You are on page 1of 56
BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN BELOPA TAHUN 2016-2035 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Peratura Daerah Kabupaten Luwu Rencana Tata Ruang Wilayah Iabupaten Luwu Tahun 2011 - 2031, perlu menetapkan Rencina Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan Belopa Tahun 2016-2035. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-UndangDasar Republik indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan; 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubeh dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undar g-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Fertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung(Lembaran Negara Republik Indonesia Tehun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247}; 6 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tehun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 10. VW 12. 13, 14, 15. 16. 17. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara epublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444); Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tal.un 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Taliun 2008 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925); Undang-Undang Nomor 4 ‘Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembara1 Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 959); Undang-Undang Nomor 10 ‘Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068); Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan(-embaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nemor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 18. 19, 20. al 22, 23. 24. 25. 26. 27. 28. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pe"ubahan atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulaa Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu 2014 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Idonesia Nomor 5490); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembarar: Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Keilua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 200% tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4242); Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahin 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655); Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4833}; Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tehun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 4859); Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 51003); Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160); Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 20:0 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembarzn Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 513); Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013. tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang; Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN); 29. 30. 31. 32 33. 34. 35. 36 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturar. Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahin 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah; Peraturan = Menteri_ — Pekerjaan Umum —_Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota Beserta Rinciannya; Peraturan Menteri_-—-Pekerjaan == Umum —_Nomor 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi; Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayal Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 249); Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Nomor & Tahun 2014tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Luwu Tahun 2014 - 2019 (Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Tahun 2014 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Nomor 17); Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten LuwuTahun 2011 - 2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Tahun 2011 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Nomor 6); Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Nomor 6 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Nomor 3 tentang Pembentukan Organisasi Jan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Luwu. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUWU Dan BUPATI LUWU MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN BELOPA TAHUN 2016-2035 BABI KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 2. 3. 4. 11. 12. 13, 14, Daerah adalah Kabupaten Luwu. Kepala Daerah adalah Bupati Luwu. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Luwu. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Luwu sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Perangkat Daerah sebagai unsur pembantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan daera 1. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disingkat BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undanz-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, di Kabupaten Luwu dan mempunyai fungsi _ membantu Pelaksanaan tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah; Kawasan Perkotaan adalah Kawasan Perkotaan Belupa. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, rang laut, Gen ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata rang. - Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata’ ruang, pemanfaatan ruang, dan penyendalian pemanfaatan ruang Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi Penyusunan dan penetapan rencana tata ruang, Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang serfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsiona . Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mevaijudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan renvana tata yang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. est 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21 22. 23. 24, Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatanruang = dan_—ietentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukanyang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang. Penggunaan Lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang ditetapkanpada suatu kawe san, blok peruntukan, dan/atau persil. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingxat RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang selanjutnya disingkat RTBL adalah panduan rancang bangin suatu Tingkungan/kawasan yang dimaksudkan —_untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuar. program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian _pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/a:au aspek fungsional, Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disingkat BWP adalah bagian dari kabupaten/kota dan/atau kawasan strategis kabupaten/kota yang akan atau perlu disusun rencana rincinya, dalam hal ini RDTR, sesuai ar: han atau yang ditetapkan di dalam RTRW kabupaten/kota yang bersangkutan, dan memiliki pengertian yang sama dengan zona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Sub Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disebut Sub BWP adalah bagian dari BWP yang dibatasi dengai batasan fisik dan terdiri dari beberapa blok, dan memiliki engertian yang sama dengan Subzona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor \5 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Kawasan adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional baik lindung maupun budidaya serta memiliki ciri terter tu. 25. 