You are on page 1of 68
BUPATI INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI INDRAMAYU. NOMOR 46 TAHUN 2023 TENTANG PEDOMAN TEKNIS EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a.bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 6 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 88 Tahun 2021 tentang Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang menyatakan untuk melaksanakan evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan kebijakan teknis evaluasi AKIP; b.bahwa berdasarkan pertimbangan _sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati Indramayu Mengingat : 1.Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1106) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang- Undang Nomor 14 Tahun 1050 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5006); 2.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2023 Nomor 6841); 3.Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601) beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 ‘Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2023 Nomor 6841); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 5.Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 80); 6. Peraturan Menteri Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 88 Tahun 2021 tentang Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1569); 7.Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Indramayu sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 8 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Indramayu (Lembaran Daerah Kabupaten Indramayu Tahun 2021 Nomor 8); 8. Peraturan Bupati Indramayu Nomor 14 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Kabupaten Indramayu (Berita Daerah Kabupaten Indramayu Tahun 2022 Nomor 14). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN TEKNIS EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA —_ INSTANSI PEMERINTAH DI —-LINGKUNGAN ~~ PEMERINTAH, KABUPATEN INDRAMAYU. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan 1. 2 ae x 10. 1. Daerah Kabupaten adalah Daerah Kabupaten Indramayu. Pemerintah Daerah Kabupaten adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Bupati adalah Bupati indramayu Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Indramayu. Perangkat Daerah adalah Unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam melaksanakan —_urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Kepala Perangkat Daerah adalah Kepala Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Indramayu. Inspektorat adalah Inspektorat Kabupaten Indramayu. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang selanjutnya disingkat AKIP adalah pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah melalui implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang selanjutnya disingkat SAKIP adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah Evaluator adalah Tim evaluasi AKIP yang dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati atau Kepala Perangkat Daerah. Klaster adalah klasifikasi Perangkat Daerah menjadi klaster utama, pendukung dan tambahan. 12. 13. 14. 15. (2) (3) (4) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang selanjutnya disingkat LAKIP adalah dokumen yang berisi gambaran perwujudan akuntabilitas kinerja Perangkat Daerah yang disusun dan disampaikan secara sistematik dan melembaga. Evaluasi AKIP adalah aktivitas analisis yang sistematis, pemberian nilai, atribut, apresiasi dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi atas masalah yang ditemukan guna peningkatan akuntabilitas dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. Lembar Kerja Evaluasi yang selanjutnya disingkat LKE adalah pelaporan hasil evaluasi atas akuntabilitas kinerja instansi yang diisi dan dilengkapi oleh evaluator selama proses evaluasi dilaksanakan. Laporan Hasil Penjaminan Kualitas adalah laporan yang menyajikan informasi hasil supervisi atas LKE Instansi dan unit yang telah dievaluasi secara mandiri sehingga diperoleh data sebagai perbaikan. Self Assesment adalah penilaian Evaluasi AKIP secara mandiri oleh asesor internal. BAB II PELAKSANAAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA. INSTANSI PEMERINTAH, Pasal 2 Pelaksanaan evaluasi AKIP diarahkan pada upaya untuk mendorong : a. _percepatan reformasi birokrasi; b. penerapan prinsip-prinsip good governance dan fungsi-fungsi manajemen kinerja taat asas; . pencegahan terjadinya KKN; d. pengelolaan dana dan sumber daya lainnya menjadi efisien dan cfektif; e. pengukuran tingkat keberhasilan dan/atau kegagalan pimpinan instansi dan/atau unit kerja dalam menjalankan misi, tujuan dan sasaran organisasi yang telah ditetapkan; f, penyempurnaan struktur organisasi, kebijakan publik, sistem perencanaan dan penganggaran, ketatalaksanaan, metode dan prosedur pelayanan masyarakat; g. kreativitas, produktivitas, sesitifitas, disiplin dan tanggung jawab aparatur negara. Sekretaris Daerah melalui Bagian yang membidangi pemantauan dan evaluasi kebijakan daerah terkait kinerja melaksanakan evaluasi AKIP Kabupaten secara self assesment setiap tahun. Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Tim yang dibentuk dengan Keputusan Bupati Tim Evaluator sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan keanggotaan terdiri atas unsur Sekretariat Daerah, Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah, 4 Badan Keuangan Daerah, Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Inspektorat dan Dinas Komunikasi dan Informatika. (5) Setiap pimpinan perangkat daerah melaksanakan evaluasi AKIP secara self assesment di unit kerja masing-masing setiap tahun (6) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan oleh Tim Evaluator yang dibentuk secara internal dengan Keputusan Kepala Perangkat Daerah yang keanggotaannya minimal terdiri dari Jabatan Fungsional Perencana, Jabatan Fungsional Analis Kebijakan, Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian serta Jabatan Fungsional Pranata Komputer. (7) Hasil evaluasi akuntabilitas ditandatangani oleh Ketua dan anggota. Pasal 3 (1) Sekretaris Daerah melakukan pembinaan, pemantauan dan penjaminan kualitas hasil evaluasi AKIP Kabupaten dan Perangkat Daerah. (2) Sekretaris Daerah dapat melimpahkan kewenangan pelaksanaan pembinaan, pemantauan dan penjaminan kualitas hasil evaluasi AKIP kepada Perangkat Daerah yang membidangi Pengawasan. Pasal 4 Pemerintah Daerah melalui Tim Evaluator Kabupaten menyusun dan melaporkan ikhtisar hasil evaluasi AKIP kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Pasal 5 Petunjuk pelaksanaan evaluasi AKIP tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. BAB III PEMBIAYAAN Pasal 6 Segala Biaya yang timbul akibat diundangkannya Peraturan Bupati ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Indramayu melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) di setiap Perangkat Daerah. BAB IV PENUTUP Pasal 7 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Indramayu. Ditetapkan di Indramayu _pada tanggal 31 Juli 2023 Diundangkan di Indramayu pada tanggal 31 Juli 2023 Pj, SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU Cap/Tta. AEP SURAHMAN BERITA DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2023 NOMOR 46 LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI INDRAMAYU NOMOR : 46 TAHUN 2023 TANGGAL : 31 JULI 2023 TENTANG : PEDOMAN TEKNIS EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI_ = PEMERINTAH DI. LINGKUNGAN PEMERINTAH —KABUPATEN INDRAMAYU. PEDOMAN TEKNIS EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evaluasi AKIP