KLARIFIKASI DAN KRONOLOGIS PRISTIWA,
YANG MENIMPA RD. AGUSTINUS IWANTI,
PASTOR PAROKI ST. YOSEP KISOL-KEVIKEPAN BORONG.
OLEH: RD. AGUSTINUS IWANTI
Saya, Romo Agustinus Iwanti (Pastor Paroki St. Yosef Kisol-Keuskupan Ruteng)
dengan ini menerangkan tentang kronologis peristiwa yang menimpa saya, yang saat ini
sedang diperbincangkan pada media social-pun di tengah umat.
Pertama, Semenjak saya bertugas di Paroki St. Yosef Kisol (pertengahan tahun 2022),
saya memiliki hubungan yang sangat baik dengan keluarga Bapak Tinus (biasa disapa Bapa
Sindi) layaknya keluarga sendiri, Kedekatan hubungan ini ditandai dengan: - Mereka
sekeluarga sering mengunjungi saya di pastoran dan sebaliknya saya bersama semua
anggota pastoran (karyawan/i) mengunjungi mereka di rumahnya. - Dalam urusan keluarga
saya di Lengko Elar (kampung saya), mereka sering hadir dan mengambil bagian. -
Bahkan mereka menitipkan anak mereka (Enu Itin=anak dari adik Bapak Tinus/Bapa
Sindi) di pastoran untuk bantu-bantu dalam urusan rumah tangga pastoran. Jadi, saya
merasa keluarga bapak Tinus adalah bagian dari keluarga saya.
Kedua, Bahwa pada hari Selasa, 23 April 2024 tepatnya pukul 17.30 WITA saya dan Bapa
Tinus saling berkomunikasi lewat WA seperti biasanya.
Ketiga, Pukul 17.53 WITA kami berdua sepakat untuk makan bersama di rumah beliau
seperti biasanya.
Keempat, Sekitar pukul 20.00 WITA, saya bersama dengan anggota pastoran (Enu
Melin/Karyawati dapur, Save/sopir, adik Kristo/adik sepupu, dan Enu Itivanak dari
adiknya Bapak Tinus) menggunakan mobil pribadi (Terios) berangkat menuju rumah
Bapak Tinus di Stasi Rende,
Kelima, Kurang lebih pukul 20.30 WITA kami tiba di rumah Bapak Tinus. Saat itu yang
ada di rumah: Bapak Tinus, Enu Hermin/Mama Sindi (istrinya), Anak Santos (putranya),
dan Enu Siren (putri bungsunya).
Keenam, Sekitar pukul 20.30 WITA kami disuguhi minuman kopi dan hanya kepada saya
diberikan minuman energen. Yang mengantar minuman oleh Enu Hermin/Mama Sindi
Dan setelah itu kami langsung makan bersama.
Ketujuh, Sekitar pukul 21.30 WITA (setelah makan malam) kami bineang-bincang santai
dan sambil rekreasi main kartu dengan sangsi hukuman berdiri. Hal ini biasa kami lakukan
setiap kali berkumpul, Adapaun yang ikut rekreasi main kartu: saya, Bapa Sindi, Mama
Sindi dan adik Kristo. Sedangkan Enu Melin/karyawati pastoran dan Enu Itin segerah
menuju kamar tidur anak Siren. Dan Safe ke kamarnya anak Santos. Hal ini juga biasa
mereka lakukan karena kedekatan mereka selama ini.
Kedelapan, Karena sudah larut malam, sekitar pulul 01.00 WITA (dini hari), saya meminta
anggota pastoran (Enu Melin, Safe) yang sementara tidur untuk dibangunkan dan siap-siap
Kembali ke Pastoran, Sedangkan Enu Itin bertahan di rumah,
Kesembilan, Akan tetapi Mama Sindi mengatakan bahwa mereka sudah tidur lelap. Lalu
saya sendiri mangatakan “biar saya dan adik Kristo pulang duluan”, tetapi Bapak Sindi dan
Mama Sindi menahan kami semua untuk nginap karena sudah larut malam, Kami pun
rmengiakan ajakan mereka,
Kesepuluh, Bapak Sindi menuntun saya ke kamar tidur yang ternyata sudah mereka
siapakan, Sedangkan adik Kristo dan Bapak Sindi berbaring/tidur di tempat tidur yangJetakanya di depan kamar tidur untuk saya. Mama Sindi tidur bersama anak-anak
perempaunnya dan Enu Melin.
Kesebelas, Karena kelelahan (karena aktivitas sepanjang hari di pastoran), saya langsung
tertidur lelap dalam kamar dengan kondisi pintu terbuka hanya ditutupi kain trai
Keduabelas, Kurang lebih pukul 02.00 WITA, saya terbangun karena dikagetkan dengan
teriakan makian dari Bapak Sindi sambil ia mengancam mengambil parang. Saya sangat
shiok dan bingung dengan keadaan sekejap itu. Dan saat itu saya melihat Mama Sindi juga
ada di dalam kamar dengan kondisi berbusana lengkap, dan tiba tiba dia lari ke Iuar. Dan
masih dalam keadaan shok, saya berusaha menenangkan Bapak Sindi, Saat itu saya masih
dalam keadaan berpakaian lengkap, ditambah kain selimut dan bangun mendekati Bapak
Sindi
Ketigabelas, Karena teriakan keras Bapak Sindi berupa makian-makian dan ancaman
untuk membunuh, schingga mengakhibatkan semua orang dalam rumah ikut bangun dan
ikut panik. Supaya tidak terjadi keributan besar, saya dan semua anggota pastoran segera
meninggalkan rumah itu dan balik ke pastoran
Keempatbelas, Kami pun pulan ke pastoran (tanpa ent Itin/anak dari adiknya Bapak
Sindi). Dalam perjalan pulang, persisnya di kampung Munde, saya tiba-tiba dihubungi
Mama Sindi (dia dalam keadaan menangis dan ketakutan) untuk minta bantuan dijemput.
tas permintaan Mama Sindi dan demi keselamatannya, saya bersama anggota pastoran,
kami Kembali menjemput dia di pertengahan jalan (agak jauh dari rumahnya). Lalu kami
bersama-sama dalam satu mobil menuju pastoran.
Kelimabelas, Demi keselamatan diri saya dengan karyawan, maka tepat pukul 08.00
WITA (Rabu, 24 April 2024), saya, adik Kristo dan Safe meninggalkan pastoran dan ke
lar dari kota Borong.
Keenambelas, Sedangkan Mama Sindi masih di seputaran kota Borong,
Demikian klarfikasi dan kronologis peristiwa yang menimpah saya. Dengan tulus
hati saya meminta maaf kepada Yang Mulia Bapak Uskup Ruteng, Vikep Borong dan Para
Imam, keluarga-keluarga saya, umat paroki St. Yosef Kisol, serta seluruh umat yang
terganggu Karena peristiwa ini. Saya sangat_memohon doa dan dukungannya agar
persoalan ini cepat terselesaikan dengan baik sehingga saya bisa bertugas kembali. Terima
kasih.