26. ae 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34, 35. 36. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang m2mpunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, p2musatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, jelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingku gan. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapken dengan fungsi utama untukdibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber dayamanusia, dan sumber daya buatan. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungikelestarian lingkungan h:dup yang mencakup sumber daya alam dan sumber dayabua ‘an. Kawasan prioritas adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional, provinsi dan/atau kota/kabupaten adininistratif yang mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan. Kawasan konservasi adalah kawasan dengan funysi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang :nencakup sumberdaya alam dan sumber daya buatan. Kawasan cagar budaya adalah satuan ruang geog-afis yang memiliki dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang Khas. Lingkungan adalah bagian wilayah kota yang merupakan kesatuan ruang untuk suatu kehidupan dan per ghidupan tertentu dalam suatu sistem pengembangan kcta secara keseluruhan. Kawasan pusat kegiatan adalah kawasan yang diarahkan bagi pemusatan berbagai kegiatan campuran maupun yang spesifik, memiliki fungsi strategis dalam menarik berbagai kegiatan pemerintahan, sosial, ekonomi, dan budaya serta kegiatan pelayanan kota menurut hierarki te-diri dari kawasan pusat kegiatan primer, kawasan pusat kegiatan sekunder, dan kawasan pusat kegiatan tersier. Kawasan pusat kegiatan primer adalah kawasan ‘serkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala nasional atau beberapa provinsi dan internasional. Kawasan pusat kegiatan sekunder adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegia:an skala provinsi atau beberapa kota/kabupaten administrasi. Kawasan pusat kegiatan tersier adalah kawasan erkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kota dan kabupaten administrasi atau beberapa kecamatan. 37. 38. 39, 40. 41 42. 43, 44. 45. 47. 48. Kawasan campuran adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan bagi pengembangan kegiatan campuran bangunan umum dengan permukiman beserta fasilitasnya yang dirancang sesuai dengan fungsi dan k:butuhan masyarakat dimana kawasan bangunan tersebut dibangun dan dikelola serta dipelihara dengan baik. Lahan adalah bidang tanah untuk maksud pem)angunan fisik. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik sesuai peruntukan. Sub zona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang bersangkutan. Zoning adalah pembagian kawasan kedalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan karaKteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain. Ruang terbuka atau plasa adalah suatu lahan atau kawasan yang tidak terbangun atau tidak diduduki oleh bangunan, struktur, area parkir, jalan, lorong atau halaman yang diperlukan yang dapat dimanfaatkan untuk penanaman tanaman, halaman, area rekreasi, dan fasilitas. Ruang terbuka hijau yang selanjutnya disingkat RTH, adalah ruang-ruang dalam kota dalam bentuk area/kawasan maupun memanjang/jalur yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu dan/atau sarana kota, dan/atau pengaman jaringan prasarana dan/atau budidaya pertanian. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satusatuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, sertamempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasanperdesaan. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari pemukiman, baik perkotaanmaupun pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umumsebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik liagkungan hunian yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman. Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang lain. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang- kurangnya oleh batasan fisik yangnyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluren udara teganganekstra tinggi, dan pantai, atau yang belim nyata seperti rencana jaringan jalan danrencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota, dan memiliki pengertian yang sama dengan blok peruntukan 49. 50. 51 52. 53 54. 55 56 57. sebagaimana dimaksuddalam Peraturan Pemerint:h Nomor 15 Tahun 2010 tentang PenyelenggaraanPenataan F'uang. Subblok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan Subzona. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fingsi dan karakteristik spesifik. Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang bersangkutan. Zona campuran adalah zona yang diperuntukan bagi kegiatan hunian dan/atau perdagangan dan jaca secara vertikal, memiliki akses yang tinggi berupa jalur pejalan kaki yang terhubung dengan jaringan transportasi messal dan jalur penghubung antar bangunan, didukung dengan fasilitas umum dan pasokan energi dengan teknologi yang memadai. Zona pelayanan umum dan sosial adalah zona yang diperuntukan bagi sub zona pendidikan, kesehatar , ibadah, sosial budaya, rekreasi, dan olahraga, pelayanan uum dan prasarana terminal yang didukung dengan akses jaringan transportasi. Zona industri dan pergudangan adalah zona yang diperuntukkan untuk kegiatan industri rumah tangga, industri pengolahan, industri perakitan, industri kr2atif, dan industri teknologi tinggi berskala regional dan/atau nasional dan/atau jinternasional yang tidak mencemari dan menggangu lingkungan dan/atau kegiatan pen\impanan barang atau gudang beserta fasilitasnya sesuai persyaratan teknis dan/atau ketentuan peraturan perundang-urdangan. Intensitas pemanfaatan ruang adalah besaran ruaig untuk fungsi tertentu yang ditentukan berdasarkan pengaturan Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Eangunan (KDB), Ketinggian Bangunan, Koefisien Dasar Hijau (KDH), Koefisien Tapak Basemen (KTB), tiap kawasan bajsian kota sesuai dengan kedudukan dan fungsinya dalam pembangunan kota. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan perpetakan atau lahan perencanaan yang dikuasai sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana Detail Tata Ruang, dan Feraturan Zonasi Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH, adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang dipert ntukkan bagi pertamanan atau penghijauan dan luas lahan perpetakan atau lahan perencanaan yang dikuasii sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana Detail Tatit Ruang, dan Peraturan Zonasi, 10 58. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disinzkat KLB, adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas lahan perpetekan atau lahan perencanaan yang dikuasai sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana Detail Tata Ruang, dan eraturan Zonasi. 