Penguatan akuntabilitas kinerja merupakan salah satu strategi yang dilaksanakan dalam rangka mempercepat pelaksanaan Reformasi Birokrasi, untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan akuntabel, pemerintahan yang kapabel serta meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, SAKIP merupakan rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi SAKIP dilaksanakan serta untuk mendorong peningkatan pencapaian kinerja yang tepat sasaran dan berorientasi hasil, maka perlu dilakukan evaluasi AKIP atau evaluasi atas implementasi SAKIP. Evaluasi AKIP ini diharapkan dapat mendorong pemerintah Kabupaten Indramayu, untuk berkomitmen dan secara konsisten meningkatkan implementasi SAKIP dalam mewujudkan hasil capaian kinerja yang telah direncanakan. Pelaksanaan evaluasi AKIP harus dilakukan dengan sebaik- baiknya. Untuk itu, diperlukan suatu pedoman evaluasi AKIP yang dapat dijadikan panduan bagi evaluator dan penjamin_ kualitas. Pedoman ini disusun dengan maksud untuk memberikan petunjuk umum dalam rangka evaluasi AKIP, yang berisi tentang metode evaluasi, mekanisme pelaksanaan evaluasi dan pelaporan_hasil evaluasi. Pada setiap penugasan evaluasi AKIP atas implementasi SAKIP perlu dirancang desain evaluasi tersendiri berupa petunjuk teknis pelaksanaan evaluasi untuk memenuhi tujuan evaluasi AKIP yang ditetapkan sesuai dengan kondisi pada saat pelaksanaan evaluasi, B, Kerangka Logis Evaluasi AKIP Evaluasi AKIP diawali dengan perumusan tujuan, kemudian dilanjutkan dengan penentuan ruang lingkup, perancangan desain, menentukan mekanisme pelaksanaan, diakhiri dengan pelaporan dan pengomunikasian hasil penjaminan kualitas. Kerangka _ logis penjaminan kualitas AKIP secara umum dapat digambarkan sebagai berikut : PERUMUSAN TUJUAN Lt PENENTUAN RUANG LINGKUP PERANCANGAN DESAIN (METODELOGI DAN TEKNIK, INSTRUMEN DAN ALAT) MEKANISME PELAKSANAAN iB PELAPORAN DAN PENGOMUNIKASIAN HASIL PERJANJIAN KINERJA C. Tujuan Evaluasi AKIP Secara umum tujuan Evaluasi AKIP adalah untuk mengetahui sejauh mana implementasi SAKIP dilaksanakan serta mendorong peningkatan pencapaian kinerja yang tepat sasaran dan berorientasi hasil, sehingga diharapkan dapat mendorong Pemerintah Daerah untuk berkomitmen dan secara konsisten mewujudkan hasil capaian kinerja yang telah direncanakan melalui implementasi SAKIP. Tujuan secara khusus dapat ditentukan setiap tahun sesuai dengan kebijakan atas implementasi SAKIP yang ditetapkan. Tujuan dan Sasaran sangat bergantung pada para pihak pengguna hasil penjaminan kualitas dan kebijakan pimpinan instansi/unit kerja yang diberi wewenang untuk = melakukan—evaluasi,_ dengan ~~¢ mempertimbangkan berbagai kendala yang ada. Tujuan khusus setiap tahunnya adalah minimal untuk : 1. memperoleh informasi tentang implementasi SAKIP; 2. menilai tingkat implementasi SAKIP; 3. menilai tingkat akuntabilitas kinerja; 4. memberikan saran perbaikan untuk peningkatan implementasi SAKIP; dan memonitor tindak lanjut rekomendasi hasil evaluasi periode sebelumnya. s Ruang Lingkup Evaluasi AKIP Evaluasi AKIP dilaksanakan oleh Tim Evaluator diseluruh unit dan Instansi. Evaluasi AKIP meliputi kegiatan evaluasi terhadap implementasi SAKIP mulai dari perencanaan kinerja baik perencanaan kinerja jangka panjang, perencanaan kinerja jangka menengah dan perencanaan kinerja jangka pendek. Termasuk penerapan anggaran berbasis kinerja, pengukuran kinerja dan monitoring pengelolaan data kinerja, sampai pada pelaporan hasil kinerja serta evaluasi atas pencapaian kinerja. Dalam penerapannya, ruang lingkup evaluasi dan penjaminan kualitas AKIP mencakup, antara lai a. penilaian kualitas perencanaan kinerja yang selaras yang akan dicapai untuk mewujudkan hasil yang berkesinambungan; b. penilaian pengukuran kinerja berjenjang dan berkelanjutan yang telah menjadi kebutuhan dalam penyesuaian strategi dalam mencapai kinerja; c. penilaian pelaporan kinerja yang menggambarkan kualitas atas pencapaian kinerja, baik keberhasilan/kegagalan kinerja_ serta upaya perbaikan/penyempurnaannya yang memberikan dampak besar dalam penyesuaian strategi/kebijakan dalam mencapai kinerja berikutnya; d. penilaian evaluasi akuntabilitas kinerja internal yang memberikan kesan nyata atau dampak dalam peningkatan implementasi SAKIP untuk efektivitas dan efisiensi kinerja; dan ¢. penilaian capaian kinerja atas output maupun outcome serta kinerja lainnya. Evaluasi AKIP dapat dilaksanakan setiap tahun sesuai dengan kebutuhan penilaian nasional terhadap implementasi_ SAKIP. Pertimbangan utama dalam menentukan ruang lingkup evaluasi AKIP adalah kemudahan dalam pelaksanaan dan dukungan sumber daya yang tersedia. Pertimbangan ini merupakan konsekuensi logis karena adanya keterbatasan sumber daya sehingga ruang lingkup dapat disesuaikan. BAB II PERANCANGAN DESAIN EVALUASI AKIP Informasi pertanggungjawaban kinerja yang diungkapkan dalam dokumen laporan kinerja bukanlah merupakan satu-satunya informasi yang digunakan dalam evaluasi AKIP. Perencanaan kinerja perlu menjadi perhatian utama dalam evaluasi AKIP diantaranya dengan melihat perubahan yang lebih baik dalam perencanaan kinerja berdasarkan hasil kinerja sebelumnya. Informasi terkait kinerja lainnya dapat digunakan dalam analisis evaluasi AKIP, juga termasuk berbagai hal yang dapat dihimpun guna mengukur keberhasilan atau pun keunggulan Perangkat Daerah. Cakupan informasi jika dilihat dari kepentingan pihak-pihak pengguna informasi hasil evaluasi, antara lain: 1. informasi untuk mengetahui tingkat kemajuan/perkembangan; 2. informasi untuk membantu agar efektif dan tetap berada pada alurnya; dan 3. informasi untuk meningkatkan efisiensi, Kendala-kendala yang secara umum dihadapi oleh evaluator dalam melaksanakan evaluasi AKIP antara lain sempitnya waktu, terbatasnya anggaran, minimnya orang/aparatur yang kompeten dan kurangnya fasilitas pendukung pelaksanaan evaluasi. Sesuai dengan perkembangan jaman, salah satu cara mudah mengatasi hal-hal tersebut adalah dengan membangun sistem aplikasi evaluasi AKIP berbasis web. Namun demikian, persiapan yang matang sebelum melaksanakan evaluasi merupakan salah satu strategi/upaya yang harus dilakukan untuk menjaga kualitas evaluasi, yaitu dengan menyusun desain evaluasi yang optimal agar pelaksanaan evaluasi dapat berjalan dengan maksimal. Desain evaluasi pada intinya mengidentifikasikan jenis informasi yang perlu disesuaikan dengan tujuan evaluasi, misalnya: deskripsi, pertimbangan profesional (judgement) dan __interpretasi. _Jenis pembandingan yang akan dilakukan harus disesuaikan dengan jenis penilaian (penilaian kelayakan/progress, penilaian efektivitas dan evaluasi efisiensi) yang masing- masing memerlukan jenis pembandingan yang berbeda, sehingga memerlukan desain evaluasi yang berbeda. Elemen-elemen dalam desain evaluasi yang harus dipertimbangkan secara spesifik dalam pengumpulan informasi, antara lain: jenis informasi; sumber informasi; metode pengumpulan informasi; waktu dan frekuensi pengumpulan informasi; pembandingan hasil analisis informasi (dampak atau hubungan sebab- akibat); dan 6. analisis perencanaan. Berdasarkan pertimbangan di atas, desain evaluasi AKIP yang perlu dibentuk setidaknya memenuhi kebutuhan berikut: ORONE 77 Sumber Daya, Instrumen dan Alat Evaluasi AKIP Pengorganisasian evaluasi_ © AKIP_—bertujuan untuk mempersiapkan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) evaluator, perencanaan evaluasi, pelaksanaan evaluasi dan pengendalian evaluasi. a. Kebutuhan SDM Evaluator Susunan Tim Evaluator Kabupaten minimal terdiri atas : 