaraan Pemerintahan Kampong. (3) Bentuk pengawasan BPK sebagaiaman dimaksud pada ayat (1) berupa Monitoring dan Evaluasi Pasal 48 Hasil pelaksanaan pengawasan kinerja Kepala Kampong sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 ayat (1) menjadi bagian dari laporan kinerja BPK. BABV HAK, KEWAJIBAN, WEWENANG DAN LARANGAN BPK Bagian Kesatu Hak BPK Pasal 49 BPK berhak : a. Mengawasi dan meminta keterangan _ tentang penyelenggaraan Pemerintahan Kampong kepada Pemerintah Kompong b. Menyatakan —_pendapat —atas_—_penyelenggaraan Pemerintah Kampong, pelaksanaan pembangunan Kampong, pembinaan kemasyarakatan kampong, dan pemberdayaan masyarakat Kampong; c. Mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari anggaran pendapatan dan belanja Kampong. Paragaraf 1 Pengawasan Pasal 50 (1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 49 huruf a, dilakukan oleh BPK melalui Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan tugas Kepala Kampong. (2) Monitoring dan Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan penyelenggaraan Pemerintahan Kampong. Paragaraf 2 Pernyataan Pendapat Pasal 51 (1) BPK = menggunakan hak menyatakan —_pendapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf b, berdasarkan BPK. (2) Menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kesimpulan dari pelaksanaan penilaian secara cermat dan objektif atas penyelenggaraan Pemerintah Kampong. (3) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui pembahasan dan pendalaman suatu objek penyelenggaraan Pemerintah Kampong yang dilakukan dalam musyawarah BPK. (4) Keputusan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan hasil musyawarah BPK. Begian Kedua Hak Anggota BPK Pasal 52 (1) Anggota BPK berhak : a. Mengajukan usul rancangan Peraturan Kampong; b. Mengajukan pertanyaan; c, Menyampaikan usul dan/atau pendapat; d. Memilih dan dipilih; dan ¢. Mendapat tunjangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampong. (2) Hak Anggota BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf d digunakan dalam musyawarah BPK. (3)Selaian hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) anggota BPK berhak : a. Memperoleh pengembangan _kapasitas _ melalui pendidikan dan pelatihan, sosialisasi, pembimbingan teknis, dan kunjungan lapangan. b. Penghargaan dan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bagi anggota BPK yang berprestasi. Pasal 53 (1) Anggota BPK mempunyai hak untuk memperoleh tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) hurufe. (2) Tunjangan sebagaiaman dimaksud pada ayat (1) meliputi tunjangan pelaksanaan tugas dan fungsi, dan tunjangan lainnya. (3) Tunjangan pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan tunjangan kedudukan. (4) Tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan tunjangan kinerja, (5) Tunjangan kedudukan anggota BPK sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diberikan _berdasarkan kedudukan anggota dalam kelembagaan BPK. (6) Tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), dapat diberikan dalam hal terdapat penambahan beban kerja. (7) Tunjangan kinerja bersumber dari Pendapatan asli Kampong. (8) Bersaran tunjangan BPK sesuai dengan kemampuan keuangan Kampong. Pasal 54 Pembiayaan pengembangan kapasitas, dapat bersumber dari : a. Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah Kota; dan b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampong. Bagian Ketiga Kewajiban Anggota BPK Pasal 5S Anggota BPK wajib : a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tagun 1995, serta mempertahankan dan memlihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;; b. Melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan gender dalam penyelenggaraan Pemerintah Kampong; c. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan/atau golongan; d. Menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat Kampong; €. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga Pemerintah Kampong dan lembaga Kampong Lainnya; f. Menyerap, menampung, menghimpun, —_daan menindaklanjuti aspira masyarakat kampong; dan g. Mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan _penyelenggaraan _Pemerintahan Kampong serta mempelopori _penyelenggaraan Pemerintahan Kampong berdasarkan tata kelola Pemerintahan yang baik. Bagian Keempat Wewenang BPK Pasal 56 BPK berwenang : a. b. Mengadakan pertemuan dengan masyarakat untuk mendaptkan aspirasi; Menyampaikan aspirasi masyarakat kepada Pemerintah Kampong secara lisan dan tertulis; Mengajukan rancangan Peraturan Kampong yang menjadi kewenangannya; Melaksankan monitoring dan evaluasi kinerja Kepala Kampong; Meminta _keterangan tentang _penyelenggaraan Pemerintah Kampong kepada Pemerintah Kampong; Menyatakan pendapat atas_~_—penyelenggaraan Pemerintah kampong, pelaksanaan _pembangunan Kampong, pembinaan kemasyarakatan Kampong, dan pemberdayaan masyarakat Kampong; Mengawal aspira masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan penyelenggaraan Pemerintah Kampong serta mempelopori penyelenggaraan Pemerintahan Kampong berdasarkan tata kelola Pemerintahan yang baik; Menyusun peraturan tata tertib BPK; Menyampaikan laporan hasil pengawasan yang bersifat insidentil kepada Walikota melalui Camat; Menyusun dan menyampaikan usulan rencana biaya operasional BPK secara tertulis kepada Kepala Kampong untuk dialokasikan dalam rancangan APB Kampong; Mengelolas biaya operasional BPK; Mengusulkan pembentukan Forum Komunikasi Antar Kelembagaan kampong kepada Kepala Kampong; dan .Melakukan kunjungan kepada masyarakat dalam rangka monitoring dan evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan kampong. Bagian Kelima Larangan BPK Pasal 57 Anggota BPK dilarang : a. Merugikan —kepentingan umum, _ meresahkan sekelompok masyarakat Kampong, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat Kampong; Melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme, menerima uang, barang, dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; . Menyalahgunakan wewenang; |. Melanggar sumpah /janji jabatan; e. Merangkap jabatan sebagai Kepala Kampong dan Perangkat Kampong; f, Merangkap sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat — Daerah Kabupaten/Kota, dan jabatan lain yang ditentukan dalam peraturan Perundanganundangan; g. Sebagai pelaksana proyek kampong; h. Menjadi pengurus partai politik; dan/atau i, Menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang. ao Bagian Keenam Laporan kinerja BPK Pasal 58 (1) Laporan kinerja BPK merupakan laporan atas pelaksanaan tugas BPK dalam 1 (satu) tahun anggaran. (2) Laporan kinerja sebagiaman dimaksud pada ayat (1) dibuat dengan sistematika : a. Dasar hukum; b. Pelaksanaan tugas; dan c. Penutup. (3) Laporan kinerja BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan secara tertulis kepada Walikota melalui Camat serta disampaikan kepada Kepala Kampong dan forum musyawarah Kampong secara tertulis dan atau lisan, (4) Laporan kinerja BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lama 4 (empat) bulang setelah selesai tahun anggaran. Pasal 59 (1) Laporan kinerja BPK yang disampaikan kepada Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3) digunakan Walikota untuk evaluasi kinerja BPK serta pelaksanaan —_ pembinaan dan —_—_pengawasan penyelenggaraan Pemerintah Kampong. (2)Laporan kinerja BPK yang disampaikan pada forum musyawarah Kampong sebagaimana dimaksud dalam pasal 58 ayat (3) merupakan wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas BPK kepada masyarakat Kampong. BAB IX PERATURAN TATA TERTIB BPK Pasal 60 (1) BPK menyusun dan menetapkan peraturan tata tertib BPK. (2) Peraturan tata tertib BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas dan disepakati dalam musyawarah BPK. (3) Peraturan tata tertib BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat : .. Keanggotaan daan kelembagaan BPK; Fungsi, tugas, hak, kewajiban dan kewenangan