59. Lahan perencanaan adalah luas lahan efektif yang dikuasai dan/atau direncanakan untuk kegiatan pemanfaatan ruang, dapat berbentuk super blok, blok, sub blok dan/atau perpetakan. 60. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik kota yang diperlukan penduduk dan/atau untuk pelayanan dan/atau jasa sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan 61. Prasarana Umum adalah bangunan atau bangun-Hangunan yang dibutuhkan dalam pelayanan_ lingkungan yang diselenggarakan oleh pemerintah antara lain jar ngan air minum, jaringan listrik, jaringan gas, _jaringan telekomunikasi, lampu penerangan jalan, terminal jan/atau pemberhentian angkutan umum, prasarana dan sarana Ppembuangan sampah, pemadam kebakaran dan taran. 62. Prasarana sosial adalah kelengkapan dasar yang d:perlukan untuk pengembangan dan pengaturan suatu lingkungan antara lain pendidikan, kesehatan, perbelanjaan dan niaga, pemerintahan dan pelayanan umum, peribadatan, rekerasi dan kebudayaan, olahraga dan lapangan terbuka, jembatan penyeberangan orang, taman dan pemakaman umuin. 63. Insentif dan disinsentif adalah ketentuan yang diterapkan untuk dapat mendorong perkembangan kota terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tida< sejalan dengan rencana tata Tuang. 64. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan; dihitung dari batas terluar sa uran air kotor (riol) sampai batas terluar muka bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi sungai atau pantai, antar: massa bangunan yang lain atau rencana saluran, jaringan \egangan tinggi listrik, jaringan pipa gas, dan sebagainya. 65. Garis sempadan sungai yang selanjutnya disingkat GSS adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai. 66. Garis Sempadan Pantai adalah daerah sepanjany; pantai yang diperuntukkan bagi pengamanan dan pe estarian pantai yang jaraknya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter clari titik pasang tertinggi kearah darat. 67. 68. 69. 70. mn 72. 73. 74. 75. 76. 77. Garis sempadan jalan yang selanjutnya disingkat GSJ — garis rencana jalan yang ditetapkan dalam rencana ota. Daerah aliran sungai yang selanjutnya disinglat DAS, adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Bangunan Tipe Kopel adalah bangunan yang diperbolehkan rapat pada salah satu sisi samping dengan batas pe“petakan atau bangunan disebelahnya. Bangunan Tipe Tunggal adalah bangunan yany harus memiliki jarak bebas dengan batas perpetakan atiu batas pekarangan pada sisi samping dan belakang. Bangunan Tipe Deret adalah bangunan yang diperlolehkan rapat dengan batas perpetakan atau batas pekarangan pada sisi samping. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area memanjang/jalurdan/atau mengelompok, —_ yang penggunaannya lebih _—bersifat__‘terbuka, —_tempat tumbuhtanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Jalur pedestrian adalah jalur khusus yang disediaka1 untuk pejalan kaki. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang ‘neliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapan diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Jalan arteri primer adalah jalan umum — yang menghubungkan secara berdaya guna antarpusat hegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengaa pusat kegiatan wilayah a. Jalan kolektor primer adalah jalan umum yang menghubungkan secara berdaya guna antara pusat hegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat hegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal. Jalan lokal primer adalah jalan umum yang menghubungkan secara berdaya guna pusat hegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkt ngan. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 2 Jalan lingkungan primer adalah jalan umtm yang menghubungkan menghubungkan antarpusat kegiatan didalam kawasan perdesaan dan jalan didalam lingkungan kawasan perdesaan, Peningkatan kapasitas jalan adalah proses meniigkatkan kapasitas jalan untuk memenuhi lonjakan kendaraan dengan melakukan penambahan terhadap badan jalan. Pemeliharaan jalan adalah proses peningkatan kual tas jalan melalui penambahan material jalan dan perbaikan jalan guna memperbaiki kondisi jalan akibat penggunaan jalan setiap harinya. ‘Transportasi adalah pengangkutan orang dan/atau barang oleh berbagai jenis kendaraan sesuai kemajuan tekn2logi. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, per giriman, dan/atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara daa bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya. Air minum adalah air minum rumah tangga yang, melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahin yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Drainase adalah sistem jaringan dan distribusi drainase suatu lingkungan yang berfungsi sebagai pematus bagi lingkungan, yang terintegrasi dengan sistem jaringan drainase makro. Air limbah adalah adalah air buangan yang berasal ‘lari sisa Kegiatan rumah tangga, proses produksi dan ‘xegiatan lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali; Parkir adalah keadaan kendaraan berhenti ata1 tidak bergerak untuk beberapa saat baik ditinggalkan atau tidak ditinggalkan pengemudinya. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. ‘Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disingkat ‘TPS, adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu. Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya disingkat PKL adalah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha bergerak maupur tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan/atau bangunan milik perierintah dan/atau swasta yang bersifat sementara/tidak menctap. Ruang evakuasi bencana adalah area yang disediakan untuk menampung masyarakat yang terkena bencana dalam kondisi darurat, sesuai dengan kebutuhan anttisipasi bencana karena memiliki kelenturan dan kemudahan modifikasi sesuai kondisi dan bentuk lahan di setiap okasi. 91. 92. 93. 94, 95. 97. 98. Jalur dan ruang evakuasi bencana adalah jalur perjalanan yang menerus termasuk jalan ke luar, koridor/selasar umum dan sejenis dari setiap bagian bangunan gedung termasuk di dalam unit hunian tunggal ke tempet aman, yang disediakan bagi suatu lingkungan/kawasan sebagai tempat penyelamatan atau evakuasi. Peruntukan lahan adalah rencana pemanfaatan ruag untuk fungsi ruang kota tertentu. yang menetapken jenis penggunaan tanah dan peraturan pemanfaatan ruar.g sesuai rencana tata ruang kota. Izin prinsip pemanfaatan ruang adalah izin yang ¢ iberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang yang akan memanfaatan ruang, secara prinsip — diperk2nankan pemanfaatan ruang dalam batasan sub zona tertentu sesuai Rencana Detail Tata Ruang, Peraturan Zonasi, m2menuhi persyaratan administrasi dan teknis berdasarka1 aspek teknis, politis, sosial, budaya, dan ketentuan p2raturan perundang-undangan. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang yang akan m¢lakukan pemanfaatan ruang sesuai Rencana Detail Tata Ruang, Peraturan Zonasi, dan ketentuan peraturan perundang- undangan, sebagai dasar untuk mendapatkan izin mendirikan bangunan. Izin kegiatan pemanfaatan ruang adalah izin operasional yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada oreng yang akan melakukan kegiatan pemanfaatan ruang daam sub zona tertentu sesuai Rencana Detail Tata Rueng dan Peraturan Zonasi, serta memenuhi persyaratan adn inistrasi dan teknis berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan. Izin Mendirikan Bangunan gedung yang selinjutnya disingkat IMB adalah izin yang diberikan oleh Peinerintah Daerah kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, dan/atau mengurangi bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan teknis, Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan ya 1g wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup —sebagai_prrasyarat memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan. Izin Gangguan adalah izin tempat usaha dan/atau ‘aaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi menjadi 5 (Lima) Sub BWP yang terdiri atas: a. Sub BWP I, terdiri atas Desa Kurusumanga, san Desa Lebani, dengan luas kurang lebih 940,65 (Sembi.an Ratus Empat Puluh Koma Enam Lima) Hektar; b. Sub BWP Il, terdiri atas Kelurahan Pammanu, elurahan Sabe, Desa Lamunre Tengah, Kelurahan Tampumia Radda, Kelurahan Tanamanai, dan Kelurahan Senga, dengan luas kurang lebih 1.771,28 (Seribu Tuj1h Ratus Tujuh Puluh Satu Koma Dua Delapan) Hektar; c. Sub BWP III, terdiri atas Desa Seppong, Desa Paconne, Desa Lauwa, dan Desa Lamunre, dengan luas kurang lebih 1.484,43 (Seribu Empat Ratus Delapan Puluh Empat Koma Empat Tiga) Hektar; d. Sub BWP IV, terdiri atas Desa Belopa, dan Desa Senga Selatan, dengan luas kurang lebih 943,11 (Sembilan Ratus Empat Puluh Tiga Koma Satu Satu) Hektar; dan e. Sub BWP Y, terdiri atas Desa Balubu, Kelurahan Balo- Balo dan Desa Pasamai, dengan luas kurang lebih 1,115.68 (seribu Seratus Lima Belas Koma Enam Delapan) Hektar, BAB Ill ‘TUJUAN PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN |3ELOPA Pasal 6 Tujuan penataan Kawasan Perkotaan Belopa adalah mevujudkan Kawasan Perkotaan Belopa yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berbasis pada pengembangan jasa dan perdagangan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup, karakteristik fisik kawasan serta kelestarian suriberdaya alam Pasal 7 Prinsip penataan ruang Kawasan Perkotaan Belopa adalah: a. mewujudkan Kawasan Perkotaan Belopa menjaci Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berskala pelayanan nasioial dan regional; 18 b. memprioritaskan penanganan Sub BWP II guna mendukung Kawasan Perkotaan Belopa sebagai pusat jasa dan perdagangan berskala nasional dan regional; c. meningkatkan aksesibilitas antar wilayah dan pemerataan Jangkauan pelayanan system jaringan prasarana di Kawasan Perkotaan Belopa; dan d. mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang, antara kawasan budidaya non pertanian perkotaan, kawasan pertanian perkotaan, kawasan terbuka hijau dan kawasan hijau lindung sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. BAB IV RENCANA POLA RUANG Bagian Kesatu Umum Pasal 8 (1) Rencana pola ruang terdiri atas: a. Zona lindung; dan b. Zona budidaya. (2) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi dalam zona, subzona dan blok; (3) Rencana pola ruang RDTR digambarkan dalam Garabar .... Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan Belopa skala 1 : 5.000 pada Lampiran .... dan Tabel ...... Rencaaa Pola Ruang Kawasan Perkotaan Belopa pada Lampiran ... yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. (4) Peta rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan peta zonasi bagi Peraturan Zonasi, Bagian Kedua Zona Lindung Pasal 9 Zona lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 syat (1) huruf a meliputi: a. Zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di bawahnya; Zona perlindungan setempat; Zona ruang terbuka hijau; dan d. Zona rawan bencana alam. ° 9 Pasal 10 (1) Zona yang memberikan perlindungan terhadap zona dibawahnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a, merupakan zona hutan lindung. (2) Zona hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada pada Sub BWP III dengan luasan kurang lebih .... hektar, Pasal 11 (1) Zona perlindungan setempat sebagaimana dimakstd dalam Pasal 9 huruf b, terdiri dari: a. Subzona sempadan sungai; dan b. subzona sempadan pantai. (2) Subzona sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berada pada Sub BWP ... dengan luasami kurang lebih .... hektar. (3) Subzona sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan pada Sub BWP .... dengan luasan kurang lebih ..... Ha, dan Sub BWP ....dengan luasami kurang lebih..... Ha. Pasal 12 (1) Zona Ruang Terbuka Hijau sebagaimana dimaksui dalam Pasal 9 huruf c, terdiri atas: a. Subzona taman dan hutan kota; b. Subzona jalur hijau jalan; dan c. Subzona RTH fungsi tertentu. (2) Subzona taman dan hutan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di Sub BWP II dengan luasan Kurang lebih 18,05 (Delapan Belas Koma Nol Lima) Hektar, sub BWP I dengan luasan kurang lebih 1,59 (Satu Koma Lima ‘Sembilan)Hektar, sub BWP III dengan luasan kurang lebih 0,31 (Nol Koma Tiga Satu) Hektar, sub BWP IV dengart luasan kurang lebih 8,12 (Delapan Koma Dua Belas) Hektar, dan sub BWPV dengan luasan kurang lebih 0,44 (Nol Kome Empat Puluh Empat) Hektar. (3) Subzona jalur hijau jalan sebagaimana dimaksud peda ayat (1) huruf b terdapat di Sub BWP ..., sub BWP ..., dan sub BWP ... dengan luasan kurang lebih ...Ha. (4) Subzona RTH fungsi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi: a. Lapangan terdapat di Sub BWP I dengan luas kurang lebih 0,73 (Nol Koma Tujuh Puluh Tiga) Hektar, can Sub BWP II dengan luasan kurang lebih 4,51 (Empat Koma Lima Satu) Hektar; dan 20 b. pemakaman terdapat di Sub BWP II dengan luasa’1 kurang lebih 2,52 (Dua Koma Lima Puluh Dua) Hektar, sub BWP Ill dengan luasan 0,58 (Nol Koma Lima Puluh Delapan) Hektar, dan Sub BWP V dengan luasan kurang lebih1,16 (Satu Koma Enam Belas) Hektar. Pasal 13 (1) Zona rawan bencana alam, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d, terdiri dari: a. zona rawan banjir; dan b. zona rawan abrasi pantai (2) Zona rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berada pada Sub BWP .... dengan luasan kurang lebih .... hektar. (3) Zona rawan abrasi pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan pada Sub BWP ... 