1) Pembina : Bupati 2) Penanggungjawab : Sekretaris Daerah 3) Wakil Penanggungjawab : Inspektur 4) Pengendali Mutu : Inspektur Pembantu 5) Supervisor/Pengendali Teknis : Pejabat Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah Ahli Madya atau Pejabat Fungsional ‘Auditor Abli Madya 6) Ketua tim :Kepala Bagian pada Sekretariat Daerah yang membidangi pemantauan dan evaluasi Kinerja 7) Anggota tim - Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan. Urusan Pemerintahan Daerah dan/atau Jabatan Fungsional Auditor - Jabatan Fungsional Perencana pada BKPSDM - Jabatan Fungsional Perencana pada Bappeda-Litbang - Unsur Badan Keuangan Daerah - Unsur Dinas Komunikasi dan Informatika, Susunan Tim Evaluator Perangkat Daerah minimal terdiri atas 1) Penanggungjawab : Kepala Dinas/Badan/Kecamatan 2) Wakil Penanggungjawab __: Sekretraris Dinas/Badan/Kecamatan —/ 3) Ketua Tim : Pejabat Pengawas pada Perangkat Daerah 4) Anggota Tim :- Jabatan Fungsional Perencana - Jabatan Fungsional —Analis. Kepegawaian - Jabatan Fungsional —Analis. Kebijakan - Jabatan Fungsional Pranata Komputer Perencanaan Evaluasi AKIP Perencanaan evaluasi AKIP merupakan kunci penting dalam keberhasilan pelaksanaan evaluasi, karena memberikan kerangka kerja (framework) bagi seluruh tingkatan manajemen evaluasi dalam melaksanakan proses evaluasi. Secara garis besar, terdapat beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan evaluasi AKIP, yaitu: a. identifikasi pengguna hasil evaluasi; b. pemilihan pertanyaan evaluasi yang penting; ¢. identifikasi informasi yang akan dihasilkan; dan 4. identifikasi sistem komunikasi dengan pihak yang terkait. Berdasarkan perencanaan evaluasi, evaluasi AKIP yang dilakukan oleh evaluator adalah melalui Evaluasi Mendalam (in depth evaluation atau disebut “Evaluasi” saja). Evaluasi ini merupakan pendalaman dari evaluasi_ sederhana dan evaluasi terbatas yang ditambah dengan pengujian dan pembuktian di lapangan, baik dari praktik nyata atas implementasi SAKIP maupun kombinasi dengan hasil wawancara mendalam. Evaluasi AKIP atau evaluasi atas implementasi SAKIP secara mendalam tidak harus dilakukan terhadap seluruh elemen, unit, atau pun kebijakan, program dan kegiatan pada _instansi pemerintah/unit kerja. Evaluasi dapat dilakukan dengan pengujian dan pembuktian secara lebih mendalam terhadap uji petik (sampling) atau pernilihan beberapa elemen, unit ataupun kebijakan, program dan kegiatan. Metode dan Teknik Evaluasi AKIP a. Metodologi Evaluasi AKIP Metodologi yang dapat digunakan dalam evaluasi AKIP adalah kombinasi dari metodologi kualitatif yaitu metode evaluasi yang lebih menckankan pada analisa/deskriptif dan metode kuantitatif yaitu metode evaluasi mulai dari proses pengumpulan data dalam bentuk angka hingga_penafsiran dengan mempertimbangkan segi kepraktisan dan kegunaan (kemanfaatan) karena akan disesuaikan dengan tujuan evaluasi yang telah ditetapkan dan mempertimbangkan kendala yang ada. Dalam hal ini, evaluator perlu menjelaskan tujuan evaluasi AKIP, aktivitas evaluasi yang akan dilakukan serta kendala yang akan ditemukan dalam evaluasi kepada pihak yang dievaluasi. Langkah pragmatis ini diambil agar dapat lebih cepat memberikan petunjuk untuk perbaikan implementasi SAKIP sehingga dapat menghasilkan rekomendasi hasil evaluasi yang meningkatkan akuntabilitas kinerja. Teknik Evaluasi AKIP Berbagai teknik evaluasi yang dapat digunakan secara umum untuk memenuhi tujuan evaluasi, antara lain telaah sederhana, survei sederhana, survei yang detail dan mendalam, verifikasi data, riset terapan (applied research), survei target evaluasi (target group), penggunaan metode statistik, penggunaan metode statistik nonparametrik, pembandingan (benchmarking), analisis lintas bagian (cross section analysis), analisis kronologis (time series analysis), tabulasi, penyajian pengolahan data dengan grafik/ikon/simbol-simbol dan sebagainya. Teknik evaluasi yang akan digunakan oleh evaluator dalam evaluasi AKIP akan bergantung pada: a. kedalaman —evaluatan = dalam = memahami— dan mengimplementasikan SAKIP; b. tingkatan tataran (context) yang dievaluasi dan bidang (content) permasalahan yang dievaluasi. Evaluasi pada tingkat kebijakan berbeda dengan evaluasi pada tingkat pelaksanaan program. Begitu juga evaluasi terhadap pelaksanaan program berbeda pula dengan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan; c. validitas dan ketersediaan data yang mungkin diperoleh. Beberapa teknik dalam evaluasi yang dapat digunakan dalam pelaksanaan evaluasi AKIP, antara lai a. Cheklist Pengumpulan Data dan Informasi Merupakan teknik pengumpulan data dan informasi dengan menyerahkan serangkaian daftar kebutuhan data dan informasi yang akan diisi dan dipenuhi oleh Perangkat Daerah secara mandiri, Cheklist kebutuhan data dan informasi berisi daftar dokumen, data dan/informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan evaluasi AKIP Perangkat Daerah. b. Komunikasi melalui Tanya Jawab Sederhana Merupakan bentuk pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan pengajuan pertanyaan secara_langsung. Jawaban yang diterima dicatat secara langsung. Komunikasi dapat dilakukan dengan wawancara secara langsung, maupun melalui media telekomunikasi yang tersedia, seperti telepon, chat, ataupun digital meeting. Dalam hal ini, sebaiknya disiapkan terlebih dahulu jadwal dan catatan mengenai hal-hal atau materi yang akan ditanyakan. c. Observasi Merupakan teknik pengumpulan data dan informasi dengan melakukan pengamatan terhadap suatu aktivitas. Observasi di sini dimaksudkan dalam pengertian sempit, yaitu observasi dengan menggunakan alat indera seperti mengunjungi lokasi dalam rangka mengamati proses dan jalannya aktivitas. d. Studi Dokumentasi Merupakan teknik mengumpulan data dan informasi yang tidak secara langsung ditujukan kepada atau diperoleh dari Perangkat Daerah yang dievaluasi, melainkan melalui sumber literasi lain seperti peraturan perundangan dan media informasi baik cetak maupun elektronik/ digital. BAB IIL MEKANISME EVALUASI AKIP Mekanisme evaluasi AKIP dapat dikelompokan dalam beberapa tahapan, antara lain pendokumentasian, analisis dan interpretasi data dan informasi yang diperlukan dalam evaluasi AKIP, pembahasan dan pengisian LKE, reviu LKE AKIP serta pengendalian, dijelaskan sebagai berikut : 1. Pendokumentasian, Analisis dan Interpretasi Data Aktivitas utama dalam pelaksanaan evaluasi adalah pengumpulan dan analisis data serta menginterpretasikan hasilnya melalui LKE. 2. Reviu Rancangan LKE AKIP Setelah rancangan LKE disusun oleh ketua tim evaluasi, dilakukan reviu secara berjenjang oleh pengendali teknis dan wakil penanggung jawab untuk memastikan objektivitas serta kesesuaian, sebelum akhirnya LKE ditandatangani. 3. Pengendalian Evaluasi AKIP Pengendalian evaluasi AKIP dimaksudkan untuk menjaga agar evaluasi berjalan sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan evaluasi. Aktivitas ini perlu dilakukan agar proses evaluasi tetap terarah pada kesimpulan yang bermanfaat, sesuai dengan target, tepat waktu, serta tepat biaya. Pengendalian evaluasi AKIP yang dapat dilakukan antara lain a, melakukan pembahasan berkala internal tim evaluator; b. melakukan pembahasan berkala antara sesama tim evaluator; dan c.melakukan pembahasan dengan pihak lain yang terlibat atau berpengalaman lebih dalam evaluasi (tenaga ahi). Pembahasan antar evaluator (anggota tim, ketua tim, pengendali teknis (supervisor), wakil penanggung jawab dan/atau penanggungjawab evaluasi) perlu dilakukan untuk menjaga mutu hasil evaluasi, antara lain dengan cara sebagai berikut: a. Reviu tingkat 1, dilakukan di masing-masing internal tim evaluasi; b. Reviu tingkat 2, dilakukan dalam bentuk forum panel lintas tim evaluasi, untuk menentukan standarisasi nilai dan penetapan kategori hasil evaluasi. BAB IV PELAKSANAAN EVALUASI AKIP Berdasarkan pada kebutuhan dalam pelaksanaan evaluasi AKIP, pelaksanaan evaluasi AKIP dilakukan melalui dua tahapan yaitu yang pertama adalah tahapan penilaian mandiri atau yang bisa disebut self assesment dan Pelaksanaan penjaminan kualitas. 