BPK; Waktu musyawarah BPK; Pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPK; Tata cara musyawarah BPK; Tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPK dan anggota BPK; dan g. Pembuatan Berita Acara musyawarah BPK. (4) Pengaturan mengenai waktu musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c meliputi : a. Pelaksanaan jam musyawarah; b. Tempat musyawarah; c. Jenis musyawarah; dan d. Daftar hadir anggota BPK. (5) Pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi : a. Penetapan pimpinan musyawarah apabila pimpinan dan anggota hadir lengkap; b. Penetapan pimpinan musyawarah, apabila ketua BPK berhalangan hadir; c. Penetapan pimpinan musyawarah, apabila ketua dan wakil ketua berhalangan hadir; dan d. Penetapan secara fungsional pimpinan musyawarah sesuai dengan bidang yang ditentukan dan penetapan penggantian anggota BPK antarwaktu. (6) Pengaturan mengenai tata cara musyawarah BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e meliputi : a. Tata cara pembahasan rancangan Peraturan Kampong; b. Konsultasi menegenai rencana dan program Pemerintah Kampong; c. Tata cara mengenai pengawasan kinerja Kepala Kampong; dan d. Tata cara penampungan atau penyaluran aspirasi masyarakat. (7) Pengaturan mengenai tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPK sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf f meliputi : a. Pemberian pandangan terhadap _pelaksanaan Pemerintahan Kampong; b. Penyampaian jawaban atau pendapat Kepala rPeaoge Kampong atas pandangan BPK; c. Pemberian pandangan akhir atas jawaban atau pendapat Kepala kampong; dan . Tindak lanut dan penyampain pandangan akhir BPK kepada Camat. (8) Pengaturan mengenai penyusunan berita acara musyawarah BPK sebagimana dimaksud pada ayat (3) huruf g meliputi : Penyusunan notulen rapat; Penyusunan Berita Acara; Format Berita Acara; Penandatanganan Berita Acara; dan Penyampaian Berita Acara. eaogp BABX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 61 (1) Walikota melakukan pembinaan dan _pengawasan terhadap pelaksanaan = peran = BPK — dalam penyelenggaraan Pemerintahan Kampong. (2) Camat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan eran BPK dalam — penyelenggaraan Pemerintahan Kampong di wilayahnya. Pasal 62 Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (2), meliputi : a. Fasilitasi penyusunan Peraturan Kampong dan Peraturan Kepala Kampong; b.Fasilitasi pengelola__keuangan Kampong dan pendayangunaan asset Kampong; c. Fasilitasi penerapan dan penegakan _ peraturan perundangundangan; dan (3) Fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi BPK. BAB XI PEMBIAYAAN Pasal 64 Pembiayaan pelaksanaan kegiatan BPK dibebankan pada : a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota; b. APBDes; dan c. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Pasal 65 (1) Anggota BPK dari kampong yang mengalami perubahan status kampong menjadi kelurahan, penggabungan 2 (dua) Kampong atau lebih menjadi 1 (satu) Kampong, pemekaran atau penghapusan kampong, diberhentikan dengan hormat dari jabatannya. (2) Anggota BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi penghargaan dan/atau pesangon sesuai dengan kemampuan keuangan Pemerintah Kampong Daerah Kota. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 66 Badan Permusyawaratan Kampong yang diangkat sebelum ditetapkannya Peraturan Walikota ini tetap melaksanakan tugasnya sampai selesai masa tugasnya BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 67 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, Agar setiap mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatanya dalam Berita Daerah Kota Subulussalam. Ditetapkan di Subulussalam pada tanggal 4 Desember 2023 M 20 Jumadil Awal 1445 H Diundangkan di Subulussalam pada tanggal 5 Desember 2023 M 21 Jumadil Awal 1445 H Plt. SEKRETARIS DAERAH, % KOTA SUBULUSSALAM, + SAIRUN BERITA DAERAH KOTA SUBULUSSALAM TAHUN 2023 NOMOR 81

You might also like