4 dengai Iuasan kurang lebih ..... Ha. Bagian Ketiga Zona Budidaya Pasal 14 Zona budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal & ayat (1) huruf b meliputi: zona perumahan; zona perdagangan dan jasa;p zona perkantoran; zona sarana pelayanan umum; zona peruntukan lainnya; zona industr; zona campuran; zona khusus. Pere ao gp Paragraf 1 Zona Perumahan Pasal 15 (1) Zona perumahan sebagaimana dimaksud dalam asal 19 huruf a terdiri dari: a. Sub zona perumahan dengan kepadatan tinggi; b. Sub zona perumahan dengan kepadatan sedang; dan c. Sub zona perumahan dengan kepadatan rendah. a (2) Sub zona perumahan dengan kepadatan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di Su» BWP I dengan luas 46,73 Ha, Sub BWP II dengan luas 3€6,68 Ha, Sub BWP Il! dengan luas 79,96 Ha dan Sub BWP I'/ dengan luas 143,02 Ha (3) Sub zona perumahan dengan kepadatan sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di Sub BWP I dengan luas 175,69 Ha, Sub BWP II dengan luas 579,44 Ha, Sub BWP II! dengan luas 77,32 Ha, dan Sub BWP '/ dengan luas 203,32 Ha. (4) Sub zona perumahan dengan kepadatan rendah seb: gaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdapat di Sub BWP II dengan luas 51,85 Ha, , dan Sub BWP V dengan luas 78,53 Ha. Paragraf 2 Zona Perdagangan dan Jasa Pasal 16 (1) Zona perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b, terdiri dari: a. Sub zona perdagangan dan jasa deret; dan b. Sub zona perdagangan dan jasa tunggal. (2) Sub zona perdagangan dan jasa deret sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di Sub BWP II dengan luas6,29 Ha; dan (3) Sub zona perdagangan dan jasa tunggal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di Sub BWP Il dengan luas 7,25 Ha. Paragraf 3 Zona Perkantoran Pasal 17 Zona perkantoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf ¢ terdapat di Sub BWP II dengan luas 24,39 Ha, Sub BWP IV dengan luas 0,71 Ha dan Sub BWP V dengan luas 0,25 Ha. Paragraf 4 Zona Sarana Pelayanan Umum Pasal 18 (1) Zona Sarana Pelayanan Umum sebagaimana dimaksiid dalam Pasal 14 huruf dterdiri atas: subzona sarana pelayanan umum pendidikan; subzona sarana pelayanan umum transportasi; subzona sarana pelayanan umum kesehatan; subzona pelayanan umum sarana olahraga; dan subzona sarana pelayanan umum peribadatan. (2) Subzona sarana pelayanan umum pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di Sub BWP I blok . dengan luas 3,78 (Tiga Koma Tujuh Puluh Delapan| Hektar, Sub BWP II blok ... dengan luas 13,3 (Tiga Beks Koma Tiga)Hektar, Sub BWP Ill blok ... dengan luas 0,43 (ol Koma Empat Puluh Tiga) Hektar, Sub BWP IV blok ... dengan luas 1,39 (Satu Koma Tiga Puluh Sembilan) Hektar, dan Sub BWP V blok ... dengan luas 1,74 (Satu Koma Tujuh Pulut. Empat) Hektar. (3) Subzona sarana pelayanan umum transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di Sub BW? II blok .. dengan luas 3,33 (Tiga Koma Tiga Puluh Tiga)Hekiar, Sub BWP III blok ... dengan luas 0,28 (Nol Koma Dua Puluh Delapan) Hektar dan Sub BWP IV blok ... dengan lnas 3,97 (Tiga Koma Sembilan Puluh Tujuh)Hektar. (4) Subzona sarana pelayanan umum kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdapat di Sub BWP I blok ... dengan luas 5,45(...)hektar, dan Sub BWP V blok ... dengan Tuas 0,14 (...Jhektar. (5) Subzona sarana pelayanan umum olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdapat di Sub BWP V blok dengan luas 18,41(Delapan Belas Koma Empat Puluh Satu)Hektar. (6) Subzona sarana pelayanan umum peribadatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e terdapat Sub BWP | blok ... dengan luas 0,82(Nol Koma Dua Puluh Dua )Hekvar, Sub BWP II blok ... dengan luas 3,17 (Tiga Koma Tujuh Belas)Hektar, Sub BWP IV blok ... dengan luas 0,33 (Nol Koma Tiga Puluh Tiga)Hektar, dan Sub BWP V blok .. dengan luas 0,13 (Nol Koma Tiga Belas)Hektar. paoge Paragraf 5 Zona Peruntukan Lainnya Pasal 19 (1) Zona Peruntukan Lainnya sebagaimana dimaksuc| dalam Pasal 14 hurufe terdiri atas: a. subzona pertanian; a. subzona industri kecil; dan 23 subzona perkebunan; subzona perikanan tangkap; subzona budidaya perikanan; subzona pariwisata; subzona pergudangan; dan 8. subzona laintai jemur. (2) Subzona pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di Sub BWP I blok ... dengan luas 528,45 (Lima Ratus Dua Puluh Delapan Koma Empet Puluh Lima)Hektar, Sub BWP II dengan luas 176,99 (Serat 1s Tujuh Puluh Enam Koma Sembilan Puluh Sembilan)Hektar, Sub BWP III dengan luas 215,69 (Dua Ratus Lima Belas Koma Enam Puluh Sembilan)Hektar, Sub BWP IV dengar. luas 8,3 (Delapan Koma Tiga)Hektar, dan Sub BWP V dengan luas 290,62 (Dua Ratus Sembilan Puluh Koma Enan Puluh Dua)Hektar. (3) Subzona perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di Sub BWP III dengan luas 11,5’' (Sebelas Koma Lima Puluh Tujuh)Hektar, Sub BWP IV dengan luas 31,19 (Tiga Puluh Satu Koma Sembilan Belas)Hektar, dan Sub BWP V dengan luas 17,2 (Tujuh Belas Koma Dua)Hektar. (4) Subzona perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdapat di Sub BWP ..... dengar luas ..... Hektar. (5) Subzona budidaya perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf dterdapat di Sub BWP Ill dengan luas 618,64(Enam Ratus Delapan Belas Koma Enem puluh Empat) Hektar; Sub BWP IV dengan luas 402,4 (Em pat Ratus Dua Koma Empat) Hektar. (6) Subzona pariwisata sebagaimana dimaksud padi ayat (1) huruf emerupakan subzona pariwisata alam terdapat di Sub BWP II dengan luas 5,6(Lima Koma Enam)Hektar, dan Sub BWP V dengan Iuas 16,36 (Enam Belas Koma Tiga PuluhEnam)Hektar. (7) Subzona pergudangan sebagaimana dimaksud pala ayat (1) huruf f terdapat di Sub BWP I dengan Iuas 2,87(...Jhektar, dan Sub BWP IV dengan luas 0,81 (Nol Koma Delapan Puluh Satu) Hektar. (8) Subzona lantai jemur sebagaimana dimaksud pala ayat (1) huruf g terdapat di Sub BWP ... dengan luasan kurang lebih -+ hektar, pPepnaeg Paragraf 5 Zona Industri Pasal 20 () Zona Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf f meliputi: a. subzona industri kecil; dan eee ets Py b. subzona aneka industri; (2) Zona industri kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di sub BWP... blok ... dengan luasan kurang lebih ... hektar. (3) Zona aneka industri sebagaimnana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di sub BWP ...blok ... dengan luasan kurang lebih ... hektar. Paragraf 6 Zona Campuran Pasal 21 (1) Zona Campuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf g meliputi: a. subzona perumahan dan perdagangan/jasa; dan b. subzona perumahan, perdagangan/jasa dan perkantoran (2) Subzona perumahan dan perdagangan/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di sut BWP dengan luas .... hektar. (3) Subzona perumahan, perdagangan/jasa dan perkantoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di sub BWP... dengan luas .... Hektar. Paragraf 6 Zona Khusus Pasal 22 (1) Zona Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf h terdiri atas: a. subzona Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (rPst); b. subzona Base Transceiver Station (BTS); dan © subzona Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPL1 ). (2) Subzona TPST sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di Sub BWP ... dengan luasan kurang lebih ... hektar; (8) Subzona BTS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ess ,r————C 0,32 (Nol Koma Tiga Puluh Dua) Hektar dan sub BWP [Vv dengan luasan kurang lebih 1,13 (Satu Koma Tiga Belas) Heltar. 4} Subzona IPLT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ‘erdapat di... dengan luasan kurang lebih ... hektar 25 BABV RENCANA JARINGAN PRASARANA Bagian Kesatu Umum Pasal 23 (1) Rencana jaringan prasarana terdiri atas: a. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan; Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistril:an; Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikas ; Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi; Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum; Rencana Pengembangan Jaringan Drainase; Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah; da |. _Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya. (2) Rencana jaringan prasaranasebagaimana dimakstd pada ayat (1) digambarkan dalam gambar .... Peta Rencana Jaringan Prasarana Kawasan Perkotaan Belopa siala 1 5.000 pada Lampiran .... yang merupakan bagiin tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini, La FR me po Paragraf 1 Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan Pasal 24 Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan sebr gaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a meliputi: Pengembangan jaringan jalan arteri; Pengembangan jaringan jalan kolektor; Pengembangan jaringan jalan lokal; Pengembangan jaringan jalan lingkungan; Pengembangan jaringan jalur KA; Pengembangan jaringan lainnya; dan Pengembangan jalur Pejalan Kaki/Sepeda. Roe ao gp Pasal 25 (1) Pengembangan jaringan jalan arteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a meliputi: a. Pengembangan jaringan jalan arteri primer; dan b. Pengembangan jaringan jalan arteri sekunder. (2) Pengembangan jaringan jalan arteri primer seb gaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari: a. Ruas jalan yang menghubungkan Kawasan .....; can ene 26 (3) Pengembangan jaringan jalan arteri sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan_ rencana pengembangan ruas jalan yang menghubungkan jalan Pasal 26 (1) Pengembangan jaringan jalan kolektor _sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a meliputi: a. Pengembangan jaringan jalan kolektor primer; da‘1 b. Pengembangan jaringan jalan kolektor sekunder. (2) Rencana pengembangan jaringan jalan kolektor primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan rencana pengembangan ruas jalan yang menghusungkan antara Kawasan ...... di blok. (3) Rencana pengembangan jaringan jalan kolektor sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan Tencana pengembangan ruas jalan yang menghubungkan antara Kawasan ...... di blok .... Pasal 27 (1) Pengembangan jaringan jalan lokal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf c terdiri dari: a. Rencana pengembangan jaringan jalan lokal primer; dan b. Rencana pengembangan jaringan jalan lokal sekunder. (2) rencana pengembangan jaringan jalan lokal primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan Tencana pengembangan jalan yang menghubungkan jalan arteri primer dengan kawasan permukiman di blok .. (3) Rencana pengembangan jaringan jalan lokal sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan rencana pengembangan jalan yang menghubungkan Kawasan -- dengan kawasan permukiman di blok .... Pasal 28 (1) Pengembangan jaringan jalan lingkungan seb:.gaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf d merupakan rencana pengembangan jaringan jalan lingkungan sekunder. (2) Rencana pengembangan jaringan jalan lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan rencana pengembangan jalan yang menghubungkan antar_persil kawasan permukiman. Pasal 29 (1) Rencana pengembangan jaringan jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf e merupakan Tencana pengembangan jalur KA lintas Pulau Sulawesi yang meghubungkan Watampone ~ Belopa - Palopo - Wott . (2) Rencana pengembangan jalur kereta api sebi gaimana dimaksud pada ayat (1) melintasi Sub BWP ... eet a7 Pasal 30 Pengembangan jaringan jalan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf f meliputi: (1) Rencana pengembangan jalan keluar masuk terminal penumpang tipe C yang menghubungkan terinal Denganpangkalan umum dan halte di blok ..... (2) Rencana pengembangan jaringan keluar masuk prlabuhan laut yang menghubungkan pelabuhan .... dengan terminal di blok ..... (3) rencana pengembangan jaringan keluar masuk stasitn kereta api yang menghubungkan stasiun .... dengan termiral ..... di blok Pasal 31 Pengembangan jalur pejalan kaki/sepeda sebagaimana c imaksud dalam Pasal 25 huruf g merupakan rencana pengembangen jalur Pejalan Kaki/Sepeda pada ruas jalan arteri primer dan kolektor primer di Sub BWP. Paragraf 2 Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan Pasal 32 Rencana = Pengembangan = Jaringan—_Energi/Kelistrikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf b meliputi a. Pengembangan jaringan saluran udara tegangan tinggi (SUTT) dengan kapasitas 150 kV yang melintasi Sub BWP I, Sub BWP II, Sub BWP III dan Sub BWP V.; b. Pengembangan jaringan tegangan rendah (JTR) pada Sub BWP I, Sub BWP II, Sub BWP III dan Sub BWP V; ©. gardu induk yang terdapat di Sub BWP... (jika ada); dan rencana pembangunan gardu distribusi yang terdapat di Sub BWP... Paragraf 3 Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi Pasal 33 (1) Rencana — Pengembangan —_Jaringan _Telekornunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf meliputi: a rencana —pengembangan —infrastruktur—dasar telekomunikasi; b. rencana penyediaan jaringan_ telekomunikasi telepon kabel; © Tencana penyediaan jaringan telekomunikasi_telepon nirkabel; Ser nnp nn nn NTNU UENO SNE aT 28 4d. rencana pengembangan sistem televisi kabel; e. _rencana penyediaan jaringan serat optikdan f. rencana peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi. (2) Rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasisebagaimana dimaksud pada ayat (1 huruf a berupa rencana pengembangan pusat _automatisasi sambungan telepon di Sub BWP II; (3) Rencana penyediaan jaringan telekomunikasi telepon kabel sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b melip ati a. rencana pembangunan stasiun telepon otomat d tetapkan di Sub BWP II; b. rencana pembangunan rumah kabel ditetapkan di Sub BWP I, Sub BWP II, Sub BWP III dan Sub BWP V; dan ¢. rencana pembangunan kotak pembagi ditetapkan Sub BWP I, Sub BWP II, Sub BWP III dan Sub BWP V. (4) Rencana penyediaan jaringan telekomunikasi _telepon nirkabelsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf ¢ berupa Fencana pembangunan menara_telekomunikasi berupa menara Base Transceiver Station (BTS) di Sub BWP II, (5) Rencana pengembangan sistem televisi kabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa reneana pembangunan stasiun transmisi di blok ... (jika ada) (6) Rencana penyediaan jaringan serat optik seb, agaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e ditetapkan pada Sib BWP 1, Sub BWP II, Sub BWP III dan Sub BWP V. dan (7) Rencana peningkatan pelayanan jaringan teleke munikasi Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f ditetapkan pada Sub BWP I, Sub BWP II, Sub BWP ill dan Sub BWP V. Paragraf 4 Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum Pasal 34 (1) Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum seb agaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf e meliputi: 4. rencana kebutuhan air minum; dan b. rencana sistem penyediaan air minum, (2) Rencana kebutuhan air