1. Pelaksanaan Evaluasi AKIP Secara Mandiri a. Penetapan Variabel dan Bobot Penilaian Evaluasi AKIP difokuskan pada kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dengan tetap memperhatikan hasil evaluasi AKIP tahun sebelumnya. Data dan informasi yang digunakan dalam evaluasi merupakan data dan informasi terakhir yang digunakan dalam implementasi SAKIP saat evaluasi berjalan. Isu penting yang perlu diungkap melalui evaluasi AKIP ini, antara lain : 1) kualitas perencanaan kinerja yang selaras yang akan dicapai untuk mewujudkan hasil yang berkesinambungan; 2) pengukuran kinerja berjenjang dan berkelanjutan yang telah menjadi kebutuhan dalam penyesuaian strategi dalam mencapai kinerja; 3) pelaporan kinerja yang menggambarkan kualitas atas pencapaian kinerja, baik keberhasilan/kegagalan kinerja serta upaya perbaikan/penyempurnaannya yang memberikan dampak besar dalam penyesuaian strategi/kebijakan dalam mencapai kinerja berikutnya; 4) evaluasi akuntabilitas kinerja internal yang memberikan kesan nyata atau dampak dalam peningkatan implementasi SAKIP untuk efektivitas dan efisiensi kinerja; dan 5) capaian kinerja atas output maupun outcome serta kinerja lainnya, Evaluasi AKIP harus dapat memberikan simpulan hasil penilaian beberapa variabel, antara lain kriteria-kriteria yang ada dalam penerapan komponen-komponen manajemen kinerja yang meliputi perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja dan evaluasi akuntabilitas kinerja internal sebagai fakta obyektif Perangkat Daerah dalam mengimplementasikan SAKIP. Komponen-komponen tersebut kemudian dituangkan dalam LKE, sesuai dengan kriteria masing-masing komponen. Variabel-variabel tersebut, yaitu: 1) Komponen Terdiri dari Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Internal. 2) Sub-komponen Dibagi dengan gradasi Keberadaan, Kualitas dan Pemanfaatan pada setiap komponen. 3) Kriteria Merupakan gambaran kondisi yang perlu dicapai di setiap sub- komponen untuk dapat dinilai apakah kondisi tersebut sudah atau belum dicapai dan dapat digambarkan atau tidak. LKE menyajikan komponen, sub-komponen serta dilengkapi dengan kriteria penilaian, dengan bobot sebagai beriut: Variabel dalam LKE AKIP dapat dipetakan sebagai berikut: Komponen Sub Komponen Kriteria ‘1. Perencanaan | 1. Dokumen 1. Terdapat pedoman Kinerja Perencanaan teknis _perencanaan kinerja telah kinerja; tersedia; 2. Terdapat dokumen perencanaan _ kinerja jangka Panjang; 3. Terdapat dokumen perencanaan _ kinerja jangka menengah; 4. Terdapat — dokumen | perencanaan — kinerja jangka pendek; 5. Terdapat dokumen perencanaan aktivitas yang mendukung kinerja; ‘Sub Komponen Kriteri PL [2. Dokumen Perencanaan Kinerja telah memenuhi standar yang baik, yaitu untuk mencapai _hasil dengan ukuran kinerja. —_-yang SMART, menggunakan penyelarasan (cascading) disetiap _level. secara _ logis, serta memperhatikan Kinerja___bidang lain (crosscutting); . Terdapat . Setiap unit satuan Perencanaan Kinerja. perencanaan anggaran yang mendukung kinerja. kerja. merumuskan dan menetapkan okumen Perencanaan Kinerja telah diformalkan; Dokumen Perencanaan _Kinerja telah dipublikasikan tepat waktu; Dokumen Perencanaan _Kinerja telah _menggambarkan Kebutuhan atas Kinerja__sebenarnya yang perlu dicapai; Kualitas Rumusan Hasil (Tujuan/Sasaran) telah jelas menggambarkan kondisi kinerja yang akan dicapai; Ukuran Keberhasilan (Indikator _Kinerja) telah memenuhi kriteria SMART; Indikator Kinerja Utama (IKU) telah menggambarkan kondisi Kinerja Utama yang harus dicapai, tertuang secara berkelanjutan (sustainable-tidak sering diganti dalam 1 periode Perencanaan Strategis); Komponen Sub Komponen Kriteria ~ ~ | 7. Target ~ yang | ditetapkan dalam | Perencanaan Kinerja dapat dicapai (achievable), menantang dan | realistis; | 8. Setiap Dokumen | Perencanaan Kinerja menggambarkan hubungan yang berkesinambungan serta selaras antara Kondisi/Hasil yang akan dicapai di setiap level jabatan (Cascading); | 9. Perencanaan _ kinerja | dapat memberikan | informasi tentang hubungan _kinerja, | strategi, _kebijakan, bahkan aktivitas antar bidang/dengan tugas dan fungsi lain | | yang berkaitan | (Crosscutting); | 10.Setiap —_unit/satuan | | _ | | kerja. merumuskan | | dan menetapkan | Perencanaan Kinerja; | 11. Setiap pegawai | merumuskan dan | menetapkan |___Perencanaan Kienerja. . Perencanaan 1. Anggaran yang Kinerja telal ditetapkan telah dimanfaatkan mengacu pada untuk mewujudkar Kinerja yang ingin hasil vand dicapai; berkesinambungan | 2. Aktivitas yang dilaksanakan telah mendukung — Kinerja yang ingin dicapai; 3. Target yang ditetapkan dalam _Perencanaan Komponen Sub Komponen Kriteria Kinerja telah dicapai | dengan baik, atau | setidaknya masih on| the track; | Rencana aksi kinerja | dapat berjalan dinamis karena capaian_kinerja selalu dipantau secara berkala; Terdapat _perbaikan/ penyempurnaan Dokumen Perencanaan Kinerja yang ditetapkan dari hasil analisis | perbaikan kinerja | sebelumnya; | Terdapat _perbaikan/ penyempurnaan Dokumen Perencanaan _Kinerja dalam — mewujudkan kondisi/hasil yang lebih baik; Setiap _unit/satuan kerja (bidang/bagian | di Perangkat memahami peduli, berkomitmen mencapai yang direncanakan; Setiap memahami dan peduli, | serta _berkomitmen dalam mencapai kinerja yang telah Daerah | dan serta dalam kinerja telah Pegawai direncanakan. 2. Pengukuran | 1. Pengukuran Terdapat _ pedoman Kinerja Kinerja —telah| ~—teknis._~—_pengukuran dilakukan; Kinerja dan Pengumpulan data kinerja; —¢ ~ Komponen Sub Komponen "Kriteria 2. Terdapat Definisi Operasional yang jelas atas kinerja dan cara mengukur indikator kinerja; 3. Terdapat mekanisme yang jelas terhadap pengumpulan data kinerja. yang dapat diandalkan. 2. Pengukuran ll. Pimpinan selalu_terlibat Kinerja _telah| sebagai pengamil menjadi | keputusan (Decision kebutuhan | Make dalam mengukur dalam | capaian kinerja; mewujudkan 2. Data_—ikinerja_—yang Kinerja secara|_dikumpulkan telah Efektif dan| relevan untuk Efisien dan | mengukur capaian telah dilakukan | kinerja yang secara berjenjang| diharapkan; dan Data kinerja_-yang berkelanjutan; dikumpulkan telah mendukung —_capaian kinerja yang diharapkan; 4. Pengukuran kinerja telah dilakukan secara berkala; 5.Setiap level organisasi melakukan pemantauan atas pengukuran capaian kinerja unit dibawahnya secara berjenjang; 6. Pengumpulan data kinerja telah memanfaatkan | Teknologi Informasi (Aplikasi); '7. Pengumpulan capaian | kinerja telah memanfaatkan Teknologi Informasi (Aplikasi) {_ Komponen Kriteria = : jl. Pengukuran Kinerja Kinerja telah} telah menjadi dasar dijadikan dasar| dalam penyesuaian dalam (pemberian/ pemberian Reward dan Punishment serta penyesuaian strategi dalam mencapai kinerja | yang efektif dan efisien. pengurangan) tunjangan kinerja/ penghasilan; 2. Pengukuran Kinerja telah menjadi dasar dalam _penempatan/ penghapusan Jabatan | baik struktural_maupun | | fungsional; | . Pengukuran kinerja telah | mempengaruhi penyesuaian (Refocusing) Organisasi; 4. Pengukuran kinerja telah mempengaruhi penyesuaian _Strategi dalam mencapai kinerja; ‘5. Pengukuran kinerja telah mempengaruhi penyesuaian Kebijakan dalam mencapai kinerja; Pengukuran kinerja telah | mempengaruhi penyesuaian —_AKtivitas | dalam mencapai kinerja; 7. Pengukuran kinerja telah | mempengaruhi i | penyesuaian Anggaran | dalam mencapai kinerja; | 8.Terdapat efisiensi_atas penggunaan —_anggaran dalam mencapai kinerja; Setiap unit/satuan kerja (bidang/bagian di Perangkat Daerah) memahami dan peduli atas hasil pengukuran kinerja; 110. Setiap pegawai memahami dan peduli atas hasil pengukuran kinerja. Kinerja telah memenuhi Standar menggambarkan Kualitas atas Pencapaian Kinerja, informasi keberhasilan/ kegagalan kinerja serta upaya perbaikan/ penyempurnaan nya; | 8. 