minum, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sebesar .... L/Det didasarkan pada derkiraan kebutuhan air minum di kawasan Perkotaan Belopa sebesar 15% ‘(lima belas persen) dari kebutuhan an minum Kabupaten Luwu. (3) Rencana sistem penyediaan air minum, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: & Rencana sistem penyediaan air minum wilayah berupa: 1) Rencana sistem jaringan perpipaan yang melayani blok ...; dan ee 29 2) Rencana system jaringan bukan jaringan rerpipaan yang melayani blok ...; >. bangunan pengambil air baku yang berada di bick ... (ka ada); © Pipa transmisi air baku dan instalasi produksi yang melintasi sub BWP ...; . Pipa unit distribusi yang melintasi blok ....; © bangunan penunjang dan bangunan pelengkap yang berada di blok ...; dan f. bak penampung yang berada di blok ... Paragraf 5 Rencana Pengembangan Jaringan Drainase Pasal 35 (1) Rencana Pengembangan Jaringan Drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf f meliputi: a. rencana kebutuhan sistem jaringan drainase; dan b. rencana sistem jaringan drainase. (2) Rencana kebutuhan sistem jaringan drainase, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: @. Rencana jaringan primer yang melintasi sub BWP ... yang bermuara di Sungai Karoro, Sungai Pabburinti, Sungai Radda, dan Sungai Taddette; ». Rencana jaringan sekunder yang melintasi sub BAP =, ¢. Rencana jaringan tersier yang melintasi sub BW lan d. Rencana jaringan lingkungan yang melintasi sub BWP... (3) Rencana sistem jaringan drainase, sebagaimana jimaksud err pencegahan genangan meliputi: a. pembangunan kolam retensi; dan b. pembuatan pintu air pada Paragraf 6 Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah Pasal 36 (1) Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf g meliputi: By Tencana sistem pembuangan air limbah setempat; dan b. Tencana sistem pembuangan air limbah terpusat. (2) Rencana sistem pembuangan air limbah — setempat Sub BWP II yang meliputi blok to eeeeeeeseSsesesSs<‘“‘“‘“‘“‘CO™S 30 b. rencana pembangunan dan peningkatan kapasitas Instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) yang melayani Kawasan Perkotaan Belopa pada BWP . (3) Rencana sistem pembuangan air limbah _erpusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas: @. rencana pembangunan dan peningkatan kapasitas jaringan pembuangan terpusat yang melayani Kawasan Perkotaan Belopa; dan b. pengembangan dan peningkatan kapasitas bangunan pengolah air limbah (IPAL pada sub BWP II. Paragraf 7 Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya Pasal 37 (1) Rencana pengembangan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf h meliputi: a. Jalur evakuasi bencana; b. Tempat evakuasi sementara; dan c. Rencana sistem pengelolaan persampahan. (2) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud paca ayat (1) huruf a merupakan jalur evakuasi yang memunfaatkan Jaringan jalan arteri, jaringan jalan kolektor, dar. jaringan jalan lokal. (3) Tempat evakuasi sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan di sub BWP I blok ..., sub BWP II Dlok ... sub BWP III blok ..., sub BWP IV blok ... dan sub BWP V blok... (4) Rencana sistem pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas: a. Sistem pengelolaan persampahan; dan b. Jalur pengangkutan sampah. (5) Sistem pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dilengkapi dengar tempat Penampungan sementara (TPS) ditetapkan ditetaphan di sub BWP I blok ..., sub BWP Il blok ... sub BWP III blok ..., sub BWP IV blok ... dan sub BWP V blok... . (6) Jalur pengangkutan sampah sebagaimana dimalsud pada ayat (4) huruf b memanfaatkan jaringan jalan arteri, jaringan Jalan kolektor, dan jaringan jalan lokal. BAB VI PENETAPAN SUB BWP YANG DIPRIORITASKAN PENANGANANNYA Pasal 38 (1) Penetapan sub BWP yang diprioritaskan penataan.iya adalah Sub BWP II yang meliputi blok ... . eee ee 31 (2) Tema penanganan sub BWP yang diprioritaskan pena‘aannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa yang dilakukan melalui ........(disesuaikan dengan _rencana pengembangan kawasan). (3) Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya me-upakan dasar penyusunan RTBL yang akan ditetapkan dengan Peraturan Bupati (4) Sub BWP yang diprioritaskan penataannyasebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Gambar .... Peta Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya skala | : 5.000 pada Lampiran .... yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. BAB VII KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG Pasal 39 Ketentuan pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaar Belopa merupakan upaya mewujudkan rencana pola ruang dar: rencana Jaringan prasarana di BWP Belopa serta perwujudan sub BWP yang diprioritaskan penanganannya dalam bentuk program pemanfaatan ruang prioritas. Pasal 40 (1) Program pemanfaatan ruang prioritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 meliputi: Program pemanfaatan ruang prioritas; lokasi; besaran; sumber pendanaan; instansi pelaksana; dan waktu dan tahapan pelaksanaan (2) Program pemanfaatan ruang prioritas sebagaimana dimaksud Pada ayat (1) disajikan dalam Tabel ..... Indikas. Program Prioritas pada Lampiran ...., yang merupakan bajian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Pepe gp Pasal 41 Program pemanfaatan ruang prioritas sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat (1) huruf a meliputi: 8. program perwujudan rencana pola ruang tiap sub EWP; >. program perwujudan rencana jaringan prasarana; ©. Program perwujudan penetapan sub BWP yang diprioritaskan penanganannya, ee OUEST EEOUUUUUUCUNNnn | 2 Pasal 42 Lokasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat (1) huruf b merupakan tempat program pemanfaatan ruang prioriias akan dilaksanakan. Pasal 43 Besaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat (1) huruf c merupakan perkiraan jumlah satuan masing-masing program pemanfaatan ruang prioritas yang akan dilaksanakan. Pasal 44 Sumber pendanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) huruf d merupakan sumber pendanaan program pemanfaatan ruang prioritas akan dilaksanakan yang berasal dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) P-ovinsi; c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten; dan d. Sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 45 Instansi pelaksana sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat (1) huruf e merupakan pelaksana program pemanfaatan ruang Prioritas akan dilaksanakan meliputi: a. Kementerian/Lembaga; b. Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi; c. Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten; d. Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah Provinsi/Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten; Swasta; dan/atau f. Masyarakat. 9 Pasal 46 Waktu dan tahapan pelaksanaan sebagaimana dimeksud pada Pasal 40 ayat (1) huruf f terdiri atas 4 (Empat) tahapan, sebagai dasar bagi Instansi pelaksana dalam menetapkan prioritas pembangunan pada wilayah perencanaan RDTRKawasan Perkotaan Belopa yang meliputi: a. Tahap pertama pada periode Tahun 2016- 2020; b, Tahap kedua pada periode Tahun 2021 - 2025; c. Tahap ketiga pada periode Tahun 2026 -2030; dar 4. Tahap keempat pada periode Tahun2031- 2035. 