2. Kinerja_ telah disusun | secara berkualitas sesuai dengan standar; Dokumen laporan kinerja telah mengungkap _seluruh informasi tentang pencapaian kinerja; Dokumen Laporan Kinerja telah menginfokan perbandingan _realisasi kinerja dengan target tahunan; |. Dokumen Laporan Kinerja telah menginfokan perbandingan _realisasi kinerja dengan target jangka menengah; Dokumen Laporan Kinerja telah menginfokan perbandingan __realisasi kinerja dengan realisasi kinerja —_tahun-tahun sebelumnya; Komponen Sub Komponen Kriteria | 3. Pelaporan |1. Terdapat 1. Dokumen Laporan Kinerja Dokumen Laporan| Kinerja telah disusun; yang 2. Dokumen Laporan menggambarkan Kinerja telah disusun Kinerja; secara berkala; 8. Dokumen Laporan | | Kinerja telah | diformalkan; | 4. Dokumen Laporan. Kinerja telah direviu; 5. Dokumen laporan | kinerja telah dipublikasikan; 6. Dokumen laporan kinerja telah disampaikan tepat | waktu, ;Dokumen Laporan [1. Dokumen Laporan | | 6. Dokumen. Laporan | Kinerja telah | menginfokan perbandingan _realisasi | kinerja dengan realisasi kinerja di level nasional/internasional (Benchmark Kinerja); 17. Dokumen Laporan | Kinerja telah | menginfokan _kualitas | | atas | | keberhasilan/kegagalan | mencapai target kinerja beserta upaya nyata dan/atau hambatannya; 8. Dokumen Laporan Kinerja telah menginfokan _efisiensi atas penggunaan sumber daya dalam mencapai kinerja; | Dokumen Laporan | Kinerja telah menginfokan upaya | perbaikan dan penyempurnaan_ kinerja | | ke depan (Rekomendasi perbaikan kinerja). B.Pelaporan Kinerjal. Informasi_ dalam telah memberikan) laporan kinerja selalu dampak yang besar menjadi perhatian dalam penyesuaian) utama pimpinan | strategi/kebijakan | (Bertanggungjawab); | dalam mencapai2. Penyajian informasi | kinerja berikutnya. | dalam laporan_ kinerja menjadi kepedulian | seluruh pegawai; . Informasi dalam | laporan kinerja_berkala | telah digunakan dalam penyesuaian —_aktivitas. | untuk mencapai kinerja; 4. Informasi dalam laporan kinerja_berkala telah digunakan dalam | ~ 2. Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Internal telah dilaksanakan secara berkualitas dengan Sumber Daya yang memadai; B. Komponen Sub Komponen Kriteria penyesuaian penggunaan anggaran untuk | mencapai kinerja; '5. Informasi dalam laporan kinerja telah | digunakan dalam 1 evaluasi pencapaian keberhasilan kinerja; | 6. Informasi dalam laporan kinerja telah digunakan dalam penyesuaian perencanaan _kinerja yang akan dihadapi berikutnya [7. Informasi dalam laporan kinerja selalu | mempengaruhi | perubahan budaya | kinerja organisasi. 4. Evaluasi ‘1. Evaluasi 11. Terdapat pedoman teknis Akuntabilitas| Akuntabilitas Evaluasi AKIP Internal; Kinerja Kinerja_ Internal 2. Evaluasi AKIP Internal Internal telah telah dilaksanakan pada dilaksanakan; | seluruh unit | kerja/Perangakat Daerah; .Evaluasi AKIP Internal telah dilaksanakan secara berjenjang. -Evaluasi AKIP Internal telah dilaksanakan sesuai standar; Evaluasi AKIP Internal telah dilaksanakan oleh SDM yang memadai; Evaluasi AKIP Internal telah dilakasanakan dengan _pendalaman yang memadai; .Evaluasi AKIP Internal telah dilaksanakan pada seluruh unit kerja/Perangkat Daerah; .Evaluasi AKIP Internal telah dilaksanakan Komponen ‘Sub Komponen _ Kriteria ] menggunakan Teknologi | Informasi (Aplikasi) dan efisiensi kinerja; dengan | hasil internal. mendukung _ efektifitas 5. Telah terjadi_perbaikan dan peningkatan kinerja 6. Implementasi_{1.Seluruh _rekomendasi | | AKIP telah | atas hasil evaluasi AKIP meningkat internal telah | Karena evaluasi| ditindaklanjuti; Akuntabilitas 2. Telah terjadi Kinerja Internal) peningkatan sehingga implementasi — SAKIP memberikan dengan melaksanakan kesan yang nyata| tindak lanjut —atas | (dampak) dalam| rekomendasi hasil | efektifitas dan| evaluasi AKIP internal; | efisiensi kinerja. 8. Hasil Evaluasi AKIP | Internal telah dimanfaatkan untuk perbaikan dan | peningkatan | akuntabilitas kinerja; 44. Hasil dari Evaluasi AKIP Internal telah dimanfaatkan dalam memanfaatkan evaluasi AKIP | b, Pengisian LKE AKIP Penilaian dilakukan pada sub-komponen evaluasi AKIP dan setiap sub-komponen dinilai berdasarkan pemenuhan kualitas dari kriteria. Sub-komponen akan dinilai dengan pilihan jawaban AA/A/BB/B/CC/C/D/E, jika kondisi atau gambaran kriteria sesuai dengan gradasi nilai sebagai berikut : enjadi percontohan secara AA Vika kualitas seluruh kriteria telah terpenuhi (Bobot nilai 100) (100%) dan terdapat upaya inovatif serta layal nasional, A jika kualitas seluruh lupaya yang bisa dihargai | Ikriteria tersebut. {Bobot nilai 90) _|terpenuhi (100%) dan terdapat beberap: kriteria__ telah, dari_pemenuhai BB jika kualitas seluruh_—kriteria _telah| (Bobot nilai 70) | (Bobot nilai 80) terpenuhi (100%) sesuai dengan mandat Ikebijakan. B Vika kualitas sebagian besar __ kriterial telah terpenuhi (>75%- 100%) (Bobot nilai 30) E (Bobot nilai 0) ~ cc fika kualitas sebagian besar kriteria telahl (Bobot nilai 60) _ terpenuhi (>50%-75%). i (} jika kualitas sebagian kecil kriteria telah] | Bobot nilai 50) _ {terpenuhi (>25%-50%). x ie kriteria penilaian akuntabilitas kinerjal elah mulai dipenuhi (>0%-25%). jika sama sekalitidak ada upaya daland lpemenuhan kriteria penialaian akuntabili Ikinerja. Setiap sub-komponen kriteria yang telah diberikan_nilai dalam pemenuhan kriteria harus dilengkapi dengan catatan berupa keterangan beserta bukti daftar dokumen yang mendukung dan relevan. Nilai pada sub-komponen yang telah terisi akan terakumulasi sehingga diperoleh nilai total (hasil akhir) di setiap komponen . Penyimpulan Data dan Informasi setelah Pengisian LKE Nilai hasil akhir dari penjumlahan _komponen-komponen memberikan gambaran tingkat AKIP, dengan kategori predikat sebagai berikut: Predikat Interpretasi AA Sangat memuaskan 7 | (Wilai > 90-100) ffelah terwujud Good Governance. Seluruh| inerja dikelola_ dengan _sangat memuaskan di seluruh unit kerja. Telah terbentuk pemerintah yang dinamis, ladaptif dan efisien (Reform). Pengukuran Kkinerja telah dilakukan sampai ke level individ i A IMemuaskan - (Nilai> 80-90) [ferdapat gambaran bahwa__instansi emerintah/unit kerja dapat memimpin| perubahan dalam mewujudkan, pemerintahan berorientasi hasil, karena jpengukuran__kinerja__telah__dilakukan] Predikat (Nilai > 70 - 80) ~ Kurang | Interpretasi lsampai ke level eselon 4/pengawas/sub, ‘erdapat gambaran bahwa AKIP sangat aik pada 2/3 unit kerja, baik itu uni erja utama, maupun unit kerja ndukung. Akuntabilitas yang sangat aik ditandai dengan mulai terwujudny: fisiensi penggunaan anggaran dalam) encapaikinerja, _ memiliki__ sistem] erbasis teknologi informasi _serta pengukuran kinerja telah dilakukan jsampai ke level eselon 3/koordinator. | a. Q ~~“ ik pada 1/3 unit kerja, khususnya pada| nit kerja