1. subzona hutan lindung dengan kode HL; 33 BAB VIII PERATURAN ZONASI Bagian Kesatu Umum Pasal 47 (1) Peraturan zonasi merupakan perangkat —_orerasional pengendalian pemanfaatan ruang berdasarken zona pemanfaatan ruang yang dirinci dalam subzona pen.anfaatan ruang. (2) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan; Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang; Ketentuan tata bangunan; Ketentuan prasarana dan sarana minimal; dan Ketentuan khusus. (3) Ketentuan peraturan zonasi sebagaimana dimakuwud pada ayat (2) tercantum dalam Tabel ..... Ketentuan Keg atan dan Penggunaan Lahan, Tabel Ketentuan _ntensitas Pemanfaatan Ruang, Tabel Ketentuan Prasa-ana dan Sarana Minimal pada Lampiran ...., yang merupakin bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. eaogp Bagian Kedua Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan Pasal 48 (1) Klasifikasi ketentuan kegiatan dan pengguna:n lahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 ayat (2) huruf a meliputi: a. pemanfaatan diperbolehkan dengan kode I; b. pemanfaatan bersyarat secara terbatas dengan kode T; ©. pemanfaatan bersyarat tertentu dengan kode B; d. pemanfaatan yang tidak diperbolehkan dengan kode X. (2) Klasifikasi ketentuan kegiatan dan penggunacn lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disajikan da'am Tabel Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan lahan pada Lampiran ... yang merupakan bagian tidak terpisaikan dari Peraturan Daerah ini. Pasal 49 (1) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) berdasarl:an zona pemanfaatan ruang yang dirinci ke dalam subzona dengan kode subzona, sebagai berikut: a, zona lindung dan sub zona meliputi 1. subzona hutan lindung dengan kode HL; et 34 ‘subzona sempadan pantai dengan kode PS-1; can subzona sempadan sungai dengan kode PS-~ subzona rawan bencana banjir dengan kode ....; 5. subzona rawan abrasi pantai dengan kode .. b. zona Ruang Terbuka Hijau dan subzona meliput 1. subzona taman dan hutan kota dengan kode RTH-1; 2. subzona jalur hijau jalan dengan kode RTH-4; 3. subzona RTH fungsi tertentu dengan kode RTH-5. c. Zona perumahan dan subzona meliputi: 1. Subzona rumah kepadatan tinggi dengan kode R-2; 2. Subzona rumah kepadatan sedang dengan koce R-3; 3. Subzona rumah kepadatan rendah dengan kovle R-4. d. Zona perdagangan dan jasa; 1. Subzona perdagangan jasa deret dengan kode K-1; 2. Subzona perdagangan jasa tunggal dengan ko:le K-2. e. Zona perkantoran dengan subzona perkantora1 dengan kode KTT-1; f. Zona industri dan subzona meliputi; 1. Subzona industri kecil dengan kode I-1; dan 2. Subzona aneka industry dengan kode i-2. 8. Zona pelayanan umum dan sub zona meliputi 1. Subzona sarana pelayanan umum pendidikan dengan beN kode SPU-1; 2. Subzona sarana pelayanan umum transportasi dengan kode SPU-2; 3. Subzona sarana pelayanan umum keschaten dengan kode SPU-3; 4. Subzona sarana pelayanan umum olahraga kede $.4; 5. Subzona sarana pelayanan umum peribadaten dengan kode 8.6; h. Zona peruntukan lainnya dan sub zona meliputi: 1. Subzona pertanian dengan kode PL-1; Subzona perkebunan dengan kode PL-2; Subzona pariwisata dengan kode PL-3; Subzona perikanan tangkap dengan kode PL-«..1; Subzona budidaya perikanan dengan kode PL-4.2; Subzona pergudangan dengan kode PL-5; Subzona lantai jemur dengan kode PL-6. i, Zona campuran dengan kode ...; i. Zona peruntukan khusus dan subzona meliputi 1. Subzona BTS dengan kode KH-1; Subzona IPAL dengan kode KH-2; Subzona TPST dengan kode KH-3. Klasifikasi zona dan sub zona sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menjadi pedoman dalam kegiatan pemanfaatan ruang di setiap sub BWP. Nason PEN eee ests 35 Bagian Ketiga Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan Paragraf 1 Pemanfaatan Diperbolehkan Pasal 50 (1) Pemanfaatan diperbolehkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) huruf a, kegiatan pemanfaatan rang yang sesuai PZ dan wajib memiliki izin dari Pemerintah Daerah. (2) Untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi persyaratan teknis dan administrasi yang ditetapkan oleh Bupati. Paragraf 2 Pemanfaatan Bersyarat Secara Terbatas Pasal 51 (1) Pemanfaatan bersyarat secara terbatas set. agaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) huruf b, adalah: kegiatan dan penggunaan Jahan yang dibatasi be ‘dasarkan Pembatasan pengoperasian, pembatasan intensitis ruang, dan/atau pembatasan jumlah pemanfaatan. (2) Setiap Orang yang akan melakukan kegiatan peranfaatan ruang yang diizinkan terbatas sebagaimana dimalsud pada ayat (1), wajib memiliki izin dari Pemerintah Deerah dan mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. Pada subzona RTH .... kegiatan hewan penieliharaan dibatasi total luas kaveling paling luas 10% dari luas subzona; b. Pada subzona perumahan R-2 dan R-3 sebagai berikut: 1. kegiatan TPU, rumah toko, warung, toko, pasar lingkungan, supermarket, minimarket, bahan bangunan dan perkakas, makanan dan minuman, .... dibatasi total luas kaveling paling luas ... dari luas sub blok; 2. kegiatan supermarket, minimarket dibatasi jarak dengan pasar tradisional paling kurang ....m ¢. Pada subzona perdagangan dan jasa K-1 dan K-3 kegiatan rumah tunggal, rumah kopel, kantor pen-erintahan pusat/provinsi/kabupaten/kecamatan/desa/kelurahan, Puskesmas, Mushollah, ... dibatasi total lua: kaveling paling luas ... dari luas sub blok; d. pada zona perkantoran KT-1 kegiatan Gedung olahraga, Masjid, ... dibatasi total luas kaveling paling luas ... dari luas sub biok; 36 pada subzona SPU-1 kegiatan rumah tunggal, warung, gedung serbaguna ... dibatasi total luas kaveliig paling luas ... dari luas sub blok; pada subzona SPU-2 kegiatan rumah tunggal. warung, gedung serbaguna ... dibatasi total luas kaveliig paling luas ... dari luas sub blok; pada subzona SPU-3 kegiatan rumah tunggal, warung, gedung serbaguna ... dibatasi total luas kaveling paling luas ... dari luas sub blok; pada subzona SPU-4 kegiatan rumah tunggal, warung, TK/PAUD, klinik/RS,... dibatasi total luas kavel'ng paling luas ... dari luas sub blok; pada subzona SPU-6 kegiatan rumah tunggal. warung, TK/PAUD, klinik/RS,... dibatasi total luas kavel-ng paling luas ... dari luas sub blok; pada subzona PL-1 hutan kota, taman kota, lapangan, rumah tunggal, warung, masjid, ... dibatasi ‘otal luas kaveling paling luas ... dari luas sub blok; - pada subzona PL-2, hutan kota, taman kota, lapangan, rumah tunggal, warung, masjid, ... dibatasi ‘otal luas kaveling paling luas ... dari luas sub blok; pada subzona PL-3, hutan kota, taman kota, lapangan, rumah tunggal, warung, masjid, ... dibatasi otal luas kaveling paling luas ... dari luas sub blok; pada subzona PL-4, hutan kota, taman kota, lapangan, rumah tunggal, warung, masjid, ... dibatasi -otal luas kaveling paling luas ... dari luas sub blok; - pada subzona PL-5, hutan kota, taman kota, lapangan, rumah tunggal, warung, masjid, ... dibatasi

You might also like