utama. Terlihat masih perlu| danya sedikit perbaikan pada unit kerja, ‘serta komitmen dalam manajemen kinerja. Pengukuran kinerja baru dilaksanakan| \sampai dengan level eselon 2/unit kerja. | ‘Cukup (Memadai) — erdapat gambaran bahwa AKIP cukup, ik. Namun demikian, masih _perlu| nyak perbaikan walaupun __ tidak) endasar khususnya akuntabilitas kinerjal da unit kerja. Sistem dan tatanan dalam AKIP kurang lapat diandalkan. Belum terimplementasi, stem manajemen kinerja sehingga masih erlu banyak perbaikan mendasar di level usat. B (Nilai > 60 - 70) cc (Nilai > 50 - 60) c (Nilai > 30 - 50) D (Nilai > 0 - 30) sistem dan tatanan dalam AKIP sama) \sekali tidak dapat diandalkan. Sama sekali belum terdapat penerapan manajemen| inerja sehingga masih perlu banyal erbaikan/perubahan yang __sifatnya angat mendasar, khususnya dalam) limplementasi SAKIP. Bien kurang d. Pemantauan Berkelanjutan Untuk menjaga obyektivitas dalam penilaian, perlu dilakukan reviu secara berjenjang atas proses dan hasil evaluasi dari tim evaluator dengan pengaturan sebagai berikut: 1) reviu tingkat 1, dilakukan di masing-masing tim evaluator oleh supervisor tim; 2) reviu tingkat 2, dilakukan dalam bentuk forum panel seluruh tim evaluator, terutama untuk menentukan_ standarisasi_nilai dan penetapan kategori hasil evaluasi. 2. Pelaksanaan Penjaminan Kualitas Sekretaris Daerah /Inspektorat melaksanakan _penjaminan kualitas atas hasil penilaian mandiri Evaluasi AKIP Kabupaten dan Perangkat Daerah. Hasil penjaminan kualitas disusun dalam bentuk laporan sebagaimana terlampir. BAB V PELAPORAN DAN PENGOMUNIKASIAN HASIL PENJAMINAN KUALITAS ATAS HASIL EVALUASI AKIP Setiap surat tugas yang diterbikan untuk pelaksanaan — penjaminan kualitas AKIP harus menghasilkan LKE dan Laporan Hasil Penjaminan Kualitas. Laporan Hasil Penjaminan Kualitas AKIP disusun berdasarkan berbagai hasil pengumpulan data dan fakta serta analisis yang telah didokumentasikan dalam LKE. LKE tersebut berisi fakta dan data yang dianggap relevan dan berarti untuk perumusan temuan permasalahan serta saran dan rekomendasi perbaikan peningkatan AKIP. Data dan deskripsi fakta ini ditulis kemudian dianalisis (pemilahan, pembandingan, pengukuran dan penyusunan argumentasi) sampai pada simpulannya. Pada Perangkat Daerah yang sudah pernah dievaluasi, pelaporan hasil evaluasi diharapkan menyajikan informasi tindak lanjut dari rekomendasi tahun sebelumnya, sehingga diperoleh data yang dapat diperbandingkan dan dapat diketahui perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan. Laporan Hasil Penjaminan Kualitas AKIP Kabupaten disampaikan kepada Sekretaris Daerah dengan tembusan kepada Bupati, Laporan Hasil Penjaminan Kualitas AKIP pada Perangkat Daerah disampaikan kepada pimpinan Perangkat Daerah yang dievaluasi dengan tembusan kepada Bupati dan Sekretaris Daerah. Format Laporan Hasil Penjaminan Kualitas sebagaimana diuraikan pada lampiran IV. BAB VI PENUTUP Evaluasi AKIP merupakan bagian dari siklus manajemen_ kinerja Perangkat Daerah. Dengan ditetapkannya Pedoman Teknis Evaluasi AKIP ini, diharapkan Evaluator dan APIP memiliki acuan yang sama dalam melaksanakan evaluasi dan penjaminan kualitas. Pada akhirnya keberhasilan pelaksanaan evaluasi AKIP diharapkan dapat mewujudkan tujuan dari implementasi SAKIP, yaitu meningkatnya kinerja dan akuntabilitas baik pada tingkat Instansi maupun Perangkat Daerah. ~BUPATI INDRAMAYU, LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI INDRAMAYU NOMOR : 46 TAHUN 2023 TANGGAL : 31 JULI 2023 TENTANG : PEDOMAN TEKNIS EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU. HASIL EVALUASI AKIP (DINAS/BADAN/KECAMATAN) TAHUN PENILAIAN 1 [Perencanaan Kinerja 2 [Pengukuran Kinerja 80,00 00 3 elaporan Kinerja [15,00 [0,00 4 [Bvaluasi ‘Akuntabilitas25,00 ,00, inerja Internal jelum Input [0,00 [Predikat Predikat Indramayu, tgl, bulan, tahun Tim Evaluator Perangkat Daerah .. Penanggung Jawab, Wakil Penanggung Jawab, Kepala Perangkat Daerah Sekretaris Perangkat Daerah C ) (.- Pangkat Pangkat NIP NIP Ketua Tim, Anggota Tim : Pejabat Pengawas PD. JF Perencana C o JF Analis Kebijakan Pangkat JF Analis Kepegawaian NIP JF Pranata Komputer / BUPATI INDRAMAYU, Z. NINA AGUSTINA “pedng yao ueydeioup ues (efroury ueeueouased anqeBuow! Sued yr{a1 qenuow esuurefeprp) uveuvouaied vfioupy eueouar uaumnyop ueunsnsuad ueunsndued | sje} ueuopad. uewropeg | usumop _uexyedeq -efioupy ueeueouased stuxja} ueuopad yedepsay,| 1 FELON, “e1pesi9} yetor ehoury Isia ueeueoualod NVIVIINSId NOVI (NVLVINVOax /NVaVa/SVNIC) dINV ISVOIVAS Vraay NVEWT NAVINVAGNI NALVdNdVY HVLNIAGNad NVONNMONTT Id HVLNINGNGd ISNVLSNI VPNGNDI SVLITIGVINOYVY ISVNIVAR SINMGL NVNOGSd = ONVINGL €20e Tiar ic : IVDONVL €20g NOHVL 9¢ : ¢YOWON NAVINVAGNI LLVdNd NVANLVAGd Il NVAIdNVT | ehoury = uerfuelieg wrerep ueseses: ueredes Sunynpuow year yeyede yer ysenyeao unye (Yd) | ‘eheury — uerfuefieg vhioury —uerfuefieg| see Isyy eURoUOy -efiouny Sunynpusur Isiv eueouay | usunxop uvyyedeq | Sues seyanye ueeuvouared uoumyop yedepiel | ¢ | aWrad wesuep | | serps yerar yexede (ax) eurerg | nner (nx) eureIn vhoury — Joyeyspuy| efeury = s01e;p UT uep isenqeaa|uep (fq) eLoury, unyeL (vid) efieury | uerfueliog = ‘WENA ‘epued uerfuefieg ——‘efuay | ueumyop uespedeq | eysuef efioupy ueeuvouoied uoumyop yedeprey| + awra’d uoumnyop —_ueBuap | serejas yp ypyede sisyeue uep 19} ‘VALSNGY “yesuoueur ensuoy | uounyop uvyzedeq | eySuef efiour, ueveueousiod uoumyop yedepioy| © (yesoep yeyBuerd — dnxsur, eped eyuranp 4epy ddrda “Buefued jut uewmyop) cara | ueumyop ueyzedeq | eyuef efioury ueeueouoiod uowmyop yedepre| —Z epume junusweur Uerey efoupy uewnyod | aT | ‘siBorens uereses ueredeo qeaef Sun88ue ueSequiod yedepi9} URI yeyede — Burppospd Burpvospo (sid) | (sd) vfioury, “efioury ueeuwoueleg UBydejauaUL vfioury —_ueifuefieg | uerfuefteg ny | ep _ueysnumsour vfioy uenyes yun deneg| 2 efroupy amin 32103 uep soyexput 398123 ueredeo Suninpuaur etpasiay Sues essue eyed yeue uep Ae} | ‘(vddaq) = uesesBuy uveuRsye[od (Wada) veressuy ueyeqnied ueeuesyead uawnyoq ueyeqnieg uoumnyoq | neye/uep vad -ehiaupy Sunynpusut 91 ner /uep Vdd wounsjop ueyyedeq | Suek ueres3ue_ueeuvouaied uumyop redepiol, (vd) ueeouaied uauiNyop “npjem jeday uByIseyqndrp ie ansqam jooysusaig | yey ep 49D | YEIA efioury ueeuroualed uaumyog| @ (wort id) ehioy ueifueliog “(on) npiIpuy (ueyesedued vhoury = soyeyFpuy | pesBuey uep vfioury ——10yex{!puy | Jowrou) deo 1p uep om) vureyn | Sueuamsoq yequiod efioury = goyexFpuy | Yoo ruBBuEyepuEy “efuoy ‘esuay)|1p uep uexyesip uveuvouasod | year uownyop uoumnsjog | yexede puey | “weyTeuuoyp Yep) efroury ueeuBoUeseg UoUNYyeC | —_T = - _ PBUOW IY, (6upmossouo) ure, Buepiq efiouny ueyneyredwout eyes siBo, erwoas [ena] denasip (6urpposvo) ueserejasued ueyeunsiueur “LaVINS Buek vfioury = uemyn uesuap ysey ist redvououwr = ynjun 006 marek ‘yreq Buek venuias | Sue vfisuey ts1puoy, ueyrequiessuaur - i uvzeses | uvyrequresfuau Bue | yepns yexede uep uen{ny|ueseses uep uenfny | uereseg —10yeyIpuT “pedvorp | uesesejesoy | uesnumed = sey | uep uenfhy | ueye Sued efiouny isipuoy uesrequessucu sejof UByNSeUAW | SISHeUY ehioy seEy | JOYEPUL — sIsHeUY | Yel) (ueseses/ueNfny) Ese UesnUNY seMeNy | + | (xd) efoury = uerfurefiog | wep (ri) prrpuy | vfioury — z0ye:pUy | ‘(om) Buren | vfioury — s0yeypuy | eped ehroury (vada) weressuy | 198.11 ueredvo | ueeuesyejog | Bunynpusw — year | ueyeqnueg ueumyoq | ueyeuesyenp sued | %OOT | UEP vd (4a) | wereriax qns yexede | snuey efoun|etouny — uerfuefiog | (vada) weresduy | ueeueouased ) npiarpul ueeuesyelog | uaumnsop | efsa s0vexpUI ueyeqnue, ‘redeorp njiod Sues ehureuoqas ueep (ax) eure omongen | sisuy ene ueymnges emrequeemmuans| | Wds _38ey,| efioury ——_soyempuy | nee / ep Vdd AO | YI —wfroUY —uweuoUOFg —uoumyoq’| | yedoy | Sues je88uey eped yerseq — yeySuer0g quisaz ausqan peoldnip UR epeday, VLVVLAW | (AMI) BUR, aiqouipjsns) ueynfuejayieq vreses Suenzio} ‘tede: uenuegied | uep (yi) eureig | efreury soyexrpuy —_| suey Sued eurern efioury s;puoy UexrequressuaU | ie yedepiay exe | elioury JoyexIpuy sisyeuy “I | Year (ax eure} ehoury, soyex!puy 9 “%001% | JoyeHIPUT [EIOL, | weq Ip uetpnwey LaVNS BuO vhoury | rynuowow ued soreypur = yenweur| soyey;puy = yeu. sues ueeouaied | Suoyg —-ueyeIBoy uauns{op werep|qng uep ueyeay ueieq/qeq “LAVINS | ‘weido1qg ‘uereseg eye © rynuawour| ‘uenfny —s0yey!PUT year efiouny ueyyidureuout | uendure, | soyeypuy uesnumsed | Sues ——ueyequrey, {AVNS He, ryNueUU | yeu MM | sisqeuy efiey seyey | eliey sewey yeng | yejar (efeury soyeyrpuy) Uueiseyioqey ueinyn s ueseses uep uen{ng | uesnums ueyreq | -wessuow Buek GPdd | wees-uased uounyop uvBuap | urerep ueeq yereeq | uep qeq ‘(ewooyno exuumjoqes | qexBueseg | sejUoLOLEq uep | euoIy ueguep vfoupy | eXusererp — ueumnaop | ueyexzeq rut eLOILDy ueeuvouesed | ueSuep ueserejasoy) | ‘redeorp ujSur Buek uaumnyop | redeorp isestue8io — uenfn | yeyuuouteg jsue}suy efoury uesodey sey nIADY wre eyeL, wep efioury, uesodejad ‘sa, ainfumag Suejua} 610z nye, 91% dnqied rensos ‘(aM) eurein, efoury, Joye xIpUT | ueyeqniod | vpe uexyetoqry ensuay, ueyeqnied uep yerseq yexuereg | | myejeduou mun amypyeia} uy} © nem unin (a) ‘efroury ueifurefiog uep VaLSNaa uoumnxop urepep (nx eure, efroury soyex:puy ‘uexjSurpuequiow ueBuep sisteuy ue eT yessep yexsuvsed Isyodm ueBuop ueyTex10q (nx eurein, efroury soyex!puy yexede siseuy —ByT0s, redeoip ursur gues uereses uep uenfng ueyrequiessucw yetay yexede “(siBareng ueeueouaieg apotiod | wefep Guesrp BuLles sepn - (Di) Nperpur efoury, Joyeyipuy uep (id) vfoury = ueifuefieg Bupvospy _uewnyoq uveundedepuag | Heya ueInyesod | voeq) ueyeqel | aejue ehroury, ueserejasoy sIsIeuy ueynyey] “(d) vfoury — uerfurefieg ueuep uexsurpueq Pel npiatpuy efioury, soyexIpuy uep Burpooso uoumsop _ueyredeq *(6upoosyd) ueyeqel Jeno] demos ip redeorp ueye Sues pseH/Is!puoy, eigjue = swuepas = eas. «= ‘ueBuNquIeUTSayZEq gueé uegunqny ueysequiessuaut efiaury —ueeueousrag —uawinyoq dena dV I ava anypyes9y unyey (e8n) ¢ nem weep uereses 10785] UT qe81e) ueredvo steuy “snstear uep ‘Bueyueuou ‘(jqpaanjov) redeorp yedep vfraury ueeueouaieg urefep ueyderoyp Bueé 308s, VLVGVLIN ueuep sers — snuey (ax eure} efioury 40yex1pUy urejep —ueredvo snumy sisqeuy “¢ “ueynfuejaxseq eiresas § Suenzio} ‘yela} yexede I -Suiseur T eheupy | ans uep Burpoosvo uaumnyop (om) nperpuy ue8uep serejas ehoury, yey yeyede ‘ays | | doyex!puy | efiaupy bupyosvo uep | uep (Ty]) NPIATPUy | | uaumnyop | dis ‘(IMI) ApMrpuy| efeury = soyexIpuy “efroury ueeueoUateg | ueyedeg | eboury ——_soyeyypuy | uownxop —_siseuy | uexdejouew ep ueysnumueur pemvsed denag| 1 | oo ‘elioury uveuvousieg UeydejouaUT : . _ wep ueysnumsour efiey uenjes/iun denag | or (6umnossous) eéuqemelsunssuey ueBequied yeu ‘Suepiq edesoqaq, qemef Sun33ue, —ipefueur | Sue efroury uereses “(Sumnossou5) weyespieq Bues urEl IsBuNy (ere yedepiay | uep svn} ueSuep/Suepiq see seuANye ueyyeq Lueyede ‘Gupposn9 | ‘ueyeliqey ‘Berens ‘efieury ueSunqny Bueyuay Surynossow usunsjoq | uaunyop DHL | seuOyUy uexPquiou jedep efiouP] ueeUBoUAIEg| 6 ‘(Gupwosvo repusw sinqun BHOED reseqos 10% uUNYeL, 68 JOWON ISeR|ONG ISPULIO}OY uep reson anjeredy ueyeqnieg uaumyoq | SIV eueouey ‘edeorp uisur Sues efroury | neye/uep vad | ueunyop — sisyeuy |Sunynpusw yelay uexeuesyenp Sues seyanyy| Z| (aa) | vhoury — uerfuefiog urerep ‘auz09}no ye8rey—ueredeousd |Bunynpuow —yejar (vdaa) ueres3uy | (a) ueeuesye lad vhoury = uerfuetreg ueyeqnieg “(wdda) ueres3uy | uewnyoq neye/uep ueeuesyeied | Vdd werep yndino ueyeqrueg uaumyoq | i081) uedeyoued yedeorp uur Bues elroury neye/uep Vad yeyede —sisyeuy eped novSuaur yea} ueydejeyp Sued ueressuy| 1 2eUOy, ‘uedunqureuysaieq Buek ysey ueypnfnmour angun sua uespeeyueutp unpeg 0o'ST | yee vfroury, ueeuvoualed | 9° yeroeq| 7 . yeysueied Ip remeod Buiseut “ueyeqnieg | BIzOy nog |ueypninmeu ureep elieuny UueeuBouareg | vfuay ‘ensuey isiay | yexede siseuy | uounyoq ueeumduiedued/ueyreqied _yedepsay, 9 | . "upped /efuar | a | /ensuar | uaumsop IstAer wey yseyguew — ueuap pnfueprepunip yeier qnfueprepun Bu eouas/(uawaaosdust eduumnjaqas efioury uexrequed sisteue ensuay | fo vai) | Isey [ep uvydejoup Sues vlroury uveuwoUarEg Isenyeae wreoy wied | IOV YBede sisifeuy | uouNy0q UeeUINdulesued/uByFeqied yedepiol,| (ueuepun ‘“pey = sreyep ‘uaymou “0194) efioury isenyena yedes | efioupy jsenyeaa | usumyop uexyedeq qeder uaumyo0p AgTva “epeysaq | “PS 1 ML AGTVC| werode, uexSurpues | ereoas nejuedip nyejes efioury ueredes euarey, uep sy euvouay | Isyy BURoUeY JEL sTueUIp uEefieq edep vfoury isye euvoueN| > | Agiva yoouy 1yBu ayn uo b PST AL AGTVG | Uerode, ueysulpues | yIseu eAUyEpHes Neye “YFeq UeBUEP Tedeorp YeIey uep Isyy euBouay | Isyy PuROUDY JeUYT BlioUrY UeeUROUAIEY WEEP UByderoUp BULA JoHTEL | € Isyy BUBDUDY ueseses BLouny 2 : vadd) —-uexeS8uy | ueredeo Sunxnpuou ueeURsyeled | UPI} yexede yeysuesod velioury uerodejag angun efroupy eyep | ‘seja, —->ynfunyog | wqurup | ueYe[OBued dOS Uep | BuB}UA 610 aepn stay | wep — uejndumBuog | unyey, oz dnqieg -efioury eyep ueindumsuad uewoped|dOS _uep dnqiag |: s{uyay, ueWoped | uep efioury uBIs{nBued stuja} uewOped yedepsey, | 1 ueuedejod ueypoquicut (on) aperpuy Sues yereeq vfioury Joye 4IPUT qeyBuereg d¥g | ueunyop —-ueBuap “ueyeueouadtp ainqun | uep (pI) Mpiarpuy | sexejos yejar GS | Yelar Buek efioupy redeoueu: wrerep uoUNTUOyIEq WHS 2eUrT | eleury soyey{puy | uswnyop —_sisyfeuy | wes ‘ynpad uep jueyeuou remeZog deneg| 8 \ Se31Baqu] “uByeuBoUadIp eyed ep Bupposns | yejay uek vfioury wedeousur urepep veunnuoyi0q (4d) efioury | eyes yInped uep rureyeueur (Yereeq yexSuBieq ueifuefiog uoumnsoq | 1p _ueieq/Buepiq) eliey uemes/yun deneg| 2 (vddq) ueres3uy ueeuess eed ueeueouasod ueyeqnieg ueumyog | ueunsop weqeqnied “‘ueyeqniad (Md) | zesep pefusut ehoury —_ueifuefieg | ensuey —Isenyeag “req YIqey BuwA [sey /Istpuoy une 006 tpefueur year ehioury uemyniueg | az | | yequLeuied Isueysuy stusig sa80ig | | ied = weunsnduag | | Bueju9} g10z unye_ 61 J0WON enjorg jseULE}Oy uep ereson amjeredy ueeunsesepueg vfioury eyep | Hoya uemyeiog ueyejoueq gOS wep | ueBuep sere[as eyep —-uejndumBuag | yejay uvynsed | -ueyrepuerp yedep Sued efioury erep uendumsuad | dos _uep__ SIsOud | ‘SIdOud sisyeuy|depeyioy svjef Suek ewsrueyeu —yedupia, € VIVOVIAN = ueBuep sexes yejy efioury — anynBueur | ‘eres uep [euoiseiodo | VLVCVIAW Uep | isiuyep —— ueysed (ny) eureyn efeury | ‘(ny]) eurern efeury “efrieupy Joyey!pur ANyNBueu! eres uep efTaUT, JoyeIpU] —_ueUM{oq | 1oYEHIPUY _siseUy | se supe Buk jeuo'sesodo ysruYyoq yedepieL| _z : | qeiupouieg isueysuy : ’ | | ehoury uesodey sery nyaay wreO BIBL, UEP dIMV1 weep andurey9 seGe uvseses isest[eor seye eyep _Jequing eieury JoyexIpuy Sunynpued efoupy sey siseue yedepiay yexede ‘dIMV1 I ava yeurT -ueydesreyrp Sues efroupy ueredeo Sunynpuow yer} ueyndumsp Bues vlioury vied aDIVT weep audureyioy e8e ueseses Isesi[eor see eyep _soquing ueag[ar BLOT] anqun “LAVNS uerinduod ‘elroy seqioy sisyfeue [sey -ueydereyrp Sued efioupy ueredeo anynBuow yMUN wenger yejal ueyindumsyp Sues efour, eed (pey, zeyep uep ueSuepun ‘uaimou ‘o70y) efoury isenyeao qedes urepep yereeq yeysueiad ueurdund ueyeqy19 19% Iseyuounsoq -efroury ueredeo anynduew weep (aypu uorswap) uesnynday pquresued reSeqes yequiey nyejes _ ueutdurig ureinfire]oys9q uep Suefuatioq wreoes URN ye Iar uep uaisya WEP Jno wresas eau, ueypninssut urepep _ ueyrangey, uprensoAued eyes “ueurysiung uep premoy uenequied wrepep 00'ST |zesep = ueypelip ue efroury uemynsuag | 9°% ‘efroupy eyep wey | -indumguour ynjun yereq — yeyBueseg puom ueyeunsip “su uep jaoxa Buek |, ueyeey “(isexydy) seusoyuy ojouyaI, ‘sw TeuUyA | [sexyde joysuaei0s |-ueWed —yaoofuaUI | UEPeYjUEUOWT YEIO} wfloUr] Ueredeo UeMyNBUdg| 1 a vhoun wep, ueyindumsuaur | aymgun | yeroeq —yeyBuesog piom | uvyeunsip ‘su: uep ja0xe | Sues |] ueqeeyueured -(iseyydy) seuIOJUy BojouyaL, ‘su eunuyN | _Isexyde joysuaes0s yoooSuou | ueyyeyjuewour yeloy efioury eyep uejndumBueg| 9 = 1senjend a “Suvfualieg ereoas unyey isyy eueouey | syy euRoUay sere | eduyemegip qu efrouP; Ueredes uemyNBued sue. asuour [sey uBsodey | asuoy uesody] yeyry | UeNeyUeUIad UBxNyZEIaUW Is¥sTUKTIO Jens] denog| —¢ wenyeao aqened unyes b PS 1 AML Aare wreses uByNyYREP _ywIey _efieury__uemynBueg |b (oor) ewes Resets et yereg | qexBuesag eped LOS ueyeqnied — 3rexs07 | urempe/umny | zesep uaumnyjog | yexduered vped MLOS Ueyeqnied uvrensaduad ueuop yreyi0y Sues ueime — depeyiay ueyaoofued ueynye] ‘ysestueBio (ursnoofas) uepensacuad rynreSusdwow —_yejay—efieupy —_ueinynBuag uaiua Yeo sepjong [SeULIO}OY uep eieBoN anyeredy ue eunsexepuad 4 | | joysusais ueyyedep ueyderoup yet gued ueveqel -jeuors8uny undneur ueynangoy vay MEV AVPNY | eNPIN.As yreq UEZeqUP Uesndeysued /ueyeduIsuad ied | AVPNV _ueuxoq | uaunyop yeyr] | werep sesep tpefuaur yejay efoury uesnynBuog | ampyesay psure; | uejnq — ueyedepued “uepseysued /efroury | uep nyefiey iseyyde | Sunsi depeyas; | ueSuefuny (ueSuemBued/uenequied) uerensedued | ueyaoofued ueyne wrerep sesep rpefuaur yppey efioury uesmanBuog uaIsyo uep jnyee Sued efroury pedeouour weep oyens uveURsse[od jepewiour Suek ueyeqniag | ueres8ue Sunynprp ueumnyoq: ep | (nM) ‘eureyn, (ax) euran vfioury| efioury — sojeyypuy | “efiouny redeouow: wreyep uese9Bue uePenseIpUT x9 |iynreBuedwew —yejay —efroury, = uemynBueq| 9 (ny) eurein, efroury sorex PUL | depeyioy yeioeg yexBueLag ynsesuedieq (nm) eure LOS yesseg exBuesag | efioury Oye IPUT ueyeqniod | (Ay!) eurein vloury| uownyop depeyioy) —eftoury redeouew urepep uexeliqay werensosued yeyede 9 | soyeyIpuy —_uawNy}oq | UBysoeBUad ULyNyL] | TyNIeBUadWoM —_YRIey_—eLreUTY_—UeMyNBuad |S eules | = | (nx) earern, efioury, i 078 51PUI depeyioy yeroeg yexBuBIEg ynsesuedieq (nw) eurein | | Mav aVePNY yeroeg yeysueseg | efroury Joyey!pul | uoumnyop | (ax!) eurein efieury| uaumnjop depeysay ~efioup] pedeouour wrepep Wayens uerensadued Lueyede yap | sovey:puy —_uoumnyjog | uexasadued ueyNyR] | yNreBuadwew — yea) —eLfourY —uwsmynBueg |b yesseq ueugnan + | sed Agiva PS | UeMMLL ATTY | wesode] _ueyedeq “eye4s0q vreoes unsnsip yejay vfioury erode] ueumyoq jsenyene UNYeL dINVT “unsnsip yejar Pfioury wed] uauinyoq NSV eLroury, ueyrequressuaut Sues uerodey ueumnyoq yedepiay, edesaqoq vueousy —ueBuap xmun dS Iv | serejes yexede -efioury uemynsued suydureg | euvousy uep dyS|dNS idino a0 | sey seve ynped uep jureyeurour remesed denes | OL Hnfueppepunip Isyy BuBUaY | Yel ISyy wUBOUOY -efroury uemsnsued aouour [sey ynfuey | ssuour psey | [sey seq ynpod uep rweyeurour (yeseeG FexBULIOg aepun uaumyoq | uerereo _yexyede 499 [1p ueiseq/Suepiq) efey uenjyes/yun denas| 6 % OO! Hep Sueiny uerggue — uedesos ueduap —redeouay suet uereses Isuarsyo | 081 yeyede yeuT -efioury redeouout urerep sisteue [1] Vd dIMVT | ‘Il AVA dIMVIT 40d | UeTessue UveUNssued seye Isualsyo yedepioy, 8 (Vdd) weses3uy Juexrequed ekedn Byes elioury uepeseBex /wepseyzaqay iseuiosut ‘efroury —_ueredeouag sia sere seyeny umpeg ost ueyprequressuout sepurig | rynuowew ypjer efoury | uesodey uaumyog | q'e ISeSIUeZIQ, pro#-uedueur isa a ueeg Hep diivT) sousqan ueumnyjop uemiSuad | yeurepe yaQsuep eUILIa} epue}| yereeq = yeyBuetog | dDIVI —- ueurnyop “npyeM div] waurnyoq divT_yeyede 399 UByTEULIONP Ye[at eLioury uesodey uaumNy}0q jooysuaasos Hing | Pua} epue} ya0 | ede; Uexreduresip yey} efioury uesode] uauiNy0q 9 2 usar — — provu | aysqam yeurere eped yeroed vduowoy-isa | yeioeq —-yeyBuwag | JeNBuBIeg —asqam | — eng | dIMV1 pooidn | 1p dtav71 peordn 389 | ‘uexisexuqndip yer} efioury ueiodey] uawinyog | __¢ yun uexng yeropjedsuy yeropjadsuy ‘isueysut | Yyoro dDIVT| Hep nyrenp YEO [aro] | nisay sep] Uesodey | ueeyesuod 3189) cnuAaup Yea efioury uesode] uoumy0q | + eHow | PO ue qP uep luesuejepuey Pp yee pedng ueduap uesifiretiodsp ype, Sues elu; amyn8uew = yejay yexede ‘qeriseq yeysueied dIMVT ‘ueunye} | 30812} ueBuep efreury sesyfeor uvdutpuequed AIMV1 I Qe | 1 AVE IS! sisyeuy | uexoBueUr Year efioury erode] ueunyoq | _¢ | nedng wesuep ueyifuefiedrp (nedng | yep, Buek queBueyepuenp | elon; — mynBuow yejay = Sued) (yd) | URI yeyede vhioury —uerfuefieg | ‘yesoeq = yeyBuesOg ~efiouny uvredvoued uvqu9 IseuLO;UT YRINjOs wep dDIVT qe | didivT 1st sisqeuy | deySunguew yea efieury uesodey ueumyoa| 7 div | yequpouteg ISueISU elioury uerodey seyy ninoy wrep eyBy, ep vfroury — uezodejog ‘sea, = ynfumag Buequar E10¢ uNYeL, 922 dnqieq uesuep dDIv1 weunsndued wyeuoysis uexSurpueg “sepueys ueSuap renses seyfensyi9q vieoos unsnsip efieury —uesodey _uauinyoq vkuueeuindwesued yexsuwiog yeseq yeysueieg amun, dIMVT I dea yeygueieg — eLiaury Jsestfeor — yseuLTOsUr ueypnsewow yejar dtiv1 yeyede nna, “(efioury, yéouyousg) [euoIseUsa}UT/PeUOISeU [ord] TP BfIOUPy [seyfear ueSuep elioupy |sestear ueurpueqied ueyoyuueu yer} efioury uesodey uaumsoq IVT I ee, anpyesoy unyey ¢ eurEes efoury uepedvo uesejafued —ynjueq weep ueydeyszunip uel «yeyede = uep Sueyejeqoy uNYe ¢ nem unny Bure|os vou, ueredeouad puay jseuoyuueut yee dDIVT yeyede —_sisijeuy -eAuunjaqas uNYR}-UNYe} BLIoUDy Jsesifear ueBuep efoup, isesyeer ueSurpuequod ueyquisuow Yel) efioury Ueiodey ueumnyoq ensuey unyey anpe j8rey ueBuep ueygurpueqiodip suet efiouny anynBuew yea} yeyede — “qeseq. yeyBueisg = d IVT dV I Gea | I ava IS! sisteuy “yeSuauour eysuel qe8re ueBuep vfioury ysesyeor ueSurpuequed uvyojuiuew ejay efioury uesodey ueumyoq aye tsenyeao unyey, seq ekep sequins ueeuns8uad jsuaisya Buequa} — seuLOJUt | uednynay ~efroupy redeouaur | ueynuoup | uerep ekep soquins ueeuns8ued sere suaisyo | dV IIL dea | yexede sisyfeuy | uexoyuisueu yee} efreury uesode] ueumyoq 8 uexrequed | ededn uep | qeqaduad uesejafuad epe snuey eyeur redvoia) yepn ye81e) wf ‘uereses viroury ueeyesused denes sve siseue -esuueyequiey nee /uep yedepiy —yeyede | eyedu vdedn viiosoq efiour ueredeo sere seqpens AMV al | dIIVT I ave FeUrT | UeyoyIBuoW Yel efroury UBsodey owNyoq| 1 dav’ werep 1 sistreuerp ae8e (dS) rewray ueuekejag sepueig nduresued yered (epe expf) isursord sued neye Teuoiseu. | paar efrouny | isesyeor —ueBuap ueygsurpueqiodip yeroeq Ress] aipey | ‘ueduepun) efioupy zeyep uep uajnjou | isenpeae yeder ‘remeSed ynunjes uernpadey | toro ‘ueuepun | isejueuMyoP —_ a9 | !pefuour efioury uesode] wrerep yseunioyur uesfesueg |Z (upey seep | uep uaimou ‘oj0y aipey | ‘ueSuepun) efieury zeyep uep uajmou_ isenpeno yeder -(qeme(Sun83uez10g) ueutdund eureyn ueneyiod “on0y ‘ueBSuepun Isejueunyop jag | pefueu nyejas efioury uesode, weep iseunoyuy| 1 : eAuynyLIOq elroupy yedeouow weep uvyeliqoy/Borens | | 1st uerensadued weep ump 0s‘z | resaq Sues yedurep uexLequiow ype} | vfroury uesodejag | o'g | |SeSTUeBIO | uenfny — ueredeouod | | werep efrouny | ueeumndure

You might also like